Metode Valuasi Ekonomi Ekosistem Lahan Pertanian
Metode Valuasi Ekonomi Ekosistem Lahan Pertanian
Pendahuluan
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
Price
P*
P#
Q* Q# Quantity
6
7
TEV = UV + NUV
UV = DUV + IUV + OV
NUV = EV + BV
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (EV + BV)
Dimana:
TEV = Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)
UV = Use Values (Nilai Penggunaan)
NUV = Non Use Value (Nilai Intrinsik)
DUV = Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)
IUV = Inderect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung)
OV = Option Value (Nilai Pilihan)
EV = Existence Value (Nilai Keberadaan)
BV = Bequest Value (Nilai Warisan/Kebanggaan)
7
8
8
9
Nilai Bukan
Nilai Penggunaan
Penggunaan
9
10
10
11
11
12
FUNGSI LAHAN
SAWAH
Fungsi Fungsi
Media Budidaya Lingkungan Lingkungan
Biologi-Fisika-Kimia Sosek-budaya
Barang Public
privat goods
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
7. Analisis
Pada tahap ini dilakukan kajian terhadap nilai yang didapat dari valuasi
ekonomi lahan sawah yang selanjutnya dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Nilai yang didapatkan dijabarkan pula
implikasi/makna dari suatu nilai yang diperoleh
VALUASI EKONOMI
G.
Pendekatan Pendekatan Kurva
Kurva Permintaan Non Permintaan
H.
Metode Dampak
Metode Travel Cost
Produksi (Approach
Effect of Production) Metode Biaya
Metode Respon Pengobatan
Dosis Metode Nilai
Metode Biaya Property
Pengganti Contingent Valuation
(Replacement Cost) Method (WTP &
Metode Biaya WTA)
Pencegahan
(Prevention Cost
I. Expenditure)
28
29
Rumus:
Nilai Ekonomi Produksi Tanaman (NEPT)
NEPTij = NPTij – BPSij
NEPTij = Nilai ekonomi produksi tanaman (Rp/thn)
NPTij = Nilai produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
BPTij = Biaya produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
Contoh:
Nilai Ekonomi Produksi Padi
NEPTij = NPTij – BPTij
Nilai Produksi Tanaman Padi (NPT)
NPTij = PRTij x HPi x LS
PRTij = 5,81ton/ha
HPi = Rp 4.300/kg)
LS = 1.625 ha
JPTi = 9.228 ton
29
30
30
31
RT = 100 RT
BP = (Rp 10.000 x 4 pohon x 30 RT) = Rp 1.200.000
NE.lm = (4 x 16 x 15.000 x 30 ) - (1.200.000) = Rp 26.600.000
d. Nilai Ekonomi Pengambilan Ikan
Rumus:
Nilai Ekonomi Ikan (NE.ik)
NE.ik = J.ik x F.ik x H.ik X ∑ Nelayan - BP
NE.ik = Nilai ekonomi ikan (Rp/thn)
J.ik = Jumlah ikan (kg)
F..ik = Frekuensi penangkapan ikan setahun (kali/tahun)
Hik = Harga kayu bakar (Rp/kg)
P.ik = Jumlah penangkap ikan (orang)
BP = Biaya penangkapan
Contoh:
J.ik = 50 kg/panen
F.kb = 3 kali (panen 3 kali setahun)
H.ikb = Rp 5.000/kg)
RT = 100 RT
BP = Rp 100.000
NE.lm = (50 x 3 x 5.000 x 100 ) - (100.000 x 100)
= Rp 75.000.000 – Rp 10.000.000 = Rp 65.000.000
Tahapan Pelaksanaan:
a. Menentukan perubahan kuantitas sumberdaya alam yang
dihasilkan untuk jangka waktu tertentu
b. Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan
dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
c. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar.
31
32
Contoh :
Nilai Kehilangan= Unsur Hara(NKH)/Biaya Pengganti Pupuk
n n
NKH = ∑ ∑ ( JKHij x HPi x Lj )
i=1 j=1
n n
JKHij = ∑ ∑ ( JTDj x Pr Hi )
i=1 j=1
32
33
Contoh 1:
Lahan sawah memiliki fungsi sebagai penyedia lapangan pekerjaan.
Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain menyebabkan petani
kehilangan sumber mata pencaharian. Misalkan jumlah tenaga kerja
yang dapat diserap pada usahatani lahan sawah adalah 317,7 hari
kerja pria (HKP/ha/tahun) dengan tingkat upah Rp 28.000/HKP, maka
nilai fungsi lahan sawah sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang
adalah (Irawan, 2007)
n
NFTK = ∑ ( Ti x Wi x IPi x Li )
i=1
Contoh 2:
Perhitungan degradasi sebagai akibat adanya abrasi pantai yang
disebabkan oleh hilangnya hutan mangrove dapat dilakukan
pendekatan dengan menghitung nilai hutan mangrove sebagai
pelindung abrasi yang dapat didekati dengan biaya pembangunan
tembok dengan tinggi 2 meter. Biaya yang diperlukan adalah Rp
35.000/m2 (data harga pasar). Bila diketahui panjang pantai yang tidak
ada hutan mangrovenya adalah sepanjang 38 km. Manfaat ekonomi
hutan mangrove sebagai pelindung abrasi adalah (Kementrian Negara
Lingkungan Hidup, 2004)
Rumus:
V PA = Pt x Tt x α x Bt
33
34
Dimana:
Contoh 3 :
Menghitung nilai degradasi tanah/lahan kritis berdasarkan perhitungan
biaya perbaikan/pengembalian fungsi lingkungan yang hilang
(menghitung nilai pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan
kesuburan tanah).
Biaya perbaikan/pengembalian fungsi lingkungan lahan kritis per
hektar adalah Rp 4.200.000/ha, dengan perincian sbb:
Biaya pengolahan lahan Rp 600.000
Biaya pembelian bibit Rp 1.400.000
Biaya pemupukan Rp 1.200.000
Biaya tenaga kerja Rp 1.000.000
Jumlah Rp 4.200.000
Maka nilai degradasi lahan = luas lahan kritis x biaya pemulihan/ha
= 373,93 x Rp 4.200.000
= Rp 1.570.516.500
(Aristin, KNLH, 2009).
34
35
Contoh:
1) Nilai dampak pencemaran dari dikembangkannya pabrik tekstil
minimal sebesar nilai biaya pecegahannya (prevention cost),
yaitu biaya pemasangan instalasi pengolahan air limbah (ipal)
termasuk biaya pengolahan limbah tekstil di dalam ipal
tersebut.
2) Nilai dampak pencemaran dari dikembangkannya pabrik kulit
minimal sebesar nilai biaya pecegahannya (prevention cost
aproach), yaitu biaya pemasangan instalasi pengolahan air
limbah (ipal) termasuk biaya pengolahan limbah tekstil di dalam
ipal tersebut. Tetapi jika pencemaran telah terjadi pada badan
air akibat limbah industri kulit, maka pendekatan valuasi
ekonominya menggunakan “replacement cost approach” yaitu
menghitung nilai kerusakan atau kerugian akibat tercemarnya
air sungai karena limbah pabrik kulit.
Analisis:
Dampak dari biaya pencegahan adalah digesernya biaya
eksternal menjadi biaya internal, sehingga perusahaan atau pabrik
35
36
Langkah penghitungan:
Untuk menghitung nilai biaya pencegahan perlu diketahui hal-hal
berikut:
Jenis kegiatan yang akan dikaji (pabrik terkstil, pabrik kulit,
kebakaran hutan, tpa sampah, dan sebagainya)
Kapasitas produksi kegiatan yang bersangkutan (perusahaan
tekstil –baltekstil, perusahaan kulit –ton kulit atau per lembar
kulit, kebakaran hutan –hektar hutan, volume sampah yang
ditimbun – ton sampah)
Apa bentuk teknik pencegahan dampak yang diperkirakan
dilakukan (pasang ipal, pasang insenirator, pasang masker,
menyewa pesawat terbang pengintai dan penyiram titk api)
Dicari data harga atau biaya yang dikeluarkan untuk
pencegahan dampak
Dihitung nilai per unit biaya pencegahan dampak
Misal:
- Biaya pencegahan dampak per bal tekstil
- Biaya pencegahan dampak per ton kulit
- Biaya pencegahan penyakit ispa per ha hutan terbakar
- Biaya pencegahan dampak per ton sampah yang
ditimbun/dibuang
Dihitung biaya totalnya dengan cara kalikan biaya per unit
dengan total volume produksi , atau luas kebakaran, atau
volume sampah yang dibuang.
Perhitungan ini dapat pula sebaliknya yaitu diketahui biaya
pencegahan total terlebih dahulu kemudian dihitung biaya
pencegahan per unit. Dengan cara membagi biaya total dengan
volume produksi atau volume dampak yang terjadi.
36
37
Contoh:
Masyarakat hilir menyadari bahwa terjadinya banjir yang secara
rutin melanda wilayah mereka sebagai akibat menurunnya kualitas
lingkungan di wilayah hulu. Untuk itu masyarakat ditanya tentang
respon mereka terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan di wilayah
hulu.
37
38
Contoh:
Apakah responden bersedia menerima bantuan pembayaran
untuk tetap mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya.
Misalnya biaya pembuatan teras bangku. Biaya pembuatan teras
bangku di lokasi penelitian adalah Rp 3,5 – 5,5 juta/ha. Tingkat
penawaran mulai dari 50% nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu
diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan respon awal petani. Misalnya
biaya pembuatan teras menurut petani Rp 1.000.000 (luas lahan 0,25
ha), terdiri dari biaya TK Rp 600.000, biaya bahan Rp 250.000 dan
peralatan Rp 150.000
Pertanyaan Penawaran WTA:
Biaya Tenaga Kerja Rp 300.000
Jika responnya bersedia menerima, maka turunkan sekitar 10%
atau lebih menjadi Rp 275.00, lalu Rp 250.000, lalu Rp 225.000,
dst sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima
jumlah tersebut.
Jika responnya tidak bersedia menerima, maka naikkan sekitar
10% atau lebih menjadi Rp 325.000, lalu Rp 350.000, lalu Rp
375.000, atau Rp 400.000 dst, sampai responden menyatakan
bersedia menerima nilai tersebut.
38
39
Contoh:
Keberadaan ekosistem terumbu karang menjadi daya tarik bagi
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Perhitungan nilai manfaat
langsung dari kegitanan menyelam dicontohkan dari kegiatan
menyelam di Perairan Pulau Barang Lompo (Didi Rukmana, 2007).
Dari hasil wawancara dengan pengurus Marine Station
Universitas Hasanuddin diketahui bahwa pada tahun 2004 terdapat 89
orang wisatawan yang menyelam, yaitu 6 orang wisatawan asing dan
45 orang melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan menyelam,
dan 38 orang wisatawan lokal. Nilai manfaat langsung dari kegiatan
menyelam didekati dengan menghitung rata-rata jumlah biaya yang
dikeluarkan oleh penyelam, yaitu biaya penginapan, biaya makan, dan
biaya menyelam. Berdasarkan survei diperoleh total biaya yang
dikeluarkan oleh penyelam adalah sebesar Rp. 34.215.000 per tahun.
DAFTAR PUSTAKA
39
40
40
41
41
42
42
43
43