Abstrak
Ditemukannya masalah produk translasi Google Translate dalam menerjemahkan teks telah
menarik banyak perhatian penelitian translasi untuk menganalisa kelemahan pada mesin translasi
ini. Google Translate juga merupakan alat bantu yang terkadang digunakan oleh siswa saat
menerjemahkan sebuah teks. Penelitian ini berfokus pada analisa translation shift error yang
ditemukan pada translasi Google Translate saat menerjemahkan teks bacaan siswa. Adapun
pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah content-analaysis qualitative yang
bertujuan untuk menemukan translation shift error dan menjelaskan masing-masing kesalahan
itu. Objek penelitian ini adalah teks eksposisi yang diambil dari buku bacaan siswa kelas XI.
Kata kunci : translasi, mesin translasi, translation shift, grammar translation method
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak mempengaruhi perkembangan
aktivitas translasi. Sebelumnya penerjemahan sebuah teks dari bahasa sumber ke bahasa target
dilakukan oleh penerjemah yang memang menguasai kedua bahasa itu, source language (SL)
dan target language (TL). Sebagai contoh, seorang penerjemah ingin menerjemahkan suatu teks
dari bahasa Inggris (SL), ke bahasa Indonesia (TL); tentunya kedua bahasa ini SL dan TL telah
dikuasai oleh penerjemah itu sehingga ia dapat menyampaikan arti atau makna teks SL ke dalam
bahasa target dan dimengerti oleh orang yang menggunakan bahasa target tanpa mengurangi atau
menambahi makna lain dari bahasa sumber itu. Dalam artian bahwa kegiatan terjemahan pada
umumnya dilakukan oleh mereka yang paham atau ahli dalam bahasa sumber dan bahasa target
itu. Namun, kegiatan translasi saat ini tidak hanya dilakukan dengan cara yang konvensional
seperti penerjemahan dengan pengetahuan penerjemah dan kamus, tetapi dengan bantuan mesin
yang semakin murah harganya bahkan gratis dan mudah digunakan. Dari sekian banyak mesin
translasi, Google Translate adalah mesin online yang paling sering digunakan oleh kurang lebih
500 juta pengguna (Lam, 2018).
Dengan jumlah pengguna yang begitu banyak, ini menunjukkan bahwa pengguna mesin translasi
dan kegiatan penerjemahan tidak hanya dilakukan oleh orang tertentu saja seperti seorang ahli
atau penerjemah professional dalam SL & TL, tapi ini telah semakin lazim dilakukan oleh orang
Hadirnya masalah translation shift ini mendorong penulis untuk meneliti kelemahan sintaksis
dari produk terjemahan Google Translate. Banyaknya pengguna dapat diartikan bahwa aktivitas
penerjemahan yang rutin memungkinkan munculnya kesalahan sintaksis yang lebih banyak.
Kesalahan produk dari proses translasi menggunakan mesin secara linguistik sangatlah variatif.
Oleh sebab itu, kajian ini hanya berfokus pada aspek sintaksis pada translation shift yang
terdapat pada bahasa target. Dengan meneliti kesalahan sintaksis ini, diharapkan dapat
ditemukan dan diklasifikasikan jenis translation shift errornya pada translasi Google Translate.
Pengklasifikasian ini juga bertujuan untuk meninjau sejauh mana Google Translate dapat
menerjemahkan teks, dan kecenderungan grammatical error pada tiap kalimat yang
diterjemahkan. Sehingga dengan ditemukannya dan diklasifikasikannya masalah sintaksis pada
translation shift Google Translate, ini menjadi studi berguna untuk dikaji lebih dalam lagi,
masukan untuk pengembangan Google Translate, dan informasi yang baik bagi pengguna
khususnya siswa saat menggunakan Google Translate sebagai alat bantu penerjemahan ataupun
pembelajarannya.
Fokus Penilitian
Fokus penelitian ini adalah translation shift error yang terdapat pada produk translasi Google
Translate. Adapun translation shift error itu dibagi menjadi beberapa bagian yaitu level shift and
categorical shift; parts of categorical shifts are structure shift, class shift, unit shift and intra
system shift. Objek yang akan dianalisa dan diterjemahkan dengan Google Translate adalah teks
analytical exposition yang diambil dari buku paket siswa kelas XI.
Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat diformulasikan seperti berikut ini:
1) Apakah translation shift error ditemukan dalam translasi analytical exposition text
dengan menggunakan Google Translate?
2) Tipe translation shift error manakah yang paling banyak ditemukan pada hasil
terjemahan Google Translate?
3) Jenis kalimat seperti apa yang memiliki masalah translation shift error saat
diterjemahkan dengan Google Translate?
Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini berkontribusi untuk mengembangkan kajian translation shift
error dalam penggunaan mesin translasi. Disamping itu menjadi kajian yang bermanfaat
dalam dunia pedagogi yang berhubungan dengan kolaborasi teknologi dalam
pembelajaran bahasa secara khusus teaching English as foreign language.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dengan dideskripsikannya kelemahan Google
Translate yaitu translation shift error, ini akan membantu dan mencerahkan pengguna
mesin translasi Google Translate khususnya siswa saat menggunakannya sebagai
learning assistant untuk menerjemahkan teks analytical exposition.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Translasi
Kegiatan alih bahasa sering dilakukan seperti membaca buku berbahasa Inggris, mengartikan
percakapan berbasa inggris dalam sebuah film, atau memahami lirik lagu berbahasa Inggris. Hal-
hal sederhana ini merupakan kegiatan alih bahasa yang sering dilakukan. Sebagai contoh, saat
siswa membaca teks reading comprehension berbahasa Inggris, siswa harus melakukan
penerjemahan dalam pikirannya untuk menangkap makna bahasa sumber itu di dalam bahasanya
(TL).
Postgate (1922:1) menjelaskan bahwa translasi adalah transfer atau pemindahan suatu bentuk
bahasa dari satu medium ke medium lainnya. Dalam hal ini, perpindahan medium berarti terjadi
suatu proses perubahan bentuk, namun perubahan bentuk dalam konteks ini tidak serta
mengubah makna yang terkandung pada bentuk sebelumnya. Jika mengikuti contoh di atas pada
waktu siswa menerjemahkan teks di dalam pikirannya, proses perubahan medium itu tidak dapat
kita lihat secara konkrit. Apabila saat siswa menerjemahkan tiap kalimat dalam teks dengan cara
tertulis, perubahannya akan secara konkrit dapat diamati. Jumlah huruf dan perubahan suku kata,
struktur kalimat dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia akan jelas terlihat. Perubahan jumlah
huruf, suku kata, dan struktur kalimat ini adalah perubahan bentuk dari satu medium ke medium
lainnya seperti yang dimaksud dalam teori.
Perubahan bentuk atau medium itu seperti telah disebutkan tidak lantas mengubah makna,
namun ini juga menerangkan bahwa makna pada bahasa target tidak mungkin seasli atau identik
Jenis Translasi
Menurut jenisnya (Bassnett, 2002:23) Jakobson membedakan jenis translasi menjadi tiga bagian,
yaitu:
(1) Intralingual translation merupakan interprasi suatu tanda atau isyarat lisan/tertulis
dengan isyarat atau tanda lain dalam medium atau bahasa yang sama.
(2) Interlingual translation merupakan interpretasi suatu tanda atau isyarat lisan/tertulis
dengan isyarat atau tanda lain ke dalam medium atau bahasa lain.
(3) Intersemiotic translation adalah suatu interpretasi tanda tertulis dengan simbol yang
bukan kata-kata lisan atau tulisan.
Intralingual translation dilakukan pada jenis bacaan yang diceritakan ulang dengan konsep
seperti menceritakan ulang sebuah cerita. Contohnya adalah jenis cerita karangan Shakespeare
yang diceritakan ulang dengan konsep atau konteks bahasa yang lebih modern; berbeda dengan
konsep naskah aslinya Shakespearean English, karangannya ditranslasi ke dalam bahasa Inggris
yang lebih modern, namun tidak berarti menggantikan makna naskah aslinya. Cerita hanya
diubah dari satu isyarat lama ke dalam isyarat baru tapi dalam bahasa yang sama yaitu bahasa
inggris. Berbeda dengan interlingual translation, yang menerjemahkan suatu isyarat, teks dari
suatu bahasa ke bahasa lainnya. Contohnya adalah cerita karangan Shakespeare yang
ditermahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Pada konteks ini, terjadi perubahan
isyarat, kata-kata, atau teks antar medium yang berbeda yaitu bahasa sumber Inggris ke bahasa
target Indonesia. Terakhir adalah intersemiotic translation adalah bentuk-bentuk interpretasi
yang juga mengalami perubahan medium, namun medium yang dimaksud adalah bentu
perubahan berunsurkan verbal ke dalam bentuk simbol lain seperti gambar atau bunyi. Sebagai
contoh, alur cerita yang digambarkan kembali dengan gambar, atau situasi dalam cerita
diinterpretaikan dengan music.
Translation Shift
Translation shift menjelaskan terjadinya pergeseran pada unit, struktur atau system kalimat saat
terjemahan telah dilakukan ke bahasa target. Dalam arti lain, terjadi perubahan tingkat atau tipe
kalimat, klausa, dan kelompok kata pada bahasa target. Catford (1965:73) membagi translation
shift ke dalam dua kategori yaitu level shift dan category shift; category shift dibagi lagi menjadi
empat subkategori yaitu structure shift, class shift, unit shift, dan intra systm shift.
Level Shift
Dalam alih bahasa sumber (SL) ke bahasa target (TL), seseorang tidak akan dapat
menerjemahkan atau menginterpretasi suatu teks dengan arti dan bentuk yang sama seperti di
bahasa sumbernya. Penerjemah hanya dapat menginterpretasikan teks bahasa sumber itu dengan
makna dan bentuk yang ekuivalen di bahasa target. Makna dan bentuk ekuivalen menunjukkan
perbedaan tetap ditemukan dalam produk translasi itu yang secara linguistik berarti teks itu
diterjemahkan dengan level linguistik berbeda. Maksud level linguistic berbeda adalah kadanya
kaidah bahasa yang berubah setelah teks „tiba‟ pada bahasa target. Banyak unsur grammar di
dalam bahasa inggris tidak serta merta dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan unsur
Category Shift
Category shift pada dasarnya terdiri dari dua sifat yaitu bound translation dan unbound
translation. Bound translation artinya adalah translasi yang dilakukan terikat atau mengikuti pola
linguistic di bahasa sumber. Jenis translasi bisa intralingual dan interlingual yang memungkinkan
bentuk kata dari SL berubah pada TL, tapi unsur linguistiknya tidak mengalami perubahan.
Berbeda dengan unbound translation yang bentuk interpretasi atau terjemahan secara linguistic
tidak selalu terikat atau mengikuti bahasa sumbernya. Dapat disimpulkan, apabila suatu kata dari
bahasa inggris (SL), misalnya kelas kata adjective, tetap menjadi kata sifat atau adjective di
bahasa Indonesia (TL), ini dapat dikatakan bound translation. Tetapi apabilas kelas kata dari
bahasa sumber seperti kelas kata adjective berubah menjadi nound atau kata benda di bahasa
Indonesia, ini dapat disebut unbound translation. Category shift ini seperti disebutkan
sebelumnya dibagi ke dalam empat subkategori yang dapat dijelaskan seperti berikut:
Structure shift: adanya perubahan struktur atau posisi suatu kata, frasa atau kalimat pada
bahasa target. Sebagai contoh, bahasa Inggris mengenal bahwa posisi kata sifat selalu
mendahului posisi kata benda. Berbeda dengan bahasa Indonesia, dalam Bahasa selalu
menemptakan posisi kata sifat setelah kata benda. Ini berkonsekuensi pada posisi atau
urutan kata pada saat menerjemahakan kalimat berbahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Contohnya adalah saat frasa beautiful woman diterjemahkan menjadi wanita
cantik. Kata sifat beautiful diletakkan sebelum kata benda woman di bahasa Inggris,
namun psosisi kata sifat ini mengalami perpindahan di bahasa Indonesia. Secara
penulisan dan unsur linguitik, Indonesia dan Inggris mengenal kata sifat, namun
mempunyai aturan yang berbeda dalam penempatannnya.
Class shift: kategori ini berbeda dengan structure shift namun keduanya berhubungan
dengan kelas kata. Saat menerjemahkan teks dari bahasa Inggris (SL) ke bahasa
Indonesia (TL), bisa saja perubahannya tidaknya hanya pada posisi atau urutan kata pada
frasa atau kalimat, tetapi memungkinkan terjadinya perubahan kelas kata seperti dari kata
sifat menjadi kata benda. Contoh frasa environmental issue ditermahkan menjadi
masalah lingkungan. Kelas kata environmental dalam SL adalah kata sifat, tapi kelas kata
ini berubah menjadi kata benda di TL yaitu lingkungan.
Unit shift : pada saat suatu kalimat daari sebuah teks diterjemahkan dari bahasa Inggris
(SL) ke bahasa Indonesia (TL) akan memungkinkan terjadinya perubahan pada suatu
kelompok kata. Satu kata dalam bahasa Inggris seperti reinforest akan berubah menjadi
dua unit kata saat diterjemahkan ke bahasa Indonesia yaitu menghutankan kembali.
Intra-system shift : suatu bahasa hanya memungkinkan diterjemahkan ke bahasa lain jika
secara linguistic kedua bahasa itu berkorespondensi. Artinya fitur-fitur kebahasaan antar
kedua bahasa dapat dikomunikasikan atau dihubungkan. Mustahil suatu kata
diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya (TL) apabila kata yang berasal dari SL itu tidak
ditemukan di TL. Apabila suatu unsur grammar dari bahasa sumber tidak tersedia dalam
bahasa target, ini juga dapat menyulitkan proses terjemahan. Dalam translasi, perubahan
unsur grammar dari SL ke TL disebut intra-system shift. Dalam bahasa Inggris jumlah
Namun demikian, menggunakan kamus atau Google Translate, grammar translation metod
memiliki target pembelajaran yang sama yaitu memahami makna bahasa sumber dalam bahasa
target dengan menganalisa grammar dan kosakata dari SL (Larsen, 2000:17). Perbedaannya
keduanya lebih teknis yaitu jika menggunakan kamus terjemahan cenderung dilakukan kata per
kata, sedangkan dengan Google Translate, siswa atau pengguna lainnya dimungkinkan untuk
langsung menerjemahkan satu kalimat, paragraph, dan kumpulan paragraf. Oleh sebab itu, saat
PROSEDUR PENELITIAN
Dikategorikan menjadi content analysis merujuk pada Ary (2010:457) yang menjelaskan bahwa
content analysis digunakan untuk menganalisa suatu teks tertulis ataupun materi visual lainnya
dengan tujuan untuk menemukan suatu makna atau karakter khusus dari suatu materi. Materi
yang dimaksud dapat berupa teksbook, surat kabar, laman/situs online, pidato, program televise,
iklan, komposisi music, dan jenis dokumen lainnya.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan mengenai pemilihan metode penelitian yaitu content
analysis – qualitative, penjelasan teori menguatkan alasan peneliti untuk memilih metode
tersebut sesuai dengan jenis objek yang dianalisa yaitu teks tertulis berupa teks translasi, dan
tujuan analisa yaitu menemukan karakteristik berupa translation shift error pada teks translasi
itu. Objek penelitian, teknik, dan tujuan yang akan dilakukan pada penelitian sesuai dengan
karakeristik yang dijelaskan pada content analysis. Objek yang diteliti adalah teks tertulis.
Teknik yang dilakukan adalah
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah Morning Star Academy Jakarta Selatan. Walaupun pada fakta
pelaksanaannya proses analisa dapat dilakukan dimana saja karena ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan analisa konten yang tidak terikat dengan lokasi. Namun latar belakang
penelitian ini datang dari kejadian atau fenomena yang terjadi di kelas sekolah Morning Star
Academy saat siswa menggunakan Google Translate dalam memahami suatu teks bacaan.
Instrumen Penelitian
Peneliti adalah instrument utama dalam penelitian ini yang mencari dan mengumpulkan data
dengan komputer dan internet sebagai instrument pendukung.
Langkah keempat adalah peneliti mendesai table yang kedua. Tabel ini akan mengkategorikan
setiap masalah yang translasi yang muncul. Kategori masalah pada table sesuai dengan masalah
penelitian yaitu translation shift error yang terdiri dari dua kategori utama yaitu level of shift dan
category shift – category shift dibagi lagi menjadi empat subkategori yaitu structure shift, class
shift, unit shift, dan intra systm shift. Tiap kalimat yang homogeny dengan kategori itu
diklasifikasikan sesuai tabelnya.
Setelah semua translation shift error dari tiap kalimat yang bermasalah dikategorikan, peneliti
melakukan langkah kelima yaitu mendeskripsikan tiap translation shift error pada tiap kalimat.
Peneliti akan menganalisa dan memaparkan deskripsi masalah sesuai teori translation shift error
seperti yang diulas pada tinjauan literature.
Daftar Pustaka
Arnold, Douglas et al. 1994. Machine Translation An Introductory Guide. USA. Blackwell
Publisher
Gaspari, Federico. 2004. Online MT Services and Real Users’ Needs: An Emperical Usability
Evaluation. Springer. R.E. Frederking and K.B. Taylor (Eds.): AMTA2004, LNAI 3265, pp. 74–
85, 2004
https://www.businessinsider.sg/sundar-pichai-google-translate-143-billion-words-daily-2018-
7/?r=US&IR=T
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. New York. Prentice Hall International
Olive, Joseph et al. 2011. Handbook of Natural Language Processing and Machine Translation.
New York. Springer
Postgate. J. P. 1922. Translation and Translation; Theory and Practice. London. G. Bell and
Sons, LTD
Bullies have become one big problem in our educational field. Sometimes, there are more accidents
happen in school than just ordinary educational and socialization activities. These issues are frequently
represented in lot of literature and media – whether it‟s real or satire, which happens all over the world.
The school shooting which happened recently in The United States are also conducted by bullies, claimed
by the shooters itself. They said the intention to do this cruel thing come when the school administration
can‟t interfere and make solution, repeatedly. In many of these cases, the victim‟s family will sue both the
shooters family and the school.
The bullying itself can occur in class which requires group work and or after school activities. This
happens when several students use of or isolate another students. When they gain the ―loyalty‖ from
others who don‟t want to be the next victim. These bullies will tease and taunt their target verbally before
physically bullying the target. The target itself usually is someone who is considered strange or different,
which make the situation harder for bullies to deal with.
Social rejection is also one factor that causes bullies, where an individual has been isolated, has an urge of
belonging but doesn‟t possess the skill to keep their friends effectively. There‟s one sentence that maybe
can explain the negative action that bullies exhibit. ―When you‟re miserable, you need something more
miserable than yourself.‖ That is the reason why we would like to expel bullies from school.
Another argument that support our intention, is the urge to protect our and later generation from
something that will affect their life forever, in the worst way which this violence shouldn‟t be happened
on their age.
And the most important reason, the expel will make the parents notice for what they‟ve done and what
they‟ve missed about their children. The first and the best education are given by parents, so we believe
that bullies are easier to touch by their own parents.
In conclusion, these issues shouldn‟t be handled by only parents, but also cooperation with the school
administration to supervise this condition.
Renewable energy such as nuclear energy, solar energy, and wind energy is safer and has more
advantages than the use of petroleum as number reasons.
Firstly, the use of renewable energy will support the program of blue sky. As it doesn‟t burn the petrol it
will not produce the hazard or smoke because it doesn‟t involve burning process that is used to spin the
turbines to generate power. The energy itself spins the turbine instead. Even it only produces small
amount of solid waste (or even none for water and wind energy). So, it is safer for our environment.
Secondly, it costs less than burning petroleum. If we burn petroleum everyday to spin the turbine, why
don‟t we use the power resource that is available? We need only a small amount of uranium to generate
the turbine to produce electricity and to light thousands of homes.
Thirdly, it leads us to the future. The energy that is at present will be used up, and no more left. If we use
something that gives more advantages, I think we can maintain human lives and increase the human
civilization.
One thing is clear, that renewable energy is much better than petroleum. If we support the government‟s
plan to use the renewable energy, we can change our life.
Appendix 3
Text 3
Obesity is a Nightmare
As the rate of obesity continues to climb in the United States, one age group is feeling the ramification
more than most. More than half of Americans are overweight including at least 1 in 5 children. Teenage
obesity is becoming an epidemic and for many teens, a living nightmare.
The foods we eat every day contribute to our well – being. Foods provide us with the nutrients we need
for healthy bodies and the calories we need for energy. If we eat too much, however, the extra food turns
to fat and is stored in our bodies. If we overeat regularly, we gain weight, and if we continue to gain
weight, we may become obese.
Obesity means accumulation of excess fat on the body. Obesity is considered a chronic (long term)
disease, like high blood pressure or diabetes. It has many serous long – term consequences for your
health, and it is the second leading cause of preventable deaths.
Obesity is caused by the false life style. People have meals at the fast food restaurant which serves the
junk food; they do not control their appetite, they like to attend parties where food is abundant while
physical activity is lack.