Studi Kasus ICJ - Belgium Vs Senegal
Studi Kasus ICJ - Belgium Vs Senegal
Disusun oleh :
Marcello Prilla Akbar
NIM. D1A117173
KATA PENGANTAR
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
memperlancar penyusunan dan merampungkan pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulismenyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kekuasaannya pun berakhir pula karena kudeta yang dilakukan pada
tahun 1990 setelah 8 (delapan) tahun berkuasa. Kemudian Hissène Habré
melarikan diri ke Kamerun hingga akhirnya meminta suaka ke Pemerintah
Republik Senegal dan dikabulkan, hingga kemudian ia menetap dan
tinggak di kota Dakkar, Senegal. Selama masa pemerintahannya, Hissène
Habré diduga melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM),
penyiksaan, termasuk menghukum tanpa pengadilan dan perlakuan tidak
manusiawi terhadap lawan-lawan politiknya.
1.3. Tujuan
1. Untuk mempelajari prinsip yurisdiksi yang digunakan dalam
perjanjian internasional;
2. Untuk mempelajari asas yang digunakan Pengadilan Internasional;
3. Untuk mempelajari penerapan hukum kebiasaan internasional dan
hubungannya dengan hukum negara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Namun kasus Hissène Habré tidak dapat diproses karena asas non-
retroaktif (tidak berlaku surut). Baru pada tahun 2008 Amandemen
Konstitusi Senegal memungkinkan asas non-retroaktif dapat diterapkan
pada kejahatan sesuai prinsip hukum internasional, yaitu pelanggaran
3
HAM berat, genosida kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan
perang :
“however, the provisions of the preceding subparagraph shall not prejudice the
prosecution, trial and punishment of any person for any act or omission which, at
the time when it was committed, was defined as criminal under the rules of
international law concerning acts of genocide, crimes against humanity and war
crimes”.
4
Senegal telah dan terus melanggar kewajiban internasional
berdasarkan CAT pasal 6, ayat 2 dan pasal 7, ayat 1, berdasarkan
hukum kebiasaan internasional dengan tidak melakukan proses
pidana terhadap Mr. Hissène Habré, untuk tindakan yang
dikategorikan sebagai kejahatan penyiksaan, genosida, kejahatan
perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dituduhkan
kepadanya sebagai pelaku, pelaku atau kaki tangan, atau untuk
mengekstradisinya ke Belgia untuk dapat diproses pidana;
(c) Senegal may not invoke financial or other difficulties to justify the breaches
of its international obligations.
Senegal tidak dapat mengajukan alasan keuangan atau kendala
lainnya untuk membenarkan pelanggaran kewajibannya
Pasal - pasal pada Statuta Convention Against Torture yang terkait dalam
kasus ini adalah :
- Pasal 4 :
(1) Each State Party shall ensure that all acts of torture are offences under its
criminal law. The same shall apply to an attempt to commit torture and
to an act by any person which constitutes complicity or participation in
torture.
Setiap negara harus memastikan bahwa semua tindakan
penyiksaan adalah pelanggaran menurut hukum pidana negara
tersebut
(2) Each State Party shall make these offences punishable by appropriate
penalties which take into account their grave nature.
Setiap negara harus menjadikan pelangaran-pelanggaran ini
mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan sifat
kejahatannya yang serius
5
- Pasal 5
(2) Each State Party shall likewise take such measures as may be necessary
to establish its jurisdiction over such offences in cases where the alleged
offender is present in any territory under its jurisdiction and it does not
extradite him pursuant to article 8 to any of the States mentioned in
paragraph I of this article
Setiap Negara juga harus mengambil langkah-langkah yang
mungkin diperlukan untuk menetapkan yurisdiksinya atas
pelanggaran-pelanggaran semacam itu dalam kasus-kasus di
mana pelanggar kejahatan ada di wilayah mana pun di bawah
yurisdiksinya dan tidak mengekstradisinya berdasarkan pasal 8 ke
negara lain yang disebutkan di ayat 1 pasal ini
- Pasal 6 ayat 2
(2) “Such State shall immediately make a preliminary inquiry into the facts”
Negara tersebut harus melakukan penyelidikan pendahuluan
terhadap fakta-fakta
- Pasal 7 ayat 1
(1) “The State Party in the territory under whose jurisdiction a person
alleged to have committed any offence referred to in article 4 is found shall
in the cases contemplated in article 5, if it does not extradite him, submit
the case to its competent authorities for the purpose of prosecution”
Negara yang di wilayah yurisdiksinya seseorang yang diduga
melakukan pelanggaran apa pun yang disebut dalam pasal 4
ditemukan dalam kasus-kasus yang dimaksud dalam pasal 5, jika
tidak mengekstradisi dia, menyerahkan kasus tersebut kepada
pihak yang berwenang untuk tujuan penuntutan
6
ditandatangani 4 Februari 1985. Namun kesepakatan tersebut baru berlaku
pada tanggal 26 Juni 1987.
Belgia meratifikasi Convention Against Torture (CAT) pada tanggal 25 Juli
1999, sedangkan Senegal telah lebih dulu meratifikasi pada tanggal 21
Agustus 1986.
Dengan demikian Belgia memiliki legal standing karena dalam ilmu
hukum dikenal asas pacta sunt servanda (setiap perjanjian menjadi hukum
yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian).
7
2.5. Proses Pada International Court of Justice (ICJ)
1. Registrasi Permohonan oleh Kerajaan Belgia;
2. Pemberitahuan & Pemanggilan Para Pihak Oleh ICJ (pasal 40 ayat 2
Statuta Pengadilan);
3. Permohonan oleh Belgia kepada ICJ untuk memerintahkan Senegal
agar otoritas pengadilannya melakukan mengontrol dan mengawasi
melalui Hissène Habré hingga akhir sidang ICJ (pasal 41 Statua
Pengadilan dan pasal 73 – 75 Peraturan Pengadilan);
4. Karena tidak adanya hakim ICJ yang mengadili perkara ini
berkebangsaan dari kedua negara pihak maka ICJ menerima hakim
ad hoc Mr. Philippe Kirsch dari Belgia dan Mr. Serge Sur dari
Senegal (pasal 31 ayat Statuta ICJ);
5. Pengadilan memberikan batas waktu 9 Juli 2010 pada Belgia untuk
pengajuan klaim dan batas waktu 11 Juli 2011 untuk bantahan klaim
oleh Senegal, kemudian diperpanjang hingga 29 Agustus 2011 atas
permintaan Senegal pada tanggal 11 Juli 2011;
6. Penyelenggaraan dengar pendapat yang terbuka bagi publik 12 – 21
Maret 2012 yang diadakan oleh Pengadilan untuk mendengarkan
argumen lisan dari para pihak;
7. Sidang pengambilan keputusan para hakim;
8. Pembacaan Hasil Keputusan Pengadilan dihadapan para pihak.
(2) By fourteen votes to two (Against : Judge Abraham & Judge ad hoc Sur)
8
Finds that it has no jurisdiction to entertain the claims of the Kingdom of
Belgium relating to alleged breaches, by the Republic of Senegal, of obligations
under customary international law;
(3) By fourteen votes to two (Against : Judge Xue & Judge ad hoc Sur)
Finds that the claims of the Kingdom of Belgium based on Article 6, paragraph
2, and Article 7, paragraph 1, of the United Nations Convention against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment of
10 December 1984 are admissible ;
(5) By fourteen votes to two (Against : Judge Xue & Judge ad hoc Sur)
Finds that the Republic of Senegal, by failing to submit the case of Mr. Hissène
Habré to its competent authorities for the purpose of prosecution, has breached
its obligation under Article 7, paragraph 1, of the United Nations Convention
against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment of 10 December 1984
(6) Unanimously
Finds that the Republic of Senegal must, without further delay, submit the case
of Mr. Hissène Habré to its competent authorities for the purpose of
prosecution, if it does not extradite him.
9
Bahwa klaim dari Kerajaan Belgia berdasarkan pasal 6 ayat 2 dan pasal
7 ayat 1 Konvensi PBB Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan
Martabat tanggal 10 Desember 1984, dapat diterima;
(6) Mutlak
Bahwa Republik Senegal harus segera melakukan penuntutan tanpa
penundaan terhadap Mr. Hissène Habré, jika tidak mengekstradisinya.
10
1. Untuk melakukan penyelidikan pendahuluan atas kejahatan
penyiksaan yang dituduhkan telah dilakukan oleh Hissène Habré
berdasarkan Pasal 6, ayat 2, CAT;
2. Untuk menyerahkan kasus ini kepada pihak yang berwenang untuk
tujuan penuntutan serta kewajiban berdasarkan Pasal 7, ayat 1, CAT.
Senegal diminta untuk menghentikan tindakan yang salah tersebut terus
berlanjut ini, dan harus segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk
menyerahkan kasus tersebut kepada pihak yang berwenang untuk tujuan
penuntutan, jika tidak mengekstradisi Hissène Habré.
11
Komitmen Senegal untuk memulai kasus ini dalam ranah pengadilan pidana,
meskipun perlahan, berdasarkan mandat dari Uni Afrika, tidak langsung dari
kewajibannya di bawah CAT. Senegal mengakui dalam tanggapannya bahwa
sebagai bagian yang terikat oleh CAT 1984, fakta bahwa organisasi seperti Uni
Afrika mungkin terlibat menyelenggarakan pengadilan Habré sama sekali tidak
mengurangi tugas dan hak Senegal yang seharusnya menjalankan mandat CAT,
dan bukan dari Uni Afrika.
Dengan demikian, sebenarnya Para Pihak telah sepakat pada poin yang diangkat
oleh Belgia dan, oleh karena itu, perselisihan itu seharusnya sudah tidak ada lagi.
Hakim Skotnikov berharap Senegal akan mengambil tindakan segera mungkin
untuk memenuhi kewajibannya di bawah CAT yang sayangnya belum dilakukan
sehingga perselisihan ini terus berlanjut.
12
oleh kedua pihak mengenai keyakinan untuk proses arbitrasi, namun
hanya berupa ketidakmampuan untuk menyetujui organisasi arbitrasi
sehingga menjadikannya sebagai yurisdiksi ICJ pengadilan.
Tidak ada standar umum bagaimana sebuah keputusan untuk
meningkatkan penyelidikan pendahuluan menjadi penyelidikan penuh,
sifat dan ruang lingkup penyelidikan pendahuluan ditentukan oleh hukum
negara masing-masing. Senegal melakukan penyelidikan seperti itu pada
tahun 2000 tetapi gagal melakukannya pada tahun 2008, antara kedua
waktu penyelidikan tersebut semestinya dapat dibedakan. Kewajiban
berdasarkan Pasal 7, ayat 1, dari CAT adalah untuk menyerahkan kasus
untuk penuntutan. Dalam hal ini Senegal telah menjalankan kewajiban
untuk menyerahkan kasus kepada pihak berwenang untuk dituntut,
namun kegagalan melakukan penuntutan oleh Senegal merupakan
pelanggaran kewajiban internasional.
Belgia tidak memiliki hak untuk menuntut ekstradisi Tuan Habré, dan
Senegal tidak berkewajiban untuk mengekstradisi dia ke Belgia, Senegal
memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan kasus Pak Habré ke pihak
yang berwenang untuk dituntut. Hanya pelanggaran kewajiban untuk
menyerahkan kasus untuk penuntutan yang melibatkan tanggung jawab
Negara di wilayah siapa tersangka hadir. Jika Negara seperti itu,
bagaimanapun, lebih memilih untuk mengekstradisi tersangka, bukannya
menuntutnya di pengadilan, ia memiliki pilihan untuk melakukannya.
Mengenai ekstradisi dalam konteks CAT, ekstradisi adalah pilihan bukan
kewajiban sehingga negara di mana permintaan untuk ekstradisi telah
dibuat tidak berada di bawah kewajiban untuk mengekstradisi tersangka
ke negara yang meminta. Dengan demikian, Senegal tidak memiliki
kewajiban untuk mengekstradisi Habré ke Belgia, kecuali ia memutuskan
untuk melakukannya hanya karena ingin membebaskan dirinya dari
13
kewajiban untuk menyerahkan kasusnya untuk dituntut oleh otoritasnya
sendiri dan di wilayahnya.
14
1. Pada tahun 2000 ketika keluhan pertama diajukan di pengadilan Senegal,
pihak berwenang Senegal yang berkuasa mengambil tindakan hukum dan
benar-benar mendakwa Mr. Habré. Sejauh menyangkut keluhan pada tahun
2008, faktanya adalah bahwa pada tahun 2008 Senegal sudah dalam proses
mempersiapkan pengadilan bagi Hissène Habré. Sehingga Senegal telah
melaksanakan kewajibannya pada pasal 6, ayat 2 CAT, yang pelaksanaannya
tidak perlu formalistik;
2. Interpretasi “erga omnes partes” (untuk semua pihak) yang dilakukan
Pengadilan, dalam konteks CAT dianggap tidak sesuai. Karena jika CAT
menerapkan “erga omnes partes” maka semestinya negara pihak dalam CAT
diberikan kewajiban yang mengikat namun dalam CAT negara pihak
diberikan pilihan;
3. Kasus ini adalah kasus pertama di Senegal, pada kasus-kasus Internasional
sejenis selama ini membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga
membutuhkan dukungan finansial juga dukungan politik dari komunitas
Internasional khususnya Uni Afrika. Sehingga wajar apabila Senegal
membutuhkan waktu untuk mempersiapkan segalanya sebelum penuntutan
dimulai. Dengan demikian Sehingga Senegal tidak dapat dikatakan tidak
memenuhi kewajiban pasal 6, ayat 2 dan pasal 7, ayat 1 dari Konvensi.
15
Senegal tidak melanggar kewajibannya berdasarkan Pasal 7, ayat 1 CAT,
pokok persoalan perselisihan tersebut adalah penundaan Senegal dalam
mengajukan kasus tersebut kepada otoritas yang berwenang melakukan
penuntutan karena :
1. Senegal memulai reformasi yang diperlukan terhadap hukum
domestiknya, yang dilaksanakan pada tahun 2007;
2. Mengenakan tahanan rumah kepada Hissène Habré dan
melarangnya meninggalkan wilayah tersebut;
3. Mengatur penyelenggaraan pengadilan.
Hal tersebut diatas silakukan menyusul permintaan Belgia pada tahun
2005, dan waktu yang dilaksanakan untuk melaksanannya tidak lebih lama
dari waktu yang diambil Belgia sendiri untuk menyelidiki kasus tersebut.
Selain itu, otoritas Senegal, di tingkat pemerintahan, mengambil langkah-
langkah praktis untuk mengadili kasus tersebut dan mencari dan
memperoleh kerjasama internasional untuk itu.
Menurut Hakim ad hoc Sur, keputusan Pengadilan Senegal untuk
memenuhi kewajibannya, telah mengabaikan keberadaan proses yang
sedang berlangsung daripada mendorong proses itu sendiri.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kasus ini merupakan kasus yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat
tinggi bagi kami untuk dapat dipahami, karena melibatkan beberapa
negara yang berbeda dan memiliki aturan negara yang berbeda.
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia atau CAT,
menganut prinsip yurisdiksi universal, yaitu tidak mengenal tempat
kejadian, maupun kewarganegaraan korban ataupun pelaku.
Pada kasus ini, kejadian yang diduga dilakukan oleh Hissène Habré
dilakukan dalam kurun waktu tahun 1982 hingga 1990, Senegal telah
meratifikasi CAT pada tahun 1986, sehingga Senegal memiliki yurisdiksi
untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap kasus tersebut,
namun Senegal belum memiliki hukum pidana dengan yursidiksi universal.
Sehubungan dengan kasus ini Senegal melakukan perubahan Code Penal
pada tahun 2007 yang dapat menghukum siapa saja meskipun bukan
warga negara Senegal. Meskipun demikian, Senegal masih memiliki
kendala pada konstitusinya yang menggunakan asas non-retroaktif (tidak
berlaku surut) sehingga Senegal belum dapat menggunakan Cede Penalnya
pada kasus Hissène Habré, selain itu Senegal memiliki kesulitan
pembiayaan penyelesaian kasus ini yang diperkirakan menghabiskan 8,6
juta euro.
Yurisdiksi Universal yang digunakan dalam penegakan kejahatan yang
berhubungan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia, Kejahatan Perang,
Genosida dan sejenisnya, sangat sulit dilaksanakan oleh suatu negara
karena dibutuhkan penyesuaian pada hukum pidana di masing-masing
negara yang telah meratifikasi aturan-aturan terkait. Di satu sisi, mencegah
lepasnya pelaku kejahatan kemanusiaan juga perlu diutamakan, selain
17
mencegah kejahatan yang sama namun juga diharpkan dapat memberikan
keadilan bagi korban maupun keluarga korban.
Dalam kasus ini baik Belgia dan Senegal menganggap bahwa kasus ini telah
melanggar CAT namun perselisihan yang terjadi lebih merupakan
prosedur peradilan yang menjadi kendala bagi Senegal disamping kendala
finansial. Demikian pula para hakim ICJ, tidak ada perbedaan bahwa
kejahatan yang diduga dilakukan oleh Hissène Habré merupakan
kejahatan penyiksaan atau kejahatan kemanusiaan, perbedaan yang ada
pada para hakim lebih kepada interpretasi dan bagaimana penerapan CAT.
3.2. Saran
Dalam menyusun makala ini kendala yang kami hadapi adalah sulitnya
memahami beberapa penggunaan istilah hukum dalam Bahasa Inggris,
selain itu kami juga menemukan beberapa studi kasus Belgia vs Senegal ini
yang memiliki kesimpulan yang sangat berbeda dari makalah ini.
Sehingga saran yang kami sampaikan dalam makalah ini kami tujukan
utamanya kepada diri kami sendiri dan mahasiswa lainnya yang tertarik
untuk mempelajari Hukum Internasional, agar lebih memperdalam
kemampuan bahasa inggris.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih dan mohon masukan
ataupun koreksi bila ditemukan kesalahan pada makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19