Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

1. Pengertian Vibroflotation………………………………………………………………………………………………………..1
2. Likuifaksi………………………………………………………………………………………………………………………………….2
3. Keunggulan Vibroflotation……………………………………………………………………………………………………….4
4. Kerugian Vibroflotation……………………………………………………………………………………………………………4
5. Metode Pelaksanaan Vibroflotation………………………………………………………………………………………..4
6. Vibroreplacement……………………………………………………………………………………………………………………5
7. Metode Pelaksanaan Vibroreplacement………………………………………………………………………………….5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alat Vibroflotation……………………………………………………………………………………………………………..1

Gambar 2 Spesifikasi Alat Vibroflotation…………………………………………………………………………………………….1

Gambar 3 Bagian-Bagian Alat Vibroflotation………………………………………………………………………………………2

Gambar 4 Ilustrasi Likuifaksi……………………………………………………………………………………………………………….3

Gambar 5 Proses Pelaksanaan Vibroflotation……………………………………………………………………………………..5

Gambar 6 Urutan Metode Pelaksanaan Wet Top Feed……………………………………………………………………….6

Gambar 7 Urutan Pelaksanaan Dry Bottom Feed………………………………………………………………………………..7


1. Pengertian Vibroflotation

Merupakan teknik perbaikan tanah yang digunakan pada kedalaman yang direncanakan dengan
menggunakan kekuatan elektrik atau dengan pemeriksaan hidrolik yang berfungsi untuk
menguatkan daya dukung tanah. Vibroflotation akan memadatkan tanah dan membuatnya menjadi
mampu menahan beban rencana. Metode ini berfungsi untuk memadatkan tanah berbutir kasar
yang mempunyai kadar butiran halus dibawah 10-15 %..
Teknik ini digunakan untuk meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi potensi dari
‘Differential Settlement” yang diijinkan dari beban rencana. Konsep dari vibroflotation adalah
dengan menggabungkan getaran dan air yang dimasukkan kedalam butiran pasir yang loose
menjadi bentuk yang lebih padat. Gambar alat vibroflotation bisa dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alat Vibroflotation


Sumber : Google Images

Berikut disajikan spesifikasi alat dan bagian-bagian alat vibroflotation yang tertera pada gambar
2 dan gambar 3

Gambar 2 Spesifikasi Alat Vibroflotation


Sumber : http://www.imeco.at/index.php?id=fou18
Gambar 3 Bagian-bagian alat vibroflotation
Sumber : http://www.imeco.at/index.php?id=fou18

2. Likuifaksi

Merupakan fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan
kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan
ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau
air berat.
Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar (kepadatan
rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan untuk memampat
ketika diberikan beban; sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam volume atau melebar. Jika
tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah berada di bawah permukaan
air tanah atau permukaan laut, maka air mengisi kesenjangan di antara butir-butir tanah ("ruang
pori"). Sebagai respon terhadap tanah yang memampat, air ini meningkatkan tekanan dan mencoba
untuk mengalir keluar dari tanah ke zona bertekanan rendah (biasanya ke atas menuju permukaan
tanah). Tapi, jika pembebanan berlangsung cepat dan cukup besar, atau diulangi berkali-kali
(contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai), air tidak mengalir keluar sesuai waktunya
sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi, tekanan air dapat bertambah melebihi tekanan
kontak antara butir-butir tanah yang menjaga mereka tetap saling bersentuhan satu sama lain.
Kontak antara butir-butir ini merupakan media pemindahan berat bangunan dan lapisan tanah di
atas dari permukaan tanah ke lapisan tanah atau batuan pada lapisan yang lebih dalam. Hilangnya
struktur tanah menyebabkan tanah kehilangan semua kekuatannya (kemampuan untuk
memindahkan tegangan geser) dan fenomena ini terlihat seperti mengalir menyerupai cairan (maka
disebut 'pencairan').
Keadaan "pencairan tanah" terjadi ketika tekanan efektif tanah berkurang hingga pada dasarnya
nol, yang berhubungan dengan hilangnya kekuatan geser. Hal ini dapat dipicu oleh pembebanan
monotonik (misalnya, perubahan tekanan tunggal yang terjadi tiba-tiba – termasuk meningkatnya
beban di sebuah tanggul atau tiba-tiba kehilangan dukungan bagian bawah) atau siklis (misalnya,
perubahan kondisi tekanan secara berulang – termasuk hantaman ombak atau getaran gempa
bumi). Dalam kedua kasus tanah dalam keadaan jenuh longgar, dan salah satu yang dapat
menghasilkan tekanan air pori pada suatu perubahan beban adalah yang paling mungkin untuk
mencair. Ini karena tanah yang longgar memiliki kecenderungan untuk memampat ketika bergeser,
menghasilkan tekanan air pori berlebihan yang dipindahkan sebagai beban dari rangka tanah ke
pori air terdekat selama pembebanan. Seiring dengan meningkatnya tekanan air pori, kekuatan
tanah hilang secara progresif karena tekanan efektif berkurang. Hal ini lebih mungkin terjadi pada
tanah berpasir atau berlumpur nonplastik, tetapi mungkin juga pada lapisan kerikil dan tanah liat
dalam beberapa kasus yang jarang terjadi. Ilustrasi likuifaksi bisa dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Ilustrasi Likuifaksi


Sumber : Google Images
3. Keunggulan Vibroflotation

a. Ketika proses pengerjaan dikerjakan dengan baik, akan mengurangi kemungkinan terjadi
perbedaan penurunan yang akan meningkatkan kekuatan pondasi.
b. Salah satu cara termudah dan tercepat dalam perbaikan tanah jika tanah dasar tidak
memberikan daya dukung yang baik.
c. Bisa dilakukan disekitar sturktur yang sudah ada tanpa merusak struktur tersebut.
d. Tidak mencemari lingkungan.
e. Tidak memerlukan penggalian, sehingga mengurangi bahaya, terkontaminasi tanah dan
tidak perlu membawa material dari luar site.
f. Tidak perlu pengendalian terhadap muka air tanah.
g. Teknik ini bisa beradaptasi dengan setiap kasus.
h. Ketika teknik ini dilakukan di site, teknik ini akan mengurangi kemungkinan likuifaksi selama
gempa bumi.

4. Kerugian Vibroflotations
a. Metode ini tidak efektif jika presentase tanah berbutir halus diatas 20%.
b. Tidak bisa digunakan pada tanah yang permeabilitasnya kecil.

5. Metode Pelaksanaan Vibroflotation

Terdiri dari 3 tahap, yaitu :


1. Penetration
Alat vibroflotation diturunkan secara perlahan sampai dengan kedalaman yang ditentukan,
di waktu yang sama pada bagian samping alat vibroflotation menyemprotkan air untuk
merekatkan tanah pasir, menghilangkan pasir halus dan membantu membentuk partikel
Annular disekitar alat vibroflotation. Jika sudah mencapai kedalaman yang direncanakan air
yang keluar dari ujung alat.

2. Compaction
Dikarenakan ada gaya horizontal, partikel tanah disekitar ujung alat vibroflotation tersusun
kembali menjadi lebih padat. Selama fase pemadatan ini, material in situ atau material yang
di import dimasukan kedalam pori-pori disekitar alat vibroflotation.

3. Completion
Ketika proses pemadatan selesai, tanah diluruskan dan pemadatan permukaan diperlukan
untuk memadatkan tanah didaerah permukaan sedalam 2 meter.

Ilustrasi metode pelakasanaan vibroflotation bisa dilihat pada gambar 5


Gambar 5 Proses Pelaksanaan Vibroflotation
Sumber: Google Images

6. Vibroreplacement
Merupakan produk dari proses vibroflotation yang digunakan pada tanah yang tidak memadat
dengan baik jika hanya menggunakan getaran saja. (lebih dari 15% presentase lanau-nya). Kenaikan
daya dukung tanah bisa dicapai dengan membuat kolom yang terbuat dari batu pecah atau dari
beton. Proses ini berfungsi untuk menambah daya dukung tanah, mengurangi penurunan, dan
meningkatkan tahanan geser pada tanah yang telah diperbaiki.
Ada dua metode vibroreplacement yang dipakai selama ini, yaitu :
1. Wet Top Feed
2. Dry Bottom Feed

7. Metode Pelaksanaan Vibroreplacement

a. Wet Top Feed


Metode yang paling umum digunakan dan metode yang paling efisien biayanya dalam
metode pelaksanaan Vibroreplacement. Batu diisi langsung dari permukaan dengan
menggunakan wheel loader atau sejenisnya kedalam lubang yang telah dibuat oleh alat
vibroflotation.
Urutan pelaksanaan metode Wet Top Feed antara lain:
1. Penetration
Alat vibroflotation diturunkan secara perlahan sampai dengan kedalaman yang
ditentukan, di waktu yang sama pada bagian samping alat vibroflotation
menyemprotkan air untuk merekatkan tanah pasir, menghilangkan pasir halus dan
membantu membentuk partikel Annular disekitar alat vibroflotation. Jika sudah
mencapai kedalaman yang direncanakan air yang keluar dari ujung alat.

2. Replacement
Batu pecah dimasukan kedalam lubang yang telah dibuat dengan alat vibroflotation.
Gaya horizontal dari alat vibroflotation memadatkan batu disekitar tanah.

3. Completion
Proses ini diulang terus sampai mencapai Cut off Level rencana, mencapai kepadatan
yang baik serta kolom batu dengan tanah sekeliling yang berat jenisnya sudah
meningkat saling mengunci dengan erat.
Ilustrasi dari Wet Top Feed bisa dilihat pada gambar 6

Gambar 6 Urutan Pelakasanaan Metode Wet Top Feed


Sumber : Google Images

b. Dry Bottom Feed


Proses perletakan batu menggunakan medium lain menuju alat penerima lain yang
ditempatkan pada bagian teratas dari alat vibroflotation. Dari sana batu diturunkan
melalui pipa yang dipasang di bagian samping alat vibroflotation dan dikeluarkan dari
bawah ujung cone yang dibuat khusus menuju dasar kolom. Dengan system ini, tidak
menggunakan bantuan air untuk menembus tanah. Metode ini lebih bersih dan lebih bisa
diandalkan bila dibandingkan dengan metode Wet Top Feed.
Urutan pelaksanaan metode Dry Feed Method antara lain:
1. Penetration
Alat vibroflotation menembus sampai kedalaman yang direncanakan dengan
menggunakan berat alat sendiri.

2. Replacement
Batu pecah ditampung di alat penerima, dan diturunkan kedalam pipa batu yang
menghubungkan langsung dengan Ujung alat vibroflotation yang dimodifikasi.
Setelah batu pecah mengisi ujung alat vibroflotation yang dimodifikasi, alat
vibroflotation tersebut diangkat perlahan sampai ke ketinggian tertentu dan batu
pecah dikeluarkan dari ujung alat vibroflotation yang dimodifikasi. Alat vibroflotation
dengan pelan-pelan diangkat kembali keatas dan gaya horizontal dari alat
vibroflotation tersebut yang mebuat batu pecah memadat disekitar tanah.

3. Completion
Proses ini diulang terus sampai mencapai Cut off Level rencana, mencapai kepadatan
yang baik serta kolom batu dengan tanah sekeliling yang berat jenisnya sudah
meningkat saling mengunci dengan erat.
Ilustrasi dari Dry Bottom Feed bisa dilihat pada gambar 7

Gambar 7 Urutan Pelakasanaan Metode Wet Top Feed


Sumber : Google Images

Anda mungkin juga menyukai