KOLELITIASIS
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat, memberikan
rahmat dan karuniaNya kepada kelompok penulis sehingga kelompok penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat beriring salam kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah merubah pola pikir manusia dari pola pikir yang
jahiliyah kepola pikir yang lebih islamiyah.
Alhamdulillah, kelompok penulis banyak menerima arahan, bimbingan dan
bantuan serta dorongan dari semua anggota kelompok yang bekerja sama. Pada
kesempatan ini kelompok penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Novi Widyastuti selaku pembimbing kami, sehingga kelompok penulis dapat
menyelesaikan makalah Seminar Profesi Kesehatan tentang “KOLELITIASIS”
Kelompok penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kelompok penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan,
mudah-mudahan makalah Kolelitiasis ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin ya rabbal’alamin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 7
BAB II PEMBAHSAN
A. Definisi Kolelitiasis 8
B. Etiologi 8
C. Patofisiologi 9
D. Tanda dan Gejala Kolelitiasis 9
E. Pemeriksaan Penunjang Kolelitiasis 10
F. Penatalaksanaan 11
G. Pembedahan 14
H. Komplikasi 15
A. Asuhan Keperawatn 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat di daerah perkotaan
dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat yang melakukan urbanisasi dari
desa ke kota-kota besar. Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang
pesat ini membuat masyarakat saling berlomba-lomba untuk bersaing dalam
meningkatkan taraf hidupnya. Padatnya masyarakat perkotaan
menyebabkan masyarakat harus bisa beradaptasi dengan kondisi dan
lingkungan yang ada. Adaptasi masyarakat terhadap kondisi dan lingkungan
menjadi salah satu yang menentukan derajat kesehatan masyarakat itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil Riskesdas tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang masih belum
optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika (Jaji, 2012).
4
pada kedua-duanya. Mowat (1987) dalam Gustawan (2007) mengatakan
kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk
dalam kandung empedu. Komposisi dari batu empedu merupakan campuran
dari kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik (Gustawan,
2007).
5
merupakan bagian dari lemak, jika kadar kolesterol yang terdapat dalam
cairan empedu tinggi maka cairan empedu dapat mengendap dan lama
kelamaan menjadi batu atau biasa disebut hipersaturasi cairan empedu.
6
dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol
dalam hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh
kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan
membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan
predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kolelitiasis
8
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol
yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh
karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk
endapan di luar empedu. (Sjamsuhidajat,2005)
C. PATOFISIOLOGI
1. Batu Pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat
anion ini adalah bilirubinat, korbonat, fosfat, dan asam lemak. Pigmen
(bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak
terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari
bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak
larut dalam air tapi larut dalam lemak, sehingga lama kelamaan terjadi
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu
empedu tapi ini jarang terjadi.
2. Batu Kolesterol
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas
dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat
mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran
9
kanan atas yang menjalar ke punggung/bahu kanan; rasa nyeri ini
biasanya disertai dengan mual dan muntah.
2. Ikterus
4. Defisiensi vitamin
E. Pemeriksaan penunjang
10
kolangiogram rendah namun bias beresiko peritonitis bilier, resiko
sepsis dan syok septik.
F. PENATALAKSANAAN
NON BEDAH
11
1. Therapi Konservatif
e. Istirahat
2. Farmako Therapi
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu lolesterol pada
pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bias dibedah. Batu-batu ini
terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan
lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu
empedu tersedia Kenodeoksikolat dan Ursodeoksikolat. Mekanisme
kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehingga
kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi.
Therapi perlu dujalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru
dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi
pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun,dalam hal ini pengobatan
perlu dilanjutkan.
12
kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi
atau the. Makanan seperti telur, krim, daging babi, gorengan, keju,dan
bumbu-bumbu yang berlemak, sayuran yang membentuk gas serta
alcohol harus dihindari. Penatalaksanaa diet merupakan bentuk terpai
utama pada pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap makanan
berlemak dan mengeluarkan gejala gastrointestinal ringan.
5. Litotripsi Intrakorporporeal
13
G. PEMBEDAHAN
1. Cholesistektomy
2. Kolesistektomi
14
operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah
empedu ke dalam kasa absorben.
3. Minikolesistektomi
4. Koledokostomi
H. KOMPLIKASI
15
BAB III
nyeri
16
● Mampu mengenali nyeri (
skala, intensitas, frekuensi ,
dan tanda nyeri )
● Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
17
Resiko infeksi ● Monitor tanda dan gejala infeksi
Setelah dilakukan tindakan selama
berhubungan dengan sistemik dan lokal
2x24 jam Resiko infeksi
adanya luka post ● Gosok kulit pasien dengan agen anti
berhubungan dengan adanya luka
pembedahan bakteri yang sesuai
post pembedahan dapat teratasi
● Lakukan tindakan - tindakan yang
dengan kriteria hasil :
bersifat universal
4. ● Klien bebas dari tanda dan ● Pertahankan teknik Isolasi yang sesuai
18
19
Resiko nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan selama ● Observasi klien selama dan setelah
kebutuhan tubuh 3x24 jam resko nutrisi kurang dari pemberian makan untuk meyakinkan
berhubgan dengan mual kebutuhan tubuh berhubungan gangguan bahwa asupan makan di
muntah dengan mual muntah teratasi denga pertahankan
criteria hasil : ● Bantu kilen untuk mengkaji dan
● Asupan gizi tidak memecahkan masalah personal yang
meyimpang dari rentan berkontribusi terhadap terjadinya
normal gangguan makan
● Asupan makan tidak ● Timbang berat badan secara rutin
menyimpang dari rentan ● Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
normal yang baik dengan klien dan keluarga
● Resiko berat badan tidak ● Rundingkan dengan tim kesehatan
menyimpang dari rentan lainnya setiap hari terkait
normal perkembangan klien
● Rundingkan kolaborasi dengan ahli gizi
dalam menentukan asupan kalori harian
yang diperlukan untuk mempertahankan
berat badan yang sudah di tentukan
20
Setelah dilakukan tindakan selama
3x24 jam resko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah teratasi denga
criteria hasil :
● Asupan gizi tidak
meyimpang dari rentan
normal
● Asupan makan tidak
menyimpang dari rentan
normal
● Resiko berat badan tidak
menyimpang dari rentan
normal
21
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada
saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah
kolesterol. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur
yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasis/batu empedu belum
diketahui secara pasti. Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan
dengan pembedahan maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah
lemak, tinggi protein, dan tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di
dalam kandung empedu. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang baik
diperlukan dalam penatalaksanaan kolelitiasis ini sehingga dapat
membantuk Klien untuk dapat memaksimalkan fungsi hidupnya kembali
serta dapat memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pengetahuan tentang kolelitiasis untuk meningkatkan
kualitas dalam pemberian asuhan keperawatan
b. Mengembangkan metode dan inovasi terhadap intervensi yang
diberikan dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi terkait faktor
resiko dan etiologi dari kolelitiasis
b. Merubah perilaku dan gaya hidup ke arah lebih sehat untuk meningkat
derajat kesehatan
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
a. Meningkatkan pemahaman dan berfikir kritis dalam menangani kasus
kolelitiasis
23
b. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasien
kolelitiasis
c. Memberikan media yang lebih bervariasi dalam pemberian edukasi
24
DAFTAR PUSTAKA
Gustawan, I.W., K. Nomor Aryasa, dkk. (2007). Kolelitiasis pada anak dalam Maj
kedokt Indon, volum:57, Nomor: 10, Oktober 2007.
http://www.indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/downlo
ad/543/661 diakses pada tanggal 29 November 2016
Lesmana, Laurentinus A. 2006. Penyakit Batu Empedu dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, Soekijo. 2011. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku, teori dan
aplikasi.Jakarta: Rineka cipta.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-kholilatul-5079-
3-bab2.pdf diakses pada tanggal 29 November 2016
25
Rahman, Ganiyu A. 2005. Cholelitiasis and Cholecystitis: Changing Prevalence
in an African Community. Journal of the National Medical Association
97.11 (Nov 2005):1534-8.
http://www.scholar.google.com/scholar?q=cholelithiasis+dan+cholecystiti
s+rahman+ganiyu+2005&um=1&ie=UTF-8&Ir&cites=
8772717938376248698 diakses pada tanggal 29 November 2016
26