Terapi Komplementer Untuk Odha
Terapi Komplementer Untuk Odha
MAKALAH
oleh:
Kelompok 1
MAKALAH
oleh:
Refina Nur Astrityawati NIM 142310101010
Fauziyah NIM 142310101040
Laely Anggraeni NIM 142310101058
Jerry Pratama Putra NIM 142310101062
Ika Adelia Susanti NIM 142310101093
Zahra Marseliya Khusna NIM 142310101143
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menganalisis keefektifan terapi aerobik pada masalah
HIV/AIDS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan terapi latihan
aerobik pada masalah HIV/AIDS
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan langkah-langkah dalam melakukan
terapi latihan aerobik pada masalah HIV/AIDS
1.3 Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis mengenai terapi latihan aerobik pada masalah
HIV/AIDS
2. Bagi msayarakat
Masyarakat dapat melakukan terapi latihan aerobik untuk meminimalkan
masalah HIV/AIDS dengan mandiri
2
2.1.1 P (ProblemPopulation)
2.1.2 (Intervention)
2.1.3 (Comparation)
3
pada hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen maksimum, waktu olahraga),
kekuatan (tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak,
persen lemak tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan Kualitas hidup diantara senam
dibandingkan dengan yang tidak berolahraga.
2.1.4 (Outcome)
Hasil penelitian dalam jurnal yang berjudul “Effect of aerobic exercise treaining
on cardiovascular parameters and CD4 cell count of people living with human
immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome: A randomized
controlled trial” menunjukkan bahwa latihan atau senam aerobic intensitas sedang
merupakan terapi pelengkap yang efektif dalam menurunkan tekanan darah,
meningkatkan jumlah CD4 pada orang ODHA.
2.2 Pembahasan
4
dalam jurnal ini yaitu untuk mengetahui efek latihan aerobik yang dilakukan selama 8
minggu pada pasien HIV/AIDS.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 33 orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di klinik University of Nigeria Teaching Hospital, Ituku Ozalla (UNTH),
Enugu dan berusia 22 sampai 63 tahun. Sebelum penelitian dilakukan semua responden
diberikan informed consent (lembar persetujuan responden). Design penelitian yang
digunakan yaitu randomized controlled trial dengan twknik sampling random yang
dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (17 orang) dan kelompok
kontrol (16 orang). Terdapat kriteria inkulusi berupa subjek penelitian positif HIV dan
bersedia dijadikan responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi berupa
subjek yang mengalami infeksi akut/kritis, permasalah otot yang serius, perokok,
alkoholik, diabetes dan penyakit lain seperti jantung, ginjal, dan pernafasan.
Berdasarkan penelitian di atas didapatkan hasil bahwasannya latuhan aerobik
dapat menurunkan tekanan darah (sistol dan diastol) dan menaikkan jumlah CD4.
Tekanan darah dipantau saat responden istirahat dan pemeriksaan dilakukan di lengan
kanan menggunakan monitor tekanan darah elektronik otomatis. Intervensi dilakukan
selama 8 minggu yang dibagi menjadi dua sesi yaitu selama 2 minggu pertama selama
45 menit dan 6 minggu berikutnya selama 60 menit. Intensitas latihan dilakukan selama
3 kali dalam semingu.
Latihan aerobik dapat diterapkan dengan intensitas sedang sebagai terapi
tambahan dalam pengobatan gejala HIV/AIDS. Pada pasien yang menunjukkan tanda
gejala terjadinya HIV/AIDS latihan aerobik harus dimulai sesegera mungkin setelah
didiagnosis terjadinya HIV/AIDS untuk menunda penurunan jumlah CD4 dan menunda
tingkat keparahan gejala. Hal ini berpotensi menunda perkembangan penyakit dan
kematian individu dengan HIV/AIDS.
Jurnal yang berjudul “Effectiveness of aerobic exercise for adults living with
HIV: systematic review and meta-analysis using the Cochrane Collaboration protocol”
bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi latihan aerobic pada sistem
imunologis, virology, kardiorespirasi, kekuatan, berat badan, tubh dan psikologis pada
ODHA. Latihan merupakan streategi yang dilakukan ODHA dan para pprofesional
rehabilitasi untuk mengatasi kecacatan, memperbaiki dan mempertahankan kesehatan
ODHA. Latihan telah terbukti memperbaiki kekuatan, fungsi kardiovaskuler dan status
5
psikologi. Latihan yang efektif dan aman dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan
HIV, sehingga dapat meningkatkan kesehatan ODHA.
Hasil pada jurnal menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada
hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen maksimum, waktu olahraga), kekuatan
(tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak, persen lemak
tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan Kualitas hidup diantara senam dibandingkan
dengan yang tidak berolahraga. Tidak ada perbedaan signifikan dalam perubahan
jumlah CD4 dan viral load. Hasil status kardiorespirasi menunjukkan peningkatan
antara senam aerobik dibandingkan dengan yang tidak berolahraga, gabungan senam
aerobik dan resistif dibandingkan dengan yang tidak berolahraga, dan perbaikan yang
lebih besar lagi di antara peserta yang melakukan olahraga intensitas sedang dan
sedang.
6
(konsumsi oksigen maksimum, olahraga Waktu), kekuatan (tekanan dada, fleksi pada
lutut), komposisi tubuh (massa tubuh tanpa lemak, persen lemak tubuh, area otot kaki),
dan status psikologis (kualitas hidup, gejala depresi). Peningkatan kekuatan yang lebih
besar ditemukan dengan latihan resistif dibandingkan dengan latihan aerobik.
Interpretasi hasil komposisi berat badan dan tubuh harus dipertimbangkan relatif
terhadap stadium antiretroviral terapi sebelum dan sesudah kombinasi.
BAB 4. PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
7
Senam aerobik atau latihan aerobik merupakan terapi pelengkap yang efektif
untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan jumlah CD4 pada ODHA.
Intervensi dilakukan selama 8 minggu yang dibagi menjadi dua sesi yakni 2 minggu
pertama selama 45 menit dan 6 minggu berikutnya selama 60 menit. Intensitas latihan
dilakukan selama 3 kali dalam seminggu. Dalam jurnal menunjukkan peningkatan yang
signifikan secara statistik pada hasil status kardiorespirasi (konsumsi oksigen
maksimum, waktu olahraga), kekuatan (tekanan dada, fleksi lutut), komposisi tubuh
(massa tubuh tanpa lemak, persen lemak tubuh, area otot kaki), gejala depresi, dan
Kualitas hidup pasien yang melakukan latihan aerobik dibandingkan dengan yang tidak
berolahraga.
4.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan, khusunya para perawat dan calon perawat dapat
memahami dan mempelajari dengan baik terapi latihan aerobik yang dapat diberikan
kepada pasien dengan masalah HIV/AIDS dengan baik dan benar. Sehingga diharapkan
pasien dengan masalah HIV/AIDS dapat melakukan terapi latihan aerobik dengan
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
8
Wijaya, S. dan M. Arifin. tanpa tahun. Apotransferrin sebagai inovasi pengembangan
terapi pada penderita hiv / aids. (2006)