Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN UTAMA

Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan merupakan salah satu bangunan yang dapat meningkatkan kehandalan
penyediaan air baku untuk berbagai keperluan yang diharapkan dapat menampung
kelebihan air pada saat musim hujan dan selanjutnya dapat digunakan pada musim
kemarau. Dengan demikian maka kehandalan penyediaan air untuk berbagai keperluan
menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian dan kebutuhan
hidup.
Pada TA. 2005 Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Andalan telah melakukan
Feasibility Study Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro oleh Konsultan PT. Wahana Adya
Konsultan dengan kajian didasarkan peta satelit dan pengukuran peta udara, analisa
hidrologi dan kajian geologi yang terbatas. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa
ketersediaan air Bendungan Rukoh terbatas namun mempunyai tampungan sangat besar
sedangkan Bendungan Tiro mempunyai ketersediaan air yang cukup besar namun
mempunyai tampungan terbatas, sehingga kedua Bendungan nantinya dihubungkan
(interbasin).
Study kelayakan ini dilakukan agar kedua bendungan ini dapat mensuplai air ke DI. Baro
Raya yang selama ini kekurangan air, karena Bendung Krueng Keumala dan Bendung Tiro
memiliki debit air yang tidak lagi mencukupi lagi untuk mengairi D.I. Baro Raya yang
luasnya 19.100 Ha. Dengan adanya Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro diharapkan
permasalahan kekurangan air untuk Daerah irigasi tersebut dapat terpenuhi. Pada Tahun
Anggaran 2007 Dinas Sumber Daya Air Provinsi NAD dengan dana APBD melanjutkan
pekerjaan Survey Investigasi Bendungan Rukoh Kabupaten Pidie dengan lingkup
pekerjaan berupa : Penyelidikan Geologi yang meliputi Bor Log sedalam 295 m dan
penyelidikan laboratorium. Oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera-I Kegiatan Perencanaan
dan Program pada Tahun Anggaran 2008 dilakukan pekerjaan DED Bendungan Rukoh
dan Tiro Kabupaten Pidie oleh Konsultan PT. Ika Adya Perkasa KSO PT. Wahana Adya
Konsultan namun hanya pada daerah Bendungan Tiro saja. Tahun Anggaran 2009
dilakukan pekerjaan DED Bendungan Rukoh-Tiro Tahap II yang pelaksanaannya terfokus
pada Bendungan Tiro dilaksanakan oleh PT. Wahana Adya KSO PT. Ika Adya Perkasa.
Dalam rangka menindaklanjuti kegiatan detail desain yang telah dilakukan sebelumnya,
maka Tahun Anggaran 2011 Balai Wilayah Sungai Sumatera I Provinsi Aceh, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Kegiatan Perencanaan
Dan Program Satker BWS Sumatera-I melakukan pekerjaan DED Bendungan Rukoh dan
Tiro (Tahap IV) yaitu kegiatan model test atau model Fisik.
Dari hasil Detai desain yang telah dilakukan, untuk pelaksanaan pembangunan
bendungan Rukoh dan Tiro ini banyak terdapat lahan-lahan garapan masyarakat yang
secara umum merupakan areal genangan bendungan, dengan luas genangan bendungan
Rukoh pada muka air maksimum 767,28 Ha dan luas genangan bendungan Tiro pada
muka air maksimum 383,32 Ha sehingga diperlukan suatu kajian terhadap pembebasan
lahan dan relokasi penduduk seperti yang direkomendasikan dalam studi bendungan
Rukoh dan Tiro tersebut.

Bab 1 - 1
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

Kajian land acquisition dan resettlement plan (LARAP) ini merupakan keharusan yang
mutlak sebelum pelaksanaan phisik dilaksanakan, dimana dengan dibangunnya
bendungan Rukoh dan bendungan Tiro ini nantinya akan terjadi perubahan yang
mendasar dan menyeluruh khususnya bagi masyarakat sekitar yang terkena dampak dari
pembangunan tersebut sehingga untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin
timbul sebagai akibat perubahan status pada masyarakat yang secara langsung terkena
dampak, diperlukan langkah langkah yang terpadu dan menyeluruh didalam pengambilan
keputusan oleh pemangku kebijakan.
Berdasarkan uraian diatas, Balai Wilayah Sungai Sumatera I Provinsi Aceh, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Kegiatan Perencanaan
dan Program Satker BWS Sumatera I pada Tahun Anggaran 2012 akan melaksanakan
program studi Kajian Land Acquisition dan Resettlement Plan (LARAP).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan LARAP ini adalah mendapatkan data kepemilikan tanah, bangunan
maupun tumbuhan dan informasi yang dibutuhkan secara detail dalam rangka
pelaksanaan pembebasan lahan dan relokasi penduduk di daerah rencana genangan
Bendungan Rukoh dan Bendungan Tro serta untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan permasalahan yang mungkin terjadi.
Tujuan dari kegiatan LARAP ini adalah untuk merumuskan kebijakan dalam pengambilan
keputusan berkaitan dengan rencana pembebasan tanah, pelaksanaan baik pra maupun
pasca konstruksi serta menyusun rencana alternatif pelaksanaan program pemindahan
masrakat (relokasi warga) ke daerah yang lebih aman.

1.3 Sasaran
Tersedianya suatu pedoman atau acuan untuk merumuskan suatu kebijakan bagi
Pemerintah mengenai pelaksanaan pembebasan lahan, bangunan, tanaman dan relokasi
masyarakat di daerah rencana Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro.

1.4 Lokasi Pekerjaan


Lokasi Bendungan Rukoh secara administratif terletak di Kecamatan Titeu Keumala,
Kabupaten Pidie. Pencapaian lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat dari
Kota Banda Aceh menuju Kota Sigli sejauh ± 90 km, selanjutnya dari kota Pidie menuju
lokasi bendungan sejauh ± 25 km.
Sedangkan Lokasi Bendungan Tiro secara administratif terletak di Kecamatan Tiro/Truseb,
Kabupaten Pidie. Pencapaian lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat dari
Kota Banda Aceh menuju Kota Sigli sejauh ± 90 km, selanjutnya dari kota Pidie menuju
lokasi bendung Irigasi Tiro sejauh ± 20 km, dilanjutkan dengan jalan tanah ± 200 m
menuju ke lokasi as bendungan Tiro.

Bab 1 - 2
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

Beradasarkan letak geografis


Kabupaten Pidie terletak diantara
04,30o - 04,60o LU dan 95,75o -
96,20o BT dengan luas 3.562,14 Km2.
Batas-batas Kabupatebn Pidie sebagai
berikut :
− Sebelah Utara : Selat Malaka
− Sebelah Selatan : Kab. Aceh Barat
dan Aceh Jaya
− Sebelah Timur : Kab. Bireun
− Sebelah Barat : Kab. Aceh Besar
Secara administrasi Kabupaten Pidie
mempunyai 23 Kecamatan, 94 Mukim
dan jumlah peduduk sebanyak 375,744
jiwa.

1.5 Lingkup Pekerjaan


Lingkup kegiatan studi LARAP ini secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Inventarisasi Data dan Peta;
3. Inventarisasi Lapangan dan Data Sekunder;
4. Melaksanakan Pengumpulan Data Primer
5. Pemetaan rencana pembebasan lahan, dan relokasi penduduk;
6. Melaksanakan Lokakarya LARAP;
7. Melakukan Analisis Inventarisasi dan Identifikasi LARAP;
8. Menyusun Tata Cara Pembebasan Tanah/Lahan (land Acquisition);
9. Menyusun Tata Cara Ganti Rugi dan Alternatif Peluang Usaha;
10. Penyusunan dan Pendataan Permasalahan Berdasarkan Urgensi Masyarakat;
11. Membuat Skenario Penyelesaian Permasalahan LARAP;
12. Menyusun dan menyiapkan Data Kepemilikan Tanah;
13. Menyusun rekomendasi penyelesaian masalah dengan metode skala
perioritas;
14. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (EE) Pembebasan dan Pengadaan tanah
serta relokasi penduduk;
15. Menyusun Laporan Hasil Studi LARAP.
(Detail lihat lampiran)

Bab 1 - 3
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

1.6. Acuan Normatif


Pada dasarnya Studi Kajian Land Acquisition dan Resettlement Action Plan (LARAP)
Bendungan Rukoh Tiroh Kabupaten Pidie mengacu pada landasan hukum sebagai berikut
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
3. Undang‐Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan
Hidup
4. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
5. Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
6. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
7. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
8. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
9. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
10. Undang Undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh
11. Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Nasional.
12. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
13. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
14. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
15. Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 Tentang Izin lingkungan
17. Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2010 tentang Bendungan
18. Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2011 tentang sungai
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
20. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
21. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
22. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
23. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
24. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
25. Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
bagi kepentingan Umum
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 72 Tahun 2012 tentang Biaya operasional dan
biaya pendukung penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Bab 1 - 4
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

27. Peraturan Badan Pertanahan Nasional No 5 Tahun 2012 tentang petunjuk teknis
penyelenggaraan pengadaan tanah bagi kepentingan umum
28. Peraturan Presiden No 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air
29. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Sumatera
30. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 /PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Pengalihan Alur Sungai dan/Atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai
31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2011 Tentang Pedoman
Penggunaan SDA
32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 03/PRT/M/2009 Tentang pedoman
rekayasa sosial pembangunan bendungan

1.7. Daftar Peristilahan


1. Bangunan Pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan fasilitasnya yang
secara fungsional menjadi satu kesatuan dengan bendungan.
2. Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton,
dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
3. Dampak Pemukiman Kembali adalah kehilangan kekayaan fisik dan non fisik,
termasuk rumah, lingkungan sosial, tanah produktif, modal dan sumber pendapatan,
nafkah, sumber daya, lokasi peninggalan budaya, struktur sosial, jaringan kerjasama
dan relasi, identitas/nilai sosial budaya dan mekanisme tolong menolong.
4. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
5. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah dokumen yang berisi upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup.
6. Domen Khusus adalah pengaturan di mana pemerintah mempunyai wewenang
khusus dalam penguasaan tanah.
7. Ekspropriasi adalah tindakan pemerintah mengambil atau merubah hak milik sesuai
kewenangannya.
8. Entitelmen adalah tindakan-tindakan yang dapat berupa ganti rugi, pemulihan
pendapatan, bantuan pindah, tunjangan hidup dan relokasi yang wajib diberikan
kepada orang yang terkena dampak, tergantung pada kerugian yang dialami, untuk
memulihkan standar sosial ekonominya seperti semula.
9. Ganti Rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau
nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan,
tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat
memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial
ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.
10. Hak Atas Tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Bab 1 - 5
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

11. Hak Guna Bangunan adalah hak mendirikan bangunan di atas tanah pemerintah.
12. Hak Guna Usaha adalah hak penggunaan atas lahan milik pemerintah.
13. Hak Ulayat Milik adalah hak menggunakan dan memanfaatkan tanah orang lain
atau milik bersama, misalnya: satu suku bangsa, masyarakat atau
perkumpulan/kelompok.
14. Instansi Teknis Keamanan Bendungan adalah instansi yang bertugas membantu
Menteri dalam penanganan keamanan bendungan.
15. Kegagalan Bendungan adalah keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau
bangunan pelengkapnya dan/atau kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya
bendungan.
16. Kelompok Rawan/Rentan adalah Kelompok khusus yang mungkin sangat
menderita akibat dari pemukiman kembali.
17. Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.
18. Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah adalah lembaga/tim yang profesional dan
independen untuk menentukan nilai/harga tanah yang akan digunakan sebagai dasar
guna mencapai kesepakatan atas jumlah/besarnya ganti rugi.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sumber daya air.
20. Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling
memberi dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan
kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang
mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.
21. Nilai Penggantian adalah biaya pengganti harta-kekayaan dan pendapatan yang
hilang, termasuk biaya transaksi.
22. Orang (atau rumah tangga) Terkena Dampak adalah orang-orang (rumah
tangga) yang terkena dampak suatu proyek yang menyebabkan adanya perubahan
penggunaan tanah, air dan sumber daya alam lainnya.
23. Panitia Pengadaan Tanah adalah panitia yang dibentuk untuk membantu
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.
24. Pelepasan Atau Penyerahan Hak Atas Tanah adalah kegiatan melepaskan
hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya
dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.
25. Pembangun Bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik
bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik
bendungan untuk menyelenggarakan pembangunan bendungan.
26. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
27. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Bab 1 - 6
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

28. Pemilik Bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah


kabupaten/kota, atau badan usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan
bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
29. Pemukiman Kembali Rudapaksa adalah suatu proyek pemukiman kembali bagi
orang terkena dampak karena adanya pembangunan atau proyek yang
mengakibatkan kerugian sehingga orang-orang tersebut tidak mempunyai pilihan
kecuali berusaha membangun kembali kehidupannya, penghasilannya dan harta
kekayaanya di tempat lain.
30. Pemulihan Pendapatan adalah usaha memulihkan kembali sumber pendapatan
dan mata pencaharian.
31. Penduduk Setempat adalah masyarakat yang tinggal di atau dekat dengan
tempat/lokasi pemukiman baru bagi orang yang terkena dampak.
32. Pengamanan Bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis dilakukan untuk
mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.
33. Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan
pencabutan hak atas tanah
34. Pengelola Bendungan adalah instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Pemilik
bendungan, badan usaha yang ditunjuk oleh Pemilik bendungan, atau Pemilik
bendungan untuk menyelenggarakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
35. Persiapan Sosial adalah suatu tahap di mana dilakukan konsultasi dengan orang
terkena dampak sebelum membuat kebijaksanaan tentang hal-hal pokok dalam
pemukiman kembali agar dapat mengembangkan kemampuannya dalam kaitannya
dengan pemukiman kembali.
36. Pihak Yang Melepaskan Atau Menyerahkan Tanah, Bangunan, Tanaman, dan
Benda-Benda Lain Yang Berkaitan Dengan Tanah adalah perseorangan, badan
hukum, lembaga, unit usaha yang mempunyai hak penguasaan atas tanah dan/atau
bangunan serta tanaman yang ada di atas tanah.
37. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah.
38. Rehabilitasi adalah memulihkan/memperbaiki tingkat pendapatan, mata
pencaharian, kehidupan, dan sistem sosial.
39. Relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi lain.
40. Rencana Permukiman Kembali adalah rencana kegiatan dalam waktu tertentu
dengan sejumlah anggaran yang menguraikan strategi, tujuan, entitelmen, tindakan,
tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi pemukiman kembali
41. Sertifikat Hak Milik adalah surat tanda kepemilikan hak atas tanah
42. Unit Pelaksana Teknis Bidang Keamanan Bendungan adalah unit yang
dibentuk untuk memberikan dukungan teknis kepada instansi teknis keamanan
bendungan.
43. Unit Pengelola Bendungan adalah unit yang merupakan bagian dari Pengelola
bendungan yang ditetapkan oleh Pemilik bendungan untuk melaksanakan
pengelolaan bendungan beserta waduknya.

Bab 1 - 7
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

44. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan.

1.8. Keluaran Kegiatan LARAP


Keluaran dari kegiatan ini adalah produk LARAP Bendungan Rukoh Tiro dengan rincian
Laporan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Daftar Produk Kegiatan


No Jenis Laporan Volume Ukuran
1 Laporan Rencana Mutu Kontrak 1 A4
2 Laporan Bulanan @ 1 bulan 7 A4
3 Laporan Pendahuluan 2 A4
4 Laporan Antara / Interim 2 A4
5 Draft Laporan Utama 1 A4
6 Final Laporan Utama (cover exclusive) 10 A4
7 Gambar LARAP (A1) 5 A1
8 Gambar LARAP (A3) 12 A3
9 Laporan Pendukung
9.1 Ringkasan LARAP 5 A4
9.2 Survey Inventarisasi/Pendataan Lapangan 5 A4
9.3 Hasil Lokakarya LARAP 5 A4
9.4 Program Persiapan Ren. Lokasi dan Pemb. Usaha Masy 5 A4
9.5 Tata Cara Pembebasan Lahan dan Relokasi Penduduk 5 A4
9.6 Tata Cara Ganti Rugi dan Peluang Usaha Relokasi Penduduk 5 A4
9.7 Hasil Analisa Permasalahan LARAP berdasarkan urgensi masy 5 A4
9.8 Skenario Penyelesaian LARAP 5 A4
9.9 Data Kepemilikan Tanah 5 A4
9.10 Rekomendasi Penye. Masalah dengan metode skala prioritas 5 A4
9.11 RAB Pembebasan dan Peng. Tanah serta Relokasi Penduduk 5 A4
10 Dokumentasi 2 Album
11 External Memory (500 GB) 1 1 Buah

1.9. Sistematika Pelaporan


Bab 1 Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup yang
berisikan: ruang lingkup wilayah studi, ruang lingkup materi pembahasan dan
keluaran serta landasan hukum Studi Kajian Land Acquisition dan Resettlement
Action Plan (LARAP) Bendungan Rukoh Tiro.
Bab 2 Gambaran Umum Bendungan Rukoh Tiroh
Bab ini membahas gambaran umum Data Teknis Detail Desain Bendungan dan
Data Sosial Ekonomi Budaya Wilayah LARAP Bendungan
Bab 3 Survey, Investigasi dan Identifikasi
Bab ini berisikan Pelaksanaan Koordinasi dengan Instansi Terkait, Survey Sosial
Ekonomi Masyarakat OTD, Inventarisasi Aset dan KK Wilayah Studi LARAP,
Sosialisasi Ke Instansi dan Stakeholder, Survey Kadastral dan Topografi Wilayah
LARAP, dan Survey dan Identifikasi Penyiapan Lahan Resettlement

Bab 1 - 8
LAPORAN UTAMA
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie

Bab 4 Kompilasi Data Dan Analisis Data


Pada bab ini membahas Kompilasi Data Hasil Survey dan Investigasi, Analisis Data
yang berisikan , Analisis Data Survey Sosial Ekonomi Budaya, Analisis Data Aset &
KK Wilayah Studi LARAP, Analisis Peta Topografi (Kadastral) & Resume Analisis
Data
Bab 5 Skenario dan Rekomendasi LARAP
Bab ini berisikan Skenario Penyelesaian Permasalahan LARAP, Penyelesaian Ganti
Rugi Atas Tanah dan atau Benda-benda yang ada diatasnya, penyiapan data
Kepemilikan Tanah, Rekomendasi Penyelesaian Masalah Dengan Metode Skala
Prioritas, Rencana Anggaran Biaya (EE) Pembebasan dan Pengadaan tanah serta
relokasi penduduk serta rekomendasi penyelesaian masalah termasuk hasil
Lokakarya
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi mencakup : (a) maksud dan tujuan
rencana pembangunan bendungan, (b) kesesuaian dengan rencana tata ruang
wilayah dan rencana pembangunan nasional dan daerah; (c) letak tanah, (d) luas
tanah yang dibutuhkan, (e) gambaran umum status tanah, (f) perkiraan waktu
pelaksanaan pengadaan tanah, (g) perkiraan jangka waktu pelaksanaan
pembangunan, (h) perkiraan nilai tanah dan (i) rencana penganggaran

Bab 1 - 9

Anda mungkin juga menyukai