Anda di halaman 1dari 12

TERAPI KOMPLEMENTER AEROBIC EXERCISE UNTUK ODHA

MAKALAH

oleh:
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
TERAPI KOMPLEMENTER AEROBIC EXERCISE UNTUK ODHA

MAKALAH

disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah HIV/AIDS


dengan dosen pengampu Ns. Kushariyadi, M.Kep

oleh:
Refina Nur Astrityawati NIM 142310101010
Fauziyah NIM 142310101040
Laely Anggraeni NIM 142310101058
Jerry Pratama Putra NIM 142310101062
Ika Adelia Susanti NIM 142310101093
Zahra Marseliya Khusna NIM 142310101143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan
banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS.
HIV/AIDS menyebabkan krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis
pembangunan negara, krisis ekonomi dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain
HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS
memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan
perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV (Djoerban, 2006).
Penyebaran HIV/AIDS sangat pesat dan kini tingkat epidemi di Indonesia
menjadi kategori epidemi terkonsentrasi di 6 Propinsi yaitu DKI Jakarta, Papua, Jawa
Timur, Bali, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat serta cenderung pula terjadi di beberapa
propinsi lain. Hingga September 2007 jumlah kasus HIV di Indonesia yang ditemukan
telah mencapai 5904 kasus dan AIDS 10384 kasus, sedangkan menurut perhitungan
epidemiologi diperkirakan terdapat 200.000–250.000 kasus di Indonesia dan orang yang
berisiko tertular diperkirakan sebanyak 12–15 juta orang (Depkes, 2008).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi pandemi yang
mengkhawatirkan karena di samping belum ditemukan obat dan vaksin untuk
pencegahan, penyakit ini juga memiliki window period dan fase asimptomatik yang
relatif panjang. Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang
disebut Human lmmunodeficiency Virus (HIV). Human lmmunodeficiency virus adalah
sejenis Retrovirus RNA. Penyakit AIDS merupakan suatu sindrom/kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau
pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi
mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, dikenal dengan infeksi
oportunistik (Wijaya dan Arifin, tanpa tahun).
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun berarti
bahwa semakin banyak orang yang menjadi sakit dan membutuhkan jasa pelayanan
kesehatan. Sebagai perawat kita memiliki peran penting khususnya dalam memfasilitasi
dan memberikan pencegahan melalui terapi yang dapat dilakukan oleh perawat itu
sendiri, salah satunya yaitu terapi latihan aerobik.

1
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menganalisis keefektifan terapi aerobik pada masalah
HIV/AIDS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan terapi latihan
aerobik pada masalah HIV/AIDS
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan langkah-langkah dalam melakukan
terapi latihan aerobik pada masalah HIV/AIDS

1.3 Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis mengenai terapi latihan aerobik pada masalah
HIV/AIDS
2. Bagi msayarakat
Masyarakat dapat melakukan terapi latihan aerobik untuk meminimalkan
masalah HIV/AIDS dengan mandiri

BAB 2. ANALISA JURNAL

2.1 Analisis PICO

2
2.1.1 P (ProblemPopulation)

Dalam jurnal pertama pertama yang berjudul “Effect of aerobic exercise


treaining on cardiovascular parameters and CD4 cell count of people living with
human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized
controlled trial” Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 33 orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di klinik University of Nigeria Teaching Hospital, Ituku Ozalla
(UNTH), Enugu dan berusia 22 sampai 63 tahun. Subjek tersebut telah menerima terapi
berupa antiretroviral. Subjek disini mengalami penurunan aktivitas fisik terkait
kemungkinana memiliki konsekuensi terhadap risiko penyakit kardiovaskular.

2.1.2 (Intervention)

Penelitian dalam jurnal yang berjudul “Effect of aerobic exercise treaining on


cardiovascular parameters and CD4 cell count of people living with human
immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized
controlled trial” menggunakan intervensi berupa senam aerobic atau latihan aerobic
sebagai terapi pelengkap yang efektif untuk menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan jumlah CD4 pada ODHA. Intervensi dilakukan selama 8 minggu yang
dibagi menjadi dua sesi yakni 2 minggu pertama selama 45 menit dan 6 minggu
berikutnya selama 60 menit. Intensitas latihan dilakukan selama 3 kali dalam seminggu.

2.1.3 (Comparation)

Jurnal jurnal utama yaitu “Effect of aerobic exercise treaining on cardiovascular


parameters and CD4 cell count of people living with human immunodeficiency
virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized controlled trial” yakni
menggunakan intervensi berupa senam aerobic atau latihan aerobic sebagai terapi
pelengkap yang efektif untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan jumlah
CD4 pada ODHA. Penggunaan intervensi latihan senam aerobic sangat efektif untuk
diberikan pada ODHA dan sebagai terapi taambahan maupun pelengkap.

Sedangkan jurnal yang berjudul “Effectiveness of aerobic exercise for adults


living with HIV: systematic review and meta-analysis using the Cochrane Collaboration
protocol” Hasil pada jurnal menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik

3
pada hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen maksimum, waktu olahraga),
kekuatan (tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak,
persen lemak tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan Kualitas hidup diantara senam
dibandingkan dengan yang tidak berolahraga.

2.1.4 (Outcome)

Hasil penelitian dalam jurnal yang berjudul “Effect of aerobic exercise treaining
on cardiovascular parameters and CD4 cell count of people living with human
immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized
controlled trial” menunjukkan bahwa latihan atau senam aerobic intensitas sedang
merupakan terapi pelengkap yang efektif dalam menurunkan tekanan darah,
meningkatkan jumlah CD4 pada orang ODHA.

2.2 Pembahasan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat


limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper
atau limfosit pembawa faktor T4 (CD4) (Smeltzer, 2001). Tingkat HIV dalam
tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi
HIV telah berkembang menjadi AIDS (Acquired Imunnodeficiency Syndrome).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit retrovirus
yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan menisfetasi neurologis (Kumar et al,
2007). HIV/AIDS dapat berdampak pada banyak aspek seperti sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan etik (Kumer et al, 2005). HIV/AIDS dipandang sebagai permasalah kronis
yang dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan, keterbatan aktivitas, dan
pastisipasi dalam masyarakat (WHO, 2007).
Berdasarkan jurnal yang berjudul Effect of aerobic exercise training on
cardiovascular parameters and CD4 cell count of people living with human
immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized
controlled trial mejelaskan bahwa olahraga atau latihan merupakan salah satu terapi
fisik yang dapat meningkatkan kekuatan, fungsi kardiovaskular, dan status psikologis
pada pasien HIV/AIDS. Latihan yang dapat dilakukan yaitu latihan aerobik. Tujuan

4
dalam jurnal ini yaitu untuk mengetahui efek latihan aerobik yang dilakukan selama 8
minggu pada pasien HIV/AIDS.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 33 orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di klinik University of Nigeria Teaching Hospital, Ituku Ozalla (UNTH),
Enugu dan berusia 22 sampai 63 tahun. Sebelum penelitian dilakukan semua responden
diberikan informed consent (lembar persetujuan responden). Design penelitian yang
digunakan yaitu randomized controlled trial dengan twknik sampling random yang
dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (17 orang) dan kelompok
kontrol (16 orang). Terdapat kriteria inkulusi berupa subjek penelitian positif HIV dan
bersedia dijadikan responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi berupa
subjek yang mengalami infeksi akut/kritis, permasalah otot yang serius, perokok,
alkoholik, diabetes dan penyakit lain seperti jantung, ginjal, dan pernafasan.
Berdasarkan penelitian di atas didapatkan hasil bahwasannya latuhan aerobik
dapat menurunkan tekanan darah (sistol dan diastol) dan menaikkan jumlah CD4.
Tekanan darah dipantau saat responden istirahat dan pemeriksaan dilakukan di lengan
kanan menggunakan monitor tekanan darah elektronik otomatis. Intervensi dilakukan
selama 8 minggu yang dibagi menjadi dua sesi yaitu selama 2 minggu pertama selama
45 menit dan 6 minggu berikutnya selama 60 menit. Intensitas latihan dilakukan selama
3 kali dalam semingu.
Latihan aerobik dapat diterapkan dengan intensitas sedang sebagai terapi
tambahan dalam pengobatan gejala HIV/AIDS. Pada pasien yang menunjukkan tanda
gejala terjadinya HIV/AIDS latihan aerobik harus dimulai sesegera mungkin setelah
didiagnosis terjadinya HIV/AIDS untuk menunda penurunan jumlah CD4 dan menunda
tingkat keparahan gejala. Hal ini berpotensi menunda perkembangan penyakit dan
kematian individu dengan HIV/AIDS.
Jurnal yang berjudul “Effectiveness of aerobic exercise for adults living with
HIV: systematic review and meta-analysis using the Cochrane Collaboration protocol”
bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi latihan aerobic pada sistem
imunologis, virology, kardiorespirasi, kekuatan, berat badan, tubh dan psikologis pada
ODHA. Latihan merupakan streategi yang dilakukan ODHA dan para pprofesional
rehabilitasi untuk mengatasi kecacatan, memperbaiki dan mempertahankan kesehatan
ODHA. Latihan telah terbukti memperbaiki kekuatan, fungsi kardiovaskuler dan status

5
psikologi. Latihan yang efektif dan aman dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan
HIV, sehingga dapat meningkatkan kesehatan ODHA.

Pada jurnal melakukan tinjauan sistematis menggunakan protocol kolaborasi


Cochrane, database dicari mulai april 2013. Pada jurnal juga menyertakan uji coba
terkontrol secara acak yang membandingkan latihan aerobic tanpa latihan atau
intervensi lain yang dilakukan tiga kali perminggu selama empat minggu kepada
ODHA. Data diambil dari penelitian yang memenuhi criteria inklusi dengan
menggunakan bentuk standar. Karakteristik peserta yaitu 1242 peserta dipilih dalam
studi, peserta merupakan ODHA pada berbagai tahap infeksi HIV dengan jumlah CD4
mulai dari <100 - >1000. Mencakup pria dan wanita, dengan 22% wanita dari
keseluruhan jumlah peserta. Usia rata-rata peserta berkisar antara 30-49 tahun (kriteria
inklusi berkisar antara 18-65 tahun). Empat penelitian (17%) diterbitkan sebelum
pengenalan terapi antiretroviral (sebelum tahun 1996), Sebagian besar peserta dalam 14
penelitian memakai terapi kombinasi antiretroviral. Pada terapi antiretroviral yang
sangat aktif 23% partisipan menggunakan protease inhibitor dan semua peserta lainnya
memakai beberapa jenis terapi antiretroviral. Lima penelitian mencakup peserta yang
tidak memakai terapi antiretroviral. Namun, yang lain melaporkan termasuk peserta
yang memakai beberapa jenis obat antiretroviral.

Hasil pada jurnal menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada
hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen maksimum, waktu olahraga), kekuatan
(tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak, persen lemak
tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan Kualitas hidup diantara senam dibandingkan
dengan yang tidak berolahraga. Tidak ada perbedaan signifikan dalam perubahan
jumlah CD4 dan viral load. Hasil status kardiorespirasi menunjukkan peningkatan
antara senam aerobik dibandingkan dengan yang tidak berolahraga, gabungan senam
aerobik dan resistif dibandingkan dengan yang tidak berolahraga, dan perbaikan yang
lebih besar lagi di antara peserta yang melakukan olahraga intensitas sedang dan
sedang.

Melakukan latihan senam konstan atau interval, kombinasi latihan aerobic


konstan dan latihan resistif tiga kali seminggu selama lima minggu aman dan dapat
menyebabkan peningkatan yang signifikan pada hasil kebugaran kardiorespirasi

6
(konsumsi oksigen maksimum, olahraga Waktu), kekuatan (tekanan dada, fleksi pada
lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak, persen lemak tubuh, area otot kaki),
dan status psikologis (kualitas hidup, gejala depresi). Peningkatan kekuatan yang lebih
besar ditemukan dengan latihan resistif dibandingkan dengan latihan aerobik.
Interpretasi hasil komposisi berat badan dan tubuh harus dipertimbangkan relatif
terhadap stadium antiretroviral terapi sebelum dan sesudah kombinasi.

BAB 4. PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

7
Senam aerobik atau latihan aerobik merupakan terapi pelengkap yang efektif
untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan jumlah CD4 pada ODHA.
Intervensi dilakukan selama 8 minggu yang dibagi menjadi dua sesi yakni 2 minggu
pertama selama 45 menit dan 6 minggu berikutnya selama 60 menit. Intensitas latihan
dilakukan selama 3 kali dalam seminggu. Dalam jurnal menunjukkan peningkatan yang
signifikan secara statistik pada hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen
maksimum, waktu olahraga), kekuatan (tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh
(massa tubuh tanpa lemak, persen lemak tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan
Kualitas hidup pasien yang melakukan latihan aerobik dibandingkan dengan yang tidak
berolahraga.

4.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan, khusunya para perawat dan calon perawat dapat
memahami dan mempelajari dengan baik terapi latihan aerobik yang dapat diberikan
kepada pasien dengan masalah HIV/AIDS dengan baik dan benar. Sehingga diharapkan
pasien dengan masalah HIV/AIDS dapat melakukan terapi latihan aerobik dengan
mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2008. Riskesdas Indonesia, Jakarta.


Djoerban, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Cetakan Ke II. HIV/AIDS Di
Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.

8
Wijaya, S. dan M. Arifin. tanpa tahun. Apotransferrin sebagai inovasi pengembangan
terapi pada penderita hiv / aids. (2006)

Anda mungkin juga menyukai