Metode Hanlon Dan Fish Bone PDF
Metode Hanlon Dan Fish Bone PDF
“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar
Penyebab Masalah Fish Bone”
disusun oleh :
Kelompok 2
D – 2013 / Kamis 9.30-12.00
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar
Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic
Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini memiliki tiga
tujuan utama:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
2
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari
satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang
berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –
penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi
bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama.
Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan
pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut
dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang
juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat
dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan
untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan
konsensus kelompok.
3
b. Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
c. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk
masing-masing individu.
4
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan
yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi
yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara
langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang
tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
5
ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak
diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target
populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk
mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah
untuk diatasi?
6
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode
Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang
bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut:
7
b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu
vertikal dan horisontal.
c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang
lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila
masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang
penting.
d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak
total (+) horisontal.
e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total
(-) vertikal.
f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak
(-) vertikal.
g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.
h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi
adalah urutan prioritas masalah.
8
Kriteria yang dipakai :
Mendesak (urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat di tunda atau harus
segera ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya artinya
semakin mendesak masalah itu untuk ditanggulangi.
Kegawatan ( seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, berapa orang dan lain- lain
9
Perkembangan ( Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat daru suatu permasalahan.
Semakin berkembang masalah maka masalah tersebut semakin di
prioritaskan.
Prioritas masalah
10
“CONTOH KASUS METODE HANLON”
Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil
kegiatan, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas masalah.
Masalah Pencapaian Target
Cakupan imunisasi dasar lengkap 53,8% 90%
Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100%
Cakupan D/S balita di posyandu 71,4% 80%
Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 61,25% 100%
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,64 90%
Cakupan penemuan dan oenanganan pneumonia 24,74 100%
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian
hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.
11
Masalah Pencapaian Target Besarnya Nilai
masalah
(Target-
pencapaian)
Cakupan imunisasi dasar 53,8% 90% 36,2% 4
lengkap
Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100% 17,61% 3
Cakupan D/S balita di 71,4% 80% 8,6% 2
posyandu
Cakupan penduduk yang 61,25% 100% 38,75% 5
memiliki BPJS
Cakupan persalinan oleh 88,64 90% 1,36% 1
tenaga kesehatan
Cakupan penemuan dan 24,74 100% 75,26% 6
oenanganan pneumonia
13
Cakupan penduduk yang 2
memiliki BPJS
Cakupan persalinan oleh 1
tenaga kesehatan
Cakupan penemuan dan 2
penanganan pneumonia
14
5) Penilaian Prioritas Masalah
Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D
15
BAHASAN 2
“Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah – Diagram Fish Bone”
16
Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan dalam gambar berikut:
18
sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari
penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk
menentukan penyebab yang dominan.
4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi
akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.
5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat
dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.
6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.
Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang
telah dibuat.
7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan
menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.
Secara umum manfaat lain dari proses pembuatan diagram tulang ikan adalah
antara lain:
Merupakan latihan dalam menggunakan logika bagaimana mencari
faktor-faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat.
Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam diskusi kelompok secara
sistematis
Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang
menimbulkan suatu akibat
Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
Membuat issue secara lengkap dan rapi.
Menghasilkan pemikiran baru.
(Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)
19
4. Langkah-langkah pembuatan Diagram Fishbone
Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan
terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci
dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian,
dan kesenjangan yang ada (Gasversz (1997: 112)). Terdapat 6 langkah yang
harus dilakukan dalam melakukan analisis dengan diagram tulang ikan yaitu:
21
2) Method (metode atau proses)
3) Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)
4) Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power
(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya)
5) Measurement (pengukuran atau inspeksi)
6) Milieu / Mother Nature (lingkungan)
22
tentukan dibawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil
keluar dari garis diagonal. Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?”
sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal tadi. Satu
sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan
beberapa kategori.
V. Mengkaji kembali
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang
mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar
penyebabnya. Setelah itu tempatkan akar penyebab masalah tersebut pada
cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk seperti
tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan
mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal
hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.
23
Sedangkan kekurangan Fishbone diagrams adalah opinion based on tool
dan didesain membatasi kemampuan tim/pengguna secara visual dalam
menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam,
kecuali bila kertas yang digunakan benar-benar besar untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih
penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
24
6. Contoh Kasus Penggunaan Diagram Fishbone
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan Antenatal Care
(ANC). Salah satu indikator tingkat perlindungan ibu hamil adalah K4. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
Kabupaten Banyuwangi memiliki pencapaian cakupan K4 pada tahun 2013 yaitu 82.39%, di bawah standart nasional
yang ditetapkan yaitu 93%
PENYELESAIAN:
Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu
pernyataan masalah (problem statement).
Dalam kasus diatas problem statement yang akan diungkap adalah rendahnya pencapaian cakupan K4 di
Banyuwangi. Problem statement diletakkan di bagian kepala ikan dalam diagram fishbone
26
D. Metode
Kerjasama bidan dukun belum terbentuk: bidan tidak melakukan pendekatan, keterampilan
pendekatan
Pencatatan pelaporan tidak lengkap: kurang pembinaan, kurang koordinasi
Kaplan, R.S. dan D.P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy
into Action. Harvard Business Press.
Mutiara, Erna dan Kuswadi. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk
Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. PT Elex Media Komputindo: Jakarta