LAPORAN MODUL 2
BLOK METABOLISME ENDOKRIN
“SKENARIO 2”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKENARIO 2
Seorang laki laki umur 40 tahun datang ke poli klinik umum dengan keluhan mudah
lelah yang dialami sejak 3 bulan terakhir. Aktivitas sehari hari kurang. Pasien memiliki
riwayat peningkatan kolesterol darah sejak 1 tahun yang lalu, tetapi tidak mengkonsumsi
obat. Pasien merokok satu bungkus per hari. Diketahui ayahnya menderita kencing manis dan
meninggal tibatiba saat bekerja. Pada pemeriksaan fisis tinggi badan 160 cm, berat badan 98
kg lingkar pinggang 104 dan tekanan darah 160/90 mmHg.
Kata Sulit
-
Kata Kunci
1. Laki laki berumur 40 tahun
2. Mudah lelah yang dialami sejak 3 bulan terakhir, sedangkan aktivitas sehari hari
kurang
3. riwayat peningkatan kolesterol darah sejak 1 tahun yang lalu, tetapi tidak
mengkonsumsi obat
4. Pasien merokok satu bungkus per hari
5. ayahnya menderita kencing manis dan meninggal tiba tiba saat bekerja
6. Pemeriksaan fisis tinggi badan 160 cm, berat badan 98 kg lingkar pinggang 104 dan
tekanan darah 160/90 mmHg
Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan pasien mudah lelah ?
2. Jelaskan factor factor yang mempengaruhi kolesterol meningkat !
3. Bagaimana kaitannya riwayat merokok dengan meningkatnya kolesterol pasien ?
4. Apa hubungannya riwayat merokok dengan mudah lelah ?
5. Apakah hubungan riwayat keluarga dengan keluhan pasien ?
6. Bagaimana status gizi berdasarkan scenario dan cara pengobatannya ?
7. Bagaimanakah langkah langkah diagnosis ?
8. Apa diagnosis banding berdasarkan scenario ?
Jawaban
1. Starvasi elluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit masuk
padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa
untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu
insulin.
Dampak dari starbasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk tetap mempertahankan
fungsi sel. Proses itu antara lain :
a. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral
yang tergantung pada insulin otot rangka dan jaringan lemak. jika tidak terdapat glukosa, sel-
sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi
glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas keton. kondisi ini
berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah.
b. starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein dan asam amino
yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati. ;asil dari
glukoneogenesis akan dijadikan untuk proses akti6itas sel tubuh.Protein dan asam amino yang
melalui proses glukoneogenesis akan dirubah menjadi CO2 & dan H2O serta glukosa.
Perubahan ini berdampak juga pada penurunan sintesis protein.Proses glukoneogenesis yang
menggunakan asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh karena unsur
nitrogen sebagai unsur pemecah protein tidak digunakan kembali untuk semua bagian tetapi
diubah menjadi urea dalam hepar dan dieksresikan dalam urine. skskresi nitrogen yang
banyak akan berakibat pada keseimbangan negative nitrogen.Depresi protein akan berakibat
tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan sulitnya pengembalian
jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau cidera)
c. Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak (lipolisis) asam
lemak bebas, trigliserida, dan gliserol yang akan meningkat bersirkulasi dan menyediakan
substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas sel.
ketogenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organik keton, sementara keton
menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer ph darah menurun. Pernafasan kusmaull
dirangsang untuk mengkompensasi keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi
bertambah buruk dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang
meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan protein.
3. Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang harus dihindari oleh seseorang terutama
pada generasi muda, karena kita ketahui bersama bahaya merokok terhadap tubuh kita. Secara
tidak langsung nikotin akan masuk dalam saluran pernapasan kita, dampak lanjut nikotin dalam
tubuh kita adalah timbulnya pengapuran di dalam saluran pernapasan dan di saluran peredaran
darah. Pengapuran di dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
alveoli untuk menyerap oksigen. Kemampuan alveoli dan paru menurun, maka oksigen yang
diserap akan berkurang sehingga mempengaruhi kerja otot. Pengapuran di dalam saluran peredaran
darah dapat menyebabkan menumpuknya kolesterol sehingga dapat terkena risiko penyakit jantung
dan dapat menyebabkan atherosclerosis yang disebabkan oleh rusaknya dinding arteri oleh karbon
monoksida (CO). Hasil penelitian yang dilakukan olehVon Holt at al, 2009 bahwa rokok dapat
mempercepat terjadinya atherosclerosis apabila digabungkan dengan kolesterol tinggi.Pembuluh
darah ini ibarat selang air yang semakin lama semakin berkerak di semua dinding bagian dalam
sehingga mengganggu kelancaran aliran air. Perubahan-perubahan pada dinding pembuluh darah
mengakibatkan naiknya tekanan darah sistolik, karena darah mengalami hambatan akibat
penebalan dinding pembuluh.3
CO merupakan 1-5% dari asap rokok. Zat ini membawa oksigen di dalam darah (eritrosit) dan
membentuk carboxihaemoglobin. Seorang perokok akan mempunyai carboxihaemoglobin lebih
tinggi dari orang normal, sekitar 2-15%, sedangkan pada orang normal carboxihaemoglobin hanya
sekitar 0,5-2%. Tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang per tahun, dan diperkirakan akan
membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Berdasarkan jumlah tersebut, 70% korban berasal dari
negara berkembang. Lembaga demografi Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat
penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau
sekitar 22,5% dari total kematian di Indonesia.4
4. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau. Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis
bahan kimia, dengan 60 jenis bersifat karsinogenik dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya
bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain
itu, sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang sang lat berbahaya bagi tubuh.
Zat-zat yang sangat beracun dan membahayakan adalah sebagai berikut :
a. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa
lemah dengan pH kurang lebih 8,0. Asap rokok pada umumnya bersifat asam dengan pH kurang
lebih 5,5. Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran sel
secara cepat sehingga di mukosa pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok.
b. Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar
terbentuk selama tembakau dan kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
menyebabakan adanya resiko kanker.
c. Karbonmonoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang memiliki afinitas yang kuat terhadap
hemoglobin pada eritrosit, ikatan CO dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak
dapat melepaskan ikatan CO. Sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut oksigen
berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin yang pada akhirnya akan mencapai tingkat
tertentu yang dapat menyebabkan kematian.
d. Timah hitam
Setiap satu batang rokok menghasilkan kurang lebih 0,5 ug timah hitam. Sebungkus rokok (isi
20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan mengeluarkan 10 ug. Sementara ambang batas
bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Daat dibayangkan, bila
seorang perokok berat yang biasa menghisap rata-rata 1 bungkus rokok per hari, berapa banyak
zat yang sangat berbahaya ini masuk ke dalam tubuhnya.
Masalah kesehatan yang dapat timbul karena merokok, antara lain pada sistem kardiovaskular
dan pernapasan. Merokok terbukti sebagai penyebab utama penyakit aterosklerosis serta
merupakan faktor risiko utama pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta stroke.Mekanisme
utama terjadinya adalah akibat terbentuknya aterosklerosis dan thrombosis. Penelitian
menunjukkan bahwa nikotin memiliki efek pada sel endotel, dapat meningkatkan viskositas
darah, peningkatan heart rate, cardiac output, tekanan darah, serta vasokonstriksi melalui induksi
pelepasan senyawa katekolamin dari system saraf simpatik.
Zat di dalam rokok seperti karbon monoksida mengurangi kemampuan darah untuk membawa
oksigen. Karbonmonoksida yang terdapat pada rokok akkan berikatan dengan hemoglobin di
dalam darah dan ikatan ini memiliki afinitas yang begitu kuat. Terbentuknya HbCO menyebabkan
hemoglobin tidak mampu berikatan dengan oksigen. Sehingga oksigen yang disalurkan ke
jaringan berkurang dan menyebabkan jaringan kekurangan oksigen. Karbon monoksida (CO)
merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2-6%.
CO pada paru-paru mempunyai afinitas dengan Hb sekitar 200 kali lebih kuat dibandingkan
dengan afinitas yang terdapat pada HbO2, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar
O2 udara yang sudah berkurang, sel darah merah akan semakin kekurangan O2 karena yang
diangkut adalah CO dan bukan O2. paru paru hal ini dapat menimbulkan sesak napas sedangkan
pada jantung merokok dapat memicu terjadinya infark miokard. Senyawa Polisiklik Hidrokarbon
Aromatic (PHA) dapat menyebabkan kerusakan pada sel endotel tersebut.5
5. Menurut American Diabetes Association, risiko munculnya diabetes tipe 2 pada orang yang:
- 1 dari 7 orang berisiko terkena diabetes, bila salah satu orangtuanya terdiagnosis sebelum
usia 50 tahun
- 1 dari 13 orang berisiko terkena diabetes, bila salah satu orangtuanya terdiagnosis setelah
usia 50 tahun
- 1 dari 2 orang terkena diabetes, bila kedua orangtuanya menderita diabetes
Namun tidak semua penyebab diabetes tipe 2 adalah faktor genetik. Faktor risiko utama
penyebab diabetes tipe 2 adalah obesitas dan gaya hidup yang buruk. Beberapa mutasi gen
telah disebut-sebut sebagai pemicu risiko diabetes tipe 2.Dan juga tidak satu pun dari gen ini
mengakibatkan diabetes dengan sendirinya. Melainkan, mereka berinteraksi dengan faktor
lainnya, sebagai contoh, racun, virus, dan makanan yang bisa meningkatkan risiko Anda
terkena diabetes.
Pilihan gaya hidup cenderung dipengaruhi juga dalam keluarga. Orangtua yang pasif, seperti
malas berolahraga contohnya, cenderung memiliki anak-anak yang pasif juga. Orangtua
dengan pola makan tidak sehat kemungkinan akan menurunkannya ke generasi berikutnya.
Pada sisi lain, genetik memiliki peranan besar dalam menentukan berat badan. Ada beberapa
mutasi pada gen yang mengontrol risiko diabetes Anda
- Produksi glukosa
- Produksi insulin
- Kadar glukosa yang dirasakan tubuh
- Regulasi insulin
-calpain 10, gen yang terkait dengan risiko diabetes tipe 2 pada Meksiko-Amerika
-glukosa transporter 2 (GLUT2), yang membantu glukosa pindah ke pankreas
-glukagon reseptor (GCGR), hormon glukagon yang terlibat dalam regulasi glukosa
Berat badan ( Kg )
IMT =
Tinggi badan ( m ) X Tinggi badan ( m )
98 ( Kg )
=
1,6 ( M ) X 1,6 ( M )
= 𝟑𝟖, 𝟐𝟖 ( 𝐎𝐛𝐞𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝟐 )
Klasifikasi IMT:11
- Underweight <18,5
- Obesitas II >30
Pengobatan :
Diet rendah kalori yang direkomendasikan oleh ADA untuk mengurangi
obesitas meliputi diet rendah lemak (< 30%), tinggi karbohidrat ( 55% dari daily
energy intake/DEI), tinggi protein ( sampai dengan 25% DEI ) dan tinggi serat
(25g/hari).
6.
Berat badan ( Kg )
IMT =
Tinggi badan ( m ) X Tinggi badan ( m )
98 ( Kg )
=
1,6 ( M ) X 1,6 ( M )
= 𝟑𝟖, 𝟐𝟖 ( 𝐎𝐛𝐞𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 𝟐 )
Klasifikasi IMT:11
- Underweight <18,5
- Obesitas II >30
b. Pemerksaan fisik
Inspeksi : -
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -
Tekanan darah : 160/90 mmHg
c. Pemeriksaan penunjang
Antropometri :
- Berat badan : 98 kg
- Tinggi badan : 160 cm
𝐵𝐵 98 𝑘𝑔 98
- IMT : = = = 38, 28 (Obes 2)
(𝑇𝐵)2 (1,6)2 2,56
- Lingkar pinggang : 104 cm
Pemeriksaan Laboratorium :
GDS
TTGO
GDP
Pemeriksan kolesterol
8. Diagnosis Banding
a) DISLIPIDEMIA
Definisi
Epidemiologi
Data dari American Heart Association tahun 2014 memperlihatkan prevalensi dari
berat badan berlebih dan obesitas pada populasi di Amerika adalah 154.7 juta orang yang
berarti 68.2% dari populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun. Populasi
dengan kadar kolesterol ≥240 mg/dl diperkirakan 31.9 juta orang (13.8%) dari populasi
(5). Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS)
tahun 2013 menunjukkan ada 35.9% dari penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun
dengan kadar kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥
200 mg/dl) dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari
di pedesaan. Data RISKEDAS juga menunjukkan 15.9% populasi yang berusia ≥15 tahun
mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9% mempunyai kadar
HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang sangat tinggi
(≥500mg/dl). Dislipidemia merupakan factor risiko primer untuk PJK dan mungkin
berperan sebelum factor risiko utama lainnya muncul. Data epidemiologi menunjukkan
bahwa hiperkolesterolemia merupakan factor risiko untuk stroke iskemia. Grundy dkk
menunjukkan bahwa untuk setiap penurunan LDL sebesar 30 mg/Dl maka akan terjadi
penurunan risiko relative untuk penyakit jantung koroner sebesar 30%.
Klasifikasi Dislipidemia
Dislipidemia sekunder
Pengertian sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain
misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan sindroma metabolik.
Pengelolaan penyakit primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Dalam hal ini
pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan tetapi pada pasien diabetes mellitus
pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab risiko koroner pasien tersebut
sangat tinggi. Pasien diabetes mellitus dianggap mempunyai risiko yang sama (ekivalen)
dengan pasien penyakit jantung koroner. Pankreatitis akut merupakan menifestasi umum
hipertrigliseridemia yang berat.
Diabetes melitus
Hipotiroidisme
Sindroma nefrotik
Diagnosis
Total kolesterol
Kolesterol LDL
Trigliserida
Kolesterol HDL
Faktor penyebab
Perokok aktif
Diabetes
Hipertensi
Lingkar pinggang > 90 cm untuk laki-laki atau lingkar pinggang > 80cm
untuk wanita
Disfungsi ereksi
Laki-laki usia ≥ 40 tahun atau wanita dengan usia ≥ 50 tahun atau sudah
menopause.
Penatalaksanaan
Terapi Non-Farmakologis
1.Aktivitas fisik
Bagi beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat di sela sela aktivitas
dapat meningkatkan kepatuhan terhadap program aktivitas fisik. Selain aerobik,
aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu.
Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi dietrendah kalori yang terdiri
dari buah-buahan dan sayuran (≥5 porsi/hari), biji-bijian (≥6 porsi/hari), ikan,
dan daging tanpa lemak. Asupan lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol harus
dibatasi sedangkan makronutrien yang menurunkan kadar LDL-C harus mencakup
tanaman stanol/sterol (2g/hari) dan serat larut air (10-25 g/hari).
3.Berhenti merokok
Merokok merupakan factor risiko kuat, terutama untuk penyakit jantung koroner,
penyakit vascular perifer, dan stroke. Merokok mempercepat pembentukan plak pada
koroner dan dapat menyebabkan rupture plak sehingga sangat berbahaya bagi orang
dengan aterosklerosis koroner yang luas. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
merokok memiliki efek negative yang besar pada kadar KHDL dan rasio K-LDL/K-
HDL. Merokok juga memiliki efek negative pada lipid postprandial, termasuk
trigliserida. Berhenti merokok minimal dalam 30 hari dapat meningkatkan K-HDL
secara signifikan.
Terapi farmakologis
1. Statin
2. Asam Fibrat
3. Asam Nikotinik
Obat ini di duga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan
adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui
bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan
akan menjadi sumber pembentukkan VLD. Dengan menurunnya sintesis VLDL di
hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, dan juga kolesterol-LDL di
plasma. Pemberian asam nikotinik temyata juga meningkatkan kadar kolesterol-HDL.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu perasaan panas pada
muka bahkan di badan.
4. Ezetimibe
Obat golongan ezetimibe ini bekerja dengan menghambat absorbs kolesterol oleh
usus halus. Kemampuannya moderate didalam menurunkan kolesterol LDL (15-25%).
Pertimbangan penggunaan ezetimibe adalah untuk menurunkan kadar LDL,
terutama pada pasien yang tidak tahan terhadap pemberian statin. Pertimbangan
lainnya adalah penggunaannya sebagai kombinasi dengan statin untuk mencapai
penurunan kadar LDL yang lebih rendah.6
1. Definisi
2. Epidemiologi
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih
berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan
indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012
angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana
proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes
mellitus tipe 1
3. Patofisiologi
1. Resistensi insulin
4. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa
DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga
dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).Faktor risiko yang
dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm
pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis
kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
a. Obesitas (kegemukan)
b. Hipertensi
garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah perifer.
e. Umur
f. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis
dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika
orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit
tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah
faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan
yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa
Tubuh
5. Gejala klinis
- Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah.
- Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4kg.
6. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada
hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi
tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik
akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat . Ada perbedaan antara uji
diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka
yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45
tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi >4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250
mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
7. Penatalaksanaan
- Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
- Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet
3. Pendidikan Kesehatan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak
berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat
hipoglikemik
a. Antidiabetik oral
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan
dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut.
Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan
pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon
yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan
lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel
sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.
6. Komplikasi diabetes melitus
a. Komplikasi akut
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi
kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi Makrovaskuler
- Komplikasi mikrovaskuler
7. Pencegahan
- Pencegahan Primer adalah upaya yang ditujukan pada orang- orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,
tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
c.) HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai
tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk memudahkan para tenaga
kesehatan di Indonesiadalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan dengan kelainan
jantung dan pembuluh darah.
B. Klasifikasi
Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi.
Gambar 1.1 A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension 2013
a. TSH
b. Leukosit darah
c. Trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL
d. Kalsium dan fosfor
e. Foto toraks
f. Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
(spesifisitas sekitar 95 – 100%). Indikasi ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah :
a) Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b) Hipertensi dengan kelainan katup
c) Hipertensi pada anak atau remaja
d) Hipertensi saat aktivitas tetapi normal saat istirahat
e) Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya (gangguan fungsi diastolic
atau sistolik)
g. Ekokardiografi – Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolic (gangguan fungsi
relaksasi ventrikel kiri, pseudo – normal atau tipe restriktif)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaanaan umum hipertensi, mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003, ESH /
ESC 2003). Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat bermanfaat. Pasien
hipertensi pasca infark jantung sangat mendapat manfaat pengobatan dengan penyekat beta,
penghambat ACE atau antialdosteron. Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi
mendapat maaft denngan pengobatan diuretik, penyekat beta dan penghambat kalsium. Pasien
hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan
diuretic, penghambat ACE / ARB, penyekat beta dan antagonis aldosteron. Bila sudah dalam
tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama dengan pengobatan gagal
jantung yang lain yaitu diuretic, penghambat ACE / ARB, penghambat beta, dan penghambat
aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukarmin, Sujono R. (2008). Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
2. Sartika, dkk. (2017). Faktor Faktor Risiko dan Angka Kejadian Hipertensi pada Penduduk
Palembang. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang
3. M, A. (2010). lansia sehat dan bugar. bantul: kreasi wacana
4. M.N, Bustan. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka cipta
5. Referensi: Lili Irawati, Julizar, Miftah Irahmah. 2015. HUBUNGAN JUMLAH DAN LAMANYA
MEROKOK DENGAN VISKOSITAS DARAH. Bagian Fisika Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
6. Genetics of diabetes. (2014, May 20). http://www.diabetes.org/diabetes-basics/genetics-of-
diabetes.html
7. Silalahi, Sebastian A. Halomoan. "Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang
dengan Nilai KVP dan VEP1 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UHKBPN Tahun Ajaran
2016”." (2017)
8. Utomo, Achmad Yoga Setyo, Hari Peni Julianti, and Dodik Pramono. Hubungan antara 4 pilar
pengelolaan diabetes melitus dengan keberhasilan pengelolaan diabetes melitus tipe 2. Diss.
Faculty of Medicine, 20112
9. Arsanamodaputu. Et.all. PanduanPengelolaanDislipidemia di Indonesia. Jakarta: PB
PERKENI
10. Fatimah, R. N. (2015) Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority, 5, 93-100.
11. Sudoyono, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V Hal 1777-
1778. Jakarta : Interna Publishing.
12. Soenarta, Arieska Ann. 2015. PEDOMAN TATALAKSANA HIPERTENSI PADA
PENYAKIT KARDIOVASKULAR Edisi 1 Hal 11. Jakarta : Perki