Anda di halaman 1dari 3

Contoh kasus mengenai merk PT AQUA dan AQUALIVA

Pertama, kasus kemiripan nama merek AQUA dan AQUALIVA. Mahkamah Agung dalam putusannya
(perkara No. 014 K/N/HaKI/2003) menyatakan bahwa pembuat merek Aqualiva mempunyai iktikad tidak
baik dengan mendompleng ketenaran nama Aqua.

Mereka (AQUALIVA) melakukan pemberian nama dengan mendompleng nama AQUA sadar ataupun
tidak sadar telah melakukan pembohongan public, karena public banyak yang merasa dibohoongi
karena kemiripan nama yang dipakai atas nama suatu produk. Dan tidak sedikit pula kerugian yang
dirasakan konsumen akan hal ini. misalkan saja kepuasan yang tidak terpenuhi di rasakan konsumen
akan produk palsu tersebut.

Selain itu, banyak pula konsumen yang mengira bahwa perusahaan AQUA melakukan inovasi dengan
meluncurkan produk baru dengan nama produk yang hampir sama, karena terdapat nama AQUA di
depan produk baru tersebut yang nyatanya AQUA sama sekali tidak mengeluarkan produk tersebut
melainkan perusahaan lain yang ingin mendompleng nama AQUA semata.

MA menggunakan parameter berupa:

-Persamaan visual

-Persamaan jenis barang; dan

-Persamaan konsep.

Bahkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 telah memberikan arahan yang jelas bagi Ditjen HaKI
Departemen Hukum dan HAM agar menolak permohonan pendaftaran merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya.

Kesimpulan : Dari contoh kasus diatas bahwa penanganan dari hak merek tersebut sangat sangat harus
diperhatikan, karena dari hak merek tersebut mengandung unsur undang-undang yang telah memiliki
ketetapan oleh setiap perusahaan untuk memberikan nama merek pada setiap produksi barang / jasa
yang telah di luncurkan agar tidak terjadi kesalah pahaman oleh segala pihak perusahaan, serta
menetapkan cipta hak merek tersebut kepada wewenang yang berwajib supaya tidak terjadi hal-hal
seperti pembajakan hak merek tersebut.

Tabel perbedaan APS


Syarat penyelesaian sengketa dengan arbritase

Berdasarkan hal tersebut maka ada syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila penyelesaian sengketa
melalui arbitrase yaitu:

1. Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dimuat dalam suatu dokumen yang
ditandatangani oleh para pihak.

2. Dalam hal disepakati penyelesaian sengketa melalui arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat,
maka pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib
disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para pihak.

3. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan
mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh
pihak yang bersengketa.
Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian
sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri. Pengadilan
Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah
ditetapkan melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal tertentu.

Anda mungkin juga menyukai