PENDAHULUAN Abses Perianal
PENDAHULUAN Abses Perianal
2.1 Definisi
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan
akan mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001). Abses perianal merupakan
infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga
diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup variabel, dan rongga
abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous.
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal,
sebaliknya abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding
rectum atau lebih lateral yaitu di bokong. Abses perianal biasanya tidak disertai
demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang baik. Dengan
penyebaran dan pembesaran abses yang mengakibatkan abses mendekati permukaan
kulit, nyeri yang dirasakan memburuk. Nyeri memburuk dengan mengedan, batuk
atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat
mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk.
2.2 Etiologi
Abses perianal merupakan gangguan sekitar anus dan rectum, dimana
sebagian besar timbul dari obstruksi kripta anal. Infeksi dan stasis dari kelenjar dan
sekresi kelenjar menghasilkan supurasi dan pembentukan abses dalam kelenjar anal.
Biasanya, abses terbentuk awal – awal dalam ruang intersfingterik dan kemudian ke
ruang potensial yang berdekatan. Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan
Escherichia coli adalah penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang
menyebabkan abses. Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum (Eddy
Gunawan, 2010).
2.3 Patofisiologis
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit
daerah sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di
daerah tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah
Escherichia coli dan spesies Enterococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak di
kelenjar yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya
sehingga membentuk nanah. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak
sehingga akan terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada
beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus,
HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti radang) dalam jangka waktu lama,
ataupun dalam kemoterapi akibat kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi.
Ruang Supralevator
Ruang Ischiorektal
Ruang Intersfingterik
2.5.1 Diagnosa
Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula
dapat jelas divisualisasikan. Visualisasi endoskopi telah dilaporkan sama efektifnya
seperti fistulografi. Jika ditangani dengan dokter yang berpengalaman, evaluasi
secara endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan
perirektal karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu.
Evaluasi secara endoskopik setelah pembedahan efektif untuk memeriksa respo
pasien terhadap terapi.
.
2.7 Komplikasi
Fistula anorektal terjadi pada 30-60% pasien dengan abses anorektal. Kelenjar
intersfingterik terletak antara sfingter internal dan eksternal anus dan seringkali
dikaitkan dengan pembentukan abses. Fistula anorektal timbul oleh karena obstruksi
dari kelenjar dan/atau kripta anal, dimana ia dapat diidentifikasi dengan adanya
sekresi purulen dari kanalis anal atau dari kulit perianal sekitarnya. Etiologi lain dari
fistula anorektal adalah multifaktorial dan termasuk penyakit divertikular, IBD,
keganasan, dan infeksi yang terkomplikasi, seperti tuberkulosis.
Klasifikasi menurut Parks dan persentase fistula anorektal adalah:
1. Intersfingerik 70%
2. Transfingterik 23%
3. Ekstrasfingterik 5%
4. Suprasfingterik 2%