Anda di halaman 1dari 22

STUDI KASUS

KEPUTUSAN PENGADILAN INTERNASIONAL


PERTANYAAN SEHUBUNGAN KEWAJIBAN UNTUK
MENUNTUT ATAU MENGEKSTRADISI
“Questions Relating To The Obligation
To Prosecute Or Extradite”
(BELGIA vs SENEGAL)

Disusun oleh :
Marcello Prilla Akbar
NIM. D1A117173
KATA PENGANTAR

‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ِْﻢ‬


‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﱠ‬
‫ــــــــــــــــــﻢ ﷲِ ﱠ‬
ِ ‫ِﺑ ْﺴ‬
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan
makalah ini guna melengkapi tugas mata kuliah Hukum Internasional pada
Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
memperlancar penyusunan dan merampungkan pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulismenyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Mataram, 09 Desember 2018

Penulis

 ii 
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3


2.1 Sejarah Kasus .............................................................................................. 2
2.2 Permohonan Belgia ..................................................................................... 4
2.3 Legal Standing Belgia ................................................................................. 6
2.4 Yurisdiksi Pengadilan ................................................................................ 7
2.5 Proses Pada Internatinal Court Of Justice ............................................... 8
2.6 Putusan Pengadilan ................................................................................... 8
2.7 Analisa Putusan Hakim ............................................................................ 10
2.8 Separate Opinion ........................................................................................ 11
2.9 Dissenting Opinion ..................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
3.2 Saran.............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19

 iii 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam hukum internasional, negara merupakan salah satu subyek
utama karena sebuah negara membutuhkan hubungan dengan negara lain,
tidak saja untuk kepentingan ekonomi namun juga pendidikan, sosial,
hukum dan kepentingan lainnya. Hubungan antar negara tersebut
dituangkan dalam suatu perjanjian, baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral.
Dalam makalah ini kami mencoba melakukan studi kasus permohonan
yang diajukan oleh Kerajaan Belgia kepada International Court of Justice
(ICJ) atau Pengadilan Internasional untuk memutuskan “Questions Relating
To The Obligation To Prosecute Or Extradite” atau “Pertanyaan Sehubungan
Kewajiban Untuk Menuntut Atau Mengekstradisi” yang dalam kasus ini
adalah terhadap Republik Senegal.
Belgia dan Senegal sama-sama merupakan negara yang telah meratifikasi
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia atau Convention Against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
(CAT/UNCAT), selanjutnya kami sebut dengan CAT untuk memudahkan.
Dalam permohonannya kepada Pengadilan Internasional, Belgia
menyebutkan bahwa Senegal telah gagal melakukan proses pidana
diantaranya melakukan penyidikan pendahuluan atas dugaan pelanggaran
HAM berat yang dilakukan oleh Hissène Habré, mantan Presiden Chad
yang diberi suaka oleh Senegal, dan Senegal menolak untuk
mengekstradisi.
Latar belakang sejarah pada kasus ini bermula dari mantan Presiden
Republik Chad  Hissène Habré yang berkuasa setelah memimpin
pemberontakan dan melakukan kudeta pada tahun 1982, ironisnya

 1 
kekuasaannya pun berakhir pula karena kudeta yang dilakukan pada
tahun 1990 setelah 8 (delapan) tahun berkuasa. Kemudian Hissène Habré
melarikan diri ke Kamerun hingga akhirnya meminta suaka ke Pemerintah
Republik Senegal dan dikabulkan, hingga kemudian ia menetap dan
tinggak di kota Dakkar, Senegal. Selama masa pemerintahannya, Hissène
Habré diduga melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM),
penyiksaan, termasuk menghukum tanpa pengadilan dan perlakuan tidak
manusiawi terhadap lawan-lawan politiknya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana yurisdiksi hukum Pengadilan Internasional untuk
memutuskan kasus Belgia vs Senegal;
2. Bagaimana legal standing Belgia untuk mengajukan gugatan
terhadap Senegal untuk melakukan proses pidana atau ekstradisi
terhadap Hissène Habré;
3. Apakah Senegal dapat dianggap melanggar hukum kebiasaan
internasional.

1.3. Tujuan
1. Untuk mempelajari prinsip yurisdiksi yang digunakan dalam
perjanjian internasional;
2. Untuk mempelajari asas yang digunakan Pengadilan Internasional;
3. Untuk mempelajari penerapan hukum kebiasaan internasional dan
hubungannya dengan hukum negara.

 2 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Kasus


Pada tanggal 25 Januari 2000, Belgia memulai proses pengadilan atas
dugaan kejahatan yang dilakukan Hissène Habré selama menjabat sebagai
Presiden Chad, kemudian pada tanggal 19 Desember 2005 Hakim
investigasi menemukan bukti-bukti bahwa pada kurun waktu tahun 1982 -
1990, Hissène Habré melakukan banyak pelanggaran terhadap
kemanusiaan, penyiksaan, genosida serta kejahatan perang. Kemudian
Belgia mengajukan permintaan ekstradisi Hissène Habré kepada Senegal.
Pengadilan Senegal memutuskan bahwa Senegal tidak berkewajiban untuk
melakukan proses pengadilan Hissène Habré, karena tidak terdapat dalam
Hukum Pidana Senegal, kemudian Pemerintah Senegal mengusulkan
penanganan kasus ini kepada Uni Afrika, namun Uni Afrika beranggapan
bahwa Senegal yang memiliki kewajiban menangani kasus tersebut.
Pada tahun 2007, Senegal melakukan perubahan Hukum Pidana yang
memungkinkan pelaku kejahatan yang tidak dilakukan di negara tersebut
dan bukan oleh warga negaranya dapat diproses atau dapat diekstradisi :
“Any foreigner who, outside the territory of the Republic, has been accused of being
the perpetrator of or accomplice to one of the crimes referred to in Articles 431‐1 to
431‐5 of the Penal Code . . . may be prosecuted and tried according to the provisions
of Senegalese laws or laws applicable in Senegal, if he is under the jurisdiction of
Senegal or if a victim is resident in the territory of the Republic of Senegal, or if the
Government obtains his extradition.”

Namun kasus Hissène Habré tidak dapat diproses karena asas non-
retroaktif (tidak berlaku surut). Baru pada tahun 2008 Amandemen
Konstitusi Senegal memungkinkan asas non-retroaktif dapat diterapkan
pada kejahatan sesuai prinsip hukum internasional, yaitu pelanggaran

 3 
HAM berat, genosida kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan
perang :
“however, the provisions of the preceding subparagraph shall not prejudice the
prosecution, trial and punishment of any person for any act or omission which, at
the time when it was committed, was defined as criminal under the rules of
international law concerning acts of genocide, crimes against humanity and war
crimes”.

Amandemen ini menjadi dasar hukum bagi Senegal untuk mengadili


Hissène Habré, namun Senegal memiliki kendala karena tidak sanggup
menanggung perkiraan biaya yang dibutuhkan sebesar 8,6 juta € (130
milyar rupiah kurs tahun 2009) untuk mengadili Hissène Habré. Belgia
menyanggupi untuk memberikan bantuan sebesar 1 juta euro, dan
membantu penanganan kasus ini dengan menawarkan memberikan
salinan hasil investigasi mereka.

2.2. Permohonan Belgia


Pada tanggal 19 Februari 2009, Kerajaan Belgia mengajukan permintaan
kepada Pengadilan Internasional (International Court of Justice - ICJ), untuk
memutuskan :
1. (a) Senegal breached its international obligations by failing to incorporate in its
domestic law the provisions necessary to enable the Senegalese judicial
authorities to exercise the universal jurisdiction provided for in Article 5,
paragraph 2, of the Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman
or Degrading Treatment or Punishment;
Senegal telah melanggar kewajiban internasionalnya dengan tidak
memasukkan ketentuan yang diperlukan yang diperlukan oleh
otoritas pengadilan Senegal dalam melaksanakan yurisdiksi
universal yang diatur dalam CAT pasal 5, ayat 2;
(b) Senegal has breached and continues to breach its international obligations
under Article 6, paragraph 2, and Article 7, paragraph 1, of the Convention
against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment and under customary international law by failing to bring
criminal proceedings against Mr. Hissène Habré for acts characterized in
particular as crimes of torture, genocide, war crimes and crimes against
humanity alleged against him as perpetrator, co‐perpetrator or accomplice,
or to extradite him to Belgium for the purposes of such criminal proceedings;

 4 
Senegal telah dan terus melanggar kewajiban internasional
berdasarkan CAT pasal 6, ayat 2 dan pasal 7, ayat 1, berdasarkan
hukum kebiasaan internasional dengan tidak melakukan proses
pidana terhadap Mr. Hissène Habré, untuk tindakan yang
dikategorikan sebagai kejahatan penyiksaan, genosida, kejahatan
perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dituduhkan
kepadanya sebagai pelaku, pelaku atau kaki tangan, atau untuk
mengekstradisinya ke Belgia untuk dapat diproses pidana;
(c) Senegal may not invoke financial or other difficulties to justify the breaches
of its international obligations.
Senegal tidak dapat mengajukan alasan keuangan atau kendala
lainnya untuk membenarkan pelanggaran kewajibannya

2. Senegal is required to cease these internationally wrongful acts


(a) by submitting without delay the Hissène Habré case to its competent
authorities for prosecution ; or
(b) failing that, by extraditing Mr. Habré to Belgium. Belgium reserves the right
to revise or amend these submissions as appropriate, in accordance with the
provisions of the Statute and the Rules of Court.
Senegal diwajibkan untuk menghentikan tindakan-tindakan keliru
secara internasional :
(a) dengan mengajukan tuntutan segera kasus Hissène Habré kepada
pihak yang berwenang; atau
(b) jika tidak berhasil, dengan mengekstradisi Mr. Habré ke Belgia.

Pasal - pasal pada Statuta Convention Against Torture yang terkait dalam
kasus ini adalah :
- Pasal 4 :
(1) Each State Party shall ensure that all acts of torture are offences under its
criminal law. The same shall apply to an attempt to commit torture and
to an act by any person which constitutes complicity or participation in
torture.
Setiap negara harus memastikan bahwa semua tindakan
penyiksaan adalah pelanggaran menurut hukum pidana negara
tersebut
(2) Each State Party shall make these offences punishable by appropriate
penalties which take into account their grave nature.
Setiap negara harus menjadikan pelangaran-pelanggaran ini
mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan sifat
kejahatannya yang serius

 5 
- Pasal 5
(2) Each State Party shall likewise take such measures as may be necessary
to establish its jurisdiction over such offences in cases where the alleged
offender is present in any territory under its jurisdiction and it does not
extradite him pursuant to article 8 to any of the States mentioned in
paragraph I of this article
Setiap Negara juga harus mengambil langkah-langkah yang
mungkin diperlukan untuk menetapkan yurisdiksinya atas
pelanggaran-pelanggaran semacam itu dalam kasus-kasus di
mana pelanggar kejahatan ada di wilayah mana pun di bawah
yurisdiksinya dan tidak mengekstradisinya berdasarkan pasal 8 ke
negara lain yang disebutkan di ayat 1 pasal ini

- Pasal 6 ayat 2
(2) “Such State shall immediately make a preliminary inquiry into the facts”
Negara tersebut harus melakukan penyelidikan pendahuluan
terhadap fakta-fakta

- Pasal 7 ayat 1
(1) “The State Party in the territory under whose jurisdiction a person
alleged to have committed any offence referred to in article 4 is found shall
in the cases contemplated in article 5, if it does not extradite him, submit
the case to its competent authorities for the purpose of prosecution”
Negara yang di wilayah yurisdiksinya seseorang yang diduga
melakukan pelanggaran apa pun yang disebut dalam pasal 4
ditemukan dalam kasus-kasus yang dimaksud dalam pasal 5, jika
tidak mengekstradisi dia, menyerahkan kasus tersebut kepada
pihak yang berwenang untuk tujuan penuntutan

2.3. Legal Standing Belgia


Pijakan hukum bagi Belgia untuk mengajukan gugatan adalah Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia atau Convention Against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
(CAT/UNCAT), untuk memudahkan kami akan menggunakan istilah CAT
dalam makalah ini. Konvensi ini diadakan oleh Sekretariat Jenderal PBB
dan melahirkan sebuah draft perjanjian, kemudian diadopsi oleh menjadi
sebuad draft perjanjian pada tanggal 10 Desember 1984 dan kemudian

 6 
ditandatangani 4 Februari 1985. Namun kesepakatan tersebut baru berlaku
pada tanggal 26 Juni 1987.
Belgia meratifikasi Convention Against Torture (CAT) pada tanggal 25 Juli
1999, sedangkan Senegal telah lebih dulu meratifikasi pada tanggal 21
Agustus 1986.
Dengan demikian Belgia memiliki legal standing karena dalam ilmu
hukum dikenal asas pacta sunt servanda (setiap perjanjian menjadi hukum
yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian).

2.4. Yurisdiksi pengadilan


Pada setiap perjanjian biasanya terdapat klausul cara penyelesaian bila
terjadi sengketa atau perselisihan diantara para pihak. Statuta CAT Tahun
1985 juga diatur mengenai hal tersebut pada pasal 30, ayat 1 :
“Any dispute between two or more States Parties concerning the interpretation or
application of this Convention which cannot be settled through negotiation shall,
at the request of one of them, be submitted to arbitration. If within six months from
thc date of the request for arbitration the Parties are unable to agree on the
organization of the arbitration, any one of those Parties may refer the dispute to the
International Court of Justice by request in conformity with the Statute of the
Court”
Setiap perselisihan yang terjadi antara dua negara atau lebih mengenai
interpretasi atau penerapan Konvensi ini yang tidak dapat diselesaikan
melalui negosiasi, diajukan ke arbitrasi atas permintaan salah satu pihak.
Jika dalam waktu enam bulan sejak tanggal permintaan arbitrasi, para
pihak tidak menyetujui organisasi arbitrasi, maka pihak yang berselisih
tersebut dapat mengajukan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan
Internasional sesuai statuta pengadilan

Sengketa antara keduanya telah dinegosiasikan untuk diselesaikan melalui


forum arbitrase pada tahun 2007, namun langkah tersebut menemui
kegagalan, sehingga klausul tersebut memenuhi syarat yurisdiksi bagi
Pengadilan Internasional untuk menyelesaikan perselisihan yang diajukan
oleh Kerajaan Belgia terhadap Republik Senegal.

 7 
2.5. Proses Pada International Court of Justice (ICJ)
1. Registrasi Permohonan oleh Kerajaan Belgia;
2. Pemberitahuan & Pemanggilan Para Pihak Oleh ICJ (pasal 40 ayat 2
Statuta Pengadilan);
3. Permohonan oleh Belgia kepada ICJ untuk memerintahkan Senegal
agar otoritas pengadilannya melakukan mengontrol dan mengawasi
melalui Hissène Habré hingga akhir sidang ICJ (pasal 41 Statua
Pengadilan dan pasal 73 – 75 Peraturan Pengadilan);
4. Karena tidak adanya hakim ICJ yang mengadili perkara ini
berkebangsaan dari kedua negara pihak maka ICJ menerima hakim
ad hoc Mr. Philippe Kirsch dari Belgia dan Mr. Serge Sur dari
Senegal (pasal 31 ayat Statuta ICJ);
5. Pengadilan memberikan batas waktu 9 Juli 2010 pada Belgia untuk
pengajuan klaim dan batas waktu 11 Juli 2011 untuk bantahan klaim
oleh Senegal, kemudian diperpanjang hingga 29 Agustus 2011 atas
permintaan Senegal pada tanggal 11 Juli 2011;
6. Penyelenggaraan dengar pendapat yang terbuka bagi publik 12 – 21
Maret 2012 yang diadakan oleh Pengadilan untuk mendengarkan
argumen lisan dari para pihak;
7. Sidang pengambilan keputusan para hakim;
8. Pembacaan Hasil Keputusan Pengadilan dihadapan para pihak.

2.6. Putusan Pengadilan


(Dalam Bahasa Inggris)
(1) Unanimously
Finds that it has jurisdiction to entertain the dispute between the Parties
concerning the interpretation and application of Article 6, paragraph 2, and
Article 7, paragraph 1, of the United Nations Convention against Torture and
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment of 10
December 1984, which the Kingdom of Belgium submitted to the Court in its
Application filed in the Registry on 19 February 2009

(2) By fourteen votes to two (Against : Judge Abraham & Judge ad hoc Sur)

 8 
Finds that it has no jurisdiction to entertain the claims of the Kingdom of
Belgium relating to alleged breaches, by the Republic of Senegal, of obligations
under customary international law;

(3) By fourteen votes to two (Against : Judge Xue & Judge ad hoc Sur)
Finds that the claims of the Kingdom of Belgium based on Article 6, paragraph
2, and Article 7, paragraph 1, of the United Nations Convention against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment of
10 December 1984 are admissible ;

(4) By fourteen votes to two (Against : Judge Yusuf & Xue)


Finds that the Republic of Senegal, by failing to make immediately a
preliminary inquiry into the facts relating to the crimes allegedly committed
by Mr. Hissène Habré, has breached its obligation under Article 6, paragraph
2, of the United Nations Convention against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment of 10 December 1984

(5) By fourteen votes to two (Against : Judge Xue & Judge ad hoc Sur)
Finds that the Republic of Senegal, by failing to submit the case of Mr. Hissène
Habré to its competent authorities for the purpose of prosecution, has breached
its obligation under Article 7, paragraph 1, of the United Nations Convention
against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment of 10 December 1984

(6) Unanimously
Finds that the Republic of Senegal must, without further delay, submit the case
of Mr. Hissène Habré to its competent authorities for the purpose of
prosecution, if it does not extradite him.

(Dalam Bahasa Indonesia)


(1) Secara bulat
Pengadilan memiliki yurisdiksi untuk menangani perselisihan antara
Para Pihak mengenai penafsiran dan penerapan Pasal 6, ayat 2, dan
Pasal 7, ayat 1, dari Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat tanggal 10 Desember 1984, yang diserahkan
Kerajaan Belgia ke Pengadilan dalam Permohonan yang diajukan pada
Registrasi Pengadilan pada tanggal 19 Februari 2009;
(2) 14 lawan 2 (Menentang : Hakim Abraham & Hakim ad hoc Sur)
Pengadilan itu tidak memiliki yurisdiksi untuk menangani klaim
Kerajaan Belgia bahwa Republik Senegal telah melanggar
kewajibannya di bawah hukum kebiasaan internasional; (penerapan
kewajiban pelaksanaan hukum Internasional tidak sama pada tiap negara
karena permasalahan legalitas pada tiap negara)
(3) 14 lawan 2 (Menentang : Hakim Xue & Hakim ad hoc Sur)

 9 
Bahwa klaim dari Kerajaan Belgia berdasarkan pasal 6 ayat 2 dan pasal
7 ayat 1 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan
Martabat tanggal 10 Desember 1984, dapat diterima;

(4) 14 lawan 2 (Menentang : Hakim Yusuf & Xue)


Bahwa Republik Senegal, dengan gagalnya melakukan penyelidikan
pendahuluan yang dibutuhkan terkait dengan kejahatan yang diduga
dilakukan oleh Mr. Hissène Habré, telah melanggar kewajibannya
berdasarkan pasal 6 ayat 2 dan pasal 7 ayat 1 Konvensi PBB Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan Martabat tanggal 10 Desember 1984;

(5) 14 lawan 2 (Menentang : Hakim Xue & Hakim ad hoc Sur)


Bahwa Republik Senegal, dengan gagalnya melakukan penuntutan Mr.
Hissène Habré kepada pihak yang berwenang, telah melanggar
kewajibannya berdasarkan pasal 7 ayat 1 Konvensi PBB Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan Martabat tanggal 10 Desember 1984;

(6) Mutlak
Bahwa Republik Senegal harus segera melakukan penuntutan tanpa
penundaan terhadap Mr. Hissène Habré, jika tidak mengekstradisinya.

2.7. Analisa Keputusan Hakim


Pengadilan menyimpulkan bahwa CAT bertujuan untuk mencegah para
tersangka pelaku tindakan-tindakan penyiksaan lepas dari jeratan hukum,
dengan memastikan bahwa mereka tidak dapat menemukan tempat
perlindungan di setiap Negara yang tunduk dalam CAT. Jika pelaku
kejahatan dimaksud dalam CAT berada dalam wilayah negara-negara
tersebut (anggota CAT), maka negara terkait memiliki pilihan untuk
mengekstradisinya kepada negara yang meminta ektradisi dan memiliki
yurisdiksi untuk mengadili sesuai dengan Pasal 5 CAT.
Pengadilan beranggapan bahwa sampai dengan tahun 2007, Senegal telah
gagal membuat legislasi CAT, yang berakibat tertundanya pelaksaan
kewajiban Senegal sesuai Konvensi sehingga mengakibatkan Senegal
melanggar kewajiban :

 10 
1. Untuk melakukan penyelidikan pendahuluan atas kejahatan
penyiksaan yang dituduhkan telah dilakukan oleh Hissène Habré
berdasarkan Pasal 6, ayat 2, CAT;
2. Untuk menyerahkan kasus ini kepada pihak yang berwenang untuk
tujuan penuntutan serta kewajiban berdasarkan Pasal 7, ayat 1, CAT.
Senegal diminta untuk menghentikan tindakan yang salah tersebut terus
berlanjut ini, dan harus segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk
menyerahkan kasus tersebut kepada pihak yang berwenang untuk tujuan
penuntutan, jika tidak mengekstradisi Hissène Habré.

2.8. Separate Opinion


Hakim Ronny Abraham
Kasus Hissène Habré tersebut diajukan pada tahun 2000 namun keputusan
pengadilan Belgia baru dilakukan pada tahun 2005. pengadilan Yurisdiksi
Universal pada hukum Belgia telah dirubah pada tahun 2003, menjadi
yurisdiksi personal pasif sehingga membutuhkan persyaratan teritorial
atau setidaknya tersangka memiliki tempat tinggal utama di wilayah
Kerajaan Belgia, namun hal tersebut tidak ditemukan dalam kasus ini.
Sehingga Hukum Belgia tidak memiliki wewenang mengadili perkara
tersebut, alasan Belgia melanjutkan kasus tersebut adalah waktu kejahatan
yang dituduhkan tersebut dilakukan ketika Hukum Belgia masih
menganut prinsip yurisdiksi universal;
Menurut Judge Abraham, ICJ memiliki yurisdiksi untuk memutuskan
klaim Belgia tentang pelanggaran hukum kebiasaan internasional yang
dilakukan Senegal. Namun menurut opini hakim Abraham, Senegal tidak
melanggar karena tidak ditemukan hukum kebiasaan internasional yang
mengharuskan Senegal untuk menuntut Hissène Habré pada pengadilannya.

Hakim Leonid Skotnikov

 11 
Komitmen Senegal untuk memulai kasus ini dalam ranah pengadilan pidana,
meskipun perlahan, berdasarkan mandat dari Uni Afrika, tidak langsung dari
kewajibannya di bawah CAT. Senegal mengakui dalam tanggapannya bahwa
sebagai bagian yang terikat oleh CAT 1984, fakta bahwa organisasi seperti Uni
Afrika mungkin terlibat menyelenggarakan pengadilan Habré sama sekali tidak
mengurangi tugas dan hak Senegal yang seharusnya menjalankan mandat CAT,
dan bukan dari Uni Afrika.
Dengan demikian, sebenarnya Para Pihak telah sepakat pada poin yang diangkat
oleh Belgia dan, oleh karena itu, perselisihan itu seharusnya sudah tidak ada lagi.
Hakim Skotnikov berharap Senegal akan mengambil tindakan segera mungkin
untuk memenuhi kewajibannya di bawah CAT yang sayangnya belum dilakukan
sehingga perselisihan ini terus berlanjut.

Hakim Antônio Augusto Cançado Trindade


Pelanggaran serius terhadap HAM, memiliki dampak tambahan
pelanggaran lainnya berupa situasi terus-menerus terjadi dari kurangnya
keadilan bagi keluarga korban dan tidak dihukumnya pelaku kejahatan
dan para kaki tangannya. Situasi ini merupakan pelanggaran yang serius
terhadap CAT serta hukum kebiasaan internasional yang melarang
hukuman penyiksaan. Hakim Trindade berharap agar Putusan ICJ,
menetapkan pelanggaran Pasal 6 (2) dan 7 (1) dari CAT, menjadi pendobrak
dalam mempersempit kesenjangan antara saat keadilan bagi manusia
dengan saat menjadi manusia. Sudah masanya pro persona humana, pro
victima (atas nama manusia, untuk para korban).

Hakim Abdulqawi A. Yusuf


Pengadilan tidak dapat mendasarkan yurisdiksinya pada Pasal 30 CAT,
karena kondisi yang tercantum dalam Pasal 30 belum dipenuhi yaitu
negosiasi antara Para Pihak tidak pernah menemui jalan buntu, bahkan
setelah pengajuan kasus ke ICJ. Kemudian tidak ditemukan ketidak
setujuan dalam arbitrasi arbitrase karena tidak ada proposal yang dibuat

 12 
oleh kedua pihak mengenai keyakinan untuk proses arbitrasi, namun
hanya berupa ketidakmampuan untuk menyetujui organisasi arbitrasi
sehingga menjadikannya sebagai yurisdiksi ICJ pengadilan.
Tidak ada standar umum bagaimana sebuah keputusan untuk
meningkatkan penyelidikan pendahuluan menjadi penyelidikan penuh,
sifat dan ruang lingkup penyelidikan pendahuluan ditentukan oleh hukum
negara masing-masing. Senegal melakukan penyelidikan seperti itu pada
tahun 2000 tetapi gagal melakukannya pada tahun 2008, antara kedua
waktu penyelidikan tersebut semestinya dapat dibedakan. Kewajiban
berdasarkan Pasal 7, ayat 1, dari CAT adalah untuk menyerahkan kasus
untuk penuntutan. Dalam hal ini Senegal telah menjalankan kewajiban
untuk menyerahkan kasus kepada pihak berwenang untuk dituntut,
namun kegagalan melakukan penuntutan oleh Senegal merupakan
pelanggaran kewajiban internasional.

Belgia tidak memiliki hak untuk menuntut ekstradisi Tuan Habré, dan
Senegal tidak berkewajiban untuk mengekstradisi dia ke Belgia, Senegal
memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan kasus Pak Habré ke pihak
yang berwenang untuk dituntut. Hanya pelanggaran kewajiban untuk
menyerahkan kasus untuk penuntutan yang melibatkan tanggung jawab
Negara di wilayah siapa tersangka hadir. Jika Negara seperti itu,
bagaimanapun, lebih memilih untuk mengekstradisi tersangka, bukannya
menuntutnya di pengadilan, ia memiliki pilihan untuk melakukannya.
Mengenai ekstradisi dalam konteks CAT, ekstradisi adalah pilihan bukan
kewajiban sehingga negara di mana permintaan untuk ekstradisi telah
dibuat tidak berada di bawah kewajiban untuk mengekstradisi tersangka
ke negara yang meminta. Dengan demikian, Senegal tidak memiliki
kewajiban untuk mengekstradisi Habré ke Belgia, kecuali ia memutuskan
untuk melakukannya hanya karena ingin membebaskan dirinya dari

 13 
kewajiban untuk menyerahkan kasusnya untuk dituntut oleh otoritasnya
sendiri dan di wilayahnya.

Hakim Julia Sebutinde


Dua dasar yurisdiksi yang diajukan oleh Belgia bahwa ICJ memiliki
yurisdiksi ICJ belum terpenuhi, yaitu kondisi-kondisi yang yang tercantum
pada pasal 30, ayat 1 CAT, sebagai berikut :
1. Adanya perselisihan tentang interpretasi atau penerapan dari
Konvensi dan perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui
negosiasi”;
2. Kegagalan mencapai persetujuan pada proses arbitrasi telah dilalui
selama 6 bulan setelah tanggal pengajuan arbitrasi;
Namun ICJ memiliki yursdiksi atas permohonan berdasarkan Pasal 36 ayat
2, Statuta ICJ, yaitu :
“The states parties to the present Statute may at any time declare that they
recognize as compulsory ipso facto and without special agreement, in relation to
any other state accepting the same obligation, the jurisdiction of the Court in all
legal disputes concerning:
a. the interpretation of a treaty;
b. any question of international law;
c. the existence of any fact which, if established, would constitute a breach of
an international obligation;
d. the nature or extent of the reparation to be made for the breach of an
international obligation.

2.9. Dissenting Opinion


Putusan hakim Pengadilan Internasional, juga memiliki dissenting opinion
(pendapat berbeda) dari Hakim Xue Hanqin dan Hakim ad hoc Serge Sur
sebagai berikut :
Hakim Xue Hanqin
Pada prinsipnya menyetujui keputusan ICJ bahwa sebagai anggota CAT,
Senegal seharusnya segera mengajukan kasus Hissène Habré kepada pihak
yang berwenang melakukan penuntutan tanpa penundaan namun Hakim Xue
tidak setuju dengan beberapa hal penting sebagai berikut :

 14 
1. Pada tahun 2000 ketika keluhan pertama diajukan di pengadilan Senegal,
pihak berwenang Senegal yang berkuasa mengambil tindakan hukum dan
benar-benar mendakwa Mr. Habré. Sejauh menyangkut keluhan pada tahun
2008, faktanya adalah bahwa pada tahun 2008 Senegal sudah dalam proses
mempersiapkan pengadilan bagi Hissène Habré. Sehingga Senegal telah
melaksanakan kewajibannya pada pasal 6, ayat 2 CAT, yang pelaksanaannya
tidak perlu formalistik;
2. Interpretasi “erga omnes partes” (untuk semua pihak) yang dilakukan
Pengadilan, dalam konteks CAT dianggap tidak sesuai. Karena jika CAT
menerapkan “erga omnes partes” maka semestinya negara pihak dalam CAT
diberikan kewajiban yang mengikat namun dalam CAT negara pihak
diberikan pilihan;
3. Kasus ini adalah kasus pertama di Senegal, pada kasus-kasus Internasional
sejenis selama ini membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga
membutuhkan dukungan finansial juga dukungan politik dari komunitas
Internasional khususnya Uni Afrika. Sehingga wajar apabila Senegal
membutuhkan waktu untuk mempersiapkan segalanya sebelum penuntutan
dimulai. Dengan demikian Sehingga Senegal tidak dapat dikatakan tidak
memenuhi kewajiban pasal 6, ayat 2 dan pasal 7, ayat 1 dari Konvensi.

Hakim Serge Sur


Hakim ad hoc Sur tidak setuju dengan pendapat Pengadilan yang
mendasarkan diterimanya permohonan Belgia, pada erga omnes partes para
pihak dalam CAT, untuk menyerahkan kepada otoritas yang berwenang
untuk tujuan penuntutan jika pelaku yang diduga berada di wilayah
mereka. Klaim Belgia pada awalnya didasarkan pada pada yurisdiksi
personal pasifnya, tetapi Pengadilan mengesampingkan pemeriksaan atas
dasar ini. Hakim ad hoc Sur menganggap bahwa erga omnes bagian dari
watak kewajiban tidak mencakup semua kewajiban lain di bawah
Konvensi, khususnya kewajiban untuk melembagakan proses. Hanya
kategori tertentu dari pihak yang berkepentingan dapat mengklaim hal
tersebut, dan Belgia tidak berhak untuk itu.

 15 
Senegal tidak melanggar kewajibannya berdasarkan Pasal 7, ayat 1 CAT,
pokok persoalan perselisihan tersebut adalah penundaan Senegal dalam
mengajukan kasus tersebut kepada otoritas yang berwenang melakukan
penuntutan karena :
1. Senegal memulai reformasi yang diperlukan terhadap hukum
domestiknya, yang dilaksanakan pada tahun 2007;
2. Mengenakan tahanan rumah kepada Hissène Habré dan
melarangnya meninggalkan wilayah tersebut;
3. Mengatur penyelenggaraan pengadilan.
Hal tersebut diatas silakukan menyusul permintaan Belgia pada tahun
2005, dan waktu yang dilaksanakan untuk melaksanannya tidak lebih lama
dari waktu yang diambil Belgia sendiri untuk menyelidiki kasus tersebut.
Selain itu, otoritas Senegal, di tingkat pemerintahan, mengambil langkah-
langkah praktis untuk mengadili kasus tersebut dan mencari dan
memperoleh kerjasama internasional untuk itu.
Menurut Hakim ad hoc Sur, keputusan Pengadilan Senegal untuk
memenuhi kewajibannya, telah mengabaikan keberadaan proses yang
sedang berlangsung daripada mendorong proses itu sendiri.

 16 
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kasus ini merupakan kasus yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat
tinggi bagi kami untuk dapat dipahami, karena melibatkan beberapa
negara yang berbeda dan memiliki aturan negara yang berbeda.
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia atau CAT,
menganut prinsip yurisdiksi universal, yaitu tidak mengenal tempat
kejadian, maupun kewarganegaraan korban ataupun pelaku.
Pada kasus ini, kejadian yang diduga dilakukan oleh Hissène Habré
dilakukan dalam kurun waktu tahun 1982 hingga 1990, Senegal telah
meratifikasi CAT pada tahun 1986, sehingga Senegal memiliki yurisdiksi
untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap kasus tersebut,
namun Senegal belum memiliki hukum pidana dengan yursidiksi universal.
Sehubungan dengan kasus ini Senegal melakukan perubahan Code Penal
pada tahun 2007 yang dapat menghukum siapa saja meskipun bukan
warga negara Senegal. Meskipun demikian, Senegal masih memiliki
kendala pada konstitusinya yang menggunakan asas non-retroaktif (tidak
berlaku surut) sehingga Senegal belum dapat menggunakan Cede Penalnya
pada kasus Hissène Habré, selain itu Senegal memiliki kesulitan
pembiayaan penyelesaian kasus ini yang diperkirakan menghabiskan 8,6
juta euro.
Yurisdiksi Universal yang digunakan dalam penegakan kejahatan yang
berhubungan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia, Kejahatan Perang,
Genosida dan sejenisnya, sangat sulit dilaksanakan oleh suatu negara
karena dibutuhkan penyesuaian pada hukum pidana di masing-masing
negara yang telah meratifikasi aturan-aturan terkait. Di satu sisi, mencegah
lepasnya pelaku kejahatan kemanusiaan juga perlu diutamakan, selain

 17 
mencegah kejahatan yang sama namun juga diharpkan dapat memberikan
keadilan bagi korban maupun keluarga korban.
Dalam kasus ini baik Belgia dan Senegal menganggap bahwa kasus ini telah
melanggar CAT namun perselisihan yang terjadi lebih merupakan
prosedur peradilan yang menjadi kendala bagi Senegal disamping kendala
finansial. Demikian pula para hakim ICJ, tidak ada perbedaan bahwa
kejahatan yang diduga dilakukan oleh Hissène Habré merupakan
kejahatan penyiksaan atau kejahatan kemanusiaan, perbedaan yang ada
pada para hakim lebih kepada interpretasi dan bagaimana penerapan CAT.

3.2. Saran
Dalam menyusun makala ini kendala yang kami hadapi adalah sulitnya
memahami beberapa penggunaan istilah hukum dalam Bahasa Inggris,
selain itu kami juga menemukan beberapa studi kasus Belgia vs Senegal ini
yang memiliki kesimpulan yang sangat berbeda dari makalah ini.
Sehingga saran yang kami sampaikan dalam makalah ini kami tujukan
utamanya kepada diri kami sendiri dan mahasiswa lainnya yang tertarik
untuk mempelajari Hukum Internasional, agar lebih memperdalam
kemampuan bahasa inggris.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih dan mohon masukan
ataupun koreksi bila ditemukan kesalahan pada makalah ini.

 18 
DAFTAR PUSTAKA

1. Reports Of Judgments, Advisory Opinions And Orders “Questions Relating


To The Obligation To Prosecute Or Extradite” (Belgium vs Senegal)
Judgement of 20 July 2012, I.C.J. Reports (Official Citation);
2. Summary of Judgement of 20 July 2012 (Not an official document),
“Questions Relating To The Obligation To Prosecute Or Extradite”
(Belgium vs Senegal).

 19 

Anda mungkin juga menyukai