Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN TEKBOR

FETRIYA

1. Pengertian dan Tujuan Tenik Pemboran


Pemboran adalah proses pembuatan lubang sumur yang bertujuan untuk membuat
koneksi antara permukaan dan bawah permukaan. Didalam pemboran terdapat macam
- macam pemboran, antara lain yaitu : Pemboran eksplorasi (wild cat), Pemboran
deliniasi dan Pemboran pengembangan (infill drilling).
umumnya bertujuan untuk mencapai formasi produktif atau formasi yang
mengandung hidrokarbon. Tujuan utama dari proses pemboran adalah membuat lubang
yang menghubungkan surface dan subsurface dan memperoleh data - data bawah
permukaan dan membuktikan apakah terdapat hidrokarbon atau tidak.
2. RIG Pemboran

Rig Pengeboran adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam
reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, dan dapat
digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga
untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau gas
bumi dari reservoir tersebut. Dalam suatu rig pemboran terdapat 5 sistem utama, yaitu :
hoisting system (sistem angkat), rotary system (sistem putar), circulating system (sistem
sirkulasi), Blow out preventer system (BOP sistem) dan power system (sistem tenaga).
Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off
shore).
Macam-macam Rig
a). Land Rig/ Mobile Rig (mobilisasi yang mudah) merupakan jenis rig yang beroperasi
di onshore dengan kedalaman 2-4 meter.
b). Swamp Barge Rig merupakan jenis rig laut yang hanya pada kedalaman maksimum
7 meter. Dan sangat sering dipakai pada daerah rawa-rawa dan delta sungai. Rig jenis ini
dilakukan dengan cara memobilisasi rig ke dalam sumur, kemudian ditenggelamkan
dengan cara mengisi Ballast Tanksnya dengan air. Pada rig jenis ini, proses pengeboran
dilakukan setelah rig duduk didasar dan Spud Cannya tertancap didasar laut.
c). Jack Up Rig menggunakan platform yang dapat mengapung dengan menggunakan
tiga atau empat kakinya. Kaki-kaki pada rig ini dapat dinaikan dan diturunkan, sehingga
untuk pengoperasiannya semua kakinya harus diturunkan hingga ke dasar laut. Dengan
kedalaman 5-200 meter.
d). Semi Submersible Rig merupakan Jenis rig yang sering disebut “semis” ini
merupakan model rig yang mengapung (Flooded atau Ballasted) yang menggunakan
Hull atau semacam kaki. Rig ini dapat didirikan dengan menggunakan tali mooring dan
jangkar agar posisinya tetap diatas permukaan laut +- 100 meter dimana kedalaman tidak
dapat dijangkau Jack Up
e). Drillship merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan di atas kapal laut,
sehingga sangat cocok untuk pengeboran di laut dalam (dengan kedalaman lebih dari
2800 meter). Pada kapal ini, didirikan menara dan bagian bawahnya terbuka ke laut
(Moon Pool).
3. Sistem Angkat (Hoasting System)
Fungsi utama sistem ini adalah memberikan ruang kerja yang cukup untuk
pengangkatan dan penurunan rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya.
Terdapat stuktur pendukung : Drilling tower (Mast/Derrick) yang terbagi menjadi tiga
jenis yaitu:
 Conventional/standart derrick, menara ini tidak dapat didirikan dalam satu unit, akan
tetapi pendiriannya disambung bagian demi bagian. Banyak digunakan pada
pengeboran sumur lepas pantai. Untuk memindahkan derrick ini harus dilepas satu
persatu
 Protable Skid Mast, Menara ini posisi berdirinya dari bagian satu dengan lainnya dilas
maupun discrup. Tipe ini dapat juga didirikan dengan cara ditahan oleh telescoping dan
diperkuat oleh tali–tali yang ditambatkan secara tersebar. Menara ini lebih murah,
mudah dan cepat dalam pendiriannya, transportasinya murah, tetapi dalam
penggunaannya terbatas pada pengeboran yang tidak terlalu dalam.
 Mobile atau trailer mounted type mas
 Kemudian terdapat Substructure yaitu konstruksi dari kerangka baja sebagai
platform yang terpasang di atas lubang bor langsung. Substructure memberikan ruang
kerja bagi pekerja dan peralatan dibawah/di atas lantai bor.Tinggi substructure
ditentukan berdasarkan tipe rig dan BOP stack. dan terdapat Rig floor, memiliki fungsi
utamanya adalah memberi tempat kerja bagi crew pengeboran dalam melakukan
operasi pengeboran. Pada rig floor terdapat : Rotary table, Mouse hole, Rat hole, Kunci
tong, Slip, dll.
Macam-macam peralatan angkat (hoasting system)

a). Drawwork merupakan peralatan yang sangat penting dalam sistem angkat, karena
melalui drawwork, seorang driller melakukan dan mengatur operasi pengeboran.
Drawwork juga merupakan rumah daripada gulungan drilling line.

b). Overhead tool merupakan rangkaian sekumpulan peralatan yang terdiri dari crown
block, traveling block, link, elevator dan deadline anchor.

c). Crown Block dipasang di atas atau paling atas mast, tersambung dengan travelling
block melalui drilling line, untuk mengangkat beberapa peralatan pemboran. Crown
Block bekerja ketika drilling line ditarik atau diturunkan oleh drawwork.

d). Travelling block bergerak menyesuaikan crown block, bergerak naik turun untuk
menangkat hook block.

e). Link merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan antara travelling block
dengan elevator. Alat ini dipasang pada telinga travelling block dan elevator.

f). Elevator merupakan alat yang terhubung oleh link dan merupakan alat yang dipakai
untuk memindahkan pipa pengeboran. Elevator bekerja dengan mencengkeram pipa
dan dikunci oleh sistem penguncian pada elevator.

g). Deadline anchor merupakan alat yang dipakai untuk menambatkan drilling line.

h). Drilling line terdiri dari dead line, fast line, drilling line, dan supply. Drilling line
digunakan untuk menahan (menarik) beban pada hook. Drilling line terbuat dari baja
dan merupakan kumpulan kawat baja yang kecil dan diatur sedemikian rupa hingga
merupakan suatu lilitan. Lilitan ini terdiri dari enam kumpulan dan satubagian tengah
yang disebut “core” dan terbuat dari berbagai macam bahan seperti plastic dan textile.

Sistem Putar (Rotary System)

Berfungsi untuk memutar rangkaian pipa bor dan juga memberikan beratan di atas
pahat untuk membor suatu formasi. Rangkaian pipa bor menghubungkan antara swivel
dan mata bor, berfungsi untuk : Menaik turunkan mata bor, Memberikan beban diatas
pahat untuk penembusan (penetration), Meneruskan putaran ke mata bor dan ,
Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor. Rangkaian pipa bor,
meliputi :
 Swivel.

 Kelly.

 Drill Pipe.

 HWDP.

 Drill Collar

Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh formasi, berfungsi untuk
menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara memberi beban pada mata bor.
Jenis-jenis mata bor terdiri dari :

 Drag Bit

 Roller-cone Bit

 Diamond Bit

a. Sistem Putaran Konvensional ( menggunakan rotary table ):Digerakkan oleh power


yang sama, yang digunakan pada sistem angkat. Bisa digunakan bersama-sama atau
sendiri-sendiri. Pada sistem konvensional ini memerlukan alat yang disebut Kelly.
b. Sistem Putar Modern ( Top Drive ) merupakan sistem putar tetapi sudah tidak
menggunakan rotary table ( meja putar ) tetapi sudah mempunyai mesin penggerak
sendiri yang terpisah dengan sistem angkat. Pada sistem putar terdapat pipa putar
yang mentransmisikan putaran dari meja putar ke bit / pahat.

4.) Sistem Sirkulasi (Circulating System)


“Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju
penembusan. Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin
mudah untuk mengontrol kondisi di bawah permukaan- Fluida
Pemboran”
Sistem Sirkulasi

Desander
Shaker
Tank

Degasser Desilter

Mixing Hopper

Slush Pump

Suction Tank

Recondition Area
BOP SYSTEM
Power System

Sistem tenaga dalam operasi pemboran terdiri dari power suplay equipment, yang
dihasilkan oleh mesin – mesin besar yang biasa dikenal dengan nama “prime mover”
dan distribution equipment yang berfungsi untuk meneruskan tenaga yang diperlukan
untuk mendukung jalannya kegiatan pemboran.

5. Pengertian Lumpur Pemboran

Peranan Lumpur Pemboran adalah salah satu faktor penunjang dalam pemboran baik
pemboran eksplorasi maupun pengembangan.

Fungi Lumpur Pemboran

Mendinginkan dan melumasi bit serta rangkaian pipa., Sebagi Media Pengangkatan
Cutting, Menahan cutting saat sirkulasi berhenti, Membersihkan dasar lubang bor,
Membentuk mud cake yang tipis dan licin, Mencegah gugurnya dinding lubang bor,
Media logging, Media informasi, Mengimbangi tekanan formasi.

6. Jenis Lumpur & Sifat Fisik Lumpur Pemboran

a). Fresh Water Mud : garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % berat garam).
Jenis-jenis lumpur fresh water muds adalah : Spud Mud (digunakan pada saat
pemboran awal dengan sikulasi melalui anulus conductor casing), Natural Mud (pada
anulus surface Casing), Bentonite(menaikkan viskositas) – treated mud (mengurangi
filtration loss).

b) Salt Water Mud : Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive
(salt dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada
aliran air garam yang terbor.

c). OIL-In-WATER EMULTION MUDS (EMULSION MUD) : Pada lumpur ini,


minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air sebagai sebagai fasa kontinu. Jika
pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Sebagai dapat digunakan baik fresh maupun
salt water mud.

• d). OIL BASE DAN OIL BASE EMULSION MUD : Lumpur ini mengandung minyak
sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5%
volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap kontaminan. Tetapi airnya adalah
kontaminan karena memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol
viskositas, menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi
filtrate loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia.

e). GASEOUS DRILLING FLUID: Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi


keras dan kering. Dengan gas atau udara dipompakan pada annulus, salurannya tidak
boleh bocor.

Additive Lumpur Pemboran adalah material-material yang ditambahkan untuk


merawat lumpur agar sesuai sifat-sifatnya dengan yang dibutuhkan.

A. Material Pemberat Lumpur

Material yang ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur atau disebut juga
dengan weight material. Seperti : Barite atau Barium Sulfate, Calcium Carbonate
untuk oil base mud dan Galena.

B. Material Pengental Lumpur

Zat kimia pengental lumpur merupakan bahan untuk menaikkan viskositas dari
lumpur bor. Material ini termasuk viscosifier. Seperti : Wyoming bentonite, High
Yielding Clay, Attapulgite clay untuk salt water mud dan Extra high yield bentonite.

C. Material Pengencer Lumpur

Zat kimia pengencer lumpur ini makdusnya adalah zat kimia yang digunakan untuk
menurunkan viskositas lumpur bor atau disebut juga Thinner. Seperti : Chrome
lignosulfonate, Alkaline lignite, Sodium Acid Pyrophospate, dll.

D. Filtration Loss Control Agent

Filtration Loss Control Agent maksudnya adalah bahan-bahan untuk mengurangi


filtration loss dan menipiskan mud cake. Seperti : Pregelatinized Starch, Sodium
Carboxymethylcellulose, dll.

E. Lost Circulation Material

Bahan ini untuk menyumbat bagian yang menimbulkan lost circulation. Jadi bahan
untuk menghentikan lost circulation. Seperti : Blended Fiber, Graded Mica, Ground
walnut hulls, dll.
Sifat- Sifat Fisik Lumpur Pemboran

a). Desnitas : yang dipilih biasanya serendah mungkin untuk mencapai laju pemboran
yang optimum tetapi bisa menahan tekanan formasi.

b). Viskositas : Kalau viskositas lumpur rendah (Cutting tidak terangkat dengan
sempurna yang artinya cutting akan terakumulasi di sekeliling rangkaian pemboran
(drill collar). Sehingga rangkaian pemboran dapat terjepit)

c). Gel Strength : gaya tarik menarik antara partikel-partikel lumpur pemboran (dapat
menjadi pemberat).

d). Mud Cake: fase padat yang tersaring di dinding formasi yang berfungsi juga sebagai
penguat dinding lubang bor, sehingga tidak mudah runtuh.

e). Filtration Loss : kehilangan sebagian dari fasa cair (air filtrat) lumpur pemboran
karena masuk ke dalam formasi permeable

Kandungan Solid Content : Laju pemboran turun dengan naiknya solid content (kadar
padatan dalam lumpur) yang mungkin disebabkan oleh partikel-partikel padatan
menghalangi kontak antara gigi pahat dan batuan. Disamping itu Bila sand content
tinggi : Saluran sirkulasi lumpur akan terkikis, karena pasir bersifat abrasive. Berat
jenis lumpur akan naik, karena inert solid berat jenis lumpur akan naik. Alat Ukurnya
adalah Sand Content Set ( Sand content Kid).

Kandungan Oil Content : Kandungan minyak adalah banyaknya minyak yang


terkandung dalam lumpur emulsi dimana air sebagai bahan dasarnya. Lumpur emulsi
yang baik adalah lumpur dengan kadar minyak optimum lebih kurang sebesar 15% –
20% kadar minyak dalam lumpur emulsi mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap laju pemboran.

Kandungan Hidrogen : Kandungan Hidrogen biasanya di sebut dengan kandungan


pH secara kimia jika : Nilai pH lebih kecil dari 7 bersifat asam, Nilai pH lebih besar
dari 7 bersifat basa, Nilai pH = 7 bersifat netral .

Akibat bila lumpur dalam kondisi asam yaitu rangkaian pemboran dan peralatan lain
yang terbuat dari besi baja akan berkarat selain itu cuttings akan seperti bubur, sehingga
sulit interpretasi jenis batuan yang ditembus. Additive yang digunakan untuk menaikan
harga pH yaitu caustic soda dan pH lumpur yang baik berkisar antara 9-11. Alat ukur
yang dipakai untuk menentukan pH adalah pH elektro glass, kertas lakmus.

7. Komposisi Lumpur Pemboran & Zat Adiktif

Fasa Fluida

Water Base Mud paling sering digunakan sebagai lumpur bor (98%), dimana susuan
lumpurnya terdiri atas kombinasi dari jumlah air tawar (Fresh Water Base Mud) atau
air asin (Salt Water Base Mud), tanah liat (clay) dan bahan kimia lainnya. Clay yg
digunakan bisa diambil dari lapisan tempat operasi drilling atau bisa dari clay khusus
yg banyak di jual sebagai bahan lumpur. Clay tersebut kemudian di campur dengan
bahan lainnya sehingga membuat campuran yang homogen yang menyerupai susu
coklat dan malt Penggunaannya pada Surface drilling operation dimana terdapat banyak
air.

Minyak (Oil Base Mud) digunakan jika WBM banyak menimbulkan permasalahan
dalam pemboran seperti clay, swelling, sloughing shale, stuck pipe, dll0

Selain itu juga OBM di gunakan untuk membor :

1. Lapisan yang dapat larut dalam air

2. Lubang – lubang bor yang panas dan dalam

3. Formasi yang mempunyai tekanan yang berbeda

4. Lapisan shale yang menyusahkan pemboran

Minyak yang banyak digunakan sekarang untuk lumpur pemboran adalah Mentor dan
Saraline Karna lebih ramah lingkungan. Berikut adalah perbandingan penggunaan
OBM dari WBM.

Gas (Gaseous Drilling Mud : Lumpur ini dipakai bila formasi yang dibor selalu loss.
Karena formasi tidak bisa menahan tekanan lumpur sehingga mengakibatkan loss.
Keuntungannya rate of penetration sangat tinggi

Fasa Padat

Padatan dimana dalam hal ini ada 2 yaitu :


• Padatan reaktif, adalah padatan yang bereaksi dengan fluida lumpur bor untuk membuat
kekentalan. Contohnya : Bentonite

Padatan inert, adalah padatan yang tidak bereaksi dengan fluida lumpur bor untuk
membuat Berat Jenis. Contohnya : Barite (BaSO4)

Zat Adictive:

a). Viscosifier : Material untuk menaikkan viskositas lumpur, contohnya : Wyoming


bentonite, High Yielding Clay, Attapulgite clay untuk salt water mud dan Extra high
yield bentonite.

b). Thinner : Material untuk menurunkan viskositas lumpur, contohnya : Chrome


lignosulfonate, Alkaline lignite, Sodium Acid Pyrophospate, dll.

c). Weight Material : Material untuk menurunkan menaikkan Berat Jenis lumpur.
Contohnya Barite atau Barium Sulfate, Calcium Carbonate untuk oil base mud dan
Galena

d). Filtration Loss Addictive Material untuk menurunkan menaikkan Berat Jenis
lumpur. Contohnya Barite atau Barium Sulfate, Calcium Carbonate untuk oil base mud
dan Galena

e). Corosion Inhibitor : material untuk mencegah korosi.

8. Well Control & Sebab Terjadinya Kick

Well Control (pengendalian sumur) merupakan salah satu ilmu penting dalam operasi
pemboran, sebab masing-masing lapisan batuan mempunyai karakeristik yang berbeda-
beda, dimana hal tersebut akan mempengaruhi tekanan dan temperatur pada wellbore
(lubang sumur) . Jadi proses berpindahnya tekanan/material dari lapisan batuan
kedalam wellbore harus dikontrol agar tidak terjadinya Kick dan jika tidak ditangani
dengan baik akan terjadi Blow Out (Semburan Liar).

Pada well control pemboran terbagi menjadi 3 jenis diantaranya :

1. Primary Well Control

Well control paling utama yang selalu digunakan pada saat pengeboran adalah
Hydrostatic Pressure yang terjadi akibat Drilling Fluid (Mud/Lumpur) yang dimasukan
kedalam lubang sumur. Drilling Fuid berfungsi sebagai Well Control dengan cara
memberikan tekanan kebawah yang lebih besar dari tekanan Formasi, tetapi tekanan
yang diberikan harus lebih kecil dari Fracture Gradient, Hal inilah yang disebut sebagai
Hydrostatic Pressure.

2. Secondary Well Control

Maka dapat kita sebut BOP adalah sebagai Secondary Well Control. Tetapi
penggunaan BOP sebagai Well Control harus juga diikuti oleh beberapa tahapan
procedure well control seperti Driller’s Methode, Wait and Weight, Lubricate and
Bleed, Bull Heading. BOP secara fisik adalah rangkaian dari 1 atau lebih Pipe Rams
yang nantinya fungsi dari Rams ini akan menjepit pipa sehingga mencegah terjadinya
kick yang keluar dari wellbore.

3. Tertiary Well Control

Pengeboran “Relief Well”. Gunanya adalah agar Relief well dapat bertemu dengan
Flowing well (sumur yang bermasalah) dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
Dynamic Kill, dengan cara memompakan Lumpur berat kedalam dasar sumur.,
Memompakan Barit untuk menyubat (Plug) sumur., dan Memompakan semen untuk
menyumbat (Plug) sumur.

Sebab Kick

a). Lost-Circulation, yaitu masuknya sebagian lumpur pemboran kedalam formasi


yangmengakibatkan kolom fluida di dalam sumur turun dan akhirnya tekanan di dalam
sumur menjadi lebih kecil dari tekanan formasi, walaupun secara densitas equivalen
lumpur yang dipakai sudah cukup berat.

b) Swab Effect, (sedotan) pada saat pipa pemboran ditarik ke permukaan, seperti halnya
sebuah suntikan yang sedang ditarik akan menghasilkan efek menyedot, sehingga
seolah-oleh tekanan hidrostatis lumpur berkurang jauh, dan pada saat sudah lebih
rendah dari tekanan formasi maka akan merangsang fluida dari formasi keluar menuju
lubang sumur.

c)Menembus zona abnormal, dimana tekanan yang dimiliki formasi jauh lebih besar
dari lapisan sebelumnya dan melampaui tekanan hidrostatik yang dimiliki lumpur

pemboran di dalam lubang. Kasus ini akan menjadi tambah sulit ketika zona abnormal

tersebut mengandun gas dan Tinggi kolom lumpur.


9. Indikasi Adanya Kick

Kick adalah masuknya fluida formasi yang tidak kita inginkan pada saat pemboran
berlangsung, yang dapat berupa gas, minyak, air atau ketiganya, namun yang paling
berbahaya adalah jika fluida yang masuk tersebut adalah gas karena,gas tersebut akan
mengembang atau gas lebih cepat menurunkan sifat densitas lumpur sehingga dapat
menyebabkan terjadinya Blowout.

◂ Drilling break

Driliing break adalah bertambahnya kecepatan laju pemboran secara mendadak, karena
bit menembus formasi yang lunak, porous, bertekanan abnormal, bergoa-goa serta
rekahan-rekahan.
Terjadinya drilling break tidak selalu menandakan telah terjadi kick di dalam lubang
bor.Drilling break terjadi juga saat :

- Bit menembus formasi yang lunak.

- Bit menembus formasi yang rekah atau bergoa-goa. Tapi bila formasi menembus
formasi bertekanan tinggi yang menimbulkan kick, terjadi drilling break bila
menembus formasi bertekanan tinggi, maka formasi tersebut akan cepat terbongkar
disaat bit mengeruknya. Dengan demikian lubang cepat terbuat dan bit cepat membor
lapisan formasi yang dibawahnya.

◂ Mud gain

Mud gain yaitu bertambahnya volume lumpur dalam tangki. Tambahan volume
tersebut berasal dari fluida formasi masuk kedalam lubang mendorong lumpur ke
permukaan dan masuk ked lam tangki, dengan kata lain permukaan lumpur di dalam
tangki naik berarti sumur mengalami kick, sebaiknya di tangki lumpur dipasang pit
level indicator dan di beri alarm. Bila terjadi kenaikan permukaan lumpur di dalam
tangki, alamrm akan berbunyi, bila terjadi mud gain berarti sumur pasti mengalami
kick.

• Gas Cut Mud

Gas cut mud adalah terdapat gelumbung-gelembung gas di permukaan lumpur di dalam
tangki.gas cut mud menandakan sudah terjadi kick berupa gas dari formasi.
• Oil Cut Mud

Oil cut mud maksudnya terdapat lapisan minyak di permukaan lumpur di dalam tangki
sedangkan lumpur yang digunkan adalah water base mud, tentu minyak tersebut berasal
dari formasi.ini berarti sumur sudah mengalami kick.

• Flow Rate Naik

Flow rate naik maksudnya rate aliran lumpur yang kembali dari dalam lubang pada
flow line bertambah.

Sedangkan rate pompa tidak dinaikkan, ini berarti telah terjadi kick karena tambahan
rate aliran lumpur, ini karena adanya dorongan dari fluida formasi dari dasar lubang.
Sebaiknya pada flow line dipasang flow sensor yang diberi alarm. Alarm akan berbunyi
bila ada kenaikkan rate aliran lumpur dari dalam lubang.

• Tekanan Pompa Turun

Tekanan pemompaan lumpur turun pada saat kick karena tekanan hidrostatik lumpur di
annulus tutun. Tekanan hidrostatik lumpur di annulus turun Karen lumpur yang berada
di annulus terkontaminasi oleh fluida formasi.berarti fluda formasi telah masuk
kedalam lubang sumur,dengan kata lain telah terjadi kick. Akan tetapi penurunan tekan
pompa bukan selalu disebabkan karena terjadi kick penurunan tekanan pompa lumpur
dapat juga terjadi karena :

- Pompa rusak.

- Adanya kebocoran pada system sirkulasi lumpur.

- Mud loss

• Stroke Pompa Naik

Stroke pompa lumpur akan naik bila tekanan hidrostatik lumpur di annulus turun karena
lumpur yang berasa di annulus terkontaminasi oleh fluida formasi, berarti fluida
formasi telah masuk kedalam lubang sumur, dengan kata lain terjadi kick.

• Berat Jenis Lumpur Turun

Berat jenis lumpur di annulus akan turun bila bercampur dengan fluida formasi, bila
harga berat jenis lumpur yang keluar dari dalam lubang lebih kecil dari pengukuran
sebelumnya, berarti fluida formasi telah masuk kedalam lubang sumur .maka telah
terjadi kick.

• Temperature Lumpur Naik

Formasi bertekanan tinggi umunya mempunyai temperature tinggi, bila lumpur yang
keluar dari dalam lubang temperaturnya bertambah besar patut dicurigai bit menembus
formasi bertekanan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai