rujukan bagi rumah sakit dan masyarakat Jawa barat serta sekitarnya.
2. Misi Rumah Sakit
a. Menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan fasilitas yang terbaik dan bermutu
b. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait dibidang kesehatan secara
hadir di kota Bandung yang berhawa sejuk dan terletak di jalan K.H Wahid Hasyim
(Kopo) No. 461 - 463. SHBK merupakan rumah sakit kedua Santosa di kota
Bandung.
Santosa Hospital Bandung Kopo terdiri dari Gedung Utama (8 lantai & 1 basement)
serta Gedung Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (7 lantai) dan Gedung Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) (6 lantai) yang dibangun diatas lahan seluas 1.7 Ha
dengan luas bangunan 41.000 m2. Fasilitas penunjang yang tak kalah penting adalah
memandang penting sumber daya manusia sebagai sumber daya utama dalam
pelayanan kami. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen kuat untuk selalu
tempat
2. Fokus Telaah
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan pada tanggal 27
April 2019. Fokus telaah Ruang Topas Barat Santosa Hospital Bandung Kopo adalah
ruang perawatan yang memberikan pelayanan keperwatan perempuan dan laki – laki
April 2019. Lingkup garapan pasien di Ruang Topas Barat sebagian besar adalah
melayani klien dengan masalah penyakit dalam dan sebagian kecil melayani pasien
bedah.
4. Basis Intervensi
Basis intervensi di Ruang Topas Bara tSantosa Hospital Kopo Bandung tidak ada
tindakan khusus, tetapi apabila terdapat pasien yang memerlukan penanganan khusus
di ruang Topas Barat maka perawat akan mensosialisasikan nya untuk menangani
pasien tersebut.
5. Letak Ruang
Ruang Topas Barat berada di lantai 4 Hospital Santosa Bandung Kopo, terdapat 2
akses untuk menuju ruang Topas Barat yaitu bisa menggunakan lift dan tangga
darurat. Didalam ruangan terdapat nurse station, ruang kepala ruangan, ruang dirty
utility, ruang clean utility, 1 ruangan perawat, 2 kamar mandi, 1 ruang penyimpanan
obat ,1 ruang diskusi, 1 ruang konsultasi, dan 4 kamar pasien. Ketika masuk keruang
Topas Barat terdapat 1 pintu utama menuju Rung Rawat Inap Topas Barat
,
6. Kapasitas Unit Ruang
Menurut hasil wawancara kepada kepala ruangan tanggal 27 april 2019, mengatakan
NURSE STATION
CLEAN UTILITY
R. KONSULTASI
wc
DISPENSING Gudang
WC
R.
R. KARU PENYIMPANAN
LINEN
C. Pengumpulan Data
1. MAN
KEPALA RUANGAN
Analisa data
a. Perawat
Menurut hasil wawancara kepala ruangan di Ruang Topas Baratperawat di
Ruang Topas Barat berjumlah 17 orang, dalam 1 hari biasanya pada shift pagi
penanggung jawab shift tidak merangkap menjadi kepala tim dan apabila yang
kepala tim. Untuk yang berdinas siang dan malam biasanya hanya 4 orang dan
setiap shift terdiri dari 1 penanggung jawab, 1 kepala tim dan 2 – 3 perawat
pelaksana.
b. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Topas BaratSHBK 2019
Laki-laki 6 35.3 %
Perempuan 11 64.7 %
Jumlah 17 100%
hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja perawat. Hal ini didukung oleh
perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Unggaran bahwa hasil uji statistik
menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja perawat
pelaksana
Hasil analisa:
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pendidikan minimal perawat
di Ruang Topas Barats ebagian besar (58.8%) berpendidikan D3 hal ini
sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008
tentang pelayanan minimal rumah sakit, dan standar minimal rawat jalan
bahwa pemberian layanan rawat inap salah satunya adalah perawat dengan
minimal pendidikan D3 Keperawatan.
d. Jumlah Perawat berdasarkan Lama Kerja
Tabel 2.3
Distribusi Perawat Berdasarkan Lama Kerja
di Ruang Topas BaratA Santosa Hospital Kopo Bandung
Masa kerja Jumlah perawat Persentase
Analisa data :
Pengembangan karir professional perawat dalam bentuk jenjang karir
perawat merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme,
sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi yang
menghasilkan kinerja professional. Jenjang karir mempunyai makna tingkatan
kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawayan yang akuntabel dan etis
sesuai batas kewenangan, adanya jenjang karir perawat dapat meningkatkan
pelayanan profesional perawat, (Nelson, Dkk 2008).
Ada 17 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 17 100%
Analisa Data:
g. Gaya kepemimpinan
Tabel 2.6
Hasil analisa:
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan di Ruang
Topas Baratyaitu demokrasi sebanyak ( 100%).
h. Jumlah Pasien
Tabel 2.7
Distribusi Frekuensi Rata-rata Pasien
tanggal 27 april – 29 April 2019
Siang 22
Malam 22
28 April 2019 Pagi 22 23
Siang 22
Malam 24
29 April 2019 Pagi 30 23
Siang 30
Malam 27
Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.7 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pasien perhari
dari tanggal 27 April 2019 s/d 29 April 2019 sebanyak 23 orang.
i. 10 Daftar Diagnosa
Tabel 2.8
Daftar 10 Besar Penyakit Terbanyak
Ruang Topas BaratA SHBK
Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 2.8 diatas, menunjukkan bahwa 10 penyakit terbanyak di
Ruang Topas Barat yaitu DHF, CHF, Gastritis Akut, Anemia, Typoid, ISK,
CKD, Cancer Mamae, DM, dan GERD
j. Beban Kerja Perawat
Tabel 2.9 Beban Kerja Perawat di Ruang Ruby Timur
Pagi Siang Malam
No Tanggal Non Non Non
Produktif Produktif Produktif
Produktif Produktif Produktif
27 April
1. 89% 3.7% 91.7% 8.3% 97.2% 2.8%
2019
28 April
2. 96% 4% 96.3% 3.7% 100% 0%
2019
2) Metode Gillies
Gillies =
Keterangan :
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/ hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
Prinsip perhitungan Rumus Gillies : Jumlah jam keperawatan yang
dibutuhkan klien/hari adalah:
a) Waktu keperawatan langsung (rata-rata 4-5 jam/klien/hari)
dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri
(self care) = ¼ x 4 = 1 jam, keperawatan parsial (partial care)
=3/4 x 4 = 3 jam, keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 =
4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam =
8 jam.
b) Waktu keperawatan tidak langsung
± 30 menit/klien/ hari, menurut Wolfe & Young (Gillies)= 60
menit/klien/hari.
c) Waktu penyuluhan kesehatan ± 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d) Hari libur masing-masing perawat /tahun, yaitu 73 hari (hari
minggu/libur = 48 hari) untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, jika ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya. (hari libur nasional =
13 hari, dan cuti tahunan = 12 hari).
e) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam/minggu (jika hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6= 6,6 = 7 jam/hari, jika hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5= 8 jam/hari)
o Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit
harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan/cadangan)
o Perbandingan professional berbanding dengan vokasional =
55% : 45%
o Rata-rata jam perawatan klien/ hari = 5-6 jam/ hari.
o Jumlah jam kerja tiap perawat = 42 jam/ minggu (6
hari/minggu) jadi jumlah jam kerja/hari 42 : 6 = 7 jam/hari
o Jumlah hari libur : 60 hari (48 + 12 (cuti))
o Jumlah jam keperawatan langsung
ketergantungan parsial = 25x 3 = 75 jam
ketergantungan minimal 5 x 1= 5 jam
o Jumlah keperawatan tidak langsung
30 x 1 jam = 30 jam
Pendidikan kesehatan = 30 x 0,25 = 7,5 = 7 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari :
75+ 5+ 30 + 7
30
30
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
3,9 x 30 x 365 = 42705 = 20 orang
(365-60) x 7 2135
Untuk cadangan 20% menjadi 20 x 20% = 4 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 20 + 4 = 24
orang/hari
3) Metode Depkes
Berdasarkan Depkes 2002 cara menghitung kebutuhan perawat, rumus
kebutuhan tenaga perawat di Ruang Topas Barat
+loss day
Keterangan :
A : Rata – rata jumlah pasien/ hari
B : Rata – rata jam perawatan pasien/ hari
Lost day = jumlah hari minggu dalam 1 tahun+ cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja/tahun
Maka :
Tenaga perawat = 30 x 3,9 = 117= 17 orang
7 7
Loss day = 48 + 12 x 14 = 60x14 = 2,91 (3 orang)
288 288
Jumlah kebutuhan perawat non-nursing job, seperti :
Membuat perincian pulang, kebersihan ruangan atau alat, dokumentasi, dsb
(diperkirakan 25% dari jam layanan keperawatan), maka :
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25
100
14+3x25 = 425 = 4.25 (4 orang)
100 100
Jumlah perawat = 14+ 3 + 4 = 21 orang
Hasil Analisis
Analisa Data
Ratnaningsih (2011) menemukan bahwa diklat berpengaruh positif
terhadap pengembangan karir. Mursidi (2009), juga menyatakan tujuan
pelaksanaan dari pendidikan dan pelatihan adalah memperbaiki efektifitas dan
efisiensi kerja karyawan dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program
kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis pelatihan yang pernah
diikuti dapat disimpulkan perawat di Topas BaratA pernah mengikuti
pelatihan maka efektifitas dan efisiensi kerja karyawan dalam melaksanakan
dan mencapai sasaran program kerja yang telah ditetapkan dapat tercapai.
m. Motivasi Kerja
Tabel 2.13
Motivasi Kerja Perawat di Ruang Topas BaratA
No Dimensi Kategori Jumlah Persentase
1 Motivasi Rendah 0 0%
Kerja Sedang 9 52,9 %
Tinggi 8 47,1 %
Berdasarkan tabel 2.13 diatas, diketahui bahwa lebih dari setengahnya 52,9 %
perawat di Ruang Topas Barat memiliki motivasi kerja yang sedang.
Tabel 2.14
Motivasi Perawat di Ruang Topas BaratA berdasarkan 5 dimensi
Keterangan Presentase
No
Motivasi Tinggi Sedang Rendah
n. Kepuasan Perawat
Tabel 2.14
Distribusi Frekuensi Kepuasan kerja Perawat
di Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung Santosa Hospital
Kopo Bandung Tahun 2019
Tabel 2.15
Distribusi frekuensi Kepuasan Kerja perawat
Berdasarkan kuesioner Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung per Item
2019
Presentase
Keterangan Sangat
No
Kepuasan Tidak Tidak Puas Puas Sangat Puas
Puas
2 Sistem penggajian
tempat bekerja
4 Pemberian intensif
tambahan atas suatu
prestasi
5 Tersedianya peralatan
dan perlengkapan
yang mendukung
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas
penunjang seperti
kamar mandi, tempat
parkir dan kantin
8 Jaminan atas
kesehatan dan
keselamatan kerja
9 Perhatian institusi
10 Hubungan antar
perawat dan kelompok
11 Kemampuan dalam
bekerjasama antar
karyawan
Tabel 2.15
Adminstrasi 1 6,25%
OB 1 6,25%
Jumlah 16 100%
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa dokter spesialis, apoteker, ahli gizi serta
OB dan administrasi diruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung 2019 telah sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan pasal 43 Tahun 2017 tentang ketenagaan non
keperawatan yaitu salah satunya adalah dokter spesialis sebanyak (40%), sedangkan yang
lain seperti apoteker, ahli gizi dan OB serta Administrasi sebanyak (20%).