Laju Inversi Gula
Laju Inversi Gula
KIMIA FISIKA II
LAJU INVERSI GULA
Disusun oleh:
Telah dilakukan percobaan mengenai laju inversi gula dengan tujuan menentukan
tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisa oleh ion hidrogen, dimana
digunakan sukrosa yang kemudian ditambahkan dengan larutan asam klorida sambil
diaduk dengan variasi waktu tertentu. Kemudian dihetikan reaksi dengan
ditambahkan larutan kalium hidroksida dan reagen seliwanof untuk mengidentifikasi
adanya fruktosa dan glukosa dalam sampel. Setelah itu dilakukan pengukuran
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dan ditentukan nilai k berdasarkan
hasil tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan panjang gelombang maksimum
sebesar 315 nm dengan absorbansi pada variasi waktu yaitu 0, 15 , 30, 45, dan 60
menit masing-masing sebesar 2,122; 2,101; 2,016; 2,096; dan 2,7; dan nilai k sebesar
−0.0031.
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk
dalam satuan waktu. Laju reaksi dapat di nyatakan sebagai laju bekurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya produk (Petruci, 1993).
a. Konsentrasi pereaksi
Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukkan yang terjadi akan semakin
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
b. Suhu
Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung di naikkan, maka menyebabkan
partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukkan yng terjadi semakin banyak dan
menyebabkan laju reaksi semakin cepat atau besar.
c. Tekanan
Banyak reaksi melibatkan reaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu
jika di pengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
d. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reksi pada suhu tertentu tanpa
mengalami perubahan dari reaksi yang terjadi.
2.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi hanya
oleh sistem kimia sevagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. Analisa
spektrofotometri menggunakan sumber radiasi yang menjorok ke dalam UV
spektrum (Day dan Underwood, 1999).
Asam klorida memiliki titik leleh 114,8o C, titik didih -85o C. HCl adalah gas
tak berwarna dan berbau merangsang, berbahaya bila kontak dengan mata dan kulit
(Rivai, 1994).
Kalium hidrosksida merupakan padatan putih yang tak berbau. KOH memiliki
titik didih 1389oC dan titik lebur 360oC (Daintith, 1994).
4.2 Pembahasan
Peristiwa larutan sukrosa yang dihidrolisis dengan asam ini dikenal sebagai
inversi gula. Sukrosa merupakan zat optik aktif yang memutar bidang polarisasi
cahaya kearah kanan (dextrorotary), yang sifatnya akan berkurang bila sukrosa
dilarutkan dalam air, dan akhirnya bidang polarisasi cahaya sedikit berputar ke kiri
(fessenden dan Fessenden, 1994). Lamanya proses hidrolisis sukrosa ini
divariasiakan. Pada erlenmeyer 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut selama selama 0, 15, 30,
45 dan 60 menit. Tujuan dilakukannya variasi waktu hidrolisis adalah untuk
membandingkan terhadap masing-masing sampel hasil hidrolisisnya, dengan harapan
semakin lama waktu hidrolisisnya, maka akan semakin banyak fruktosa yang
terbentuk. Selain itu juga ditujukan untuk memperoleh variasi data pembanding
sehingga data yang diperoleh memiliki presisi dan akurasi yang baik. Adapun reaksi
hidrolisis sukrosa adalah sebagai berikut:
[A]
Tabel 1. Hubungan ln [A] terhadap t (waktu)
0
Berdasarkan literatur yang ada, grafik yang terbentuk adalah berupa garis linier yang
[A]
menunjukan bahwa waktu (t) berbanding lurus dengan ln [A] . Namun dari hasil
0
percobaan, kurva yang diperoleh tidak tepat linier.. Hal ini disebabkan karena adanya
kesalahan prosedural. Dari grafik diperoleh y = 0.0031x – 0.062. dengan regresi R² =
0,3982. Dengan demikian orde reaksi satu pada larutan tidak dapat dibuktikan. Hal ini
disebabkan karena diperoleh kurva yang tidak linier.
PERHITUNGAN
Dik. M1 = 1 M
V1 = 100 ml
M2 = 12, 063 M
Dit. V2 = ?
Jawab: M1 × V1 = M2 × V2
M1 × V1
V2 =
M2
1 M × 100 ml
V2 =
12, 063 M
V2 = 8,29 mL
3. Konsentrasi Sukrosa
Dik. m = 50 g
V = 100 ml
Mr sukrosa = 342,30 g/mol
Dit. M=?
massa 1000
Jawab: M = ×
Mr V
50 g 1000
M= g × 100 ml
342,30
mol
M = 1.46 M
Y-Values
0.3
0.25
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.05
-0.1
Axis Title
[A]
ln = −k t
[A]0
y = mx + c
y = 0.0031x – 0.062
m = −k = −0.0031
k = 0.0031
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Keenan, C.W; Kleinfelter, D.C; dan Underwood, J.S. 1984. Kimia untuk Universitas.
Erlangga: Jakarta.