Makalah Hubungan Agama Dan Kebudayaan
Makalah Hubungan Agama Dan Kebudayaan
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan Agama dan Kebudayaan” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam Bpk. Ferliansyah
Zais, Lc. M.Si.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Hubungan Agama dan
Kebudayaan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan
Hubungan Agama dan Kebudayaan, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih
kepada pengajar matakuliah Sejarah Peradaban Islam atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Sejarah
Peradaban Islam. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat.
Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah
satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan
mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena
agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan.
Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan
masyarakat. Geertz mengakatan bahwa wahyu membentuk yang suatu struktur
psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya,
menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah
laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial,
tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
iv
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan
menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta
kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia. Upaya tersebut
3
dilakukan dengan berbagai ritual secara pribadi dan bersama yang
ditujukan kepada kekuatan besar yang mereka percayai sebagai Tuhan.
Peradaban islam adalah terjemahan dari kata Arab al- Hadha-rah al-
islamiyah. Kata arab ini sering juga diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia dengan kebudayaan islam. “Kebudayaaan” dalam bahasa arab
adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga bahasa arab dan barat,
masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab,
al-Tsaqafah; Inggris, Culture) dan “peradaban” (Arab, al-Hadharah;
Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang,
kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkaan tentang
semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan, manifestasi-
manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban . kalau kebudayaan lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau
kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama),
dan moral.2
Mengenai pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli
dan kamus besar antara lain :
1. Koentjara Ningrat ialah berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan.
2. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “budaya“
adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, keseniadan akal manusia.3
2 Dr. Badri Yatim, M.A,Sejarah Peradaban Islam Dirash IslamiyahII (Rajawali Pers Citra Niaga
Buku Perguruan Tinggi) hal.2
3 KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama,
2008)
4
3. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan
(adat, akhlak, kesenian, ilmu, dll). Sedang ahli sejarah mengartikan
kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi
melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.
4. Menurut Ki Hadjar Dewantoro Kebudayaan adalah "sesuatu" yang
berkembang secara kontinyu, konvergen, dan konsentris. Jadi
Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau mutlak.
Kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin
maupun fisik manusia secara kolektif.
4 Dr. Badri Yatim, M.A,Sejarah Peradaban Islam Dirash IslamiyahII (Rajawali Pers Citra Niaga
Buku Perguruan Tinggi)
hal.1-2
5
kebudayaan. Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada
komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta
kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi biasanya
dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit
modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan
tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas
budaya (dan tradisi) tertentu, banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya:
puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula
keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan
kebudayaan. Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya,
tidak pernah berubah; yang mengalami perubahan dan perkembangan
adalah hasil-hasil atau unsur-unsur kebudayaan. Namun, ada
kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan
unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.
6
Para sarjana tersebut,terutama sarjana Barat nampaknya melihat agama yang banyak dan
beraneka-ragam di dunia ini sebagai hal yang sama dan pada dasarnya sama. Dalam
pemikiran mereka menyimpan suatu perasaan bahwa semua agama itu pada dasarnya
adalah sama dan merupakan “fenomena atau gejala sosial” yang dapat ditemukan pada
tiap-tiap kelompok manusia. Menurut mereka, dalam kehidupan manusia terdapat aspek
umum yang bernama agama. Genus agama itu mengandung “species” yang bermacam-
macam, diantaranya adalah agama Islam.
Sebenarnya, apabila ditarik garis batas antara agama dan kebudayaan itu adalah “garis
batas Tuhan dan manusia”, maka wilayah agama dan wilayah kebudayaan itu pada
dasarnya tidak “statis”, tetapi “dinamis”, sebab tuhan dan manusia berhubungan secara
dialogis, di mana manusia menjadi “khalifah” (wakil)-Nya di bumi. Maka pada tahapan
ini, adakalanya antara “agama” dan “kebudayaan” menempati wilayah sendiri-sendiri, dan
adakalanya keduanya berada dalam wilayah yang sama, yaitu yang disebut dengan “wilayah
kebudayaan agama”.
Agama sesungguhnya untuk manusia, dan keberadaan agama dalam praktik hidup
sepenuhnya berdasar pada kapasitas diri manusia, bukan sebaliknya manusia untuk agama.
Oleh karena itu,agama untuk manusia, maka agama pada hakekatnya menerima adanya
pluralitas dalam memahami dan menjalankan ajarannya Jika agama untuk manusia, maka
agama sesungguhnya telah memasuki wilayah kebudayaan dan menyejarah menjadi
kebudayaan dan sejarah agama adalah sejarah kebudayaan agama yang menggambarkan
dan menerangkan bagaimana terjadi proses pemikiran, pemahaman dan isi kesadaran
manusia tentang wahyu, doktrin dan ajaran agama, yang kemudian dipraktikkan dalam
realitas kehidupan manusia dan dalam sejarah perkembangan agama itu,sehingga “agama
yang menyejarah telah sepenuhnya menjadi wilayahkebudayaan, karena tanpa menjadi
kebudayaan, maka sesungguhnyasejarah agama-agama itu tidak akan pernah ada dan tidak
akan pernah dituliskan”
.Di kalangan sarjana Barat, penganjur kelompok ini adalah Emile Durkheim (1859-
1917), seorang sarjana Perancis, yang agaknya ikut mempengaruhi pemikiran sebagian
sarjana Indonesia. Salah seorang sarjana Indonesia Koentjaraningrat, yang menurut
pengakuannya sendiri telah terpengaruh oleh konsep Emil Durkheim. Dengan
menggunakan istilah “religie” dan bukan“agama”(karena menurut beliau lebih netral),
Koentjaraningrat berpendapat bahwa religie merupakan bagian dari kebudayaan. Pendirian
7
Koentjaraningrat ini didasarkan kepada konsep Durkheim mengenai dasar-dasar religi
yang mengatakan bahwa tiap-tiap relegi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat
komponen, yaitu:
8
keduanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan
beragama manusia dapat hidup dengan senan dan berbudaya.
9
sedangkan agama wahyu tidak mengimaninya. Ketiga, agama wahyu sumber
tuntutan baik buruk berada dalam kitab suci Al-quran, sedangkan agama
bukan wahyu tidak essensial. Keempat, tak berubah dengan perubahan mentalitas
masyarakatyang menganutnya, sebaliknya justru mengubah mentalitas penganutnya.
Kelima, kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tahan terhadap kritik akal. Keenam, konsep
ketuhanannya serba Esa Tuhan Murni.
Sebagai contoh dari agama bukan wahyu merupakan kebudayaan salah satunya adalah
agama hindu yang merupakan agama kebudayaan yang meliputi zaman sejak kira-kira
1500 sebelum masehi hingga zaman sekarang. Masyarakatnya hingga kini masih
mempercayai kepercayaan dinamisme. Tidak hanya menganut kepercayaan dinamisme,
didalam agama hindu terdapat beberapa aliran agama yang berkembang didalamnya.
Dimana pada agama tersebut terdapat beberapa kasta yang berguna untuk memimpin
upacara-upacara adat. Tingkatan kasta yang masih ada dan diyakini oleh penganut agama
hindu hingga kini antara lain : Brahmana, Ksatria, waisya, dan sudra keempat kasta tersebut
memiliki kaum tersendiri.
Dalam agama hindu terdapat beberapa ajaran agama, saah satunya adalah
Bhagawadigta mereka meyakini bahwa Tuhan itu sebagai berikut:
1 Tuhan adalah zat ysng tidak dilahirkan, tanpa awal dan yang maha kuasa. Ia berlainan
sekali daripada dunia yang fana ini, sebab ia adalah Paramatma, iwa yang memiliki dua
tabiat, yaitu tabiat yang lebih tinggi (apara), yang bersifat jasmani (benda; bumi, air, api,
angin, budi, penertian dan kesadaran diri.
2 Tuhan berbuat melalaui benda. Pada benda itu ditempatkan benih dari Tuhan. Dapat
dikatakan, bahwa Tuhan adalah bapa segala makhluk, sedangkan benda adalah ibu yang
mengandungnya.
Berbeda dengan ajaran agam hindu Bhagawadigta dalam ajaran agama Hindu
Dharma. Terdapat salah satu ahli yang bernama Arifin: 63 berpendapat bahwa dalam
agama hindu dharma, terdapat dewa-dwa yang dipuja secara kadang-kadang. Dan dalam
rumusan buku upadesa, kepercayaan Hindu Dharma kepada tuhan tidak boleh disebut
10
politisme (faham banyak Tuhan), akan tetapi sebaliknya agama tersebut adalah monoteisme
(Paham Tuhan Esa).6
11
digunakan untuk beribadah. Contoh nya agama hindu, dalam agama tersebut
selalu menggunakan sesajen saat akan melakuan peribadatan. Agama hindu
tidak mengenal beribadah melainkan mereka lebih mengenal pemujaan,
dimana pemujaan tersebut mereka lakukan di dalam tempat yang mereka
anngap suci. Dalam pemujaan tersebut terdapat unsur kebudayaan, saat
mereka melakukan pemujaan mereka membaca doa-doa dan persembahan
bunga-bunga atau buah-buahan. Pada umumnya pemujaan dewa-dewa itu
meniru cara penerimaan tamu yang dihormati, dewa biasanya diundang
supaya hadir, dipersilahkan duduk, pada patungnya dilakukan pencucian, lalu
diersembahkan berbagai persembahan. Dalam Agama ini pula mereka
mempercayai adanya persembahan kepada roh jahat, penyembahan pada
tumbuhan, tempat ziarah. Dimana dalam islam unsure-unsur kebudayaan
sangatlah dilarang karena agama islam adalah agama rahmatan lil alamin.
Maka setiap unsur yang berusaha masuk kedalam ajaran agam islam
pastilah ditolak karena dalam ajaran agama slam agama dan kebudayaan
sangatlah berbeda, dalam islam tidak mengenal adanya pemujaan, sihir.
Karena agama islam adalah agama yang besumber dari wahyu yang
diturunkan kepada nabi dan rosulnya melalui perantara malaikat, dan
pedoman agama islam sudah jelas yaitu berpedoman kepada al-qur’an, dan
hadist. Islam melalui perantara Nabi Muhmmad S.A.W mengajarkan kepada
umatnya untuk berpegang teguh pada kepercayaan adanya Tuhan satu yang
Transcedent. Kepercayaan yang satu tanpa bayang-bayang atau tanda-tanda.
Kitab suci agama islam sudahlah pasti, berbeda halnya dengan agama nasrani
yang hingga kini belum memliki kitab suci yang kanonik (pengukur) mereka
hanya memiliki perjanjian baru dan kitab-kitab perjanjian lama. Dalam injil-
injil yang berkembang saat ini banyak yang berubah jauh dari injil-injil yang
sebernarnya, karena mereka membuat injil sesuai dengan zaman yang berlaku
di dunia saat ini. Dalam agama Nasrani pula terdapat dua kubu yang pada
akhirnya memisahkan diri dan membentuk agamanya sendiri-sendiri yang
kita kenal sekarang adalah Kristen Protestan dan Katholik, apakah agama
dapat berkembang dan memisahkan diri layaknya kebudayaan? Dalam agama
12
islam tata cara peribadatan dan kitab-kitabnya dari dulu hingga sekarang
masih sama seperti yang diwahyukan kepada nabi dan rosul dahulu kala. 7
7 Sufa’at Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini,(Pustaka Pelajaran) hal. 53,54,56, dan 175
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama merupakan sesuatu yang tidak kacau. Dan agama ini bertujuan
untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok orang
terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Sedangkan kebudayaan memiliki berbagai definisi dari berbagia ahli yang ila
ditarik kesimpulannya kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia
yang dilakukan dalam keseharian. Kebudayaan timbul karena adanya suatu
kebiasaan dalam suatu tempat dan berkembang hingga kini. Terdapat tiga
paham yang berkembang di dalam dunia ini antara lain : agama merupakan
bagian dari kebudayaan, agama bukan wahyu merupakan bagian dari
kebudayaan, agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan
merupakan agama yang berasal dari wahyu yang diturunkan kepada nabi dan
rasul lalu disebarkan kepada umat manusia di bumi, agama samawi bukanlah
agama yang bersumber dari suatu kebudayaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Badri Yatim, M.A,Sejarah Peradaban Islam Dirash IslamiyahII (Rajawali Pers Citra
Niaga Buku Perguruan Tinggi)
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama,
2008)
15