Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH

ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN

“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar
Penyebab Masalah Fish Bone”

disusun oleh :
Kelompok 2
D – 2013 / Kamis 9.30-12.00

Indira Krisma R. 25010113140251


Falentine Lidya T. 25010113140252
Rini Oktaviani H. 25010113140253
Astrid Ayu 25010113130254
Dhia Ghoniyyah 25010113130255
Dina Happy Yusinta 25010113130256
Merry Putri R. Sirait 25010113140257
Rifha Asti Hardinawanti 25010113140259
Syifa Awalia Rahma 25010113140260
Kristian Yudhianto 25010113140312
Armen Zufri 25010115183023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAHASAN 1
“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon”

Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan


berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki
kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.

Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar
Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic
Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini memiliki tiga
tujuan utama:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.

Formula Dasar Penilaian Prioritas


A. Metode Hanlon (Kuantitatif)
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten
menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen
dalam sistem ini.

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah


Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang
kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara
langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi,
atau tingkat kematian dan angka.

2
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari
satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang
berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –
penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi
bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama.
Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan
pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut
dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang
juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat
dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan
untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan
konsensus kelompok.

Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah


Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan
menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari
faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus
berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya
suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk
dipersamakan di tempat yang lain.

Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus


dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan
menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya
dengan ukuran/besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah:


a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat
kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat;
akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.

3
b. Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
c. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk
masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh,


bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau
kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan
apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam
setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan
membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa
perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk
mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala
seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling

Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk


menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5
dan gonorea akan menjadi 0.

Komponen C - Efektivitas dari Intervensi


Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah
ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka
dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang
paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-
penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan
sebuah intervensi selama ini

4
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan
yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi
yang diharapkan dapat tercapai.

Contoh: Berhenti Merokok


Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1

Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan


jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang
realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang
diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara
langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang
tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.

P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup


keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan
menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara

5
ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak
diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target
populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk
mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah
untuk diatasi?

Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk


setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika
jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua
angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena
bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan
merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak",
maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus ,
maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR,
terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun
demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk
melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL
secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya
tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap
untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi,
sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.

Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang


merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka
penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Prioritas Dasar/ NPD = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/ NPT = [(A + B) C / 3] x D

6
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode
Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang
bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut:

Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena


dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar
subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada
komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh
lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu
pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai
dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data
statistik dan akurat.

B. Metode Hanlon (Kualitatif)


Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk
masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun
bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas
program, kerja sama lintas sektor dan motivasi staf.

Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya


masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkah-
langkah metode ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat matriks masalah

7
b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu
vertikal dan horisontal.
c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang
lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila
masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang
penting.
d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak
total (+) horisontal.
e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total
(-) vertikal.
f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak
(-) vertikal.
g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.
h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi
adalah urutan prioritas masalah.

8
Kriteria yang dipakai :
 Mendesak (urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat di tunda atau harus
segera ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya artinya
semakin mendesak masalah itu untuk ditanggulangi.

 Kegawatan ( seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, berapa orang dan lain- lain

9
 Perkembangan ( Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat daru suatu permasalahan.
Semakin berkembang masalah maka masalah tersebut semakin di
prioritaskan.

 Prioritas masalah

10
“CONTOH KASUS METODE HANLON”
Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil
kegiatan, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas masalah.
Masalah Pencapaian Target
Cakupan imunisasi dasar lengkap 53,8% 90%
Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100%
Cakupan D/S balita di posyandu 71,4% 80%
Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 61,25% 100%
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,64 90%
Cakupan penemuan dan oenanganan pneumonia 24,74 100%

Misal masalah yang ditemukan sbb :

Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon


Kuantitatif.

Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb ::


Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan
Kriteria D: Faktor PEARL

1) Kriteria A: Besarnya Masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian
hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

11
Masalah Pencapaian Target Besarnya Nilai
masalah
(Target-
pencapaian)
Cakupan imunisasi dasar 53,8% 90% 36,2% 4
lengkap
Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100% 17,61% 3
Cakupan D/S balita di 71,4% 80% 8,6% 2
posyandu
Cakupan penduduk yang 61,25% 100% 38,75% 5
memiliki BPJS
Cakupan persalinan oleh 88,64 90% 1,36% 1
tenaga kesehatan
Cakupan penemuan dan 24,74 100% 75,26% 6
oenanganan pneumonia

2) Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi,
dan tingkat penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan
score 1 – 5.

Keganasan dinilai sbb :


Sangat ganas : 5
Ganas :4
Cukup ganas : 3
Kurang ganas : 2
Tidak ganas :1

Tingkat urgensi dinilai sbb :


Sangat mendesak :5
Mendesak :4
12
Cukup mendesak :3
Kurang mendesak :2
Tidak mendesak :1

Masalah Keganasan Tingkat urgensi Nilai


Cakupan imunisasi dasar lengkap 4 5 9
Cakupan kunjungan bumil K4 3 2 5
Cakupan D/S balita di posyandu 2 4 6
Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 1 3 4
Cakupan persalinan oleh tenaga 4 4 8
kesehatan
Cakupan penemuan dan penanganan 5 5 10
pneumonia

3) Kriteria C: Kemudahan dalam Penganggulangan


Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem
scoring dengan nilai 1 – 5 dimana:
Sangat mudah : 5
Mudah :4
Cukup mudah : 3
Sulit :2
Sangat sulit :1

Tabel.14 Kriteria C ( kemudahan dalam penganggulangan)


Masalah Nilai
Cakupan imunisasi dasar 2
lengkap
Cakupan kunjungan bumil K4 5
Cakupan D/S balita di 2
posyandu

13
Cakupan penduduk yang 2
memiliki BPJS
Cakupan persalinan oleh 1
tenaga kesehatan
Cakupan penemuan dan 2
penanganan pneumonia

4) Kriteria D: PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan
dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, factor-faktor tersebut adalah:
Kesesuaian (Propriety)
Secara Ekonomis murah (Economic)
Dapat diterima (Acceptability)
Tersedianya sumber ( Resources availability)
Legalitas terjamin (Legality)

Tabel.15 Kriteria D. PEARL FAKTOR


Masalah P E A R L Hasil kali
Cakupan imunisasi dasar 1 1 1 1 1 1
lengkap
Cakupan kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 1
Cakupan D/S balita di posyandu 1 1 1 1 1 1
Cakupan penduduk yang 1 1 1 1 1 1
memiliki BPJS
Cakupan persalinan oleh tenaga 1 1 1 1 1 1
kesehatan
Cakupan penemuan dan 1 1 1 1 1 1
penanganan pneumonia

14
5) Penilaian Prioritas Masalah
Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D

Tabel.16 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif


No A B C D NPD NPT Urutan
Prioritas
Cakupan imunisasi dasar lengkap 4 9 2 1 26 26 IV
Cakupan kunjungan bumil K4 3 5 5 1 40 40 I
Cakupan D/S balita di posyandu 2 6 2 1 16 16 V
Cakupan penduduk yang memiliki 5 4 2 1 27 27 III
BPJS
Cakupan persalinan oleh tenaga 1 8 1 1 9 9 VI
kesehatan
Cakupan penemuan dan 6 10 2 1 32 32 II
penanganan pneumonia

Urutan Prioritas Masalah :


1. Cakupan kunjungan bumil K4
2. Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia
3. Cakupan penduduk yang memiliki BPJS
4. Cakupan imunisasi dasar lengkap
5. Cakupan D/S balita di posyandu
6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

15
BAHASAN 2
“Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah – Diagram Fish Bone”

1. Pengertian Diagram Fishbone


Diagram ini disebut diagram tulang ikan karena bentuknya seperti
kerangka ikan (tulang-tulang ikan). Diagram ini sering juga disebut Diagram
Ishikawa, sesuai dengan penemunya, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1943 (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004).
Diagram ini pertama kali digunakan oleh Prof. Kaoru Ishikawa untuk
manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki, yang selanjutnya diakui
sebagai salah satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern.

Diagram Ishikawa adalah alat yang membantu untuk mengidentifikasi


penyebab masalah. Diagram Ishikawa memiliki gambaran menyeluruh dari
penyebab yang menimbulkan masalah dengan representasi terstruktur
semua penyebab yang menghasilkan efek. Ada hubungan antara semua
penyebab dan seseorang dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah.

Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone


adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram
atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab
permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Scarvada (2004)
menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab
dan akibat (cause and effect diagram). Diagram Fishbone diagram berbasis
teknik diagram yang menggabungkan Brainstorming dengan jenis Mind Map,
mendorong untuk mempertimbangkan semua kemungkinan penyebab
masalah, bukan hanya masalah yang paling jelas.

16
Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan dalam gambar berikut:

(Eddy Herjanto, 2007)

2. Tujuan Diagram Fishbone


Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah diagram sebab-
akibat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah kinerja.
Diagram tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar
potensi penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan
adalah untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan antara akibat
dan semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini.
17
Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (sebagai
akibat dari sebab-sebab). Dengan diketahui hubungan antara sebab dan
akibat suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah
ditentukan. (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)

Fishbone Diagrams adalah alat analisis yang menyediakan cara


sistematis melihat efek dan penyebab yang membuat atau berkontribusi
terhadap efek tersebut. Karena fungsi diagram Fishbone, dapat disebut
sebagai diagram sebab-akibat (Watson, 2004). Fungsi dasar diagram tulang
ikan adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab
yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan
akar penyebabnya.

3. Manfaat Diagram Fishbone


Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan
baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan
atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah.

Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:


1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.
Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis
permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan
permasalahan pada masalah prioritas.
2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan
tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan
utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan
utama.
3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan
menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan
sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai

18
sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari
penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk
menentukan penyebab yang dominan.
4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi
akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.
5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat
dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.
6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.
Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang
telah dibuat.
7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan
menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Secara umum manfaat lain dari proses pembuatan diagram tulang ikan adalah
antara lain:
 Merupakan latihan dalam menggunakan logika bagaimana mencari
faktor-faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat.
 Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam diskusi kelompok secara
sistematis
 Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang
menimbulkan suatu akibat
 Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.
 Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
 Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
 Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
 Membuat issue secara lengkap dan rapi.
 Menghasilkan pemikiran baru.
(Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)

19
4. Langkah-langkah pembuatan Diagram Fishbone
Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan
terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci
dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian,
dan kesenjangan yang ada (Gasversz (1997: 112)). Terdapat 6 langkah yang
harus dilakukan dalam melakukan analisis dengan diagram tulang ikan yaitu:

I. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa


masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem
statement).
Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi
yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012). Pada
langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah pernyataan
masalah (problem statement). Pernyataan masalah tersebut kemudian
diinterpretasilan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti
“kepala ikan”. Selanjutnya menuliskan problem statement disebelah kanan
diagram dan menggambar sebuah kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan
masalah tersebut dan membuat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak.

Gambar kesepakatan permasalahan utama

II. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin


Identifikasi ini dilakukan dengan metode brainstorming. Menurut Scarvada
(2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok
yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan),
20
manpower (sumber daya manusia), methods (metode), mother
nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan
Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu
manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode), materials
(bahan baku), media, motivation (motivasi), dan money (keuangan). Kelompok
penyebab masalah ini ditempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan. Pada
tahap kedua ini, dilanjutkan dengan pengisian penyebab masalah yang disepakati
seperti pada gambar berikut:

Gambar identifikasi penyebab masalah

III. Identifikasi kategori penyebab


Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang
menjadi cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang
ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause, secara visual dalam fishbone
seperti tulang ikan. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab
sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini
antara lain:
a. Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
1) Machine (mesin atau teknologi)

21
2) Method (metode atau proses)
3) Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)
4) Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power
(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya)
5) Measurement (pengukuran atau inspeksi)
6) Milieu / Mother Nature (lingkungan)

b. Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:


1) Product (produk/jasa)
2) Price (harga)
3) Place (tempat)
4) Promotion (promosi atau hiburan)
5) People (orang)
6) Process (proses)
7) Physical Evidence (bukti fisik)
8) Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas)

c. Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:


1) Surroundings (lingkungan)
2) Suppliers (pemasok)
3) Systems (sistem)
4) Skills (keterampilan)
5) Safety (keselamatan)
Kategori di atas hanya sebagai saran, bisa digunakan kategori lain yang
dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar
4 sampai dengan 6 kategori.

IV. Menemukan sebab potensial


Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui
sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama
dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu

22
tentukan dibawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil
keluar dari garis diagonal. Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?”
sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal tadi. Satu
sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan
beberapa kategori.

V. Mengkaji kembali
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang
mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar
penyebabnya. Setelah itu tempatkan akar penyebab masalah tersebut pada
cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk seperti
tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan
mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal
hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.

VI. Mencapai kesepakatan


Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul
secara berulang, didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang
penyebab itu, sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang
paling penting dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian
pada penyebab yang terpilih melalui konsensus tersebut untuk hasil yang lebih
optimal. Penerapan hasil analisis dengan menggunakan diagram tersebut
adalah dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan
korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif
yang dilakukan itu efektif dengan hilangnya penyebab masalah yang dihadapi.

5. Kelebihan dan Kekurangan Diagram Fishbone


Kelebihan Fishbone diagrams adalah dapat menjabarkan setiap
masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat
menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut.

23
Sedangkan kekurangan Fishbone diagrams adalah opinion based on tool
dan didesain membatasi kemampuan tim/pengguna secara visual dalam
menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam,
kecuali bila kertas yang digunakan benar-benar besar untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih
penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

24
6. Contoh Kasus Penggunaan Diagram Fishbone
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan Antenatal Care
(ANC). Salah satu indikator tingkat perlindungan ibu hamil adalah K4. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
Kabupaten Banyuwangi memiliki pencapaian cakupan K4 pada tahun 2013 yaitu 82.39%, di bawah standart nasional
yang ditetapkan yaitu 93%

PENYELESAIAN:
 Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu
pernyataan masalah (problem statement).
Dalam kasus diatas problem statement yang akan diungkap adalah rendahnya pencapaian cakupan K4 di
Banyuwangi. Problem statement diletakkan di bagian kepala ikan dalam diagram fishbone

 Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin


Menemukan sebanyak mungkin penyebab-penyebab yang memungkinkan problem statement terjadi.
- Kepala Puskesmas
- Ibu Hamil
- Dukun
- Alat peraga penyuluhan kurang
- Kerjasama bidan dukun belum terbentuk
- Pencatatan pelaporan tidak lengkap
- Akses
- Budaya
- Puskesmas kurang berfungsi
-
 Identifikasi kategori penyebab
- Man
- Method
- Mesin
- Lingkungan

 Menemukan sebab potensial


A. Man
 Kepala Puskesmas: motivasi kerja rendah, kurang keterampilan
 Ibu Hamil: sangat percaya dukun, masih tradisional, ka puskesmas kurang memahami masalah
 Dukun: banyak menolong persalinan, penyuluhan oleh puskesmas kurang.
B. Machine/alat
 Alat peraga penyuluhan kurang: inventaris tidak diperiksa, alat tidak pernah digunakan, petugas
belum mendapat pelatihan
C. Lingkungan
 Akses: Desa jauh, jalan buruk,
 Budaya: masyarakat masih kolot
 Puskesmas kurang berfungsi: penyuluhan kurang berhasil, partisipasi masyarakat kurang

26
D. Metode
 Kerjasama bidan dukun belum terbentuk: bidan tidak melakukan pendekatan, keterampilan
pendekatan
 Pencatatan pelaporan tidak lengkap: kurang pembinaan, kurang koordinasi

Diagram Fishbone dari contoh kasus


27
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gaspersz, V. dan A. Fontana. 2011. Integrated Management Problem Solving


Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Penerbit Vinchristo Publication.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Gramedia Widiasarana


Indonesia: Jakarta

Intiasari, Arih Diyaning. 2011. Menetapkan Prioritas Masalah. (Online)


http://www.budidarma.com/2011/06/menetapkan-prioritas-masalah.html

Kaplan, R.S. dan D.P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy
into Action. Harvard Business Press.

Mutiara, Erna dan Kuswadi. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk
Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. PT Elex Media Komputindo: Jakarta

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M.


Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and
Research Literature. Second World Conference on POM and 15th Annual
POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.

Siti Thomas Zulaikhah, pemecahan masalah kesehatan. Bagian Kesehatan


Masyarakat
http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009/01/4-faktor-penting-dalam-
penetapan.html

Anda mungkin juga menyukai