Makalah Eyd
Makalah Eyd
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini
diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu
adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam
sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia.
Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus
mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun
memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini
adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan
Bruneidarussalam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan
baku
2. mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai
dengan EYD
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris
Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang
tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk
pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke
teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang
bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu
sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
2
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada
posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh,
Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka,
Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda
Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
3. Penulisan Kata
Turunan
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata
itu ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi,
dilipatgandakan, sebar luaskan.
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan,
anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila,
ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma,
tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
3
a. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan
pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
2. PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas
melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya
jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca,
berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
4
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau
judul-judul berita.
3. PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan
nama diri berupa gabungan huruf.
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia.
4. PENULISAN ANGKA
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
5
(2) satuan waktu,
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman,
atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman
EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan
kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan
kemudahan.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
6
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran pilihan pendengar.
7
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
5. Tanda Hubung ( - )
Misalnya:
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada ujung baris.
Misalnya:
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
6. Tanda Pisah ( - )
8
a. Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa
emosi yang kuat.
9
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam
naskah asal.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
10
Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,
Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Misalnya: kata2
lebih2
sekali2
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
Misalnya: Ali 'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah)
11
ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemakaian huruf
3. Penulisan kata
B. Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para
pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam
pembuatan suatu karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://yonocuex.blogspot.com/2008/01/makalah-bahasa-indonesia.html
http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html
http://pelitaku.sabda.org/masalah_peribahasa_dan_pelesetan_bahasa
http://polisieyd.blogsome.com/
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/02/khazanah/wisatabahasa.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/07/khazanah/wisatabahasa.htm
13