Contoh Minipro Diabetes
Contoh Minipro Diabetes
Disusun oleh :
Dokter Internsip Puskesmas Kassi Kassi
Periode November 2016 - Maret 2017
Pembimbing :
dr. Linda Tanod
NIP 19571021 198701 2 002
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah
kerja Puskesmas Kassi Kassi mengenai penyakit DM
Untuk mengetahui apakah dengan program penyuluhan tentang DM dapat
meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Kassi Kassi
1.4 Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kassi
Kassi. Sebagai upaya pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga
meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien DM di wilayah kerja Puskesmas
Kassi Kassi. Program ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk program
selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat
pasien DM.
BAB 2
PROFIL PUSKESMAS KASSI KASSI
Gambaran Umum
A. Sejarah
Puskemas Kassi Kassi merupakan salah satu Puskesmas Pemerintah Kota Makassar
dan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas
Kassi Kassi berdiri sejak tahun 1978/1979 merupakan puskesmas perawatan ke-VI
(Rumah Sakit Pembantu VI) di Makassar. Puskesmas Kassi Kassi I RSP-VI terletak di
jalan Tamalate I no. 43 Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi sebagai
berikut:
> Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Ballaparang Rappocini
> Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Panaikang Tamangapa
> Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mangasa Jongaya
> Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maricaya Parangtambung
B. Keadaan Geografi
Puskesmas Kassi Kassi terletak di Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini
Kota Makassar dengan luas wilayah kerja ± 5,2 KHa. Dari 6 kelurahan terdapat 58 RW
dan 361 RT. Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa,
yang akan membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan sosial ekonomi
dan keamanan masyarakat. Lahan yang berbentuk rawa-rawa di beberapa bagian di
kecamatan Rappocini beralih fungsi menjadi pemukiman sementara atau
darurat. Alih fungsi lahan juga banyak terjadi pada sektor pemukiman dan perumahan
yang menjamur beberapa tahun terakhir sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk
yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan tingginya urbanisasi yang akan membawa
pengaruh pada pola perilaku, sanitasi kesehatan, status gizi, pola dan jenis penyakit
serta kondisi lingkungan pemukiman yang sebagian besar daerahnya dilanda banjir
pada musim hujan. Luas wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi seluruhnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
C. Keadaan Penduduk
Kependudukan merupakan permasalahan kompleks yang di hadapi dewasa ini,
bukan hanya menyangkut jumlah penduduk tapi juga laju pertumbuhan penduduk,
kepadatan penduduk serta arus urbanisasi dengan segala dampak sosial, ekonomi dan
keamanan.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rakyat
khususnya kesejahteraan anak. Berdasarkan data yang diperoleh di puskesmas Kassi
Kassi, kepadatan penduduknya adalah 1342,2 jiwa per km², secara rinci dapat dilihat
pada lampiran. Jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2015 di puskesmas adalah 6.393
KK melebihi jumlah rumah yang ada (5.452 rumah) yang berarti ditemukan dalam l
rumah terdapat 2 sampai 3 kepala keluarga.
Pembagian kerja setiap Unit dapat dilihat pada Bagan Struktur Organisasi
Puskesmas kassi kassi Tahun 2015.
3.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-
macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus),
herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama
sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada
insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula pada
saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1
mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “ kecacatan dalam produksi
insulin” dan “ resistensi terhadap insulin” . Pankreas masih bisa menghasilkan insulin,
tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
kadar gula dalam darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu
dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2
biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia,
sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor
gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2011).
3.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler (PERKENI, 2011).
1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini.
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
- Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara.
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa
plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM.
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah
dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga
pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM.
Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa
lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa
plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit
untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang
dilakukan.
2. Kriteria diabetes mellitus
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di
bawah ini. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang
diperoleh.
TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus
2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan pengaturan diet
adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat
menyebabkan pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolism basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi
dan adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari
kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI,
2011).
4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
- Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
- Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
- Penghambat glukoneogenesis (metformin)
- Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
- Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
- Insulin kerja pendek (short acting insulin)
- Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
- Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO
dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan
2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2011).
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih daripada
1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan
kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun,
sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga,
dll kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal
- Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal
- Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah
40%
- Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi,Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung
kepada tingkat/kekurusannya.
BAB 4
METODE
3.3 Sasaran
Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas
Kassi Kassi Kota Makassar dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien prolanis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Kassi Kassi
2. Pasien Prolanis yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang diabetes
melitus
Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 20 pasien yang merupakan pasien prolanis
yang melakukan kunjungan. Pasien DM tersebut kemudian d minta pencatatan
identitasnya.
Laptop
Microphone
LCD proyekstor + layar
Meja dan kursi
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2011
Hiswani. 2006. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. Naskah Publikasi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Flora et al. 2012. Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam
Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal
Pengabdian Sriwijaya, Vol.6, Hal. 7 – 15