Referat Gangguan Haid
Referat Gangguan Haid
PENDAHULUAN
1
1.2 Batasan Masalah
Haid.
dan literatur.
BAB 2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menstruasi atau haid adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan
mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal
dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu (28 hari)
tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif pada wanita dan beberapa
spesies primata 1. Discharge dari haid terdiri dari cairan jaringan (20-40%,), darah
1. Siklus haid yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid
berikutnya 28 + 7 hari.
2. Lama haid, jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan berhenti 3-7
hari.
3. Jumlah darah yang keluar selama satu kali haid tidak melebihi 80 ml, ganti
dalam hal jumlah maupun lamanya. Terminologi menoragia saat ini diganti
dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
3
Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang
cepat untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut
dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.4
2. Perdarahan uterus abnormal kronik
Merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi
lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang
cepat dibandingkan PUA akut.4
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
Perdarahan haid yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan
dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap
siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia. 4
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen :
siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase
follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase
4
Gambar 2.1 Siklus Menstruasi
a. Fase follikuler: pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang
dipersiapkan untuk ovulasi. Lama fase folikuler ini kurang lebih 10-14
hari.
b. Fase luteal: yaitu fase waktu dari awal ovulasi sampai awal menstruasi,
5
2.2.2 Siklus Uterus
meningkat dari hari ke-5 sampai ke-14 daur haid. Seiring dengan peningkatan
endometrium ini disebut fase proliferatif atau fase praovulasi atau folikular.
pengaruh estrogen dan progesterone dari korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung
dan berkelok-kelok, serta mulai menyekresikan cairan jernih yang disebut sebagai
fase sekretorik atau luteal. Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis
yang terlepas saat haid (stratum fungsional) dipasok oleh arteri spiralis sedangkan
bagian dalam yang tidak terlepas (stratum basal) diperdarahi oleh arteri basilaris.
Pada saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon untuk endometrium
itu, terjadi spasme dan degenerasi dinding arteri spiralis, yang menyebabkan
secara lokal.5
6
2.3. Gangguan Haid pada Masa Reproduksi
- Hipermenorea (menoragia)
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara
klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per
siklus dan durasi haid Iebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid
secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2 - 5 kali
per hari menunjukkan jumlah darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti
- Hipomenorea
- Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
- Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang
7
disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadr gangguan
lain stres fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi. Oligomenorea
- Amenorea
1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan
- Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
- Sindroma Prahaid
8
Merupakan keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah,
susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan
menjelang haid.6
2.4. Etiologi
1) Polip (PUA-P)
Definisi: Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus,
baik bertangkai maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari
stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel
endometrium. Biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat
dengan adanya tangkai yang ramping (bertangkai) atau dasar yang
lebar (tidak bertangkai). Kadang-kadang polip prolaps melalui
serviks.7
Gejala:
o
Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula
meyebabkan PUA, paling umum berupa perdarahan banyak
dan di luar siklus atau perdarahan bercak ringan pasca
menopause.7
o
Lesi umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.7
Diagnostik:
9
o
Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG
dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil
histopatologi. 7
Terapi:
o
Eksisi, namun cenderung berulang. 7
o
Untuk terapi definitif dapat dilakukan histerektomi, namun
jarang dilakukan untuk polip endometrium yang jinak.7
2) Adenomiosis (PUA-A)
Definisi: Dijumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium
ektopik pada lapisan miometrium.7
Gejala:
o
Nyeri haid, nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau
sesudah haid, nyeri saat buang air besar, atau atau nyeri
pelvik kronik.7
o
Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan
perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan banyak
yang terjadi dalam siklus.4,7
Diagnostik:
o
Pemeriksaan Fisik:
Fundus uteri membesar secara difus.4
Adanya daerah adenomiosis yang melunak, dapat
diamati tepat sebelum atau selama permulaan
menstruasi. 4
o
Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalam
jaringan endometrium pada hasil histopatologi. Hasil
10
histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan
stroma endometrium ektopik pada jaringan miometrium.7
o
Adenomiosis dimasukkan dalam sistem klasifikasi
berdasarkan penelitian MRI dan USG. Mengingat
terbatasnya fasilitas MRI, pemeriksaan USG cukup untuk
mendiagnosis adenomiosis. Hasil USG menunjukkan
jaringan endometrium heteropik pada miometrium dan
sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi
miometrium.7
Gambar 2.2. Penebalan dinding uterus dan jaringan kelenjar endometrium pada
adenomiosis.
Diagnosis banding
o
Kehamilan.
o
Leiomioma submukosa.
o
Hipertrofi uteri idiopatik.
o
Karsinoma endometrium.7
Terapi:
o
Simptomatik: diberikan jika masih ingin mempertahankan
kemampuan untuk memiliki anak.
o
Reseksi.
o
Terapi kuratif: histerektomi. 7
11
3) Leiomioma (PUA-L)
Definisi: pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan
miometrium.7
Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya:
o
Submukosa
o
Intramural
o
Subserosa.
12
o
Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah
panggul.4
o
Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia. 4
Diagnosis Banding:
o
Kehamilan.
o
Adenomiosis.
o
Karsinoma uteri.5
Pemeriksaan Penunjang:
o
Darah lengkap dan urine lengkap.
o
Tes kehamilan.
o
USG
o
Dilatasi dan kuretase pada penderita yang disertai
perdarahan untuk menyingkirkan kemungkinan patologi
lain pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma
5
endometrium).
Terapi:
1. Observasi: jika uterus diameternya kurang dari ukuran uterus
pada masa kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit.
2. Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau
mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan
dilatasi dan kuretase.
3. Laparotomi miomektomi: bila fungsi reproduksi masih
diperlukan dan secara teknis memungkinan untuk dilakukan
tidakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai, tindakan tersebut telah cukup
memadai.
4. Laparotomi histerektomi:
Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
Pertumbuhan tumor sangat cepat.
Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi
perdarahan terus menerus dan banyak serta tidak membaik
dengan pengobatan.
13
Definisi: pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari
lapisan endometrium.
Gejala: perdarahan post menopause, perdarahan ireguler.
Diagnostik:
o
Meskipun jarang ditemukan, namun hyperplasia atipik dan
keganasan merupakan penyebab penting PUA.
o
Klasifikasi keganasan dari hiperplasia menggunakan
system klasifikasi FIGO dan WHO.
o
USG pada hiperplasia: penebalan endometrium >= 12mm
o
USG pada keganasan: penebalan endometrium dengan garis
endometrium ireguler.
o
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
histopatologi.
Terapi:
o
Hiperplasi: LNG-IUS diikuti dengan progestin oral
o
Malignansi: Bedah, histerektomi.
5) Coagulopathy (PUA-C)
Definisi: gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap
perdarahan uterus.
Gejala: perdarahan yang banyak, riwayat perdarahan di organ lain.
Diagnostik:
o
Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan
hemostatik sistemik yang terkait dengan PUA.
o
13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki
kelainan hemostatis sistemik, dan yang paling sering
ditemukan adalah penyakit von Willebrand.
14
Perdarahan uterus abnormal – koagulasi.3
Terapi dengan asam traneksamat merupakan pilihan pertama.
15
7) Endometrial (PUA-E)
Definisi: Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki
kaitan erat dengan terjadinya perdarahan uterus.
Gejala: flek inter-mentruasi atau flek memanjang.
Diagnostik:
o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan
dengan siklus haid teratur.
o Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan
hemostatis local endometrium.
o Adanya penurunan produksi faktor yang terkait
vasokonstriksi seperti endothelin-1 dan prostaglandin F2α
serta peningkatan aktivitas fibrinolisis.
o Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau
perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostatis local
endometrium.
o Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan
gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
Terapi sama dengan PUA-O.
8) Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi
medis seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR.
Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan
estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela
atau breakthrough bleeding (BTB).
Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen
dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi’
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan
pengguna anti koagulan (warfarin, heparin, dan low
molecular weight heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi
PUA-C.
Terapi:
o Lini pertama: Non hormonal (asam traneksamat,OAINS)
o Lini kedua: terapi hormonal
16
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi.
Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis
kronik atau malformasi arteri-vena.
Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.
2.5. Diagnosis
17
riwayat operasi ginekologi sebelumnya. Kelainan pada saluran reproduksi yang
harus dipikirkan adalah servisitis, endometritis, polip, mioma uteri, adenomiosis,
keganasan serviks dan uterus serta hiperplasia endometrium.
7. Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka gangguan
haid yang terjadi digolongkan dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
11. Bila dijumpai massa di uterus dan adneksa perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography (SIS).
Ultrasonografi transvaginal merupakan lini pertama untuk mendeteksi kelainan
pada kavum uteri. Sedangkan tindakan SIS diperlukan bila penilaian dengan USG
transvaginal belum jelas.
12. Bila dijumpai massa di saluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata
laksana operatif.
13. Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus teraba
kaku dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
Chlamydia dan Neisseria. Pengobatan yang direkomendasikan adalah doksisiklin
2 x 100 mg selama 10 hari.
18
Gambar 2.6. Alur diagnosis dan tatalaksana perdarahan uterus abnormal1
2.6 Tatalaksana PUA Akut
19
2. Jika hemodinamik stabil, cukup rawat jalan.
3. Pasien rawat inap, berikan infus cairan kristaloid, oksigen 2 liter/menit
dan transfusi darah jika Hb < 7 g/dl, untuk perbaikan hemodinamik.
4. Stop perdarahan dengan estrogen ekuin konyugasi (EEK) 2.5 mg per
oral setiap 4-6 jam, ditambah prometasin 25 mg peroral atau injeksi IM
setiap 4-6 jam (untuk mengatasi mual). Asam traneksamat 3 x 1
gram atau anti inflamasi non-steroid 3 x 500 mg diberikan bersama
EEK. Untuk pasien dirawat, dapat dipasang balon kateter foley no. 10 ke
dalam uterus dan diisi cairan kurang lebih 15 ml, dipertahankan 12-24
jam.
5. Jika perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam lakukan dilatasi dan
kuretase (D&K).
6. Jika perdarahan berhenti dalam 24 jam, lanjutkan dengan kontrasepsi
oral kombinasi (KOK) 4 kali 1 tablet perhari (4 hari), 3 kali 1 tablet
perhari (3 hari), 2 kali 1 tablet perhari (2 hari) dan 1 kali 1 tablet sehari
(3 minggu), kemudian stop 1 minggu, dilanjutkan KOK siklik 3 minggu
dengan jeda 1 minggu sebanyak 3 siklus atau Levonorgestrel
Intrauterine System (LNG-IUS).
7. Jika terdapat kontraindikasi KOK, berikan medroksi progesteron asetat
(MPA) 10 mg perhari (7 hari), siklik, selama 3 bulan.
8. Untuk riwayat perdarahan berulang sebelumnya, injeksi gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) agonis dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian KOK untuk stop perdarahan. GnRH diberikan 2-3 siklus
dengan interval 4 minggu.
9. Ketika hemodinamik pasien stabil, perlu upaya diagnostik untuk mencari
penyebab perdarahan. Lakukan pemeriksaan USG transvaginal
(TV)/transrektal (TR), periksa darah perifer lengkap (DPL), hitung
trombosit, prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin
time (aPTT) dan thyroid stimulating hormone (TSH). Saline-infused
sonohysterogram (SIS) dapat dilakukan jika endometrium yang terlihat
tebal, untuk melihat adanya polip endometrium atau mioma
20
submukosum. Jika perlu dapat dilakukan pemeriksaan histeroskopi
“office”.
10. Jika terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik,
maka dapat dilakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium ,
miomektomi, polipektomi, histerektomi.1
BAB 3
KESIMPULAN
21
Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik
dalam hal jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan
banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi
menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual
bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor
koagulopati, gangguan hemostatis lokal endometrium dan gangguan ovulasi
merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus
disfungsional (PUD).
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim
“PALM-COEIN” yakni; polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy and
hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik dan not
yet classified.
Kelompok “PALM” merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai
dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok
COEIN merupakan kelainan non struktur yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. Penatalaksanaan dan diagnosis tergantung dari
masing masing klasifikasi tersebut. Tetapi ada penatalaksanaan secara umum
untuk mengatasi perdarahan dibagi atas penatalaksanaan uterus abnormal akut dan
kronik.
22
DAFTAR PUSTAKA
23