Anda di halaman 1dari 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

STROKE HEMORAGE DI KARMEL STROKE CENTER

Kelompok 09 :

Holy Christy Kumala 2015 66 057

Riski Hastutiningsih 2015 66 086

Tita Wulandari 2015 66 005

Simon Roy Rengrengulu 2015 66 097

Muhammad Rafly 2015 66 110

Ina Rotua 2014 66 124

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS FISIOTERAPI

2019
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
laporan kasus di Karmel Stroke Center ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 21 Mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan otak lokal akibat terhambatnya aliran darah ke otak
karena terjadi perdarahan atau sumbatan pada pembulh darah diotak sehingga dengan
gejala atau tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di
Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada
kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis
kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (6,8%).
Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%)
dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Penyebabnya bisa karena pola makan,
gaya hidup sehari-hari yang tidak sehat, stress maupun jarang berolahraga. Stroke
merupakan masalah medis yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Yayasan
Stroke Indonesia menyebutkan angka kejadian stroke meningkat secara dramatis
seiring usia. Stroke dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, penurunan
keseimbangan dan koordinasi, penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan
fungsional (bisa terjadi karena flaccid ataupun spastic).
Berdasarkan tanda gejala pada kasus tersebut dapat diatasi oleh
fisoterapi.Modalitas fisioterapi pada kasus post stroke hemiparese sinistra memiliki
banyak metode untuk memperbaiki gerak fungsional penderita contohnya seperti
Propioceptive Neuromuscular Facilitation, miror terapi dan Latihan berjalan. Tindakan
fisioterapi harus diberikan sedini mungkinkarena penyembuhan pada pasien post stroke
sangat baik pada saat golden Period (0-6 bulan).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut:
Apakah intervensi yang diberikan fisioterapis efektif dalam memperbaiki impairment
pada pasien stroke ischemic?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka tujuan antara lain :
Untuk mengetahui pemberian intervensi fisioterapi yang lebih efektif dan efisien
digunakan dalam memperbaiki impairment pada pasien stroke di Karmel Stroke Center.
BAB II

ISI

Defenisi Stroke

a. Pengertian
Stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara
fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang
berlangsung selama 24 jam ataupun lebih atau mengarah ke kematian tanpa
penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di
otak (Sofwan, 2010).

Stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak.
Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat
gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan
dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan makanan yang dibutuhkan
pada otak dan otak adalah pusat control sistem tubuh termasuk perintah dari semua
gerakan fisik (Gordon, 2002).

b. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua tipe, yaitu stroke
hemoragik (perdarahan) dan stroke non-hemoragik (iskemik).

1) Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan karena adanya
pembuluh darah dalam otak yang pecah sehingga darah yang keluar dari
pembuluh darah tersebut dipaksa masuk ke dalam jaringan otak kemudian
merusak sel-sel otak di daerah tertentu, sehingga pada akhirnya bagian otak
yang terkena tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke hemoragik terbagi lagi
menjadi 2 tipe:
a) Perdarahan subaraknoid (PSA)
Stroke karena perdarahan subaraknoid terjadi pada sekitar 5% dari
seluruh serangan stroke. Perdarahan subaraknoid terjadi di ruang
subaraknoid, yaitu ruang sempit siantara otak dan lapisan jaringan yang
menutup otak. Ini bisa terjadi karena adanya ruptur atau robekan dari suatu
aneurisma (arteri yang melebar). Ruptur atau robekan itu biasanya terjadi
karena dinding arteri yang menipis, biasa dijumpai pada pasien-pasien
yang menderita hipertensi (tekanan darah tinggi), AVM (Arteri Venosus
Malformation), atau adanya tumor intraserebral (Sofwan, 2010).

Ketika terjadi ruptur/pecah, darah yang berasal dari aneurisma


tersebut akan masuk ke ruang subaraknoid, yang kemudian akan
mengiritasi durameter (selaput yang melapisi permukaan luar otak)dan
akhirnya menimbulkan nyeri kepala. Nyeri kepala pada stroke karena
perdarahan subaraknoid yang khas yang sering dikatakan oleh penderita
sebagai “nyeri kepala yang paling parah sepanjang hidup saya”, karena
nyeri kepala tersebut sangat nyeri sekali, mendadak, parah, dan tanpa
sebab yang jelas. Sering disertai oleh muntah dan kaku leher. Karena
tekanan perfusi intraserebral yang menurun secara tiba-tiba, hilangnya
kesadaran mendadak (koma) sangat sering terjadi. Keadaan seperti ini
memerlukan intervensi medis segsegera mungkin. Sekitar sepertiga dari
kasus perdarahan karena aneurisma yang pecah ini langsung meninggal,
sementara sisanya akan mengalami kecacatan berat. Gejala nyeri kepala
ini tidak selalu timbul dalam setiap kasus perdarahan subaraknoid ini.
Dalam beberapa kasus, hal ini tidak menmbulkan gejala nyeri kepala yang
timbul mendadak, terutama pada usia lanjut (Sofwan, 2010).

b) Perdarahan Intraserebral (PIS)


Perdarahan intraserebral atau perdarahan yang terjadi di dalam otak
terjadi pada sekitar 10% dari seluruh serangan stroke. Stroke karena
perdarahan intraserebral sebenarnya, tumor otak, maupun trauma pada
otak. Ada beberapa jenis perdarahan interserebral yang tersering menurut
letaknya, yaitu: perdarahan thalamus, hematom subdural (biasanya karena
trauma), dan perdarahan intraventrikuler. Perdarahan tersebut bisa sangat
parah, ditandai dengan peningkatan tekanan intracranial, gangguan pada
beberapa traktus rasaf, kompresi ventrikel, dan herniasi dari otak (Sofwan,
2010).

2) Stroke non-hemoragik (Iskemik)


Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya
hambatan atau sumbatan pada pembuluh darah otak tertentu sehingga daerah
otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut tidak mendapat pasokan
energi dan oksigen, sehingga pada akhirnya jaringan sel-sel otak di daerah
tersebut mati dan tidak berfungsi lagi. Stroke iskemik ini dibagi menjadi
beberapa tipe menurut penyebabnya:
a) Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah. Stroke thrombosis adalah stroke
yang terjadi karena adanya sumbatan di pembuluh darah besar di otak
karena adanya gumpalan/plak yang terbentuk akibat proses
aterosklerotik (pengerasan arteri). Stroke karena thrombosis ini
merupaka stroke yang paling sering terjadi (hamper 40% dari seluruh
stroke). Plak aterosklerosis tersebut akan menyumbat suatu pembuluh
darah tertentu di otak yang pada akhirnya daerah otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi tersebut menjadi kekurangan
nutrisi dan oksigen (disebut iskemia) dan akhirnya menjadi daerah mati
(infark). Plak aterosklerotik biasanya menyumbat pembuluh darah
besar di sekitar leher ataupun di dasar otak. Hambatan/sumbatan yang
terjad di pembuluh darah yang cukup besar tersebut biasanya akan
menghasilkan stroke iskemik yang luas di otak (daerah infark yang
luas) (Sofwan, 2010).
Proses ateroskeloris itu sendiri dipercepat oleh berbagai faktor
seperti hipertensi, diabetes, hiperkolestrol, dan faktor-faktor lainnya.
Proses terjadinya masih belum jelas. Sering dikatakan bahwa
ateroklerosis terjadi karena penimbunan lipid (lemak) berikut kolestrol,
yang diselipkan di bawah lapisan intima dari pembuluh darah oleh arus
darah. Proses ini dipercepat oleh hiperkolesteremia dan beban terhadap
dinding darah akibat hipertensi. Plak aterosklerosis sering dijumpai
dipercabang arteri besar, misalnya arteri karotis leher. Setelah umur 50
tahun tampaknya ada kecendrungan bahwa arteri-arteri serebral yang
kecil juga terkena proses aterosklerosis. Penyempitan yang disebabkan
oleh plak/bekuan aterosklerotik itu bisa mencapai 80-90% dari
diameter pembuluh darah., tanpa menimbulkan gangguan pada daerah
yang diperdarahi arteri yang bersagkutan. Namun, arteri-arteri yang
sudah memunyai plai aterosklerotik itu cenderung mendapat
komplikasi, yang berupa thrombosis (Sofwan, 2010).
b) Lakunar
Stroke lacunar adalah stroke yang terjadi pada pembuluh-
pembuluh darah kecil yang ada di otak. Terjadi pada sekitar 20% kasus
dari seluruh stroke. Stroke lakunar ini disebabkan oleh adanya sebuah
lesi/ luka yang kecil, berbatas jelas berukuran kurang lebih 1,5 cm yang
biasanya terletak di daerah subkortikal, kapsula interna, batang otak
dan serebelum (otak kecil). Stroke lakunar ini berkaitan kuat dengan
hipertensi dan juga dihubungkan dengan perubahan mikrovaskular
yang timbul karena hipertensi kronis dan kencing manis (diabetes
mellitus). Penyumbatan pada pembuluh darah kecl ini biasanya tidak
memberikan dampak stroke yang parah (Sofwan, 2010).
c) Emboli serebral
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi karena adanya gumpalan
darah/bekuan darah yang berasal dari jantung, dan kemudian terbawa
arus darah sampai ke otak, kemudian menyumbat pembuluh darah di
otak. Proporsinya sekitar 20% dari kasus strokeBekuan darah dari
jantung ini biasanya terbentuk akibat beberapa hal, seperti misalnya:
denyut jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan
katup jantung, infeksi di dalam jantung, dan juga pembedahan/opersai
jantung (Sofwan, 2010).

c. Faktor Risiko
Penyebab terjadinya stroke (Pudiastuti, 2011) adalah:
1) Faktor risiko medis, antara lain:
a) Migrain
b) Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
c) Diabetes
d) Kolestrol
e) Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
f) Gangguan jantung
g) Riwayat stroke dalam keluarga
h) Penyakit ginjal
i) Penyakit vaskuler perifer

2) Faktor risiko perilaku,antara lain:


a) Kurang olahraga
b) Merokok (aktif & pasif)
c) Makanan tidak sehat (junk food, fast food)
d) Kontrasepsioral
e) Mendengkur
f) Narkoba
g) Obesitas
h) Stress
i) Pola hidup

d. Tanda Dan Gejala Klinis Stroke


Gejala dan tanda seseorang terkena stroke sangat beragam dan berbeda-
beda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan ini dikarenakan otak
manusia sangat kompleks. Setiap daerah diotak mempunyai fungsi berbeda-beda.
Ada yang mengatur gerakan, pancaindera, perasaan, kognitif, dan lain-lain. Gejala
dan tanda stroke tergantung dari apakah itu karena stroke perdarahan atau akibat
stroke iskemik (Sofwan, 2010). Namun secara umum, gejala stroke diantaranya :
1) Munculnya kelemahan mendadak dari salah satu bagian tubuh (wajah muncul
rasa baal (hilang sensasi) mendadak di satu sisi badan.
2) Muncul rasa baal (hilang sensasi) mendadak di satu sisi badan.
3) Gangguan menelan (disfagia), contohnya: tersedak akibat minum.
4) Hilangnya penglihatan sebagian atau seluruh secara tiba-tiba.
5) Tiba-tiba sulit berbicara atau tidak jelas berbicara atau pelo, atau tidak
memahami pembicaraan orang lain (afasia).
6) Timbulnya nyeri kepala yang amat sangat, yang muncul secara mendadak.
7) Gangguan Kesadaran, pingsan, koma, atau kejang.
8) Hilang keseimbangan, terjatuh tiba-tiba, dan tidak mampu mengatur gerakan
tubuh.
9) Munculnya gangguan kognitif lain seperti tiba-tiba pikun, tidak dapat
berhitung dan membaca,ataupun menulis secara tiba-tiba.
Gejala-gejala stroke (Pudiastuti, 2011) berdasarkan lokasi ditubuh, yaitu:
1) Batang otak, dimana terdapat 12 rasaf kranial : menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun,
ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah
lemah.
2) Bagian sistem rasaf pusat : kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya
fungsi sensorik.
3) Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect,
kebingungan.
Jika tanda-tanda tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai
transient ischemic attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan
awal stroke.
Sistem Rasaf Pusat (SSP) merupakan pusat pengontrol tubuh yang berfungsi
untuk menerima dan menginterprestasikan atau mengintegrasikan semua stimulus
dan impuls syaraf ke otot dan kelenjar, serta menciptakan aksi atau gerakan
selanjutnya. Otak (brain) dan sumsum tulang belakang (spinal cord) membentuk
suatu sistem rasaf pusat (central nervous sistem/CNS). Sumsum tulang belakang
dibagi menjadi segmen-segmen yang sama, tetapi 30% lebih pendek dari kolom
tulang belakang (spinal column). Bagian utama dari otak (brain) terdiri dari
medulla oblongata, pons, mesencephalon, cerebellum, diencephalon dan
telencephalon. Otak kecil (cerebellum) merupakan pusat kendali yang penting
untuk fungsi motorik dan telencephalon yang merupakan bagian dari korteks yang
juga penting untuk fungsi motorik (Despopoulus, 2003).
Otak (encephalon) merupakan bagian depan dan paling utama dari seluruh
sistem syaraf, yang berperan penting dalam mengendalikan berbagai ragam fungsi
kehidupan. Otak mengalami perubahan dan pemberasan, pada saat lahir
mempunyai berat 350 gr, 3 bulan 500 gr, 18 bulan 1000 gr, 6 tahun 1300 gr, berat
otak manusia ± 1400 gr dan tersusun dari ± 100 triliun neuron. Otak terdiri dari 100
– 200 milyar sel aktif yang saling berkoneksi (Elaine M. Hull, 2014).
Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput pelindung meningen, yang terdiri dari
duramater, arakhnoid, dan piamater cerebrospinal fluid dan berada didalam tulang
tengkorak. Otak menjadi inti dari sistem syaraf dengan beberapa komponen bagian
yaitu :

1) Otak Besar (cerebrum)


Merupakan bagian otak yang terbesar ± 85 %. Cerebrum merupakan
bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh
bagian depan atas rongga tengkorak. Pada otak besar terdapat beberapan lobus,
yaitu :
a) Lobus Frontalis
merupakan bagian depan dari serebrum yang bagian belakang di batasi
oleh sulkus sentralis. Lobus ini terdiri dari 2 fungsi serebral utama yaitu:
 Control motorik gerakan volunteer, termasuk fungsi bicara.
 Control berbagai ekspresi emosi, moral dan tingkah laku etika.
b) Lobus Parientalis
Lobus ini merupakan bagian sensorik primer otak rasa raba dan kecap,
yang akan di integrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh
terhadap lingkungan eksternal sel –sel lobus perietalis bekerja sebagai
daerah asosiasi skunder untuk menginterprestasilkan rangsangan-
rangsangan yang dating. Lobus ini menyampaikan informasi sensorik ke
banyak daerah lain d otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual
sebelumnya.
c) Lobus Oksipitalis
Lobus oksipital bertanggung jawab untuk penglihatan, Lobus ini
menerima informasi yang berasal dari retina mata. Luas permukaan lobus
oksipital manusia adalah sekitar 12% dari total luas permukaan
neokorteks otak. Lobus ini mencakup bagian korteks yang berjalan
kebawah dari fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini merupan daerah asosiasi primer untuk informasi
auditorik dan mencakup daerah wernicketempat interpretasi bahasa.
Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan penyimpanan ingatan
(Grill, 2004).
d) Lobus Limbik
Lobus limbic merupakan cincin korteks yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutub cerebrum.
Fungsinya adalah mengatur emosi. Limbic bukanlah suatu struktur
tersendiri tetapi mengarah pada sebuah cincin, struktur-struktur otak
depan yang mengelilingi batang otak dan dihubungkan satu samalain oleh
jalur-jalur syaraf yang rumit. Sistem ini mencakup bagian dari masing-
masing jaringan yaitu : lobus cortex cerebrum, nucleus basal, thalamus
dan hypothalamus. Jaringan interaktif yang kompleks ini berkaitan
dengan emosi, pola-pola perilaku sosioseksual dan kelangsungan hidup
dasar, motivasi dan belajar (Morker, 2006).

Terdapat beberapa bukti menunjukkan bahwa sususnan limbic


berkaitan dengan perilaku emosional, terutama reaksi takut dan marah
serta emosi-emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual. Terdapat
juga bahwa hippocampus berkaitan juga dengan memori yang baru saja
terjadi, sedangkan memori yang sudah lama biasanya tidak terpengaruh
oleh lesi-lesi pada struktur ini. Berbagai hubungan aferen dan eferen
susunan limbic merupakan lintasan-lintasan untuk integrasi dan respon
homeostatic yang efektif terhadap jenis stimulus lingkungan yang luas.
Perubahan emosional berhubungan dengan respon fiseral dan karena itu
melibatkan aktivitas lokomotorik, otonom dan endokrin.

2) Otak Kecil (Cerebelum)


Cerebelum terletak di fosa serebri posterior di bawah tentotium serebelum
yaitu dorameter yang memisahkanya dari libus oksipital serebrum. Otak kecil
berisi setengah dari semua neuron yang terletak di otak, namun hanya 10%
dari berat otak. Struktur ini sangat terorganisir. Peran otak kecil dalam kontrol
motorik mengagumkan, mulai dari peran pembanding untuk keterlibatan
dalam belajar motorik, bagian penting dari susunan rasaf pusat secara tidak
sadar mengendalikan kontraksi otot-otot volunter sacara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum yaitu: lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis. Lobbus anterior merupakan paleocerebellum yang
menerima masukan rangsang dari ujung-ujung proprioseptif dalam otot dan
tendon serta dari reseptor raba dan tekanan. Lobus medialis merupakan
neocerebellum yang tidak berhubungan dengan gerak voluntary. Sadangkan
lobus fluccolonodularis merupakan bagian tertua dari cerebellum serta
merupakan archicerebellum yang berhubungan dengan susunan vestibular (
nervus vestibularis dan nucleus vestibularus ). Bagian ini merupakan respon
terhadap stimulus dari telingan bagian dalam dan membantu mempertahankan
keseimbangan dengan membawa modifikasi dalam tonus otot (Patricia C.
Montgomery, 2003).
3) Diensefalon
Diensefalon adalah bagian dalam dari serebrum yang menghubungkan
otak tengah/mesesefalon dengan hemisfer serebrum dan tersusun oleh struktur
yaitu:
a) Thalamus
Merupakan suatu kompleks inti yang besarnya 4/5 bagian dari
diensefalon. Funhsi thalamus sebagai stasiun rilei semua impuls yang
masuk sebelum mencapai korteks serebri (kecuali impuls olfaktorius )
seperti melakukan koordinasi, integrasi, pewarnaan afek terhadap impuls-
impuls.
b) Epitalamus
Berhubungan dengan fungsi sistem limbic dan refleks-refleks sistem
optic.
c) Hipotalamus
Hipotalamus merupakan pengatur fungsi-fungsi tubuh memelihara
homeostasis termasuk regulasi cairan tubuh, metabolism, kadar gula darah
dan temperature tubuh dan siklus reproduksi (Kastner, 2011)
d) Subtalamus
Subtalamus merupakan nucleus motorik ekstrapiramidal untuk
gerakan involuntary yang kuat. Pada area jaringan otak yang terletak
diantara tegmentum (mesensefalon) dan thalamus dorsalis.
4) Brainsteam ( batang otak )
Batang otak berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla
spinalis di bawahnya .struktur-struktur fungsional batang otak yang penting
adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel rasaf (farmatio retikularis) dan
12 pasang rasaf cranial. Batang otak terdiri dari 3 segmen yaitu:
a) Mesensefalon ( otak tengah )
Otak tengan merupakan bagian atas batang otak. Otak tengah daapat di
bagi dalam dua tingkat, yaitu atap yang mengandung banyak pusat-pusat
reflek yang penting untuk penglihatan dan pendengaran, serta jalur motorik
besar yang turun dari kapsula interna melalui bagian dasar otak tengah,
turun terus melalui pons dan medulla oblongata menuju medula spinalis.
Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan
dan gerakan-gerakan bola mata (Blumenfeld, 2010).
b) Pons
Merupakan jembatan penghubung antara mesensefalon dengan medulla
oblongata, fungsinya membantu dalam regulasi pernafasan dan rasa raba,
rasa nyeri , dan rasa suhu.
c) Medulla oblongata
Medulla oblongata terletak dalam fosa kranialis posterior dan bersatu
dengan medulla spinalis tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.
Medulla oblongata mengandung nucleus berbagai rasaf otak yang penting
serta mengandung pusat vital yang mengendalikan pernafasan dan sistem
kardiovaskular (Blumenfeld, 2010).
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Diagnosis Medis : Stroke hemorage sinistra

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Umum : Pasien merasa kesulitan berjalan.
2. Riwayat penyakit penyerta : Pasien masih sedikit kesulitan dalam bicara
(belum lancar), adanya kelemahan pada m. gluteus, m. adduktor, dan m. Hamstring.
3. Riwayat penyakit sekarang : Stroke

C. Assessment
1. Pemeriksaan Umum
a. Suhu tubuh : afebris
b. Tekanan darah : 120/80
c. Kognisi dan persepsi : baik, komunikasi baik tetapi
masih sedikit sulit dalam berbicara

2. a. Inspeksi Observasi (Inspeksi) :


- Forward head
- Kifosis
- Shoulder asimestris
- Lutut semi fleksi
b. Palpasi : - Oedem (-)
- Nyeri pergelangan tangan kiri
c. Kemampuan Fungsional: - duduk ±
- duduk ke berdiri dibantu
- berjalan di bantu

d. Pemeriksaan otot

- MMT :4

e. Diagnosa FT : Gangguan Gerak dan Fungsi khususnya berjalan et causa Stroke


Hemorage Dextra
D. Intervensi Fisioterapi
 Stretching
 Strengthening otot hip abduktor dan gluteus
 Bridging
 Rotasi trunk
 Hip exercise
 Corection postur
 Latihan cordinasion
 One leg standing
 Latihan berjalan
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Penanganan fisioterapi merpakan penanganan yang sangat penting guna memulihkan


kondisi pasien Stroke.
2. Penatalaksanaan pelayanan fisioterapi sesuai dengan proses fisioterapi dengan
manajemen pasien rawat jalan di Kamel Stroke Center Jakarta Barat.
DAFTAR PUSTAKA

Adams HP, Et al. 2003. Guidelines for the early management of patients
with ischemic stroke :The American stroke Association, Stroke.

Adams RD, Victor M, Rapper AH. 2003.Cerebrovasculer Disease,


Principles of Neurology. New York City.-Hill Book.

Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. 2003. Gangguan Peredaran


Darah Otak. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Becker JU. 2006. Stroke Ischemic. Available in www.emedicine.com.

Bederson Jb, et al. 2009. Guidelines for the Management of Aneurysmal


Subarachnoid Hemorage : American Heart Association, Stoke.

Broderick J. 2007. Guidelines for the Management of Spontaneous


Intracerebral Hemorrhage. A Guideline From The American Heart Association.

Brott T, Bogousslavsky J. 2000.Treatment of Acute Stroke. The New


England Journal Of Medicine.

Djuanda, Adhi. Azwar. Sofyanm, Ismael. Rianto, Setiabudy. 2010. MIMS


Indonesia.Medidata. Jakarta.

Doenges. Marilyn E. 2008. Nursing Diagnosis Manual. F. A. Davis


Company. Philadelphia.

Elizabeth, Corwin. 2000. Patofisiologis. Penerbit Buku Kedokteran.


EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai