DEFISIENSI VITAMIN
Oleh:
Gresham Arceliusindi Mulya, S.Ked
04054821820083
Pembimbing:
dr. Djunaidi, SpPD, KGer
Judul Referat
Defisiensi Vitamin
Oleh:
Gresham Arceliusindi Mulya, S.Ked 04054821820083
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 9 Juli 2018 s.d 13
September 2018.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya referat
yang berjudul “Defisiensi Vitamin” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Terima kasih kepada dr. Djunaidi, SpPD, KGer yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
defisiensi suatu vitamin tertentu sehingga seringkali terlambat untuk diketahui dan
mengakibatkan perlunya kunjungan ke dokter.3,5
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengidentifikasi dan memahami
fungsi vitamin bagi tubuh beserta penyakit yang terjadi akibat defisiensi
vitamin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.1.2. Vitamin D
Vitamin D mempunyai sifat yang unik karena dapat disintesis di kulit
dari paparan terhadap sinar matahari. Vitamin D terdapat dalam dua bentuk.
Vitamin D2 (ergocalciferol) dapat ditemukan pada jamur yang terpapar sinar
matahari, sedangkan vitamin D3 (cholcecalciferol) didapatkan dari sintesis sinar
UVB matahari yang menembus kulit. Manusia tidak dapat membentuk vitamin
D2 dan biasanya vitamin D3 banyak juga ditemukan pada ikan yang kaya akan
minyak seperti salmon, mackerel, dan herring. Vitamin D (mencakup vitamin
D2, D3, atau keduanya) yang dimakan dibentuk menjadi kilomikron yang akan
diserap ke dalam sistem limfatik dan memasuki aliran darah vena. Vitamin D
yang diproduksi di kulit bertahan lebih lama dua kali lipat di dalam darah
dibandingkan dengan vitamin D yang didapat dari makanan.7
10
2.1.3. Vitamin E
Biokimiawi
Delapan jenis tokoferol yang terdapat secara alami memiliki aktivitas
vitamin E. Struktur alfa tokoferol, yaitu jenis tokoferol yang paling aktif dan
tersebar paling luas. Vitamin tersebut diserap dari traktus gastrointestinal
melalui mekanisme yang serupa dengan mekanisme pada penyerapan vitamin
larut-lemak lainnya, dan selanjutnya memasuki aliran darah lewat sistem aliran
limfe dengan mula-mula terikat kilomikron dan kemudian β-lipoprotein plasma.
Sebenarnya kadar vitam E di dalam plasma memiliki korelasi dengan kadar
lipid plasma. Vitamin tersebut disimpan dalam semua jaringan, dan simpanan
jaringan dapat memberikan perlindungan terhadap defisiensi vitamin tuntuk
periode waktu yang lama. Kira-kira tiga per empat vitamin tersebut
diekskresikan dalam empedu, dan sisanya diekskresikan sebagai glukuronida
dalam urin. Metabolit dengan struktur kuinon (termasuk yang serupa dengan
ubikuinon) terdapat dalam jaringan.5
Vitamin E kemungkinan bekerja sebagai antioksidan ketimbang sebagai
kofaktor spesifik. Dalam tindakan yang demikian vitamin tersebut rupanya
menghambat oksidasi unsur pokok seluler yang penting dan mencegah
pembentukan produk oksidasi yang toksik. Antioksidan lainnya seperti
13
benda sferoid dalam nukleus grasilis serta kuneatus pada otak. Pengobatan
defisiensi (50 hingga 100 IU vitamin E/hari per oral) paling efektif kalau
dimulai secara dini dalam proses perjalanan penyakit tertentu.5
2.1.4. Vitamin K
Vitamin K terdiri atas cincin kuinon (methylated naphthoquinone) yang
terikat pada rantai samping dan bervariasi menurut sumber vitamin tersebut.
Vitamin K1 (filokuinon) ditemukan dalam sebagian besar sayuran yang bisa
dimakan (kadar normalnya 0.5-2.5 nM), khususnya dalam sayuran daun yang
hijau, dan vitamin K2 (menakuinon/MK, yang paling penting contohnya MK-4
yang berantai pendek dan MK-7, MK-8, MK-9, dan MK-10 yang berantai
panjang) diproduksi oleh bakteri usus misalnya bakteri asam laktat dan dapat
digunakan untuk pembuatan keju yang kaya akan vitamin K2.8
Banyak senyawa dengan aktivitas vitamin K secara structural terkait
dengan senyawa yang lebih sederhana, 2-metil-1,4-naftokuinon (menadion).
Menadion dibentuk dalam usus melalui penyingkiran rantai samping dari
vitamin tersebut oleh bakteri susu. Setelah penyerapan, menadion dikonversi
dalam tubuh menjadi menakuinon yang aktif. Vitamin K merupakan komponen
pada suatu sistem enzim mikrosomal khusus yang menghasilkan karboksilasi
pascatranslasi pada asam glutamate dalam protein plasma, tulang, ginjal dan
urin, termasuk protein precursor untuk faktor pembekuan VII, IX, X serta
mungkin pula V. Kematian akibat perdarahan pada keadaan defisiensi terjadi
sebelum terlihat manifestasi defisiensi protein terkarboksilasi lainnya. Obat-
obat antikoagulan warfarin menimbulkan hipoprotrombinemia dengan
menghambat karboksilasi pada protein prekursor.8
Vitamin K berperan penting dalam sintesis protein golongan Gla-
protein. Terdapat empat faktor koagulasi darah pada golongan ini dan
semuanya dibentuk secara khusus di liver. Pentingnya vitamin K untuk proses
hemostatis dapat dilihat dari fakta bahwa defisiensi vitamin K merupakan suatu
15
kondisi akut dan mengancam jiwa akibat perdarahan berlebihan. Kelompok lain
dari golongan Gla-protein adalah ostecalcin, matrix Gla-protein (MGP), dan
Gas6 yang berperang penting dalam mempertahankan kekuatan tulang, inhibisi
kalsifikasi arterial, dan regulasi perkembangan sel. Dari penelitian, didapatkan
bahwa kebutuhan vitamin K untuk sintesis faktor koagulasi lebih sedikit
dibandingkan untuk sintesis Gla-proteins extra-hepatic. Hal ini mendukung
teori bahwa pada keadaan kurangnya suplai vitamin, tubuh lebih
mengutamakan utilisasi fungsi yang penting bagi keadaan gawat darurat. Oleh
karena itu, defisiensi vitamin K lama dapat meningkatkan faktor risiko
osteoporosis, atherosclerosis, dan kanker.8
flora intestinal yang mapan dan terbatasnya asupan vitamin tersebut dari
makanan. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K biasanya dikategorikan
menjadi tiga kelompok berdasarkan onsetnya yaitu: early (24 jam awal
kelahiran), classic (2-7 hari), dan late (2-12 minggu kehidupan).10
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan protrombin
time (PT), sedangkan partial thromboplastin time (PTT) normal atau meningkat
setelah beberapa lama. Pengukuran protrombin harus dilakukan secara rutin
sebelum tindakan pembedahan atau melahirkan bayi. Pasien dengan kadar
protrombin di bawah 70 persen dari nilai normal harus mendapatkan terapi
vitamin K. Keadaan defisiensi dapat dibedakan dari keadaan
hipoprotrombinemia pada penyakit hepar dengan terlibatnya precursor
protrombin nonkarboksilasi yang menumpuk di dalam plasama pada keadaan
difisiensi vitamin tersebut. Pasien dengan defisiensi vitamin K dapat diberikan
tablet oral dengan dosis 5-20 mg dan pada keadaan darurat, 10-20 mg
phytonadione (mengandung vitamin K1) dapat dilarutkan dalam 5% dextrose
atau NS 0.9 % dan diberikan dalam intravena dengan kecepatan tidak lebih dari
1 mg/mL mencegah terjadinya reaksi hipersensitivitas atau anafilaktik.11
atau tanpa neuritis periferl sementara itu, defisiensi yang sama tetapi
dengna asupan kalor yang terbatas dan inaktivitas relative memudahkan
timbulnya penyakit beri-beri kering.5
Penyakit jantung beriberi terdiri atas tiga gangguan fisiologis
yang penting, yaitu; (1) vasodilatasi perifer yang menyebabkan keadaan
high-output, (2) retensi natrium serta air yang menimbulkan edema, dan
(3) gagal miokard biventrikel. Pada bentuk kronik, vasodilatasi perifer
menyebabkan peningkatan pintasan (shunting) darah arteriovenosa,
waktu sirkulasi yang cepat, takikardia, peningkatan curah jantung dan
keadaan kongesti venosa yang ditandai oleh kenaikan tekanan venosa
perifer, kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, penurunan
ekstraksi oksigen arteriovenosa, retensi natrium serta edema. Penurunan
aliran darah serebral serta renal dan peningkatan aliran darah ke dalam
otot-otot skeletal lazim terjadi. Curah jantung meningkat sehingga
sekalipun terdapat penurunan tahanan vaskuler perifer, namun kerja
ventrikel, tekanan darah arterial dan teakanan baji pulmoner cenderung
meninggi. Timbulnya hipertensi secara temporer atau memburuknya
hipertensi dapat terjadi pada saat dilakukan replesi tiamin; kedua
keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh penutupan pintasan
arteriovenous dan overloading volume yang temporer.5
Pada jenis beriberi kardiovaskuler fulminan yang akut
(shoshin), lesi miokard merupakan gambarran sentral dari perjalanan
penyakitnya dengan gejala dispnea, kegelisahan dan ansietas berakhir
dengan kolaps kardiovaskuler yang akut serta kematian dalam waktu
beberapa jam hingga beberapa hari. Gambaran fisis yang ditemukan
mencakup sianosis glove-stocking, takikardia, kardiomegali yang nyata,
hepatomegali, bruit arterial dan distensi pembuluh vena leher. Tekanan
venosa meninggi dan waktu sirkulasi menjadi cepat. Karena
perjalananya yang fulminan, gejala edema mungkin ringan (minimal)
22
2.2.1.2. Vitamin B2
Ribolfavin, yang juga dikenal dengan vitamin B2, dikonversi
oleh riboflavin kinase (RFK) menjadi bentuk koenzim flavin
mononukleotida (FMN) dan flavin adenine dinukleotida (FAD) turut
serta dalam sejumlah reaksi oksidasi-reduksi. Disamping itu, flavin yang
melekat secara kovalen sangat penting bagi struktur enzim seperti enzim
suksinat dehidrogenase dan monoamine oksidase. Vitamin tersebut
diserap dari traktus gastrointestinal baik sebagai riboflavin bebas
ataupun 5-fosfat melalui proses transport aktif. Vitamin yang terikat
secara konvalen menyebabkan kurang dari sepersepuluh simpanan
jaringan. Vitamin tersebut diekskresi dalam urin terutama dalam bentuk
bebas, walaupun sedikit fraksi pergantian harian merupakan akibat dari
katabolisme oleh mikroorganisme dalam traktus gastrointestinal.
Manusia membutuhkan riboflavin untuk repair DNA, produksi energi,
asam lemak dan sintesis asam amino, aktivasi asam folat, dan produksi
gluthatione. Riboflavin tidak disimpan dengan baik dalam tubuh, oleh
karena itu diperlukan suplai konstan atau dari suplemen setiap harinya.
Absorpsi riboflavin terjadi di usus halus.12
Riboflavin berperan penting sebagai kofaktor enzim-enzim
dehidrogenase, reduktase, dan oksidase termasuk NADPH oxidase 2
fagositik (Nox2). Reactive oxygen species (ROS) yang dihasilkan oleh
Nox merupakan molekul efektor dan signaling yang penting dalam
proses inflamasi dan imunitas tubuh. Untuk menciptakan respon imun
yang efektif terhadap pathogen, reaksi oksidatif, ROS yang diproduksi
oleh Nox2 berperan penting karena neutrofil dan makrofag bergantung
pada Nox2 untuk inaktivasi mikroba yang difagositosis. Selain itu,
fungsi Nox2 yang terganggu juga menyebabkan kelainan
imunodefisiensi berat yang sering disebut dengan chronic
granulomatous disease (CGD).13
26
2.2.1.3. Vitamin B3
Niasin adalah nama generic untuk asam nikotinat (asam
piridin-3-karboksilat) dan merupakan derivat senyawa yang
memperlihatkan aktivitas nutrisi asam nikotinat. Jadi, dalam pengertian
lain, niasin bukan vitamin karena zat ini dapat dibentuk dari asam amino
esensial triptofan. Pada manusia, rata-rata sekitar 1 mg niasin dibentuk
dari 60 mg triptofan yang berasal dari makanan. Karena itu, estimasi
28
2.2.1.4. Vitamin B5
Asam pantotenat (vitamin B5) merupakan salah satu vitamin B
kompleks yang larut dalam air. Asam pantotenat penting karena
dibutuhkan untuk pembentukan coenzim A (CoA) dan acyl carrier
protein (ACP). Coenzim A merupakan kofaktor yang penting bagi
semua mahluk hidup karena bekerja di sekitar 70 jalur enzimatik.
Sebagian besar bakteri, tumbuhan, dan jamur menyintesis asam
pantotenat, sehingga pada umumnya vitamin ini dapat ditemukan
hampir dimana saja.5
Asam pantotenat merupakan asam pantoic yang terhubung
dengan β-alanine melalui ikatan amida. Melalui proses asetilasi dan
akilasi, asam pantotenat dapat menjadi berperan penting dalam
pembentukan CoA dan ACP. CoA berfungsi dalam 70 jalur enzimatik
misalnya, oksidasi asam lemak, metabolisme karbohidrat, degradasi
32
2.2.1.5. Vitamin B6
Aktivitas biologis golongan vitamin B6 diperlihatkan oleh
senyawa piridoksin, piridoksal serta piridoksamin dan senyawa-senyawa
ester 5-fosfatnya. Bentuk koenzim berupa piridoksal-5-fosfat, dan
senyawa lainnya memiliki aktivitas untuk konversi menjadi piridoksal-
5-fosfat. Vitaminn ini secara luas dan merata terdistribusi dalam semua
makanan; di antara semua makanan tersebut, daging, hati, sayuran serta
sereal berbentuk biji yang utuh merupakan sumber-sumber vitamin B6
yang terbaik.5
Piridoksal fosfat berfungsi sebagai kofaktor untuk banyak
enzim yang terlibat dalam metabolisme asam amino, termasuk
transaminase, sintetase, dan hidroksilase. Pada manusia, vitamin
tersebut merupakan kepentingan khusus dalam metabolisme triptofan,
glisinn, serin, glutamate, dan asam amino yang mengandung sulfur
(belerang). Piridoksal fosfat juga diperlukan untuk sintesis precursor
heme asam δ-aminolevulinat. Bagian besar dari simpanan tubuh adalah
dalam fosforilase otot, yanag berfungsi untu kmenstabilkan enzim
daripada sebagai katalisis. Piridoksal fosfat juga memainkan peranan
dalam eksitabilitias neuron yang kurang dimengerti dengan baik,
mungkin sebagai akibat fungsinya dalam reaksi transulfurasi atau dalam
metabolisme asam γ-aminobutirat.5
Bahkan lebih dari untuk sebagian besar vitamin, kebutuhan
meningkat pada kehamilan dan dengan pemberian estrogen. Estrogen
tampaknya menghambat peran piridoksal fosfat dalam metabolisme
35
enzim ini dan pada asiduria xanturenat yang disebabkan oleh defisiensi
kinureninase telah ditinjau oleh Mudd. Beberapa penderita dengan
asiduria xanturenat yang responsif terhadap vitamin B6 atau
sistationinuria mempunyai apoenzim mutan yang pengaruh-
mempengaruhi piridoksal fosfat secara abnormal, suatu cacat yang
sebagian besar dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan konsentrasi
kofaktor. Sebaliknya, respons vitamin B6 pada penderita dengan
homosistinuria yang disebabkan oleh defisiensi sistationin sintetase
diakibatkan oleh peningkatan aktivitas jumlah sisa enzim normal yang
ada daripada diakibatkan dari pemulihan kadar enzim yang terpengaruh
menjadi normal.5
2.2.1.6. Vitamin B7
Vitamin B7 atau juga dikenal dengan Biotin atau vitamin H
(dari bahasa Jerman Haar und Haut, yang artinya rambut dan kulit)
merupakan vitamin B kompleks yang larut dalam air. Biotin berfungsi
sebagai kofaktor pada enzim-enzim karboksilase mammalia. Vitamin ini
terutama dikonsumsi dalam bentuk terikat-protein, dihidrolsisis oleh
enzim biotinidase (BTD) pancreas, dan mungkin diserap lewat proses
transportasi aktif. Anjuran harian yang diperkenankan disajikan pada
tabel 71-1. Dalam sel, biotin melekat secara kovalen pada
apokarboksilase untuk membentuk empat haloenzim yang mengkatalisis
penggabungan biokarbonat menjadi substrat, asetil-koA karboksilase
(ACCα dan ACCβ), piruvat karboksilase (PC), 3-metilkrotonil KoA
karboksilase (MCC), dan propionil KoA karboksilase (PCC).
Karboksilase yang bergantung pada biotin berperan dalam katalisasi
pada proses biosintesis asam lemak, glukoneogenesis, anaplerosis
tricarboxylic acid cycle dan regulasi gen pleiotropic, terutama gen pada
metabolisme karbohidrat. ACCα, satu-satunya karboksilase pada
38
2.2.1.7. Vitamin B9
Vitamin B9 biasa dikenal juga dengan asam folat, folacin,
vitamin M, folvite, acifolic, folcidin, atau asam pteroylglutamic.
Walaupun istilah asam folat dan folate biasa digunakan bergantian,
tetapi efek metaboliknya sedikit berbeda. Asam folat yang ditemukan
dalam suplemen dan makanan terfortifikasi merupakan bentuk sintesis
dari folate. Folate ditemukan secara natural terutama pada tumbuh-
tumbuhan. Folate banyak ditemukan pada tumbuhan yang berdaun hijau
gelap, brokoli, asparagus, jeruk, anggur, stroberi, buncis, alpukat,
kacang-kacangan dan biji-bijian, jagung, wortel, dan lain-lain. Folate
juga dapat ditemukan pada daging-dagingan seperti ayam, domba, sapi,
dan hati babi. Asam folat dapat ditemukan pada makanan terfortifikasi
seperti sereal, pasta, tepung, dan roti. Suplemen asam folat dijual dalam
bentuk tablet atau bubuk.19
Perkiraan kadar folate dalam tubuh adalah sekitar 10-30 mg.
Kadar normal serum folat total adalah sekitar 5-15 ng/mL, 16-21 ng/mL
adalah nilai normal kadar LCS. Kadar normal folate di dalam eritrosit
berkisar antara 175-316 ng/mL. Persentase folate dalam jumlah besar
disimpan di liver, sebagian dalam darah dan jaringan. Kadar serum
folate dibawah 5 ng/mL mengindikasikan defisiensi folate dan kadar
serum folate dibawah 2 ng/mL mengindikasikan anemia megaloblastik.
Folate yang didapatkan dari konsumsi makanan di usus dihidrolise
menjadi bentuk monoglutamat dan diabsorpsi lewat transport aktif
melewati mukosa usus halus. Asam folat ketika dikonsumsi sebagai
suplemen diabsorpsi dengan cepat, terutama di bagian proximal usus
halus melalui diffusi pasif. Monoglutamat kemudian direduksi menjadi
tetrahydrofolate (THF) di liver dan kemudian dikonversi menjadi bentuk
methyl atau formyl sebelum memasuki aliran darah. Folate dapat
ditemukan di aliran darrah dalam bentuk 5-methyl-tetrahydrofolate.
43
neural tube defects (NTD) pada bayi baru lahir, dan homosistein diduga
sebagai penyebabnya.20
mcg/hari, pada ibu hamil sekitar 2.6 mcg/harri dan pada ibu menyusui
sekitar 2.8 mcg/hari.22
Defisiensi vitamin B12 dikatakan sebagai kadar serum vitamin
B12 kurang dari 200 pg/mL dan peningkatan kadar serum homosistein,
asam methylmalonic atau keduanya. Pada siklus methionine, vitamin
B12 (cobalamin) memegang peranan penting dalam konversi
homosistein menjadi methionine, mengambil methyl group dari 5-
methyl tetrahydrofolate (asam folat) dan membentuk methyl cobalamin
yang kemudian melepaskan methyl groupnya untuk konversi
homosistein menjadi methionine. Cobalamin juga dibutuhkan untuk
konversi methionine menjadi homosistein, dimana methionine
dikonversi menjadi S-adenosyl methionine (SAM) dengan
menggunakan ATP oleh methionine adenosyl transferase. Dalam
keadaan defisiensi vitamin B12 tubuh tidak dapat memproduksi
methionine, sehingga menyebabkan berbagai macam masalah. Tubuh
juga tidak dapat memproduksi SAM sehingga menyebabkan gangguan
sintesis carnitine, gangguan neural, maintenance myelin, dan kurangnya
metilasi DNA atau RNA. Hiperhomosisteinemia ditandai dengan
kenaikan kadar homosistein dalam darah. Keadaan ini meningkatkan
risiko penyakit vaskuler misalnya abnormalitas pembuluh darah,
thrombosis dengan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah,
inflamasi pembuluh darah, penyakit arteri koroner, dan atherosclerosis.
Selain itu juga meningkatkan risiko terjadinya sakit jantung, stroke,
osteoporosis, Alzheimer, ulcerative colitis, dan Crohn’s disease.20
Dua molekul adenosyl cobalamin dibutuhkan untuk
menkonversi methylmalonyl CoA oleh enzim methylmalonnyl CoA
mutase menjadi Suksinil CoA, yang merupakan intermediet dalam
siklus TCA. Pada keadaan defisiensi vitamin B12, fungsi methylmalonyl
CoA mutase terganggu dan terjadi akumulasi asam methylmalonic di
49
2.2.2. Vitamin C
Biokimiawi
Pada kebanyakan binatang, asam askorbat dapat disintesis dari glukosa.
Namun demikian, manusia, primate lainnya dan guinea pig tidak dapat
mensintesis asam L-askorbat sehingga memerlukan vitamin C dalam
makanannya. Spesies ini dapat melakukan reaksi yang diperlukan untuk
biosintesis vitamin tersebut dair D-glukosa kecuali untuk satu tahap, koversi L-
glukonogamalakton menjadi asam L-askorbat. Enzim tersebut yang
mengkatalisis reaksi ini (L-glukonolakton oksidase) menghilang karena mutasi;
dengan demikian kebutuhan akan vitamin C dalam makanan merupakan akibat
dari kesalahan metabolisme pembawaan sejak lahir.5
Asam L-askorbat dengan mudah mengalami oksidasi dan reduksi yang
reversible seperti berikut ini
Asam L-askorbat asam dehidro L-askorbat + 2H+ + 2e-
Sifat vitamin itu merupakan kunci untuk memahami peranannya sebagai
agen redoks untuk oksidasi biologis. Namun, asam askorbat tidadk berfungsi
sebagai kofaktor yang lazim karena kepeluannya biasanya digantikan oleh
senyawa lain dengan sifat redoks yang serupa. Vitamin itu mengurangi ion
logam buatan pada banyak enzim menjadi bentuk yang diperlukan dan
melakukan fungsi antioksidan lain dengan cara menyingkirkan radikal bebas.
Fungsi vitamin C yang dipahami paling jelas terdapat pada sintesis kolagen;
tidak adanya vitamin C akan menimbulkan gangguan hidroksilasi peptidil pada
prokolagen dan penurunan pembentukan serta sekresi kolagen oleh jaringan
52
ikat. Kolagen yang tidak dihidroksilasi tidak dapat membentuk heliks rangkap-
tiga yang diperlukan untuk struktur jaringan yang normal.5
Banyak gambaran penyakit skrobut yang terjadi akibat defek pada
sintesis kolagen ini, termasuk fragilitas kapiler yang melandasi gambaran
hematologi, kesembuhan luka yang jelek dan (sebagian) abnormalitas tulang
pada anak-anak. Kolagen dengan kandungan hidroksiprolin yang paling tinggi
merupakan jariingan yang paling sering terkena dan menjadi penyebab
timbulnya disrupsi dini pada lamina adventisia, media serta basalis dinding
pembuluh darah. Asam askorbat juga mencegah oksidasi tetrahidrofolat dan
dengna demikian melndungi simpanan asam folat yang aktif dan mengatur
distribusi dan penyimpanan besi, mungkin dengan cara mempengaruhi valensi
besi yang disimpan dan mempertahankan rasio feritin terhadap hemosiderin
yang normal. Penderita skorbut mengekskresi produk metabolisme tirosin yang
dioksidasi secara tidak sempurna, tetapi arti tersebut tidak jelas.5
Vitamin itu terdapat dalam susu dan beberapa daging (ginjal, hati, ikan)
dan tersebar luas dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Sebagian hilang
setelah penyimpanan yanga lama dari buah dan sayuran yang tidak diproses
(misalnya, kentang) tetapi sebagian dipertahankan (setengah atua lebih banyak)
oleh sebagian besar cara pemroses makanan (merebus, mengukus, memasak
dengan tekanan, selai, dibekukan, dikeringkan, dan diiawetkan). Sebagai
akibatnya, anjuran harian yang diperkenankan dapat dipenuhi bahkan dengan
masukan sedang buah-buahan dan sayuran. Pengunaan vitamin itu meningkat
selama kehamilan dan menyusui dan pada tirotoksikosis, dan penyerapan
menurun pada keadaan diare dan pada aklorhidria.5
Simpanan vitamin C total dalam tubuh bervariasi dari 1,5 sampai 3 g.
Bila diadakan kekurangan makanan, simpanan tersebut dihabiskan pada
kecepatan sekitar 4 persen setiap hari. Pada monyet, jalur katabolic utama
melibatkan oksidasi alcohol pada karbon 6 menjadi aldehid dan kemudian
menjadi asam. Karena perbedaan dalam ukuran simpanan awal dan kecepatan
53
Vitamin merupakan salah satu nutrisi organik yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil (mikronutrien) yang penting untuk proses biokimiawi misalnya metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan, dan perbaikan fungsi tubuh. Vitamin terdiri dari beberapa
jenis dan dapat dikelompokkan berdasarkan dua golongan, yaitu vitamin yang larut
dalam lemak (A,D,E dan K) dan vitamin yang larut dalam air (B dan C), masing-
masing dengan fungsi dan tujuan tertentu bagi tubuh.
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, vitamin tersedia luas dalam
beragam jenis makanan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, hal ini tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya defisiensi vitamin secara endemik pada daerah
tertentu, terutama disebabkan oleh rendahnya asupan vitamin-vitamin dari sumber
makanan tersebut. Defisiensi vitamin menyebabkan terganggunya berbagai macam
proses penting dalam tubuh dan dapat berakibat fatal apabila diabaikan.
Defisiensi vitamin sebagian besar dapat diatasi dengan diet yang cukup, serta
dengan pemberian suplemen vitamin baik itu berupa sediaan oral maupun injeksi
sesuai dengan kebutuhan. Banyak yang tidak mengetahui bahwa gejala yang
dirasakan pada tubuh merupakan akibat dari defisiensi suatu vitamin tertentu
sehingga seringkali terlambat untuk diketahui dan mengakibatkan perlunya
kunjungan ke dokter.
16
18
DAFTAR PUSTAKA