Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Media dan sumber informasi kesehatan yang semakin berkembang
menjadikan masyarakat lebih “melek” kesehatan, istilah lainnya adalah
“health literacy atau literasi kesehatan”.Hal ini terkadang membuat
masyarakat bingung dengan informasi kesehatan yang beragam. Maka
diperlukan pemahaman tentang health literacy yang berisi bagaimana cara
mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan untuk
membuat keputusan dalam hal kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan. 1
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan
dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat
dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak
pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada
sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi kesehatan yang
mereka dapat dari media massa tertentu. 2
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui
pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai3
Sehat memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.Banyak sekali hal yang mempengaruhi kesehatan kita yang
mungkin kita tidak sadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah

1
Notoatmodjo, S. Promkes dan Ilmu Perilaku. (Rineka Cipta. Jakarta, 2004), Hlm. 121
2
Burton, graeme. Pengantar Untuk Memahami : Media dan Budaya Populer.
(Yogyakarta : Jalasutra,1999), Hlm. 68
3
Syecha Novierna Putri. Hubungan Akses Informasi kesehatan Kesehatan dengan
Health LiteracyMahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Artikel Ilmiah , (Semarang,
2014), hlm. 1
2

faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan.Banyak sekali teori-teori


yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan,
namun teori yang banyak digunakan adalah teori Blum. 4
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum mengatakan bahwa
adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yang secara
berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah : a). Lingkungan,
b). Perilaku, c). Pelayanan kesehatan, d). Keturunan atau herediter. Bila kita
analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor
diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun
komunitas yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
kehidupan manusia. 5
Hal ini berarti, di samping determinan-determinan derajat kesehatan
yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang
mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok
atau masyarakat salah satunya adalah tingkat pengetahuan. Tingkat
pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya
Health literacy atau Literasi kesehatan merupakan kemampuan
seseorang untuk memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi
kesehatan kesehatan dan kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan kesehatan yang tepat. Literasi kesehatan ini diprediksi
sebagai prediktor terkuat dari kesehatan seseorang bila dibandingkan dengan
umur, pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan suku. Literasi kesehatan
melibatkan batasan faktor sosial, kultur, dan faktor individu, serta literasi
kesehatan yang buruk dapat berefek pada pelayanan kesehatan. 6

4
Ibid, hlm. 2
5
Ibid, hlm. 2
6
Carbone, Elena and Jamie M. Zoellner. 2012. Nutrition and Health Literacy: A
Systematic Review to Inform Nutrition Research and Practice. Journal of the Academy of
Nutrition and Dietetics Volume 112 Number 2. hlm. 16
3

Menurut Baker, pengukuran literasi kesehatan seseorang dilakukan


terhadap sikap pengetahuan, motivasi, niat prilaku, keterampilan pribadi dan
epitasi diri yang terkait dengan kesehatan sehingga mengarah kepada
pengetahuan baru, prilaku yang lebih positif, epikasi diri yang lebih besar,
perilaku kesehatan positif dan kesehatan yang lebih baik kearah perilaku
7
kesehatan positif dan kesehatan yang lebih baik. Bagi seorang individu,
literasi kesehatan ditentukan oleh tingkat pendidikan, kultur, dan bahasa. Akan
tetapi, selain itu dibutuhkan juga keterampilan berkomunikasi dan menilai
interaksi dengan orang lain terkait dengan kesehatan serta kemampuan media,
pasar dan pemerintah untuk menyediakan informasi kesehatan kesehatan
secara benar. 8
Lebih dari 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata
pencarian yang bersifat agraris atau bercocok tanam dan mempunyai sifat-sifat
yang hampir sama (homogen). Pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian
struktur sosial atau kehidupanya. Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”,desa
masih dianggap sebagai standard pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat
dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan,
gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat-istiadat,
kehidupan moral-susila, dan lain-lain. Meskipun sarat akan nilai-nilai positif,
namun literasi kesehatan pada masyarakat desa belum terlaksana dengan baik.
Desa Alang-alang adalah salah satu desa di Kecamatan Muara Sabak
Timur yang masih belum memahami literasi kesehatan dengan baik. Sebagian
masyarakat masih bergantung pada adat istiadat ketika sanak saudara atau
keluarga mereka sakit. Sebagai contoh mereka berasumsi bahwa ada sebagian
penyakit yang berasal dari kebiasaan sehari-hari misalnya ketika anak kecil
demam dikarenakan gangguan jin bukan karena cuaca, dsb. Lalu mereka
mengobatinya dengan amalan-amalan bukan dengan obat kedokteran. Hal ini
tentunya membuktikan bahwa tingkat literasi kesehatan masyarakat tersebut
rendah.
7
Nazmi, dkk. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan: Systemic Review. Prosiding SNaPP2015 Kesehata, 2014. hlm. 1
8
Ibid,2
4

Jumlah penduduk di desa Alang-alang adalah 816 jiwa dengan usia 30-
50 tahun berjumlah 377 jiwa, selebihnya berusia dibawah 30 tahun. Pusat
kesehatan di Desa Alang-alang adalah satu unit puskesmas dan satu unit
praktek bidan . Angka kematian setahun terakhir adalah 27 jiwa dan angka
kelahiran setahun terakhir adalah 36 kelahiran.
Namun, perkembangan teknologi pun sudah menjamah
pedesaan,sehingga generasi mudanya mengerti penggunaan internet dan
sebagainya. Jadi, seharusnya dengan adanya teknologi maka masyarakat juga
memahami literasi kesehatan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul LITERASI KESEHATAN MASYARAKAT DESA
ALANG-ALANG KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR PROVINSI
JAMBI

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah tersebut di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa persoalan, menjadi:
1. Bagaimana kemampuan masyarakat Desa Alang-alang dalam mengakses
literasi kesehatan?
2. Bagaimana kemampuan masyarakat Desa Alang alang dalam
mengevaluasi literasi kesehatan ?
3. Bagaimana kemampuan masyarakat Desa Alang-alang dalam
menggunakan literasi kesehatan?

C. Tujuan
Setelah diketahui rumusan masalah yang ingin dicapai dalam kajian
ini, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Desa Alang-alang dalam
mengakses literasi kesehatan.
2. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Desa Alang alang dalam
mengevaluasi literasi kesehatan
5

3. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Desa Alang-alang dalam


menggunakan literasi kesehatan

D. Manfaat Penelitian
Sedangkan yang menjadi manfaat yang hendak diharapkan dari
penelitian skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis, kajian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
pengetahuan dan kajian mengenai literasi kesehatan pada masyarakat Desa
Alang-alang
2. Secara praktis, kajian diharapkan selain mengandung nilai-nilai akademis
juga dapat memberi informasi kesehatan tambahan tentang masalah
literasi kesehatan pada masyarakat Desa Alang-alang
3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S.1) pada Jurusan
Ilmu perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.

E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian

Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula dan


mengingat keterbatasan peneliti, baik dari segi kemampuan, pengalaman,
tenaga waktu dan biaya dan lain-lainnya, maka peneliti memfokuskan pada
masyarakat usia 30-50 tahun di Desa Alang-alang Kecamatan Muara Sabak
Timur.

F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Desa Alang-alang Kecamatan Muara


Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dengan keadaan desa
yang nyaman dan kondusif sehingga sangat mendukung penelitian.
Sedangkan waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini selama 3
bulan
2. Jenis Penelitian
6

Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat,


peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.9
Adapun model penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa
dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang, dimana peneliti berusaha
memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk
kemudian digambarkan sebagaimana adanya. Metode penelitian
deskriptif digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab
permasalahan yang terjadi pada masa sekarang.10
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada
literasi kesehatan masyarakat Desa Alang-alang Kecamatan Muara
Sabak Timur.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data
Untuk memudahkan pengumpulan data yang penulis
lakukan dalam penelitian ini, maka penulis menggolongkan data
menjadi dua golongan, yaitu :
1) Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber pertama/utama. 11

9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005), hal.157
10
http://repository.upi.edu/1605/6/S_ADP_0705056_Chapter3.pdf (diakses pada tgl 25
Agustus 2017)
11
Fakultas Adab – sastra dan Kebudayaan Islam. Pedoman Penulisan Skripsi (Jambi,
201), hal,28
7

Dalam penelitian ini sebagai data primer yang diperoleh


melalui hasil observasi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian ini dan wawancara dengan masyarakat serta
tokoh masyarakat.
2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah


dan disajikan oleh pihak lain ,yang biasanya dalam bentuk
publikasi dan jurnal. 12
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi geografis,
sejarah desa, keadaan desa, dan data-data yang berkaitan
dengan penelitian ini.

b. Sumber Data
Sumber data yang dumaksud dalam penelitian ini adalah
subjek darimana data diperoleh. Apabila kuesioner menggunakan
kuesioner atau wawncara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis, baik tertulis mau pun
lisan. 13
Sumber data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu :
1) Sumber data berupa manusia, yaitu masyarakat serta tokoh
masyarakat.
2) sumber data berupa dokumen, yaitu geografis, sejarah desa,
keadaan desa, dan data-data yang berkaitan dengan penelitian
ini.
3) sumber data berupa peristiwa, yaitu literasi kesehatan di Desa
Alang-alang Kecamatan Muara Sabak Timur

12
Ibid
13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), hal. 172
8

4. Subjek penelitian
Ada pun subjek dalam penelitian adalah masyarakat usia 30-50
tahun di Desa Alang-alang Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Key informan dalam penelitian ini adalah
Bapak Hamdani selaku Kepala Desa.
5. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data


adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
a) Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang


dimana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan
informasi kesehatan untuk suatu tujuan tertentu.Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur.14
Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data
dimana peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
kesehatan yang akan diperoleh.15Dalam wawancara terstruktur,
peneliti memberikan pertanyaan secara langsung kepada muslimah
berdasarkan panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu guna memperoleh data atau keterangan yang sesuai dengan
tujuan penelitian ini. Bila jawaban yang diperoleh terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi
hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
Metode pengumpulan data dengan wawancara ini penulis
lakukan dalam rangka untuk memperoleh data melalui keterangan-
keterangan dari orang orang yang diwawancarai. Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data responden secara
langsung seperti masyarakat serta tokoh masyarakat.
14
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta), hal.
145
15
Ibid., hal. 233
9

Dalam melakukan wawancara, peneliti akan menggunakan


alat bantu rekam yakni Hp android, selain itu peneliti juga
dilengkapi dengan alat tulis untuk mencatat informasi kesehatan
penting yang di dapat dari informen.

b) Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke


objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan.16Observasi ini dilakukan sebagai studi pendahuluan
mengenai literasi kesehatan masyarakat Desa Alang-alang
Kecamatan Muara Sabak Timur
c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data


langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relavan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumenter, data yang relavan penelitian.17

6. Teknik Analisis Data


a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk
itu perlu dicatat secara teliti dan terinci, semakin lama peneliti di
lapangan maka semakin banyak jumlah data yang diperoleh untuk itu
perlu segera dianalisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok
menfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya
dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan. Reduksi
16
Ridwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula
(Bandung: Alfabeta, 2013), Hal. 76
17
Ibid., Hal. 77
10

data dapat dibantu dengan peralatan seperti komputer mini dengan


memberikan kode-kode pada aspek tertentu. Dalam hal ini peneliti
mereduksi data dengan menfokuskan pada rumusan masalah yang ada
pada penelitian ini.

b. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya penyajian data
biasa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori.
Melalui penyajian data tersebut akan terorganisasikan dan tersusun
dalam pola berhubungan sehingga akan mudah dipahami. Dengan
penyajian data maka akan mempermudah memahami apa yang terjadi
untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Untuk itu, peneliti akan menguji apa yang telah ditemukan
pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu
berkembang atau tidak.
Data-data dikumpulkan dari lapangan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Data-data yang terkumpul tersebut
direduksi kemudian dipilih hal-hal pokok mengenai masalah penelitian,
data tersebut bisa disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan
jika diperlukan penyajian juga data dapat berupa grafik, matrik,
network(jejaring sosial) dan chart.
c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan diawal yang dikemukakan masih bersifat


sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
11

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan


kesimpulan yang kuat.
7. Trianggulasi Data
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan kebebasan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembandingan terhadap data itu. Teknik pengecekan yang
sering digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.18
Cara-cara pengecekan keabsahan data tersebut yaitu:
a. Membandingkan data hasil pengamatan yang diperoleh melalui
observasi dengan data yang diperoleh melalui wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
isi dokumen.
d. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi atau
keadaan penelitian dengan yang dikatakan sepanjang waktu

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Penelitian dilakukan dengan

pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan hasil seminar

proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis

mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang

berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum

diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan

perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan

penelitian skripsi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 330
12

Tabel 1. 2

Jadwal Penelitian

Bulan
September Oktober November Desemb Februari
No Januari 2018
Kegiatan 2017 2017 2017 er 2017 2018
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pembuatan
1. X x x
Proposal
Perbaikan
2. Hasil x x
Seminar
Pengumpula
3. n x x x x x x x x x x x x x x x
Data
Verifikasi
4. dan Analisa x x x
Data
Konsultasi
5. x x x x x x x
pembimbing
6. Perbaikan x
Penggandaan
7. x
Laporan
13

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Literasi
1. Pengertian Literasi

Literasi, dalam bahasa Inggris literacy, berasal dari bahasa


Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-
sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. 19 Kegiatan
literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa
literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam
masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang
terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. 20
Dalam Deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa literasi
informasi kesehatan terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifkasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan
secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan
informasi kesehatan untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-
kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk
berpartisipasi dalam masyarakat informasi kesehatan , dan itu bagian
dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.21
Literasi erat kaitannya dengan bahasa dan bagaimana
penggunaan bahasa itu baik melalui lisan ataupun tulis. Bahasa merupakan
bagian dari bahasa karena ketika membahas tentang bahasa tentunya
tidak terlepas dari budaya apa bahasa itu berasal.Sehingga,
pendefinisian istilah literasi tentunya harus mencakup unsur yang
melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budayanya.
19
Cooper, J.D. Literacy: Helping Children Construct Meaning. (Boston
Toronto:Hougton Miffin Company,1993)., Hal. 243
20
Unesco. 2003. The Prague Declaration. “Towards an Information Literate Society.”
21
Kemendikbud. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Jakarta:Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2016)
14

Berkenaan dengan ini Kern mendefinisikan istilah literasi secara


komprehensif sebagai berikut. 22
Literacy is the use of socially, and historically, and culturally-
situated practices ofcreating and interpreting meaning
through texts. It entails at least a tacit awareness ofthe
relationships between textual conventions and their context
of use and, ideally, theability to reflect critically on those
relationships. Because it is purpose-sensitive, literacyis
dynamic – not static – and variable across and within
discourse communities and cultures. It draws on a wide
range of cognitive abilities, on knowledge of written and
spoken language, on knowledge of genres, and on cultural
knowledge.
(Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasisosial,
dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan
menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi
memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap
tentang hubungan-hubungan antara konvensikonvensi
tekstual dan konteks penggunaanya serta idealnya
kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-
hubungan itu. Karena peka dengan maksud/ tujuan, literasi
itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di
antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/
wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan
kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan
tentang genre, dan pengetahuan kultural).

Literasi memerlukan kemampuan yang kompleks. Adapun


pengetahuan tentang genre adalah pengetahuan tentang jenis-jenis teks
yang berlaku/ digunakan dalam komunitas wacana misalnya, teks
naratif, eksposisi, deskripsi, dan lain-lain. Terdapat tujuh unsur yang
membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan dengan interpretasi,
kolaborasi, konvensi,pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi,
dan penggunaan.
Dari kedua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
literasi merupakan kegiatan menciptakan menginterpretasikan makna
yang berhubungan dengan situasi sosial, dan historis yang memerlukan

22
Kern, R. Literacy and Language Teaching. ( Oxford:Oxford UniversityPress, 2000),
hlm.165.
15

kemampuan kognitif (pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan


tentang genre, dan pengetahuan kultural) untuk berefleksi secara kritis
baik berupa bahasa lisan maupun tulis.
Menurut Kern terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi yaitu
(1) literasi melibatkan interpretasi, (2) literasi melibatkan kolaborasi
antara penulis/pembicara dan membaca/pendengar, (3) literasi
melibatkan konvensi yang mencakup aturan aturan bahasa baik lisan
maupun tertulis, (4) literasi melibatkan pengetahuan kultural, (5)
literasi melibatkan pemecahan masalah, (6) literasi melibatkan refleksi,
(7) literasi melibatkan penggunaan bahasa. 23
Literasi informasi kesehatan adalah suatu kemampuan belajar
terus-menerus secara mandiri dan untuk berkomunikasi. Literasi informasi
kesehatan adalah serangkaian kemampuan untuk menyadari kebutuhan
informasi kesehatan dan kapan informasi kesehatan diperlukan,
mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi kesehatan yang
diperlukan, memanfaatkan secara efektif, legal dan etis serta
mengkomunikasikannya. 24

2. Standar Literasi Informasi IFLA


Berbagai macam standar literasi informasi telah dibuat oleh para
ahli dan lembaga profit maupun non profit, diantara adalah Standar
American Library Association (ALA) serta standar Australian and New
Zealand Information Framework (ANZI). Namun pada penelitian ini,
peneliti akan menggunakan standar literasi informasi International
Federation of Library Associations and Institution (IFLA) karena standar
ini dibuat khusus untuk perpustakaan masyarakat, dan dikatakan pula
standar ini cocok diadopsi oleh semua negara dan dapat disesuaikan untuk
kebutuhan lokal suatu negara maupun organisasi. Standar IFLA mencakup
tiga (3) komponen dasar, yaitu akses, evaluasi dan penggunaan informasi
23
Ibid, hlm.165.
24
Agustiana Widya Gunawan dkk, 7 Langkah Literasi Informasi kesehatan : Knowledge
management, (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2008) hal.2 .
16

kesehatan . Setiap komponen dibagi menjadi dua (2) sub komponen yang
dijelaskan pada tabel berikut: 25
Standar Literasi Informasi kesehatan IFLA

no komponen sub komponen indikator


1
Akses
Mendefinisikan  Menemukan atau
Kebutuhan menggali kebutuhan
informasi kesehatan informasi kesehatan
 Memutuskan suatu
tindakan untuk
menemukan
informasi kesehatan
 Menyatakan dan
menentukan
kebutuhan informasi
kesehatan
 Mulai melakukan
pencarian informasi
kesehatan

25
Lau, Jesus, Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning, (Veracrus: IFLA,
2006) hal.25 .
17

 Mengidentifikasi
dan mengevaluasi
sumber-sumber
informasi kesehatan
yang potensial
 Mengembangkan
strategi-strategi
Penelusuran pencarian informasi
informasi kesehatan kesehatan
壱  Mengakses sumber-
sumber informasi
kesehatan yang
terpilih
 Memilih dan
menemukan
informasi kesehatan
yang dibutuhkan

2 Evaluasi
Penilaian informasi
kesehatan  Menganalisis,
壱 memeriksa, dan
menyaring informasi
kesehatan
 Mengeneralisasikan
dan
menginterprestasikan
informasi kesehatan
 Memilih dan
menggabungkan
informasi kesehatan
 Mengevaluasi
keakuratan dan
hubungan dari
informasi kesehatan
yang ditemukan

18

 Menyusun dan
mengkategorikan
informasi kesehatan
 Menyatukan dan
mengatur informasi
Pengaturan
kesehatan
informasi kesehatan
壱  Menentukan
informasi kesehatan
-informasi kesehatan
yang terbaik dan
paling berguna
untuk digunakan

3 Penggunaan
Menggunakan
informasi kesehatan  Menemukan cara
壱 untuk
mengkomunikasikan
, menyajikan dan
menggunakan
informasi kesehatan
 Mengaplikasikan
informasi kesehatan
yang ditemukan
 Mempelajari dan
mendalami
informasi kesehatan
yang ditemukan
untuk menjadi
pengetahuan pribadi
 Mempresentasikan
hasil motivasi

19

 Memahami etika
penggunaan informasi
kesehatan
 Mematuhi peraturan
penggunaan informasi
kesehatan
 Mengkomunikasikan
Mengkomunikasi
hasil pembelajaran
dan menggunakan
dengan pengetahuan
informasi kesehatan
intelektual yang
secara etis
dimiliki

 Menggunakan
pengetahuan yang
relevan sesuai dengan
standar
 Menggunakan standar
penulisan yang di
akui

3. Manfaat Literasi Informasi kesehatan


Menurut Hancock dalam artikelnya Information Literacy for
Lifelong Learning, manfaat literasi adalah: 26
a. Untuk Pelajar
Pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam
proses belajar-mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru
karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi
informasi kesehatan yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari
penampilan dan kegiatan mereka dilingkungan belajar. Mahasiswa yang
literate juga akan berusaha belajar mengenai sumber daya informasi
kesehatan dan cara penggunaan sumber-sumber informasi kesehatan .
b. Untuk Masyarakat
Literasi informasi kesehatan bagi masyarakat sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan.

26
Hancock, Vicky E. Information Literacy for Lifelong Learning, 1993
http://ericae.net/edo/ED358870.htm (diakses 25 oktober 2017)
20

Mereka mengidentifikasi informasi kesehatan yang paling berguna saat


membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelolah
bisnis dan berbagi informasi kesehatan dengan orang lain.
c. Untuk Pekerja
Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup
dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi
kesehatan sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi
informasi kesehatan yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki
literasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan
berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam
membuat kebijakan.
B. Literasi Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa
pengertian Kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”.
Sedangkan menurut Mu’rifah kesehatan pribadi adalah segala
usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas
kemampuannya, agar mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai
tenaga kerja yang sebaikbaiknya. Kesehatan seseorang tidak hanya diukur
dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja,
atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, yakni
mempunyai kegiatan, misal sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan
kegiatan pelayanan sosial bagi yang lanjut usia. 27
Kesimpulan yang didapatkan bahwa kesehatan itu merupakan
keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang diupayakan
melalui tindakan menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat
27
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Rianto,
hal.3
21

kesehatannya sehingga bisa hidup produktif dan mempunyai tenaga yang


sebaik-baiknya.
2. Pengertian dan Konsep Literasi Kesehatan

Literasi, dalam bahasa Inggris literacy, berasal dari bahasa


Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-
sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. 28 Kegiatan
literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa
literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam
masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang
terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. 29
Sementara, health Literacy merupakan istilah yang mulai
diperkenalkan pada tahun 1970 dan mengalami peningkatan penggunaan
dalam public health dan health care yang berkaitan dengan kapasitas
seseorang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang komplek dalam
masyarakat yang modern. Health Literacy artinya menempatkan kesehatan
sebagai bagian dalam keluarga dan masyarakat, memahami faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan mengetahui bagaimana mengatasinya.
Seseorang dengan tingkat health literacy yang adekuat mempunyai
kemampuan untuk mengambil tanggungjawab terhadap kesehatannya
maupun kesehatan keluarga dan masyarakat. 30
Sangat penting untuk membedakan pengertian health literacy
dengan literacy secara umum. Sesuai dengan United Nation Education,
Science and Culture Organization (UNESCO) dalam sejarah di Inggris,
kata ‘literasi’ sebagian besar mengartikan dengan literatur atau dalam
istilah secara umum “berpendidikan, belajar”. Mempertahankan arti yang
lebih luas menjadi pengetahuan atau pendidikan pada area atau wilayah
tertentu, pada akhir abad ke sembilan belas mengacu pada kemampuan

28
Cooper, J.D. Literacy: Helping Children Construct Meaning. (Boston
Toronto:Hougton Miffin Company,1993)., Hal. 243
29
Mila Abdullah. Health Literacy. http://nursingliteracy.blogspot.co.id/,2014. Hal. 2
30
Ibid, Hal.2
22

membaca dan menulis. Beberapa tahun terakhir ada empat pemahaman


dari literasi berdasarkan hasil perdebatan gagasan yaitu 1) literasi sebagai
suatu seperangkat otonomi ketrampilan 2) literasi sebagai penerapan,
dipraktikan pada situasi nyata 3) literasi sebagai suatu proses belajar dan
4) literasi sebagai teks.
Fokus yang lebih luas menyatakan bahwa literasi tidak hanya
perubahan individu, tetapi juga perubahan kontekstual dan sosial dalam
kaitannya health literacy dengan pertumbuhan ekonomi, sosial kultural
dan perubahan politik.31
Jadi, literasi kesehatan merupakan konsep dimana masyarakat
dapat memahami dan bertindak atas informasi kesehatan kesehatan.
Literasi kesehatan mempengaruhi bagaimana memilih akses kesehatan
yang seharusnya masyarakat dapatkan. Konsep literasi informasi
kesehatan kesehatan merupakan pemahaman lebih dari masalah akses
informasi kesehatan , pemilihan pengobatan, perilaku kesehatan dan upaya
mendapatkan kesehatan oleh masyarakat tersebut
3. Tujuan Literasi Kesehatan
Pengetahuan dan konsep budaya yang melingkupi konsep literasi
kesehatan selama ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
memahami makna kesehatan, makna sakit, risiko dan keuntungannya.
Namun belakang ini, konsep di atas juga meliputi peran penyelenggara
kesehatan dalam berkomunikasi efektif dengan pasien untuk mengajak
berpartisipasi menuju gaya hidup sehat melalui patient-centered
communication. Menurut Institute of medicine patient-centered
communication is respecting and responding to patients’ wants, needs, and
preferences, so that patients can make choices in their care that best fit
their individual circumstances. 32
Literasi bahasa lisan yang harus dimiliki oleh penyelenggara
kesehatan dan pasien berkaitan dengan kemampuan mendengarkan dan
31
Ibid, hlm.165.
32
Purwanti Hadisiwi ,dkk. aLiterasi Kesehatan Masyarakat dalam Menopang
Pembangunan Kesehatan di Indonesia., (Semarang, UNPAD, 2015),hlm.3.
23

berbicara. Pasien dan penyelenggara kesehatan harus bekerjasama dalam


proses komunikasi yang intens sehingga dapat mendeskripsikan diagnosis
dan informasi kesehatan kesehatan lainnya dengan akurat. Dalam hal ini
tidak saja pasien yang harus memiliki kemampuan berkomunikasi, tapi
penyelenggara kesehatan juga dituntut untuk meningkatkan kemampuan
menggali informasi kesehatan berkenaan dengan sakitnya pasien. 33
Literasi bahasa cetak berkaitan dengan kemampuan menulis dan
membaca tidak saja harus dimiliki oleh pasien, namun harus juga dimiliki
oleh penyelenggara kesehatan. Pasien akan dengan mudah memahami
informasi kesehatan cetak, jika ditulis dalam huruf yang relative besar,
digaris bawahi atau ditebalkan untuk hal-hal yang dianggap penting,
menggunakan bahasa yang sederhana, dengan kertas yang ukuran dan
bahan yang memadai. Jika dimungkinkan, informasi kesehatan yang
tercetak dapat dibacakan oleh penyelenggara kesehatan di hadapan pasien
dengan lebih keras untuk hal-hal yang dianggap penting. 34
Numeric atau berhitung berkaitan dengan kemampuan memahami
informasi kesehatan gizi yang ada dalam kemasan produk pangan atau
obat, berkaitan pula dengan kemampuan memahami dosis obat yang harus
diminum untuk pengobatan, dan berkaitan pula dengan pemilihan asuransi
atau jaminan kesehatan. Penyelenggara kesehatan yang lebih
berpengalaman dalam berkomunikasi dengan pasien seharusnya dapat
membantu pasien untuk dapat memahami informasi kesehatan yang
berkaitan dengan numeric ini. 35
4. Elemen Literasi Kesehatan
literacy kesehatan memerlukan kombinasi beberapa
keterampilan keaksaraan yang berbeda untuk memfasilitasi promosi dan
perawatan kesehatan. Enam keterampilan inti digambarkan oleh model
keaksaraan eHealth yang disebut model Lily. Enam literatur Lily Model
disusun menjadi dua tipe utama: analitik dan konteks-spesifik. Literatur
33
Ibid,hlm.3.
34
Ibid,hlm.3.
35
Ibid,hlm.3.
24

jenis analitik adalah keterampilan yang dapat diterapkan pada berbagai


sumber, terlepas dari topik atau konten (misalnya, keterampilan yang
jugadapat diterapkan untuk berbelanja atau meneliti makalah selain
kesehatan) sedangkan keterampilan khusus konteks adalah keterampilan
Yang dikontekstualisasikan dalam domain masalah tertentu (hanya bisa
diterapkan pada kesehatan). 36
Keenam literatur tersebut:
d. Keaksaraan tradisional
e. Melek media
f.Melek informasi kesehatan
g. Melek computer
h. Melek ilmiah
i.Literatur kesehatan37
5. Literasi Kesehatan pada Masyarakat Pedesaan
Kesehatan adalah satu bagian dari kehidupan manusia yang
sangatpenting, sehingga ia selalu menarik jika dijadikan tema-tema
perbincangan sehari-hari.Hampir di seluruh media baik cetak maupun
elektronik senantiasamenyuguhkan informasi kesehatan -informasi
kesehatan yang terkait dengan kesehatan. Sehingga saatini, pengeta-huan
kesehatan bukanlah sebuah ilmu yang hanya dapat dimiliki olehprofesi-
profesi khusus kesehatan. Masyarakat umum pun kini dapat
mengaksesinformasi kesehatan tersebut dari berbagai media. 38
Hidup sehat pada saat ini sudah menjadi kebutuhan primer yang
takterelakan, sebab segala aktifitas menuntut serba cepat dan dinamis
sehingga dituntut fisik yang sehat agar dapat menyelesaikan segala aktifitas.
Apalagidengan meningkatnya status pendidikan dan ekonomi masyarakat,
kesadaran muncul dengan sendirinya dari setiap individu. Indikasi dari hal

36
http://blogmahasiswa.akperpemkabkotim.ac.id/yuliaevriawati/2017/05/17/definisi-
health-literacy-dan-ehealth-literacy/
37
http://blogmahasiswa.akperpemkabkotim.ac.id/yuliaevriawati/2017/05/17/definisi-
health-literacy-dan-ehealth-literacy/
38
Agung Budiono, dkk. Penyebaran Informasi Kesehatan Melalui Taman Bacaan
Masyarakat Al-Hidayah Desa Citimun Kabupaten Sumedang. (Universitas Padjadjaran
Jatinangor,2016),hlm.313.
25

tersebut adalahdengan banyak dibukanya pusat-pusat kebugaran (fitness


centre), sanggar-sanggar senam, dan pusat-pusat terapi fisik seperti pijat
refleksi dan akupuntur. Jadi untuk hidup sehat tidak hanya trpenuhinya
kebutuhan akan makan, tetapi jugaterpenuhinya kebutuhan berolah raga.
Itulah yang dipahami oleh masyarakat padas aat ini. Tak heran jika
perkembangan dunia informasi kesehatan tentang kesehatan pun meningkat
pesat39
Namun tidak pada masyarakat pedesaan, dimana meskipun
teknologi berkembang, mereka masih tetap menjujungn kebiasaan di
daerah mereka. Mereka masih berpendapat bahwa ada penyakit-penyakit
tertentu yang harus diobati menggunakan cara tradisional. Menurut
mereka, klasifikasi penyebab penyakit ada yang dianggap berasal dari
sistem naturalistik (kekuatan alam, ketidakseimbangan diri individu,
tidak mengenai orang tertentu) maupun personalistik (intervensi dari
suatu agen baik supernatural maupun manusia).1 Selain itu ahli
antropologi kesehatan membagi model penyakit ke dalam tiga model
kepercayaan kesehatan yaitu magico-religious model, biomedical model,
holistic model40
Pada masyarakat pedesaan , mereka sangat kuat dengan sistem
medis tradisionalnya semua penyakit dijelaskan dengan model holistik.
Model ini menekankan pada aspek harmoni atau keseimbangan dalam
tubuh baik menyangkut lingkungan, sosial budaya, dan perilaku.
Penyembuhan dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan
tersebut41

6. Standar Pengukuran Literasi Kesehatan


Para ahli dalam kajian literasi kesehatan sampai saat ini masih
banyak yang tertarik pada upaya mendefinisikan dan
mengkonseptualisasikan literasi kesehatan. Padahal kebutuhan alat ukur
39
Ibid,hlm.313.
40
Atik Triratnawati, Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya Kesehatan
Masyarakat Desa di Jawa,(UGM, Yogyakarta, 2016),hlm.69.
41
Ibid,hlm.69.
26

atau instrument literasi kesehatan yang mudah digunakan, dengan validitas


dan realibilitas yang tinggi dan dapat digunakan di mana saja lebih penting
dari sekedar mendefinisikan konsepnya. Dengan sedikitnya para ahli yang
tertarik mengembangkan alat ukur ini, maka jumlah alat ukur yang
tersedia masih sangat terbatas dan belum dapat digunakan secara umum.
Semua alat ukur yang sekarang tersedia, masih belum dapat diakses secara
terbuka. Beberapa dengan jelas memasang tarif atau menjual alat ukur
dengan harga yang cukup tinggi, sehingga sulit untuk diadopsi. 42
Beberapa alat ukur yang berhasil dikembangkan salah satunya
dinamakan Perkiraan Cepat Literasi Orang Dewasa dalam Pengobatan
yang biasa disebut dengan REALM (Rapid Estimate of Adult Literacy in
Medicine). Alat uji literasi kesehatan ini hanya menguji kemampuan
membaca pasien dalam konteks kesehatan yang harus dibaca dengan suara
yang keras. Ada 66 kata yang diujikan seperti hormones, menopause,
constipation dan anemia yang akan mendapat nilai jika dibaca dengan
benar dan mendapat nilai minus jika dibaca salah. 43
Sedangkan alat uji Fungsional Literasi Kesehatan Orang
Dewasa yang biasa disebut TOFLA (Test of Functional Health Literacy in
Adults) menguji kemampuan membaca pasien dalam konteks memahami
dan melaksanakan petunjuk dari petugas kesehatan yang berupa petunjuk
minum obat yang diperoleh dari apotek atau hasil dari pemeriksanaan
laboratorium. Pasien diberikan kemasan botol obat yang tertera tulisan
cara minum obat. Pasien akan ditanya jam berapa harus minum obat yang
kedua kali dan ketiga kalinya dalam sehari. REALM dan TOFLHA
terutama berfokus pada keterampilan yang berhubungan dengan membaca,
dengan demikian alat ukur ini dianggap tidak komprehensif dalam
menggali kemampuan yang dibutuhkan oleh individu dalam perawatan
kesehatan. 44

42
Purwanti Hadisiwi ,dkk. Literasi Kesehatan Masyarakat dalam Menopang
Pembangunan Kesehatan di Indonesia., (Semarang, UNPAD, 2015),hlm.346.
43
Ibid, hlm.346.
44
Purwanti Hadisiwi ,dkk. Op.Cit hlm.346.
27

Namun demikian ada sebuah alat ukur atau instrument yang


dikembangkan oleh Deakin University Australia, yang dapat diakses
dengan berbayar. HLQ (Health Literacy Questionnaire) yang
dikembangkan oleh Osborne dkk ini memiliki 9 domain yang menjadi sub
variabel dari kuesionernya. Menurut Richard H Osborne, Roy W
Batterham, Gerald R Elsworth, Melanie Hawkins and Rachelle
Buchbinder dalam artikel The grounded psychometric development and
initial validation of the Health Literacy Questionnaire (HLQ), literasi
kesehatan yang mengandung 9 domain itu adalah sebagai berikut : merasa
dipahami dan didukung oleh penyedia layanan kesehatan, memiliki
informasi kesehatan yang cukup untuk mengelola kesehatan, aktif
mengelola kesehatan, adanya dukungan sosial untuk kesehatan, penilaian
terhadap informasi kesehatan kesehatan, kemampuan untuk secara aktif
terlibat dengan penyedia layanan kesehatan, kemampuan menjelajahi
sistem kesehatan, kemampuan untuk mencari informasi kesehatan yang
baik tentang kesehatan, dan memahami informasi kesehatan kesehatan
dan penerapannya. 45

B. Studi Relevan
Dalam hal ini peneliti mengambil skripsi sebelumnya sebagai
penelitian terdahulu yang relevan yang berjudul sebagai berikut:
1. Purwanti Hadisiwi ,dkk: Literasi Kesehatan
Masyarakat dalam Menopang Pembangunan Kesehatan di Indonesia.
Pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan kesehatan yang kurang
efektif sering dikaitkan dengan buruknya mutu layanan kesehatan atau
penyampaian informasi kesehatan dan penggunaan media yang kurang
tepat. Sementara itu banyak penelitian dari sisi pengguna layanan
kesehatan, menunjukkan bahwa tingkat literasi kesehatan individu
merupakan penentu health outcomes atau hasil yang diperoleh dari upaya
untuk sehat yang pada gilirannya menentukan kualitas hidup individu,
bukan layanan atau media informasi kesehatan kesehatan yang

45
Ibid, hlm.347.
28

menentukannya. Literasi kesehatan yang rendah berhubungan dengan


tingginya kebutuhan perawatan di rumah sakit, tingginya angka kesakitan,
tingginya angka kematian dan kemiskinan yang pada gilirannya
mempengaruhi pembangunan kesehatan. Literasi kesehatan menjadi kajian
yang perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan proses komunikasi
kesehatan baik dari aspek komunikasi dokter/petugas kesehatan – pasien,
maupun untuk mengoptimalkan kemampuan pasien dalam mengakses,
mengolah dan memahami informasi kesehatan dari berbagai media .
Melalui studi pustaka diperoleh pemahaman tentang definisi dan
pengertian tentang literasi kesehatan dari berbagai perspektif atau dimensi,
metode pendekatan yang digunakan untuk melakukan penelitian tentang
literasi kesehatan, instrumen yang dikembangkan untuk mengukur tingkat
literasi kesehatan dan berbagai hasil penelitian literasi kesehatan dalam
berbagai konteks penyakit
2. Agung Budiono, dkk: Penyebaran Informasi
kesehatan Kesehatan Melalui Taman Bacaan Masyarakat Al-Hidayah
Desa Citimun Kabupaten Sumedang
Taman bacaan masyarakat (TBM) merupakan jantung pendidikan
masyarakat sehingga diharapkan mampu memotivasi dan mengembangkan
minat, kegemaran hingga pada informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) tidak
hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap
lingkungan kondisi masyarakat, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan
dan kemudahan akses terhadap informasi kesehatan yang dapat diperoleh.
Kemudahan akses adalah tersedianya sarana dan prasarana dimana
masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi kesehatan tentang
kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang penyebaran literasi informasi kesehatan kesehatan melalui
kegiatan yang ada di TBM Desa Citimun Kecamatan Cimalaka Kabupaten
Sumedang. Urgensi penelitian adalah meningkatkan pemahaman literasi
kesehatanyang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas
manusia dan produktivitas. Penelitian ini akan mengidentifikasi peran
29

pemahaman masyarakat terhadap kesehatan.Penelitian ini akan


menggunakan metoda action research atau penelitian tindakan yang akan
dibagi ke dalam dua tujuan kegiatan. Tujuan pertama, untuk melakukan
assessment kondisi eksisting upaya pemahaman masyarakat terhadap
kesehatan yang saat ini dilakukan; termasuk di dalamnya cara
mengidentifikasi pemahaman masyarakat dalam mengadaptasi media;
mengidentifikasi efektifitas media komunikasi untuk memperoleh
informasi kesehatan yang digunakan saat ini; dan mengidentifikasi
komponen TBMdengan melakukan kerjasama dalam menyebarkan
kesehatan. Tahap kedua, bertujuan untuk merumuskan model keberadaan
TBM dalam konsep penyebaran literasi kesehatan.
30

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Burton, graeme. Pengantar Untuk Memahami : Media dan Budaya Populer.
(Yogyakarta : Jalasutra,1999)
Cooper, J.D. Literacy: Helping Children Construct Meaning. (Boston
Toronto:Hougton Miffin Company,1993)
Fakultas Adab – sastra dan Kebudayaan Islam. Pedoman Penulisan Skripsi
(Jambi, 2016)
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005)
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.( Jakarta :
Rineka cipta,2010)
Ridwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula
(Bandung: Alfabeta, 2013)
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta,
2009)

Jurnal
Agung Budiono, dkk. Penyebaran Informasi kesehatan Kesehatan Melalui
Taman Bacaan Masyarakat Al-Hidayah Desa Citimun Kabupaten
Sumedang. (Universitas Padjadjaran Jatinangor,2016)
Atik Triratnawati, Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya
Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa,(UGM, Yogyakarta, 2016)
Carbone, Elena and Jamie M. Zoellner. 2012. Nutrition and Health Literacy: A
Systematic Review to Inform Nutrition Research and Practice. Journal of
the Academy of Nutrition and Dietetics Volume 112 Number 2
Purwanti Hadisiwi ,dkk. Literasi Kesehatan Masyarakat dalam Menopang
Pembangunan Kesehatan di Indonesia., (Semarang, UNPAD, 2015)
31

Syecha Novierna Putri. Hubungan Akses Informasi kesehatan Kesehatan dengan


Health LiteracyMahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Artikel Ilmiah , (Semarang, 2014)
Internet
http://blogmahasiswa.akperpemkabkotim.ac.id/yuliaevriawati/2017/05/17/definisi
-health-literacy-dan-ehealth-literacy/
32

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Nama :

Judul :

A. Observasi

- Mengamati kegiatan masyarakat yang berperilaku sehat

- Mengamati proses pelayanan kesehatan

- Mengamati kegiatan literasi kesehatan

- Mengamati aktivitas literasi kesehatan

B. Wawancara

1. Bagaimana perilaku hidup sehat menurut anda?

2. Dimana anda berobat ketika sakit?

3. Obat jenis apa yang lebih anda percayai dalam pengobatan?

4. Obat medis/ herbal apa yang biasa anda gunakan ketika sakit?

5. Dimana anda memperoleh obat tersebut?

6. Bagaimana efek yang anda rasakan setelah mengkomsumsi obat tersebut?

C. Dokumentasi

- Profil Desa

-Struktur Desa

-Jumlah Penduduk Desa

Anda mungkin juga menyukai