Anda di halaman 1dari 27

PENGOLAHAN BAHAN BANGUNAN DARI LIMBAH

PERTANIAN “MYCOTECH”

OLEH :

1. IBRAHIM SYANI NIM.3201801067

2. IZDUL FITRIANTO NIM.3201801063

3. M. AFDHAL AS SHIDIQIN NIM.3201801069

TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

D3 TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ‫ ﷲ‬yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga penyusunan makalah yang berjudul “PENGOLAHAN BAHAN

BANGUNAN DARI LIMBAH PERTANIAN ‘MYCOTECH’” dapat penulis

selesaikan dengan lancar.

Adapun maksud dari pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk

memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Bangunan. Kami berterima kasih

kepada Ibu Hj. Susi Hariyani., ST., MT. selaku dosen pengampu atas tugas yang

telah diberikan.

Harapan penulis dari makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengolahan bahan

bangunan dari limbah pertanian.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena

keterbatasan ilmu pengetahuan dan informasi yang penulis miliki. Kritik dan

saran akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan dan penyempurnaan

makalah ini di masa yang akan datang.

Pontianak, 30 Oktober 2018

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi Bahan Bangunan

2.2 Batu Bata

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Mycotech

3.2 Mengidentifikasi Mycotech

3.3 Proses Pembuatan Mycotech

3.4 Penerapan Mycotech Dalam Bidang Teknik Sipil

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dimuka bumi ini tak pernah berhenti, bahkan

cenderung meningkat tajam setiap tahunnya untuk membuat sebuah

bangunan yang layak, baik itu tempat tinggal maupun infrastruktur

lainnya. Diiperlukan bahan yang kuat serta dapat menopang bangunan

tersebut dengan baik. Sejak jaman manusia mengenal hunian, banyak jenis

material yang diaplikasikan ke dalam bangunan mulai dari tanah, pasir,

berbagai jenis batuan, bahkan di era ini muncul bahan-bahan alternatif

yang dapat membuat bangunan lebih kuat, kokoh, ramah lingkungan serta

memiliki kesan yang futuristik.

Menanggapi hal tersebut, ada inovasi menarik yang dilakukan oleh

sekelompok inovator muda yang tergabung dalam organisasi usaha

bernama ideas dari Bandung dengan membuat bahan bangunan baru

bernama mycotech.

Mycotech menggantikan konsep “end of live” bahan bagunan hasil

penambangan dengan sebuah perbaikan, perubahan menuju penggunaan

sumber daya yang berkelanjutan, menghilangkan penggunaan banyak

bahan kimia berbahaya, dan mengurangi limbah material bangunan.

Ide awal inovasi mycotech ini didapatkan dari proses pembuatan

tempe semula dari kedelai yang terpisah-pisah, yang kemudian menyatu

dan menjadi tempe. Konsep yang sama diterapkan dalam Mycotech,


dengan bahan yang digunakan adalah limbah pertanian atau agrikultur.

Adapun teknologi sederhana yang digunakan untuk menyatukan limbah

tersebut yaitu mycelium jamur, yang dapat mengikat material limbah

secara kuat.

Keunggulan utama mycotech yaitu kekuatannya yang dapat

menyaingi batu bata dan kayu. Bahan tersebut juga anti api, tapi tetap

ringan seperti gabus. Keunggulan lainnya yaitu, harga bahan tersebut lebih

ekonomis, ramah lingkungan, dan bebas dari resin sintetis. Resin

merupakan perekat pada kayu mebel yang mengandung senyawa

berbahaya bagi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mycotech bisa menjadi bahan bangunan?

2. Bagaimana proses pembuatan mycotech?

3. Bagaimana penerapan mycotech dibidang teknik sipil?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi mycotech sebagai bahan bangunan.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan mycotech.

3. Untuk mengetahui penerapan mycotech dibidang teknik sipil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi Bahan Bangunan

Teknologi Bahan Bangunan disingkat dengan Teknologi Bahan

adalah ilmu yang mempelajari jenis-jenis, sifat-sifat, fungsi, penggunaan,

dan pengembangan bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi sipil.

2.1.1 Bahan Bangunan

Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk

tujuan kontruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir,

kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk

membangun. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak

digunakan, dan beberapa lagi kurang sinetik. Ada pula yang

mengartikan bahan bangunan adalah semua bahan pokok maupun

bahan penolong yang diperlukan untuk membangun suatu

bangunan

Berdasarkan pengertian ini, maka bahan-bahan bangunan

dapat diliputi:

 Batu alam

 Agregat

 Perekat hidrolis

 Admixture

 Air

 Logam
 Kayu

 Bambu

 Keramik bangunan

 Bahan bangunan dari semen

 Perancang campuran beton

2.1.2 Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari Konstruksi bangunan

yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban

bangunan atas (Upper Structure /super struktur) ke tanah dasar

yang cukup kuat mendukungnya, untuk itu pondasi harus

diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap

beban sendiri, beban berguna dan gaya-gaya lain seperti tekanan

angin, gempa bumi serta lain-lain dan tidak boleh terjadi

penurunan pondasi setempat atau penurunan pondasi merata lebih

dari batas tertentu.

Kegagalan fungsi suatu pondasi dapat disebabkan karena

adanya “Base-shear Failure“ atau penurunan yang berlebihan

sehingga dapat menyebabkan timbulnya kerusakan structural pada

kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai

pecah, pintu jendela yang sukar dibuka. Agar kegagalan fungsi

pondasi dapat dihindari maka pondasi harus diletakkan pada

lapisan tanah yang cukup keras atau padat serta kuat.

2.2 Batu Bata


Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan

digunakan oleh masyarakat baik di pedesaan atau perkotaan yang

berfungsi sebagai bahan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata.

Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti

dinding pada bangunan gedung, bendungan, saluran dan pondasi.

Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam

pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air

dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan

seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada

temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras

seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila

direndam dalam air. Definisi batu bata menurut SNI 15-2094-2000 dan

SII-0021-78 merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan

pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau

tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak

dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

2.2.1 Jenis Batu Bata

a. Batu Bata Tanah Liat

Terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu :

 Bata biasa, memiliki permukaan dan warna yang

tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding

dengan menggunakan morta (campuran semen)


sebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut

sebagai bata merah.

 Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin

serta memiliki warna dan corak yang seragam. Di

samping digunakan sebagai dinding, juga digunakan

sebagai penutup dinding dan sebagai dekorasi.

b. Batu Bata Pasir/Kapur

Batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan

perbandingan 1:8, serta air yang ditekankan kedalam

campuran sehingga membentuk batu bata.

2.2.2 Perbandingan Batu Bata

a. Bata Merah

Bata merah merupakan salah satu jenis bahan dasar

pembangunan rumah yang sudah sangat umum digunakan

di Indonesia, dari zaman dulu hingga zaman modern seperti

saat ini, karena sudah menjadi salah satu bahan wajib di

dalam membangun rumah. Bata merah banyak digunakan

daripada bata ringan atau batako press, karena selain sudah

teruji kekuatannya, mendapatkan jenis material ini pun

tidak sulit.

Gambar a. Bata Merah


Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat

dari tanah yang dicetak kemudian dibakar dengan suhu

tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan

berwarna kemerahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah

sembarang tanah, tetapi tanah yang agak liat sehingga bisa

menyatu saat proses pencetakan. Karena itulah, rumah yang

dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa

lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta

tahan lama, sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding

yang dibangun dari material bata merah. Selain itu Material

ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat menjadi

perlindungan tersendiri bagi bangunan Anda dari bahaya

api.

 Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak,

kemudian dibakar.

 Tidak semua tanah lihat bisa digunakan. Hanya

yang terdiri dari kandungan pasir tertentu.

 Umumnya memiliki ukuran: panjang 17-23 cm,

lebar 7-11 cm, tebal 3-5 cm.

 Berat rata-rata 3 kg/biji (tergantung merk dan

daerah asal pembuatannya).

 Bahan baku yang dibutuhkan untuk pasangan

dinding bata merah adalah semen dan pasir ayakan.


Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2

atau 1:3 (artinya, 1 takaran semen dipadu dengan 3

takaran pasir yang sudah diayak). Untuk dinding

yang tidak harus kedap air, dapat digunakan

perbandingan 1:4 hingga 1:6.

 Kuat, kokoh dan tahan terhadap cuaca maupun

benda keras.

b. Batako

Material dinding dari batako ini umumnya dibuat

dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak padat

atau dipress. Selain itu ada juga yang membuatnya dari

campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar

batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan

bahan pembuatan seperti yang telah disebutkan, batako

memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dari

bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding,

terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan

spesi. Pemakaian material batako untuk dinding juga

membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung pengap

dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari

material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada

bata merah. Teksturnya pun terlihat lebih halus dari bata

merah.
Gambar b. Batako

c. Batako Putih (Tras)

 Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur,

dan air. Campuran tersebut dicetak, lalu dibakar.

Tras merupakan jenis tanah berwarna putih atau

putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-

batu gunung berapi.

 Umumnya memiliki ukuran panjang 25-30 cm, tebal

8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.

 Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:

Batako tras = 25 buah

Semen = 0,215 sak

Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3

d. Batako Semen PC/Batako Pres

 Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan

pasir atau abu batu.

 Ada yang dibuat secara manual (menggunakan

tangan), ada juga yang menggunakan mesin.


Perbedaannya bisa dilihat kepadatan permukaan

batakonya.

 Umumnya memiliki ukuran panjang 36-40 cm, tebal

8-10 cm, dan tinggi 18-20 cm.

 Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:

Batako pres = 15 buah

Semen PC = 0,125 sak

Pasir ayak (pasir pasang) = 0,015 m3

e. Bata Ringan

Bata ringan atau disebut hebel atau celcon. Material

bata ringan ini pembuatannya sudah sangat modern dimana

material ini dibuat dengan menggunakan mesin pabrik.

Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan

yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat

memperingan beban struktur dari sebuah bangunan

konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisir

sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan

dinding berlangsung.
Gambar e. Bata Ringan

 Bata hebel dibuat dengan mesin di pabrik. Bata ini

cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan

yang baik.

 Bisa langsung diberi aci tanpa harus diplester

terlebih dulu, dengan menggunakan semen khusus.

Bahan dasar dari acian/semen tersebut adalah pasir

silika, semen, filler, dan zat aditif. Untuk

menggunakannya, semen ini hanya dapat dicampur

dengan air. Tetapi bisa juga menggunakan bahan

seperti pemasangan batako.

 Umumnya memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan

ketebalan 8-10 cm.

 Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:

Bata hebel/celcon = 8 buah

Semen instan = 11,43 kg

Air = 0,15-0,16 liter.

f. Bataton
Bataton terbuat dari campuran semen, agregat,

pasir, kerikil, air dan bahan khusus lain. Bahan-bahan ini

dicetak dalam berbagai bentuk yang kemudian disebuat

sebagai bataton. Bentuk-bentuk bataton ini menyisakan

rongga pada bagian dalamnya. Rongganya bisa diisi baja

untuk tiang kolom, juga bisa sebagai jalur pipa air dan

kabel listrik. Banyak pilihan bentuk bataton yang

diproduksi oleh Holcim. Sebut saja blok beton berprofil H

untuk dinding, bataton profil U untuk balok pengikat

fondasi (sloof), dan balok pengaku (ringbalk), serta bataton

bentuk kolom. Sedangkan bataton balok, rooster, dan

lengkung menjadi material pendukung elemen rumah.

Rongga pada bataton dapat berperan juga sebagai

isolator panas. Rongga tersebut dapat menangkap rambatan

radiasi panas pada dinding akibat terpapar terik matahari.

Dengan begitu, suhu radiasi panas pada dinding tak

seluruhnya merembes sampai ke dalam ruangan.

Daya tarik lain dari bataton adalah proses

konstruksinya yang lebih ekonomis jika dibandingkan bata

merah. Contohnya pembuatan dinding bata merah yang

memerlukan bingkai struktur (kolom praktis, sloof, dan

ringbalk) yang harus menggunakan cetakan (bekisting).

Selain menunggu masa keras beton, bekisting pada bingkai

struktur dinding tadi harus dilepas. Untuk pemasangannya,


minimal satu hari, dicor, besok dilepas, baru dipasang lagi.

Kalau pakai blok beton cukup dalam satu hari, dapat diisi

tulangan besi, lalu bisa ditaruh pada atasnya. Tidak perlu

menggunakan bekisting sehingga hemat kayu, waktu dan

tenaga. Konstruksi jadi lebih ekonomis.

2.2.3 Standarisasi Batu Bata

Pembuatan batu bata harus memiliki standarisasi, karena

dalam pembuatan batu bata merupakan syarat mutlak dan menjadi

suatu acuan penting dari sebuah industri di suatu negara khususnya

di Indonesia. Standarisasi menurut Organisasi Internasional (ISO)

merupakan proses penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk

melaksanakan suatu kegiatan secara teratur demi keuntungan dan

kerjasama semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk

meningkatkan ekonomi keseluruhan secara optimum dengan

memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan persyaratan

keamanan.

Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000

dan SII-0021-78 meliputi beberapa aspek seperti :

a. Sifat tampak

Batu bata merah harus berbentuk prisma segi empat

panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,

bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak.

b. Ukuran
Standar Bata Merah di Indonesia oleh BSN (Badan

Standardisasi Nasional) nomor 15-2094-2000 menetapkan

suatu ukuran standar untuk bata merah sebagai berikut :

Tabel 1. Ukuran dan Toleransi Bata Merah Pasangan


Dinding
Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang
(mm)
M-5a 65 + 2 90 + 3 190 + 4

M-5b 65 + 2 100 + 3 190 + 4

M-6a 52 + 3 110 + 4 230 + 4

M-6b 55 + 3 110 + 6 230 + 5

M-6c 70 + 3 110 + 6 230 + 5

M-6d 80 + 3 110 + 6 230 + 5

Sumber 1 (SNI 15-2094-2000)

c. Kuat Tekan

Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang

diizinkan untuk bata merah untuk pasangan dinding sesuai

dengan tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Kekuatan Bata

Kekuatan Tekan Rata-


Koefisien
Kelas Rata Batu Bata
Variasi Izin
Kg/cm2 N/mm2

50 50 5,0 22%

100 100 10 15%


150 150 15 15%

Sumber 2 (SNI 15-2094-2000)

d. Garam Berbahaya

Garam yang mudah larut dan berbahaya, antara lain :

Magnesium Sulfat (MgSO4), Natrium Sulfat (Na2SO4),

Kalium Sulfat (K2SO4), dan kadar garam maksimum 1,0%,

tidak boleh menyebabkan lebih dari 50% permukaan batu

bata tertutup dengan tebal akibat pengkristalan garam.

e. Kerapatan Semu

Kerapatan semu minimum bata merah pasangan adalah 1,2

gram/cm3.

f. Penyerapan Air

Penyerapan air maksimum bata merah pasangan dinding

adalah 20%

2.2.4 Tahapan atau Proses Pembakaran Batu Bata

Proses pembakaran batu bata sangat penting dilaksanakan

oleh orang yang sudah ahli dalam menentukan baik atau tidaknya

batu bata yang sudah dibakar. Jika pembakarannya gagal, maka

batu bata tidak bias di daur ulang kembali karena bahan pembuatan

batu bata dibakar sekali tidak ada pembakaran yang kedua kali.

Batu Bata pada proses pembakaran akan disusun secara bertingkat

dan bagian bawah tumpukan batu bata tersebut akan deberi

semacam terowongan untuk memasukan kayu bakar pada proses

pembakaran batu bata. Pada bagian atas akan diberikan sekam padi
atau kayu bakar untuk proses pematangan pada bagian atas batu

bata. Panas yag akan menyebar dengan baik akan dapat membuat

batu bata matang dengan sempurna.

Proses penjemuran batu bata dapat memakan waktu selama

2 hari jika pada saat cuaca yang mendukung, tetapi jika pada saat

musim hujan maka prose penjemuran dapat memakan waktu yang

cukup lama bisa sampai seminggu penjemuran batu bata.

Batu bata dengan kualitas yang baik dapat dilihat dari

kematangan yang sempurna, jika batu bata yang yang mengalami

pembakaran sempurna maka akan berwarna kemerahan pada

bagian seluruh batu bata tetapi pada batu bata yang kurang bagus

maka akan ada warna kehitaman pada bagian sisi batu bata yang

akan mengakibatkan kekuatan batu bata berkurang dibanding

kekuatan batu bata dengan proses pematangan yang sempurna.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Mycotech

Mycotech merupakan lempengan material bangunan dari limbah

pertanian yang prosesnya terinspirasi dari cara pembuatan tempe. Di mana

jamur Rhizopus sp. Pada tempe bekerja mengikat biji-biji kedelai dengan

kuat melalui akar jamur, yang disebut mycelium. Begitupun dalam

mycotech, hanya saja yang diikat bukan lagi kedelai, melainkan limbah-

limbah pertanian, seperti kelapa sawit, serbuk kayu atau serbuk kayu dari

limbah industri kayu, tebu, dan onggok tapioka akan diikat menjadi satu

dengan bantuan jamur Pleurotus ostreatus sehingga terbentuk bahan

kompak mirip batu bata.

Gambar 3.1 Mycotech 1

Mycotech menjelma menjadi panel-panel papan kokoh yang kuat,

dibandingkan medium-density fibreboard (MDF), papan yang sering

digunakan sebagai material dasar mebel industri. Mycotech sendiri

memiliki keunggulan yaitu mampu menahan berat setara sepuluh mobil,


ringan, tahan api, dan tidak menyebabkan lembab. Nilai positif lainnya

adalah dapat mengurangi limbah pertanian, memberi tambahan

penghasilan bagi petani hingga 50%, dan diharapkan dapat mengurangi

kebutuhan impor material bangunan yang mahal. Sebab teknologi

mycotech dirancang agar mudah dilakukan oleh industri lokal.

Gambar 3.1 Mycotech 2

3.2 Mengidentifikasi Mycotech

Ide awal inovasi Mycotech ini didapatkan dari proses pembuatan

tempe, di mana semula dari kedelai yang terpisah-pisah, yang kemudian

menyatu dan menjadi tempe. Konsep yang sama diterapkan dalam

Mycotech, dengan bahan yang digunakan adalah limbah pertanian atau

agrikultur. Adapun teknologi sederhana yang digunakan untuk

menyatukan limbah tersebut yaitu mycelium jamur, yang dapat mengikat

material limbah secara kuat. Ide ini juga dapat memberi nilai lebih pada

limbah pertanian yang biasanya sekedar dibakar dan menambah polusi

lingkungan.

Enam tahun lalu tepatnya sekitar tahun 2012, tim yang terdiri dari

oleh Adi Reza Nugroho, M. Arekha Bentangan Lazuar, Derri Abraham,


dan Annisa Wibi Ismarlant ini sedang meriset pembuatan betaglukan dari

jamur. tanpa sengaja mereka menemukan fenomena jamur yang dapat

memperkuat media tanamnya (baglog). Namun karena temuan tersebut

bukan tujuan utama riset mereka, hal tersebut mereka tidak dipublikasikan.

Mereka lantas mulai berpikir mengembangkan hasil penelitian agar

dapat diterapkan secara nyata dimasyarakat, kemudian sekelompok anak

muda tersebut tergabung dalam organisasi usaha bernama Ideas. sekitar

pada tahun 2014, Ideas menawarkan konsep rumah jamur dengan

mycotech yang memiliki paket lengkap, yakni kekuatan materialnya

menyaingi batu bata dan kayu. Material tersebut juga antikebakaran, tapi

tetap ringan seperti gabus.

Awal tahun 2014, mereka pun mulai mengembangkan kembali

penemuan tersebut, Selama enam bulan riset yang dilakukan dengan dana

yang terbatas dan tidak menggunakan dana hibah ini mereka awali dengan

proses mengisolasi bibit jamur. Dari hasil penelitian tersebut mereka

berhasil membuat bata dan lempengan berbahan limbah pertanian yang

direkatkan dengan jamur. Material tersebut diberi nama mycotech. Dalam

proses penelitian, mereka didampingi Kepala Divisi Laboratorium Bio

Industri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hardaning

Pranamuda.
Gambar 3.1 CEO Founder Mycotech

3.3 Proses Pembuatan Mycotech

Dalam proses pembuatan mycotech sangat sulit, karena bibit rawan

terkena kontaminasi sehingga untuk membuat bibit yang berkualitas

mereka memerlukan ruangan steril yang menggunakan alat laminar air

flow. Setelah itu mereka menggabungkan limbah baglog jamur dan limbah

tapioka menjadi material (agregat atau medium) yang kuat. Namun tahap

pembuatan bahan bangunan tersebut belum selesai, material tersebut harus

disterilisasikan pada suhu 121º C pada tekanan 2 ATM selama 30 menit.

Agar steril bebas dari mikroba dan hama jamur. Kemudian dilakukan

inkubasi yang memerlukan waktu yang tidak singkat. Proses ini dilakukan

setelah agregat diberi bibit jamur (inokulasi). Diperlukan waktu 1 bulan

dengan suhu 30º-32º C di dalam inkubator sehingga jamur tumbuh

menutupi seluruh permukaan medium.


Sebulan kemudian terlihat mycelium yang tumbuh tebal di

permukaan. Ini menandakan bahwa medium sudah diikat penuh oleh

jamur. Setelah itu media dipadatkan dengan cara ditekan (press) dengan

kekuatan 3-5 ton/m2. Kemudian dikeringkan agar kandungan air (moisture

content) berkurang dari 80%-0%. Proses pengeringan menggunakan sinar

matahari, tujuan tersebut untuk menghilangkan air, membunuh jamur,

membuat ikatan jamur semakin lekat, dan massa material menjadi ringan.

Gambar 3.2 Proses Pembuatan

3.4 Penerapan Mycotech Dalam Bidang Teknik Sipil

Mycotech merupakan terobosan baru yang menjadi salah satu

faktor dalam perkembangan material dibidang teknik sipil. Mycotech

menggantikan konsep ‘end-of-life’ bahan bangunan hasil penambangan

dengan sebuah perbaikan, perubahan menuju penggunaan sumber daya

yang berkelanjutan, menghilangkan penggunaan banyak bahan kimia

berbahaya, dan mengurangi limbah material bangunan.


Keunggulan utama mycotech yaitu kekuatannya yang dapat

menyaingi batu bata dan kayu. Bahan tersebut juga antiapi, tetap ringan

seperti gabus. Keunggulan lainnya, harga bahan tersebut lebih ekonomis,

ramah lingkungan, dan bebas dari resin sintetis. Resin merupakan perekat

pada kayu mebel yang mengandung senyawa berbahaya bagi kesehatan,

jadi keselamatan seorang pekerja dapat lebih diminimalisir dengan

menggunakan mycotech.

Meskipun terbuat dari limbah dan jamur, mycotech memiliki

keunggulan kuat (mampu menahan berat setara sepuluh mobil), tahan api,

dan tidak menyebabkan lembab. Nilai positif lainnya adalah memberi

tambahan penghasilan bagi petani hingga 50%, dan diharapkan dapat

mengurangi kebutuhan impor material bangunan yang mahal. Sebab

teknologi mycoteh dirancang agar mudah dilakukan oleh industri lokal,

jadi pekerja tekni sipil di Indonesia bisa membuat sebuah bangunan atau

rumah unik dengan bahan bangunan yang unik tanpa harus mengimpor

bahan

tersebut

dari luar

negeri.

Gambar 3.4 Mycotree


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan zaman tidak hanya terjadi di dunia teknologi saja,

tetapi bahan sebuah bangunan juga ikut berkembang. Seperti halnya

mycotech dari yang semulanya hanya sebuah jamur ternyata dapat

menjadi pengikat untuk sebuah bahan bangunan. Mycotech menjadi

bentuk eksplorasi material terbaru di dunia teknik sipil yang sangat

penting, karena kekuatan dan ketahanan yang dimiliki sebagai material

pembangunan. Inovasi mycotech ini memberikan inspirasi untuk

meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan

bangunan.

4.2 Saran

Kami berharap mycotech dapat terus berkembang tidak hanya di

bidang infrastruktur tetapi juga dibidang yang lain, sehingga dapat

dikenal tidak hanya di industri lokal, tetapi juga di industri

internasional agar dapat mengurangi kegiatan mengimpor bahan

bangunan dari luar negeri.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.penggagas.com/mycotech-bahan-bangunan-dari-jamur-yang-kuat-

dan-ramah-lingkungan/

https://www.biodiversitywarriors.org/article.php?id=8446

https://www.scribd.com/doc/190902620/Rangkuman-Teknologi-Bahan-

Konstruksi

http://ilmusipilku1.blogspot.com/2015/03/pondasi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata

https://x.detik.com/detail/intermeso/20180223/Juragan-Bahan-Bangunan-

Berteknologi-Tempe/index.php

Anda mungkin juga menyukai