Anda di halaman 1dari 10

Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi , Jan–Apr 2010, hlm.

43-51 Volume 17,


Nomor 1
ISSN 0854-3844

Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik


BAMBANG SANCOKO1*

1Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Abstract. This research studies the influence of gift remuneration to the services quality of The State Exchequer
Service Office (KPPN) Jakarta I. Remuneration represents one part of the bureaucracy reform programs. KPPN
represents the sample office specified by the Department of Finance to administer public service reform programs. The
research uses quantitative approach and the method of survey. The result of the research indicates that the remuneration
can give motivation to the officers to increase their performance. The achievement is marked by the good performance
service (service excellent). The program of remuneration run by the Department of Finance
can be operated at direct interconnection with other governmental institutions, especially with the public service.

Keywords: bureaucracy reform, remuneration, service quality

PENDAHULUAN pihak terkait yang saling menjaga rahasia dan saling


melindungi (Prasojo, 2006).
Pelayanan publik di Indonesia mempunyai peran Untuk mengatasi masalah pelayanan publik yang
penting bahkan vital pada kehidupan ekonomi dan buruk ini, maka mendesak dilakukan reformasi birokrasi
politik. Pelayanan publik juga merupakan unsur paling dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pemerin-
penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di tah pada masyarakat. Pemerintah telah menyiapkan
dalam masyarakat manapun. Secara ideal, tujuan utama delapan Undang-Undang untuk mengawal pelaksana-an
pemerintah tersebut berada (Saragih, 2006). Mengingat reformasi birokrasi sebagai berikut. (1) Undang-Undang
pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam tentang Kementerian dan Kementerian Negara;
kehidupan ekonomi dan politik. Tetapi, kualitas (2) Undang-Undang tentang Pelayanan Publik; (3)
pelayanan publik sampai saat ini secara umum masih Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan; (4)
belum baik. Buruknya kualitas pe-layanan publik Undang-Undang tentang Etika Penye-lenggara Negara;
menimbulkan krisis kepercayaan di masyarakat terhadap (5) Undang-Undang tentang Kepegawaian Negara; (6)
birokrasi publik. Krisis keper-cayaan ditunjukkan Undang-Undang tentang Badan Layanan Umum/Nirlaba;
dengan munculnya berbagai ben-tuk protes dan (7) Undang-Undang tentang Pengawasan Nasional; (8)
demonstrasi kepada birokrasi baik di tingkat pusat Undang-Undang tentang Tata Hubungan Pemerintah Pu-
maupun di daerah (Dwiyanto, 2006). Pemerintah yang sat dan Daerah. Peraturan perundangan tersebut kemu-
diwakili Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dian dikombinasikan dalam rangka reformasi birokrasi
sendiri mengakui bahwa masyarakat selama ini masih menjadi UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
merasakan prosedur dan mekanisme pelayanan yang dan Kementerian Negara. Saat ini, juga sudah diterbitkan
berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang grand design reformasi birokrasi dalam bentuk Peraturan
akomodatif, dan kurang konsisten sehingga tidak Menpan No.15/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
menjamin kepastian hukum, waktu, dan biaya Birokrasi, yang merupakan cetak biru reformasi hingga
(www.tempointeraktif.com, 2003). Ardin (2007) menilai tahun 2025 (www.menpan.go.id).
kualitas pelayanan kepada masyarakat selama reformasi Reformasi pelayanan publik sendiri merupakan
dirasakan semakin menurun dan buruk ditandai dengan prime mover (penggerak utama) yang dinilai strategis
lamanya waktu pengurusan dan biaya siluman yang untuk memulai pembaharuan praktik governance
semakin tinggi. Lebih memprihatinkan lagi, penyedia (Dwiyanto, 2005). Reformasi pelayanan publik dinilai
pelayanan kepada masyarakat di beberapa instansi sebagai entry point dan penggerak utama karena up-aya
pemerintah secara terang-terangan dan tanpa rasa malu untuk mewujudkan nilai-nilai yang selama ini
meminta sejumlah uang tertentu yang tidak rasional mencirikan praktik governance yang baik dalam pela-
jumlahnya. Kasus korupsi dalam pelayanan publik sudah yanan publik dapat dilakukan secara lebih nyata dan
menjadi praktek sehari-hari di Indonesia dan bahkan mudah. Produk dari pela-yanan publik didalam negara
sudah terlembaga yang melibatkan semua demokrasi paling tidak harus memenuhi tiga indikator,
*Korespondensi: +6281380624300; bambangcoko@yahoo.com yakni responsiveness, responsibility, dan accountabi-
44 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi , Vol. 17, No. 1, Jan—
Apr 2010, hlm. 43-51

Gambar 1. Kerangka Umum Reformasi Birokrasi


Sumber: Peraturan Menpan Nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi

lity (Lenvine, 1990). Konsep kualitas menjadi ukuran pelayanan, yang disediakan sebagai penyelesaian
keberhasilan organisasi bukan saja pada organisasi masalah pelanggan.
bisnis, tetapi juga pada orga-nisasi atau institusi Konsep kualitas menjadi ukuran keberhasilan
peme-rintah sebagai lembaga penyedia pelayanan organi-sasi bukan saja pada organisasi bisnis, tetapi juga
publik (Fitriati, 2010). Pemerintah dituntut untuk pada organisasi atau institusi pemerintah sebagai
senantiasa melakukan survey mengenai keinginan lembaga penyedia pelayanan publik. Pemerintah
dan penilaian masyarakat terhadap pelayanan yang dituntut untuk senantiasa melakukan survei mengenai
diberikan. Ter-lebih, kualitas merupakan bahasan keinginan dan penilaian masyarakat terhadap pelayanan
yang penting dalam penyelenggaraan pelayanan. yang diberikan. Terlebih, kualitas merupakan bahasan
Berkaitan dengan kualitas pelayanan, Gronroos yang penting da-lam penyelenggaraan pelayanan.
(1990) mendefinisikan pelayanan (service) sebagai Negara dan sistem pe-merintahan menjadi tumpuan
suatu aktivitas atau rangkaian aktivitas, terjadi interaksi pelayanan warga negara dalam memperoleh jaminan
dengan seseorang atau mesin secara fisik dan penyedia- atas hak-haknya, karenanya peningkatan kualitas
an kepuasan pelanggan. Pelayanan (service) adalah pelayanan (quality of services) akan menjadi penting
sesuatu manfaat yang bersifat intangible, yang dibayar (Zauhar 2001; Prasojo, Pradana dan Hiqmah, 2006).
langsung atau tidak langsung dan biasanya meliputi Kaitannya dengan kualitas pelayanan, sejumlah ahli
komponen fisik besar atau kecil atau teknikal (Lehtinen menjelaskan konsep ini dengan pengertian yang saling
dan Andressen, tt; Gronroos, 1990). Kotler dan Bloom menguatkan sesuai dengan perspektif yang digunakan
dalam Gronroos (1990) memberi definisi pelayanan untuk menentukan ciri-ciri pelayanan yang spesifik
adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam (Feigenbaum 1986; Lovelock 1994 Bahil dan Gising
suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan 1998, Goetsh dan Davis 1994; Mulyawati 2003, WE.
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu Deming, 1986; Sinambela dkk 2006). Selain itu, ukuran
produk secara fisik. Gronroos (1990) sendiri mem-beri kualitas pelayanan ditentukan oleh banyak faktor yang
definisi pelayanan sebagai suatu aktivitas atau bersifat intangible (tidak nyata/ tidak berwujud) dan
rangkaian aktivitas baik yang sifat intangible-nya memiliki banyak aspek psikologis yang rumit untuk
banyak atau sedikit, berlangsung dalam interaksi antara diukur (Zeithaml, Parasuraman dan Berry, 1990).
pelanggan dan pegawai pelayanan dan/atau sumberdaya
Idealnya pengukuran kualitas pelayanan dilakukan
fisik atau barang dan/atau sistem penyedia
terhadap dua dimensi yang saling terkait
SANCOKO, PENGARUH REMUNERASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PUBLIK 45

Gambar 2. Dimensi SERVQUAL


Sumber: Zeithaml, Parasuraman dan Berry, 1990

Customer
Word-of-Mouth
Personal Needs Past Experience
Communications

Expected Service

Gap 5
Perceived Service

Provider Service Gap 4


External Communications
Delivery
to Customers
Gap 3
Service Quality Spesifications

Gap 1 Gap 2

Management Perceptions
of Customer Expectations

Gambar 3. Model Konseptual dari Kualitas Pelayanan


Sumber: Zeithaml, Parasuraman dan Berry, 1990

dalam proses pelayanan yakni penilaian kepuasan Untuk menilai suatu pelayanan mempunyai kualitas yang
pelanggan, pada dimensi pengguna layanan/pelanggan baik atau tidak, tidak dapat hanya menggunakan standar
(service users) dan penilaian yang dilakukan pada pelayanan yang ada, tetapi diukur berdasarkan persepsi
penyedia pelayanan (service providers). Zeithaml dkk. pelanggan. Pengukuran persepsi kualitas pelayanan dila-
(1990) kemudian mengembangkan service quality gap kukan menggunakan insrumen SERVQUAL terhadap
model kedalam suatu instrumen skala pengukuran 10 dimensi-dimensi pelayanan yang dimiliki. Kualitas pela-
dimensi yang dinamakan SERVQUAL (gambar 2). yanan menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990)
Pada perkembangannya kesepuluh dimensi ini diukur menggunakan insrumen SERVQUAL terhadap lima
kemudian disederhanakan menjadi lima dimensi kualit-as dimensi (gambar 3).
pelayanan (Zeithaml, 1990), yakni: Tangible (Nyata, Kualitas pelayanan publik merupakan hasil inter-aksi
Berwujud), Reliablility (Keandalan), Responsiveness (Cepat dari tiga aspek, yaitu sistem pelayanan yang di-bangun
tanggap), Assurance (Jaminan), dan Emphaty (Em-pati). organisasi penyedia layanan, sumberdaya manusia pem-
Pengukuran kualitas pelayanan dilakukan terhadap dua beri pelayanan, strategi pelayanan, serta pelanggan atau
dimensi yang saling terkait dalam proses pelayanan yak-ni pengguna layanan (Albrecht dan Zemke, 1990) Ketiga
penilaian kepuasan pada dimensi pengguna aspek tersebut saling terkait serta berinteraksi satu de-
layanan/pelanggan (service users) dan penilaian yang ngan yang lainnya dan direkatkan oleh suatu budaya
dilakukan pada penyedia pelayanan (service providers). organisasi yang diarahkan kepada kebutuhan pelanggan.
46 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi , Vol. 17, No. 1, Jan—Apr
2010, hlm. 43-51

Kaitannya dengan penelitian ini, sejumlah peneliti-an Faktor-faktor ini dirumuskan dalam persamaan:
terdahulu mencatat adanya hubungan yang sangat erat Employee performance = f (S, K, M)
antara kompensasi dengan kualitas pelayanan ya-ng Dimana: S = Skill and ability to perform task
diberikan oleh sumber daya manusia pemberi pe-layanan. K = Knowledge of acts, rules, principles,
Radjagukguk (2007) meneliti pengaruh antara program and procedures
modernisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta M = Motivation to perform
Gambir Empat berupa (1) pemberian hadiah ke-pada Organisasi memerlukan orang yang berkompeten
pegawai pajak, (2) kecepatan pelayanan, (3) sikap ramah (memiliki skill dan knoewledge) untuk mendapatkan
dan sopan santun, (4) kemampuan dan penguasaan kontribusi terhadap kinerja. Tetapi orang yang ber-
peraturan, dan penampilan ruang pelayanan yang semakin kompeten tersebut tidak akan memberikan kontribusi
baik dan rapi kualitas pelayanan bagi wajib pajak setelah apapun apabila tidak memiliki motivasi. Oleh karena
diterapkan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem itu, organisasi perlu mencari cara untuk memotivasi
kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kualitas pe- pegawai sehingga bisa menggunakan skill dan know-
layanan. Penelitian lainnya menyimpulkan ada pengaruh ledge untuk membantu organisasi mencapai tuju-
sistem remunerasi dengan penggajian terhadap kualitas annya.
pelayanan (Zalbianis dan Sanusi, 2006). Penelitian senada Berkaitan dengan motivasi, Milkovich dan Neuman
dilakukan Permana (2007) di tiga kota Yogyakarta, Depok, (2002) mendefinisikan sebagai kesediaan seseorang un-
dan Tangerang, yang menemukan bahwa salah satu penye- tuk melakukan beberapa sikap tertentu. DeCenzo dan
bab yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah faktor Robbins (1994) mendefinisikan, motivasi adalah sesuatu
remunerasi yang diterima pegawai. Penelitian-penelitian ini yang didorong oleh kemampuan bertindak untuk meme-
membuktikan adanya pengaruh kompensasi terhadap nuhi kebutuhan. Sementara Werther dan Davis (1996)
kualitas layanan publik. mengatakan, motivasi mengarahkan seseorang untuk
Berkaitan dengan remunerasi atau kompensasi, mengambil tindakan yang disebabkan orang tersebut
Werther dan Davis (1996) mengatakan: “Compensation ingin melakukannya. Sedangkan Mondy dan Noe (1993)
is what employees receive in exchange for their contri- memberi definisi yang lebih luas yaitu motivasi sebagai
bution to the organization”. (Kompensasi adalah apa kesediaan untuk mengusahakan terus menerus dalam
yang diterima para pekerja sebagai balasan/ pertukaran me-ngejar tujuan organisasi.
dari kontribusi yang diberikannya kepada organisasi). Teori-teori yang menjelaskan tentang motivasi ya-ng
Pengertian yang sama disampaikan Handoko (1991) berhubungan dengan remunerasi antara lain adalah
bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima Maslow’s Need Hierarchy Theory (Maslow, 2004);
para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Herzberg’s Two Factor Theory (Herzberg; Milkovich dan
Sedangkan Deluca (1993) menjelaskan: “The sum to-tal Newman, 2002); Expectacy Theory (Vroom; Armstrong dan
of payments, direct and indirect that an employee is Murlis, 2001); Equity Theory (Adams; Milkovich dan
given in exchange for service provided. There may be as Newman, 2002); Reinforcement Theory (Milkovich dan
many as five elements, including: base pay, short-term Newman, 2002); Goal Setting Theory (Latham
incentives, long-term incentives, benefits, and per- & Locke; Milkovich dan Newman, 2002); Agency
quisites.” Theory (Milkovich dan Newman, 2002). Meskipun
Mondy dan Noe (1993) mengatakan: “Compensa- ada pengecualian, secara umum pemberian upah akan
tion refers to every type of reward that individuals re- meng-hasilkan kinerja pegawai dan organisasi yang
ceive in return for their labor”. Senada dengan Mondy lebih baik (Cooke, tt; Milkovich dan Neuman, 2002).
dan Noe, Milkovich dan Newman (2002) memberi Kaitannya remunerasi dan pelayanan, penelitian ini
definisi: “Compensation refers to all forms of financial memfokuskan pada kajian kualitas pelayanan di Depar-
returns and tangible services and benefits employees temen Keuangan. Sebagaimana birokrasi pada umumnya,
receive as part an employemnet relationship”. Sem- kualitas layanan di Departemen Keuangan juga banyak
entara dimensi kompensasi menurut Mondy dan Noe dikeluhkan oleh masyarakat. Padahal Departemen Keua-
(1993) terdiri dari financial dan non financial. Dimensi ngan dinilai sangat strategis karena merupakan lem-baga
financial merupakan reward yang diterima individu atas pemerintah pengelola fiskal negara. Instansi ini me-miliki
tenaga yang diberikan, terdiri dari direct financial dan kantor vertikal yang tersebar di seluruh Indo-nesia dan
indirect financial. Dimensi non financial merupakan bersifat holding type organization, dengan jumlah pegawai
kepuasan yang diterima dari job itu sendiri atau suasana sekitar 60.000 orang. Pemerintah ke-mudian menjadikan
yang mendukung. Departemen Keuangan sebagai salah satu pilot project
Selain faktor kompensasi, kualitas pelayanan atau ki- program reformasi birokrasi. Departemen ini mulai
nerja pegawai pelayanan dipengaruhi juga oleh motivasi melakukan reformasi birokrasi, sesuai dengan Keputusan
pegawai yang bersangkutan. Menurut McCloy, Campbell Menteri Keuangan Nomor
dan Cuedeck dalam Milkovich dan Newman (2002) fakta 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Depar-
membuktikan bahwa kinerja pegawai tergantung pada tiga temen Keuangan dan Nomor 31/KMK.01/2007
faktor utama yaitu skill, knowledge, dan motivation. tentang Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi
SANCOKO, PENGARUH REMUNERASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PUBLIK 47

Gambar 4. Model Analisis Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan


Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
Tabel 1. Operasionalisasi Konsep Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I

Konsep Variabel Kategori Dimensi Indikator


Remunerasi Remunerasi Tidak Layak/ Setuju Finansial 1. Nilai remunerasi dibanding dengan instansi pemerintah lainnya
Sumber : Mondy, Kurang Layak/Setuju 2. Nilai remunerasi dibanding kinerja yang diberikan
Noe (1993: 445), Layak/Setuju 3. Nilai remunerasi dibanding senioritas dalam daftar pegawai
Hasibuan (2007: 122) Sangat Layak/ Setuju 4. Nilai remunerasi dibanding pengalaman yang dimiliki
5. Nilai remunerasi dibanding level (grade yang dimiliki)
6. Nilai remunerasi dibanding potensi yang dimiliki
7. Nilai remunerasi dibanding kebutuhan yang harus dipenuhi
Motivasi Motivasi Tidak Layak/ Setuju Extrinsic - Penilaian pegawai bahwa remunerasi memberi motivasi
Sumber : Armstrong Kurang Layak/ Setuju
dan Murlis (2001: Layak/Setuju
29), Mondy dan Sangat Layak/ Setuju
Noe (1993: 445) dan
Hasibuan (2007: 122)

Pelayanan Kualitas Tidak Baik/ Setuju Tangibles 1. Tersedianya sarana fisik kantor
Sumber : Zeithaml, pelayanan Kurang Baik/ Setuju 2. Kuantitas sarana fisik kantor yang tersedia
Parasuraman dan Baik/Setuju 3. Kemudahan penggunaan sarana kantor
Berry (1990: 25-26) Sangat Baik/ Setuju 4. Kesesuaian sarana kantor dengan perkembangan jaman (modern)
Reliability 1. Pelaksanaan janji/motto
2. Pelaksanaan janji/motto sudah akurat
3. Pelaksanaan janji perbaikan atas saran sebelumnya
Responsiveness 1. Kesigapan melayani pelanggan
2. Kecepatan menanggapi permintaan/pertanyaan
3. Proaktif melayani pelanggan
Assurance 1. Kompetensi pegawai yang memberikan pelayanan
2. Sopan santun pegawai yang memberikan pelayanan
3. Pelayanan bisa dipercaya, amanah dan jujur
4. Pelayanan bisa memberi jaminan pelayanan bebas dari pungutan
Emphaty 1. Kemudahan untuk ditemui atau dihubungi
2. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3. Berusaha untuk mengetahui pelanggan dan kebutuhannya
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
Pusat Departemen Keuangan Tahun Anggaran 2007. resmi. Kualitas layanan KPPN yang buruk ini sudah
Program utama dalam reformasi birokrasi di Depar- menjadi stigma bagi KPPN (Majalah Treasury, 2007). Oleh
temen Keuangan meliputi empat poin, yaitu: (1) pena- karena itu, sejak tanggal 30 Juli 2007, KPPN Jakarta I
taan organisasi dan kelembagaan, (2) perbaikan tata ditetapkan menjadi KPPN Percontohan bersama 18 KPPN
laksana, (3) peningkatan sumber daya manusia, dan lainnya di seluruh Indonesia untuk merepresentasi-kan
(4) pembenahan sistem pengawasan. layanan unggulan di Departemen Keuangan. Instansi ini
Perbaikan sistem remunerasi atau kesejahteraan adalah melayani kantor/instansi pemeintah lain dalam hal
bagian dari manajemen SDM. Proses ini diawali sejak pembayaran tagihan belanja negara guna melaksanakan
rekrutmen, pembinaan karir, hingga pensiun. Karenanya, tugas pemerintahan untuk melayani masyarakat. KPPN
apabila program reformasi berokrasi ini berhasil, maka Percontohan mengemban misi sebagai institusi pelayanan
akan dikembangkan dan diterapkan pola yang sama di yang memenuhi unsur: transparansi, cepat, tepat, dan tanpa
departemen atau lembaga pemerintah lain. biaya. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian
Salah satu instansi yang menjadi melaksanakan ini adalah untuk melihat pengaruh remunerasi terhadap
pelayanan di Departemen Keuangan dalam program refor- kualitas pelayanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
masi birokrasi adalah Kantor Pelayanan Perbendahara-an Negara (KPPN) Jakarta I.
Negara (KPPN) Jakarta I. Layanan di KPPN sering
dikeluhkan oleh para pihak yang menjadi mitra KPPN. METODE PENELITIAN
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik adalah
berbelit-belit, tidak transparan, adanya pungutan tidak Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan
48 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi , Vol. 17, No. 1, Jan—Apr 2010,
hlm. 43-51

Tabel 2. Tanggapan Pegawai KPPN terhadap Remunerasi Tabel 3. Tanggapan Responden terhadap Pelayanan
dan Motivasi
Sebelum dan Sesudah Remunerasi
Remunerasi Motivasi
Mean Standard Deviasi
Valid 44 44 Variabel
N Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Missing 0 0
Pelayanan 2,5814 3,2080 0,52862 0,44799
Mean 2.6919 3.2727 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009

Std. Deviation .46023 .54404 Tabel 4. Tanggapan Responden terhadap Pelayanan Sebelum dan

Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009 Sesudah Remunerasi menurut Lima Dimensi Servqual
Mean Standard Deviasi
Dimensi Pelayanan
jenis penelitian deskriptif (Creswell, 2002) dengan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tangibles 2,3706 3,2088 0,58708 0,47221
populasi seluruh pegawai KPPN Jakarta I, termasuk remunerasi tidak hanya tergantung dari satu faktor saja

Reliability 2,5216 3,1843 0,68900 0,57622


pegawai kantor/satuan kerja instansi pemerintah dan Responsiveness
tetapi juga dipengaruhi faktor lainnya, diantaranya pe-
2,5882 3,1500 0,56656 0,59286
bendahara/staf kantor/satuan kerja instansi pemerin- Assurance
kerjaan itu sendiri, faktor-faktor dari dalam pegawai,
2,7324 3,4265 0,68768 0,51005
tah yang dilayani oleh KPPN Jakarta I. Teknik peng- kebijakan organisasi, dan dunia kerja di luar kantor
Emphaty 2,6794 3,0647 0,54471 0,53226
umpulan data yang digunakan adalah kuesioner de- Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
ngan menggunakan metode sampling insindental ter-
hadap 148 resonden. yang bersangkutan.
Remunerasi merupakan variabel independent Hasil ini memperkuat pendapat Hasibuan (2007)
(X) dan pelayanan merupakan variabel dependent bahwa kompensasi (remunerasi) akan memberikan
(Y). Dalam penelitian ini penulis juga menempatkan motivasi seseorang untuk bekerja dengan baik dan
variabel antara yaitu motivasi. Selanjutnya dalam mendorong berprestasi. Motivasi akan mendorong pe-
melakukan analisis penelitian digambarkan model gawai bekerja dengan baik dan benar sesuai dengan
analisis seperti terlihat pada gambar 4. standar yang telah ditetapkan maupun sesuai dengan
Hipotesis penelitian adalah : harapan pelanggan.
a. Hipotesis Kerja Penelitian ini juga membuktikan bahwa kinerja
“Pemberian remunerasi akan meningkatkan kinerja pegawai tergantung pada tiga faktor utama, salah
pegawai sehingga kualitas pelayanan yang satunya motivation (Milkovich dan Neuman, 2002).
diberikan akan meningkat”. Sementara peneliti lain menyatakan uang merupakan hal
b. Hipotesis Statistik: yang pen-ting bagi seseorang, karena merupakan
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas instrumen dalam pemenuhan sebagian besar kebutuhan
pemberian remunerasi terhadap peningkatan (Armstrong dan Murlis, 2001). Selanjutnya Armstrong
kualitas pelayanan publik di KPPN Jakarta I. dan Murlis menyimpulkan bahwa pembayaran (kom-
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan atas pensasi) dapat memberi motivasi, menggali prestasi, dan
pemberian remunerasi terhadap peningkatan menguatkan perilaku yang diinginkan.
kualitas pelayanan publik di KPPN Jakarta I.
B. Deskripsi Variabel Pelayanan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penilaian berdasarkan lima dimensi
pelayanan ternyata menunjukkan semua dimensi
A. Deskripsi Variabel Remunerasi dan Motivasi pelayanan dira-sakan oleh pelanggan meningkat
Tanggapan pegawai KPPN Jakarta I terhadap setelah dilakukan re-formasi birokrasi (tabel 3).
pemberlakuan remunerasi cenderung baik dengan Semua dimensi pelayanan memiliki nilai lebih dari
nilai mean 2,6919 dengan skala pengukuran 1-4 (lihat 3,0000 berarti pelayanan KPPN Jakarta I baik.
tabel 2). Data ini menunjukkan bahwa pemberian Tanggapan responden sebelum diberlakukan remu-
remunerasi belum sepenuhnya memenuhi harapan nerasi, pelayanan KPPN Jakarta I cukup baik yaitu
res-ponden. 2,5789, sedangkan setelah diberlakukan remunerasi
Remunerasi yang diterima pegawai terbukti dapat pelayanan KPPN Jakarta I meningkat menjadi 3,2062.
memberikan motivasi pegawai di KPPN Jakarta I Nilai yang lebih besar dari 3,0000 menunjukkan bahwa
dengan nilai mean 3,2727. Hasil ini menunjukkan hasil kualitas pelayanan KPPN Jakarta I baik. Peningkatan
nilai kualitas pelayanan sebelum pegawai diberi re-
bahwa program perbaikan remunerasi dalam reformasi
munerasi dengan sesudahnya adalah 0,6166.
birokrasi dapat menciptakan kesiapan organisasi dan
Tabel 4 menunjukkan, nilai kualitas pelayanan
sumber daya manusianya untuk meningkatkan kinerja-
nya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ja- terbesar berada pada dimensi assurance (jaminan). Arti-
waban responden. Sesuai dengan teori remunerasi yang nya, pegawai kantor/satuan kerja instansi pemerin-
telah dibahas sebelumnya bahwa penentuan besarnya tah dan bendahara atau staf kantor atau satuan kerja
in-stansi pemerintah yang dilayani oleh KPPN
Jakarta I.
SANCOKO, PENGARUH REMUNERASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PUBLIK 49

Tabel 5. Uji Korelasi antara Remunerasi dan Motivasi


S_RENUM S_MOTIV
Correlation
Spearman's rho S_RENUM 1.000 .303(*)
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .046
N 44 44
Correlation
S_MOTIV .303(*) 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .046 .
N 44 44
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009
Tabel 6. Uji Beda Perubahan Pelayanan KPPN Jakarta I Sebelum dan Sesudah Remunerasi

PLYN_S - TANG_S – REL_S - RESP_S - ASSUR_S - EMPH_S -


PLYN_B TANG_B REL_B RESP_B ASSUR_B EMPH_B
Z -7.084(a) -7.197(a) -6.398(a) -5.690(a) -6.532(a) -5.303(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2009

Sedangkan nilai kualitas pelayanan terendah pada bahwa ada hubungan yang signifikan antara remunerasi
dimensi emphaty, yaitu dimensi yang berhubungan dengan motivasi tidak ditolak. Karena koofisien korelasi
dengan kepedulian dan perhatian individu dalam or- yang diperoleh positif, maka hal ini berarti bila tanggapan
ganisasi dalam memberikan pelayanan kepada pela- terhadap pemberlakuan remunerasi bertambah baik maka
nggan. Peningkatan terbesar terjadi pada dimensi akan menyebabkan motivasinya bertambah baik.
tang-ible sebesar 0,838, sedangkan terendah Dengan demikian, hipotesis kerja yang menyatakan
dirasakan pada dimensi emphaty sebesar 0,3853. pemberian remunerasi akan meningkatkan kinerja pega-
Apabila dianalisis lebih lanjut, dimensi assurance wai sehingga kualitas pelayanan yang diberikan akan
(jaminan) merupakan dimensi yang terbesar yang meningkat diterima. Jadi, teori yang mengatakan uang
dirasakan pegawai, dibandingkan dimensi tangible, merupakan sumber motivasi sehingga karyawan akan
reliability, responsiveness, dan emphaty (Zeithamal, dkk bekerja dengan baik terbukti. Berkaitan dengan hal ini,
1990). Hal ini berarti pengetahuan pegawai serta Handoko (1992) menyatakan bahwa bagi ma-yoritas
kemampuan mereka dalam menyampaikan kepercayaan karyawan, uang masih tetap merupakan mo-tivasi kuat –
dan keyakinan kepada pelanggan, lebih dirasakan oleh atau bahkan paling kuat.
pelanggan dibandingkan dengan peningkatan kualitas Analisis pengaruh pemberlakuan reformasi remune-
pegawai yang memberikan pelayanan. Pelanggan le-bih rasi terhadap pelayanan dilakukan dengan melihat ada
merasakan adanya jaminan dibanding dimensi non fisik tidaknya perubahan nilai pelayanan sebelum dilakukan
dalam pelayanan. remunerasi dengan sesudah dilakukan remunerasi. An-
alisis untuk tujuan tersebut dilakukan dengan analisis
C. Analisis Variabel nonparametric menggunakan uji Wilcoxon. Uji ini
Analisis hubungan antara remunerasi dengan dilakukan karena data pada penelitian ini ternyata tidak
moti-vasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya berdistribusi normal. Analisis ini melibatkan dua
korelasi antara variabel remunerasi dengan motivasi. pengukuran pada subjek yang sama terhadap su-atu
Analisis untuk tujuan tersebut dilakukan dengan pengaruh atau perlakuan tertentu yaitu Kualitas
analisis non-parametric menggunakan uji rank Pelayanan sebelum diberlakukannya remunerasi dan
spearmens. Hal ini dimungkinkan karena data sesudah diberlakukannya remunerasi. Uji Wilcox-on
remunerasi dan motivasi bersifat ordinal. Adapun merupakan penyempurnaan uji Sign, tetapi memp-
hasil output analisis yang dilakukan dengan SPSS erhatikan besarnya perbedaan perlakuan. Adapun hasil
adalah sebagaimana tabel 5 berikut. output analisis yang dilakukan dengan SPSS adalah
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai koefisien kore- sebagai berikut.
lasi sebesar 0,303 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar Tabel 6 menunjukkan variabel pelayanan dimen-
0,046. Korelasi antara dua variabel dianggap signifikan sinya nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000. Perubahan
apabila nilainya 0.05 atau kurang. Karena nilai sig. (2- dinyatakan signifikan apabila nilai nilai asymp. Sig (2-
tailed) kurang dari 0,05 maka H0 yang menyatakan tidak tiled) sama dengan 0,05 atau kurang. Karena nilai
ada hubungan yang signifikan antara remunerasi dan asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
motivasi ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan maka H0 yang menyatakan tidak terdapat
50 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi , Vol. 17, No. 1, Jan—Apr
2010, hlm. 43-51

perubahan nilai sebelum dilakukan remunerasi dengan serta saran saat melayani.
sesudah dilakukan remunerasi ditolak. Sedangkan H a Berdasarkan hasil ini dan hasil deskripsi variabel
yang menyatakan ada perubahan nilai sebelum pelayanan dan dimensinya seperti yang sudah ditera-
dilakukan remunerasi dengan sesudah dilakukan re- ngkan sebelumnya maka terlihat bahwa. Pertama,
munerasi tidak ditolak sehingga secara signifikan terdapat per-ubahan signifikan dari pelayanan sebelum
bahwa pelayanan dan semua dimensinya mengalami diberlakukan remunerasi dengan sesudah diberlakukan
perubahan antara sebelum dilakukan remunerasi remunerasi.Kedua, ada perubahan signifikan dari di-
deng-an sesudah dilakukan remunerasi. mensi pelayanan Tangibles sebelum diberlakukan re-
Pada dimensi tangibles, kualitas pelayanan munerasi dengan sesudah diberlakukan remunerasi.
menda-patkan nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 Ketiga, terdapat per-ubahan signifikan dari dimensi
lebih kecil dari 0,05 maka dapat diartikan terdapat pelayanan Realibility sebelum diberlakukan remunerasi
perubahan yang signifikan. Hal ini ditunjang oleh dengan sesudah diberlakukan remunerasi. Keempat, ada
adanya ruang tunggu yang nyaman, jumlah pegawai perubahan signifikan dari dimensi pelayanan
yang melayani memadai, dan pegawai yang melayani responsiveness sebelum diberlakukan remunerasi
berpenampilan menarik. Dari segi penyediaan dengan sesudah diberlakukan remunerasi. Kelima,
informasi untuk me-mantau proses penyelesaian terdapat perubahan signifikan dari dimensi pelayanan
pelayanan 49,5% res-ponden menilai baik dan bahkan assurance sebelum diberlakukan remu-nerasi dengan
43,5% responden menilai sangat baik. sesudah diberlakukan remunerasi. Keenam, terdapat
Pada dimensi reliability, kualitas pelayanan men- perubahan signifikan dari dimensi pelayanan Emphaty
dapatkan nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 lebih se-belum diberlakukan remunerasi dengan sesudah
kecil dari 0,05 maka dapat juga diartikan terdapat per- diberlakukan remunerasi.
ubahan yang signifikan. Penilaian ini didasarkan pada Dengan demikian, dari hasil penelitian ini hipotesis
pemenuhan janji/motto pelayanan, janji/motto sudah kerja yang menyatakan “Pemberian remunerasi akan
sesuai dengan harapan responden, dan adanya meningkatkan kinerja pegawai sehingga kualitas pela-yanan
perbaikan atas usul yang diberikan responden. yang diberikan akan meningkat” dinyatakan tidak ditolak.
Pada dimensi responsiveness, kualitas pelayanan Demikian pula dengan hipotesis statistik Ha yang
mendapatkan nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan atas
lebih kecil dari 0,05 maka dapat juga diartikan terda- pemberian remunerasi terhadap pe-ningkatan kuali-tas
pat perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pelayanan publik di KPPN Jak-arta I dinyatakan tidak
responden memberikan penilaian baik terhadap aspek ditolak. Sedangkan Ho yang menyatakan bahwa tidak
kesigapan pegawai KPPN untuk melayani, cepat-nya terdapat pengaruh yang signifikan atas pemberian
menanggapi pertanyaan, proaktif melayani, dan remunerasi terhadap pe-ningkatan kualitas pelayanan publik
meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. di KPPN Jakarta I dinyatakan ditolak.
Pada dimensi assurance, kualitas pelayanan men-
dapatkan nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 lebih KESIMPULAN
kecil dari 0,05 maka hal ini juga berarti ter-dapat
perubahan yang signifikan. Hal ini merupakan hasil Dari rangkaian kegiatan penelitian yang telah dila-
penilaian responden terhadap pegawai yang kukan maka dapat ditarik kesimpulan pemberlakuan
berkompeten dalam melayani, sopan, bisa dipercaya, remunerasi mempunyai pengaruh yang signifikan ter-hadap
amanah, dan jujur. Penilaian responden juga me-liputi kualitas pelayanan pegawai KPPN Jakarta I yang dirasakan
faktor pelayanan yang bebas dari pungutan liar yang pelanggan. Penilaian kualitas pelayanan KPPN Jakarta I
dinyatakan dengan sangat baik (65,9%) dan baik yang paling besar peningkatannya dirasakan oleh pelanggan
(31,8%). Hal ini merupakan salah satu bukti adalah dimensi tangibles yang berhubungan dengan sarana
keberhasilan reformasi birokrasi yang mampu dan prasarana. Dimensi ini merupakan dimensi atas faktor
merubah stigma birokrasi yang sarat dengan pungutan yang tam-pak di mata pelanggan (fisik). Sementara dimensi
liar. Pelayanan yang bebas pungutan liar ini menjadi reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty yang
prestasi yang sering disebutkan Menteri Keuangan di berhubungan dengan SDM lebih rendah peningkatannya
berbagai forum. dibanding dimensi tangibles. Empat dimensi pelayanan
Pada dimensi emphaty, kualitas pelayanan men- yang terakhir pelaksanaannya tergantung pada faktor
dapatkan nilai asymp. Sig (2-tiled) sebesar 0,000 lebih manusia. Penilaian paling rendah dirasakan oleh pelanggan
kecil dari 0,05 maka hal ini juga berarti terdapat adalah peningkatan pelayanan pada dimensi emphaty
perubahan yang signifikan. Dalam dimensi ini res-
ponden menilai baik terhadap faktor kemudahan
DAFTAR PUSTAKA
menghubungi atau menemui pegawai yang melayani,
pegawai melayani dengan bahasa yang digunakan mudah
Ardin, Isa Sofyan. 2007. Kualitas Pelayanan Malah Buruk, http:www.
dipahami, pegawai yang melayani menanyakan
keperluan dari responden, dan pegawai meminta kritik kompas.com, 23 November.
SANCOKO, PENGARUH REMUNERASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PUBLIK 51

Armstrong, Michael & Murlis, Helen. 2001. The Art of HRD : Saragih, Ferdinand D. 2006. Menciptakan Pelayanan Publik yang Prima
Reward Management, Crest Publishing House, New Delhi. Melalui Metode Benchmarking Praktis. Jurnal Ilmu Administrasi
Deluca, Matthew J. 1990. Handbook of Compensation dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol.14, No.3 (September).
Management, Prentice Hall, Inc., New Jersey. Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
Dwiyanto, Agus, dkk. 2006. Reformasi Birokrasi Publik Di Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Tamin, Faisal dalam Seminar Nasional “Menuju terciptanya single
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. identity number” di Hotel Indonesia, Senin, 13 Oktober 2003.
G.T. Milkovich, J.M. Newman. 2002. Compensation, Seventh Edition. Werther, William B & Davis, Keith. 1996. Human Resources and
Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc. Personel Management, Boston: McGraw Hill, Inc.
Gronroos, Christian. 1990. Service Management and Marketing. Zalbianis & Rossi Sanusi.2006. Hubungan Besar Sisa Gaji yang
Toronto: Lexington Books. Dibawa Pulang dan Komitmen Organisasi Dengan
Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Ketidakhadiran Karyawan di Dinas Kesehatan Propinsi Jambi,
Yogyakarta: Kanisius. Working Paper Series No. 13 November, KMPK Universitas
Lenvine, Charless H., dkk. 1990. Public Administration: Calenges, Gajah Mada, Yogyakarta.
Choices, Consequences. Illions: Scott Foreman. Zauhar, Soesilo. 2001. Administrasi Pelayanan Publik: Sebuah
Mondy, R. Wayne & Noe III, Robert M. 1992. Human Resource Perbincangna Awal. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Jurusan
Management Fifth Edition.. USA: Allyn and Bacon. Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi
Parasuraman, A, Berry, L.L, Zeithaml, V.A. 1990. Refinement and Universitas Brawijaya, Vol.1, No.2 (Maret).
reassessment of the SERVQUAL scale. Journal of Retailing, Zeithaml, Valerie A, A. Parasuraman and Leonard L. Berry. 1990.
Vol. 67 No.4. Delivering Quality Service, Balancing Customer Perception
Prasojo, Eko. 2006. Reformasi Birokrasi di Indonesia: Beberapa and Expectations. USA: The Press.
Catatan Kritis. Jurnal Ilmu Admnistrasi dan Organisasi, Bisnis ____, Mary Jo Bitner. 1996. Service Marketing. New York:
& Birokrasi, Volume 14, Nomor 1 (Januari). McGraw - Hill Companies, Inc.
Radjagukguk, Angela Meilani. 2007. Analisis Kompensasi, Kode ____. 1988. Consumer Perceptions of price, Quality, and Value: A
Etik dan Kualitas Pelayanan di KPP Pratama Jakarta Gambir Mean-End Model & Synthesis of Evidence. Journal of
IV FISIP UI. Marketing, Vol.52.

Anda mungkin juga menyukai