Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II
LAJU INVERSI GULA
Disusun oleh:

Nama : M. Irvan Maulana


NIM : H13112024
Kelompok : III (Tiga)
Tanggal Praktikum :
Asisten : Sony Fajar Jayadi dan Yulia Sartika
Anggota kelompok : 1. Annisa Anugraini
2. Cynthia Adila Arief
3. Desi Noviar
4. Junaini
5. Nurhayatun Nafsiyah
6. Maysarah
7. Sulistiana Ulfah
8. Tiara Mega
9. Tjhia Fu Min

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK

LAJU INVERSI GULA

Telah dilakukan percobaan mengenai laju inversi gula dengan tujuan menentukan
tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisa oleh ion hidrogen, dimana
digunakan sukrosa yang kemudian ditambahkan dengan larutan asam klorida sambil
diaduk dengan variasi waktu tertentu. Kemudian dihetikan reaksi dengan
ditambahkan larutan kalium hidroksida dan reagen seliwanof untuk mengidentifikasi
adanya fruktosa dan glukosa dalam sampel. Setelah itu dilakukan pengukuran
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dan ditentukan nilai k berdasarkan
hasil tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan panjang gelombang maksimum
sebesar 315 nm dengan absorbansi pada variasi waktu yaitu 0, 15 , 30, 45, dan 60
menit masing-masing sebesar 2,122; 2,101; 2,016; 2,096; dan 2,7; dan nilai k sebesar
−0.0031.

Kata Kunci: Laju inverse gula, laju reaksi, reagen seliwanof


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Kimia dan Laju Reaksi


Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisik yang mempelajari tentang
kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi tersebut. Reaksi-reaksi kimia
yang ada berjalan sangat cepat, lambat dan sangat lambat. Pengertian kecepatan
reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan keseluruhan dari suatu reaksi
yang terjadi (Sastrohamidjojo, 2001).

Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk
dalam satuan waktu. Laju reaksi dapat di nyatakan sebagai laju bekurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya produk (Petruci, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah (Keenan, dkk, 1984):

a. Konsentrasi pereaksi
Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukkan yang terjadi akan semakin
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
b. Suhu
Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung di naikkan, maka menyebabkan
partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukkan yng terjadi semakin banyak dan
menyebabkan laju reaksi semakin cepat atau besar.
c. Tekanan
Banyak reaksi melibatkan reaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu
jika di pengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
d. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reksi pada suhu tertentu tanpa
mengalami perubahan dari reaksi yang terjadi.
2.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi hanya
oleh sistem kimia sevagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. Analisa
spektrofotometri menggunakan sumber radiasi yang menjorok ke dalam UV
spektrum (Day dan Underwood, 1999).

Spektrofotometer menghasilkan sinar spectrum dengan panjang gelombang


tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intesitas cahaya yang ditransmisikan atau
diadsorpsi. Pada spektrofotometer, panjamg gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma (Khopkar,2002).

2.3 Reagen Seliwanof


Katalis asam merupakan katalis homogeny yaitu katalis yang mempunyai fasa
yang sama dengan fasa reaktan atau pereaksi dalam larutan. Ketika larutan fruktosa
direaksikan dengan asam klorida dan reagen seliwanof serta dilakukan pemanasan,
maka akan terjadi perubahan warna yang semula tanpa warna menjadi berwarna
(Syukri, 1999).
Reagen seliwanof adalah reagen yang digunakan untuk menandai atau
mengidentifikasi adanya fruktosa dalam larutan. Reagen seliwanof dibuat dengan
mereaksikan resinol yang dilarutkan dalam asam klorida dan akuades. Pembuatan
lareagen ini dilakukan dengan cepat dan segera karena sifat reagen ini mudah
teroksidasi dengan udara (Daintith, 1994; Mulyono, 2006).

2.4 Laju Inversi Gula


Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisa sukrosa menjadi fruktosa dan
sukrosa. Inversi gula ini terjadi saat sukrosa dihidrolisis dengan bantuan asam.
Sukrosa atau yang lebih dikenal gula tebu dapat terhidrolisis dengan bantuan asam
atau enzim menghasilkan fruktosa dan glukosa yang sama banyak jumlahnya
(Sastrohamidjojo, 2001; Keenan dkk, 1984).
Gula invert adalah gula yang mengandung glukosa dan fruktosa dalam jumlah
yang sama banyak digunakan dalam industri pangan dan farmasi. Dalam industri
pangan gula invert digunakan sebagai pemanis, pemberi aroma dan pengawet olahan
pangan. Sedangkan dalam industri farmasi, gula invert digunakan sebagai pemanis
pada obat bentuk sirup (Razak et al, 2012).

2.5 Analisa Bahan


2.5.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, tidak berwarna, netral,
temperature stabil pada titik beku, melarutkan banya elektrolit, membeku pada
suhu 0oC dan mendidih pada suhu 100oC (Kusuma, 1983).
2.5.2 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida memiliki titik leleh 114,8o C, titik didih -85o C. HCl adalah gas
tak berwarna dan berbau merangsang, berbahaya bila kontak dengan mata dan kulit
(Rivai, 1994).

2.5.3 Gula Sukrosa (C12H22O11)


Larutan gula sukrosa adalah senyawa yang memiliki rumus molekul
C12H22O11. Sekrosa memiliki Mr 342,30 gr/mol, kerapatan 1,587 g/cm3, titik lebur
1860C dan berbentuk kristal (padat) (Basri, 2003).
2.5.4 Kalium Hidroksida (KOH)

Kalium hidrosksida merupakan padatan putih yang tak berbau. KOH memiliki
titik didih 1389oC dan titik lebur 360oC (Daintith, 1994).

2.5.5 Reagen Seliwanof

Reagen seliwanof adalah reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi


adanya fruktosa dalam larutan (Daintith, 1994).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Waktu Sukrosa HCl KOH Perubahan warna Absorbansi
(s) (ml) (ml) (ml)
0 10 10 10 Kuning pucat 2,122
900 10 10 10 Kuning pucat 2,101
1800 10 10 10 Kuning pucat 2,016
2700 10 10 10 Kuning pucat 2,096
3600 10 10 10 Kuning pucat 2,7

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Prosedur

Percobaan ini dimulai dengan dibuatnya larutan sukrosa, diamana sebanyak


50 gram sukrosa dilarutkan dalam 100 ml air. Campuran ini diaduk untuk
memperbesar atau tumbukan yang terjadi antara partikel zat terlarut sehingga mampu
meninggkatkan laju reaksi yang terjadi. Selanjutnya dibuat larutan asam klorida 1 M
dengan mengencerkan 8,29 ml HCl 12,063 M dalam akuades dan ditepatkan hingga
100 ml. Dibuat pula larutan KOH dengan melarutkan 5,6 gram padatan kalium
hidroksida dalam akuades dan ditepatkan hingga 100 ml. Pada saat KOH dilarutkan
dalam akuades, larutan berasa panas. Hal ini menunjukan bahwa reaksi berjalan
dengan melepaskan kalor atau biasa disebut sebagai reaksi eksoterm.
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati pengaruh variasi waktu terhadap
laju reaksi inversi sukrosa, yang mana sukrosa yang digunakan dilarutkan dengan
akuades, dilakukannya pelarutan ini menyebabkan kemampuan dextrorotary pada
sukrosa berkurang, sehingga menyebabkan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Hidrolosis dengan menggunakan air berjalan dengan lambat, untuk
mempercepat reaksi maka ditambahkan dengan katalis. Katalis merupakan zat yang
mempengaruhi kecepatan reaksi tanpa mengalami perubahan secara kimia pada akhir reaksi. Katalis
bekerja dengan jalan menurunkan energi aktivasi sehingga mengubah mekanisme reaksinya. Energi
aktivasi yang rendah tentu saja akan mempercepat proses pembentukan produk. Katalis yang
digunakan adalah asam klorida (HCl). Asam klorida digunakan karena glukosa dan
fruktosa setabil dalam suasana asam dan kurang srabil dalam suasana basa.

Peristiwa larutan sukrosa yang dihidrolisis dengan asam ini dikenal sebagai
inversi gula. Sukrosa merupakan zat optik aktif yang memutar bidang polarisasi
cahaya kearah kanan (dextrorotary), yang sifatnya akan berkurang bila sukrosa
dilarutkan dalam air, dan akhirnya bidang polarisasi cahaya sedikit berputar ke kiri
(fessenden dan Fessenden, 1994). Lamanya proses hidrolisis sukrosa ini
divariasiakan. Pada erlenmeyer 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut selama selama 0, 15, 30,
45 dan 60 menit. Tujuan dilakukannya variasi waktu hidrolisis adalah untuk
membandingkan terhadap masing-masing sampel hasil hidrolisisnya, dengan harapan
semakin lama waktu hidrolisisnya, maka akan semakin banyak fruktosa yang
terbentuk. Selain itu juga ditujukan untuk memperoleh variasi data pembanding
sehingga data yang diperoleh memiliki presisi dan akurasi yang baik. Adapun reaksi
hidrolisis sukrosa adalah sebagai berikut:

Gambar 4 1. Reaksi hidrolisis sukrosa


Larutan yang telah dihidrolisis sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
ditambahkan kalium hidroksida yang bertujuan untuk menghentikan kerja katalis HCl
dengan membentuk garam KCl yang mana tidak menggangu H+ dan OH-. Sukrosa
terhidrolis ini kemudian dengan reagen seliwanoff. Reagen seliwanoff merupakan
reagen spesifik yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan adanya sukrosa dan
fruktosa. Oleh sebab itu dalam percobaan ini tidak digunakan reagen lain misalnya
burnowf. Reagen ini bersifat umum untuk mendeteksi keberadaan karbohidrat dan
tidak spesifik seperti reagen seliwanoff. Pada saat ditambahan dengan reagen,
masing-masing larutan memiliki intensitas warna merah bata yang berbeda. Warna
merah bata yang dihasilkan disebabkan karena reagen seliwanoff membentuk
senyawa kompleks dengan gula terhidrolisis. Penambahan reagen juga dilakukan
secara berlebihan dengan tujuannya adalah untuk memperlihatkan konsentrasi
sukrosa yang terhidrolisis dengan adanya variasi waktu. Semakin lama waktu
hidrolisis, maka akan semakin pekat warna yang dihasilkan (bening menjadi merah
bata). Adapun reaksi antara reagen seliwanoff dengan sukrosa adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Reaksi reagen saliwanoff dengan sukrosa

Percobaan selanjutnya adalah mengukur absorbansi dari larutan sukrosa


terhidrolisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-
Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar
tampak. Spektrofotometer UV/VIS merupakan alat yang digunakan untuk menggukur
transmitan, reflektansi, adsorbansi, sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang.
Spektrofotometer ultra violet yang dipakai untuk aplikasi kuantitatif menggunakan
radiasi dengan panjang gelombang 200-780 nm. Molekul yang dapat memberikan
absorbsi yang bermakna pada panjang gelombang 200-780 nm adalah molekul-
molekul yang mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom. Prinsip kerja
spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber
sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor
yang kemudian menyampaikan ke layar pada spektrofotometer.

4.2.2 Analisis Hasil


Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrsi
zat dengan kecepatan reaksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan atau
laju reaksi adalah konsentrasi. Percoabaan ini ditujukan untuk menentukan tetapan
laju reaksi orde pertama dengan variasi konsentrasi. Nilai konsentrasi ini diukur
berdasarkan besarnya absorbansi sukrosa terhidrolisis dengan menggunakan
spektrofotometer.

Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang


mempelajari interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa
hamburan, absorpsi, emisi. Pada analisis ini ditentukan besarnya absorbansi larutan
terhadap fungsi panjang gelombang.

Berdasarkan analisis spetrofotometri, besarnya absorbansi sukrosa terhidrolis


di ukur pada panjang gelombang maksimum. Hal ini dilakukan karena pada panjang
gelombang maksimum, besarnya konsentrasi dari larutan dianggap paling besar.
Untuk itu perlu dilakukan scaning pada larutan yang memiliki waktu hidrolisis paling
lama. Pengukuran ini dilakukan pada rentang panjang gelombang 400-600 nm
dengan jarak pengukuran 5 nm. Dari hasil pengukuran diperoleh besarnya absorbansi
maksimum pada panjang gelombang 355 nm dengan absobansi 2.994. Besarnya
absorbansi larutan pada gelombang maksimum dapat dilihat pada tabel 1.

[A]
Tabel 1. Hubungan ln [A] terhadap t (waktu)
0

X (t) menit Absorbansi [A] A


Y (ln A )
o
[A]0
0 2,122 1 0
15 2,101 0.99 -0.01
30 2,016 0.95 -0.05
45 2,096 0.98 -0.02
60 2,7 1.27 0.24

Berdasarkan teori yang ada diketahui bahwa besarnya absorbansi sebanding


dengan lamanya waktu hidrolisis sukrosa. Semakin lama waktu hidrolisis, maka akan
semakin besar konsentrasinya. Peningkatan konsentrasi ini ditunjukan dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah bata. Hal ini sesuai dengan
hukum Lambert-Beer, dimana konsentrasi akan berbanding lurus dengan besarnya
absorbansi. Namun berdasaran percobaan yang telah dilakukan peningktan
konsentrasi tidak sebanding dengan besarnya absorbansi. Dari tabel diatas, besarnya
absorbansi cenderung naik turun. Kesalahan ini dapat disebabkan karena waktu
hidrolisis ataupun volume hidrolisis yang kurang tepat, atau dapat disebabkan karena
kesalahan prosedur lainnya. Kesalahan ini tentu saja akan mempengaruhi data secara
keseluruhan sehingga grafik yang digunakan untuk menentukan konstanta distribusi
larutan tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan literatur yang ada, grafik yang terbentuk adalah berupa garis linier yang
[A]
menunjukan bahwa waktu (t) berbanding lurus dengan ln [A] . Namun dari hasil
0

percobaan, kurva yang diperoleh tidak tepat linier.. Hal ini disebabkan karena adanya
kesalahan prosedural. Dari grafik diperoleh y = 0.0031x – 0.062. dengan regresi R² =
0,3982. Dengan demikian orde reaksi satu pada larutan tidak dapat dibuktikan. Hal ini
disebabkan karena diperoleh kurva yang tidak linier.
PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan HCl 1 M

Dik. M1 = 1 M
V1 = 100 ml
M2 = 12, 063 M
Dit. V2 = ?
Jawab: M1 × V1 = M2 × V2
M1 × V1
V2 =
M2
1 M × 100 ml
V2 =
12, 063 M
V2 = 8,29 mL

2. Pembuatan Larutan KOH 1 M


Dik. M=1M
V = 100 ml
Mr KOH = 56,1056 g/mol
Dit. massa = ?
massa 1000
Jawab: M = ×
Mr V
M × Mr × V
massa =
1000
g
1 M × 56,1056 × 100 ml
massa = mol
1000
massa = 5,6 g

3. Konsentrasi Sukrosa
Dik. m = 50 g
V = 100 ml
Mr sukrosa = 342,30 g/mol
Dit. M=?
massa 1000
Jawab: M = ×
Mr V

50 g 1000
M= g × 100 ml
342,30
mol
M = 1.46 M

4. Penentuan Konstanta Laju Reaksi


a. T = 0 menit, A = 2.122 A˳ = 2.122
[A]
ln = −kt
[Ao ]
[A] 2.122
= =1
[Ao ] 2.122
[A]
ln = ln 1
[Ao ]
[A]
ln =0
[Ao ]
b. T = 15 menit, A = 2.101 A˳ =2.122
[A]
ln = −kt
[Ao ]
[A] 2.101
= = 0.99
[Ao ] 2.122
[A]
ln = ln 0.99
[Ao ]
[A]
ln = −0.01
[Ao ]
c. T = 30 menit, A = 2.016 A˳ = 2.122
[A]
ln = −kt
[Ao ]
[A] 2.016
= = 0.95
[Ao ] 2.122
[A]
ln = ln 0.95
[Ao ]
[A]
ln = −0.05
[Ao ]
d. T = 45 menit, A = 2.096 A˳ = 2.122
[A]
ln = −kt
[Ao ]
[A] 2.096
= = 0.98
[Ao ] 2.122
[A]
ln = ln 0.98
[Ao ]
[A]
ln = −0.02
[Ao ]
e. T = 60 menit, A = 2.7 A˳ = 2.122
[A]
ln = −kt
[Ao ]
[A] 2.7
= = 1.27
[Ao ] 2.122
[A]
ln = ln 1.27
[Ao ]
[A]
ln = 0.24
[Ao ]
[A]
Tabel 1. Hubungan ln [A] terhadap t (waktu)
0

X (t) menit [A] A


Y (ln A )
o
[A]0
0 1 0
15 0.99 -0.01
30 0.95 -0.05
45 0.98 -0.02
60 1.27 0.24

Y-Values
0.3

0.25

0.2

0.15 y = 0.0031x - 0.062


Axis Title

0.1 R² = 0.3982 Y-Values


Linear (Y-Values)
0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.05

-0.1
Axis Title

[A]
ln = −k t
[A]0
y = mx + c
y = 0.0031x – 0.062
m = −k = −0.0031
k = 0.0031
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta.


Daintith, J. 1994. Oxford: Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Fairus, S; Haryono; Miranthi, A dan Aprianto, A. 2010. Pengaruh Konsentrasi HCl


dan Waktu Hidrolisis Terhadap Perolehan Glukosa Yang Dihasilkan Dari
Pati Biji Nangka. ISSN 1693-4393.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Keenan, C.W; Kleinfelter, D.C; dan Underwood, J.S. 1984. Kimia untuk Universitas.
Erlangga: Jakarta.

Khopkar, S.M. 2004. Pengantar Kimia Analitik. Erlangga. Jakarta.

Kusuma, S. 1983. Pengetahuan Bahan-Bahan. Erlangga. Jakarta.

Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Bumi Aksara. Jakarta.

Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar. erlangga. Jakarta.


Razak, A.R; Ketut, N.S dan Rahmat, B. 2012. Optimasi Hidrolisis Sukrosa
Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Sciense.
Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako. Palu.
Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Erlangga. Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2010. Kimia Dasar. UGM-Press. Yogyakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung.


BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk,
botol semprot, bulb, erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, labu ukur, pipet ukur,
spatula, stopwatch dan spektofotometer.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades,
asam klorida, kalium hidroksida, sukrosa dan reagen selliwanof.

3.2 Prosedur Kerja


Gula
Ditimbang 50 gr
Dilarutkan dalam 100 mL air suling
Dilakukan penyaringan bila larutan tidak jenuh
Diambil 25 mL
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan larutan asam klorida dan dijalankan stopwatch
Diaduk larutan sampai merata
Dihentikan reaksi dengan menambah basa.
Ditambah pereaksi reagen seliwanof
Larutan gula + HCl + basa + pereaksi seliwanof
Diukur absorbansi dengan spektrofotometer
Sesudah periode 120 menit, dipanaskan selama 20 menit
Didinginkan kembali dan dilakukan pengukuran lagi
Dicatat yang terakhir ini sebagai pengukuran pada t tak hingga
Hasil produk
3.3 Rangkaian Alat

Gambar 3.3.1 spektrofotometer


Keterangan gambar:
1. Tempat kuvet
7. Tombol untuk mencetak
2. Display digital
8. pengatur panjang gelombang
3. mode indikator
9. pengatur transmitan/absorbansi
4. Mode pilihan
10. Tombol power/ pengator nol
5. Tombol pengurangan
11. pengatur filter
6. Tombol untuk scaning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat. Di Indonesia
kebutuhan gula masyarakat dipenuhi oleh produsen lokal dan produsen luar negeri.
Selama ini masyarakat mengenal bahwa gula merupakan hasil pengolahan dari batang
tebu. Hidrolisis pati yang berasal dari bagian tumbuhan lain misalnya biji nangka
dapat dihasilkan gula. Gula yang dihasilkan dari proses hidrolisa tersebut disebut
sirup glukosa (Fairus, et al, 2010).
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan tetapan laju orde pertama dan
mempelajari katalisa oleh ion hidrogen pada larutan gula tersebut yaitu sukrosa serta
dilakukan identifikasi adanya glukosa dan fruktosa yang ditambahkan dengan suatu
reagen yang disebut reagen seliwanof.

1.2 Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan tetapan laju reaksi orde pertama,
yaitu pada reaksi hidrolisis larutan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa yang
ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Dimana, dengan
mengukur absorbansi larutan pada tiap satuan waktu tertentu. Reaksi hidrolisis ini
dipercepat dengan bantuan katalis ion hidrogen dari suatu asam. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
C12H22O11 + H2O H+ C6H12O6 + C6H12O6
Sukrosa glukosa fruktosa

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan tetapan laju reaksi orde pertama
dan mempelajari katalisa oleh ion hidrogen [H+ ].

Anda mungkin juga menyukai