DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
ERMA SURYANI
KRISMAWATI
SYUKRAN
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
a. Hakekat Manusia..................................................................................................................1
b. Manusia sebagai suatu sistem...............................................................................................1
c. Manusia sebagai makhluk adaptif........................................................................................2
d. Manusia sebagai makhluk holistik.......................................................................................2
e. Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow.........................................................................4
Anamnesa.........................................................................................................................................6
1. Pengertian.............................................................................................................................6
2. Tujuan...................................................................................................................................6
3. Metode anamnesa.................................................................................................................6
Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................................7
1. Tujuan...................................................................................................................................7
2. Metode..................................................................................................................................7
3. Persiapan.............................................................................................................................10
4. Keadaan/penampilan umum pasien....................................................................................11
5. Pemeriksaan Kulit, Rambut, dan Kuku..............................................................................18
6. Pemeriksaan Kepala dan Leher..........................................................................................21
7. Pemeriksaan Thorax (Dada) dan Paru................................................................................26
8. Pemeriksaan Jantung..........................................................................................................29
9. Pemeriksaan Payudara dan Mamae....................................................................................31
10. Pemeriksaan Abdomen.......................................................................................................32
11. Pemeriksaan Genetalia dan Saluran Reproduksi................................................................35
12. Pemeriksaan Rektum..........................................................................................................36
13. Pemeriksaan Ekstremitas Atas dan Bawah.........................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................40
2
KONSEP MANUSIA
A. Hakikat manusia
Hakikat manusia merupakan falsafah keperawatan yang merupakan pandangan dasar tentang
hakikat manusia dan eksensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek
keperawatan.
Hakikat manusia meliputi :
1. Biologis : Manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan
hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal.
2. Psikologis : manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi
kejiwaan, dan kemampuan berfikir serta kecerdasan.
3. Sosial : Manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
4. Spiritual : Menyangkut dengan keyakinan seseorang masing-masing.
Manusia secara konseptual adalah makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan, yang memiliki
kelebihan dibanding makhluk lain seperti : berperasaan, mampu beradaptasi, dan sebagai
kesatuan sistem.
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bermacam-macam elemen yang
berhubungan dan saling mempengaruhi yang dipersiapkan dengan sadar untuk mencapai tujuan.
Manusia adalah satu dari sekian banyak makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan banyak kelebihan
dari makhluk yang lain. Sebagai makhluk yang utuh manusia terdiri dari bio psiko sosio dan
spiritual.
Manusia terdiri dari satu kesatuan yang merupakan karakteristik dan berakal, memiliki sifat-
sifat yang unik yang ditimbulkan oleh berbagai macam kebudayaan. Dikatakan unik karena
manusia memiliki berbagai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang
berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Manusia sebagai makhluk individu, dimana
manusia berbeda dengan manusia lain dalam salah satu atau beberapa segi meliputi bio-psiko-
sosio dan spiritual.
Manusia ditinjau sebagai sistem artinya manusia terdiri dari beberpa unsur/sistem yang
membentuk suatu totalitas yakni :
Sistem adaftif
Sistem personal
Sistem interpersonal
Sistem sosial
3
C. Manusia sebagai makhluk adaptif
Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap
perubahan lingkungan yang mempengaruhi integritas atau keutuhan. Lingkungan adalah
seluruh kondisi/keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau
kelompok organisme. Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista
Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini.
Terdapat tingkatan dan respon fisiologi untuk memudahkan adaptasi ;
o Respon takut (mekanisme bertarung)
o Respon inflamasi
o Respon stress
o Respon sensori
Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan
baik pasitif maupun negatif.
Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan
untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
Sehat dan sakit merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian; manusia makhluk yang terdiri
dari unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk
biopsikososialspiritual. Dimana keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan
terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur lain.
4
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor meliputi :
- Faktor lingkungan; meliputi ideologi, politik, ekonomi, budaya, agama.
- Faktor sosial; sosialisasi dengan orang lain.
- Faktor fisik; geografis, iklim/cuaca.
- Faktor fisiologis; sistem tubuh manusia
- Faktor psikodinamik ; kepribadian, konsep diri, cita-cita.
- Spiritual ; pandangan. Motivasi, nilai-nilai
Tunduk terhadap hukum alam
Memiliki kebutuhan
b. Manusia sebagai makhluk psikologis
Disebabkan karena setiap individu :
1. Memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari Id (aspek bio), Ego (aspek
psikologi), dan Super ego (aspek sosial)
2. Dipengaruhi perasaan dan kata hati
3. Memiliki daya pikir dan kecerdasan
4. Memiliki kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang
5. Kebutuhan psikologis terdiri dari pengurangan ketegangan, kemesraan dan cinta,
kepuasan alturistik, kehormatan dan kepuasan ego.
6. Memiliki kepribadian yang unik
1. Sebagai makhluk yang tidak dapat lepas dari orang lain. Manusia memiliki cipta
(kemampuan untuk melakukan sesuatu), rasa (Perasaan), dan karsa (tujuan).
2. Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga, masyarakat), manusia suci bagi
manusia lain (Homosacra Res Homonim), dan engkau adalah aku (Tat Twan Asi).
3. Manusia selalu bersosialisasi, berhubungan, menyesuaikan diri, saling mencintai,
menghormati, dan saling menghargai manusia lain dari masa kanak-kanak sampai
dengan meninggal dunia.
Disebabkan karena :
5
E. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow
Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan.
Menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan biologis bersifat neostatis (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur
fisik) seperti : Makan, minum, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis
sangat kuat, dalam keadaan absolute ( kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain
ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Contoh : Sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan kebutuhan biologis seperti
buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
7
ANAMNESA
1. Pengertian
2. Tujuan Anamnesa
a. Mendapat data atau informasi tentang keluhan yang sedang dialami atau diderita oleh
pasien. Anamnesa yang tepat dapat membantu penegakan assesment dan diagnosa.
b. Membangun komunikasi yang baik antara seorang petugas medis dengan pasiennya.
Anamnesa yang tepat dapat membuka hubungan dan kerja sama yang baik yang
bermanfaat untuk pemeriksaan selanjutnya.
3. Metode Anamnesa
8
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan
klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi (Craven & Hirnle, 2000; Potter& Perry, 1997; Kozier et al.,1995).
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah
gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
1. Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien
atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan
menggunakan ‘sense of sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu).
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya
dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk,
posisi, ukuran, dan lainnya dari tubuh pasien.
9
Pemeriksaan menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara
seksama,persistem, dan tidak terburu buru sejak pertama bertemu dengan cara memperoleh
riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga
menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas,
dan lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau dari
pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang
diterima oleh semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan
diagnosis atau terapi.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri
pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk
pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
Bandingkan dengan tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas. Contoh :
mata kuning (ikterus), terdapat strauma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
Catat hasilnya
2. Palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of touch’ . palpasi
adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian
tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang
sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunkan
untuk mendeteksi suhu tubuh (temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi
dan ukuran.
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jarigan/organ tubuh. Tekhnik palpasi dibagi menjadi dua :
a. Palpasi ringan
Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan. Tangan
diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan lahan sampai ada
hasil.
b. Palpasi dalam (bimanual)
Caranya : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk
merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan
posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pada jari-jari pertama.
Cara pemeriksaan :
3. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Perjalanan getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat
bunyi disebut dengan Resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi,
ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur dibawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin
banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/gas paling resonan.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang akan diperiksa
Pastikan pasien dalam keadaan rileks
Minta pasien untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot
Kuku jari-jari pemeriksa harus pnedek, tangan hangat dan kering
Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis yaitu dengan :
- Metode langsung yaitu mengetokkan jari tangan langsung menggunakan 1 atau 2
ujung jari
- Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut : jari tengah tangan kiri
diletakkan dengan lembut diatas permukaan tubuh, ujung jari tengah dari tanagn
kanan, untuk mengetuk persendian, pukulan harus cepat dengan lengan tidak
bergerak dan pergelangan tangan rileks, berikan tenaga pukulan yang sama pada
setiap area tubuh
Bandingkan atau perhatikan bunti yang dihasilkan oleh perkusi.
- Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan
kualitas seperti drum (lambung).
- Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama,
kualitas bergema (paru normal).
- Bunyi hipersonar mempunyai intensitas sangat keras, waktu lebih lama, kualitas
ledakan (empisema paru).
- Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu
agak lama kualitas seperti petir (hati).
4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-
hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
11
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
Rales : Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneuminia,
TBC.
Ronchi : Nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.
Wheezing : Bunyi yang terdengar “ngiii...k”. Bisa kita jumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub : Bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk, atau berdiri tergantung bagian yang diperiksa dan
bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman
Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang
dan telinga
Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah
Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menemelkan pada telapak tangan
pemeriksa
Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa
Pergunakan bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekana ringan
yaitu pda bunyi jantung dan vaskuler, dan gunakan diagfragma untuk bunyi bernada
tinggi seperti bunyi usus dan paru.
a. Alat
Meteran, timbangan BB, Penlight, Stetoskop, Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer,
Arloji/stopwatch, refleks Hammer, otoskop, Handscoon bersih (jika perlu), tissue, buku
catatan perawat. Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan diperiksa.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup
pintu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy klien.
12
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
B. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi,
laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi
fisiologis organ vital tubuh.
1. Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dindng
arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :
- Lingkungan : Suasana bising, kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu panas
- Peralatan : Kalibrasi, tipe manomenter dan stetoskop, ukuran cuff (manset)
- Pasien : Obat, status emosianal, irama jantung, merokok, kopi, obesitas,
olahraga
- Tekhnik pemeriksaan : Penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan
membaca sphignomanometer.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada
dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan minimal
selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik
(penting untuk menilai derajat syok).
13
Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat
manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi lima fase :
1) Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana dua suara terdengar pada waktu
bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik
2) Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi
dari fase I
3) Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari
fae I
4) Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba, meredup atau melemah dan meniup
5) Fase IV : Bunyi tidak terdengar sama sekali, disebut sebagai tekanan diastolik
2. Denyut nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena dipompa kedalam
arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi diatur oelh sistem saraf
otonom.
1) Kecepatan
a. Bradikardia : denyut jantung lambat (< 60x/menit), didapatkan pada
atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan
14
tanus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa
obat.
b. Takikardia : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi pada
pasien dengan demam, feokromositoma, heart failure, syok
hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan perokok.
c. Normal : 60 – 100x/menit pada dewasa
2) Irama
a. Reguler
b. Regulary irreguler :dijumpai pola dalam iregularitasnya
c. Irregulary irreguler : tidak dijumpai pola dalam irregularitasnya,
terdapat pada fibrilasi atrium
3) Volume nadi
a. Volume nadi kecil : tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah
yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardi, stenosis
katup mitral, payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik)
b. Volume nadi yang berkurang secara lokal : peningkatan tahanan
setempat
c. Volume nadi besar : volume darah yang dipompakan terlalu banyak,
tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil,
hipertiroidisme)
3. Pernafasan
Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasam adalah : ventilasi pulmoner,
respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan stress,
kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh.
Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14 – 20 x/menit pada dewasa, dan sampai
44x/menit pada bayi.
Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk menilai
adanya kelainan :
1) Kecepatan
a. Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal
b. Bradipnea : pernafasan lambat
c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal
2) Irama
a. Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke : periode apnea diselingi hiperpnea
c. Pernafasan Biot’s (ataksia) : periode apnea yang tiba-tiba diselingi
periode pernafasan konstan dan dalam
3) Usaha berbafas
Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot
interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya
penurunan daya kembang paru.
15
4. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu tertentu
dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus tersebut, maka
pengeluaran panas meningkat dan sebaiknya bila suhu tubuh lebih rendah. Suhu
tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stress, suhu ligkungan,
hormon, dan olahraga.
Suhu normal berkisar antara 36,5 ⁰C - 37,5⁰C. Lokasi pengukuran suhu tubuh adalah
oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat
kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15
menit, saat beraktifitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan
pembacaaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum
minuman dingin.
16
PROSEDUR TINDAKAN ATAU PELAKSANAAN
3. Pemeriksaan pernafasan
a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan
b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan menilai
kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu)
c. Melektakkan tangan pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi serta
kesimetrisan gerakan
d. Menentukan irama
17
e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik lalu
dikalikan dua
f. Mendengarkan bunyi pernafasan kemungkinan adanya bunyi abnormal
g. Tutup kembali baju pasien dan beritahu bahwa pemeriksaan sudah selesai
4. Pemeriksaaan suhu
a. Pengukuran di aksila :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan
- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
- Menurunkan air raksa bila perlu
- Mengatur posisi pasien
- Meletakkan thermometer di ketiak dengan posisi tepat
- Menunggu sekitar 5 menit
- Mengambil thermometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang
bersih
- Merapikan kembali baju pasien
- Membaca hasil pengukuran dengan segera
- Mencuci thermometer dengan laruta sabun dan membilas dengan bersih
- Keringkan thermometer
- Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula
- Cuci tangan
b. Pengukuran Oral :
- Memberitahu pasien
- Mencuci tangan
- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
- Menurunkan air raksa bila perlu
- Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit
- Memasukkan thermometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa
(merkuri chamber) masuk di bawah lidah
- Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit
- Menunggu selam 5 menit
- Mengambil thermometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut
- Mengelap thermometer
- Membaca hasil pengukuran
- Mencuci thermometer dengan air sabun
- Membilas dengan air bersih
- Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula
- Mencuci tangan
c. Pengukuran di rektal :
- Memberitahu pasein
- Mencuci tangan
18
- Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu
- Mengatur posisi pasien
- Melumasi ujung tempat raksa dengan vaseline sesuai kebutuhan
- Membuka bagian rektal pasien
- Meraba spinkter dengan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum
- Memasang thermometer selama 5 menit
- Mengambil thermometer dari anus
- Mengelap thermometer secara perlahan
- Membersihkan rektum dengan kertas tissu
- Menolong pasien kembali ke posisi semula
- Membaca hasil pengukuran
- Mencuci thermometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkannya
- Menurunkan air raksa dan mengembalikan ketempat semula
- Mencuci tangan
19
5. PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT, DAN KUKU
I. KULIT
Kulit atau sistem integumen adalah sistem organ yang bisa dengan mudah dilakukan
pemeriksaan. Kulit memberikan perlindungan antara individu dengan lingkungan eksternal, yaitu
:
Fungsi kulit :
PEMERIKSAAN
a. Anamnesa
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
Peralatan :
- Penggaris/meteran untuk mengukur luas luka
- Flashlight/lampu senter untuk menerangi luka
- Suryakanta/kaca pembesar untuk membantu dalam pemeriksaan luka
- Sarung tangan disposible untuk melindungi pemeriksa ketika melakukan
pemeriksaan luka
b. Inspeksi
1. Warna kulit
Normal : Nampak lembab, Kemerahan
20
Abnormal :
- Cyanosis : Warna kebiru=biruan, mungkin terlihat dibawah kuku, bibir, dan
mukosa mulut. Terjadi karena penurunan ikatan oksihemoglobin, dan atau
penurunan oksigenasi darah. Dapat disebabkan oleh penyakit paru, penyakit
jantung, abnormalitas hemoglobin, dan atau udara dingin.
- Jaundice : Warna kuning atau kehijauan. Terjadi ketika bilirubin jaringan
meningkat dan dapat pertama kali terlihat di sklera kemudian membran
mukosa dan kulit.
- Pallor (Pucat) : Penurunan warna kulit. Terjadi karena penurunan aliran
darah ke pembuluh darah superfisial atau penurunan jumlah hemoglobin
dalam darah. Pucat mungkin terjadi di muka, palpebra konjungtiva, mulut,
dan dibawah kuku.
- Erytema : Warna kemerahan di kulit. Mungkin terjadi secara general
maupun lokal. Erytema general disebabkan karena demam, erytema lokak
atau terbakar matahari.
2. Tekstur kulit
Normal : Tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal : menurun dehidrasi, nampak tegang odema, peradangan
3. Kelainan / lesi kulit
Normal : Tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
- Bentuk Lesi
Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi,
hypopigmentasi, pustula
Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi,
lichenifikasi, scar, ulceratif.
- Distribusi dan konfigurasinya.
General, Unilateral, Soliter, Bergerombol
c. Palpasi
1. Tekstur dan konsistensinya
Normal : halus dan elastis
Abnormal : kasar, elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2. Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3. Turgor kulit
Normal : baik
21
Abnormal : menurun / jelek orang tua, dehidrasi
4. Adanya hyponestesia/anestesia
5. Adanya nyeri
Pemeriksaan Khusus
Akral
CR ( capilari Refiil )
Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat perubahan warna
Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik
Odema
Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan ( pitting )
Normal : tidak ada pitting
III. KUKU
Inspeksi dan palpasi
Bentuk. Anonyhia : tidak mempunyai kuku sama sekali
Kelengkungan. Normal : datar atau sedikit lengkung. Clubbing
22
Adhesi. Normal : kuat tidak mudah dicabut
Permukaan kuku. Normal : lembut dan datar
Warna. Normal : pink
Ketebalan
Abnormal :
I. KEPALA
Cara Kerja :
MATA
A. Bola mata
Cara Kerja :
B. Kelopak Mata
1. Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis, entro/ekstropion, alismata rontok,
lesi, xantelasma.
2. Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan kelopak mata
D. Pemeriksaan pupil
1. Beritahu pasien pandangan lurus ke depan
2. Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke medial
3. Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun, bandingkan kanan
dan kiri
Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola mata, catat adanya
ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.
Dengan alat :
TELINGA
24
2. Perawat berdiri di sebelah sisi pasien, amati daun telinga dan catat : bentuk, adanya lesi
atau bejolan.
3. Tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar , catat adanya : lesi,
cerumen, dan cairan yang keluar.
4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri
telinga.
5. Masukkan spekulum telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan
catat adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang.
6. Kemudian perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya. (
normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh )
7. Lakukan prosedur 1-6 pada sisi telinga yang lain.
Menentukan adanya penurunan pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau
konduksi.
Tehnik pemeriksaan :
Cara Kerja :
2. Test garputala
Rinne test
1. Perawat duduk di sebelah sisi pasien
2. Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan dua jari tangan
3. Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan pasien agar
memberitahu bila tidak merasakan getaran.
25
4. Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari garputala pada lubang
telinga, dan anjurkan penderita agar memberitahu mendengar suara getaran atau
tidak. Normalnya : pasien masih mendengar saat ujung garputala didekatkan
pada lubang telinga.
Weber test
1. getarkan garputala
2. Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien
3. Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih keras ( lateralisasi
kana/kiri). Normalnya getaran didengar sama antara kanan dan kiri.
Scwabach Test
1. Getarkan garputala
2. Letakkan ujung jari garputala pada lubang telinga pasien
3. Kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan pemeriksa.
3. Test Audiometri
26
4. Pemeriksaan fungsi penciuman
a. Mata pasien dipejamkan
b. Salah satu lubang hidung ditekan
c. Gunakan bahan yang mudah dikenali, dekatkan ke lubang hidung dan minta pasien
untuk menebaknya
d. Lakukan pada ke dua sisi.
LEHER
1. Kelenjar Tyroid
Inspeksi :
Palpasi :
Pasien duduk dan pemeriksa di belakang, jari tengah dan telunjuk ke dua tangan
ditempatkan pada ke dua istmus, raba disepanjang trachea mulai dari tulang krokoid dan
kesamping, catat : adanya benjolan ; konsistensi, bentuk, ukuran.
Auskultasi :
Tempatkan sisi bell pada kelenjar tyroid, catat : adanya bising ( normal : tidak terdapat )
2. Trakhea
Inspeksi :
Pemeriksa disamping kanan pasien, tempelkan jari tengah pada bagian bawah trachea, raba
ke atas dan ke samping, catat : letak trachea, kesimetrisan, tanda oliver ( pada saat denyut
jantung, trachea tertarik ke bawah ),
27
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan batas atas denyut vena jugularis,
beritahu pasien merubah posisi ke duduk dan amati pulsasi denyut vena. Normalnya : saat
duduk setinggi manubrium sternum.
Atau
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan titik nol ( titik setinggi manubrium s. )
dan letakkan penggaris diatasnya, tentukan batas atas denyut vena, ukur tinggi denyut vena
dengan penggaris.
Tujuan Pemeriksaan :
A. INSPEKSI
Cara Kerja :
1. Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring
2. Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya : simetris,
3. Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada.
4. Dari arah depan, catat : gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
Normalnya : Gerak napas simetris 16 – 24 X, abdominal / thorakoabdominal,
tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae.
Abnormal :
Tarchipneu napas cepat ( > 24 X ) , misal ; pada demam, gagal jantung
Bradipneu napas lambat ( < 16 X ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
Cheyne Stokes napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-
ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.
Biot Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis
Kusmoul Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis
metabolic
Hyperpneu napas dalam, dengan kecepatan normal
Apneustik ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi
pusat pernapasan.
Dangkal emfisema, tumor paru, pleura Efusi.
Asimetris pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
5. Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya : tidak ada.
28
B. PALPASI
Cara Kerja :
Dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah
scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru
4. Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi tangan agak ke atas,
minta pasien untuk bersuara ( 77 ), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan
kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa paru
C. PERKUSI
Cara Kerja :
Abnormal :
29
D. AUSKULTASI
Cara kerja :
Normal :
Trachea brobkhial suara di daerah trachea, seperti meniup besi, inpirasi lebih
keras dan pendek dari ekspirasi.
Bronkhovesikuler suara di daerah bronchus ( coste 3-4 di atas sternum ),
inpirasi spt vesikuler, ekspirasi seperti trac-bronkhial.
Vesikuler suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan ekspirasi tidak
terputus.
Abnormal :
Suara tambahan
Abnormal :
Ronkhi suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lendir atau secret pada
bronchus.
Krepitasi / rales berasal daru bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan (
seperti gesekan rambut / meniup dalam air )
Whezing suara seperti bunyi peluid, karena penyempitan bronchus dan alveoli.
3. Kemudian, beritahu pasien untuk mengucapkan satu, dua, …, catat bunyi resonan Vokal :
Bronkhofoni meningkat, suara belum jelas ( misal : pnemonie lobaris, cavitas
paru )
Pectoriloguy meningkat sekali, suara jelas
Egovoni sengau dan mengeras ( pada efusi pleura + konsolidasi paru )
Menurun / tidak terdengar Efusi pleura, emfisema, pneumothorax
30
6. PEMERIKSAAN JANTUNG
A. INSPEKSI
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Bentuk perkordial
2. Denyut pada apeks kordis
3. Denyut nadi pada daerah lain
4. Denyut vena
Cara Kerja :
1. Buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala ditinggikan 15-30
2. Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu pasien
3. Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
4. Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal Cekung, Cembung ( bulging precordial )
5. Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm ( selebar ibu jari ).
Sulit dilihat payudara besar, dinding toraks yang tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal --> bergeser kearah lateroinferior , lebar > 2 cm, nampak meningkat dan
bergetar ( Thrill ).
6. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL Hanya pada daerah ictus
7. Amati dan catat pulsasi denyut vena jugularis
Normal tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena hanya dapat dilihat pada
vena jugularis interna dan eksterna.
B. AUSKULTASI
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt
2. Intensitas bunyi jantung
Normal :
Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2
31
3. Sifat bunyi jantung
Normal :
- bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
Splitting BJ 1 fisiologik
Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi maksimal, kemudian napas
ditahan sebentar” .
Splitting BJ 2 fisiologik
normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah inspirasi dalam “
Abnormal :
Splitting BJ 1 patologik ganngguan sistem konduksi ( misal RBBB )
Splitting BJ 2 Patologik : karena melambatnya penutupan katub pulmonal pada
RBBB, ASD, PS.
32
3. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah Tricus, kemudian ke daerah mitral,
simak Bunyi jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2, splitting BJ1,
murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop.
4. Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat mana yang paling jelas.
5. Geser ke daerah ephigastrik, catat adanya bising aorta.
C. PALPASI
Cara Kerja :
1. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan, palpasi daerah aorta,
pulmo dan trikuspidalis. catat : adanya pulsasi.
Normal tidak ada pulsasi
2. Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi, tentukan letak, lebar, adanya thrill, lift/heave.
Normal terba di ICS V MCL selebar 1-2cm ( 1 jari )
Abnormal ictus bergeser kearah latero-inferior, ada thriil / lift
3. Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar denyutan.
Normal : teraba, sulit diraba
Abnormal : mudah / meningkat
D. PERKUSI
Cara Kerja :
1. Lakukan perkusi mulai intercosta 2 kiri dari lateral ( Ant. axial line ) menuju medial,
catat perubahan perkusi redup
2. Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 , lakukan perkusi dan catat perubahan
suara perkusi redup.
3. Tentukan batas-batas jantung
INSPEKSI
Cara Kerja :
1. Posisi pasien duduk, pakaian atas dibuka, kedua tangan rileks disisi tubuh.
2. Mulai inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan payudara
Normal : bulat agak simetris, kecil/sedang/besar
5. Buka lengan pasien, amati ketiak, Catat : lesi, benjolan dan tanda radang.
33
PALPASI
Cara Kerja :
Lakukan palpasi pada areola, catat : adanya keluaran, jumlah, warna, bau, konsistensi
dan nyeri.
Palpasi daerah ketiak terutama daerah limfe nodi, catat : adanya benjolan, nyeri tekan.
Lakukan palpasi payudara dengan 3 jari tangan memutar searah jarum jam kearah
areola. Catat : nyeri dan adanya benjolan
Bila ada benjolan tentukan konsistensi, besar, mobilisasinya.
8. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1, 3 = hypokondrium ka/ki
2 = ephigastrium
4, 6 = lumbal ka/ki
5 = umbilicus
7,9 = iliaka ka/ki
8 = hypogastrium
Hati terdapat pada 1 dan 2
Lambung di daerah 2
Limfa di daerah 3
Kandung empedu pada batas 6 dan 2
Kandung kencing pada daerah 8
Apendik pada 7 dan bawah 6,5.
Bifurkasio aorta 2 cm bawah umbilicus
1 2 3
ke kiri
INSPEKSI
6 5 4
Cara Kerja :
34
Abnormal :
Normal : simetris
Abnormal :
Normal : mengempis saat ekspirasi dan menggembung saat inspirasi, gerakan peristaltic
pada orang kurus.
AbnormaL:
AUSKULTASI
Cara Kerja :
Abnormal :
35
Normalnya : tidak ada
PERKUSI
Cara Kerja :
1. Lakukan perkusi dari kwadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat adanya
perubahan suara perkusi :
Normalnya : tympani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati )
Abnormal :
Lakukan perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus ke atas sampai terdengar bunyi
redup, untuk menentukan batas bawah hepar.
Lakukan perkusi daerah paru ke bawah, untuk menentukan batas atas
Lakukan perkusi di sekitar daerah 1 dan 2 untuk menentukan batas-batas hepar yang
lain.
PALPASI
Cara Kerja :
Hati
Lien
a. Letakkan tangan kiri menyangga punggung kanan penderita pada coste 11 dan 12
b. Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq ) di bawah kostae kanan.
c. Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran limfa
d. Minta pasien nafas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat pasien
melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk
permukaannya.
Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran.
PERSIAPAN
1. Siapkan alat (bantal, sarung tangan steril, kaca jika diperlukan, spekulum, lubrikan,
perlak/alas)
2. Persiapan klien :
- Jelaskan tujuan tindakan, tujuannya : mendeteksi adanya kelainan
- Inform concent : diberitahukan letak pemeriksaan, minta persetujuan dan kerjasama
klien
3. Persiapan linngkungan
- Pasang sekerem
- Atur pencahayaan
- Menghadiri keluarga/pasangan
- Jika sadari silakukan untuk diri sendiri, lakukan di depan cermin
Pelaksanaan
1. Pengkajian
- Klien perempuan : riwayat menstruasi dan karakteristiknya (keluhan, durasi,
menarche), keluhan berhubungan dengan reproduksi (keluaran dari vagina, nyeri)
- Klien laki-laki : riwayat seksual dan habits (penggunaan kondom, pasangan
seksual)), keluhan kemerahan,lesi atau keluaran dari alat genital, pasangan ganti-
ganti atau tidak.
2. Dekatkan alat-alat
3. Cuci tangan
4. Gunakan sarung tangan bersih
37
5. Pemeriksaan organ genetalia perempuan
- Atur posisi dorsal recumbent, atau lithotomic
- Pasang perlak/alas
- Inspeksi
Mon veneris (yang ada rambutnya), labia mayora (bibir paling luar untuk melihat
luka, bengkak, kemerahan, simetris), labia minora, klitoris (sebesar biji kacang,
bentuk normal atau tidak, kalau besar menandakan maskulin, edema atau tidak),
pembesaran kelenjar bartolin (antara labia manora dan minora, fungsinya untuk
mengeluarkan sekret), uretra (kemerahan, keluaran, dan karakteristiknya),lubang
vagina (bau, keluaran).
Jika belum menikah, lakukan colok dubur atau Rectal toucher. Anjurkan pasien
tarik nafas dalam.
6. Pemeriksaan organ genetalia laki-laki
- Inspeksi organ genetalia eksternal :
Penis : Bentuk, lokasi lubang uretra, keadaan kulit, keluaran
Skratum : bentuk,besar, bengkak, edema
- Palpasi area skrotum : jumlah testis, adanya massa
7. Bereskan alat
8. Kembalikan posisi klien
9. Lepas sarung tangan : cuci tangan
10. Catat semua tindakan dan hasilnya.
1. Persiapan alat
- Sarung tangan sekali pakai
- Zat pelumas
- Penerangan untuk pemeriksaan
2. Inspeksi dan palpasi
a. Atur posisi klien
Wanita : berbaring miring atau posisi sims. Jika bersamaan dengan
pemeriksaan genetalia, berbaring dengan posisi lithotomic
Laki-laki : posisi sims, atau berdiri dan bungkuk ke depan dengan pinggang
fleksi dan tubuh bagian atas bersandar pada meja periksa
b. Kenakan sarung tangan sekali pakai
c. Inspeksi jaringan perianal dan palpasi kulit sekitarnya
d. dengan tangan tidak dominan, renggangkan bokong, lalu inspeksi area anal untuk
mengetahui karakteristik kulit, lesi, hemoroid eksternal, ulkus, infalamasi, kemerahan,
eksoriasi
38
e. Minta pasien untuk mengejan (perhatikan adanya hemoroid internal atau fisura).
Gunakan pedoman jarum jam, contoh pukul 12.00 untuk menjelaskan lokasi kelainan
yang ditemukan
f. Oleskan zat pelumas pada jari telunjuk
g. Lakukan palpasi pada dinding rektum dan rasakan ada tidaknya nodula, massa, serta
nyeri tekan
h. Pada pria, palpasi dinding anterior untuk mengetahui glandula prostat. Normalnya
teraba dengan diameter ±4 cm dan tidak terasa nyeri tekan
i. Pada wanita, palpasi serviks uterus melalui dinding rectal anterior. Normalnya teraba
licin, melingkar, tegas, dan dapat direnggangkan
j. Setelah selesai, tarik jari pemeriksa dari rectum dan anus, amati keadaan feses pada
sarung tangan
k. Catat hasil pemeriksaan
A. EKSTREMITAS ATAS
1. Inspeksi bagaimana kekuatan tangan dan pergerakan otot
2. Palpasi apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
3. Motorik; untuk mengamati besar dan bentuk otot, lakukan pemeriksaan tonus kekuatan
otot,dan tes keseimbangan
4. Refleks; memulai reflek fisiologis seperti biceps dan triceps
5. Sensorik ; ajak klien dapatmembedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa, gerak, dan
tekanan
B. EKSTREMITAS BAWAH
1. Inspeksi ; bagaimana pergerakan kaki dan kekuatan otot
2. Palpasi ; apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
3. Motorik ; untuk mengamati besar dan bentuk otot, lakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot dan tes keseimbangan
4. Refleks ; memulai refleks fisiologis seperti biceps dan triceps
5. Sensorik ; apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa, gerak,
dan tekanan
OTOT
39
Kekuatan otot
Cara kerja :
0 ( Plegia ) : Tidak ada kontraksi otot1 ( parese ) : Ada kontraksi, tidak timbul gerakan
2 ( parese ) : Timbul gerakan tidak mampu melawan gravitasi
3 ( parese ) : Mampu melawan gravitasi
4 ( good ) : mampu menahan dengan tahanan ringan
5 ( Normal ): mampu menahan dengan tahanan maksimal
Penilaian :
0 = negative
+1 = lemah ( normal )
+2 = normal
+3 = meninggi, belum patologik
+4 = hyperaktif, sering disertai klonus
Reflek Trisep
- Pasien duduk santai.
- Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi.
- Lengan penderita diletakkan pada tangan pemeriksa
- Pukul tendo pada fosa olekrani
Hasil :
Trisep akan kontraksi menyentak yang dirasakan oleh tangan pemeriksa
Reflek Brachioradialis
40
- Posisi penderita duduk santai
- Lengan relaks, pegang lengan pasien dan letakkan tangan pasien diatas tangan
pemeriksa dalam posisi fleksi dan pronasi.
- Pukul tendo Brachioradialis
Hasil :
Gerakan menyentak pada tangan
Reflek Achilles
- Pasien dapat duduk menjuntai, atau berlutut dengan kaki menjulur di luar meja
- Tendo Achilles diregangkan, dengan menekkan ujung tapak tangan
- Lakukan perkusi pada tendon, rasakan gerakan.
Hasil :
Gerakan menyentak kaki
1. Reflek Babinski
Posisi penderita terlentang
Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki : dari bawah lateral, keatas
menuju ibu jari kaki.
Amati gerakan jari-jari kaki
Hasil :
Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain meregang
Abnormal : terjadi gerakan mencekeram jari-jari kaki
41
DAFTAR PUSTAKA
Adams. 1990. Diagnosis fisik. 17 th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bates B. 1995. Buku Saku Pemeriksan Fisik Dan Riwayat Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1995.
http://image.slidesharecdn.com/konsepmanusia-120912125502-phpapp01/95/konsep-manusia-1-
728.jpg?cb=1348102535
http://razka18.blogspot.it/2013/11/konsep-manusia_19.html
http://yulihermawan92.blogspot.co.id/2011/06/pemeriksaan-kilit-rambut-dan-kuku.html?m=1
http://yulihermawan92.blogspot.co.id/2011/pemeriksaan-kepala-dan-leher.html?m=7
Roy, S. 1991. The Roy Adaptation Model: The definitive Statement,California: Appleton & Large.
42
43