Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Kajian Situasi Santosa Hospital Kopo Bandung


1. Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau dengan unggulan memberikan pelayanan kanker terpadu yang menjadi

rujukan bagi rumah sakit dan masyarakat Jawa barat serta sekitarnya.
2. Misi Rumah Sakit
a. Menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan fasilitas yang terbaik dan bermutu
b. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait dibidang kesehatan secara

luas baik dengan instansi pemerintah maupun swasta


c. Memberikan suasana Rumah Sakit yang nyaman, aman dan ramah
3. Motto Rumah Sakit
Friendly and Caring
4. Sejarah rumah sakit
Santosa Hospital Bandung Kopo (SHBK) adalah Rumah Sakit Umum Swasta Tipe B

hadir di kota Bandung yang berhawa sejuk dan terletak di jalan K.H Wahid Hasyim

(Kopo) No. 461 - 463. SHBK merupakan rumah sakit kedua Santosa di kota

Bandung.
Santosa Hospital Bandung Kopo terdiri dari Gedung Utama (8 lantai & 1 basement)

serta Gedung Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (7 lantai) dan Gedung Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) (6 lantai) yang dibangun diatas lahan seluas 1.7 Ha

dengan luas bangunan 41.000 m2. Fasilitas penunjang yang tak kalah penting adalah

area terbuka berkonsep Green Hospital serta area parkir luas.


SHBK adalah rumah sakit dengan fasilitas pelayanan kesehatan umum dengan

layanan unggulan Onkologi/Kanker dan Trauma Centre, serta dilengkapi dengan

peralatan mutakhir dan didukung oleh tenaga medis profesional.


Sebagai Rumah sakit yang memberikan jasa pelayanan profesional, SHBK

memandang penting sumber daya manusia sebagai sumber daya utama dalam
pelayanan kami. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen kuat untuk selalu

berusaha meningkatkan kemampuan dan profesionalisme melalui pendidikan

berkesinambungan baik di dalam maupun di luar negeri.

B. Kajian Situasi Di Ruangan Ruby Timur


1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan Ruby Timur
Menjadikan Ruang Topas Barat menjadi ruang yang aman dan nyaman

berdasarkan pada pemberian asuhan keperawatan yang holistik


b. Misi Ruangan Topas Barat
1) Meningkatkan kebersihan dan kerapihan ruangan
2) Melindungi pasien, pengunjung dan tenaga dari infeksi nosokomial (Inos)
3) Meningkatkan komunikasi terapeutik pemberian asuhan keperawatan
4) Mendelegasikan tugas kepada PJ Shift bila kepala ruangan tidak ada di

tempat

2. Fokus Telaah
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan pada tanggal 27

April 2019. Fokus telaah Ruang Topas Barat Santosa Hospital Bandung Kopo adalah

ruang perawatan yang memberikan pelayanan keperwatan perempuan dan laki – laki

dewasa di bawah instalasi rawat inap.


3. Lingkup Garapan
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan pada tanggal 27

April 2019. Lingkup garapan pasien di Ruang Topas Barat sebagian besar adalah

melayani klien dengan masalah penyakit dalam dan sebagian kecil melayani pasien

bedah.
4. Basis Intervensi
Basis intervensi di Ruang Topas Bara tSantosa Hospital Kopo Bandung tidak ada

tindakan khusus, tetapi apabila terdapat pasien yang memerlukan penanganan khusus

di ruang Topas Barat maka perawat akan mensosialisasikan nya untuk menangani

pasien tersebut.
5. Letak Ruang
Ruang Topas Barat berada di lantai 4 Hospital Santosa Bandung Kopo, terdapat 2

akses untuk menuju ruang Topas Barat yaitu bisa menggunakan lift dan tangga

darurat. Didalam ruangan terdapat nurse station, ruang kepala ruangan, ruang dirty

utility, ruang clean utility, 1 ruangan perawat, 2 kamar mandi, 1 ruang penyimpanan

obat ,1 ruang diskusi, 1 ruang konsultasi, dan 4 kamar pasien. Ketika masuk keruang

Topas Barat terdapat 1 pintu utama menuju Rung Rawat Inap Topas Barat
,
6. Kapasitas Unit Ruang
Menurut hasil wawancara kepada kepala ruangan tanggal 27 april 2019, mengatakan

bahwa kapasitas Ruang Topas Barat adalah 30 pasien.


Denah Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung Santosa Hospital Kopo Bandung

Kamar 407 Kamar 408 Kamar 409 Kamar 410

NURSE STATION

CLEAN UTILITY
R. KONSULTASI
wc
DISPENSING Gudang
WC
R.
R. KARU PENYIMPANAN
LINEN
C. Pengumpulan Data
1. MAN

Struktur Organisasi Ruang Topas BaratSantosa Hospital Bandung Kopo

KEPALA RUANGAN

Chandra Kusuma., AmK

KEPALA TIM 1 KEPALA TIM II

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

Analisa data
a. Perawat
Menurut hasil wawancara kepala ruangan di Ruang Topas Baratperawat di

Ruang Topas Barat berjumlah 17 orang, dalam 1 hari biasanya pada shift pagi

yang berdinas berjumlah 4 – 5 orang apabila yang berdinas 5 orang maka

penanggung jawab shift tidak merangkap menjadi kepala tim dan apabila yang

berdinas hanya 4 orang maka penanggung jawab shift merangkap menjadi

kepala tim. Untuk yang berdinas siang dan malam biasanya hanya 4 orang dan

setiap shift terdiri dari 1 penanggung jawab, 1 kepala tim dan 2 – 3 perawat

pelaksana.
b. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Topas BaratSHBK 2019

Jenis Kelamin Jumlah Presentae

Laki-laki 6 35.3 %

Perempuan 11 64.7 %

Jumlah 17 100%

Tenaga keperawatan di Ruang Topas Barat sebagian besar (64.7%)


berjenis kelamin perempuan, sedangkan tenaga perawat laki-laki sebanyak
(35.3%).
Analisa data
Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar (64.7%)

perawat Topas Barat berjenis kelamin perempuan. Kondisi di ruang Topas

Barat menunjukan proporsi jumlah perawat perempuan lebih banyak daripada

laki-laki. Menurut penelitian Suleman Engkeng mengatakan bahwa tidak ada

hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja perawat. Hal ini didukung oleh

pernyataan Priansa (2014) yang menyatakan bahwa kinerja seseorang bukan

merupakan karakteristik individu, melainkan perwujudan dari bakat dan


kemampuan seseorang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setyaningsih dkk (2012) Hubungan Motivasi dengan kinerja

perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Unggaran bahwa hasil uji statistik

menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja perawat

pelaksana

c. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenjang Pendidikan


Tabel 2.2
Distribusi Perawat Berdasarkan Jenjang Pendidikan Ruang Topas Barat A

Santosa Hospital Bandung Kopo

Pendidikan Jumlah Perawat Persentase


D3 Keperawatan 10 58.8%
S1 1 5.9%
Ners 6 35.3%
Jumlah 17 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pendidikan minimal perawat
di Ruang Topas Barats ebagian besar (58.8%) berpendidikan D3 hal ini
sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008
tentang pelayanan minimal rumah sakit, dan standar minimal rawat jalan
bahwa pemberian layanan rawat inap salah satunya adalah perawat dengan
minimal pendidikan D3 Keperawatan.
d. Jumlah Perawat berdasarkan Lama Kerja
Tabel 2.3
Distribusi Perawat Berdasarkan Lama Kerja
di Ruang Topas BaratA Santosa Hospital Kopo Bandung
Masa kerja Jumlah perawat Persentase

< 5 tahun 16 orang 94.1%

>5 tahun 1 orang 5.9%

Jumlah 17 orang 100%


Hasil analisa:
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal tanggal 27 April 2019
tenaga keperawatan di Ruang Topas Baratsebagian besar (94.1%) dengan
lama kerja < 5 tahun.
e. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenjang Karir
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kepala ruangan pada tanggal
02 Mei 2019 bahwasannya mengenai jenjang karir di Ruang Topas Barat
bersifat rahasia tidak menyebutkan secara detail mengenai jumlah perawatnya.
Namun di ruang Topas Barat paling dominan yaitu PK I dan PK II.

Analisa data :
Pengembangan karir professional perawat dalam bentuk jenjang karir
perawat merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme,
sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi yang
menghasilkan kinerja professional. Jenjang karir mempunyai makna tingkatan
kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawayan yang akuntabel dan etis
sesuai batas kewenangan, adanya jenjang karir perawat dapat meningkatkan
pelayanan profesional perawat, (Nelson, Dkk 2008).

f. Jumlah Perawat Berdasarkan Kepemilikan STR


Tabel 2.5
Distribusi Perawat Berdasarkan Kepemilikan STR
di Ruang Topas BaratA SHBK
Kepemilikan STR Jumlah perawat Persentase

Ada 17 100%

Tidak 0 0%

Jumlah 17 100%

Analisa Data:

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa perawat yang ada di Topas


BaratSantosa Hospital Kopo Bandung seluruhnya sudah memiliki STR sesuai
dengan undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 yang
berbunyi agar setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib
memiliki surat tanda registrasi (STR).

g. Gaya kepemimpinan

Tabel 2.6

Gaya Kepemimpinan Ruang Topas BaratA SHBK

No Gaya Kepemimpinan Jumlah Persentase


1. Demokrasi 28 100 %
2. Otoriter 0 0%
3. Liberal (Bebas) 0 0%
Jumlah 28 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan di Ruang
Topas Baratyaitu demokrasi sebanyak ( 100%).

h. Jumlah Pasien
Tabel 2.7
Distribusi Frekuensi Rata-rata Pasien
tanggal 27 april – 29 April 2019

Tanggal Jumlah pasien/shift Jumlah pasien Jumlah


pasien/hari

27 April 2019 Pagi 29 24

Siang 22

Malam 22
28 April 2019 Pagi 22 23
Siang 22
Malam 24
29 April 2019 Pagi 30 23
Siang 30
Malam 27
Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.7 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pasien perhari
dari tanggal 27 April 2019 s/d 29 April 2019 sebanyak 23 orang.
i. 10 Daftar Diagnosa
Tabel 2.8
Daftar 10 Besar Penyakit Terbanyak
Ruang Topas BaratA SHBK

No Diagnosa pasien Jumlah


1 DHF 87
2 CHF 45
3 Gastritis Akut 32
4 Anemia 26
5 Thypoid 25
6 ISK 25
7 CKD 22
8 Cancer Mamae 18
9 DM 18
10 GERD 17

Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 2.8 diatas, menunjukkan bahwa 10 penyakit terbanyak di
Ruang Topas Barat yaitu DHF, CHF, Gastritis Akut, Anemia, Typoid, ISK,
CKD, Cancer Mamae, DM, dan GERD
j. Beban Kerja Perawat
Tabel 2.9 Beban Kerja Perawat di Ruang Ruby Timur
Pagi Siang Malam
No Tanggal Non Non Non
Produktif Produktif Produktif
Produktif Produktif Produktif

27 April
1. 89% 3.7% 91.7% 8.3% 97.2% 2.8%
2019

28 April
2. 96% 4% 96.3% 3.7% 100% 0%
2019

3. 29 April 96.3% 3.7% 88.9% 11.1% 96.3% 3.7%


2019

Total 281.3% 11.4% 276.9% 23.1% 293.5% 6.5%

Rata – rata 94% 3.8% 92.3% 7.7% 98% 2.16%

Menurut Ilyas (2004), mengatakan bahwa waktu kerja produktif yang


optimum berkisar 80%, jika sudah bekerja di atas 80 % produktifnya, kita
perlu mempertimbangkan dan memperhatikan bahwa unit tersebut benar-
benar membutuhkan tenaga baru, sedangkan menurut Gillies dalam Nursalam
(2015) mengatakan bahwa beban kerja dikatakan tinggi apabila >77 % dan
dikatakan rendah apabila <77%..
Hasil analisis :
Dari hasil observasi yang dilakukan dan dianalisis hasilnya didapat
1) Beban kerja diruangan Topas Barat pada sift Pagi mencapai 94% artinya
beban kerja Tinggi, shift siang mencapai 92,3% artinya beban kerja tingggi,
shift malam mencapai 98% artinya beban kerja tinggi.
2) Secara rata-rata keseluruhan jam kerja diruang Topas Barat 95% artinya
beban kerja tinggi.
k. Perhitungan Tenaga Keperawatan
1) Perhitungan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Douglas
Douglas (1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar per shiftnya, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.10 Nilai Standar Tiap Shift berdasarkan Douglas

Jumlah Klasifikasi Klien


Minimal Parsial Total
Pasien Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Berdasarkan kajian situasional yang dilakukan pada 29 April 2019
pada tiap shift, maka diperoleh data sebagai berikut:
a) Shift Pagi : 24 orang (19 orang parsial Care, 5 orang minimal Care)
b) Shift Sore : 30 orang (25 orang parsial Care, 5 orang minimal Care)
c) Shift Malam : 30 orang (25 orang parsial Care, 5 orang minimal Care)

Berdasarkan tabel 2.17, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.11 Perhitungan Tenaga Kerja berdasarkan Douglas

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Pasien Pasien
Pagi Jumlah Sore Jumlah Malam
pasien pasien

Minimal 5 5 x 0,17 = 5 5 x 0,14 5 5 x 0,07 =


care 0.85 =0,7 0,35

Parsial 19 19 x 0,27 25 25 x 0,15 25 25 x 0,10 =


care = 5.13 = 3,75 2,5

Jumlah 24 5,98 (6) 30 4,45 (5) 30 2,85 (3)

Hasil aHasil Analisis:


Berdasarkan penghitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
perawat yang dibutuhkan di Ruang Topas Barat sebanyak 14 orang
perhari, dimana mayoritas pasien mengalami tingkat ketergantungan
yang parsial. Sedangkan di Ruang Topas Barat perawat yang berdinas
sebanyak 13 perawat perhari (dinas pagi 5 orang, siang 4 orang dan
malam 4 orang).

2) Metode Gillies

Gillies =

Keterangan :
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/ hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
Prinsip perhitungan Rumus Gillies : Jumlah jam keperawatan yang
dibutuhkan klien/hari adalah:
a) Waktu keperawatan langsung (rata-rata 4-5 jam/klien/hari)
dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri
(self care) = ¼ x 4 = 1 jam, keperawatan parsial (partial care)
=3/4 x 4 = 3 jam, keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 =
4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam =
8 jam.
b) Waktu keperawatan tidak langsung
± 30 menit/klien/ hari, menurut Wolfe & Young (Gillies)= 60
menit/klien/hari.
c) Waktu penyuluhan kesehatan ± 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d) Hari libur masing-masing perawat /tahun, yaitu 73 hari (hari
minggu/libur = 48 hari) untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, jika ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya. (hari libur nasional =
13 hari, dan cuti tahunan = 12 hari).
e) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam/minggu (jika hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6= 6,6 = 7 jam/hari, jika hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5= 8 jam/hari)
o Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit
harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan/cadangan)
o Perbandingan professional berbanding dengan vokasional =
55% : 45%
o Rata-rata jam perawatan klien/ hari = 5-6 jam/ hari.
o Jumlah jam kerja tiap perawat = 42 jam/ minggu (6
hari/minggu) jadi jumlah jam kerja/hari 42 : 6 = 7 jam/hari
o Jumlah hari libur : 60 hari (48 + 12 (cuti))
o Jumlah jam keperawatan langsung
ketergantungan parsial = 25x 3 = 75 jam
ketergantungan minimal 5 x 1= 5 jam
o Jumlah keperawatan tidak langsung
30 x 1 jam = 30 jam
Pendidikan kesehatan = 30 x 0,25 = 7,5 = 7 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari :
75+ 5+ 30 + 7
30

117 = 3,9 jam

30
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
3,9 x 30 x 365 = 42705 = 20 orang
(365-60) x 7 2135
Untuk cadangan 20% menjadi 20 x 20% = 4 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 20 + 4 = 24
orang/hari
3) Metode Depkes
Berdasarkan Depkes 2002 cara menghitung kebutuhan perawat, rumus
kebutuhan tenaga perawat di Ruang Topas Barat

+loss day

Keterangan :
A : Rata – rata jumlah pasien/ hari
B : Rata – rata jam perawatan pasien/ hari
Lost day = jumlah hari minggu dalam 1 tahun+ cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja/tahun
Maka :
Tenaga perawat = 30 x 3,9 = 117= 17 orang
7 7
Loss day = 48 + 12 x 14 = 60x14 = 2,91 (3 orang)
288 288
Jumlah kebutuhan perawat non-nursing job, seperti :
Membuat perincian pulang, kebersihan ruangan atau alat, dokumentasi, dsb
(diperkirakan 25% dari jam layanan keperawatan), maka :
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25
100
14+3x25 = 425 = 4.25 (4 orang)
100 100
Jumlah perawat = 14+ 3 + 4 = 21 orang

Hasil Analisis

Rumus Douglas menghasilkan jumlah 14 orang perawat/hari, dilihat


dari ruang Topas Barat jumlah perawat yg berdinas yaitu 13 orang /
hari, maka hal ini menunjukan bahwa tenaga perawat di ruang Topas
Barat kurang 1 orang/hari .
Rumus Depkes menghasilkan 21 orang perawat dalam ruangan.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi jumlah perawat di
ruang Topas Barat sebanyak 17 orang, maka hal ini menunjukan tenaga
perawat di ruang Topas Barat kurang 4 orang/hari.

Rumus Gillies menghasilan 24 orang perawat dalam ruangan. Maka hal


ini menunjukan tenaga perawat di ruang Topas Barat masih kurang 7
orang.

l. Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan klinik Yang Pernah Diikuti


Tabel 2.12
Distribusi Perawat Berdasarkan Pelatihan Yang Sudah Diikuti
di Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung RSUD Soreng 2019
Pelatihan Jumlah perawat Persentase

BHD 7 orang 41.2%

BTCLS 9 orang 52.9%

Home Care 1 orang 5.9%

Analisa Data
Ratnaningsih (2011) menemukan bahwa diklat berpengaruh positif
terhadap pengembangan karir. Mursidi (2009), juga menyatakan tujuan
pelaksanaan dari pendidikan dan pelatihan adalah memperbaiki efektifitas dan
efisiensi kerja karyawan dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program
kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis pelatihan yang pernah
diikuti dapat disimpulkan perawat di Topas BaratA pernah mengikuti
pelatihan maka efektifitas dan efisiensi kerja karyawan dalam melaksanakan
dan mencapai sasaran program kerja yang telah ditetapkan dapat tercapai.

m. Motivasi Kerja
Tabel 2.13
Motivasi Kerja Perawat di Ruang Topas BaratA
No Dimensi Kategori Jumlah Persentase
1 Motivasi Rendah 0 0%
Kerja Sedang 9 52,9 %

Tinggi 8 47,1 %

Berdasarkan tabel 2.13 diatas, diketahui bahwa lebih dari setengahnya 52,9 %
perawat di Ruang Topas Barat memiliki motivasi kerja yang sedang.

Tabel 2.14
Motivasi Perawat di Ruang Topas BaratA berdasarkan 5 dimensi

Keterangan Presentase
No
Motivasi Tinggi Sedang Rendah

1 Tanggung Jawab 64,7% 35,3 % 0%

2 Pengakuan 47,1% 52,9 % 0%

3 Komitmen 29,4 % 70,6 % 0%

4 Insentif 23,5 % 70,6% 5,9 %

5 Kondisi kerja 29,4 % 70,6 % 0%

Berdasarkan tabel 2.14 Diatas, diketahui bahwa dari 28 perawat


berdasarkan 5 dimensi pada motivasi perawat, ternyata lebih dari setengahnya
(88.9%) perawat di Ruang Topas Barat memiliki tanggung jawab yang tingi
yang tinggi.

n. Kepuasan Perawat
Tabel 2.14
Distribusi Frekuensi Kepuasan kerja Perawat
di Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung Santosa Hospital
Kopo Bandung Tahun 2019

Kepuasan Kerja Frekuensi Presentase


Puas 15 orang 88,2%

Tidak Puas 2 orang 11,8%

Jumlah 17 Orang 100%

Tabel 2.15
Distribusi frekuensi Kepuasan Kerja perawat

Berdasarkan kuesioner Ruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung per Item
2019
Presentase
Keterangan Sangat
No
Kepuasan Tidak Tidak Puas Puas Sangat Puas
Puas

1 Jumlah gaji yang


diterima dibandingkan
pekerjaan yang
dilakukan

2 Sistem penggajian
tempat bekerja

3 Jumlah gaji yang


diterima dibandingkan
pendidikan

4 Pemberian intensif
tambahan atas suatu
prestasi

5 Tersedianya peralatan
dan perlengkapan
yang mendukung
pekerjaan

6 Tersedianya fasilitas
penunjang seperti
kamar mandi, tempat
parkir dan kantin

7 Kondisi ruangan kerja


terutama berkaitan
dengan ventilasi
udara, kebersihan dan
kebisingan

8 Jaminan atas
kesehatan dan
keselamatan kerja

9 Perhatian institusi

10 Hubungan antar
perawat dan kelompok

11 Kemampuan dalam
bekerjasama antar
karyawan

12 Sikap teman sejawat


Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.14 diatas, diketahui bahwa perawat sebagian besar (57,1%)
merasa tidak puas dalam bekerja. Hasil ini didapatkan dengan alat ukur kuesioner
kepuasan kerja perawat. Faktor kepuasan kerja perawat merupakan hal yang sangat
penting diperhatikan oleh rumah sakit.
Dari hasil distribusi hasil kuesioner yang telah di analisis didapatkan nilai terbesar
(85,7%) perawat di Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung merasa tidak puas di
item imbalan yang diterima tidak sesuai dengan kinerja yang dilakukan. Sedangkan hasil
kepuasan kerja perawat merasa puas pada item Kesesuaian antara pekerjaan dan latar
belakang pendidikan sebanyak (85,7%).
teori menurut Gilmer dalam Sopiah (2008), mengemukakan aspek-aspek yang
mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya, gaji, manajemen perusahaan, pengawasan,
serta faktor-faktor instrinsik pekerjaan, meliputi kondisi kerja, aspek sosial dalam
pekerjaan, komunikasi, dan rekan sekerja. Sedangkan menurut Robbins (1996) yang
dikutip oleh Badeni (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah
pekerjaan itu sendiri, gaji, rekan sekerja, atasan, promosi, lingkungan kerja.

o. Jumlah Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.15

Distribusi Jumlah Tenaga Non Keperawatan

di Ruang Topas BaratSHBK


Tenaga Non Jumlah Persentase
Keperawatan

Dokter spesialis 9 56,25 %

Dokter jaga 4 25%

Ahli Gizi 1 6,25%

Adminstrasi 1 6,25%

OB 1 6,25%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa dokter spesialis, apoteker, ahli gizi serta
OB dan administrasi diruang Topas Barat Santosa Hospital Kopo Bandung 2019 telah sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan pasal 43 Tahun 2017 tentang ketenagaan non
keperawatan yaitu salah satunya adalah dokter spesialis sebanyak (40%), sedangkan yang
lain seperti apoteker, ahli gizi dan OB serta Administrasi sebanyak (20%).

Anda mungkin juga menyukai