Anda di halaman 1dari 11

ANALISA TRANSLATION SHIFT ERROR PADA TRANSLASI GOOGLE TRANSLATE

SEBAGAI ALAT BANTU SISWA DALAM MENERJEMAHKAN ANALYTICAL


EXPOSITION TEXT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA

Paris Andreas Sihombing (01669180034) – Batch 41A


sihombingparis@gmail.com

Program Magister Pendidikan


Universitas Pelita Harapan

Abstrak
Ditemukannya masalah produk translasi Google Translate dalam menerjemahkan teks telah
menarik banyak perhatian penelitian translasi untuk menganalisa kelemahan pada mesin translasi
ini. Google Translate juga merupakan alat bantu yang terkadang digunakan oleh siswa saat
menerjemahkan sebuah teks. Penelitian ini berfokus pada analisa translation shift error yang
ditemukan pada translasi Google Translate saat menerjemahkan teks bacaan siswa. Adapun
pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah content-analaysis qualitative yang
bertujuan untuk menemukan translation shift error dan menjelaskan masing-masing kesalahan
itu. Objek penelitian ini adalah teks eksposisi yang diambil dari buku bacaan siswa kelas XI.

Kata kunci : translasi, mesin translasi, translation shift, grammar translation method

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak mempengaruhi perkembangan
aktivitas translasi. Sebelumnya penerjemahan sebuah teks dari bahasa sumber ke bahasa target
dilakukan oleh penerjemah yang memang menguasai kedua bahasa itu, source language (SL)
dan target language (TL). Sebagai contoh, seorang penerjemah ingin menerjemahkan suatu teks
dari bahasa Inggris (SL), ke bahasa Indonesia (TL); tentunya kedua bahasa ini SL dan TL telah
dikuasai oleh penerjemah itu sehingga ia dapat menyampaikan arti atau makna teks SL ke dalam
bahasa target dan dimengerti oleh orang yang menggunakan bahasa target tanpa mengurangi atau
menambahi makna lain dari bahasa sumber itu. Dalam artian bahwa kegiatan terjemahan pada
umumnya dilakukan oleh mereka yang paham atau ahli dalam bahasa sumber dan bahasa target
itu. Namun, kegiatan translasi saat ini tidak hanya dilakukan dengan cara yang konvensional
seperti penerjemahan dengan pengetahuan penerjemah dan kamus, tetapi dengan bantuan mesin
yang semakin murah harganya bahkan gratis dan mudah digunakan. Dari sekian banyak mesin
translasi, Google Translate adalah mesin online yang paling sering digunakan oleh kurang lebih
500 juta pengguna (Lam, 2018).

Dengan jumlah pengguna yang begitu banyak, ini menunjukkan bahwa pengguna mesin translasi
dan kegiatan penerjemahan tidak hanya dilakukan oleh orang tertentu saja seperti seorang ahli
atau penerjemah professional dalam SL & TL, tapi ini telah semakin lazim dilakukan oleh orang

Metode Penelitian | analisa translation shift error 1


biasa yang mungkin tidak memiliki latar belakang keahlian dalam dua bahasa. Dalam
menggunakan mesin translasi Google Translate, memang pada dasarnya tidak memerlukan
keahlian bahasa (Inggris atau Indonesia), pengguna cukup memahami penggunaan Google
Translate. Oleh sebab itu semakin banyak pengguna yang memanfaatkan kemudahan ini saat
menjalankan aktivitas terjemahan seperti siswa di sekolah. Tidak dapat dipungkiri siswa adalah
salah satu kelompok pengguna aktif Google Translate yang menggunakannya untuk
menerjemahkan teks singkat ataupun teks panjang. Masifnya penggunaan Google Translate oleh
penggunanya secara khusus siswa tidak lantas menjamin bahwa kualitas tranlasi mesin ini
akurat. Beberapa penelitian seperti (Li, et al, 2014) menemukan kelemahan Google Translate
dalam menerjemahkan teks. Kelemahan mesin ini secara linguistik cenderung bersifat
gramatikal. Dari segi semantiknya, Google Translate telah bekerja dengan baik saat
menerjemahkan bahasa sumber SL ke bahasa target TL, tetapi saat kalimat dan teks semakin
kompleks diterjemahkan, secara sintaksis akan ditemukan banyak masalah pada kalimat yang
ditransfer dari bahasa sumbernya. Dalam konteks translasi masalah ini secara spesifik dibahas
oleh penulis yang disebut dengan translation shift error.

Hadirnya masalah translation shift ini mendorong penulis untuk meneliti kelemahan sintaksis
dari produk terjemahan Google Translate. Banyaknya pengguna dapat diartikan bahwa aktivitas
penerjemahan yang rutin memungkinkan munculnya kesalahan sintaksis yang lebih banyak.
Kesalahan produk dari proses translasi menggunakan mesin secara linguistik sangatlah variatif.
Oleh sebab itu, kajian ini hanya berfokus pada aspek sintaksis pada translation shift yang
terdapat pada bahasa target. Dengan meneliti kesalahan sintaksis ini, diharapkan dapat
ditemukan dan diklasifikasikan jenis translation shift errornya pada translasi Google Translate.
Pengklasifikasian ini juga bertujuan untuk meninjau sejauh mana Google Translate dapat
menerjemahkan teks, dan kecenderungan grammatical error pada tiap kalimat yang
diterjemahkan. Sehingga dengan ditemukannya dan diklasifikasikannya masalah sintaksis pada
translation shift Google Translate, ini menjadi studi berguna untuk dikaji lebih dalam lagi,
masukan untuk pengembangan Google Translate, dan informasi yang baik bagi pengguna
khususnya siswa saat menggunakan Google Translate sebagai alat bantu penerjemahan ataupun
pembelajarannya.

Fokus Penilitian
Fokus penelitian ini adalah translation shift error yang terdapat pada produk translasi Google
Translate. Adapun translation shift error itu dibagi menjadi beberapa bagian yaitu level shift and
categorical shift; parts of categorical shifts are structure shift, class shift, unit shift and intra
system shift. Objek yang akan dianalisa dan diterjemahkan dengan Google Translate adalah teks
analytical exposition yang diambil dari buku paket siswa kelas XI.

Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat diformulasikan seperti berikut ini:
1) Apakah translation shift error ditemukan dalam translasi analytical exposition text
dengan menggunakan Google Translate?
2) Tipe translation shift error manakah yang paling banyak ditemukan pada hasil
terjemahan Google Translate?
3) Jenis kalimat seperti apa yang memiliki masalah translation shift error saat
diterjemahkan dengan Google Translate?

Metode Penelitian | analisa translation shift error 2


Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat diformulasikan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1) Menemukan translation shift error dalam translasi analytical exposition text yang
menggunakan Google Translate.
2) Mengidentifikasi tipe translation shift error yang paling sering muncul pada hasil
terjemahan analytical exposition text pada Google Translate.
3) Mendeskripsikan kelemahan Google Translate dalam menerjemahkan analytical
exposition text dengan mengalisa translation shift error pada tiap kalimat di dalam teks
itu.

Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini berkontribusi untuk mengembangkan kajian translation shift
error dalam penggunaan mesin translasi. Disamping itu menjadi kajian yang bermanfaat
dalam dunia pedagogi yang berhubungan dengan kolaborasi teknologi dalam
pembelajaran bahasa secara khusus teaching English as foreign language.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dengan dideskripsikannya kelemahan Google
Translate yaitu translation shift error, ini akan membantu dan mencerahkan pengguna
mesin translasi Google Translate khususnya siswa saat menggunakannya sebagai
learning assistant untuk menerjemahkan teks analytical exposition.
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Translasi
Kegiatan alih bahasa sering dilakukan seperti membaca buku berbahasa Inggris, mengartikan
percakapan berbasa inggris dalam sebuah film, atau memahami lirik lagu berbahasa Inggris. Hal-
hal sederhana ini merupakan kegiatan alih bahasa yang sering dilakukan. Sebagai contoh, saat
siswa membaca teks reading comprehension berbahasa Inggris, siswa harus melakukan
penerjemahan dalam pikirannya untuk menangkap makna bahasa sumber itu di dalam bahasanya
(TL).

Postgate (1922:1) menjelaskan bahwa translasi adalah transfer atau pemindahan suatu bentuk
bahasa dari satu medium ke medium lainnya. Dalam hal ini, perpindahan medium berarti terjadi
suatu proses perubahan bentuk, namun perubahan bentuk dalam konteks ini tidak serta
mengubah makna yang terkandung pada bentuk sebelumnya. Jika mengikuti contoh di atas pada
waktu siswa menerjemahkan teks di dalam pikirannya, proses perubahan medium itu tidak dapat
kita lihat secara konkrit. Apabila saat siswa menerjemahkan tiap kalimat dalam teks dengan cara
tertulis, perubahannya akan secara konkrit dapat diamati. Jumlah huruf dan perubahan suku kata,
struktur kalimat dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia akan jelas terlihat. Perubahan jumlah
huruf, suku kata, dan struktur kalimat ini adalah perubahan bentuk dari satu medium ke medium
lainnya seperti yang dimaksud dalam teori.

Perubahan bentuk atau medium itu seperti telah disebutkan tidak lantas mengubah makna,
namun ini juga menerangkan bahwa makna pada bahasa target tidak mungkin seasli atau identik

Metode Penelitian | analisa translation shift error 3


dengan makna pada bahasa sumber. Mounin dalam (Newmark, 1988:5) mempertegas hal ini
bahwa alih bahasa tidak mereproduksi sebuah teks sumber ke teks target, dan produk translasi ke
bahasa target tidak akan sama dengan bahasa sumbernya.

Jenis Translasi
Menurut jenisnya (Bassnett, 2002:23) Jakobson membedakan jenis translasi menjadi tiga bagian,
yaitu:
(1) Intralingual translation merupakan interprasi suatu tanda atau isyarat lisan/tertulis
dengan isyarat atau tanda lain dalam medium atau bahasa yang sama.
(2) Interlingual translation merupakan interpretasi suatu tanda atau isyarat lisan/tertulis
dengan isyarat atau tanda lain ke dalam medium atau bahasa lain.
(3) Intersemiotic translation adalah suatu interpretasi tanda tertulis dengan simbol yang
bukan kata-kata lisan atau tulisan.
Intralingual translation dilakukan pada jenis bacaan yang diceritakan ulang dengan konsep
seperti menceritakan ulang sebuah cerita. Contohnya adalah jenis cerita karangan Shakespeare
yang diceritakan ulang dengan konsep atau konteks bahasa yang lebih modern; berbeda dengan
konsep naskah aslinya Shakespearean English, karangannya ditranslasi ke dalam bahasa Inggris
yang lebih modern, namun tidak berarti menggantikan makna naskah aslinya. Cerita hanya
diubah dari satu isyarat lama ke dalam isyarat baru tapi dalam bahasa yang sama yaitu bahasa
inggris. Berbeda dengan interlingual translation, yang menerjemahkan suatu isyarat, teks dari
suatu bahasa ke bahasa lainnya. Contohnya adalah cerita karangan Shakespeare yang
ditermahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Pada konteks ini, terjadi perubahan
isyarat, kata-kata, atau teks antar medium yang berbeda yaitu bahasa sumber Inggris ke bahasa
target Indonesia. Terakhir adalah intersemiotic translation adalah bentuk-bentuk interpretasi
yang juga mengalami perubahan medium, namun medium yang dimaksud adalah bentu
perubahan berunsurkan verbal ke dalam bentuk simbol lain seperti gambar atau bunyi. Sebagai
contoh, alur cerita yang digambarkan kembali dengan gambar, atau situasi dalam cerita
diinterpretaikan dengan music.

Translation Shift
Translation shift menjelaskan terjadinya pergeseran pada unit, struktur atau system kalimat saat
terjemahan telah dilakukan ke bahasa target. Dalam arti lain, terjadi perubahan tingkat atau tipe
kalimat, klausa, dan kelompok kata pada bahasa target. Catford (1965:73) membagi translation
shift ke dalam dua kategori yaitu level shift dan category shift; category shift dibagi lagi menjadi
empat subkategori yaitu structure shift, class shift, unit shift, dan intra systm shift.

Level Shift
Dalam alih bahasa sumber (SL) ke bahasa target (TL), seseorang tidak akan dapat
menerjemahkan atau menginterpretasi suatu teks dengan arti dan bentuk yang sama seperti di
bahasa sumbernya. Penerjemah hanya dapat menginterpretasikan teks bahasa sumber itu dengan
makna dan bentuk yang ekuivalen di bahasa target. Makna dan bentuk ekuivalen menunjukkan
perbedaan tetap ditemukan dalam produk translasi itu yang secara linguistik berarti teks itu
diterjemahkan dengan level linguistik berbeda. Maksud level linguistic berbeda adalah kadanya
kaidah bahasa yang berubah setelah teks „tiba‟ pada bahasa target. Banyak unsur grammar di
dalam bahasa inggris tidak serta merta dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan unsur

Metode Penelitian | analisa translation shift error 4


yang serupa seperti di bahasa inggris. Sebagi contoh auxiliary pada kalimat “she has come”
kalimat ini menjadi “dia telah datang.” Dapat dilihat bahwa level kata has sebagai auxiliary di
bahasa inggris diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan makna dan bentuk lexis yaitu telah.
Makna keduanya mendekati namun secara level kata berbeda.

Category Shift
Category shift pada dasarnya terdiri dari dua sifat yaitu bound translation dan unbound
translation. Bound translation artinya adalah translasi yang dilakukan terikat atau mengikuti pola
linguistic di bahasa sumber. Jenis translasi bisa intralingual dan interlingual yang memungkinkan
bentuk kata dari SL berubah pada TL, tapi unsur linguistiknya tidak mengalami perubahan.
Berbeda dengan unbound translation yang bentuk interpretasi atau terjemahan secara linguistic
tidak selalu terikat atau mengikuti bahasa sumbernya. Dapat disimpulkan, apabila suatu kata dari
bahasa inggris (SL), misalnya kelas kata adjective, tetap menjadi kata sifat atau adjective di
bahasa Indonesia (TL), ini dapat dikatakan bound translation. Tetapi apabilas kelas kata dari
bahasa sumber seperti kelas kata adjective berubah menjadi nound atau kata benda di bahasa
Indonesia, ini dapat disebut unbound translation. Category shift ini seperti disebutkan
sebelumnya dibagi ke dalam empat subkategori yang dapat dijelaskan seperti berikut:

 Structure shift: adanya perubahan struktur atau posisi suatu kata, frasa atau kalimat pada
bahasa target. Sebagai contoh, bahasa Inggris mengenal bahwa posisi kata sifat selalu
mendahului posisi kata benda. Berbeda dengan bahasa Indonesia, dalam Bahasa selalu
menemptakan posisi kata sifat setelah kata benda. Ini berkonsekuensi pada posisi atau
urutan kata pada saat menerjemahakan kalimat berbahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Contohnya adalah saat frasa beautiful woman diterjemahkan menjadi wanita
cantik. Kata sifat beautiful diletakkan sebelum kata benda woman di bahasa Inggris,
namun psosisi kata sifat ini mengalami perpindahan di bahasa Indonesia. Secara
penulisan dan unsur linguitik, Indonesia dan Inggris mengenal kata sifat, namun
mempunyai aturan yang berbeda dalam penempatannnya.
 Class shift: kategori ini berbeda dengan structure shift namun keduanya berhubungan
dengan kelas kata. Saat menerjemahkan teks dari bahasa Inggris (SL) ke bahasa
Indonesia (TL), bisa saja perubahannya tidaknya hanya pada posisi atau urutan kata pada
frasa atau kalimat, tetapi memungkinkan terjadinya perubahan kelas kata seperti dari kata
sifat menjadi kata benda. Contoh frasa environmental issue ditermahkan menjadi
masalah lingkungan. Kelas kata environmental dalam SL adalah kata sifat, tapi kelas kata
ini berubah menjadi kata benda di TL yaitu lingkungan.
 Unit shift : pada saat suatu kalimat daari sebuah teks diterjemahkan dari bahasa Inggris
(SL) ke bahasa Indonesia (TL) akan memungkinkan terjadinya perubahan pada suatu
kelompok kata. Satu kata dalam bahasa Inggris seperti reinforest akan berubah menjadi
dua unit kata saat diterjemahkan ke bahasa Indonesia yaitu menghutankan kembali.
 Intra-system shift : suatu bahasa hanya memungkinkan diterjemahkan ke bahasa lain jika
secara linguistic kedua bahasa itu berkorespondensi. Artinya fitur-fitur kebahasaan antar
kedua bahasa dapat dikomunikasikan atau dihubungkan. Mustahil suatu kata
diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya (TL) apabila kata yang berasal dari SL itu tidak
ditemukan di TL. Apabila suatu unsur grammar dari bahasa sumber tidak tersedia dalam
bahasa target, ini juga dapat menyulitkan proses terjemahan. Dalam translasi, perubahan
unsur grammar dari SL ke TL disebut intra-system shift. Dalam bahasa Inggris jumlah

Metode Penelitian | analisa translation shift error 5


subjek mempengaruhi bentuk kata kerja yang digunakan. Sebagai contoh, he runs dan
two boys run. Dapat kita amati penambahan huruf s pada kata kerja yang dipengaruhi
oleh singular subjeknya. Namun pada saat kalimat itu ditermehakan ke Indonesia, baik
singular maupun singular tidak mempengaruhi bentuk kata kerjanya-contoh dia berlari
dan dua lelaki berlari.
Mesin Translasi Online
Mesin translasi telah menjadi sangat jamak digunakan saat ini. Banyak mesin translasi yang
dapat diakses dengan mudah melalui kemajuan teknologi internet seperti Babelfish, Google
Translate, dan Free translation. Arnold (1994:11) menjelaskan bahwa semakin banyak orang
beralih dan cenderung menggunakan mesin-mesin seperti disebut saat menerjemahkan suatu teks
karena kecepatan dan efektifitasnya. Namun efektifitas dan kecepatan mesin ini seperti telah
dijelaskan sebelumnya tidak menjamin bahwa hasil atau produk terjemahan akan sealami hasil
terjemahan manual manusia (Olive, 2011:vii). Pernyataan menekankan bahwa mesin translasi
seperti Google Translate tetap memiliki batas disamping kecanggihannya. Pada dasarnya cara
kerja Google Translate tidak menerjemahkan teks seperti yang dilakukan manusia; dengan
menganalisa kata lalu memberikan arti atau maknanya yang sesuai. Google Translate bekerja
dengan mengandalkan penyimpanannya melalui pencarian yang sebelumnya dilakukan oleh
pengguna-penggunanya. Ini adalah mesin yang memanfaatkan kemampuan algoritmanya dalam
menganalisa memori penyimpanannya dan analsia bentuk tertentu. Oleh sebab itu
kemampuannya dalam terjemahan masih terbatas dibandingkan manusia.

Keterbatasan mesin translasi ini menunjukkan bahwa dalam penggunannya dibutuhkan


keterampilan penggunanya – keterampilan bahasa sumber dan bahasa target. Gaspari (2004:75)
menyarankan bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan penggunanya mesin translasi seperti
Google Translate yaitu guessablity dan learnability. Guessability merujuk pada intuisi pengguna
saat menggunakan mesin translasi itu dan menganalisa produknya. Sedangkan learnability
adalah adaptasi pengguna dalam mengoperasikan Google Translate, dalam artian ia dapat
mencermati kemajuan dan kekurangan Google Translate dalam menerjemahkan suatu teks.

Grammar Translation Method


Grammar translation method telah sejak lama digunakan sebagai metode dalam pembelajaran
bahasa khususnya pembelajaran bahasa klasik seperti Latin dan Yunani. Hingga saat ini metode
ini masih digunakan oleh guru dalam mengajarkan bahasa seperti bahasa Inggris. Walau metode
ini sering dianggap gaya belajar yang lama dan „usang‟ diabnding metode baru lainnya, namun
masih banyak guru dan siswa yang mengaplikasikan metode ini saat mereka sedang membaca
dan memahami makna bacaan dari bahasa asing. Dulu kegiatan ini dilakukan dengan
menerjemahkan kata per kata atau kalimat dengan menggunakan kamus. Tapi seiring
berkembangnya teknologi yang mempengaruhi gaya belajar di sekolah, kegiatan translasi dengan
mesin seperti Google Translate terkadang dikolaborasikan dengan pembelajaran bahasa.

Namun demikian, menggunakan kamus atau Google Translate, grammar translation metod
memiliki target pembelajaran yang sama yaitu memahami makna bahasa sumber dalam bahasa
target dengan menganalisa grammar dan kosakata dari SL (Larsen, 2000:17). Perbedaannya
keduanya lebih teknis yaitu jika menggunakan kamus terjemahan cenderung dilakukan kata per
kata, sedangkan dengan Google Translate, siswa atau pengguna lainnya dimungkinkan untuk
langsung menerjemahkan satu kalimat, paragraph, dan kumpulan paragraf. Oleh sebab itu, saat

Metode Penelitian | analisa translation shift error 6


siswa menggunakan Google Translate sebagai learning assistantnya saat menerjemahkan teks
pada bukunya, kegiatan belajar ini masih merupakan grammar translation method yang
berkolaborasi dengan teknologi computer dan internet sebagai medianya.

PROSEDUR PENELITIAN

Metode dan Alasan Menggunakan Metode


Metode penelitian yang diaplikasikan dalam masalah ini adalah kualitatif. Denzin (2005:3)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menginterpretasikan suatu fenomena
yang terjadi di dunia. Penelitian kualitatif merupakan rentetan gambaran dari alam yang
ditransformasikan ke dalam catatan, interview, percakapan, gambar atau rekaman visual,
rekaman suara, dan memo. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa penelitian kualitatif adalah studi
tentang kumpulan data empiris termasuk studi kasus, pengalaman personal, introspeksi, biografi,
wawancara, artefak, literature, serta kegiatan observasi, interaksi dan teks visual yang
mendeskripsikan rutinitas dan makna kehidupan individu. Sesuai dengan pendekatannya dalam
menganalisa data, penelitian ini adalah content analysis yang menganalisa suatu teks translasi.

Dikategorikan menjadi content analysis merujuk pada Ary (2010:457) yang menjelaskan bahwa
content analysis digunakan untuk menganalisa suatu teks tertulis ataupun materi visual lainnya
dengan tujuan untuk menemukan suatu makna atau karakter khusus dari suatu materi. Materi
yang dimaksud dapat berupa teksbook, surat kabar, laman/situs online, pidato, program televise,
iklan, komposisi music, dan jenis dokumen lainnya.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan mengenai pemilihan metode penelitian yaitu content
analysis – qualitative, penjelasan teori menguatkan alasan peneliti untuk memilih metode
tersebut sesuai dengan jenis objek yang dianalisa yaitu teks tertulis berupa teks translasi, dan
tujuan analisa yaitu menemukan karakteristik berupa translation shift error pada teks translasi
itu. Objek penelitian, teknik, dan tujuan yang akan dilakukan pada penelitian sesuai dengan
karakeristik yang dijelaskan pada content analysis. Objek yang diteliti adalah teks tertulis.
Teknik yang dilakukan adalah

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah Morning Star Academy Jakarta Selatan. Walaupun pada fakta
pelaksanaannya proses analisa dapat dilakukan dimana saja karena ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan analisa konten yang tidak terikat dengan lokasi. Namun latar belakang
penelitian ini datang dari kejadian atau fenomena yang terjadi di kelas sekolah Morning Star
Academy saat siswa menggunakan Google Translate dalam memahami suatu teks bacaan.

Instrumen Penelitian
Peneliti adalah instrument utama dalam penelitian ini yang mencari dan mengumpulkan data
dengan komputer dan internet sebagai instrument pendukung.

Sampel dan Sumber Data


Purposeful sampling secara kualitatif adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Sampel yang yang dianggap memiliki informasi yang sesuai dengan masalah penelitian ini
adalah analytical exposition text. Teks eksposisi yang dipilih menjadi sampel sebanyak tiga teks.
Adapun sumber diperolehnya sampel ini adalah buku pegangan atau teksbook siswa kelas XI.

Metode Penelitian | analisa translation shift error 7


Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah memilih teksbook siswa yang
akan menjadi sumber data. Peneliti memilih buku teks bahasa Inggris yang digunakan oleh siswa
kelas XI sebagai sumber data. Setelah memilih buku teks, langkah kedua adalah menyeleksi teks
yang akan dijadikan sampel untuk diterjemahkan dengan Google Translate. Terdapat beberapa
genre teks di dalam buku siswa tersebut; untuk menyeragamkan dan membatasi ruang lingkup
penelitian, peneliti memilih teks bergenre analytical exposition teks. Teks eksposisi dalam buku
siswa terdiri dari lima teks, maka peneliti memilih tiga teks untuk dijadikan sampel penelitian
ini. Setelah ketiga teks eksposisi dipilih, teks itu didokumentasikan dengan mengetik ulang
seluruh teks di Microsoft Word dalam format tabel. Tiap paragraf dari ketiga teks yang
diketikkan dalam table akan menjadi sampel yang diterjemahkan dengan Google Translate.

Teknik Analisis Data


Setelah semua paragraph dari ketiga teks diketikkan di Microsoft Word dengan format table
yang dibagi menjadi dua kolom – kolom kiri untuk teks asli berbahasa Inggris dari buku siswa,
dan kolom kanan untuk hasil translasi yang disalin dari Google Translate. Langkah kedua adalah
menyalin dan menerjemahkan tiap paragraph dari kolom kiri (berbahasa Inggris) di Google
Translate. Produk atau hasil translasi ke bahasa Indonesia kemudian disalin ke kolom bagian
kanan sesuai dengan paragraf bahasa sumber atau bahasa Inggrisnya. Setelah semua paragraph
dari ketiga teks eksposisi diterjemahkan, langkah ketiga adalah mengamati tiap kalimat dalam
tiap paragraf dari ketiga teks itu. Peneliti mengamati dan menandai kalimat-kalimat yang
memiliki masalah translasi.

Langkah keempat adalah peneliti mendesai table yang kedua. Tabel ini akan mengkategorikan
setiap masalah yang translasi yang muncul. Kategori masalah pada table sesuai dengan masalah
penelitian yaitu translation shift error yang terdiri dari dua kategori utama yaitu level of shift dan
category shift – category shift dibagi lagi menjadi empat subkategori yaitu structure shift, class
shift, unit shift, dan intra systm shift. Tiap kalimat yang homogeny dengan kategori itu
diklasifikasikan sesuai tabelnya.

Setelah semua translation shift error dari tiap kalimat yang bermasalah dikategorikan, peneliti
melakukan langkah kelima yaitu mendeskripsikan tiap translation shift error pada tiap kalimat.
Peneliti akan menganalisa dan memaparkan deskripsi masalah sesuai teori translation shift error
seperti yang diulas pada tinjauan literature.

Daftar Pustaka

Arnold, Douglas et al. 1994. Machine Translation An Introductory Guide. USA. Blackwell
Publisher

Basnett, Susan. 2002. Translation Studies. New York. Routledge

Gaspari, Federico. 2004. Online MT Services and Real Users’ Needs: An Emperical Usability
Evaluation. Springer. R.E. Frederking and K.B. Taylor (Eds.): AMTA2004, LNAI 3265, pp. 74–
85, 2004

Metode Penelitian | analisa translation shift error 8


Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London. Oxford University Press
Larsen, Dianne. 2000. Teaching and Principles in Language Teaching. New York. Oxford
University Press

https://www.businessinsider.sg/sundar-pichai-google-translate-143-billion-words-daily-2018-
7/?r=US&IR=T

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. New York. Prentice Hall International

Olive, Joseph et al. 2011. Handbook of Natural Language Processing and Machine Translation.
New York. Springer

Postgate. J. P. 1922. Translation and Translation; Theory and Practice. London. G. Bell and
Sons, LTD

Metode Penelitian | analisa translation shift error 9


Appendix 1
Text 1
Bullying : Why We Should Expel This Kind of Action

Bullies have become one big problem in our educational field. Sometimes, there are more accidents
happen in school than just ordinary educational and socialization activities. These issues are frequently
represented in lot of literature and media – whether it‟s real or satire, which happens all over the world.

The school shooting which happened recently in The United States are also conducted by bullies, claimed
by the shooters itself. They said the intention to do this cruel thing come when the school administration
can‟t interfere and make solution, repeatedly. In many of these cases, the victim‟s family will sue both the
shooters family and the school.

The bullying itself can occur in class which requires group work and or after school activities. This
happens when several students use of or isolate another students. When they gain the ―loyalty‖ from
others who don‟t want to be the next victim. These bullies will tease and taunt their target verbally before
physically bullying the target. The target itself usually is someone who is considered strange or different,
which make the situation harder for bullies to deal with.

Social rejection is also one factor that causes bullies, where an individual has been isolated, has an urge of
belonging but doesn‟t possess the skill to keep their friends effectively. There‟s one sentence that maybe
can explain the negative action that bullies exhibit. ―When you‟re miserable, you need something more
miserable than yourself.‖ That is the reason why we would like to expel bullies from school.

Another argument that support our intention, is the urge to protect our and later generation from
something that will affect their life forever, in the worst way which this violence shouldn‟t be happened
on their age.
And the most important reason, the expel will make the parents notice for what they‟ve done and what
they‟ve missed about their children. The first and the best education are given by parents, so we believe
that bullies are easier to touch by their own parents.

In conclusion, these issues shouldn‟t be handled by only parents, but also cooperation with the school
administration to supervise this condition.

Metode Penelitian | analisa translation shift error 10


Appendix 2
Text 2
Renewable Energy Change Our Life

Renewable energy such as nuclear energy, solar energy, and wind energy is safer and has more
advantages than the use of petroleum as number reasons.

Firstly, the use of renewable energy will support the program of blue sky. As it doesn‟t burn the petrol it
will not produce the hazard or smoke because it doesn‟t involve burning process that is used to spin the
turbines to generate power. The energy itself spins the turbine instead. Even it only produces small
amount of solid waste (or even none for water and wind energy). So, it is safer for our environment.

Secondly, it costs less than burning petroleum. If we burn petroleum everyday to spin the turbine, why
don‟t we use the power resource that is available? We need only a small amount of uranium to generate
the turbine to produce electricity and to light thousands of homes.
Thirdly, it leads us to the future. The energy that is at present will be used up, and no more left. If we use
something that gives more advantages, I think we can maintain human lives and increase the human
civilization.

One thing is clear, that renewable energy is much better than petroleum. If we support the government‟s
plan to use the renewable energy, we can change our life.

Appendix 3
Text 3
Obesity is a Nightmare

As the rate of obesity continues to climb in the United States, one age group is feeling the ramification
more than most. More than half of Americans are overweight including at least 1 in 5 children. Teenage
obesity is becoming an epidemic and for many teens, a living nightmare.

The foods we eat every day contribute to our well – being. Foods provide us with the nutrients we need
for healthy bodies and the calories we need for energy. If we eat too much, however, the extra food turns
to fat and is stored in our bodies. If we overeat regularly, we gain weight, and if we continue to gain
weight, we may become obese.

Obesity means accumulation of excess fat on the body. Obesity is considered a chronic (long term)
disease, like high blood pressure or diabetes. It has many serous long – term consequences for your
health, and it is the second leading cause of preventable deaths.

Obesity is caused by the false life style. People have meals at the fast food restaurant which serves the
junk food; they do not control their appetite, they like to attend parties where food is abundant while
physical activity is lack.

Metode Penelitian | analisa translation shift error 11

Anda mungkin juga menyukai