PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2
F0 H 2 Z 2 X 2 Y 2 Z 2
(1I,1)
Dimana :
H = Fo cos I Z = Fo sin I
X = H cos D tan I = Z/ H
Y = H sin D tan D = Y / X
2
Medan utama (Main field)
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap
waktu sangat lambat dan kecil.
Medan luar (External field)
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktifitas matahari,
badai magnetik) yang merupakan hasil dari ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
Beberapa sumber medan luaar antara lain :
Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus
11 tahun,
Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan
pasang surut matahari dan mempunyai jangkauan 30 nT,
Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan
pasang surut bulan dan mempunyai jangkauan 2 nT,
Badai magnetik yang bersifat acak dan mempunyai jangkauan
sampai dengan 1.000 nT
Anomali Magnetik Lokal
Dekat permukaan kerak bumi merupakan penyebab perubahan dalam medan
utama yang biasanya jauh lebih kecil dari medan utama, relatif konstan
dalam waktu dan tempat. Perubahan ini dapat dihubungkan dengan
perubahan kandungan mineral magnetik dalam batu-batuan dekat
permukaan. Kadang-kadang anomali ini cukup besar sehingga besar medan
menjadi dua kali lipat dibanding medan utama dangkal. Pada umumnya
anomali ini tidak menyebar kedaerah luas karena sumbernya tidak terletak
terlalu dalam.
3
besar atau tanda. Distribusi ini tingkat untuk elemen apapun dapat ditunjukkan
pada peta isoporic oleh garis (isopors) sepanjang dengan konstan.
Biasanya, pola isopors lebih kompleks daripada garis isomagnetic untuk
elemen yang sama, karena sebagian spektrum perubahan tersebut tidak didominasi
oleh dipol sebagai adalah kasus bidang statis.
Komponen horizontal berupa komponen magnetik arah utara dan komponen
magnetik arah timur, komponen magnetik vertical, dan komponen magnetik total.
Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah deklinasi D (sudut
antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I (sudut antara bidang
horisontal dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat. Intensitas medan
magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal H, komponen
vertikal Z dan komponen horisontal kearah utara X dan kearah timur Y.
Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara 25.000 – 65.000 nT. Untuk
Indonesia, wilayah yang terletak di utara ekuator mempunyai intensitas 40.000
nT, sedangkan yang di selatan ekuator 45.000 nT.
4
Kutub Magnet., jika kita mengambil sepotong magnet, katakanlah
berbentuk batang, dan dekatkanlah pada tumpukkan jarum, maka kita akan
melihat setumpuk jarum itu tertarik magnet. Jarum-jarum itu tertarik dari ujung
yang berbeda. Akan ada dua ujung yang dipenuhi jarum-jarum tersebut. Dengan
kata lain, kedua ujung tersebut bertindak sebagai pusat daya tarik magnet. Pusat
ini disebut kutub magnet.
Kutub yang menunjukkan arah utara inilah yang memberikan istilah kutub
utara dan kutub yang menunjukkan arah selataan memberikan istilah kutub
selatan. Maka, hal tersebut telah menjadikan fakta bahwa seluruh magnet di bumi
memiliki kutub utara dan selatan. Sesama kutub pada magnet akan saling tolak,
namun sebaliknya jika kedua kutub yang berbeda didekatkan, maka akan saling
tarik.
Metode magnetisasi ini tidak sekuat metode menggunakan arus listrik.
Magnetisasi dengan arus listrik dicapai dengan melilit sebuah kumparan isolasi di
sekitar batang bahan yang akan dijadikan magnet dan mengalirkan arus langsung
pada kumparan tersebut dengan bantuan sel elektrik. Arus listrik melalui
kumparan akan membuat btang menjadi magnet baru dengan kutub utara dan
selatan pada masing-masing ujungnya. Jika batang yang akan dibuat magnet
berasal dari logam keras maka batang tersebut akan menjadi magnet permenen.
Sebaliknya jika batang yang dibuat magnet berasal dari logam lunak maka batang
tersebut akan menjadi magnet sementara.
Teori Molekul Kemagnetan. Peristiwa pemecahan magnet menghasilkan
sebuah teori tentang magnet yang dikenal dengan Teori Molekul Kemagnetan.
Ahli fifika Weber menyatakan bahwa setiap molekul dalam magnet merupakan
magnet kecil yang memiliki sifat kutub yang berlawanan pada kedua ujungnya.
Ketika magnet-magnet kecil ini berada pada posisi tidak sejajar dengan suatu
bahan, magnet-magnet kecil tersebut akan menolak efek dari salah satu lainnya
dan setiap kutub utara akan menjadi netral karena efek kutub selatan magnet
sebelahnya. Begitu juga sebaliknya. Karena tak ada kutub yang bebas – karena
diposisikan tidak sejajar – maka batang-batang magnet tersebut menjadi netral.
Telah banyak percobaan dilakukan oleh para ilmuwan yang setuju dengan rumus
teori kemagnetan tersebut.
5
Induksi Magnet. Daya tarik bahan logam terhadap magnet dapat dijelaskan pada
teori molekul kemagnetan di atas. Jika sepotong magnet didekatkan pada sebuah
bahan logam, magnet-magnet kecil pada bahan dipengaruhi dan diorientasikan
berdasarkan posisi magnet. Daerah bahan yang dekat dengan kutub utara magnet
dianggap menjadi kutub selatan dan disebut induksi kutub selatan. Kemudian
terjadi tarik menarik antara kutub utara pada magnet dan induksi kutub selatan.
Garis Gaya Magnet. Di samping Teori Molekul Kemagnetan, teori lain
yang juga bermanfaat untuk memahami fenomena kemagnetan adalah konsep
garis gaya magnet.
Garis gaya magnet adalah garis yang berasal dari kutub utara menuju
kutub selatan. Untuk menggambarkan dan mengetahui garis gaya ini, sebarkanlah
serbuk besi di atas sebuah kertas.
berpotongan merupakan titik kutub magnet. Dalam menentukan letak kutub
magnet, jarum kompas seharusnya ditempatkan lebih dekat dengan magnet.
6
1. Looping
Pengukuran yang dimulai dari base dan di akhiri di base lagi. Pengukuran
looping ini hanya menggunakan satu alat PPM yang menjadi base dan
rover. Dimana sekaligus pengukuran looping ini mencatat nilai variasi
harian dan intensitas medan magnet total.
2. Base – Rover
Pengukuran yang menggunakan dua buah alat PPM dimana satu buah
untuk pengambilan data base yang penempatan alat PPM tersebut di
tempatkan pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat nilai variasi
harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di lapangan
guna mencatat intensitas medan total dari tiap lintasan.
3. Gradien Vertikal
7
inklinasi mendekati nol untuk daerah dengan lintang magnetik rendah. Oleh
Karenanya diperlukan transformasi lain yang bisa digunakan pada daerah
dengan iklinasi rendah seperti ini. Keating dkk (2004) menyontohkan
penggunaan sebuah filter yang tidak terpengaruh oleh arah magnetisasi dan
medan geomagnetik lokal pada data magnetik yang dapat dilakukan dengan baik
pada daerah dengan inklinasi rendah.
8
Alat CAD yang mukhtahir untuk menggambar interpretasi pada peta.
Automate tasks using scripts.
Bekerja dengan data spasial pada volume yang besar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
9
Data Excel
Perhitungan
Interpretasi
Kesimpulan
Selesai
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambar IV.3.Peta Total Magnetic Intencity
12
IV.2. Peta Reduksi Kutub
13
Gambar IV.5.Peta UC
Pada peta upward continuation 50 m dan 70m peta ini lebih dinaikkan ke
permukaan yang lebih tinggi untuk lebih mengetahui anomali pada suatu daerah
regional. Pada peta ini terdapat gradasi warna yang berbeda yang menunjukkan
tingkat magnetisasi batuan yang berbeda. Gradasi warna biru dengan nilai 61.8 -
103.7nT. Peta ini menunjukkan adanya kemagnetan yang sangat lemah. Terdapat
di area Utara peta. Terdapat gradasi warna hijau dengan nilai 116.4 – 199.2 nT
14
menunjukkan kemagnetan yang lema, berada di daerah tengah peta. Gradasi
warna kuning dengan niali 218.4 – 284.7 nT.Gradasi warna merah dengan nilai
284.7 – 427.9 nT menunjukkan kemagnetan yang kuat yang tersebar di bagian
selatan peta, dan pada gradasi warna merah muda yang menunjukkan nilai 427.9 –
572.4 nT dengan kemagnetan sangat kuat 18% tersebar pada bagian selatan peta.
15
BAB IV
PENUTUP
IV.1.Kesimpulan
Dari data penelitian diatas yang diolah dengan menggunakan software oasis
montaj,disimpulkan bahwa daerah yang mempunyai warna gradasi merah
menunjukan tingkat magnetisasi batuan yang tinggi dan kuat di banding dengan
daerah. Berikut adalah nilai-nilai magnetisasi dengan gradasi warna yang tinggi
dan rendag di setiap peta anomali :
Pada peta TMI nilai tertinggi dengan gradasi warna kuning sampai
pink dengan range nilai 218,4 -572,4 nT
Pada peta SRT nilai tertinggi dengan gradasi warna kuning hingga
pink dengan range nilai 218,4-572,4 nT
Pada peta UC nilai tertinggi dengan gradasi warna merah hingga pink
dengan range nilai 84.7-572.4 nT
16
Pada peta TMI dan SRT nilai terendah dengan dengan range nilai
antara 61,8-199,2 nT.
Pada peta UC nilai terendah dengan dengan range nilai kemagnetan
61.8-116.4 nT.
Sesuai hasil yang di dapat di interpretasikan bahwa yang mempunyai
kekuatan magnet yang kuat adalah batuan beku, persebarannya ke
arah Selatan
IV.2. Saran
Untuk tidak terjadinya kesalahan ataupun meminimalisir kesalahan, yang
perlu di perhatikan adalah human error masing-masing orang, dan sebagai seorang
geologist harus dapat mengelola, dan teliti untuk pengolahan datanya.
Yang paling penting dapat menjelaskan apa yang ada pada peta anomali dan
dapat menginterpretasikan peta anomali yang ada pada daerah penelitian.
17