PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan adanya plak yang
menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke otot jantung. Penyakit ini
termasuk bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi. Penyakit
kardiovaskuler merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh darah termasuk stroke,
penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya (WHO).
Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung
koroner. Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.
Di Indonesia salah satu penyakit kardiovaskular yang terus menerus menempati
urutan pertama adalah penyakit jantung koroner. Menurut survei Sample Registration
System angka kematian penyakit jantung koroner 12,9% dari seluruh kematian. Prevalensi
penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter yang dilakukan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 sebesar 0,5% sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5%. Hasil Riskesdas ini menunjukkan penyakit jantung koroner berada pada
posisi ketujuh tertinggi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia.
Penyakit jantung koroner (PJK) ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting
dan berdampak secara sosio-ekonomi karena biaya obat-obatan yang cukup mahal,
lamanya waktu perawatan dan pengobatan, serta pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan dalam proses pengobatan. Upaya pencegahan melalui deteksi dini faktor risiko
dan upaya pengendaliannya sangat penting dilakukan.
Identifikasi faktor risiko Penyakit jantung koroner (PJK) sangat bermanfaat untuk
perencanaan intervensi pencegahan. Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasi
faktorfaktor risiko penyakit jantung koroner antara lain herediter, usia, jenis kelamin,
sosioekonomi, letak geografi, makanan tinggi lemak dan kalori, kurang makan sayur buah,
merokok, alkohol, aktifitas fisik kurang, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis,
penyakit arteri perifer, stroke dan dislipidemia. Faktor risiko dominan penyakit jantung
koroner secara nasional belum ada.
Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan Identifikasi Data Gangguan Kesehatan
Pekerja Dengan Kasus Peyakit Jantung Koroner. Diharapkan hasil makalah ini dapat
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya intervensi pencegahan melalui
deteksi dini dan promosi kesehatan secara umum.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan Identifikasi Data Gangguan Kesehatan
Pekerja Dengan Kasus Peyakit Jantung Koroner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Identifikasi Data Gangguan Kesehatan Pekerja (Study Kasus Penyakit Jantung)
1. Data demografi karyawan
Data Demografi karyawan dapat meliputi jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, usia, etnis, kewarganegaraan, dan lain- lain. Akan tetapi dalam
penelitian pada umumnya hanya akan digunakan aspek demografis jenis kelamin,
usia, status perkawinan, pendidikan, dan masa kerja saja, karena aspek tersebut
yang paling mudah dilihat dari karyawan tanpa menyinggung pribadi karyawan
tersebut. Beberapa karakteristik demografi yang umumnya digunakan dalam
penelitian antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan
masa kerja (Sarwono dan Soeroso: 2001).
Berikut penjabaran mengenai karakteristik demografi tersebut:
a. Usia. Seiring bertambah usia fungsi jantung akan menurun
b. Jenis Kelamin. Penelitian menunjukkan bahwa pria yang berusia di bawah 50
tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar akibat penyakit jantung koroner,
3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada wanita pada usia yang sama. Namun, bagi
para wanita yang berusia di atas 50 tahun atau telah mengalami menopause,
perbedaan faktor jenis kelamin ini tidak terlalu berpengaru .
c. Status perkawinan pada umumnya membuat seseorang memiliki kebutuhan
yang lebih banyak dari pada sebelum perkawinan. Maka seseorang yang telah
menikah harus meningkatkan kinerja untuk menambah penghasilan mereka.
d. Pendidikan menurut Popenoe (1997) yang dikutip oleh Sarwono (2001)
menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi akan mudah
menganalisis keadaan, dan mengantisipasi rsiko kesehatan.
e. Masa kerja menentukan seberapa lama seseorang terpapar dengan pajanan.
Maka pegawai yang masa kerjanya lebih lama, pada umumnya memiliki paparan
lebih banyak jika dibandingkan dengan pegawai yang baru.
2. Data pajanan
Data pajanan perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko
(bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu. Risiko adalah
probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi
pajananaktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah
perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat
meningkatkan risiko gangguan kesehatan
6. Rekam medis
Rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien. (Ikatan Dokter
Indonesia) Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien (Permenkes No 269/Menkes/Per/III /2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ay
(1)).
Dalam perkembangannya rekam medis dijadikan sebagai data untuk menentukan
kebijakan kesehatan, kemudian rekam medis menjadi alat bukti hukum.
Bagaimanapun perkembangan dalam penyelenggaraan rekam medis, yang tetap
harus dipahami adalah, bahwa rekam medis adalah dokumen penting dalam
pelayanan kesehatan perorangan.
2. Program kesehatan
Dalam upaya mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sehat serta memperhatikan
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, perusahaan akan melakukan beberapa
program promosi kesehatan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
karyawan akan pentingnya kesehatan dalam bekerja dan dalam kehidupa sehari-hari.
Berikut beberapa program promosi kesehatan Penyakit Jantung yang biasanya
dilakukan yaitu:
a. Kantin sehat
b. Senam sehat
c. Lomba menurunkan berat badan, dll.
Program promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK) tersebut disusun dengan langkah-
langkah RAPKPIEK (rekognisi, analisis, perencanaan, komunikasi, persiapan,
implementasi, evaluasi, dan kontinyuitas). Berikut salah satu penerapan langkah-
langkah RAPKPIEK pada program promosi kesehatan Lomba menurunkan berat badan.
1. REKOGNISI
Masalah kesehatan didapat dari Health Risk Assessment (HRA) dan data
medical check up tahunan. Dari data hasil MCU didapatkan bahwa banyak
karyawanyang memiliki faktor resiko penyakit jantung adalah Hypertrigliserida dan
Overweight. Ini terjadi dikarenakan pola makan yang tidak baik yaitu makan tengah
malam saat bekerja Shift malam, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
tidak sehat dan berkolestrol tinggi, tidak melakukan aktifitas olahraga dikarenakan
tugas-tugas pelaporan yang harus dikerjakan termasuk pada hari sabtu atau
minggu.
2. ANALISIS
Dari permasalahan yang ada Analisa dilakukan dengan mengkaji data
statistik pemeriksaan kesehatan tahunan terhadap semua karyawan, dimana kasus
dyslipidemia merupakan masalah tertinggi, diikuti dengan masalah overweight.
Beberapa pertimbangkan terhadap pemilihan program yang akan diambil
meliputi dampak kesehatan bagi karyawan dan kaitannya dengan produktifitas,
biaya kesehatan dan dana yang harus dikeluarkan oleh manajemen untuk
mendukung program tersebut.
Dengan menggunakan metode multivoting maka dari pertemuan tersebut
disepakati bahwa perlu adanya program aktifitas fisik diikuti dengan pola makan
yang sehat dan komitmen pribadi karyawan untuk memperbaiki pola hidup melalui
pola makan dan aktifitas fisik. Program tersebut adalah Lomba Berat Badan
Ideal. Program ini akan ditawarkan khusus kepada karyawan yang memiliki faktor
resiko Overweight dan Dyslipidemia secara suka rela berkomitmen menjalankannya
dengan sungguh-sungguh.
Tata cara mengikuti program antara lain:
a. Peserta harus membuat komitmen tertulis yang berisi persetujuan mengikuti
program ini dengan suka rela
b. Peserta mendapatkan starter kit berupa leaflet mengenai panduan
mendapatkan berat badan Ideal, lingkaran ukuran BMI, T-shirt untuk 300
pendaftar utama
c. Peserta tidak dalam kodisi sakit (sesuai yang ditentukan dokter)
d. Kondisi badan dalam kondisi gemuk dengan BMI >27,5 dan atau Lingkar perut
>105 cm (pria) atau 90 cm (wanita).
e. Selama lomba tidak boleh menggunakan obat dan atau tindakan medis lain
seperti operasi sedot lemak
f. Program penurunan berat badan harus mengikuti petunjuk kesehatan yaitu diet
dan olah raga yang seimbang.
g. Peserta wajib melakukan konseling tiap bulan saat melakukan penimbangan
h. Pengukuran awal dilakukan saat pendaftaran Januari 2019 dan pengukuran
akhir akan dilaksanakan pada bulan juli 2019 di klinik perusahaan
i. Pengumuman pemenang dilakukan pada upacara peringatan HUT RI 17
Agustus 2019
3. PERENCANAAN
Beberapa hal yang menjadi kesepakatan dalam perencanaan program ini antara
lain:
a. Menentukan target perubahan yang mau dicapai yaitu terjadinya perubahan
perilaku sehat melalui aktifitas fisik dan pola makan sehat.
b. Target dari program ini adalah karyawan yang memiliki riwayat kelebihan berat
badan dan riwayat kolestrol.
c. Membuat anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program.
d. Proses menuju perubahan dilakukan melalui bimbingan yang diberikan oleh
HRD setiap minggu untuk memantau kedisiplinan dalam melaksanakan
program ini dan laporan akan disiapkan sebagai sarana pemantauan.
e. Metoda evaluasi penilaian disepakati adalah:
1) Konsistensi dalam penurunan berat badan perbulan saat konseling dan
penimbangan. Petugas panitia program akan menginput data setiap bulan
hasil pencapaian berdasarkan data dari penimbangan berat badan
karyawan. Data yang diinput akan dikalkulasi setiap bulan dan akan
dimonitor oleh tim HRD dan HSE.
2) Tingkat penurunan berat badan yang dilaporkan setiap bulan akan
dievaluasi hingga program berakhir.
3) Keaktifan dalam konseling dan tanya jawab selama program berjalan.
4. KOMUNIKASI
Kampanye dilakukan untuk mengajak karyawan terlibat dalam program ini melalui
pertemuan rutin yang dilakukan setiap bulan, email sosialisasi ke semua karyawan,
banner dan poster, ajakan langsung dari para manajer dan tim HSE. Komunikasi ini
dilakukan secara terus menerus selama 2 bulan sebelum program dijalankan.
Karena program ini didukung penuh oleh pimpinan puncak, maka pimpinan puncak
ikut serta dan mewajibkan para manajer untuk mengikuti program ini.
5. PERSIAPAN
Untuk mendukung pelaksanaan program Melangkah 10.000 langkah setiap
hari maka dilakukan persiapan antara lain:
a. Penandatanganan komitmen dari manajemen baik pimpinan puncak
maupun para manajer untuk sungguh-sungguh menjalankan program
tersebut. Selain itu juga komitmen ini sebagai bukti bahwa manajemen akan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan demi keberhasilan program ini.
Ini juga termasuk dalam pendanaan dan hadiah menarik.
b. Membuat action plan yang mencakup siapa melakukan apa dan waktu
penyelesaian.
c. Disepakati bahwa program ini dilakukan bertahap untuk 3 bulan pertama,
selanjutnya akan dievaluasi untuk perbaikan program selanjutnya.
d. Menyiapkan alat pantau Berat badan berupa timbangan dan pengukur
tinggi.
e. Menyiapkan kecukupan Starter Kit berupa leaflet mengenai panduan
mendapatkan berat badan Ideal, lingkaran ukuran BMI, T-shirt untuk 300
pendaftar utama.
f. Media kampanye berupa banner dan email.
g. Mempersiapkan hadiah menarik berupa 2 HP samsung S8, 2 HP Samsung
A8, 2 HP Samsung A7, 15 unit sepeda gunung, 20 Smartwatch FitBit, dan
uang tunai berdasarkan budget yang sudah disetujui dalam tahap
perencanaan.
h. Menyusun struktur organisasi program yang terdiri dari Penanggung Jawab
Program (Business Manajer), Koordinator Program (Manajer HRD) serta
perwakilan HSE, wakil karyawan dan para Manajer. Selain itu juga dibuat
uraian tugas yang jelas.
i. Dalam proses monitoring setiap bulan tim HRD dan OH akan memberikan
motivasi dan beberapa tips kesehatan, misalnya pola makan seimbang dan
pola hidup sehat.
6. IMPLEMENTASI
Metode yang dilakukan menggunakan pendekatan kombinasi melalui cara
pendidikan, pelatihan dan intervensi melalui konseling. Ini mengacu kepada
konsep perubahan perilaku dimana terdapat lima tahapan perubahan, yaitu
precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance.
1. Strategi Predisposisi.
Tahap precontemplation ke tahap contemplation melalui pendidikan
dan pelatihan. dilakukan pada saat kick off program mengundang semua
peserta menjelaskan mekanisme program juga pengarahan terkait kesehatan
dan pola hidup sehat oleh dokter perusahaan.
2. Strategi Pemungkin
tahap contemplation ke tahap action, memberikan kesempatan
karyawanmenggunakan benefit perusahaan seperti kesempatan
menggunakan fasilitas fitness dan tempat berenang, konsultasi personal
terkait program diberikan setiap minggu pada hari jumat mengenai pola
makan yang baik, seimbang dan kegiatan olahraga yang sesuai.
3. Strategi Penguat
tahap preparation ke tahap maintenance melalui pemantauan berkala
setiap 3 bulan, dan memasukan cerita sukses dalam majalah perusahaan.
Program ini dilakukan sebagai pilot project, dengan fokus ke satu unit bisnis
khususnya buat para karyawan.
7. EVALUASI
Setelah 6 bulan program berjalan maka dilakukan evaluasi secara
keseluruhan. Input dari evaluasi berasal dari manajemen, perwakilan karyawan,
peserta, HSE dan tim HRD. Hasil evaluasi dijadikan perbaikan untuk program
berikutnya atau program lain yang akan dijalankan.
8. KONTINUITAS
Penghargaan akan diberikan kepada pemenang dan juga apresiasi kepada
semua peserta program. Berdasarkan evaluasi bersama,maka manajemen
memutuskan akan meneruskan Program Lomba Berat Badan Ideal untuk periode
berikutnya dengan cakupan yang lebih luas yaitu seluruh unit bisnis yang ada.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung
secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular.
Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah
tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga),
diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi
lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol,
melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja
kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan
control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi
rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran
peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.
B. Saran
1) Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2) Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol,
kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.
3) Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu
stroke.
4) Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
DAFTAR PUSTAKA