PENELITIAN UNGGULAN
OLEH:
TIM PENGUSUL
Dibiayai oleh :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat (LP2M)
Universitas Dhyana Pura
Sesuai dengan Kontrak Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 30/UNDHIRA/LP2M/VIII/2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN UNGGULAN
ii
Mengetahui, Ketua Peneliti,
iii
RINGKASAN
PRAKATA
iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Pengasih atas
rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
penelitian Hibah Unggulan PT tahun 2017 yang berjudul “Profil Tubulus
Seminiferus dan Sel Spermatogenik Tikus Wistar (Rattus novergicus)
Hiperlipidemia Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera)”
Penyusunan laporan akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
penulis dalam rangka memenuhi tugas melaksanakan tri darma perguruan tinggi.
Selain itu laporan akhir ini dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil penelitian
yang dilaksanakan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan dan penyelesaian laporan akhir
ini.
DAFTAR ISI
v
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................ii
RINGKASAN .................................................................................................iii
PRAKATA.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Hiperlipidemia dan Infertilitas....................................................................4
2.2 Spermatogenesis dan Tubulus Seminiferus.................................................5
2.3 Efektifitas Antioksidan Daun Sembung (Blumea balsamifera)..................6
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN........................................8
3.1 Tujuan Penelitian.........................................................................................8
3.2 Manfaat Penelitian......................................................................................8
BAB 4. METODE PENELITIAN.....................................................................9
4.1 Rancangan Penelitian dan Penentuan Jumlah Sampel ...............................9
4.2 Alat Dan Bahan Penelitian .........................................................................9
4.3 Prosedur Penelitian .....................................................................................9
4.3.1 Persiapan Hewan Coba ...........................................................................9
4.3.2 Pemberian Perlakuan .............................................................................10
4.3.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sembung ......................................................11
4.3.4 Pembuatan dan Pengamatan Histopatologi Testis..................................11
4.5 Analisis Data.............................................................................................12
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI........................................13
5.1 Persiapan Sampel Penelitian.....................................................................13
5.2 Pembuatan Ekstrak Daun Sembung..........................................................13
5.3 Perlakuan Hiperlipidemia pada Sampel....................................................16
5.4 Histopatologi dan Penghitungan sel-sel Spermatogenik
tikus hiperlipidemia...................................................................................16
5.5 Pemberian Ekstrak daun sembung pada tikus hiperlipidemia...................18
5.6 Rerata diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel-sel spermatogenik. .18
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian....................................................................19
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................21
6.1 Kesimpulan...............................................................................................21
6.2 Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur dan letak sel-sel spermatogenik pada tubulus seminiferus
testis ...................................................................................................5
Gambar 2.2 Daun dan bunga sembung (Blumea balsamifera) .............................7
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian.........................................................................9
Gambar 5.1 Kandang tikus percobaan ................................................................13
Gambar 5.2 Tumbuhan Sembung (Blumea balsamifera) yang diambil
Daunnya ..........................................................................................14
Gambar 5.3 Proses ekstraksi daun sembung........................................................14
Gambar 5.4 Hasil maserasi .................................................................................14
Gambar 5.5 Proses evaporasi...............................................................................15
Gambar 5.6 Hasil ekstrak yang diperoleh ...........................................................15
Gambar 5.7 Pemberian lemak .............................................................................16
Gambar 5.8 Organ testis yang siap dibuat preparat ............................................16
Gambar 5.9 Pemberian ekstrak sembung ...........................................................17
viii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ketidaksuburan atau infertilitas pada pasangan suami istri merupakan
suatu hal yang sangat mengganggu bahkan bisa mengancam keutuhan suatu
rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi akibat terganggunya sistem reproduksi
pada wanita dan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sperma pada pria.
Menurut data demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan
mendapatkan anak. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari
keseluruhan kasus. Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar
karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan
yang kurang seimbang (Agarwal dan Said, 2005).
Pola makan dengan lebih cenderung mengkonsumsi makanan berlemak
dan berkolesterol tinggi berisiko menyebabkan peningkatan kadar lipid dalam
darah yang dikenal dengan istilah hiperlipidemia. Gambaran klinis yang paling
sering didapatkan berupa peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL
serta penurunan kadar HDL (Almatsier, 2004). Keadaan hiperlipidemia
berkorelasi positif dengan timbulnya berbagai penyakit degenaratif seperti PJK
(penyakit jantung koroner), diabetes melitus, kanker, obesitas, dislipidemia,
stroke, hingga menurunkan fungsi reproduksi pria (infertilitas). Beberapa dampak
hiperlipidemia pada sistem reproduksi pria antara lain; atrofi tubulus, penurunan
motilitas spermatozoa, abnormalitas morfologi spermatozoa, hambatan sekresi
hormone testosterone serta LH (Luteinizing Hormone), degenerasi sel leydig dan
gangguan spermatogenesis (Bashandy, 2006).
Kondisi hiperlipdemia berperan signifikan dalam peningkatan produksi
radikal bebas dan ketidaksesuaian perkembangan lipid peroksida pada tingkat
jaringan. Sehingga keadaan tersebut memicu yang disebut dengan stress oksidatif
yang merupakan suatu patofisiologi infertilitas pada pria (Agarwal dan Said,
2005). Pada tikus hiperlipidemia, terjadi penurunan yang signifikan dari kadar
testosteron plasma. Penurunan ini terjadi akibat dari terganggunya poros
hipotalamus-hipofise-testis, degenerasi sel Leydig, reduksi diameter nukleus sel
1
2
Leydig, atau karena penurunan kadar LH dan aktivitas testikular dari 17β-
hidroksisteroid dehidrogenase (Bashandy 2006).
Substansi yang dapat menangkal radikal bebas disebut antioksidan.
Antioksidan dapat berupa enzimatis atau antioksidan primer dan non-enzimatis
atau antioksidan sekunder (Winarsi, 2007). Antioksidan sekunder dapat diperoleh
secara melimpah di alam, misalnya vitamin A, C, E, β-karoten dan senyawa
flavonoid. Salah satu tumbuhan dengan kandungan antioksidan yang tinggi adalah
Sembung (Blumea balsamifera). Sembung dikenal sebagai tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai obat (Aminul et al., 2013; Suweta, 2013). Tumbuhan ini
termasuk jenis tanaman liar dan mudah dibudidayakan. Masyarakat Bali
umumnya menggunakan daun dari tumbuhan sembung untuk digunakan sebagai
loloh.
Daun sembung telah lama dipercaya dapat mengobati penyakit panas
dalam, diare, memperlancar peredaran darah (vasodilatasi), menurunkan kadar
gula dan lemak dalam darah. Tanaman sembung memiliki kandungan zat aktif
yaitu minyak atsiri 0,5% (sineol, borneol, landerol, dan kamper), flavanol, tanin,
damar dan ksantoksilin (Mursito, 2002). Kandungan senyawa golongan flavonoid
pada daun sembung dapat bersifat sebagai imunomodulator dan antioksidan
sehingga membantu regenerasi sel yang rusak akibat serangan radikal bebas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
profil tubulus seminiferus dan sel spermatogenik pada kondisi hiperlipidemia
yang diberikan ekstrak daun sembung. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi baru dalam mencari solusi yang mudah dan murah terhadap masalah
infertilitas pada pria yang memiliki pola makan tinggi kolesterol dan lemak.
Target luaran penelitian ini disajikan pada Tabel 1.1 di bawah ini.
3
Keterangan :
1) Isi dengan belum/tidak ada, draf, submitted, reviewed, atau accepted/published
2) Isi dengan belum/tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
3) Isi dengan belum/tidak ada, draf, atau terdaftar/granted
4) Isi dengan belum/tidak ada, produk, penerapan, besar peningkatan
5) Isi dengan belum/tidak ada, draf, produk, atau penerapan
6) Isi dengan belum/tidak ada, draf, proses editing/sudah terbit
4
Tahap meiosis terdiri atas 2 fase yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing
masing tahap tersebut akan mengalami tahap profase, metaphase, anaphase, dan
telofase. Tahap profase pada meiosis I meliputi subtahap leptoten, zigoten,
pakiten, leptoten, diploten, dan diakinesis. Hasil akhir dari meiosis I adalah
spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder memasuki tahap meiosis II dan
mengalami pembelahan sampai terbentuk spermatid yang haploid (Sherwood,
2001). Spermiogenesis adalah tahap tranformasi dimana spermatid mengalami
perubahan bentuk dari bentuk bundar menjadi spermatozoa yang terdiri dari
kepala, leher dan ekor.
Tubulus seminiferus adalah suatu organ berbentuk saluran panjang dan
berkelok- kelok yang terdapat dalam lobulus testis. Di dalam tubulus seminiferus
inilah terdapat proses perkembangan sel-sel spermatogenik yang membelah
beberapa kali dan akhirnya berdiferensiasi untuk menghasilkan spermatozoa.
Proses ini disebut dengan spermatogenesis. Sel-sel spermatogenik tersebut
tersebar dalam empat sampai delapan lapisan yang menempati ruangan antara
lamina basalis dan lumen tubulus seminierus. Semakin banyak lapisan sel-sel
spermatogenik maka gambaran diameter tubulus seminiferus semakin besar. Sel-
sel spermatogenik terdiri atas spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit
sekunder dan spermatid (Junqueira et al., 1995).
9
10
tikus berupa bak plastik dengan ukuran panjang 50 cm, dan tinggi 20 cm yang
ditutup dengan penutup kawat serta pada dasar bak diberi sekam untuk menyerap
kotoran.
Pre Hiperlipidemia
(6 ekor)
Kelompok
Kontrol
(12 ekor)
Post Hiperlipidemia
(6 ekor) + Aquadest
steril
Tikus Wistar
Jantan Pemeriksaan
(16 ekor) Histopatologi
Testis
Pre
Hiperlipidemia
(6 ekor)
Kelompok
Perlakuan
(12 ekor)
Post Hiperlipidemia
+ ekstrak daun
(6 ekor)
sembung
Ehrlich-Eosin dengan urutan sebagai berikut: xylol I (10 menit), alcohol 95%,
90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, dan 30% (3-5 celup). Aquades 5 celup, alcohol
30%, 40%,50%, 60%, 70% (3-5 celup). Eosin Y 1% (2-3 menit), alcohol 70%,
80%, 95% (beberapa celup). Xylol II (10 menit). Sediaan yang telah dipulas
ditutup dengan Canada balsam.
Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop elektrik (Olympus CX-21)
yang telah dipasang micrometer untuk melihat profil tubulus seminiferus dalam
hal ini diameter dan tebal epitel. Penghitungan jumlah sel-sel spermatogenik
adalah pada tahap VII-VIII yang terpotong melintang tegak lurus sehingga
penampang tubulus tampak bulat. Preparat diambil dari testis kanan dan kiri
masing-masing 3 sayatan. Setiap preparat diamati profil tubulus dan jumlah sel
spermatogenik dengan 5 lapangan pandang dibawah mikroskop elektrik dengan
pembesaran 400x. Hasil penghitungan yang diperoleh adalah hasil jumlah sel-sel
spermatogenik dari semua pengamatan.
Perwatan dan perlakuan pada tikus dilakukan di Laboratorium
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sedangkan pemeriksaan
histopatologi dilakukan di Balai Besar Penyakit Veteriner (BPVET) Denpasar.
Sampel dalam penelitian ini adalah tikus strain wistar (Rattus novergicus)
berjumlah 16 ekor yang dibagi ke dalam 2 kelompok (masing-masing kelompok
terdiri dari 8 ekor tikus) yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol
merupakan tikus yang dibuat hiperlipidemia kemudian diterapi selama 30 hari
dengan aquadest steril, sedangkan kelompok perlakuan merupakan tikus yang
dibuat hiperlipidemia kemudian diberikan perlakuan ekstrak daun sembung secara
oral selama 30 hari. Kandang tikus yang digunaan adalah bak plastik berukuran
40 X 30 X 20 cm dengan memberi sekam sebagai alas dan penutup jaring kawat
dengan ukuran jarring 1,6 cm².
Ekstrak daun sembung segar diperoleh dari tanaman sembung yang tumbuh
liar diperkebunan. Beberapa helai daun sembung segar diambil dan ditimbang
kurang lebih 500 g. Daun kemudian dicuci dengan air mengalir. Kemudian
diblender, setelah itu menambahkan etanol 1 liter sehingga mendapatkan larutan
ekstrak. Ekstrak kemudian dimaserasi selama 24 jam. Setelah 24 jam ekstrak
kemudian disaring beberapa kali untuk mendapatkan residu. Residu dikumpulkan
untuk diuapkan (evaorasi) untuk mendapatkan ekstrak murni dari daun sembung.
13
14
cukup kuat. Staining dan maounting yaitu sediaan dipulas dengan Hematoxylin
Ehrlich-Eosin dengan urutan sebagai berikut: xylol I (10 menit), alcohol 95%,
90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, dan 30% (3-5 celup). Aquades 5 celup, alcohol
30%, 40%,50%, 60%, 70% (3-5 celup). Eosin Y 1% (2-3 menit), alcohol 70%,
80%, 95% (beberapa celup). Xylol II (10 menit). Sediaan yang telah dipulas
ditutup dengan Canada balsam.
Gambar 5.8 Organ testis tikus yang siap untuk dibuat preparat
Evaluasi tubulus seminiferous pada tikus hiperlipidemia didapatkan hasil
seperti gambar berikut.
Ruang intertisial
Sel Spermatogenik
kontrol. Dosis ekstrak daun sembung yang diberikan adalah 2 mg/ml/ ekor/hari
selama 30 hari.
Tabel 5.2 Rerata Tubulus Seminiferus dan sel-sel spermatogenik tikus wistar
hiperlipidemia kelompok perlakuan
Diameter Spermatogonium Spermatosit Spermatid 7 Spermatid
tubulus (µm) A ± SD Pakiten ± ± SD 16 ± SD
± SD SD
Pretest 265,63±7,25 35,85±1,94 35,53±2,79 38,28±1,98 47,3±3,57
Beda Rerata
Diameter Spermatogonium Spermatosit Spermatid 7 Spermatid
Kelompok tubulus A Pakiten 16
(µm)
Pemberian ekstrak daun sembung juga memberikan efek yang signifikan terhadap
peningkatan jumlah sel-sel spermatogenik seperti Spermatogonium A, Spermatosit
Pakiten, Spermatid 7 dan Spermatid 16, namun khusus Spermatid 7 pada kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol didapatkan hasil meningkat tapi tidak
bermakna (p<0.05) (Tabel 5.3). Ekstrak daun sembung efektif untuk memperbaiki fungsi
spermatogenis yang terhambat akibat hiperlipidemia. Kandungan antioksidan yang
berperan dalam menangkal radikal bebas dan senyawa stimulan vasodilatasi pada
20
Beberapa kandungan metabolit dalam daun sembung antara lain minyak atsiri
dengan komponen bor-neol, kamfora, floroasetofenon dimetil eter,
seskuiterpenlakton, diterpen, triterpen, sterol, paraffin, saponin, golongan fenolik
turunan asam sinamat, seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, icthyo-thereol
acetate, cryptomerediol, lutein dan beta karoten (Osaki et al., 2005; Nessa et al.,
2005). Selain itu ditemukan blumeatin (5,3',5'-trihydroxy-7methoxy-dihydro-
flavone), suatu golongan flavonoid yang berefek sebagai hepatoprotektor (Xu et
al., 1993). Kombinasi senyawa yang bersifat antioksidan tersebut terbukti efektif
untuk memperbaiki keadaan tubulus seminiferus tikus hiperlipidemia.
6.1 Kesimpulan
21
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah penelitian lanjutan
dengan menambah derajat hiperlipidemia baik itu waktu dan dosis pemberian
lemak sehngga diketahui lebih lanjut efektifitas pemberian ekstrak daun sembung
terhadap profil tubulus seminiferous tikus hiperlipidemia.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal A, and Said T.M. 2005. Oxidative stress, DNA damage and apoptosis in
21 BJUI; 95: 503-7
male infertility: a clinical approach.
22
Akrom, 2004. Efek Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap Respon Imun Seluler Mencit Galur Swiss Jantan yang Diinfeksi
Plasmodium Berghei: Studi Imunmodulator Fitokimia, Tesis, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Almatsier S. 2004. Penuntutan Diet. Edisi baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama:
Aminul, Shawkat Md. Islam., Kh Tanvir Ahmed., Mohammad Kawsar Manik.,
Md. Arif Wahid., and Chowdhury Shafayat Ibne Kamal. 2013. A
comparative study of the antioxidant, antimicrobi al, cytotoxic and
thrombolytic potential of the fruits and leaves of Spondi as dulcis. Asian
Pac J Trop Biomed 3(9): 682-691.
Anderson,D.M. 2007. Dorlands Illustrated Medical Dictionary, 31st Ed.
Philadelphia. Saundeus
Bashandy A.E.S. 2006. Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in
normal and hyperlipidemic rats. Intl. J. Pharmacol. 2(1): 104-109
Colon, E. 2007. Autocrine and Paracrine Regulation of Leydig Cells Survival in
The Postnatal Testis. Karolinka Institutet. Stockholm.
Dalimartha, S.,1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, Trubus Agriwidya,
Jakarta
Ganong, W.F. 2002. Fisiologi Kedokteran. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta.
Hiroo H., Yasuaki Y, Kanki K, Masahiko H, Masami I, Tatsushi Y, Toshiyuki S,
Takashi K, Toh-Seok Kam, Ken M, Kazuyu-ki S, Kazuto T, Norihi-ko A,
Kunihiro T, Masato M, Nobuyuki T, and Shimeru K, 2006, Dihy-
droflavonol BB1, an extract of natural plant Blumea balsamifera,
abrogates TRAIL resistance in leukemia cells, Blood. 15 January 2006,
Vol. 107, No. 2, pp. 679688
Junqueira, L.C., J. Carneiro and R.O. Kelley. 1995. Basic Histology. Appleton and
Lange Stanford.
Kumalasari, N. D. 2005. Pengaruh Berbagai Dosis Filtrat Daun Putri Malu
(Mimosa pudica) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus (Rattus
norvegicus). Skripsi tidak Diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan
Biologi Jurusan MIPA FKIP UMM.
Munawaroh, F., Sudarsono, A.Yuswanto, 2015. Pengaruh pemberian ekstrak
etanolik daun sembung (blumeae folium) terhadap fagositosis makrofag
pada mencit jantan yang diinfeksi dengan Listeria monocytogenes.
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Penerbi t
Swadaya. Jakarta.
Nessa, F., Ismail, Z., Kurupiah, S., & Mohamed, N., 2005, RP-HPLC Method for
the Quantitative Analysis of Naturally Occurring Flavonoids in Leaves of
Blumea balsamifera DC, J Chromatogr Sci., 43 (8), 416-20
Osaki, N., Koyano, T., Kowithaya-korn, T.,Hayashi, M., Komiyama, K., &
Ishibashi,M., 2005, Sesquiterpenoids and Plasmin Inhibitory Flavonoids
from Blumea balsamifera, J Nat Prod, 68 (3), 447-9
Priyanto, D. 2000. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service
Solution).Untuk Analisis Data & Uji Statistik. MediaKom. Jakarta.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta.
23