Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN KERACUNAN

KERACUNAN ASAM ASETILSALISILAT (ASPIRIN)

Dosen Pengampu:
Ririn Lispita Wulandari, S.Farm., M.Si. Med., Apt.

Disusun Oleh Kelompok 8:

L. Pradipta Putra B. 18405021051

Nurul Muflikhah 18405021052

Siti Nur Astuti 18405021053

Desy Lutfiyani 18405021057

Septi Putri Utami 18405021058

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabatnya. Dalam makalah ini kami akan membahas “MANAJEMEN

KERACUNAN ASAM ASETILSALISILAT (ASPIRIN)” Pembuatan makalah ini

tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Ririn Lispita Wulandari,

S.Farm., M.Si. Med., Apt. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keracunan

dan teman-teman yang telah bertanggung jawab dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... ... I

KATAPENGANTAR ........................................................................................................ II

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Definisi Intoksikasi atau Keracunan ....................................................................... 3

B. Pengertian Asam Asetilsalisilat (Aspirin) ............................................................... 4

C. Toksisitas Keracunan Asam Asetilsalisilat (Aspirin) ............................................. 4

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam asetilsalisilat atau aspirin termasuk dalam golongan salisilat

merupakan salah satu jenis nonsteroidal anti inflammatory drugs atau NSAIDs

yang banyak digunakan pada pengobatan nyeri ringan sampai sedang. Efek

farmakologi aspirin antara lain analgesik (melawan sakit dan nyeri), antipiretik

(menurunkan demam), anti inflamasi serta anti koagulan (Nuraeni, 2007)

Sebagai obat yang sering digunakan di masyarakat, aspirin dilaporkan

sering menimbulkan keracunan. Di Inggris, angka kejadian keracunan aspirin

adalah 5‐7% dari seluruh keracunan obat yang dibawa ke rumah sakit dan

menyebabkan 30 ‐ 40 kematian per tahun (Wood et al., 2005 dalam Miladiyah,

2012). Amerika Serikat pada tahun 2004, keracunan aspirin tingkat sedang

dilaporkan sebanyak 9% dari kasus keracunan obat seluruhnya, keracunan tingkat

berat 1%, dan sebanyak 64 orang meninggal dunia (0,2%) (Chyka et al., 2007

dalam Miladiyah, 2012).

Intoksikasi atau keracunan merupakan permasalahan serius yang perlu

ditangani secara baik. Keadaan sesungguhnya mengenai berbagai kasus

keracunan mungkin jauh lebih banyak lagi sejalan dengan bertambahnya

penggunaan obat-obat bebas di masyarakat. Melihat kejadian keracunan yang


terjadi di Indonesia ini maka telah dibentuk suatu Sentra Informasi Keracunan

(SIKer) dalam rangka meningkatkan pencegahan dan penanggulangan akibat

keracunan (Darsono, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana

intoksikasi asam asetilsalisilat (aspirin) serta penatalaksanaannya. Hasil kajian ini

diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai manjamen keracunan

asam asetilsalisilat (aspirin).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud intoksikasi obat?

2. Bagaimana tatalaksana intoksikasi Asam Asetilsalisilat (Aspirin)?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi intoksikasi obat.

2. Untuk memberikan informasi mengenai tatalaksana intoksikasi Asam

Asetilsalisilat (Aspirin).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Intoksikasi atau Keracunan

Intoksisitas atau keracunan adalah masuknya zat kedalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Berbeda

dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki

dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup

kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita

(Dongoes, 2000).

Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil

(bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan

menyebabkan timbulnya reaksi kimia (efek kimia) yang besar yang dapat

menyebabkan sakit, bahkan kematian (Dongoes, 2000). Menurut Gredwohl, racun

adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila mengenai tubuh seorang

(atau masuk), akan menyebakan gangguan funsi tubuh, kerugian , bahkan kematian

(Dongoes, 2000).

Sehingga jika definisi diatas digabungkan, racun adalah substansi kimia

yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau

mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya

kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit,

bahkan kematian (Dongoes, 2000).


B. Asam Asetilsalisilat (Aspirin)

Asam asetilsalisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non

steroid ( AINS) yang digunakan sebagai analgetik, antipiretik, anti inflamasi, dan

antikoagulan. Mekanisme kerja adalah menghambat sintesis prostaglandin dengan

menghambat kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di

hipothalamus dan perifer (Darsono, 2002)

Absorbsi secara peroral di dalam lambung dan usus halus melalui cara difusi

pasif. Mencapai plasma dalam waktu 30 menit dan mencapai konsentrasi puncak

setelah 1 -2 jam. Waktu paruh kira-kira 4 jam. Pada dosis yang digunakan sebagai

antiinflamasi (4-6 g /hari) dengan kadar salisilat serum mencapai 200-300 mg/L,

menunjukkan waktu paruh 12-25 jam. Distribusi melalui difusi pasif hampir ke

semua jaringan dan cairan tubuh. Metabolisme berlangsung di hati, dengan cara

hidrolisa oleh enzim esterase menjadi asam salisilat dan asam asetat, suatu konjugat

yang larut dalam air dan dengan cepat diekskresi melalui ginjal (Darsono, 2002).

C. Intoksikasi Asam Asetilsalisilat (Aspirin)

1. Mekanisme intoksikasi asam asetilsalisilat (aspirin)

a. Perangsangan pusat pernafasan sehingga timbul hiper-ventilasi, respirasi

alkalosis, asidosis metabolik dan dehidrasi.

b. Terganggunya proses oksi-dasi fosforilasi intraseluler dan metabolisme

glukosa dan asam lemak terganggu.


c. Perubahan integritas kapiler yang dapat menyebabkan terjadinya edem otak

dan pulmonal .

d. Terganggunya fungsi platelet dan menyebabkan perpan-jangan waktu

protombin. (Olson Kent R. 2004).

2. Dosis

a. Dosis terapi

Dewasa

Analgesik/antipiretik : 325 – 600 mg tiap 4 – 6 jam

Antikoagulan : 75-100 mg/hari

Osteoartritis : 3 g/hari dalam dosis terbagi

Rematik arthritis : 3 g/hari dalam dosis terbagi

Anak anak

Analgesik/antipiretik : 10 – 15 mg/Kg BB tiap 4 jam.

b. Dosis toksik

Intoksikasi akut : Sedang : 150 – 200 mg/Kg BB

Berat : 300-500 mg/ Kg BB

Intoksikasi kronik : > 100 mg/Kg BB/hari selama 2 hari atau lebih

3. Gejala Klinik

a. Intoksikasi akut

Intoksikasi akut sedang : nausea dan vomitus yang timbul segera setelah

termakan, diikuti dengan hiperpnea, tinnitus, ketulian dan letargi.


Intoksikasi akut berat : koma, kejang, hipoglikemi, hipertermi bahkan

edema pulmonal, perdarahan pulmonal, ARF, oliguria. Dapat terjadi

kematian akibat kegagalan saraf pusat dan kolaps kardiovaskuler.

b. Intoksikasi kronis

Gejala tidak spesifik seperti bingung, dehidrasi dan metabolik asidosis

menyerupai sepsis, pneumonia dan gastroenteritis. (Olson Kent R. 2004).

4. Diagnosis

a. Intoksikasi akut : kadar serum lebi dari 900 – 1000 mg/L (90 – 100

mg/dL). Penentuan mormogram tidak berarti karena kemungkinan absorbsi

yang lambat atau panjang akibat tablet lepas lambat atau massa tablet.

b. Intoksikasi kronis : gejala berhubungan dengan tingkat serum, normogram

tidak dapat digunakan untuk memprediksi toksisitas. Konstentrasi kronis

pada pasien arthritis berkisar dari 100 – 300 mg/L (10 – 30 mg/dL). Tingkat

yang lebih besar dari 600 mg/L (60 mg/dL) disertai asidosis dan perubahan

status mental dianggap sengat serius.

Pemeriksaan laboratorium lain seperti :

Kadar elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin, waktu prothrombin, gas darah arteri

dan pemeriksaan radiologi. (Olson Kent R. 2004).

5. Antidotum

Antidotum spesifik tidak ada. Dapat diberikan sodium bikarbonat untuk

mencegah terjadinya asidemia dan untuk meningkatkan eliminasi melalui ginjal.


6. Penanganan

a. Keadaan darurat

 Pertahankan jalan nafas dan respirasi, bila perlu oksigen. Pemeriksaan

gas darah arteri dan X-ray untuk memantau adanya edema pulmonal.

 Tangani koma, kejang, edema pulmonal dan hipertermi jika terjadi.

 Terapi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat intravena.

Pemberian infus di stop jika pH darah < 7,4.

 Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dan hiperventilasi

dengan cairan kristaloid intravena. Hati-hati jangan sampai terjadi

edema pulmonal.

 Monitor penderita asimptomatis minimum dalam 6 jam (atau lebih lama

terutama jika disebabkan oleh tablet salut enterik atau dosis besar).

Penderita dengan gejala intoksikasi sebaiknya dimasukkan dalam ICU.

b. Dekontaminasi

Dekontaminasi tidak diperlukan pada penderita intoksikasi kronik.

 Penanganan sendiri : beri arang aktif (dewasa : 25 - 100 g dalam dosis

tunggal; anak-anak 25 – 50 g/dosis). Ipekak (15 – 30 ml) untuk

menginduksi muntah, sebagai terapi awal pada anak-anak terutama

diberikan dalam 30 menit setelah terpapar.


 Penanganan rumah sakit : Pemberian arang aktif secara oral atau bisa

juga menggunakan gastric tube (pipa nasogastrik). Bilas lambung tidak

diperlukan jika arang aktif diberikan segera.

 Catatan : Dosis asam asetilsalisilat yang sangat besar (30 - 60 g),

memerlukan dosis arang aktif sangat besar untuk mengabsorpsi asam

asetilsalisilat. Pemberian arang aktif harus diteruskan sampai kadar

salisilat dalam serum benar-benar turun.

c. Eliminasi

 Hemodialisa

Intoksikasi akut dengan kadar serum >1200 mg/L (120 mg/dL) atau

asidosis berat; intoksikasi kronik dengan kadar serum > 600 mg/L ( 60

mg/dL), ditambah asidosis, bingung, letargi terutama penderita muda

dan debil.

 Hemoperfusi

Sangat efektif tapi tidak dapat mengkoreksi gangguan asam basa dan

cairan.
BAB III

KESIMPULAN

Intoksisitas atau keracunan adalah masuknya zat kedalam tubuh yang

dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan

kematian. Sedangkan Aspirin (Asam asetilsalisilat) termasuk dalam golongan

obat anti inflamasi non steroid ( AINS) yang digunakan sebagai analgetik,

antipiretik, anti inflamasi, dan antikoagulan. Aspirin menyebabkan efek toksik

yang bervariasi, dari intoksikasi ringan sampai berat. Biasanya intoksikasi

terjadi pada pemberian dosis besar yang berulang kali. Sehingga perlu

diperhatikan dalam penanganan keracunan adalah menyelamatkan jiwa

dengan mempertahankan tanda-tanda vital, mengurangi absorbsi lebih

lanjut dari bahan toksis dengan terapi dini, mencegah efek samping yang

lebih berat dengan monitoring dan terapi suportif.


DAFTAR PUSTAKA

Dindarti Nuraeni. 2007. Pengaruh Pemberian Aspirin Dosis Toksik Per Oral terhadap

Gambaran Histopatologi Gaster, Duodenum, dan Jejunum Tikus Wistar. Karya

Tulis Ilmiah; Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Dongoes E Marikya. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. ECG; Penerbit Buku

Kedokteran Edisi 2. Jakarta.

Isnatin Miladiyah. 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) pada Penggunaan

Aspirin sebagai Antireumatik. Vol 4, No. 2.

Lusiana Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.

JKM; Vol. 2, No. 1.

Olson Kent. 2004. Poisoning And Drug Overdose Fourth Edition.California; California

Poison Control System.

Anda mungkin juga menyukai