Makalah Rohingnya
Makalah Rohingnya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Myanmar merupakan bagian dari negara di Asia Tenggara yang pernah
mengalami kolonialisasi dari Inggris dan Jepang. Myanmar merdeka pada 4
Januari 1948 dari Inggris yang mempunyai kesepakatan damai antara kaum
nasionalis Burma dengan kolonial Inggris. Burma memiliki banyak etnis, terdapat
8 diantaranya yang terbesar yaitu Kachin, Kayin (Karen), Chin, Burma, Mon
Raikhane dan Shan. Etnis Rohingya bertempat tinggal di Provinsi Raikhane
(Arakan). Sebenarnya Arakan sejak pada abad 19 telah menjadi tempat
pemberontakan terhadap Kesultanan Myanmar. Sehingga, mereka lari ke
perbatasan India yang waktu itu dikuasai oleh Inggris. Pada akhirnya, perang
antara Myanmar dan Inggris dimenangkan oleh Inggris dan dapat menguasai
Burma (Myanmar).
Secara garis besar bangsa Rohingya tidak diakui oleh Myanmar maupun
Bangladesh. Tidak cukupnya bukti mengenai asal usul dari etnis ini membuat
mereka terlantar, bahkan sampai di Indonesia. Mengenai penyebab pembunuhan
masal bangsa Rohingya masih belum jelas. Alasan yang diperkirakan karena
adanya perbedaan agama,ketika etnis Rohingya dibunuh secara masal,
menyebabkan mereka menyerang etnis lain yang dianggap sebagai pembunuh
etnis minoritas.
Berdasarkan peristiwa tersebut tentunya terdapat dampak yang diberikan,
baik didalam negeri maupun diluar negeri. Negara-negara tetangga Myanmar
pastinya menanggung dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan pemerintahan.
Kemungkinan terbesar dialami oleh etnis Rohingya sendiri, karena tidak ada yang
mengakui mereka.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang konflik rohingnya di Myanmar?
2. Bagaimana dampak (bagi Myanmar, Rohingya, negara lain) dengan
adanya konflik Rohingya di Myanmar ?
3. Bagaimana langkah pemerintah Indonesia bantu penyelesaian kasus
rohingnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang konflik rohingnya di Myanmar.
2. Untuk mengetahui dampak (bagi Myanmar, Rohingya, negara lain) dengan
adanya konflik Rohingya di Myanmar.
3. Untuk mengetahui langkah pemerintah Indonesia bantu penyelesaian
kasus rohingnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Arakan. Pemerintah Junta Militer juga membuat undang-undang baru bahwa
kaum etnis Rohingya tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam kegiatan
perdagangan. Mereka menyebarkan isu-isu yang berisi kejelekan-kejelakan para
kaum Muslim Rohingya.
Junta Militer juga melarang kaum perempuan Muslim Rohingya untuk
berjilbab, dan kadang seringkali para perempuan tersebut diperjualbelikan untuk
diperkerjakan di barak-barak. Etnis Rohingya dilarang untuk berpartisipasi dalam
dunia politik. Dilarang untuk melakukan haji atau menyembelih kurban saat Idul
Adha. Mereka juga dipaksa untuk memakai nama Budha dan menghapus nama
Muslim mereka. Semenjak Myanmar menyerang Arkan pada tahun 1748 M,
penduduk Rohingya telah dijadikan sasarn untuk dihapus dan dibunuh secara
besar-besaran. Motif yang mereka gunakan ialah menukar Arakan menjadi satu
wilayah dengan Budha. Selama hampir empat dekade (40 tahun) semenjak tahun
1962 kurang lebih 1,5 juta Muslim Rohingya dipaksa keluar.
Pada tahun 1942, terjadi kekosongan pemerintahan saat pihak Inggris
keluar dari Arakan. Pemerintah Myanmar mengambil kesempatan ini untuk
memprovokasi penganut Budha di Arakan. Akibatnya terjadilah kerusuhan besar
yang mengakibatkan 100.000 kam Muslim dibunuh dan ratusan ribu lagi telah
melarikan diri ke daerah Bengal timur.
Sekitar tahun 1992-1995 pemerintah Myanmar melakukan operasi
terhadap muslim Rohingya, lebih dari 1.500 Muslim Rohingya yang kebanyakan
pemuda dibunuh, dan yang lainnya dipaksa untuk membangun pagoda dan
masjid-masjid mereka dirobohkan untuk dibangunnya pagoda-pagoda tersebut.
Tahun 2001, kerusuhan terjadi lagi di Arakan di mana ratusan masjid dirobohkan
dan 10 Muslim. Pada tahun 2003 buku-buku dan pita-pita rekaman yang berisi
tentang penghinaan terjhadap kaum Muslim dapat didapatkan dengan mudah di
seluruh Myanmar, dan malah ada yang dibagi-bagikan secara gratis. Pemerintah
Burma percaya dapat menguasai Arakan selamnya jika Arakan berhasil diubah
menjadi negeri Budha sepenuhnya. Alhasil rakyat Burma yang beragama Budha
berusaha untuk menghapuskan Islam dan kaum Muslimin Rohingya Arakan.
bentuk-bentuk kekejaman Junta Militer terhadap muslim Rohingya antara lain :
4
1. Penolakan pemberian Kewarganegaraan, hal ini menyebabkan etnis Rohingya
menjadi bangsa tanpa kewarganegaraan. Meskipun mereka merupakan
penduduk asli Arakan.
2. Pembatasan untuk berpindah, etnis Rohingya di Myanmar saat ini menghadapi
masalah yang rumit, yakni berupa larangan bepergian dari satu daerah ke
daerah lain. Untuk melakukan bepergian tersebut mereka harus melakukan
perizinan terlebih dahulu kepada pemerintah lokal yang tentu saja hal itu sulit
untuk dilakukan.
3. Pembatasan dalam kegiatan ekonomi, mereka dilarang untuk mendirikan
badan usaha, serta pihak Pemerintah Junta Militer menetapkan harga pajak
yang begitu tinggi dibanding dengan etnis-etnis lainnya. Padahal etnis
Rohingya mayoritas adalah petani dan nelayan. Dan akibatnya tambak dan
sawah-sawah mereka disita karena konsekuensi tidak dapat membayar pajak.
4. Pembatasan dalam bidang Pendidikan, para etnis Rohingya dilarang masuk ke
sekolah ataupun universitas dan dilarang melanjutkan pendidikan tinggi keluar
Myanmar.
5. Pembunuhan, penahanan, dan penyiksaan. Penyiksaan dan penahanan secara
ilegal dilakukan setiap hari di Arakan, ratusan etnis Rohingya hilang dan tidak
diketahui nasibnya tiap tahunnya.
6. Pelecehan terhadap kaum wanita dan pembatasan pernikahan. Seringkali pada
tengah malam tentara tiba-tiba masuk ke dalam rumah etnis Rohingya dan
memerkosa kaum wanita di depan suami dan anak-anak mereka. Serta
mempersulit gadis-gadis Rohingya untuk melakukan pernikahan.
5
layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak. Mereka betul-betul
terabaikan dan terpinggirkan.
Pemerintah Myanmar tak mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya
karena menganggap kelompok Muslim ini bukan merupakan kelompok etnis yang
sudah ada di Myanmar sebelum kemerdekaan Myanmar pada 1948. Hal itu
ditegaskan kembali oleh Presiden Myanmar, Thein Sein, dalam Al Jazeera, 29 Juli
2012 bahwa Myanmar tak mungkin memberikan kewarganegaraan kepada
kelompok Rohingya yang dianggap imigran gelap dan pelintas batas dari
Bangladesh itu.
Akar konflik yang lain adalah adanya kecemburuan terhadap etnis
Rohingya. Populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa dasawarsa ini terus
meningkat. Tentu saja, hal ini menyebabkan kecurigaan dan kecemburuan pada
etnis mayoritas Rakhine. Bagi mereka, keberadaan etnis Rohingya pun sangat
mungkin dianggap kerikil dalam sepatu, yakni sesuatu yang terus mengganggu.
Keberadaan etnis Rohingya dianggap mengurangi hak atas lahan dan ekonomi,
khususnya di wilayah Arakan, Rakhine yang menjadi pusat kehidupan etnis
Muslim ini.
Dengan adanya koflik Rohingya yang merupakan bentuk diskriminatif
terhadap etnis Muslim Rohingya oleh Pemerintah Junta Militer, tak dapat
dipungkiri mengakibatkan banyak pihak yang tak sengaja terlibat di dalamnya.
Misalnya, penduduk Muslim etnis Rohingya melakukan pelarian ke daerah-daerah
atau negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Arab Saudi, UEA, Pakistan,
Malaysia, ataupun Thailand untuk belindung dari perlakuan diskriminatif para
Junta Militer. Akan tetapi para negara tetangga tersebut ada yang merasa
“welcome” dan ada juga yang tidak menerima mereka, para pengungsi tersebut.
Penolakan Bangladesh dan negara tetangga lainnya membuat kaum Muslim
Rohingya dipaksa kembali ke Myanmar.
Nasib merekapun bertambah menderita. Bahwa nasib Rohingya tidak
diakui oleh Bangladesh, karena tidak ada bukti yang jelas mengenai asal etnis ini.
Mengenai data mereka yang telah ada saat kependudukan Inggris. Rohingya
merupakan pengungsi dari Burma yang telah ada sebelum kemerdekaan
6
Bangladesh yang baru merdeka pada tahun 1971. Setelah merdeka 7 tahun
kemudian Bangladesh mendeklarasikan bahwa etnis Rohingya tidak dianggap
sebagai warga negara, dan memilih untuk mengembalikan orang Rohingya ke
Burma. Bangladesh yang masih berkembang tidak mau menanggung beban dari
masuknya orang-orang Rohingya ke negara mereka sekalipun 89% dari penduduk
Bangladesh adalah muslim. Orang Rohingya pun terlunta-lunta dan tidak
jarang terdampar sampai ke pelarian Indonesia karena tidak berani kembali ke
Burma dan diusir oleh Bangladesh.
Dampak yang dialami oleh Etnis Rohingya, Myanmar dan Dunia mengenai
pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar. Secara keseluruhan dampak yang
diberikan dari permasalahan ini adalah adanya rasa iba dari seluruh masyarakat
dunia. Karena pembantaian yang dilakukan mencerminkan tidak adanya HAM.
Permasalahan ini merupakan masalah internal dalam negara, sehingga negara lain
hanya memberikan masukan ataupun tanggapan, sebagai berikut :
1. Etnis Rohingya
Kaum minoritas yang tertindas, tidak diakui dan diusir menyebabkan
mereka imigrasi ke negara lain tanpa adanya izin. Seakan-akan mereka tidak
memiliki saudara yang membantu dan tidak ada negara yang mau menerima
mereka.
2. Myanmar
Mendapat dorongan dari negara-negara di Asia Tenggara untuk segera
menyelesaikan masalah tersebut. Mempengaruhi kedudukan Myanmar dalam
hubungan ASEAN.
3. Bangladesh
Negara ini telah menerima sebagian pengungsi dari Myanmar, dan tidak
menerima lagi pengungsi baru. Bangladesh merupakan negara berkembang, yang
dikhawatirkan tidak dapat mengayomi semuanya termasuk warganya sendiri.
4. Indonesia
Memberikan dorongan kepada Myanmar untuk menyelesaikan segera,
apabila tidak diselesaikan akan berpengaruh terhadap ASEAN.
5. Malaysia
7
Malaysia bimbang konflik perkauman yang berlaku di Rakhine, Myanmar
membabitkan etnik Rohingya akan mendorong kepada perkembangan aktiviti
ekstremis hingga menjejakan keamanan serantau. Menteri Luar, Datuk Seri
Anifah Aman berkata, kebimbangan tersebut dikemukakan Malaysia kepada
kerajaan Myanmar dan meminta tindakan segera diambil bagi membendung
penularan aktiviti ekstremis.
6. ASEAN
Konflik yang terjadi di negara bagian Rakhine itu berpotensi mengganggu
harmonisasi negara-negara anggota ASEAN. Oleh sebab itu, agar tercipta
Komunitas ASEAN pada 2015, maka konflik tersebut harus segera diselesaikan,
kata Surin.
8
partisipasi akar rumput, termasuk perempuan, pemuda, minoritas, dan
masyarakat sipil. Dialog dalam masyarakat harus difasilitasi.
6. Pemerintah harus menginisiasi kegiatan yang membantu menciptakan
lingkungan kondusif untuk berdialog, termasuk memberikan kesempatan
kepada Muslim dan warga Rakhine untuk terlibat secara informal lewat
kegiatan bersama seperti pelatihan kejuruan, proyek infrastruktur, atau acara
budaya.
7. Pemimpin keagamaan--Buddha, Islam, Kristen, dan lainnya--harus
mendukung aktif agenda pemerintah untuk memerangi ujaran kebencian yang
memicu diskriminasi agama/rasial.
8. Pemerintah Myanmar harus mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki
pengawasan kinerja aparat keamanan. Satu hal yang penting adalah
memastikan semua petugas keamanan menggunakan lencana nama dan nomor
identifikasi yang telah menjadi praktik standar kepolisian modern di seluruh
dunia. Hal lain yakni memasang CCTV di semua pos pemeriksaan Rakhine
untuk memastikan semua personel keamanan menghormati martabat anggota
masyarakat, dan tak menyalahgunakan kekuasaan mereka melalui pemerasan
dan/atau kekerasan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa konflik ini
terjadi antara etnis Rohingya dan Raikhane di Myanmar. Kaum Rohingya yang
dibantai secara besar-besaran oleh Raikhane. Berdasarkan hal tersebut bisa
dikatakan melanggar HAM. Mengenai penyebabnya kemungkinan adanya
kecemburuan sosial, karena etnis Rohingya berkembang pesat dari etnis yang lain.
Selain itu, karena etnis Rohingya yang sejak dulu menjadi korban kekerasan dan
pemerkosaan pada wanita. Membalas dengan memperkosa dan membunuh wanita
Raikhane. Berdasarkan hal tersebut menjadi pemicu terjadinya konflik
pembantaian ini.
Mengenai dampak yang diberikan ini tentunya sangat merugikan etnis
Rohingya karena Bangladesh dan Myanmar tidak mengakuinya. Penyebabnya
tidak adanya data yang jelas mengenai asal usul etnis ini. Myanmar mendapat
teguran dari ASEAN dan anggotanya untuk segera menyelesaikan konflik
tersebut. terjadinya konflik tersebut membuat rasa iba bagi seluruh masyarakat
dunia baik muslim maupun non muslim. Negara-negara Asia Tenggara juga
memberikan teguran bagi Myanmar.
B. Saran
Kita harus selalu memelihara tenggang rasa terhadap perbedaan agama, etnis,
ideologi maupun bahasa. Kita adalah umat manusia yang senantiasa memelihara
rasa kemanusiaan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Rohingya
http://nasional.kompas.com/read/2017/09/04/20073041/mencari-solusi-rohingya
https://risnajunianda.wordpress.com/2015/06/06/tugas-4-kesimpulan-permasalah-
etnis-rohingnya/
http://www.antaranews.com/print/326471/indonesia-dan-harapan-penyelesaian-
kasus-rohingya
https://news.okezone.com/read/2017/08/31/18/1766923/membanggakan-dunia-
internasional-apresiasi-langkah-indonesia-terkait-krisis-rohingya
http://www.dw.com/id/indonesia-turun-tangan-bantu-rohingya/a-40351496
11
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan
maghfirah Allah SWT.
Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan
kelemahan dari segala sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami
menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian, yang tentunya bisa
menyempurnakan penyusunan Makalah ini.
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang
telah ikut serta membantu penyusunan Makalah ini. Terlebih ucapan terima kasih
itu kami sampaikan kepada dosen pembimbing.
Akhirnya, dapatlah kami menadahkan tangan kehadirat Allah SWT. seraya
berdoa dan bermunajat, semoga Makalah ini dapat bermanfaat, khususnya pada
bidang pelajaran.
Penyusun
12
DAFTAR ISI
13
MAKALAH
KONFLIK ROHINGNYA
ii
14
Kelas : XII - B
15