Anda di halaman 1dari 44

SMART MODULE 2018 |1

CASE 7
LIPOMA

Editor:

Dhea Khansa N 1810211081

Penulis:
1. Bella Amelia Putri 1810211006
2. Gammarezka Fitra F 1810211033
3. Sapphira Mazaya S 1810211048
4. Ravena Hasna H 1810211097
5. Fatimah Azzahra 1810211101

I. OVERVIEW CASE
II. INTERPRETASI KASUS
III. BASIC SCIENCE (KULIT DAN
NEOPLASMA
IV. CLINICAL SCIENCE (LIPOMA)
V. PATOFISIOLOGI
VI. TATA LAKSANA
VII.DIAGNOSIS BANDING
VIII. REFERENSI
SMART MODULE 2018 |2

I. OVERVIEW CASE

Tn. T (40 tahun)


KU : Benjolan di lengan bawah bagian atas

RPS RPD RPK RPO RPSos

Benjolan di lengan Pasien tidak Pasien Pasien (-)


kanan bawah bagian punya riwayat ingat dulu sudah
atas trauma dan kakeknya minum obat
punya penghilang
asam urat
Benjolan sudah benjolan nyeri
lama tidak di namun
dirasakan, tidak punggung belum ada
nyeri, dan tidak perubahan
mengganggu
aktivitas Pasien
berobat ke
Setahun terakhir orang
benjolan lambat pintar,
laun membesar dan namun
terasa nyeri sampai benjolan
mengganggu tetap ada
aktivitas dan nyeri
bertambah

Hipotesis

1. Lipoma
2. Kista ganglion
3. Fibroma
4. Liposarkoma

Px Fisik Px Penunjang
SMART MODULE 2018 |3

Status Status Lokalis Hb : 13.0


Generalis Ht : 39
Look : Tampak Leukosit : 6.0
KU : Sakit benjolan sebesar telur Trombosit : 220.000
ringan ayam, warna sama LED : 15
Kesadaran : CM dengan kulit sekitar, Asam urat : 4.0 mg/dl
TB = 165 cm; LDH : 21u/L
dilatasi vena (-)
BB = 80 kg Alkali fosfatase : 50u/L
Feel : Teraba benjolan,
TV : konsistensi padat-
TD = 120/80
lunak, srikumskrip,
mmHg
RR = 24 x/menit permukaan rata,
N = 80 x/menit mudah digerakkan,
S = 37C nyeri tekan (+), ukuran
Kepala : dbn 7 x 7 cm
Leher : dbn,
pembesaran Move : Tidak ada
KGB (-) keterbatasan ruang
Mata : Anemis lingkup gerak sendi
(-) pada siku dan
Toraks : dbn, pergelangan tangan
benjolan (-),
NVD : Teraba pulsasi
suara jantung
normal, bunyi arteri radialis dan
nafas normal ulnaris kanan-kiri,
Abdomen : dbn, ekstensi-fleksi sendi
benjolan (-), siku dan pergelangan
bising usus (+) tangan (+), tidak
Punggung : dbn, didapatkan defisit
benjolan (-) sensoris, fungsi N.
Ekstremitas : Radialis, N. Medianus,
dbn, benjolan (- dan N. Ulnaris dbn
), kecuali regio
antebrakii kanan

Diagnosis
Lipoma regio volar antebrakii
proksimal
SMART MODULE 2018 |4

Tata Laksana

Farmakologi Nonfarmakologi

1. Analgetik 1. Eksisi tumor

2. Biopsi

3. Pemeriksaan
histopatologi
SMART MODULE 2018 |5

II. INTERPRETASI KASUS

1. KU (Keluhan Utama)
Benjolan di lengan bawah kanan bagian atas
Timbulnya benjolan pada lengan bawah kanan bagian atas dari pasien
menunjukkan predileksi terjadinya penyakit, yaitu daerah ekstremitas atas.

2. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)


Pada awalnya benjolan timbul sudah lama namun pasien tidak
merasakannya karena tidak terasa nyeri dan tidak mengganggu
aktivitas. Setahun terakhir kemudian, benjolan tersebut lambat laun
bertambah besar dan terasa nyeri sampai mengganggu aktivitas pasien.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang benigna (jinak) dari suatu
neoplasma (tumor) karena waktunya yang tidak cepat dan pertumbuhannya
cenderung lambat. Tumor pada awalnya dapat bersifat asimtomatis,
kemudian tumbuh perlahan selama periode beberapa bulan sampai beberapa
tahun hingga bertambah besar.

3. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)


 Pasien tidak punya riwayat trauma
Menandakan bahwa benjolan yang timbul pada lengan bawah kanan bagian
atas pasien bukan disebabkan oleh adanya trauma. Hal ini dapat
melemahkan salah satu hipotesis yaitu kista ganglion yang etiologi
terseringnya adalah trauma.
 Pasien tidak punya riwayat asam urat
Pada penyakit asam urat (gout arthritis) dapat ditemukan adanya
pembengkakan yang diakibatkan oleh penumpukan kristal asam urat. Hal ini
dimaksudkan untuk membedakannya dengan benjolan yang terjadi pada
pasien. Dengan ini dapat dipastikan bahwa benjolan yang timbul pada
pasien bukan dikarenakan penyakit asam urat.
SMART MODULE 2018 |6

4. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)


Pasien ingat dulu kakeknya punya benjolan di punggung
Kemungkinan kakek dari pasien juga menderita penyakit yang serupa. Hal
ini dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya tumor pada pasien, yaitu
genetik (keturunan).

5. RPO (Riwayat Pengobatan)


 Pasien sudah minum obat penghilang nyeri namun tidak ada
perubahan
Kemungkinan obat anti nyeri yang dikonsumsi oleh pasien adalah obat anti
nyeri untuk nyeri tingkat rendah sampai dengan sedang (seperti parasetamol
dan/atau ibuprofen yang mudah didapatkan di warung-warung). Hal ini
menjadi evaluasi untuk pemberian obat anti nyeri selanjutnya yang lebih
poten, yaitu obat anti nyeri untuk nyeri dari sedang ke berat.
 Pasien berobat ke orang pintar namun benjolan tetap ada dan nyeri
bertambah
Pasien tidak diobati dengan benar sehingga memperparah keluhan.

6. Hipotesis
1. Lipoma : Penyakit ini diambil sebagai hipotesis karena sesuai dengan
keluhan pasien, yaitu berupa benjolan, terdapat di daerah ekstremitas,
pertumbuhannya lambat, ada riwayat keluarga (yaitu kakek pasien yang
juga pernah memiliki benjolan), serta umumnya tidak nyeri (kalaupun
nyeri dalam kasus ini itu karena ukurannya yang besar sehingga menekan
saraf).
2. Kista ganglion : Penyakit ini diambil sebagai hipotesis karena seusai
dengan keluhan pasien, yaitu berupa benjolan, predileksinya sama (di
tangan) dan dapat menyebabkan nyeri apabila ukurannya cukup besar
untuk menekan saraf.
SMART MODULE 2018 |7

3. Fibroma : Penyakit ini diambil sebagai hipotesis karena sesuai dengan


keluhan pasien yaitu, berupa benjolan, pertumbuhannya lambat serta
dapat menimbulkan atau tidak menimbulkan nyeri.
4. Liposarkoma : Penyakit ini diambil sebagai hipotesis karena sesuai
dengan keluhan pasien, yaitu berupa benjolan, bisa terdapat di daerah
lengan serta terasa nyeri.
Keempat hipotesis di atas diambil karena semua penyakit tersebut sama –
sama bisa menghasilkan benjolan di bagian ekstremitas atas. Maka dari itu
perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya agar
bisa menentukan diagnosis yang tepat pada pasien, dan selanjutnya bisa
menentukan tindakan yang tepat sesuai dengan diagnosis.
7. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
 KU (Keadaan Umum) : Tampak sakit ringan
Pasien terlihat sedikit kesakitan dan penyakit ini cukup mempengaruhi
pasien dan aktivitasnya.
 Kesadaran : CM (Compos Mentis)
Pasien sadar penuh, dapat dilihat dari kemampuannya untuk memaparkan
keluhan ataupun menjawab pertanyaan pada saat anamnesis.
 TB = 165 cm; BB = 80 kg
Setelah perhitungan, didapatkan nilai indeks masa tubuh pasien yaitu
29,38. Dalam hal ini pasien termasuk kategori obese tingkat I (kategori
Asia Pasifik). Obesitas dapat menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya keluhan pada pasien.
SMART MODULE 2018 |8

 Tanda Vital : dalam batas normal (dbn)


TD (Tekanan Darah) : 120/80 (Normalnya 120/80)
R (Respirasi) : 24x/menit (Normalnya 20 sampai 24 kali per menit)
N (Nadi) : 80x/menit (Normalnya kurang dari 100 kali per menit)
S (Suhu) : 37C (Normalnya 35,6C – 37,8C)
Tidak ada peningkatan tekanan darah (hipertensi : - ), tidak ada gangguan
pernapasan, denyut nadi normal, tidak ada tanda demam (gejala
prodromal : - ).
 Kepala : dalam batas normal (dbn)
Ukuran kepala normal dan tidak ada kelainan pada kulit kepalanya.
 Leher : dbn, pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) -/-
Tidak ada kelainan pada leher dan tidak ada tanda-tanda terjadinya proses
inflamasi di daerah leher dan sekitarnya (karena tidak ada pembesaran
KGB).
 Mata : Anemis -/-
Pasien tidak mengalami kekurangan darah (anemia).
 Thoraks : dbn, benjolan (-), suara jantung normal, bunyi nafas
normal
SMART MODULE 2018 |9

Tidak ada kelainan pada toraks, tidak adanya benjolan menandakan tidak
adanya metastasis ke toraks, fungsi jantung normal, dan tidak ada
gangguan pernapasan.
 Abdomen : dbn, benjolan (-), bising usus (+)
Tidak ada kelainan pada abdomen, tidak adanya benjolan menandakan
tidak adanya metastasis ke abdomen, bising usus positif artinya tidak
terjadi obstruksi usus.
 Punggung : dbn, benjolan (-)
Tidak ada kelainan pada punggung, tidak adanya benjolan menandakan
tidak adanya metastasis ke punggung.
 Ekstremitas : dbn, benjolan (-), kecuali regio antebrakii kanan
Fungsi pergerakan ekstremitas masih normal atau tidak terganggu,
benjolan tidak bersifat simetris atau hanya terjadi pada satu tempat
(lokalisata) yaitu di daerah lengan bawah bagian kanan.
B. Status Lokalis : Regio Antebrakii Kanan, Volar Proksimal
 Look : Tampak benjolan sebesar telur ayam, warna sama dengan
kulit, dilatasi vena (-)
Ukuran benjolan cukup besar, warna sama dengan kulit menandakan
bahwa benjolan tidak mengenai pembuluh darah atau tidak ada tanda-
tanda inflamasi, dilatasi vena negatif berarti tidak ada pelebaran
pembuluh darah vena atau tidak ada trauma pada pembuluh darah vena
dan benjolan yang terjadi bukan karena eksudasi cairan (bukan edema).
 Feel : Teraba benjolan, konsistensi lunak, berbatas tegas, permukaan
rata, mudah digerakkan, nyeri tekan (+), ukuran 7 x 7 cm
Benjolan berbatas tegas menandakan bahwa benjolan memiliki pembatas
(berkapsul), mudah digerakkan merupakan salah satu ciri tumor jinak,
nyeri tekan positif berarti ukuran benjolan yang cukup besar di sini
menyebabkan penekanan pada saraf sehingga timbul nyeri.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 10

 Move : Tidak ada keterbatasan ruang lingkup gerak sendi pada siku
dan pergelangan tangan
Hal ini menandakan bahwa benjolan atau tumor tersebut tidak sampai
menyerang otot dan sendi (bersifat superfisial), bukan juga tumor pada
otot atau sendi.
 NVD : Teraba pulsasi arteri radialis dan ulnaris kanan dan kiri
Motorik : ekstensi dan fleksi sendi siku dan pergelangan tangan (+)
Sensibilitas : tidak didapatkan defisit sensoris
Fungsi N. Radialis, N. Medianus, N. Ulnaris : dbn
Teraba pulsasi menandakan tidak adanya gangguan sirkulasi atau
penyempitan pembuluh arteri (benjolan tidak menekan pembuluh darah).
Fungsi motorik dan sensibilitas tidak terganggu berarti benjolan tidak
sampai menyerang otot ataupun sendi dan tidak menyebabkan kerusakan
saraf.
8. Pemeriksaan Penunjang
 Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED normal
Menandakan penyakit bukan karena infeksi.
 Kadar asam urat normal
Menandakan bahwa benjolan yang timbul pada pasien bukan disebabkan
oleh adanya penumpukan kristal asam urat.
 Kadar LDH (Laktat Dehidrogenase) normal
Menandakan bahwa benjolan yang timbul pada pasien bukan merupakan
suatu malignansi. Test LDH ini digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis keganasan (liposarkoma).
 Kadar alkali fosfatase normal
Menandakan bahwa benjolan yang timbul pada pasien bukan merupakan
suatu neoplasma tulang.
9. Diagnosis : Lipoma regio volar antebrakii proksimal (kanan)
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 11

Hal yang menguatkan diagnosis ini yaitu predileksinya di ekstremitas,


tidak ada tanda-tanda benjolan tersebut disebabkan oleh trauma, tidak ada
metastasis ke daerah tubuh lain. Pada pemeriksaan fisik menandakan
benjolan tersebut bukan suatu malignansi, tidak menyebabkan keterbatasan
gerakan dan defisit sensoris, serta kadar LDH normal juga menunjukkan
bahwa benjolan ini sekali lagi bukan suatu malignansi.
1. Kista ganglion digugurkan karena biasanya menyebabkan keterbatasan
gerak dan kesemutan serta penyebabnya adalah trauma.
2. Fibroma digugurkan karena penyebab utamanya adalah trauma atau
iritasi lokal dan predileksinya lebih sering di mamae, uterus, dan
ekstremitas bagian ekstensor.
3. Liposarkoma digugurkan karena benjolan pada pasien ini mudah
digerakkan, tidak terjadi metastasis, dan kadar LDH yang normal. Hal ini
menunjukkan bahwa benjolan pada pasien bukan suatu malignansi seperti
liposarkoma.

10.Tata Laksana
Farmakologi yaitu dengan memberikan obat analgetik untuk
menghilangkan nyeri.
Nonfarmakologi yaitu dengan dilakukannya eksisi atau pengangkatan
tumor. Setelah tumor diangkat, dapat dilakukan biopsi dan pemeriksaan
histopatologi untuk melihat gambaran dari tumor itu sendiri. Sebenarnya
tindakan yang kedua ini merupakan tindakan diagnostik.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 12

III. BASIC SCIENCE (NEOPLASMA DAN KULIT)

IV. CLINICAL CASE

LIPOMA

Definisi
Neoplasm of subcutaneous fat; tumor jinak subkutis yang berisi jaringan
lemak dan merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering pada orang
dewasa.

Etiologi
Tidak diketahui, namun kebanyakan lipoma (sekitar 75%) menunjukkan
adanya abnormalitas kariotipe. Pada temuan sitogenetika, hasilnya berbeda-
beda. Akan tetapi, yang paling sering adalah karena adanya mutasi pada
kromosom 12 bagian lengan panjang (12q) di pita 13-15 (12q13, 12q14, dan
12q15).

Epidemiologi
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 13

1. Meski dapat terjadi pada usia berapapun, biasanya menyerang orang


dewasa (40-60 tahun). Jarang terjadi pada anak - anak.
2. Insidensi pada pria dan wanita sama.

Faktor Risiko
Risiko terjadinya lipoma meningkat pada pasien dengan obesitas,
hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. Orang yang memiliki anggota keluarga
dengan keluhan serupa juga memilki risiko yang tinggi untuk berkembangnya
lipoma.

Klasifikasi
Berdasarkan lokasinya, lipoma dapat diklasifikasikan menjadi lipoma
yang terjadi di subkutan, intermuskular, dan viseral. Adapun klasifikasi yang
lain (berdasarkan temuan klinikopatologi) dari lipoma yaitu sebagai berikut :
1. Lipoma soliter (the simple, solitary lipoma). Tumor ini sesuai namanya,
yaitu soliter (berjumlah tunggal atau satu), lunak, berlobul, berlokasi di
bawah kulit, tertambat/melekat di kulit, dan memiliki karakteristik kulit
yang tertarik.
2. Lipoma multipel (multiple lipoma). Tumor ini sesuai namanya, yaitu
multipel (berjumlah lebih dari satu atau banyak) memiliki tekstur lebih
keras dibanding lipoma soliter, biasanya tidak tertambat pada kulit, dan
distribusinya simetris.
3. Lipomatosis kongenital difus (Congenital diffuse lipomatosis). Variasi
dari lipoma ini terbatas pada satu atau dua anggota tubuh dan biasanya
berkaitan dengan pembesaran otot dan tulang yang sesuai dengan anggota
tubuh yang terkena.
4. Lipoma degenerasi (Degenerated lipoma). Tumor ini mewakili lipoma
berukuran besar yang telah mengalami perubahan degenerasi akibat
pertumbuhan yang cepat atau gangguan pasokan darah.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 14

Gejala Klinis
Mula-mula timbul benjolan di bawah kulit dengan konsistensi lunak,
makin lama makin besar dan bertambah banyak, tanpa nyeri. Lipoma biasanya
tumbuh perlahan selama periode beberapa bulan atau tahun.
Orang dengan lipoma akan merasakan benjolan lunak dan berbentuk oval
di bawah kulitnya. Lipoma biasanya berwarna sama seperti kulit (jika tidak
menyerang sendi, organ, saraf, atau pembuluh darah).
Lipoma dapat terjadi lebih dalam di bawah kulit. Pada kejadian tersebut,
pasien mungkin tidak dapat melihat atau merasakannya. Lipoma yang dalam ini
dapat menekan organ-organ internal atau saraf dan menimbulkan gejala-gejala
tertentu. Misalnya, seseorang dengan lipoma di atas atau dekat dengan perut
dapat mengalami mual, muntah, dan konstipasi. Beberapa lipoma yang tumbuh
cukup besar dapat menekan saraf dan menyebabkan nyeri.

Diagnosis
a. Anamnesis
Melakukan anamnesa yang teliti mengenai keadaan pasien seperti
keluhan utama (yaitu adanya benjolan), lokasi terjadinya keluhan, onset
dari keluhan (sejak kapan benjolan timbul), gejala yang menyertai
keluhan (benjolan terasa nyeri) riwayat penggunaan obat, riwayat trauma,
riwayat penyakit lain yang terkait dengan keluhan (dicurigai mirip), dan
riwayat keluarga dengan keluhan mirip atau serupa.
b. Pemeriksaan fisik
 Predileksinya di lengan, leher, punggung, dada, dan tungkai
 Tumor soliter atau multipel dengan konsistensi lunak, besarnya
bervariasi dari lentikular sampai numular, dan berlobus-lobus
 Tumor berbatas tegas (sirkumskrip), berwarna sama dengan kulit
sekitarnya, dan mudah digerakkan
c. Pemeriksaan penunjang
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 15

 Tes darah :
 Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED)
 Tes LDH (Laktat Dehidrogenase), untuk memeriksa adanya
malignansi atau tidak. Pada pasien dengan kanker, level LDH di
serumnya tinggi. Cara pemeriksaannya yaitu dengan mengambil
sampel darah vena (biasanya vena di daerah siku) dari
menggunakan jarum yang dialirkan ke vial kedap udara kemudian
dilakukan penghitungan kadar LDH.
 Tes ALP (Alkaline Phosphatase), untuk memeriksa adanya
penyakit atau gangguan pada hati atau tulang. Cara
pemeriksaannya sama dengan LDH, yaitu menggunakan sampel
darah vena kemudian dilakukan penghitungan kadar ALP.
 Tes asam urat
 Pemeriksaan penunjang lainnya :
 Biopsi, dilakukan dengan mengambil sampel sel pada tumor
kemudian memeriksanya di bawah mikroskop. Gambaran lipoma
sendiri di bawah mikroskop (histopatologik) yaitu tampak massa
sirkumskrip yang dikelilingi oleh kapsul fibrosa tipis dengan
pembuluh kapiler berdinding tipis pula, terdiri atas jaringan adiposa
putih yang matur, univakuolar, berlobul-lobul, serta nukleusnya
tampak terdesak.

 Radiologi: USG, MRI, dan/atau CT Scan. Pemeriksaan radiologi


yang terutama digunakan adalah pemeriksaan MRI, dimana dengan
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 16

MRI dapat dibedakan bentukan tumor yang benigna atau maligna


dan hubungan lesi tumor dengan struktur/jaringan di sekitarnya.
MRI digunakan karena alat ini lebih jelas dalam melihat jaringan
lunak.

Komplikasi
Lipoma terutama yang terjadi di subkutan sering tidak menimbulkan
komplikasi, tetapi mengganggu dari segi kosmetik. Lipoma pada jaringan
gastrointestinal (lipoma viseral) mungkin dapat menyebabkan komplikasi
berupa perdarahan akibat obstruksi dan intususepsi. (Intususepsi : kondisi di
mana sebagian usus terlipat dan menyusup ke dalam bagian usus lainnya yang
mengakibatkan penyumbatan di dalam usus atau obstruksi usus).

Pencegahan
Sebenarnya tidak ada cara untuk mencegah terbentuknya lipoma. Akan
tetapi, dapat dilakukan perubahan gaya hidup yakni dengan memperbanyak
konsumsi sayur juga buah-buahan, membatasi konsumsi makanan berlemak
tinggi, mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan, dan berolahraga secara teratur
guna menghindari penumpukan lemak berlebih.

Prognosis
Prognosis untuk lipoma baik (dubia at bonam). Rekurensi jarang terjadi,
namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi apabila eksisi yang dilakukan
tidak sempurna.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 17

V. PATOFISIOLOGI
(oleh: Bella Amelia Putri 1810211006)

Versi 1 (https://www.scribd.com/doc/260669444/lipoma)

Versi 2 ( https://www.sciencedirect.com/, HALLMARK OF CANCER)


S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 18

1. Sustain Proliveratife Signaling  EGFR Inhibitor


Normalnya, cellgrowth dan pembelahan itu pada homeostasis, jadi
ada siklusnya pada kanker proliferative sel menjadi tidak terkontrol.
↑ Sinyal growth factor. Terdapat Signaling mitogenic.Dengan Cara :
 Produksi growth factor sendiri.
 Memberi sinyal pada sel normal untuk supply growth factor.
 Elevasi level protein reseptor pada permukaan.
 Perubahan struktur pada molekul reseptor.
2. Evading Growth Suppressors  Cyclin dep Kinase (CDK) Inhibitor
Tumor suppressor gene : RB (Retinoblastima associated) dan TR
53 Protein merupakan gen yang mengatur regulasi sel mau proliferative /
apoptosis.Namun pada cancer pathway ini ada yang hilang.
*CDK = Protein Kinase yang berperan dalam siklus sel untuk cell growth
, replikasi dna, dan mitosis.*
3. Resisting Cell Death  Proapoptosis BH3 Mimetics
Sel kanker dapat mengindar dari program apoptosis dengan cara:
 ↑ Ekspresi regulator antiapoptosis (BCL – 2, BCL – XL) / Survival
signals (IGF – 1 / 2)
 ↓ Proapoptosis factor (BAX, BIM)
4. Enabling Replicative Immortality  Telomerase Inhibitor
Immortal Cell  bisa mempertahankan perpanjang terlomer dan
DNA untuk menghindari apoptosis.
5. Induce Angiogenesis  Inhibitor VEGF Signaling
VEGF – A dan thrombospondin – 1(TSP -1) berperan dalam
mempengaruhi apoptosis.
6. Aktivasi, Invasi dan Metastase  Inhibitor HGF/C – Mct
↓ E – Cadherin (sebagai lem perekat sel epitel dan menjaga tiap
lembarannya)
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 19

7. Deregulasi Cellular Energetics  Aerobic Glicolisis Inhibitor


Sel kanker bisa memprogram ulang metabolisme glukosa sehingga bisa
melakukan glikolisis aerobic.
8. Avoid Immune Destruction  Immune Activating anti – CTLA 4 mAb
9. Genome Instability and Mutation  PARP Inhibitors
10.Inflammatory State pada lesi pre/maligna oleh sistim Imun.

Versi 3 ( https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4551749/ )

1. Dalam jaringan adiposa, sel-sel CD34+ tampak terdistribusi luas dan


membentuk jaringan yang terorganisasi dengan baik yang mengelilingi
lobus dan lobulus, terkait erat dengan pembuluh mikro dan adiposit.

2. Adiposit kecil dikelilingi oleh sel CD34+ di lipoma meningkatkan


adipogenesis dan angiogenesis, sehubungan dengan jaringan lemak.

3. Identifikasi immunophenotype dari berbagai komponen fraksi vaskular


stroma (SVF) berdasarkan kepositifan sel CD34: preadipocytes, sel
endotel matang, dan pericytes.

4. Perbedaan immunophenotype, sehubungan dengan jaringan lipoma,


termasuk hilangnya ekspresi CD34 dengan ekspansi sel dengan
peningkatan penanda diferensiatif secara bersamaan yang menunjukkan
karakteristik adipogenik, osteogenik, dan khondrogenik.

5. Persistensi kepositifan CD34 dikaitkan dengan peningkatan kapasitas


replikasi dan pemeliharaan ketidakmatangan sel.

6. Sifat-sifat sel punca mesenchymal mereka memainkan peran penting


dalam pembentukan fibrosis dan tumor stroma, karena toleransi
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 20

imunologis (imunomodulasi) dan kemampuan mensintesis dan merombak


matriks ekstraseluler.

7. Sel CD34+ adalah pengatur konten kolagen stromal dan berkontribusi


untuk mengaktifkan fibroblas lokal melalui peningkatan kapasitas
proliferasi (berasal fibroblast baru), stimulasi faktor pertumbuhan dan
protein matriks ekstraseluler.

8. Sel CD34+ mengeluarkan VEGF, PDGF dan IL-8, yang mempromosikan


angiogenesis dan mendukung neovaskularisasi postnatal.

9. Sel CD34+, pada lipoma, berpartisipasi dalam pembentukan dan


perkembangan stroma tumor (dalam hal ini, juga alphaSMA +).

10.Pada tumor jaringan lunak lainnya, ekspresi bersama dari penanda lain
adalah umum dan ini juga memiliki arti keganasan.

11.Selain itu, peningkatan aktivitas proliferasi pada lipoma menunjukkan


bahwa penambahan jaringan lipoma mungkin disebabkan oleh
peningkatan turnover adiposit.

12.Mirip dengan obesitas, adiposit yang diturunkan dari lipoma


menunjukkan penurunan regulasi adiponektin dan peningkatan regulasi
leptin. Ini menunjukkan disfungsi adiposit.

13. Selain itu, dalam jaringan lipoma, diferensiasi terminal lipoblas diamati.
Jaringan lipoma dinyatakan terdiri dari adiposit matang karena ekspresi
PPAR-that yang tidak berubah antara lipoma dan jaringan lemak normal.

14.Respons peradangan adalah proses patologis dasar yang lazim dan


berharga. Sangat sering, pasien obesitas mengalami peningkatan kadar
protein C-reaktif (CRP) karena efek pro-inflamasi yang dihasilkan oleh
beberapa sitokin seperti IL-6.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 21

15.Jaringan yang terluka mengirim sinyal ke sel, yang diaktifkan dan


menunjukkan protein anti-inflamasi, tumor necrosis factor- (TNF) α, dan
protein proinflamasi, interleukin-6. Seperti diketahui apoptosis terbukti
menjadi mekanisme pertahanan melawan kanker.

16.Meskipun sel dapat melakukan bunuh diri melalui berbagai cara, sebagian
besar kematian sel diadili oleh jalur mitokondria (intrinsik) yang dimulai
oleh banyak sinyal, seperti isyarat perkembangan, perampasan faktor
pertumbuhan dan kerusakan DNA, di samping beberapa standar anti -
Perawatan kanker.

17.Dalam konteks ini, anggota keluarga BCL-2 adalah moderator penting


dari kematian sel apoptosis baik dalam kesehatan dan penyakit dan
deregulasi mereka telah ditunjukkan pada kanker.

18.Apoptosis dapat menyebabkan ketidakstabilan genom selama fase


proliferasi dengan mempromosikan munculnya klon patologis dan
replikasi akibat kerusakan DNA terkait stres.

19.Protein BCL-2 keluarga pro-dan anti-apoptosis berinteraksi secara intim


di membran mitokondria dan memoderasi jalur apoptosis intrinsik.Agen
sitotoksik adat menghalangi jalur pensinyalan hulu yang konvergen di
tingkat keluarga BCL-2.

20.Perubahan / modifikasi genetika eksogen menghasilkan kontraksi pro-


kematian sinyal pro-kematian.

21.Ekstrapolasi pada tumor manusia, kemampuan sel-sel apoptosis untuk


secara aktif meningkatkan proliferasi sel-sel di sekitarnya, misalnya
dengan mensekresi mitogen, mungkin sangat penting.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 22

22.Caspases, yang merupakan protein proapoptosis, dapat menggantikan sel-


sel yang sekarat dengan merangsang proliferasi sel yang masih hidup
yang bersebelahan.

23.Proliferasi yang disebabkan oleh apoptosis dapat menjadi sangat penting


untuk inisiasi dan perkembangan tumor.

24.Sel-sel apoptosis dapat mempengaruhi sel-sel yang hidup di sekitarnya


dalam perilaku lain. Sel-sel imun dan inflamasi memasok tingkat
komunikasi tambahan antara sel-sel yang sekarat dan berkembang biak.

25.Sel yang sekarat mengaktifkan neutrofil, makrofag, sel mast, dan sel
dendritik yang mengeluarkan sitokin mitogenik seperti IL1, IL6 atau TNF
α. Oleh karena itu, sistem kekebalan dan peradangan, selain pengawasan
kekebalan yang merupakan fungsi utama mereka, juga meningkatkan
transformasi ganas dalam keadaan tertentu.

Kesimpulan dari VERSI 3 :

Peran potensial dari keluarga CD34:

1. ↑ proliferasi (kapasitas replikasi)

2. Memblok diferensiasi stem sel → menjaga fenotipe/progenitor stem sel


yang tidak berdiferensiasi

3. Wound healing, tissue repair, fibrosis, dan tumor stroma formation

4. Pada lipoblast → diferensiasi multidireksional pada mesenkin

5. Mengatur pertumbuhan atau diferensiasi sel tumor → tampilan nodul


seperti lipoma
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 23

VI. TATA LAKSANA

A. Farmakologi
1. Analgesik
Penelitian telah menemukan bahwa kombinasi pengobatan seperti
acetaminophen dan NSAID atau opioid dan nonopiod, telah
menunjukkan hasil yang efektif terhadap nyeri pasien penderita
lipoma.
 Acetaminophen, dosis 500-1000 mg peroral setiap 6 jam
 NSAID : celecoxib 200mg 2 kali sehari

B. Non-Farmakologi
a. Eksisi Tumor

Pengangkatan lipoma dilakukan dengan beberapa alasan berikut:

 Alasan estetika
 Ketika hasil permeriksaan histologi mengarah pada liposarkoma
 Ukuran lipoma > 5 cm
 Ketika memberikan gejala nyeri atau mengganggu pergerakan

1) Terapi Endoskopi
Eksisi endosopik merupakan terapi nonoperatif di saluran
gastrointestinal bagian atas (yaitu, esophagus, lambung, duodenum)
atau kolon. Eksisi dengan colonoscopic memungkinkan terjadinya
perforasi jika dasar dari tumor luas. Penulis dari jepang menjelaskan
teknik yang aman dimana jerat bipolar digunakan dan defek dari
mukosa dipotong. Jika tidak, eksisi dengan operasi adalah jalan
lainnya.
2) Terapi surgical
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 24

Pengangkatan seluruh bagian tumor lipoma dengan eksisi secara


operasi untuk mencegah terjadinya rekurens local. Terapi
spesifiknya tergantung pada lokasi dari tumor.
 Metode comestically pleasing incision untuk lipoma subkutan
yang diangkat karena alasan estetika
 Liposuction adalah jalur alternative yang memungkinkan
pengangkatan lipoma dengan insisi yang sangat kecil, biasanya
untuk lokasi yang susah untuk dijangkau.

Eksisi Lipoma

Indikasi : kosmetik

Persiapan

a) Anestesi local atau umum tergantung pada lokasi dan ukuran lipoma
b) Posisi tergantung pada posisi lesi

Prosedur

 Lakukan insisi di atas lesi sepanjang garis Langer.


 Perdalam insisi dengan menggunakan daun gunting untuk
membuka ruang antara kapsul dan jaringan lemak disekitarnya.
 Gunakan sebuah jari untuk “mengorek” lipoma.
 Hentikan setiap titik perdarahan dengan diatemi atau benang jahit
halus yang bisa diserap.
 Hilangkan sisi ruang dengan beberapa jahitan terputus yang bisa
diserap. Kulit ditutup juga dengan jahitan terputus dengan benang
yang bisa diserap.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 25

b. Injeksi Steroid
Injeksi steroid menyebabkan atrofi lemak yang bersifat local,
kemudian lipoma mulai mengecil (atau jarang kemudian hilang secara
permanent). Injeksi baik dilakukan pada lipoma dengan diameter
kurang dari 1 inchi. Perbandingan 1:1 campuran antara lidocain dan
triamcinolone acetonide (kenacort), dalam dosis 10 mg per mL,
diinjeksikan pada tengah lesi, prosedur ini dilakukan beberapa kali
dengan interval bulan.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 26

VII. DIAGNOSIS BANDING


KISTA GANGLION
Definisi
Kista ganglion adalah sebuah kista kecil (diameternya kurang dari 1,5
cm) berlokasi di dekat kapsul sendi atau sarung tendon; pergelangan tangan
merupakan tempat yang sering. Walaupun namanya ganglion, tetapi tidak ada
hubungannya dengan ganglion dari sistem saraf. (Patologi Robbins edisi 9)

Etiologi
1. Degenerasi mukosa jaringan ikat sekunder
2. Trauma / cedera mikro secara terus-menerus
3. Iritasi jaringan articular
4. Idiopatik (tidak diketahui)

Epidemiologi
1. Wanita > Pria, dengan perbandingan 3:1
2. paling sering ditemukan pada wanita berusia antara 20 hingga 50 tahun
3. Lansia (Karena Kista mukosa ditemukan pada sendi interphalangeal distal
(DIP) dan umumnya hadir dengan osteoarthritis)
4. Jarang terjadi pada anak-anak
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 27

Gambaran Klinis
1. Tidak ada tanda-tanda inflamasi seperti eritem pada daerah sekitar kista
2. Bersifat asimtomatik (tanpa gejala)
3. Konsistensi kenyal karena berisi cairan synovial
4. Biasanya tidak terasa nyeri
5. Dapat juga merasakan parastesia (kesemutan) dan rasa nyeri (Ketika kista
menekan saraf median)
6. Diameter rata-rata < 1,5cm
7. Dapat terjadi perbesaran tergantung aktivitas penderita
8. Kista dapat digerakan
9. Transiluminat / tembus pandang saat dilakukan transillummination test

Diagnosis
1. Anamnesis
 Terdapat benjolan berkonstitensi kenyal, tetapi tidak ada
kemerahan di sekitar lesi
 Bisa muncul seketika atau karena trauma
 Adanya rasa kesemutan pada daerah sekitar kista
 Muncul pada daerah sekitar sendi
 Paling sering hadir di dorsum pergelangan tangan
2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda vital : dbn
2) Pemeriksaan lokalis
Look : Adanya deformitas dengan predileksi di sekitar sendi.
Tanda inflamasi (-)
Feel : Akan dirasakan konsitensi kenyal. Nyeri (+) jika kista sudah
berukuran besar
Move : Mobilitas pasien tergantung dengan besar ukuran kista
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 28

3. Translumination Test

Transiluminasi adalah tes yang digunakan untuk mengidentifikasi


kelainan pada organ atau rongga tubuh. Tes dilakukan di ruangan gelap,
dengan cahaya terang bersinar pada bagian tubuh tertentu untuk melihat
struktur di bawah kulit.
Area yang diuji akan menyala terang jika ada udara, cairan, atau
massa non-padat seperti kista. Tidak adanya organ akan memungkinkan
cahaya melewati kulit dan juga akan tampak cerah. Massa padat akan
tampak gelap dan normal.
Maka pada pemeriksaan benjolan untuk kista ganglion akan
terdapat gambaran terang karena cahaya hanya melewati cairan jernih.

4. Allen Test
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 29

Tes pada vaskular arteri radialis atau ulnaris, dengan cara pasien
mengepalkan tangan, pemeriksa akan menekan pada arteri radialis atau
ulnaris. Bertujuan untuk melihat apakah ada penekanan pada vaskular
akibat kista. Caranya:
1. Pasien diminta mengepalkan tangan
2. Tekan arteri radialis atau ulnaris hingga tangan pasien terlihat
pucat, lalu lepaskan.
Warna tangan yang kembali memerah (kurang dari 5-10 detik)
maka kista tidak menekan pembuluh darah. Jika waktu >10 detik
maka kista menekan pembuluh darah

Predileksi
Paling sering di dorsum pergelangan tangan di sendi scapholunate, pada
regio volar, dorsum manus, kaki dan jari.

Pemeriksaaan Penunjang
1. Plain film
Memberikan visualisasi kista, dapat mengidentifikasi kelainan tulang
(deformitas).

2. Ultrasound
Membedakan kista dari pembuluh darah dan untuk menghindari
kesalahan tusukan pada pembuluh darah sekitar kista.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 30

Tata Laksana
A. Farmakologi
1. Anti-inflamasi, analgetik, dan antipiretik
a. Piroksikam (10–20 mg 1 kali/hari)
o Salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat
enolat. Waktu paruh 45 jam, dapat dicerna cepat oleh lambung.
Dapat menghambat COX 1 dan 2 maka dari itu efek samping
dari piroksikam adalah tukak lambung karena mempengaruhi
pada COX 1 ( Prostasiklin ) yang berfungsi untuk proteksi
lambung.
o Indikasi : Penyakit inflamasi sendi (Arthritis rhematoid,
osteoarthritis, Spondilits ankilosa)
o Efek samping : Pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit
b. Meloksikam (7,5–15 mg 1 kali/hari, selama 5 hari)
o Walaupun Meloksikam merupakan NSAID non-selektif, tetapi
Meloxicam lebih menghambat ke COX-2. Obat ini lebih jarang
menyebabkan gejala dan penyakit saluran cerna dibandingkan
dengan piroksikam, diklofenak, dan naproksen. Meloksikam
diketahui menghambat sintesis tromboksan A2, bahkan pada
dosis supraterapi
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 31

c. Diklofenak (100–150 mg 2 – 3 kali/hari, selama 5 hari)


o Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang
merupakan inhibitor COX relatif non-selektif. Merupakan obat
yang menghambat COX 1 dan 2. Menghambat tromboxan dan
prostasiklin sebagai (COX 1) dan prostaglandin (COX 2) yang
merupakan mediator inflamasi akan terhambat.
o Indikasi : Rhematoid Arthritis, Osteoarthritis, ankylosing
spondilitis
o Efek samping : Mual, gastritis, eritema kulit ( sama seperti
semua obat AINS )
o Kontraindikasi : Gangguan saluran cerna, riwayat tukak
lambung, Wanita hamil

2. Neuropatik: Methylcobalamin (500 mg 2 kali/hari, selama 7 hari)


Merupakan jenis vitamin B12, banyak digunakan untuk terapi
penyakit neurologis, salah satunya kista ganglion atau gangguan kognitif.
 Indikasi : Pada pasien yang kekurangan vitamin B12, neuropati
(seperti kesemutan) dan anemia pernisiosa (penurunan sel darah
merah karena gangguan penyerapan vitamin B12)
 Konta indikasi : Penderita penyakit jantung / paru-paru
 Mekanisme : Metikobalamin adalah kofaktor enzim methyonine
synthase yang berfungsi dalam transfer metal untuk regenerasi
metionin dari homostein. Memperbaiki gangguan metabolisme asam
nukleat dan protein di dalam jaringan saraf serta memperbaiki
ganggaun saraf sensoris dan motoris.
 Efek samping : Ruam kulit, anafilaktik, muntah, penurunan nafsu
makan dan diare
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 32

B. Non-Farmakologi
1. Aspirasi
 Tindakan memasukkan jarum ke daerah kista ganglion yang
konstitensinya kenyal / tidak terlalu padat. Jarum tersebut akan
menyedot cairan pada kista yang merupakan cairan sinovial.
Setelah dilakukan aspirasi maka harus diberi obat golongan steroid
untuk mencegah inflamasi. Sendi tidak boleh digerakkan untuk 5-7
hari pasca dilakukannya tindakan aspirasi.
 Kontraindikasi : Kista ganglion pergelangan tangan volar (sering
dekat dengan arteri radialis atau kadang-kadang dapat mengelilingi
pembuluh darah)

2. Eksisi
 Membedah kista ganglion, terutama pada kondisi disaat kista sudah
mengganggu aktifitas dan mobilisasi pasien karena kista sudah
membesar, nyeri, dan parastesia sudah terasa. Metode dilakukan
dengan cara eksisi seluruh bagian dari kista termasuk kapsulnya
diangkat. Metode ini dianggap sebagai metode paling efektif
karena jarang ditemukan kekambuhan setelah eksisi.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 33

Komplikasi
1. Sindrom carpal tunnel, Biasanya pada penderita kista ganglion

bagian volar
Sindrom Carpal tunnel adalah kumpulan gejala dan tanda khas yang
terjadi setelah kompresi saraf medianus. Gejala yang biasa terjadi
adalah mati rasa, parastesia (Kesemutan) dan nyeri pada saraf median.
2. Neuropraxia saraf ulnaris
Karena kista ganglion dapat terjadi di bagian volar pergelangan
tangan.
3. Iskemia
Karena kompresi arteri radialis.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 34

Patofisiologi Kista Ganglion

Gammarezka F F

1810211033
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 35

Penjelasan Patofisiologi
Salah satu etiologi dari kista ganglion adalah trauma, trauma pada sekitar
sendi akan membuat komponen pada sinovial bocor dan selanjutnya cairan
sinovial akan keluar dari kompartemennya yang menyebabkan tekanan akibat
cairan sinovial akan bertambah. Selain itu jika komponen pada sinovial bocor
akan membuat keluarnya protein kental bersama dengan air, air yang keluar
dapat di reabsorbsi tubuh, tetapi hal itu tidak terjadi protein yang akan membuat
terakumulasinya substansi jelly di periartikular.
Lalu, trauma mikro juga merupakan etiologi dari kista ganglion,
walaupun sedikit berbeda dengan trauma pada umumnya. Trauma mikro yang
terjadi secara terus menerus akan membuat volume kompartemen meningkat.
Trauma juga akan membuat gangguan pada jaringan ikat yang akan
menstimulasi kolagen dan fibrosit yang nantinya berperan sebagai kapsul yang
menjadi dinding pada kista ganglion. Selain itu jaringan ikat akan mentimulasi
fibroblast akan menstimulasi sekresi mukus dan asam hialuronat yang berperan
juga sebagai penumpukan cairan.
Penumpukan cairan, terdapatnya substansi kental di peri artikular dan
akumulasi cairan sinovial akan membuat edem Yang akan dilindungi oleh
kapsul jaringan ikat.
Setelah kista ganglion terbentuk, kista ganglion dapat juga membesar dan
akan membuat komplikasi. Pada saraf sendiri, kista ganglion dapat menekan
saraf perifer yang akan membuat Sindrom Carpal Tunnel, Sindrom Carpal
Tunnel akan membuat parastesia dan nyeri. Lalu, akan terbentuknya mediator
inflamasi, salah satunya adalah prostaglandin yang akan membuat nyeri. Nyeri
tersebut bisa saja membuat pasien menjadi terbatas untuk bergerak (functio
laesa). Jika kista ganglion membesar, maka kista dapat menekan vaskularisasi
yang akan membuat iskemia pada jaringan tersebut. Terakhir, jika kista
ganglion membesar, maka daerah tersebut akan menjadi deformitas yang akan
membuat pasien menjadi terbatas aktifitasnya.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 36

LIPOSARKOMA
Definisi
Liposarkoma adalah keganasan sel-sel lemak matur dalam ruang jaringan
ikat. Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarcoma jaringan
lunak, muncul perlahan, membesar, tanpa rasa sakit.

Epidemiologi
Liposarkoma merupakan tumor ganas yang jarang ditemukan. Insiden
liposarkoma pada usia 50-70 tahun. Insiden anak (5%) dan dewasa (20%) dari
seluruh sarkoma jaringan lunak. Predileksi mengenai ekstremitas bawah,
kepala, dan leher (biasanya leher dan pipi)

Etiologi
Etiologi dari liposarkoma tidak diketahui dengan jelas. Tetapi, banyak
yang berpendapat bahwa liposarcoma terbentuk saat sel lemak tidak
berkembang dengan baik (mutasi). Sel bermutasi membuat sel lemak terus
menerus berkembang dengan cepat dan tidak mengalami kematian saat dimana
seharusnya sel lemak mati. Akumulasi dari sel lemak ini akan membentuk
tumor.

Klasifikasi
1. Well-differentiated liposarcoma  merupakan subtipe sarkoma yang
paling sering ditemukan. Pertumbuhan tumor pada subtipe ini cukup
lambat dan tidak menimbulkan rasa sakit.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 37

2. Myxoid liposarcoma  merupakan subtipe liposarkoma ke-2 terbanyak.


Subtipe ini adalah tumor dari stadium intermediate menuju ke stadium
lanjut. Jika dilihat di bawah mikroskop, sel tumor terlihat sedikit
abnormal dan mungkin memiliki komponen tumor stadium lanjut.
3. Pleomorphic liposarcoma  merupakan subtipe paling jarang ditemukan
pada pasien pengidap liposarkoma. Morfologis dari subtipe ini sel tumor
sangatlah berbeda dengan sel awal.
4. Dedifferentiated liposarcoma  dikatakan subtipe ini ketika tumor
stadium rendah berubah menjadi sel tumor baru menjadi tumor stadium
lanjut.

Manifestasi Klinis
Pasien dapat melaporkan hal-hal berupa teraba massa yang semakin
membesar, penurunan fungsi (motoric dan sensorik), kesemutan, pembesaran
pembuluh darah.

Diagnosis
Bila terdapat dugaan liposarkoma:
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 38

1. Pemeriksaan fisik pada pasien sangatlah penting. Palpasi benjolan 5


cm atau lebih besar dan dalam, kokoh dan melekat pada struktur di
bawahnya biasanya dianggap mencurigakan.
2. Imaging Test akan dilakukan setelah pemeriksaan fisik telah
dilakukan, Imaging Test yang sering digunakan dalah sinar-X dan
MRI yang berfungsi untuk menentukan ukuran dan tingkatan dari
liposarkoma pasien.
3. Biopsi adalah proses yang dilakukan oleh dokter yang berwernang
dengan cara mengambil sampel kecil dari jaringan untuk meninjau sel
kanker di laboratoriu,.
4. Pemeriksaan Laboratorium pemeriksaan pada darah dan jaringan
(patologi) dari pasien yang didapatkan dari proses biopsi. Bertujuan
untuk mendapatkan informasi tambahan dari tumor.

Komplikasi
Liposarkoma adalah tumor ganas. Ini berarti dapat menyebar atau
menginvasi ke bagian lain dari tubuh. Bagian lain dari tubuh termasuk organ
dan jaringan vital yang berada di dekat tumor.

Tata Laksana
a. Operasi

Prosedur ini dilakukan dengan tujuan mengangkat sel-sel tumor pada


jaringan tubuh. Jika jaringan yang terkena tumor masih dalam batas
superfisial, maka dokter mungkin akan mengangkat seluruh
liposarkoma atau sebanyak mungkin jaringan yang mengalami
keganasan. Pada ekstremitas juga bisa dilakukan amputasi jika sel
tumor sudah parah dan berpotensi mengalami komplikasi.
b. Radioterapi
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 39

Dilakukan dengan bantuan sinar X, membunuh sel-sel kanker.


Penggunaan radioterapi dapat digunakkan sebelum atau sesudah
operasi. Penggunaan radioterapi dengan operasi telah dibuktikan
bahwa dapat mencegah terjadinya rekurensi pada tempat yang telah di
bedah.
c. Kemoterapi

Peran kemoterapi dalam pengobatan liposarkoma tidak didefinisikan


sdengan jelas, tetapi mungkin direkomendasikan dalam situasi tertentu
di mana pasien berisiko tinggi untuk kambuh.

Prognosis
Prognosis berdasarkan subtipe dari liposarkoma. Kemungkinan tingkat
tetap bertahan hidup untuk 5 tahun kedepan (kemungkinan tidak meninggal
akibat keganasan tumor pasca operasi): 100% pada liposarkoma yang
berdiferensiasi baik, 88% pada liposarkoma myxoid, dan 56% pada liposarkoma
pleomorfik.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 40

FIBROMA
Definisi
Fibroma adalah tumor jinak mesenkim yang terdiri dari jaringan fibrosa
atau jaringan ikat.

Epidemiologi
 Tidak ada predileksi umur dan jenis kelamin → bisa menyerang semua
usia dan jenis kelamin
 Lebih sering terjadi pada orang dewasa
 Untuk fibroma molle, sering ditemukan pada perempuan usia
pertengahan, menopause dan usia lanjut.

Etiologi
Fibroma dapat disebabkan karena faktor herediter atau faktor eksternal
seperti trauma atau iritasi local. Fibroma bisa berupa hasil dari trauma yang
hanya sekali atau pengulangan, infeksi atau inflamasi kronis.

Predileksi
Tumor ini dapat timbul di organ mana saja, utamanya pada kulit, fasia,
dan tendon.

Klasifikasi
A. Berdasarkan Lokasi
No. Klasifikasi Gambaran
1 Angiofibroma
 tumor jinak yang terbentuk dari
pembuluh darah dan jaringan ikat.
Berupa papul kecil berwarna merah
kecoklatan di sekitar hidung dan
pipi.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 41

2 Dermatofibroma
 fibroma durum (isinya lebih
banyak kolagen dengan konsistensi
keras) yang berada pada kulit dan
sering terjadi pada wanita)
3 Fibroma Oral

4 Fibroma Plantar
 di lengkungan kaki, terutama
pada anak – anak.

B. Berdasarkan Konsistensi
1. Fibroma Molle  terdiri dari fibrosa longgar, isinya lebih banyak
fibroblast dengan konsistensi lunak, dan terdapat terutama di daerah
leher dan lipatan.
2. Fibroma Durum  mengandung lebih banyak serabut kolagen
dibanding sel fibroblasnya dan konsistensi keras.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 42

Gejala Klinis
1. Benjolan kenyal, dapat digerakkan, memiliki warna seperti mukosa
normal
2. Tidak menimbulkan rasa sakit
3. Diameter benjolan antara 1 – 1,5 cm
4. Pertumbuhan lambat (hitungan bulan atau tahun)
5. Mirip dengan kista ganglion namun berbeda pada pemeriksaan
transluminasi

Tata Laksana
Terapi pada fibroma dapat berupa eksisi menggunakan skalpel,
pembedahan menggunakan mesin elektrik ataupun sinar laser.
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 43

VIII. REFERENSI
A. CS Lipoma
1. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 2008 7th Ed.
2. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2
3. Robbins’s Basic Pathology 9th Ed.
4. Jurnal NCBI :
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507906/
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5461449/
5. Jurnal Medscape :
Todd an. 2018. Lipomas Treatment and Management. New York
https://www.medscape.com/answers/191233-117083/what-is-the-
prognosis-of-lipomas
6. Jurnal riset kanker : Lipomas – Cancer Research
(http://cancerres.aacrjournals.org/content/amjcancer/16/5/1104.full.
pdf)
B. Tata Laksana Lipoma
1. https://emedicine.medscape.com/article/191233-
overview?src=medscapeapp-android&ref=email
2. Teknik Bedah Umum, M. E. Foster & Morris Stiff
3. https://www.uspharmacist.com/article/nonopioid-analgesia-
following-softtissuetumor-surgery
C. Kista Ganglion
1. Medscape
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/12692672/?i=6&from=/2
1331652/related
2. Patologi robbins edisi 12
3. Apley & solomon ortopedi
D. Liposarkoma
1. http://sarcomahelp.org/liposarcoma
S M A R T M O D U L E 2 0 1 8 | 44

2. https://emedicine.medscape.com/article/1057855-differential
E. Fibroma
1. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI Edisi 7
2. Modul Penuntun Praktikum Dept. Patologi Anatomi FK UPNVJ
3. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th Edition
4. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/79903/Bud
i%20Y_1.pdf?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai