Kelompok 2:
KATA PENGANTAR 3
BAB I
PENDAHULUAN 4
Latar Belakang Masalah 4
Identifikasi dan Perumusan Masalah 5
Tujuan dan Manfaat 5
Sistematika Makalah 6
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL 8
BAB III
PEMBAHASAN 14
RIS 14
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 14
B. UUDS 1950 16
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 16
UUD 1945 Orde Lama 18
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 18
Dampak Kepada Sistem Politik dan Masyarakat 19
UUD 1945 Orde Baru 21
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 21
Dampak Kepada Sistem Politik 21
Dampak Kepada Masyarakat 22
UUD 1945 Reformasi 22
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 22
Dampak Kepada Sistem Politik dan Masyarakat 24
UUD 1945 Amandemen Pertama tahun 1999 25
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 25
Dampak Kepada Sistem Politik dan Masyarakat 25
UUD 1945 Amandemen Kedua tahun 2000 26
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 26
Dampak Kepada Sistem Politik dan Masyarakat 27
UUD 1945 Amandemen tahun 2001 27
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 27
1
Dampak Kepada Sistem Politik 28
Dampak Kepada Masyarakat 30
UUD 1945 Amandemen tahun 2002 30
Latar Belakang Perubahan Konstitusi 30
Dampak Kepada Sistem Politik 31
Dampak Kepada Masyarakat 32
Tantangan Indonesia di Masa Depan 32
Ideology Penetration 32
Politik Internasional 33
Ekonomi Global 33
BAB IV
PENUTUP 33
Kesimpulan 33
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Politik dan Tata Pemerintahan dengan judul
Implikasi Perubahan Konstitusi Terhadap Sistem Politik: Refleksi dan Tantangan Masa Depan
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dari era orde baru hingga reformasi sampai sekarang, UUD 1945 sebagai konstitusi sudah
beberapa kali mengalami perubahan. Dengan adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945,
maka terjadi reformasi ketatanegaraan Indonesia. Menurut Sri Sumantri mengubah UUD atau
konstitusi dapat berarti, mengubah sesuatu yang sudah diatur dalam UUD atau konstitusi
(membuat isi ketentuan UUD menjadi lain dari semula melalui penafsiran) ataupun dapat berarti
menambahkan sesuatu yang belum diatur dalam UUD atau konstitusi. Pada dasarnya, perubahan
konstitusi tidak dapat dihindari oleh negara. Hal ini pun disetujui oleh Prof. Dr. H. R. Sri
Soemantri Martosoewignjo, S.H., salah seorang pakar Hukum Tata Negara Indonesia yang
menyatakan bahwa perubahan Undang-Undang Dasar pada dasarnya merupakan suatu
keniscayaan.
4
Selain itu, makalah ini juga akan membahas mengenai latar belakang setiap perubahan hingga
dampaknya kepada sosial masyarakat serta tantangan penerapannya jika ditarik ke masa depan.
I.Umum
Secara umum, makalah ini ingin memberikan gambaran dan pengetahuan kepada pembaca
mengenai perubahan amandemen yang pernah terjadi di Indonesia agar masyarakat memahami
peran dan fungsi sebuah konstitusi dalam mengatur sebuah negara sehingga masyarakat dapat
memiliki peran lebih terhadap sistem pemerintahan khususnya terhadap pengaturan dan
pelaksanaan konstitusi di Indonesia.
II.Khusus
Secara khusus, makalah ini menjelaskan mengenai dampak perubahan konstitusi terhadap sistem
politik hingga dampaknya kepada masyarakat. Sehingga pemerintah dapat menanggulangi atau
5
mencegah dampak-dampak buruk yang mungkin dapat terjadi di masa depan akibat adanya
perubahan konstitusi di Indonesia.
III.Teoritis
Secara teoritis hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
A. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca mengenai kajian terhadap perubahan
konstitusi di Indonesia.
B. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu politik Indonesia
C. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan perubahan konstitusi di Indonesia
D. Sistematika Makalah
Makalah ini terbagi ke dalam empat bagian. Berikut adalah susunan sistematika makalah, yang
terdiri dari:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisi penjabaran latar belakang penulisan makalah ini, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika makalah.
Bab 3 Pembahasan
Bab ini akan berisi konstruksi pemikiran mengenai perubahan konstitusi di Indonesia yang
dibagi kedalam beberapa pembahasan mulai dari Latar Belakang Perubahan Konstitusi, Dampak
Kepada Sistem Politik, Dampak Kepada Masyarakat, dan Tantangan di Masa Depan Akibat
Perubahan Konstitusi. Semua bagian tersebut akan dikaji untuk setiap perubahan konstitusi yang
pernah terjadi di Indonesia.
6
Bab 4 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari topik makalah ini.
7
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
Hampir setiap negara di dunia memiliki sebuah sistem yang dinamakan konstitusi.
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur/ memerintah dalam pemerintahan suatu negara (K.
C. Wheare, 1996). ahli lain, miriam budiarjo menyatakan bahwa Konstitusi adalah
keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan dalam suatu
masyarakat. Berkaitan dengan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan dari sebuah
konstitusi adalah untuk
1. Membuat batasan kekuasaan bagi penguasa
2. Memberikan Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
3. Memberikan Pedoman bagi penyelenggara Negara
Dari tujuan tersebut, dapat dirumuskan bahwa fungsi sebuah konstitusi adalah
1. Sebagai sumber hukum tertinggi.
2. Sebagai alat untuk membatasi kekuasaan penyelenggara negara.
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan rakyat di dalam suatu
negara.
4. Sebagai piagam lahirnya suatu negara.
5. Sebagai sarana untuk mengendalikan masyarakat.
6. Sebagai simbol persatuan rakyat suatu negara.
7. Sebagai rujukan identitas dan lambang negara.
8
Sebagai suatu entitas yang menjelma menjadi jiwa suatu negara, sebuah negara
harus memutuskan apakah konstitusinya akan bersifat luwes (fleksibel) atau Kaku
(Rigid). Meski merupakan buah pikiran suatu bangsa yang komprehensif, Konstitusi
terkadang memerlukan berbagai penyesuaian dengan masalah kekinian yang dihadapi
bangsa. Penyesuaian tersebut dapat dalam bentuk penggantian Konstitusi dan dalam
bentuk revisi yang lebih umum disebut sebagai amandemen.
a. Dirasakan adanya kekuasaan yang terlalu besar pada kelompok tertentu dalam
negara
9
diselewengkan tersebut, maka perlu dilakukan perubahan untuk mengantisipasi terjadinya
chaos dalam negara.
Antony Giddens (1995) mengatakan bahwa nilai adalah suatu gagasan yang
dimiliki seseorang maupun kelompok mengenai apa yang layak, apa yang dikehendaki,
serta apa yang baik dan buruk. Konstitusi harusnya menjadi alat implementasi dari
persepsi baik dan buruk yang dianut oleh masyarakat suatu negara. Itulah yang
menyebabkan konstitusi yang ada di satu negara akan berbeda dengan negara lain. Dalam
konteks kenegaraan, terutama sebuah negara bangsa pembangunan negara dan konstitusi
adalah melalui penggabungan pikiran dari berbagai golongan yang terdapat dalam negara
tersebut. Perubahan konstitusi dapat terjadi saat dirasakan jika Konstitusi tidak sesuai
dengan nilai yang ada dan dianut dalam kehidupan berbangsa. Misalnya Adanya
keinginan untuk merubah bentuk negara karena keadaan yang baru dianggap lebih sesuai
dengan Jiwa Bangsa
c. Adanya kecurigaan dalam tubuh konstitusi sebagai alat untuk menguasai suatu
negara
Bukan rahasia lagi, taktik Neokolonialisme atau penjajahan gaya baru masif
diterapkan oleh negara-negara adidaya di dunia. Terutama pasca perang dunia kedua,
banyak negara bekas jajahan yang sudah merdeka masih merasakan adanya penetrasi
yang coba dilancarkan oleh negara lain. Misalnya melalui politik memecah belah bangsa,
atau melalui doktrin negara bagian untuk mengaburkan pandangan senasib
sepenanggungan sebagai bangsa. Sebuah negara perlu melakukan perubahan pada
10
konstitusi negaranya untuk mengantisipasi kemungkinan akan masuknya kekuatan asing
melalui penerapan Konstitusi lama yang diberlakukan.
Suatu metode atau sistem tertentu dalam pemerintahan suatu negara dirasa sudah tidak lagi
relevan dalam menghadapi persaingan dunia global. Oleh sebab itu perlu dilakukan perubahan
Konstitusi Baik dalam bidang Ekonomi, politik, maupun pertahanan. Salah satu negara yang
paling sering mengalami perubahan pada konstitusinya adalah Amerika Serikat. Pada beberapa
amandemen terhadap konstitusinya bersifat detail untuk mengatur posisi negara dalam
percaturan global.
Menurut Sri Sumantri Sistem Politik adalah pelembagaan dari hubungan antara
manusia yang dilembagakan dalam bermacam macam badan politik, baik suprastruktur
politik dan infrastruktur politik. Suprastruktur politik adalah lembaga lembaga negara
yang bersangkutan, yang pada umumnya berupa lembaga legislatif dengan kekuasaan
11
legislatif (the legislature with legislative power), lembaga eksekutif dengan kekuasaan
eksekutif (the executive with the executive power) serta lembaga yudisial dengan
kekuasaan yudikatif (judiciary with judicial powers). Infrastruktur politik adalah suatu
negara pada umumnya memiliki 5 komponen yaitu partai politik, kelompok, kepentingan
(interest group), kelompok penekan (pressure group), alat komunikasi politik (media of
political communication), dan tokoh politik (political figure).
Konstitusi sebagai aturan tertinggi sekaligus arah bangsa akan berdampak pada
sistem politik yang ada di suatu negara. Beberapa negara akibat konstitusinya yang tidak
ingin terjadi kegaduhan informasi di masyarakat, menetapkan media sebagai alat untuk
menyukseskan program dan rencana pemerintah, bukan sebagai alat kontrol. Dalam
konteks keindonesiaan, perubahan konstitusi lebih banyak ditujukan untuk merubah
sistem politik yang ada di Indonesia. Hal ini karena pada tahap awal pendiriannya,
Seringkali ditemukan permasalahan yang berkaitan dengan politik yang dapat
mengancam kelanjutan negara. Beberapa negara seperti turki misalnya melakukan
amandemen melalui referendum untuk melimpahkan kekuasaan eksekutif kepada
presiden, dan menghapuskan jabatan perdana menteri, merupakan salah satu bentuk
perubahan politik yang terjadi akibat amandemen konstitusi. sebenarnya antara
Perubahan konstitusi dan sistem politik memiliki hubungan timbal balik, perubahan
konstitusi adalah akibat persoalan politik, juga sistem yang baru tersebut akan merubah
sistem politik.
12
Menurut M. J. Herkovits, pengertian masyarakat adalah kelompok individu yang
diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
Salah satu variabel yang harus terkandung dalam konstitusi adalah keterjaminan
hak-hak warga negara yang salah satunya adalah dalam bentuk Hak Asasi Manusia.
Konstitusi sebagai sebuah sistem yang harus dipatuhi oleh segenap bangsa, baik
pemerintah maupun masyarakat tentunya akan membawa pengaruh bagi kehidupan
bermasyarakat. Konstitusi tertentu karena tidak sesuai dengan nilai bangsa dapat
menimbulkan konflik sosial dalam masyarakat. Konflik sosial tersebutlah yang akhirnya
diatasi melalui perubahan konstitusi agar lebih sesuai dengan nilai berbangsa yang dianut
oleh masyarakat suatu negara.
Tantangan-tantangan yang mungkin akan hadir tersebut dapat datang dari luar dan
dalam negara. Misalnya adanya penghapusan kewajiban beragama yang di masa depan
akan menjadi suatu hal yang lumrah berkembang di berbagai negara, juga munculnya
kasus-kasus Hak Asasi manusia baru yang membutuhkan penyesuaian negara dalam
menanggapinya. Tantangan-tantangan yang muncul tersebut dapat juga dalam bentuk
sistem perpolitikan yang harus menyesuaikan untuk memperoleh kejayaan dalam
peperangan ekonomi maupun kedaulatan dengan negara lain di dunia.
13
BAB III
PEMBAHASAN
RIS
Adanya hal tersebut membuat terjadinya pertikaian fisik maupun diplomasi yang panjang
antara Indonesia dengan Belanda. Terdapat beberapa perundingan yang dilakukan oleh
Indonesia-Belanda pada saat itu, yang pertama adalah Perundingan Linggarjati tanggal 25
Maret 1947, pada perundingan tersebut disepakati; 1. Bahwa Belanda mengakui secara de
ilayah Jawa, Sumatera, Indonesia sebagai wilayah Republik Indonesia, 2. Pada 1
facto w
Januari 1949 Belanda wajib meninggalkan wilayah Republik Indonesia, 3. Pembentukan
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri atas wilayah Indonesia, Kalimantan,
dan Timur Besar sebelum tanggal 1 Januari 1949, 4. Indonesia harus tergabung dalam
Commonwealth atau Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai
kepalanya. Namun pada tanggal 20 Juli 1947, Belanda melalui satu sisi menyatakan bahwa
mereka tidak lagi terikat dengan perjanjian tersebut yang diikuti dengan Agresi Militer
Belanda I pada keesokan harinya (21 Juli 1949) mereka membawa tentara Belanda untuk
14
melakukan penyerangan ke wilayah Indonesia. Kemudian melihat aksi tersebut, akhirnya
PBB sebagai mediator membuat Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Belgia, Australia, dan
Amerika Serikat, setelah itu dibuatlah Perjanjian Renville (17 Januari 1948), namun dalam
isi perundingan tersebut Indonesia merasa sangat dirugikan karena wilayah yang diakui oleh
Belanda menjadi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera, dimana wilayah kekuasaan RI
semakin kecil, adanya blokade ekonomi oleh Belanda, dibentuknya negara boneka oleh
Belanda yang bertujuan memecah belah Indonesia. Pada 19 Desember 1949, Belanda
melakukan penyerangan kembali yang disebut Agresi Militer Belanda II, mereka menyerang
Ibu Kota Yogyakarta dan menangkap beberapa tokoh penting Indonesia, melihat hal tersebut
akhirnya muncullah UNCI (United Nations Comission for Indonesia) sebagai penengah
yang diketuai oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat. Akhirnya dibentuk perjanjian Roem
Royen (7 Mei 1949) sebagai jalan menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 23
Agustus - 2 November 1949 (Zakky, 2018). yang menghasilkan 3 persetujuan pokok, yaitu:
1. Berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat.
2. Penyerahan kedaulatan (pemulihan) kepada Republik Indonesia Serikat.
3. Berdirinya Uni Republik Indonesia Serikat – Kerajaan Belanda.
Bentuk negara yang dianut oleh Indonesia saat itu merupakan Negara Federal yang
terdapat pada Mukadimah Konstitusi RIS Alinea III yang dalam Pasal 1 ayat 1,
sedangkan sistem pemerintahan yang dianut merupakan Sistem Parlementer yang
terdapat pada pasal 1 ayat 1 yaitu negara dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama
DPR dan senat, pada pasal 118 dinyatakan bahwa penyelenggara pemerintahan,
presiden tidak dapat diganggu gugat, tanggung jawab pemerintah berapa pada
menteri. Sehingga konstitusi RIS saat itu menganut sistem pertanggungjawaban
15
menteri, sedangkan Presiden tidak bertanggung jawab atas pemerintahan, walaupun
seharusnya pada Konstitusi RIS alat perlengkapan negara adalah Presiden,
Menteri-menteri, Senat, DPR, MA dan Dewan Pengawas Keuangan. DPR pada saat
itu tidak dipilih melalui pemilihan umum (pemilu), namun ditunjuk atas dasar
ketentuan Pasal 122 Konstitusi RIS. Meskipun RIS dibuat hanya untuk sementara
namun Batang Tubuh Konstitusi RIS tersusun secara baik dan sistematis tanpa
adanya prasangka latar belakang muatan politis Belanda. Dibuatnya Bab Lampiran
secara rinci, sehingga tidak terjadi tumpang tindih menteri (Basuki, 2012).
Sedangkan pada masyarakat banyak terjadi konflik sosial pada saat itu, Indonesia
yang terbagi menjadi beberapa bagian menyebabkan Pembangunan Nasional yang
tidak merata dan menyebabkan kekacauan, serta kecemburuan sosial pada
masyarakat, maka terdapat banyak pemberontakan yang akhirnya melatarbelakangi
perubahan negara serikat untuk kembali menjadi negara kesatuan dengan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara.
Selain itu, masyarakat juga beranggapan bahwa RIS hanyalah sebuat alat
pengawasan Belanda untuk menghalangi kemerdekaan Indonesia, maka
mempertahankan system tersebut bagi rakyat Indonesia sama saja dengan menerima
warisan penjajahan. Maka dari itu, munculah semangat rakyat untuk menjadikan
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Munculnya Program Kabinet
Dr.A.Halim, Perdana Menteri Negara RI (Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 1950),
penarikan kekuasaan polisi dan militer Belanda dari negara-negara bagian dan
dibebaskannya ribuan tahanan politik yang mendukung negara kesatuan membuat
masyarakat ikut membuat gerakan untuk dibubarkannya negara bagian dan bersatu
kembali kepada RI, salah satu negara bagian yang mempelopori pergerakan tersebut
adalah Pasundan karena pemerintahnya yang merasa kurang mampu memelihara
keamanan dan ketertiban wilayahnya (Rinardi, 2012).
UUDS 1950
16
RIS tidak sesuai dengan jati diri bangsa yang telah mereka tanam sejak proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, pada akhirnya mereka mendesak untuk dapat
mengembalikan Indonesia menjadi negara kesatuan, negara-negara bagian kembali
bersatu kepada Republik Indonesia, setelah itu dibuatlah UUDS 1950 sebagai tanda
bahwa Indonesia telah kembali menjadi negara kesatuan seperti apa yang
masyarakat inginkan. Selain tidak sesuai dengan jati diri bangsa, pada saat itu terjadi
berbagai macam konflik, salah satunya adalah Pembangunan yang tidak merata
diantara negara-negara bagian RIS, pembagian wilayah Indonesia menjadi
negara-negara bagian membuat adanya kesenjangan pembangunan antara satu
negara bagian dengan negara bagian lainnya, sehingga timbul perbedaan kemajuan
yang diikuti dengan kecemburuan masyarakat. Kesenjangan pembangunan dan
kecemburuan masyarakat juga akhirnya menyebabkan konflik sosial, membuat
rakyat pada saat itu melakukan banyak pemberontakan, mereka berkeinginan untuk
kembali menyatukan Republik Indonesia agar dapat tercapainya tujuan
pembangunan nasional dimana kekayaan sumber daya alam dan manusia yang
dimiliki oleh Indonesia dapat dijaga keharmonisannya dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Perubahan konstitusi menjadi UUDS 1950 tentu memberikan perubahan pula kepada
politik Indonesia saat itu, dampak yang dapat dirasakan antara lain adalah sistem
pemerintahan yang digunakan pada UUDS 1950 merupakan sistem parlementer
dimana tugas eksekutif menjadi tanggung jawab menteri secara bersama maupun
sendiri kepada DPR, kepala negara tidak dapat diganggu gugat, kemudian Presiden
berhak membubarkan DPR jika dianggap tidak representatif (Santoso, 2013),
meskipun pada Konstitusi RIS Indonesia juga menggunakan sistem parlementer,
17
namun saat itu sistem tersebut belum digunakan secara efektif, dapat dilihat dari
adanya DPR yang tidak dipilih melalui pemilu melainkan ditunjuk langsung
berdasarkan ketentuan Pasal 122 Konstitusi RIS. Maka pada tahun 1955
diselenggarakanlah pemilu yang bersifat demokratis untuk menentukan Konstituante
dan DPR yang akan bertugas untuk menentukan UUD 1945 pengganti UUDS 1950
yang bersifat sementara (Basuki, 2012).
18
Maka dari itu pembentukan kembali konstitusi dari UUDS 1950 menjadi UUD 1945
Orde Lama merupakan suatu keharusan, ditambah lagi dengan berbagai persoalan
yang dirasakan pada masa UUDS 1950 dan sistem parlementer pada saat itu. Namun
setelah dipilihnya DPR yang akan menduduki Konstituante sebagai pembentuk
Undang-Undang Dasar pengganti UUDS 1950 terjadi berbagai permasalahan yang
membuat UUD tidak berhasil disusun dengan baik dalam kurun waktu sekitar tiga
tahun, diawali pada tahun 1956 hingga 1959, hal ini karena sulitnya mencapai
kesepakatan antar dewan pembentuk undang-undang, demokrasi liberal membuat
Indonesia memiliki banyak partai saat itu, dan di dalam partai tersebut mereka hanya
mementingkan golongannya masing-masing.
Melihat tidak adanya kemajuan, serta ancaman berbahaya bagi bangsa Indonesia jika
keadaan tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka Ir. Soekarno memutuskan untuk
mencari jalan keluar dengan membentuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
Maka sejak saat itu UUD 1945 berlaku kembali sebagai hukum tertinggi dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal sebagai UUD 1945 Orde Lama.
19
sebelumnya diganti dengan sistem presidensial yang dianggap lebih cocok dengan
jati diri Pancasila dan UUD 1945 (Santoso, 2013). Pada saat itu Presiden sangat
mendominasi ketatanegaraan serta terbatasnya partai politik di Indonesia (Sartono,
2009). Sistem Demokrasi yang berujung pada penyimpangan, diantaranya adalah
penetapan DPRGR oleh pemerintah dan GBHN oleh DPA bukan oleh MPRS,
kemudian pengangkatan Presiden seumur hidup yaitu Soekarno sebagai Pemimpin
Besar Revolusi, adanya indoktrinasi Manipol (Manifesto Politik), USDEK (UUD
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin,
Kepribadian Indonesia) dengan mengembangkan ideologi NASAKOM
(Nasionalisme, Agama, Komunis) (Basuki, 2012). Kemudian, pada kenyataannya
UUD 1945 tidak diberlakukan sepenuhnya hingga tahun 1966, lembaga-lembaga
negara tidak dibentuk secara konstitusional yang akhirnya menimbulkan gerakan
Gerakan 30 September 1966 oleh PKI (G30SPKI) sebagai gerakan yang
mempelopori anti Pancasila yang terjadi pada pemerintah Soekarno (Santoso, 2013).
Pada masyarakat juga terjadi tindakan diskriminasi pemerintah terhadap orang China
yang disebut dengan sistem Benteng, hal ini dimaksudkan Presiden Soekarno agar
para importir nasional dapat bersaing dengan importir asing (Wijayanti, 2015).
Monopoli kekuasaan Presiden saat itu membuat terbatasnya masyarakat dalam
memberikan pendapat serta timbulnya doktrin anti Pancasila yang dipelopori oleh
PKI.
20
UUD 1945 Orde Baru
21
Akibat dari Trilogi Pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang dapat ditingkatkan dan dipertahankan rata-rata 72% per tahun. Dalam
kebijakan ekonomi, Orde Baru mengeluarkan Repelita (Rencana Pembangunan
Lima Tahun). Repelita dimulai sejak tahun 1969 hingga 1994. Salah satu
keberhasilan dari Repelita adalah Indonesia mampu melakukan swasembada padi.
Dalam Orde Baru, Indonesia juga memperbaiki hubungan luar negerinya. Jika
sebelumnya pada Orde Lama politik luar negeri Indonesia berhaluan dengan
negara-negara “sebelah kiri” atau negara-negara komunis, maka pada Orde Baru
pemerintah berusaha untuk memperbaiki hubungan Indonesia dengan negara
lainnya dan mengimplementasikan politik bebas dan aktif secara konsekuen.
Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, Singapura, dan Inggris diakhiri karena
dianggap tidak sesuai dengan dasar politik yang bebas dan aktif. Berakhirnya
politik konfrontasi juga berarti berakhirnya poros Jakarta-Phnom
Penh-Hanoi-Peking-Pyongyang. Indonesia juga menjadi penggagas berdirinya
ASEAN, yang merupakan hasil pertemuan pada 8 Agustus 1967 yang
menghasilkan Bangkok Declaration. I ndonesia juga kembali menjadi anggota
PBB pada tanggal 28 September 1966.
22
Hal yang paling menonjol dari Orde Baru adalah kebebasan pers dan berpendapat
masyarakat yang sangat dibelenggu. Masyarakat tidak dapat mengkritik
pemerintahan Orde Baru, karena setiap kritik yang dilontarkan dapat berakibat
dibui ataupun terkenal dengan istilah “Petrus” atau penembak misterius, serta
banyak koran dan majalah yang “dibredel”. Kekuasaan tanpa kontrol yang terjadi
pada Orde Baru juga menimbulkan banyak penyelewengan di berbagai aspek
kehidupan bernegara. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merajalela, serta
terjadi ketidakmerataan hasil pembangunan di Indonesia, terutama di Aceh dan
Papua dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah,
sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat.
Ketiga landasan ini menyebabkan kekuatan demokratis kembali bangkit dari masa
otoriter pada rezim Soeharto. Ketiga kondisi ini terpenuhi pada masa
kepemimpinan Habibie.
Pada masa kepemimpinan Habibie yang ramai akan tekanan publik, Habibie
membuat beberapa kebijakan populer yaitu: mendorong MPR agar terjadi
penentuan jadwal pemilu 1999, mendukung reformasi pemilu 1999,
membebaskan para tahanan politik dan melaksanakan pemilu 1999.
23
Sidang Istimewa MPR yang didorong oleh Habibie menghasilkan dua belas Tap.
Tiga diantara dua belas Tap tersebut menjadi dasar reformasi konstitusi:
1. Tap MPR No. VIII tahun 1998 tentang pencabutan Tap MPR No. IV tahun
1983 tentang Referendum
2. Tap MPR No. XIII tahun 1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden.
3. Tap MPR No. XVII tahun 1998 tentang Hak-Hak Asasi Manusia.
Dengan dicabutnya Tap MPR tahun 1983 tentang Referendum, maka UU No. 5
tahun 1995 tentang Referendum ikut gugur. Kebijakan Orde Baru yang
menyebabkan tercegahnya amandemen UUD 1945 resmi terhapus.
Tap MPR No. XIII tahun 1998 mengubah interpretasi Pasal 7 UUD 1945 yang
mengatur masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 1 Tap MPR ini
berbunyi: “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dengan jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan.” Aturan ini ditimbulkan untuk mencegah terjadinya masa
kepemimpinan seperti pada rezim Soeharto yang terpilih berulang kali hingga 6
kali. Kemudian aturan ini juga diadopsi sebagai Perubahan Pertama Pasal 7 UUD
1945.
24
Berbeda dengan kondisi pada saat rezim Soeharto yang memiliki sistem sensor
yang ketat, yang membatasi kebebasan pers, pada periode kepemimpinan Habibie
hal tersebut berubah. Kebijakan ini menyebabkan lahirnya ratusan penerbitan baru
dan era baru dalam kebebasan pers.
Selain itu tahanan-tahanan politik yang ditahan pada rezim Soeharto pun
dilepaskan setelah mengalami sampai dengan 25 tahun penjara.
Kondisi seperti ini dapat terjadi karena tidak puasnya masyarakat terhadap
kepemimpinan seorang Presiden. Dimana Presiden tersebut terpilih secara
berulang-ulang. Disaat banyak yang ingin menyuarakan demokrasi yang lebih
jujur untuk diadakan, orang-orang berani tersebut malah hilang tanpa jejak.
Sangat mencurigakan: karena orang yang hilang memiliki beberapa kriteria yang
sama yaitu: melawan pemerintahan zaman itu secara tidak langsung.
25
UUD 1945 Amandemen Pertama tahun 1999
26
lembaga yang konsen terhadap aspirasi-aspirasi rakyat. Tetapi, kita memiliki
keterbatasan waktu. Oleh karena itu, jika dilakukan public hearing, itu tidak harus
berupa pertemuan tatap muka.”
Waktu yang dimiliki oleh MPR untuk mengamandemen hanya 12 hari sebelum
terjadinya pelantikan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sehingga
pertemuan tatap muka yang inklusif seperti yang seharusnya dilakukan tidak
dapat tercapai. Bentuk komunikasi tidak tatap muka, namun tetap dukungan dan
suara-suara disuarakan oleh para mahasiswa terkait amandemen UUD 1945.
Sidang-sidang MPR pada saat itu disiarkan langsung melalui radio-radio dan
televisi, salah satunya TVRI.
27
yang telah lama menjadi harapan dan impian, terasa demikian menguat pada era
reformasi. Itulah antara lain, latar belakang keinginan dan aspirasi yang
mengiringi perubahan Undang-undang Dasar 1945 (Huda, 2003: 50).
28
Rendahnya tingkat demokrasi yang ada, terabaikannya kehidupan di daerah
menyebabkan otoritas daerah sangat diminati oleh para masyarakat daerah.
29
Proses impeachment terhadap Wahid menunjukkan bahwa perseteruan antara
Presiden dan MPR berakar pada perbedaan interpretasi kedua kubu itu terhadap
UUD 1945. Konstitusi ini gagal menetapkan prosedur impeachment yang jelas.
Wahid bersikeras bahwa MPR tidak bisa menggulingkan seorang Presiden.
Karena, menurutnya, Indonesia berdasarkan sistem presidensial. Tetapi,
barangkali Wahid lupa bahwa dia dipilih oleh MPR dan tidak dipilih langsung
oleh rakyat, seperti dalam sistem presidensial murni. Sistem campuran yang
terdapat dalam Konstitusi, berikut banyak lubang interpretasi itulah yang ikut
menyebabkan konflik yang membingungkan dan berkepanjangan antara presiden
Wahid dan Parlemen.
30
Sidang untuk memutuskan apakah seorang Presiden akan diberhentikan atau tidak
harus dihadiri oleh sedikitnya tiga perempat dari total jumlah anggota MPR, dan
dengan persetujuan dari setidaknya dua pertiga jumlah anggota MPR yang hadir
(Indrayana, 2007, 276).
Selain itu, perubahan Ketiga menegaskan:
1. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR.
2. Pembentukan DPD
3. Pembentukan Mahkamah Konstitusi
MK wajib memberikan pertimbangan dalam segi hukum terkait
tentang pemakzulan Presiden
4. Pembentukan Komisi Yudisial
KY memiliki wewenang untuk mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung serta menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim
31
tentang komposisi MPR, dan Pasal 6A(4) tentang putaran kedua pemilihan
Presiden. Usulan-usulan ini sangat diperlukan guna membentuk landasan
konstitusional Pemilu 2004. Nasib empat rancangan undang-undang pemilu
(partai politik, susunan dan kedudukan parlemen, pemilihan anggota parlemen,
dan pemilihan Presiden) jadi terkatung-katung, menunggu hasil pembahasan
Perubahan Keempat. Seandainya MPR tidak bisa mencapai kesepakatan, bangsa
ini akan terjebak dalam sebuah krisis konstitusi yang bakal membahayakan
peluang terlaksananya Pemilu 2004. Selain itu, Perubahan Keempat juga akan
menjadi penentu nasib usulan amandemen yang sensitif, yaitu Pasal 29(1), tentang
hubungan antara negara dan Islam. Bersama-sama dengan usulan-usulan
amandemen Pasal 2(1) tentang komposisi MPR dan 6A(4) tentang pemilihan
presiden putaran kedua.
32
Rancangan aturan tentang putaran kedua pemilihan Presiden akhirnya disepakati
dengan suara bulat. Pasal 6A(4) mengatur bahwa jika tidak ada pasangan calon
yang mendapat 50 persen + 1 perolehan suara, dan/atau sedikitnya 20 persen
suara di setengah dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, putaran kedua
pemilihan langsung oleh rakyat akan dilakukan di antara dua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak. Terkait dengan adanya kekosongan jabatan presiden
dan wakil presiden, maka negara akan diperintah oleh tiga serangkai Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan hingga MPR berhasil
memilih presiden dan wakil presiden dari calon-calon yang diusulkan partai
politik dan gabungannya.
1. Ideology Penetration
Seperti diutarakan pada bagian sebelumnya bahwa Konstitusi dapat diubah karena
suatu dan lain hal. Salah satu penyebabnya adalah karena terjadinya kondisi
tertentu yang menuntut penyesuaian fundamental akibat konstitusi yang lama
33
dirasakan tidak sesuai lagi untuk mengatasi persoalan terkini yang dihadapi suatu
negara. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
kedepannya Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia akan perlu
mendapatkan Perubahan atau paling tidak, amandemen.
Saat ini, penetrasi Globalisasi sudah tak dapat dihentikan. Perlahan-lahan nilai
kebebasan yang diterapkan di dunia barat mulai diadopsi. Salah satu isu misalnya
adalah berkaitan dengan sila pertama Pancasila yaitu ketuhanan yang maha Esa.
Prinsip kebebasan dalam berkeyakinan di dunia barat memunculkan keberanian
kelompok-kelompok agama atau non agama yang sebelumnya terkesan
sembunyi-sembunyi menjadi semakin mengutarakan identitasnya. Termasuk
salah satunya adalah paham atheisme yang cenderung tidak diakui di republik ini,
suatu hari akan menuntut pengakuan dari negara. Hal tersebut tentu saja akan
membawa pengaruh pada banyak aspek dalam sistem birokrasi di Republik ini,
sebut saja munculnya kelompok politik tertentu yang memperjuangkan Hak Asasi
Manusia ala Barat yang juga ikut berkontestasi dalam politik di Indonesia.
Selain hal-hal yang diutarakan sebelumnya, kedepannya Indonesia akan
dihadapkan pada masalah menjaga persatuan karena bentuk penjajahan gaya baru
(neokolonialisme) yang diterapkan oleh negara-negara adikuasa lambat laun akan
dapat mencetuskan paham Negara Federal kembali di Indonesia.
2. Politik Internasional
Pengaruh politik internasional dalam perubahan konstitusi suatu negara dapat
berpengaruh secara tidak langsung maupun tidak langsung bergantung pada
berapa besar kekuatan negara tersebut dalam mempengaruhi negara lainnya.
Karena hakekat Politik Internasional adalah hubungan-hubungan, aksi-reaksi,
tindakan dan respon dalam bidang politik yang dilakukan oleh dua negara atau
lebih. Didalam politik internasional diasumsikan sebagai suatu arena dimana
34
negara-negara melakukan struggle for power demi survival dan kejayaan
masing-masing.
Di Indonesia sendiri, pengaruh politik internasional terasa pada saat masa-masa
awal kemerdekaan dimana negara-negara lain masih memiliki pengaruh kepada
Indonesia. Berdasarkan analisis sebelumnya, didapatkan bahwa politik
internasional berpengaruh secara tidak langsung kepada Indonesia sampai saat ini
namun segala bentuk keputusan berada pada kepemimpinan dan kondisi
masyrakat Indonesia pada saat itu. Tantangan yang perlu dihadap oleh Indonesia
justru, apakah konstitusi tersebut sudah dapat sesuai dalam menghadapi kondisi
politik internasional agar Indonesia memiliki kekuatan didalam lingkup politik
internasional.
3. Ekonomi Global
Kami setuju mengenai (Putera, 2018) gejolak perekonomian global dapat
menekan pertumbuhan ekonomi. Perubahan peraturan umum di Amerika karena
perang dagang yang terjadi antara RRC dengan Amerika menyebabkan
meningkatnya suku bunga di The Fed Amerika. Kondisi tersebut mempengaruhi
banyak negara.
Pada kondisi terkekang dan ekonomi yang sulit dengan Dolar AS yang meningkat
hingga Rp 14.000 tidak menyurutkan tingkat konsumsi pada kuartal II tahun
2018, yaitu menyentuh 5,14% dimana pada umumnya hanya sekitar 4,9%.
35
Kondisi ini dapat menimbulkan perasaaan ketidaksejahteraan. Berkebalikan
dengan saran Sri Mulyani pada tahun 2018 untuk meningkatkan investasi dan
ekspor (Putera, 2018).
Tingkat kesejahteraan yang rendah lagi-lagi dapat ditakutkan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan terhadap kinerja pemerintahan. Kondisi ini dapat
menyebabkan krisis kepercayaan pada lapisan masyarakat. Sehingga perlu segera
dilakukan tindakan yang tepat, sebelum terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
yang dapat menimbulkan gejolak, perubahan-perubahan yang tidak seharusnya
terjadi.
36
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Perubahan konstitusi pada umumnya terjadi karena karena beberapa hal. Pembubaran
RIS dan kembali diberlakukannya UUD 1945 dilatarbelakangi oleh ketidaksesuaian nilai
antar pembentukan RIS dan nilai yang sudah ada di masyarakat. Ditetapkan nya
demokrasi terpimpin oleh Soekarno mengindikasikan adanya keinginan untuk terus
berkuasa. Selain itu, perubahan konstitusi juga terjadi untuk mengurangi pengaruh suatu
golongan tertentu seperti pembatasan masa jabatan presiden dan menghilangkan hak
MPR untuk memilih presiden yang terjadi saat amandemen ketiga.
2. Dampak perubahan konstitusi terhadap sistem politik bergantung dengan latar belakang
mengapa perubahan itu terjadi. Indonesia menjadi negara serikat saat memakai konstitusi
RIS karena tujuan Belanda yang ingin memecah belah kesatuan dan persatuan NKRI.
Pemerintahan orde lama memberlakukan kembali UUD 1945 karena ketidakcocokan
konstitusi yang berlaku sebelumnya dengan nilai-nilai masyarakat. Orde baru
“membersihkan” DPR dan MPR dari PKI karena PKI mengancam ideologi bangsa.
Barulah pada era reformasi, perubahan konstitusi berdampak pada perbaikan sistem
politik agar kesalahan-kesalahan sistem sebelum-sebelumnya tidak terulang kembali
salah satunya dengan membatasi masa jabatan presiden dan memberikan kekuasaan
memilih presiden sepenuhnya kepada rakyat.
3. Dampak perubahan konstitusi terhadap masyarakat ada yang bersifat langsung dan tidak
langsung. Beberapa dampak yang bersifat langsung adalah Indonesia menjadi boneka
belanda saat menganut RIS, Kembalinya negara Indonesia menjadi negara persatuan saat
UUDS, pembatasan hak pers dan politik pada zaman orde baru, dan Pemilihan presiden
secara langsung oleh rakyat di zaman reformasi . Dampak tidak langsung ditimbulkan
karena efek samping dari perubahan konstitusi itu. Misalnya pada zaman orde lama,
37
doktrin anti Pancasila oleh PKI beredar di masyarakat karena Presiden Soekarno
memberlakukan ideologi NaSaKom. Selain itu adanya swasembada padi pada jaman orde
baru terjadi karena hasil program dari Presiden Soeharto yang terpilih menjadi presiden
berkat perubahan konstitusi juga.
4. Beberapa tantangan masa depan yang mungkin terjadi adalah adanya penetrasi ideologi
dan perubahan politik internasional negara indonesia yang mungkin terjadi karena UUD
1945 sendiri memungkinkan untuk di amandemen. Gejolak perekonomian global dapat
mempengaruhi nilai dan pemikiran yang ada di masyarakat. Ketika kondisi ekonomi di
masyarakat berubah, sangat mungkin terjadi kebutuhan untuk merubah sistem ekonomi
yang ada untuk menyesuaikan kebutuhan di masyarakat.
b. Saran
Berdasarkan pembahasan dan juga tantangan yang dihadapi oleh Indonesia di masa yang
akan mendatang berikut beberapa saran yang ingin kami sampaikan:
- Pemerintahan Indonesia harus siap menghadapi tantangan global dan
pemikiran-pemikiran masyarakat yang semakin terbuka, bukan tidak mungkin
perubahan yang ada di dunia baik dalam hal politik, perekonomian, maupun hak
asasi manusia membuat Indonesia harus menyesuaikan dasar negaranya agar
dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, walaupun hal
tersebut tidak akan mudah, namun ada baiknya pemerintah mulai menyiapkan
hal-hal yang mungkin terjadi pada masa depan karena pasti akan banyak terjadi
perbedaan pendapat antara beberapa pihak.
- Bukan hanya pemerintah, namun masyarakat juga harus melakukan hal yang
sama, yaitu menyiapkan diri, perubahan konstitusi ataupun dasar negara bukanlah
hal yang mustahil melihat dunia yang terus berkembang, hal tersebut mungkin
akan menyebabkan perbedaan pendapat diantara beberapa pihak, maka kita harus
mencari cara agar segala perbedaan yang ada pada masyarakat tidak akan
memecah belah bangsa Indonesia dengan tidak hanya mementingkan beberapa
golongan atau bahkan kekuasaan semata, masyarakat harus mengingat bagaimana
para pahlawan pada waktu lampau berjuang untuk mempersatukan Bangsa
Indonesia hingga titik darah penghabisan, jangan sampai keserakahan
masing-masing golongan serta perbedaan pendapat merusak apa yang telah
diperjuangkan hingga dapat tercapainya Indonesia pada saat ini.
Indonesia perlu lebih konsisten dalam hal menjaga kesakralan konstitusi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Indrayana, Denny (2007). Amandemen UUD 1945: antara mitos dan pembongkaran. Bandung,
Jawa Barat: Mirzan Media Utama
Huda, Ni’matul (2003). Politik ketatanegaraan Indonesia : kajian terhadap dinamika perubahan
UUD 1945. Yogyakarta, DIY: FH UII Press
Mubyarto (2001). Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi.
Yogyakarta, DIY: BPFE Yogyakarta
Sulastomo., Hari-hari yang Panjang (Transisi Orde Lama Ke Orde Baru), (Jakarta:Buku
Kompas, 2008), h. 37
Vedi R. Hadiz., Dinamika Kekuasaan Ekonomi Politik Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2005)
Basuki, O. U. (2012). Quo Vadis UUD 1945: Refleksi 67 Tahun Indonesia Berkonstitusi.
SUPREMASI HUKUM. Retrieved from
http://www.aifis-digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/01._qou_vadis_uud_1945_pak_udiyo.pdf
Fatwa, A. M. (2009). Potret konstitusi pasca amandemen UUD 1945. Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara . Retrieved from
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=tx2BchLHxP4C&oi=fnd&pg=PR5&dq=latar+b
39
elakang+perubahan+konstitusi+menjadi+UUD+1945&ots=tEyZHlsNEf&sig=bt-ZX3YlLPN63n
Ap8kYnlTpjOBs&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true
Mutia, S. P. (2013, Juni 11). Sejarah Perkembangan dan Perbandingan Konstitusi di Indonesia
dengan Beberapa Negara. Retrieved from
http://syahrularenahukum.blogspot.com/2013/06/sejarah-perkembangan-dan-perbandingan.html
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S. (2005). Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Pembangunan
Hukum Nasional. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Retrieved from
http://repository.umpwr.ac.id:8080/bitstream/handle/123456789/3778/Implikasi_Perubahan-UU
D45.pdf?sequence=1
Rinardi, H. (2012). DARI RIS MENJADI NEGARA RI: PERUBAHAN BENTUK NEGARA
INDONESIA PADA TAHUN 1950. Jurnal Ilmu Humaniora, 92-209. Retrieved from
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mozaik78858c5da9full.pdf
Sartono, K. E. (2009). Kajian Konstitusi Indonesia dari Awal Kemerdekaan Sampai Era
Reformasi. HUMANIKA, 93-106. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/18126-ID-kajian-konstitusi-indonesia-dari-awal-kem
erdekaan-sampai-era-reformasi.pdf
Utami, R. F. (2018, Maret 29). 4 Alasan Perubahan Konstitusi RIS ke UUDS di Indonesia.
Retrieved from https://guruppkn.com/alasan-perubahan-konstitusi-ris-ke-uuds
40
Wijayanti, Y. (2015). KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA MASA ORDE LAMA
DIBIDANG EKONOMI TERHADAP BISNIS ORANG CINA. Artefak, 113-118. Retrieved
from file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1094-4303-1-PB.pdf
Zakky. ZonaReferensi.com. (2018). Pengertian Sistem Politik Menurut Para Ahli dan Secara
Umum. [online] Available at: https://www.zonareferensi.com/pengertian-sistem-politik/
[Accessed 10 Feb. 2019].
Zakky. ZonaReferensi.com. (2018). Pengertian Kekuasaan Menurut Para Ahli dan Secara
Umum. [online] Available at: https://www.zonareferensi.com/pengertian-kekuasaan/ [Accessed
10 Feb. 2019].
Zakky, ZonaReferensi.com. (2018). Pengertian Nilai Menurut Para Ahli dan Secara Umum.
[online] Available at: https://www.zonareferensi.com/pengertian-nilai/ [Accessed 10 Feb. 2019].
Atriana, R. (2018). Pasca Amandemen UUD China, Xi Jinping Bisa Jadi The Next Mao Zedong.
[online] detiknews. Available at:
https://news.detik.com/internasional/d-3911256/pasca-amandemen-uud-china-xi-jinping-bisa-jad
i-the-next-mao-zedong [Accessed 10 Feb. 2019].
41
Putera, A. D. (2018). Sri Mulyani: Gejolak Perekonomian Global Tekan Pertumbuhan Ekonomi
[Web log post]. Retrieved from
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/03/084115126/sri-mulyani-gejolak-perekonomian-gl
obal-tekan-pertumbuhan-ekonomi.
42