Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan adanya plak yang
menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke otot jantung. Penyakit ini
termasuk bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi. Penyakit
kardiovaskuler merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh darah termasuk stroke,
penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya (WHO).
Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung
koroner. Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.
Di Indonesia salah satu penyakit kardiovaskular yang terus menerus menempati
urutan pertama adalah penyakit jantung koroner. Menurut survei Sample Registration
System angka kematian penyakit jantung koroner 12,9% dari seluruh kematian. Prevalensi
penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter yang dilakukan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 sebesar 0,5% sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5%. Hasil Riskesdas ini menunjukkan penyakit jantung koroner berada pada
posisi ketujuh tertinggi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia.
Penyakit jantung koroner (PJK) ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting
dan berdampak secara sosio-ekonomi karena biaya obat-obatan yang cukup mahal,
lamanya waktu perawatan dan pengobatan, serta pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan dalam proses pengobatan. Upaya pencegahan melalui deteksi dini faktor risiko
dan upaya pengendaliannya sangat penting dilakukan.
Identifikasi faktor risiko Penyakit jantung koroner (PJK) sangat bermanfaat untuk
perencanaan intervensi pencegahan. Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasi
faktorfaktor risiko penyakit jantung koroner antara lain herediter, usia, jenis kelamin,
sosioekonomi, letak geografi, makanan tinggi lemak dan kalori, kurang makan sayur buah,
merokok, alkohol, aktifitas fisik kurang, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis,
penyakit arteri perifer, stroke dan dislipidemia. Faktor risiko dominan penyakit jantung
koroner secara nasional belum ada.
Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan Identifikasi Data Gangguan Kesehatan
Pekerja Dengan Kasus Peyakit Jantung Koroner. Diharapkan hasil makalah ini dapat
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya intervensi pencegahan melalui
deteksi dini dan promosi kesehatan secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah pada kasus ini adalah bagaimana
cara mengidentifikasi data gangguan kesehatan pekerja dengan kasus penyakit jantung.

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan Identifikasi Data Gangguan Kesehatan
Pekerja Dengan Kasus Peyakit Jantung Koroner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung


1. Pengertian Penyakit Jantung
Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung umumnya mengacu
pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah yang
bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau stroke. Kondisi
jantung lainnya yang mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga dianggap
bentuk penyakit jantung (American Heart Association, 2017).
2. Klasifikasi Penyakit Jantung
Berikut adalah penjelesan dari klasifikasi penyakit jantung.
a. Diagnosis Normal
Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja secara normal untuk
memompa darah dan menyuplai oksigen keseluruh tubuh.
b. Diagnosis Hypertensive Heart Disease (HHD)
Hypertensive heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung (theHeart.org, 2014).
c. Diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi)
guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat (Udjianti, 2010).
d. Diagnosis Angina Pectoris
Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau ketidaknyamanan
akibat penyakit jantung koroner. Hal itu terjadi ketika otot jantung tidak mendapat
darah sebanyak yang dibutuhkan. Hal ini biasanya terjadi karena satu atau lebih
arteri jantung menyempit atau tersumbat, biasa juga disebut iskemia (American
Heart Association, 2016).
2.2 Penyebab Penyakit Jantung
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, 2015 faktor-faktor
penyebab penyakit jantung adalah sebagai berikut
a. Diet Tidak Sehat
Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit jantung. Selain itu,
terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan bisa menaikkan kadar tekanan
darah.
b. Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yangmerupakan faktor
resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
c. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar kolesterol
"baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa menyebabkan tekanan darah
tinggi dan diabetes.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko terkena
penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu bentuk kolesterol,
yang bisa mengeraskan arteri.
e. Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang meningkatkan resiko
kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan jantung. Selain itu, nikotin
meningkatkan tekanan darah, dan karbon monoksida mengurangi jumlah oksigen
yang dibawa oleh darah. Paparan asap rokok orang lain dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung bahkan untuk bukan perokok.
f. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung. Ini adalah
kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan pembuluh darah
lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering disebut "silent killer" karena
banyak orang tidak memperhatikan gejala sinyal darah tinggi. Menurunkan
tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau dengan pengobatan bisa
mengurangi resiko penyakit jantung dan serangan jantung.
g. Kolesterol Tinggi
Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang dibuat oleh hati atau
ditemukan pada makanan tertentu. Jika mengkonsumsi lebih banyak kolesterol
daripada yang bisa digunakan tubuh, kolesterol ekstra bisa terbentuk di dinding
arteri, termasuk di jantung. Hal ini menyebabkan penyempitan arteri dan bisa
menurunkan aliran darah ke jantung, otak, ginjal, dan bagian tubuh lainnya.
Kolesterol tinggi adalah istilah yang digunakan untuk kadar low-density
lipoprotein, atau LDL, yang dianggap "buruk" karena dapat menyebabkan
penyakit jantung. Kadar kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau
HDL, dianggap "baik" karena memberikan perlindungan terhadap penyakit
jantung.
h. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang dibuat di
pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan yang ke sel
tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat insulin, tidak dapat
menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes menyebabkan gula terbentuk
di dalam darah. Resiko kematian akibat penyakit jantung bagi orang dewasa
dengan diabetes adalah dua sampai empat kali lebih tinggi daripada orang
dewasa yang tidak menderitadiabetes
i. Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan juga bahwa orang-
orang dengan riwayat penyakit jantung keluarga memiliki lingkungan yang sama
dan faktor potensial lainnya yang meningkatkan resikonya. Resiko penyakit
jantung bisa meningkat bahkan lebih bila faktor keturunan dikombinasikan dengan
pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan makan makanan yang
tidak sehat.
j. Usia
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia.
k. Ras atau etnisitas
Pada tahun 2013 penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di Amerika
Serikat untuk kulit putih non-Hispanik, kulit hitam non-Hispanik, dan Indian
Amerika. Bagi orang Hispanik, dan orang Amerika Asia dan Kepulauan Pasifik,
penyakit jantung adalah yang kedua setelah kanker sebagai penyebab kematian.

2. Jenis Pekerjaan Yang Berisiko Terkena Penyakit Jantung


Faktor resiko penyakit jantung adalah Hypertrigliserida, Overweight, diabetes, dan
kurang aktivitas. Faktor resiko ini bisa ditemui pada karyawan dengan pola makan yang
tidak baik yaitu makan tengah malam saat bekerja Shift malam, dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan berkolestrol tinggi, tidak melakukan
aktifitas olahraga dikarenakan tugas-tugas pelaporan yang harus dikerjakan termasuk
pada hari sabtu atau minggu. Karyawan tersebut bisa berasal dari pekerja lapangan juga
pekerja kantoran.
Contoh kasus karyawan operator yang bekerja shift malam. Saat bekerja untuk
mengurangi rasa kantuk mereka makan cemilan. Karyawan yang bekerj di offshore atau
tambang di tengah hutan umumnya memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi sehingga
memicu stress kerja. Mereka umumnya melapiaskan dengan merokok atau minum
alkohol yang merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung.

2.4 Identifikasi Data Gangguan Kesehatan Pekerja (Study Kasus Penyakit Jantung)
1. Data demografi karyawan
Data Demografi karyawan dapat meliputi jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, usia, etnis, kewarganegaraan, dan lain- lain. Akan tetapi dalam
penelitian pada umumnya hanya akan digunakan aspek demografis jenis kelamin,
usia, status perkawinan, pendidikan, dan masa kerja saja, karena aspek tersebut
yang paling mudah dilihat dari karyawan tanpa menyinggung pribadi karyawan
tersebut. Beberapa karakteristik demografi yang umumnya digunakan dalam
penelitian antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan
masa kerja (Sarwono dan Soeroso: 2001).
Berikut penjabaran mengenai karakteristik demografi tersebut:
a. Usia. Seiring bertambah usia fungsi jantung akan menurun
b. Jenis Kelamin. Penelitian menunjukkan bahwa pria yang berusia di bawah 50
tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar akibat penyakit jantung koroner,
3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada wanita pada usia yang sama. Namun, bagi
para wanita yang berusia di atas 50 tahun atau telah mengalami menopause,
perbedaan faktor jenis kelamin ini tidak terlalu berpengaru .
c. Status perkawinan pada umumnya membuat seseorang memiliki kebutuhan
yang lebih banyak dari pada sebelum perkawinan. Maka seseorang yang telah
menikah harus meningkatkan kinerja untuk menambah penghasilan mereka.
d. Pendidikan menurut Popenoe (1997) yang dikutip oleh Sarwono (2001)
menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi akan mudah
menganalisis keadaan, dan mengantisipasi rsiko kesehatan.
e. Masa kerja menentukan seberapa lama seseorang terpapar dengan pajanan.
Maka pegawai yang masa kerjanya lebih lama, pada umumnya memiliki paparan
lebih banyak jika dibandingkan dengan pegawai yang baru.
2. Data pajanan
Data pajanan perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko
(bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu. Risiko adalah
probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi
pajananaktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah
perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat
meningkatkan risiko gangguan kesehatan

3. Data hasil pemeriksaan kesehatan


Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu pemeriksaan kesehatan pra-kerja
(pre-employment atau preplacement medical examination), sebelum subjek
pemeriksaan bekerja atau ditempatkan, Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic
medical examination) yang terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, dan
pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination) yang terkait dengan
kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat gangguan kesehatan yang
bermakna dan penyakit yang berat. Riwayat kesehatan dan riwayat pekerjaan secara
lengkap diperlukan untuk dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan kemungkinan gangguan
kesehatan
4. Data klinik out-in patient
Berupa data kunjungan pasien dan top ten disease. Terutama pasien yang datang
dengan diagnosa penyakit jantung. Data ini digunakan untuk menilai keberhasilan
program promosi kesehatan dan menilai kepatuhan pasien/karyawan dalam berobat.

5. Data medical absenteeisme


Absensi adalah pola kebiasaan ketidakhadiran dari tugas atau kewajiban tanpa
alasan yang kuat. Secara umum, absensi adalah ketidakhadiran yang tidak
direncanakan. Ketidakhadiran dipandang sebagai indikator kinerja individu yang
buruk, dalam hal ini disebabkan oleh sakit.

6. Rekam medis
Rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien. (Ikatan Dokter
Indonesia) Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien (Permenkes No 269/Menkes/Per/III /2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ay
(1)).
Dalam perkembangannya rekam medis dijadikan sebagai data untuk menentukan
kebijakan kesehatan, kemudian rekam medis menjadi alat bukti hukum.
Bagaimanapun perkembangan dalam penyelenggaraan rekam medis, yang tetap
harus dipahami adalah, bahwa rekam medis adalah dokumen penting dalam
pelayanan kesehatan perorangan.

2. Jenis Pemeriksaan Khusus Kesehatan Pekerja Dengan Penyakit Jantung


Saat MCU Pemeriksaan fisik, riwayat medis dan sejumlah tes dapat membantu
mendiagnosis penyakit jantung, termasuk:
1. Elektrokardiogram (ECG): Ini merekam aktivitas listrik dan irama jantung.
2. Holter monitor: Ini adalah alat portabel yang dipakai pasien di bawah pakaian
mereka selama 2 hari atau lebih. Ini mencatat semua aktivitas listrik jantung,
termasuk detak jantung.
3. Echocardiogram: Ini adalah scanultrasound yang memeriksa jantung yang
memompa. Ini menggunakan gelombang suara untuk memberikan gambar video.
4. Tes stres: Ini mungkin melibatkan penggunaan treadmill atau obat yang
menekankan hati.
5. Kateterisasi koroner: Pewarna disuntikkan ke arteri jantung melalui kateter yang
berulir melalui arteri, sering di kaki atau lengan, ke arteri di jantung. X-ray kemudian
mendeteksi titik-titik sempit atau penyumbatan yang diungkapkan oleh pewarna.
6. CT scan: Ini membantu dokter untuk memvisualisasikan arteri, mendeteksi kalsium
apa pun di dalam endapan lemak yang menyempit arteri koroner, dan untuk
mengkarakterisasi kelainan jantung lainnya.
7. Ventrikulografi Nuklir: Ini menggunakan pelacak, atau bahan radioaktif, untuk
menunjukkan ruang jantung. Materi disuntikkan ke pembuluh darah. Itu menempel
pada sel darah merah dan melewati jantung. Kamera atau pemindai khusus
melacak pergerakan material.
8. Tes darah: Tes ini dapat mengukur kadar kolesterol darah, terutama pada orang
yang berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat keluarga dengan jantung atau
kondisi terkait kolesterol, kelebihan berat badan, dan memiliki tekanan darah tinggi
atau kondisi lain, seperti kelenjar tiroid yang kurang aktif atau kondisi apa pun yang
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah

2. Program kesehatan
Dalam upaya mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sehat serta memperhatikan
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, perusahaan akan melakukan beberapa
program promosi kesehatan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
karyawan akan pentingnya kesehatan dalam bekerja dan dalam kehidupa sehari-hari.
Berikut beberapa program promosi kesehatan Penyakit Jantung yang biasanya
dilakukan yaitu:
a. Kantin sehat
b. Senam sehat
c. Lomba menurunkan berat badan, dll.
Program promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK) tersebut disusun dengan langkah-
langkah RAPKPIEK (rekognisi, analisis, perencanaan, komunikasi, persiapan,
implementasi, evaluasi, dan kontinyuitas). Berikut salah satu penerapan langkah-
langkah RAPKPIEK pada program promosi kesehatan Lomba menurunkan berat badan.
1. REKOGNISI
Masalah kesehatan didapat dari Health Risk Assessment (HRA) dan data
medical check up tahunan. Dari data hasil MCU didapatkan bahwa banyak
karyawanyang memiliki faktor resiko penyakit jantung adalah Hypertrigliserida dan
Overweight. Ini terjadi dikarenakan pola makan yang tidak baik yaitu makan tengah
malam saat bekerja Shift malam, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
tidak sehat dan berkolestrol tinggi, tidak melakukan aktifitas olahraga dikarenakan
tugas-tugas pelaporan yang harus dikerjakan termasuk pada hari sabtu atau
minggu.
2. ANALISIS
Dari permasalahan yang ada Analisa dilakukan dengan mengkaji data
statistik pemeriksaan kesehatan tahunan terhadap semua karyawan, dimana kasus
dyslipidemia merupakan masalah tertinggi, diikuti dengan masalah overweight.
Beberapa pertimbangkan terhadap pemilihan program yang akan diambil
meliputi dampak kesehatan bagi karyawan dan kaitannya dengan produktifitas,
biaya kesehatan dan dana yang harus dikeluarkan oleh manajemen untuk
mendukung program tersebut.
Dengan menggunakan metode multivoting maka dari pertemuan tersebut
disepakati bahwa perlu adanya program aktifitas fisik diikuti dengan pola makan
yang sehat dan komitmen pribadi karyawan untuk memperbaiki pola hidup melalui
pola makan dan aktifitas fisik. Program tersebut adalah Lomba Berat Badan
Ideal. Program ini akan ditawarkan khusus kepada karyawan yang memiliki faktor
resiko Overweight dan Dyslipidemia secara suka rela berkomitmen menjalankannya
dengan sungguh-sungguh.
Tata cara mengikuti program antara lain:
a. Peserta harus membuat komitmen tertulis yang berisi persetujuan mengikuti
program ini dengan suka rela
b. Peserta mendapatkan starter kit berupa leaflet mengenai panduan
mendapatkan berat badan Ideal, lingkaran ukuran BMI, T-shirt untuk 300
pendaftar utama
c. Peserta tidak dalam kodisi sakit (sesuai yang ditentukan dokter)
d. Kondisi badan dalam kondisi gemuk dengan BMI >27,5 dan atau Lingkar perut
>105 cm (pria) atau 90 cm (wanita).
e. Selama lomba tidak boleh menggunakan obat dan atau tindakan medis lain
seperti operasi sedot lemak
f. Program penurunan berat badan harus mengikuti petunjuk kesehatan yaitu diet
dan olah raga yang seimbang.
g. Peserta wajib melakukan konseling tiap bulan saat melakukan penimbangan
h. Pengukuran awal dilakukan saat pendaftaran Januari 2019 dan pengukuran
akhir akan dilaksanakan pada bulan juli 2019 di klinik perusahaan
i. Pengumuman pemenang dilakukan pada upacara peringatan HUT RI 17
Agustus 2019
3. PERENCANAAN
Beberapa hal yang menjadi kesepakatan dalam perencanaan program ini antara
lain:
a. Menentukan target perubahan yang mau dicapai yaitu terjadinya perubahan
perilaku sehat melalui aktifitas fisik dan pola makan sehat.
b. Target dari program ini adalah karyawan yang memiliki riwayat kelebihan berat
badan dan riwayat kolestrol.
c. Membuat anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program.
d. Proses menuju perubahan dilakukan melalui bimbingan yang diberikan oleh
HRD setiap minggu untuk memantau kedisiplinan dalam melaksanakan
program ini dan laporan akan disiapkan sebagai sarana pemantauan.
e. Metoda evaluasi penilaian disepakati adalah:
1) Konsistensi dalam penurunan berat badan perbulan saat konseling dan
penimbangan. Petugas panitia program akan menginput data setiap bulan
hasil pencapaian berdasarkan data dari penimbangan berat badan
karyawan. Data yang diinput akan dikalkulasi setiap bulan dan akan
dimonitor oleh tim HRD dan HSE.
2) Tingkat penurunan berat badan yang dilaporkan setiap bulan akan
dievaluasi hingga program berakhir.
3) Keaktifan dalam konseling dan tanya jawab selama program berjalan.
4. KOMUNIKASI
Kampanye dilakukan untuk mengajak karyawan terlibat dalam program ini melalui
pertemuan rutin yang dilakukan setiap bulan, email sosialisasi ke semua karyawan,
banner dan poster, ajakan langsung dari para manajer dan tim HSE. Komunikasi ini
dilakukan secara terus menerus selama 2 bulan sebelum program dijalankan.
Karena program ini didukung penuh oleh pimpinan puncak, maka pimpinan puncak
ikut serta dan mewajibkan para manajer untuk mengikuti program ini.
5. PERSIAPAN
Untuk mendukung pelaksanaan program Melangkah 10.000 langkah setiap
hari maka dilakukan persiapan antara lain:
a. Penandatanganan komitmen dari manajemen baik pimpinan puncak
maupun para manajer untuk sungguh-sungguh menjalankan program
tersebut. Selain itu juga komitmen ini sebagai bukti bahwa manajemen akan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan demi keberhasilan program ini.
Ini juga termasuk dalam pendanaan dan hadiah menarik.
b. Membuat action plan yang mencakup siapa melakukan apa dan waktu
penyelesaian.
c. Disepakati bahwa program ini dilakukan bertahap untuk 3 bulan pertama,
selanjutnya akan dievaluasi untuk perbaikan program selanjutnya.
d. Menyiapkan alat pantau Berat badan berupa timbangan dan pengukur
tinggi.
e. Menyiapkan kecukupan Starter Kit berupa leaflet mengenai panduan
mendapatkan berat badan Ideal, lingkaran ukuran BMI, T-shirt untuk 300
pendaftar utama.
f. Media kampanye berupa banner dan email.
g. Mempersiapkan hadiah menarik berupa 2 HP samsung S8, 2 HP Samsung
A8, 2 HP Samsung A7, 15 unit sepeda gunung, 20 Smartwatch FitBit, dan
uang tunai berdasarkan budget yang sudah disetujui dalam tahap
perencanaan.
h. Menyusun struktur organisasi program yang terdiri dari Penanggung Jawab
Program (Business Manajer), Koordinator Program (Manajer HRD) serta
perwakilan HSE, wakil karyawan dan para Manajer. Selain itu juga dibuat
uraian tugas yang jelas.
i. Dalam proses monitoring setiap bulan tim HRD dan OH akan memberikan
motivasi dan beberapa tips kesehatan, misalnya pola makan seimbang dan
pola hidup sehat.

6. IMPLEMENTASI
Metode yang dilakukan menggunakan pendekatan kombinasi melalui cara
pendidikan, pelatihan dan intervensi melalui konseling. Ini mengacu kepada
konsep perubahan perilaku dimana terdapat lima tahapan perubahan, yaitu
precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance.
1. Strategi Predisposisi.
Tahap precontemplation ke tahap contemplation melalui pendidikan
dan pelatihan. dilakukan pada saat kick off program mengundang semua
peserta menjelaskan mekanisme program juga pengarahan terkait kesehatan
dan pola hidup sehat oleh dokter perusahaan.
2. Strategi Pemungkin
tahap contemplation ke tahap action, memberikan kesempatan
karyawanmenggunakan benefit perusahaan seperti kesempatan
menggunakan fasilitas fitness dan tempat berenang, konsultasi personal
terkait program diberikan setiap minggu pada hari jumat mengenai pola
makan yang baik, seimbang dan kegiatan olahraga yang sesuai.
3. Strategi Penguat
tahap preparation ke tahap maintenance melalui pemantauan berkala
setiap 3 bulan, dan memasukan cerita sukses dalam majalah perusahaan.
Program ini dilakukan sebagai pilot project, dengan fokus ke satu unit bisnis
khususnya buat para karyawan.
7. EVALUASI
Setelah 6 bulan program berjalan maka dilakukan evaluasi secara
keseluruhan. Input dari evaluasi berasal dari manajemen, perwakilan karyawan,
peserta, HSE dan tim HRD. Hasil evaluasi dijadikan perbaikan untuk program
berikutnya atau program lain yang akan dijalankan.
8. KONTINUITAS
Penghargaan akan diberikan kepada pemenang dan juga apresiasi kepada
semua peserta program. Berdasarkan evaluasi bersama,maka manajemen
memutuskan akan meneruskan Program Lomba Berat Badan Ideal untuk periode
berikutnya dengan cakupan yang lebih luas yaitu seluruh unit bisnis yang ada.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung
secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular.
Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah
tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga),
diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi
lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol,
melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja
kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan
control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi
rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran
peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.

B. Saran
1) Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2) Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol,
kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.
3) Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu
stroke.
4) Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Budnick, P dan Michael, R. 2001. What Is Cognitive Ergonomics.


Fishman. C. 1997 (Brain of Stig) Cognitive Ergonomics
Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to The Man: A Textbook of Occupational
Ergonomics. 4th. Edition. London: Taylor & Francis Ltd.
Isdesingnet.1997. Cognitive Ergonomics, Your Office and Your Brain
MacLeod, Dan. C.P.E, 2006. Cognitive ergonomics.
Manuaba, A. 2006. Materi Kuliah Cognitive ergonomics. Program Doktor. Program
Pascasarjana Ilmu Kedokteran. Universitas Udayana.
Sutalaksana. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri Institut
Teknologi Bandung.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya : Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi
Surabaya
Pertanyaan diskusi dan jawaban
1. Bagaimana program kesehatan penyakit jantung di lingkungan rumah untuk karyawan?
Dengan mengadakan seminar kesehatan dengan megundang istri atau keluarga
karyawan dimanaistri yang biasa memasak makanan di rumah wajib tahu mengnai
makanan yang baik dan tidak utuk kesehatan jantung.
2. Apakah ada Range usia untuk identifikasi penyakit jantung
 Usia rata-rata dilakukan EKG pada umur 35 tahun, atau dibawah umur 35 tahun
dengan indikasi gejala penyakit jantung
 Kalau Tredmil pada karyawan dengan resiko pekerjaan rendah seperti office worker
dilakukan pada usia 45 tahun keatas, untuk karyawan resiko tinggo dilakukan dari
awal mulai bekerja atau pre employee seperti pekerjaan di ketinggian, fire fighter dll.
3. Kenapa kasus jantung banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki, bagaimana
mengatasi karyawan yang tidak mau mengikuti program sehat dari perusahaan ?
 Pegaruh hormone pada wanita yang memiliki hormone estrogen dibandingkan laki-
laki yang tidak memiliki hormone estrogen
 Penyakit jantung dipengaruhi oleh lingkar perut
4. Penjelasan mengenai langkah RAKPIEK
1) Rekognisi,
Rekognisi adalah tahap untuk mengenali bahaya kesehatan yang ada. Rekognisi bisa
dilakukan dengan pelaksanaan Medical Check Up, Health Risk Assessment.Health
risk assessment (HRA) sebagai data awal untuk membantu pekerja mengenali status
kesehatannya yang mencakup penilaian risiko kesehatan minimum yang meliputi
penilaian kebugaran, stress/emosi dan status gizi dan penilaian risiko kesehatan yang
komprehensif yang meliputi pemeriksaan fisik, kimia darah (profil lipid, gula darah
dll.), tes reaksi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Selain informasi kesehatan di
atas, diperlukan juga informasi dan data pendukung yang dapat diperoleh dari rekam
medik atau catatan personalia, bila perlu diobservasi, wawancara atau sebaran
kuesioner. Informasi dan data pendukung yang diperlukan antara lain, aktivitas
PKDTK yang sudah ada, persepsi pekerja tentang PKDTK, karakteristik sosio-
demografi, perilaku kesehatan dan prevalensi risiko.
2) Analisis, adalah tahap menentukan besarnya permasalahan kesehatan yang telah
ditemukan. Tujuannya adalah untuk :
a. mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku pekerja yakni hubungan
antara apa yang mereka ketahui/yakini, rasakan dan tindakan yang mereka lakukan
dalam menghadapi faktor risiko kesehatannya, sehingga dapat disusun kebutuhan
intervensi untuk tindakan perbaikan
b. memfasilitasi kegiatan saling menukar pengalaman dan ide antar pekerja kemudian
dilakukan negosiasi tentang kebutuhan PKDTK.
Hal-hal yang perlu dipertimbaangkan :
Besarnya kontribusi masalah kesehatan terhadap biaya kesehatan
Produktivitas pekerja
Cacat yang mungkin timbul
Pertimbangan dana yang tersedia
Kemampuan dan akses terhadap fasilitas pendukung
Persepsi pekerja
3) Perencanaan, adalah tahap di mana kita menentukan target pencapaian dan cara
menilainya serta bagaimana proses perubahannya. Perencanaan PKDTK
dikembangkan bersama wakil pekerja berdasarkan:
1) Target perubahan yang ingin dicapai, baik perorangan maupun kelompok.
2) Proses menuju target perubahan, antara lain melalui kebijakan organisasi, kegiatan
lingkungan, kontak psikologis, model observasi/keteladanan, pelatihan dan
pendekatan partisipatif di tempat kerja, penyediaan waktu, dana, sarana dan
prasarana, publikasi, dan sistem insentif.
3) Cara penilaian keberhasilan pencapaian target, berdasarkan tujuan program, dasar
perbandingan yang digunakan sebagai acuan, dan sumber daya serta fasilitas
pendukung yang tersedia.
4) Komunikasi, adalah tahap di mana rencana kita disampaikan ke semua pihak yang
terkait dalam pelaksanaan program. Komunikasi ini bertujuan untuk mencapai
konsensus dalam penyusunan prioritas program dan mendapatkan dukungan dari
manajemen tingkat tertinggi serta melibatkan seluruh jajaran organisasi.
Kepada manajemen dilakukan advokasidan kepada pekerja dilakukan sosialisai.
Pesan disampaikan dengan cara yang empati, berkompetensi, jujur dan disertai
komitmen tinggi. Pesan yang dikomunikasikan adalah tentang risiko kesehatan yang
ada, tujuan, manfaat, perencanaan dan implementasi pengendalian dalam bentuk
program PKDTK.
5) Persiapan, adalah tahap di mana kita membuat kebijakan tertulis dari top manajemen
untuk melaksanakan program serta menentukan sarana dan prasaran. Persiapan
meliputi :
1. Kebijakan organisasi dan komitmen tertulis sebagai landasan program
2. SDM, saran dan prasarana
Setelah program PKDTK disepakati oleh manajemen dan wakil pekerja, segera
dipersiapkan kebijakan organisasi dan komitmen tertulis sebagai landasan program
dan dipersiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
program, serta elemen lainnya agar program dapat terlaksana sesuai dengan target
yang telah disepakati, antara lain.
a. Pernyataan tertulis tentang tujuan dan target PKDTK yang disetujui oleh
manajemen dan dapat diteima oleh pekerja
b. Dukungan tertulis dari manajemen puncak dan wakil pekerja tentang selalu
tersedianya sumber daya yang memadai, serta kesediaan pekerja terlibat dalam
pelaksanaan program untuk mencapai tujuan dan target PKDTK
c. Menyusun organisasi/tim pelaksana, dapat struktural dalam organisasi atau
fungsional berbentuk kepanitiaan.
d. Melaksanakan koordinasi efektif dengan aktivitas kesehatan lainnya, dan menjalin
komunikasi terus-menerus.
e. Menyiapkan mekanisme umpan balik dari peserta program untuk evaluasi dan
perbaikan berkesinambungan
f. Menyiapkan sarana dan prasarana promosi, seperti poster, brosur, artikel dalam
majalah/edaran berkala yang ada di organisasi.
g. Menyiapkan prosedur baku untuk menjaga kerahasiaan informasi individu.
h. Menyiapkan sistem dokumentasi yang dapat menelusuri segala kegiatan program,
mengukur tingkat keikutsertaan pekerja dan outcomes sebagai parameter
keberhasilan program.
i. Menyiapkan format rekapitulasi dan analisis data yang relevan, yang dapat
digunakan untuk membuat laporan berkala.
j. Menyiapkan fasilitas pendidikan dan pelatihan, berupa materi bahan ajar, brosur,
film, video, ruang belajar beserta medianya seperti papan tulis, flip chart, overhead
projector, LCD, dan fasilitator atau tutor
6) Implementasi, adalah tahap di mana program dilaksanakan oleh pekerja. Tahap
implementasi dapat berupa diskusi kelompok, konsultasi personal ataupun praktek
hidup sehat.
a. Sesi kelompok
Dapat dilakukan dengan metode penyuluhan, diskusi kelompok, role playing,
problem solving dan simulasi.
Tujuannya adalah memberikan pengetahuan, meningkatkan kesadaran,
memberikan kesempatan tanya-jawab dan mendapatkan dukungan serta terjadi
interaksi antar teman sekerja.
Lokasi : ruang rapat/auditorium
b. Konsultasi personel/pendampingan
Tujuan :memberikan kesempatan pengembangan keterampilan individual dalam
berperilaku sehat dan/atau bekerja sehat, serta pelaksaan terapi perilaku.
Lokasi : kantor pribadi, klinik, ruang rekrasi saat sepi pengunjung
c. Praktek perilaku sehat ---> melibatkan dan mengikut-sertakan peserta program
dalam kegiatan PKDTK, misalnya mengikuti senam jantung sehat 3 kali seminggu,
makan makanan rendah kalori tinggi serat yang disajikan kantin perusahaan atau
keluarganya yang telah dilatih, berjalan kaki dan tidak menggunakan kendaraan pada
jarak tempuh yang memungkinkan terutama di lingkungan tempat kerja.
Hal-hal yang perlu disesuaikan :
Posisi program PKDTK dalam organisasi
Alokasi sumber daya yang ada
Metode pelatihan dan pendidikan yang akan diterapkan
Pertimbangan isu praktikal
Cakupan publikasi/sosialisasi
Insentif
Etika
Metode implementasi antara lain :
a) Metode Implementasi Pilot Projek
Tujuan : menilai kelayakan program skala besar melalui uji coba program skala
kecil
Hal yang diperlukan :
1. Kelompok sasaran 2. Lokasi kerja terpilih 3. Evaluasi kelayakan
b) Metode Implementasi Bertahap
Jumlah elemen program
Lokasi atau unit kerja
Eselon
Jumlah pekerja
c) Metode Implementasi sekaligus Total Program
Komitmen manajemen level atas
Dukungan SDM dan dana besar
Evaluasi jangka panjang 5—10 tahun
Evaluasi jangka pendek untuk menyempurnakan program
7) Evaluasi, adalah tahap di mana tujuan dan hasil dari program kesehatan di
bandingkan. Evaluasi juga dipakai sebagai sarana menilai efektif tidaknya dana yang
dikeluarkan oleh manajemen.Tujuannya :
Dana PKDTK efisien dan efektif (aspek bisnis)
Tujuan PKDTK tercapai (aspek accountibility)
Menyediakan informasi bagi manajemen dan pekerja dalam menetukan kebijakan
selanjutnya (aspek ilmu dan aplikasi)
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode evaluasi :
a) Tujuan program
b) Dasar perbandingan
Perubahan jangka waktu tertentu
Perubahan antar kelompok
Perubahan berdasarkan standar (normatif, historikal, teoritis, absolut atau
kompromi)
c) Sumber daya yang ada
Pencatatan sederhana, uji statistik sampai analisis epidemiologis
Ditinjau dari dimensi waktu, dapat dilakukan evaluasi terhadap dampak, yaitu :
a) Dampak jangka pendek
Perubahan yang terjadi dalam pola berfikir, pemahaman dan perilaku, berkurangnya
risiko, meningkatnya kapasitas kerja dan status kesehatan.
b) Dampak jangka panjang
Menurunkan biaya medis, kemangkiran, angka kesakitan dan angka kematian muda
akibat PJK atau lainnya, hubungan yang lebih harmonis antara manajemen-pekerja,
meningkatnya produktivitas dan profitabilitas.
8) Kontinuitas, adalah tahap di mana Program PKP dilaksanakan secara
berkesinambungan dan menjadi terus lebih baik. Program yang bekesinambungan
dikembangkan berdasarkan apresiasi termasuk penghargaaan bagi pekerja yang
berhasil mencapai target. Apabila belum berhasil, dikembalikan lagi untuk melakukan
dari siklus semula. Dengan demikian program PKDTK dapat berkembang dan
mencapai sasaran.
5. Tindakan awal untuk karyawan yang kena serangan jantung pada saat shift malam tidak
ada petugas kesehatan? Dibentuk tim P3K dan diberikan pelatihan mengenai CPR atau
First Aid training untuk seluruh karyawan.
6. Apakah jika TD 140/90 tidak disarankan untuk bekerja? tergantung kebijaksanaan dari
setiap perusahaan dan risiko dari pekerjaannya. Untuk pekerjaan resiko tinggi seperti
penyelan atau pekerja di ketinggian wajib diperiksa tekanan darah dan tidak boleh 140/90
keatas.
7. Bagaimana mengatasi stress kerja yang mempengaruhi penyakit jantung? Dengan
melakukan program seputar kantin sehat, rekreasi atau family gathering dan memberika
hak cuti karyawan.

Anda mungkin juga menyukai