Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propinsi Aceh merupakan propinsi yang mempunyai potensi pengembangan daerah
pertanian dan air baku. Upaya pengembangan daerah pertanian yang telah dan akan
dilakukan berupa perbaikan, peningkatan dan perluasan sarana irigasi dan penyediaan air
baku. Menyadari atas pentingnya sistem jaringan irigasi dalam penunjang bidang
pertanian, pemerintah berupaya memberikan prioritas pada perbaikan dan peningkatan
sistem irigasi, berupa dengan membangun baru atau memperbaiki sarana dan prasarana
penyediaan air tersebut.
Bendungan merupakan salah satu bangunan yang dapat meningkatkan kehandalan
penyediaan air baku untuk berbagai keperluan yang diharapkan dapat menampung
kelebihan air pada saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau. Dengan
demikian maka kehandalan penyediaan air untuk berbagai keperluan menjadi lebih baik
sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian yang dengan sendirinya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya petani.Salah satunya adalah rencana
pembangunan bendungan Tiro yang terletak di Kabupaten Pidie Propinsi Aceh.
Bendungan Tiro mempunyai: tampungan efektif =36.795.000 m3, luas genangan pada
kondisi HWL (FWLPMF)=383,32 Ha, tinggi bendungan 41,50 m dan tipe bendungan zonal
dengan inti tanah kedap air.
PadaTA. 2005 SKS Irigasi dan Rawa Andalan telah melakukan Feasibility Study Waduk
dan Waduk Tiro oleh Konsultan PT. Wahana Adya Consultan. Pada Tahun Anggaran 2007
Dinas Sumber Daya Air Prov. NAD dengan dana APBD melanjutkan pekerjaan Survey
Investigasi Waduk Kabupaten Pidie. Pada T.A. 2008 Balai Wilayah Sungai Sumatera I
melakukan pekerjaan DED Waduk dan Tiro Kabupaten Pidie oleh Konsultan PT. Ika Adya
Perkasa KSO PT. Wahana Adya Konsultan namun hanya pada daerah waduk Tiro saja.
Pada T.A. 2009 Kegiatan Perencanaan & Program Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai
Sumatera I Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melakukan pekerjaan DED Waduk – Tiro
Tahap II. Pada T.A 2010Kegiatan Perencanaan & Program Satuan Kerja Balai Wilayah
Sungai Sumatera I Provinsi Aceh melakukanpekerjaan lanjutan DED Waduk – Tiro Tahap
III oleh Konsultan PT. Wahana AdyaKonsultan KSO PT. Ika Adya Perkasa. Pada T.A 2011
Kegiatan Perencanaan & Program Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera I Provinsi
Aceh melakukanpekerjaan lanjutan DED Waduk – Tiro Tahap VI oleh Konsultan PT.
Wahana Adya Consultan.
Dari hasil study, untuk pelaksanaan pembangunan Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie ini
banyak terdapat lahan-lahan garapan masyarakatyang secara umum merupakan areal
genangan bendungan sehingga diperlukan suatu kajian terhadap pembebasan lahan
seperti yang direkomendasikan dalam studi bendungan Tirotersebut Kajian Land
Acquisition dan Resettlement Plan (LARAP) ini merupakan keharusan yang mutlak
sebelum pelaksanaan fisik dilaksanakan,dimana dengan dibangunnya Bendungan Tiro ini
nantinya akan terjadi perubahan yang mendasar dan menyeluruh khususnya bagi
masyarakat sekitar yang terkena dampak dari pembangunan tersebut sehingga untuk
mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat perubahan status pada
masyarakat yang secara langsung terkena dampak, diperlukan langkah – langkah yang
Bab 1 - 1
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 1 - 2
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 1 - 4
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
2. Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton,
dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang ( tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
3. Dampak Pemukiman Kembali adalah kehilangan kekayaan fisik dan non fisik,
termasuk rumah, lingkungan sosial, tanah produktif, modal dan sumber pendapatan,
nafkah, sumber daya, lokasi peninggalan budaya, struktur sosial, jaringan kerjasama
dan relasi, identitas/nilai sosial budaya dan mekanisme tolong menolong.
4. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
5. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah dokumen yang berisi upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup.
6. Domen Khusus adalah pengaturan di mana pemerintah mempunyai wewenang
khusus dalam penguasaan tanah.
7. Ekspropriasi adalah tindakan pemerintah mengambil atau merubah hak milik sesuai
kewenangannya.
8. Entitelmen adalah tindakan-tindakan yang dapat berupa ganti rugi, pemulihan
pendapatan, bantuan pindah, tunjangan hidup dan relokasi yang wajib diberikan
kepada orang yang terkena dampak, tergantung pada kerugian yang dialami, untuk
memulihkan standar sosial ekonominya seperti semula.
9. Ganti Rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau
nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan,
tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat
memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial
ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.
10. Hak Atas Tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
11. Hak Guna Bangunan adalah hak mendirikan bangunan di atas tanah pemerintah.
12. Hak Guna Usaha adalah hak penggunaan atas lahan milik pemerintah.
13. Hak Ulayat Milik adalah hak menggunakan dan memanfaatkan tanah orang lain
atau milik bersama, misalnya: satu suku bangsa, masyarakat atau
perkumpulan/kelompok.
14. Instansi Teknis Keamanan Bendungan adalah instansi yang bertugas membantu
Menteri dalam penanganan keamanan bendungan.
15. Kegagalan Bendungan adalah keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau
bangunan pelengkapnya dan/atau kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya
bendungan.
16. Kelompok Rawan/Rentan adalah Kelompok khusus yang mungkin sangat
menderita akibat dari pemukiman kembali.
17. Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.
Bab 1 - 5
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
18. Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah adalah lembaga/tim yang profesional dan
independen untuk menentukan nilai/harga tanah yang akan digunakan sebagai dasar
guna mencapai kesepakatan atas jumlah/besarnya ganti rugi.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sumber daya air.
20. Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling
memberi dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan
kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang
mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.
21. Nilai Penggantian adalah biaya pengganti harta-kekayaan dan pendapatan yang
hilang, termasuk biaya transaksi.
22. Orang (atau rumah tangga) Terkena Dampak adalah orang-orang (rumah
tangga) yang terkena dampak suatu proyek yang menyebabkan adanya perubahan
penggunaan tanah, air dan sumber daya alam lainnya.
23. Panitia Pengadaan Tanah adalah panitia yang dibentuk untuk membantu
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.
24. Pelepasan Atau Penyerahan Hak Atas Tanah adalah kegiatan melepaskan
hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya
dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.
25. Pembangun Bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik
bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik
bendungan untuk menyelenggarakan pembangunan bendungan.
26. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
27. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
28. Pemilik Bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, atau badan usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan
bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
29. Pemukiman Kembali Rudapaksa adalah suatu proyek pemukiman kembali bagi
orang terkena dampak karena adanya pembangunan atau proyek yang
mengakibatkan kerugian sehingga orang-orang tersebut tidak mempunyai pilihan
kecuali berusaha membangun kembali kehidupannya, penghasilannya dan harta
kekayaanya di tempat lain.
30. Pemulihan Pendapatan adalah usaha memulihkan kembali sumber pendapatan
dan mata pencaharian.
31. Penduduk Setempat adalah masyarakat yang tinggal di atau dekat dengan
tempat/lokasi pemukiman baru bagi orang yang terkena dampak.
32. Pengamanan Bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis dilakukan untuk
mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.
Bab 1 - 6
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
33. Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan
pencabutan hak atas tanah
34. Pengelola Bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik
bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik
bendungan untuk menyelenggarakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
35. Persiapan Sosial adalah suatu tahap di mana dilakukan konsultasi dengan orang
terkena dampak sebelum membuat kebijaksanaan tentang hal-hal pokok dalam
pemukiman kembali agar dapat mengembangkan kemampuannya dalam kaitannya
dengan pemukiman kembali.
36. Pihak Yang Melepaskan Atau Menyerahkan Tanah, Bangunan, Tanaman, dan
Benda-Benda Lain Yang Berkaitan Dengan Tanah adalah perseorangan, badan
hukum, lembaga, unit usaha yang mempunyai hak penguasaan atas tanah dan/atau
bangunan serta tanaman yang ada di atas tanah.
37. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah.
38. Rehabilitasi adalah memulihkan/memperbaiki tingkat pendapatan, mata
pencaharian, kehidupan, dan sistem sosial.
39. Relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi lain.
40. Rencana Permukiman Kembali adalah rencana kegiatan dalam waktu tertentu
dengan sejumlah anggaran yang menguraikan strategi, tujuan, entitelmen, tindakan,
tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi pemukiman kembali
41. Sertifikat Hak Milik adalah surat tanda kepemilikan hak atas tanah
42. Unit Pelaksana Teknis Bidang Keamanan Bendungan adalah unit yang
dibentuk untuk memberikan dukungan teknis kepada instansi teknis keamanan
bendungan.
43. Unit Pengelola Bendungan adalah unit yang merupakan bagian dari Pengelola
bendungan yang ditetapkan oleh Pemilik bendungan untuk melaksanakan
pengelolaan bendungan beserta waduknya.
44. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan.
Bab 1 - 7
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 1 - 8
DRAFT LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 1 - 9