Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN SEMINAR

PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL


HETP
(Height Equivalent of Theoritical Plate)
(D-2)

Disusun Oleh

1. Darul Fahmi A (121160105)


2. Shafira Rahma Firdausy (121160106)
3. Rossy Fakhria Santika (121160107)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP
(Height Equivalent of A Theoritical Plate)
(D-2)

Disusun Oleh :

1. Darul Fahmi A (121160105)


2. Shafira Rahma Firdausy (121160106)
3. Rossy Fakhria Santika (121160107)

Yogyakarta, 4 Juni 2018


Disetujui oleh
Asisten Pembimbing

(Anita Dewi ,S.T.)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan seminar Praktikum
pemisahan diffusional ini disusun guna memenuhi kurikulum pendidikan pada
Jurusan Teknik Kimia, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Pokok bahasan laporan ini adalah Height Equivalent of Theoritical Plate
(HETP) yang merupakan salah satu dari dua belas acara Praktikum Dasar
Teknik Kimia.
Pada kesempatan ini tepat kiranya bagi penyusun untuk mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ir. Danang Jaya, M.T. selaku Kepala Laboratorium Dasar Teknik
Kimia
2. Anita Dewi S.T. selaku asisten pembimbing
3. Seluruh staff laboratorium dasar teknik kimia
4. Rekan-rekan sesama praktikan atas bantuan yang diberikan
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………... ........ i


Lembar pengesahan……………………………………………........... ii
Kata pengantar……………………………………………………....... iii
Daftar isi…………………………………………………………........ iv
Daftar gambar……………………………………………………........ v
Daftar lambang………………………………………………….......... vi
Intisari……………………………………………………………........ vii

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang……………………………………………….. 1
I.2. Tujuan Percobaan…………………………………………...... 1
I.3. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 1
I.4. Hipotesis…………………………………………………….... 7

BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN


II.1. Alat……………………………………………………………8
II.2. Bahan…………………………………………………………. 8
II.3. Gambar Rangkaian Alat HETP………………………………. 8
II.4. Cara Kerja…………………………………………………… 9
II.5. Diagram Alir HETP …..…………………………………....... 10
II.6. Analisis Perhitungan…………………………………………. 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….... 12

BAB IV PENUTUP…..………………………………………............. 16
IV.1. Kesimpulan………………………………………………….. 16
IV.2. Kritik dan Saran……………………………………………... 16
Daftar Pustaka ……………………………………………………… ...17
Lampiran ……………………………………………………………….18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rangkaian Alat HETP..……………………………….. 10


Gambar 2. Grafik fraksi mol vs indeks bias………………………. 15
Gambar 3. Jumlah plate teoritis pada umpan 1……………………. 16
Gambar 4. Jumlah plate teoritis pada umpan 2…………………… 16
Gambar 5. Jumlah plate teoritis pada umpan 3…………………... 17

v
DAFTAR LAMBANG

αab = volatilitas relative


αd = hasil atas
αw = hasil bawah
L = jumlah refluks
m = nomor plate pada seksi striping
n = nomor plate pada seksi retrifikasi
Pa = tekanan persial komponen A
Pa° = tekanan uap komponen A (Alkohol) (mmHg)
Pb = tekanan parsial komponen B (mmHg)
Pb° = tekanan uap komponen B (Aquades) (mmHg)
R = rasio refluks
Td = suhu distilat (℃)

X = mol fraksi cairan


Xd = fraksi mol distilat
Xb = fraksi mol residu
Y = mol fraksi uap

vi
INTISARI

HETP (Height Equivalent of Theoritical Plate) digunakan untuk pemisahan bahan cair-
cair. Konsep HETP adalah menghitung tinggi kolom bahan isian dengan terlebih dahulu
menentukan jumlah plate teoritisnya. Percobaan HETP dimaksudkan untuk menentukan
perbandingan tinggi kolom bahan isian yang ekuivalent dengan satu plate teoritisnya. Dalam
percobaan ini bahan yang digunakan sebagai umpan adalah alkohol dan aquades sedangkan
alat yang digunakan adalah kolom bahan isian dilengkapi dengan labu leher tiga panas dan
pendingin.
Campuran alkohol-aquadest dipanaskan didalam labu leher tiga. Setelah suhu konstan
destilat dan residu diambil untuk diamati indeks biasnya. Berdasarkan indeks bias dari grafik
indeks bias vs fraksi mol maka mol fraksi destilat dan residu dapat diketahui. Dimana mol
fraksi destilat (Xd) dan mol fraksi residu (Xw) tersebut digunakan untuk menghitung jumlah
plate sehingga diperoleh HETP.
Percobaan yang dilakukan menghasilkan HETP (cm/plate) pada metode Mc Cabe Thile
dengan perbandingan umpan alkohol dengan aquadest sebanyak 80 ml dan 50 ml sebesar
260,8695 cm/plate, sebanyak 50 ml dan 80 ml sebesar 45,1127 cm/plate, sebanyak 80 ml dan
80 ml sebesar 15 cm/plate. Pada Metode Franske Underwood didapatkan hasil dengan
perbandingan umpan alkohol dengan aquades sebanyak 80 ml dan 50 ml sebesar 296,8827
cm/plate, sebanyak 50 ml dan 80 ml sebesar 42 cm/plate, sebanyak 80 ml dan 80 ml sebesar
17,5346 cm/plate.

Kata kunci : alkohol, aquadest, destilat, HETP(Height Equivlent of Theoretical Plate), residu

vii
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Dalam bidang industri sering dibutuhkan bahan bakar yang relatif murni terhadap
bahan bakar lainnya. Baik dalam proses industri maupun hasil industri. Cara pemisahan
yang digunakan untuk memisahkan suatu bahan dari campurannya dengan bahan lain
antara lain: filtrasi, ekstraksi, kristalisasi, distilasi dan sebagainya.
Untuk bahan-bahan yang terdiri dari cairan-cairan metode distilasi lebih sering
digunakan yaitu dengan menggunakan menara distilasi. Baik yang menggunakan jenis
menara dengan bahan isian atau menara plate.
Konsep HETP pada dasarnya menggunakan prinsip distilasi. Prinsip ini dipakai
untuk mencari tinggi kolom bahan isian yang ekivalen dengan satu plate teoritis. HETP
juga digunakan untuk membandingkan suatu efisiensi menara isian, kecepatan, dan, sifat
fluida. Keadaan operasi pada umumnya oleh variasi keadaan disperse cairan dipermukaan
bahan isian.

I.2 Tujuan percobaan


Percobaan ini dilakukan untuk menentukan perbandingan tinggi bahan isian yang
ekivalen terhadap satu plate teoritis pada distilasi alkohol-aquades dalam sistem basah.

I.3. Tinjauan pustaka


Untuk mengetahui tinggi bahan isian yang harus digunakan untuk menghasilkan
produk dengan komposisi sama dengan satu plate teoritis pada menara bertingkat
digunakan istilah HETP (Hight Equivalent of Theoritical Plate). HETP adalah tinggi
bahan isian yang akan memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan
komposisi yang diberikan oleh satu plate teoritis. Variabel yang mempengaruhi HETP
antara lain : tipe dan ukuran bahan isian, kecepatan aliran masing-masing fluida,
konsentrasi fluida, diameter menara, sifat fisis bahan difraksinasi. (Treybal,1981)

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 1
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

HETP dalam penggunaannya sering digunakan dalam perhitungan menara


distilasi dengan bahan isian. Distilasi adalah suatu cara pemisahan komponen- komponen
dari suatu larutan tergantung dari distribusi bahan-bahan antara fase cair dan fase gas
dalam keadaan setimbang.

A. Berdasarkan konstruksi, menara distilasi digolongkan :


1. Menggunakan plate dengan bubble cup atau perforated. Bila umpan dari komponen-
komponen yang berbeda jauh titik didihnya yang menguap terlebih dahulu adalah yang
titik didihnya rendah. Sedangkan umpan dengan beda titik didih yang dekat maka hasil
atas masih tercampur (belum murni). Untuk mendapatkan alkohol murni, hasil atas
sebagian distilasi kembali berulang-ulang sampai didapatkan alkohol murni. Untuk
mengurangi distilasi yang berulang maka dipakai plate. Disini terjadi kontak antara cairan
keatas dengan aliran kebawah. Makin banyak zat yang di distilasi melewati plate maka
hasilnya makin murni.
2. Menggunakan packing dengan menara bahan isian seperti yang dipakai dalam percobaan
HETP. Menara bahan isian terdiri atas sebuah silinder vertikal yang didalamnya terdapat
bahan isian tertentu. Bahan isian merupakan media untuk memperluas bidang kontak
antara fase uap dan cair sehingga transfer massa dan panas berjalan baik. Cairan mengalir
melewati permukaan bahan isian dalam bentuk lapisan film tipis sehingga luas
bidangkontak antara fase uap dan cair makin besar. Cairan masuk dari bagian
atasmenara,sedangkan gas masuk dari bagian bawah menara (Brown,1950).

B. Jenis bahan isian antara lain :


1. Bahan isian yang tersusun secara teratur (regular packing ), diantaranya double spiral
ring, wood grid.
2. Bahan isian yang tersusun secara acak (random packing ), diantaranya rashing ring, ring
packing.
3. Pseudo plate column, kontak fase terjadi pada plate seperti misalnya hitted trays, triple
trays.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 2
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

C. Sifat-sifat bahan yang harus dimiliki bahan isian adalah :


1. Perbandingan luas permukaan bidang basah (bidang kontak) bahan isian per satuan
volume bahan isian cukup besar.
2. Susunan bahan isian dalam kolom cukup memberikan rongga kosong, sehingga
memudahkan aliran fluida, sedangkan penurunan tekanan aliran tidak terlalu besar.
3. Permukaan bahan isian mudah menjadi basah.
4. Bulk density cukup rendah
5. Tahan terhadap suhu dan perubahannya, dan tidak mudah berkarat.
6. Cukup kuat, tidak mudah pecah.

Didalam distilasi ada beberapa cara untuk menentukan jumlah plate teoritis
sebagai plate minimum, yaitu dengan cara :
 Metode Mc Cabe Thile
Rumus:
∝𝑎𝑏 × 𝑋𝑎
Ya = 1+(∝𝑎𝑏−1)𝑋𝑎

Dimana, Ya : Fraksi mol uap


Xa : Fraksi mol cair
∝ : Relatif volatilitas
Rumus didapat dari:
𝑌𝑎
𝑋𝑎
∝ ab = 𝑌𝑏
𝑋𝑏

𝑌𝑎 𝑌𝑏
= ∝ 𝑎𝑏 [𝑋𝑏]
𝑋𝑎

𝑌𝑏
𝑌𝑎 = ∝ 𝑎𝑏 [𝑋𝑏] 𝑋𝑎

∝𝑎𝑏 (1−𝑌𝑎)
𝑌𝑎 = 𝑋𝑎
1−𝑋𝑎

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 3
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

Syarat-syarat metode Mc Cabe Thile :


1. Apabila sistem campuran yang disuling menghasilkan diagram komposisi
uap jenuh dan cair jenuh adalah lurus dan sejajar atau garis operasi mendekati garis
lurus atau sejajar. Syarat ini jarang dijumpai bila besaran-besarannya dalam satuan
massa atau jika komposisi dalam satuan fraksi massa dan enthalpi dalam Btu/Lbm,
tetapi lebih mendekati bila satuan dalam mol.
𝐿𝑛
2. Jika persyaratan (a) dapat dipenuhi, maka pada seksi rektifikasi dan
𝑉𝑛+1
𝐿𝑚
pada seksi striping bernilai tetap. Keadaan semacam ini dikenal sebagai
𝑉𝑚+1

“Constant molal ever flow and vaporation”.


3. Tekanan di seluruh menara dianggap tetap.
4. Panas pencampuran ( ∆Hs ) dapat diabaikan.
5. Panas laten penguapan ( λ ) rata - rata tetap.

Bila ditinjau dari seksi enriching / rektifikasi :


Neraca bahan : Vn+1= Ln + D
Neraca komponen : Vn+1 × Yn + 1 = Ln Xn + D Xd

𝐿𝑛 𝐷
Yn + 1 = 𝑋𝑛+1 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑
𝑉𝑛+1

Lo = L1 = Ln
V1 = V2 = Vn + 1

𝐿 𝐷
𝑌𝑛 + 1 = 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑……………………………………………………..(1)
𝑉 𝑉

V1 = Lo + D
V=L+D

𝐿 𝐷
Yn + 1 = 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑…………………………………………………..(2)
𝐿+𝐷 𝐿+𝐷

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 4
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

𝐿
𝐷 𝑋𝑑
Yn + 1 = 𝐿 𝑋𝑛 + 𝐿
+1 +1
𝐷 𝐷

𝑅 𝑋𝑑
Yn + 1 = 𝑋𝑛 + …………………………………………………......(3)
𝑅+1 𝑅+1

Persamaan (1), (2), dan (3) disebut persamaan garis operasi, dengan GOA:
𝐿 𝐿 𝑅
Slope = 𝑉 = =
𝐿+𝐷 𝑅+1

𝑋𝑑 𝑋𝑑 𝑋𝑑
Intercept = 𝐷 =𝐷 =
𝑉 𝐿+𝐷 𝑅+1

Bisa dilihat dari reaksi stripping :

Lm = Vm+1 + B

Vm + 1 × Ym + 1 = Lm × Xm – B × Xb

𝐿 𝐵
Y = 𝑉 Xm − 𝑉 Xb

Persamaan (4) disebut persamaan garis operasi bawah (GOB) dengan,

𝐿
Slope = 𝑉

𝐵 𝑋𝑏
Intercept = − 𝑉

Pada refluks total dimana seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor
dikembalikan kedalam kolom sebagai refluks maka tidak ada hasil distilat (D = 0) dan
perbandingan refluks ( Lo/D ) adalah tak terhingga.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 5
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

 Metode Fenske Underwood


𝑃°𝑎
∝𝑑= , pada suhu puncak (td)
𝑃°𝑏
𝑃°𝑎
∝𝑤= , pada suhu bawah (tw)
𝑃°𝑏

Dimana, Paº = tekanan uap murni komponen a


Pbº = tekann uap murni komponen b

Untuk campuran ideal, metode ini didasarkan atas volatilitas relatif αab antar
komponen, dengan terlebih dahulu menetapkan αd dan αw.

𝑌𝑎 (1−𝑋𝑎)
∝ 𝑎𝑏 =
𝑋𝑎 (1−𝑌𝑎)

Campuran ideal mematuhi hukum Roult dan volatilitas relatifnya ialah tekanan uap
komponennya.

Pa = Paº Xa

Pb = Pbº Xb

Paº Pbº
Ya = ; Yb =
Pt 𝑃𝑡

𝑌𝑎 𝑃𝑎 (Paº ×Xa)⁄
𝑋𝑎 𝑋𝑎 𝑋𝑎
∝ 𝑎𝑏 = 𝑌𝑏 = 𝑃𝑏 = (Pbº×Xb)⁄
𝑋𝑏 𝑋𝑏 𝑋𝑏

𝑃𝑎⁰
∝ 𝑎𝑏 = 𝑃𝑏⁰

𝑌𝑎 𝑋𝑎
Untuk system biner dan 𝑋𝑏
𝑌𝑏

𝑌𝑎 𝑋𝑎
∝ 𝑎𝑏 = (1−𝑌𝑎) = (1−𝑋𝑎)

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 6
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

Untuk plate n+1

𝑌𝑛+1 𝑋𝑛+1
= ∝ 𝑎𝑏
1−𝑌𝑛+1 1−𝑋𝑛+1

Untuk sampai ke sesi bawah yang keluar dari kadar yang diperlukan Nmin plate
ditambah satu reboiler
𝑋𝑑 𝑋𝑏
= (∝ 𝑎𝑏) 𝑁𝑚𝑖𝑛 + 1
1−𝑋𝑎 1−𝑋𝑏

Untuk mendapatkan Nmin dengan Logaritma :


𝑋𝑑 1−𝑋𝑏
log ( × )
1−𝑋𝑑 𝑋𝑏
𝑁𝑚𝑖𝑛 = -1
log ∝𝑎𝑏

Jika perubahan nilai ∝ 𝑎𝑏 dari dasar kolom tidak terlalu mencolok, maka untuk ∝ 𝑎𝑏
digunakan rata-rata
𝑃 0 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝𝑑= , pada suhu puncak (Td)
𝑃 0 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

𝑃 0 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝𝑤= , pada suhu bawah (Tw)
𝑃 0 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

 Metode Ponchon Savorit


(Dengan menggunakan diagram entalpi komposisi)
HETP penggunaannya sering untuk perhitungan menara distilasi dengan memakai
bahan isian. Dengan metode diatas, jumlah plate minimum dapat diketahui, amak harga
HETP:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛


𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

Manfaat dari HETP adalah untuk menghitung tinggi kolom bahan isian dengan terlebih
dahulu menentukan jumlah plate teoritis.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 7
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

I.4 Hipotesis

1. Semakin besar volume Alkohol maka nilai HETP semakin besar

2. Semakin besar volume Alkohol maka nilai Nmin semakin kecil

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 8
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.I. Alat

1. Piknometer
2. Corong
3. Gelas ukur
4. Pipet gondok
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Refraktometer
8. Neraca analitik

II.2. Bahan

1. Alkohol(Etanol)
2. Aquades

II.3. Rangkaian alat

Keterangan:

1. Pendingin balik
2. Erlenmeyer
3. Labu leher tiga
4a. Termometer
residu
4b. Termometer
distilat
5. Kompor listrik
6. Kolom bahan
isian
7. Kran
8. Statif

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 9
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

II.4. Cara Kerja

Membuat larutan standar campuran alkohol dan aquades untuk


membuat grafik standar antara fraksi mol vs indeks bias. Selanjutnya,
memeriksa rangkaian alat dan membuat larutan umpan yaitu campuran
alkohol dan aquades dengan perbandingan volume tertentu. Memasukkan
larutan umpan yang telah dibuat ke dalam labu leher tiga secara perlahan
agar tidak tumpah. Setelah semua siap, menyalakan pendingin balik dan
pemanas serta mengatur kran pada posisi refluks total (kran tertutup). Saat
proses berlangsung, mencatat suhu distilat dan residu saat terjadi tetesan
pertama pada pendingin balik. Selanjutnya, mengambil distilat dengan cara
memutar kran refluks lalu mengamati indeks biasnya dan setelah cukup,
kran refluks dibuka hingga diperoleh distilat. Pemanas dimatikan dan residu
diambil dengan penampung lain lalu amati dan catat pula indeks biasnya.
Setelah proses selesai, selanjutnya umpan diganti dengan perbandingan
alkohol dan aquades yang berbeda serta mengulangi percobaan.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 10
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

II.5. Diagram Alir

Menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan

Membuat larutan standar campuran alkohol dan aquades untuk membuat grafik
standar antara fraksi mol vs indeks bias

Memeriksa rangkaian alat

Membuat larutan umpan berupa campuran alkohol dan aquades dengan


perbandingan volume tertentu

Memasukkan larutan umpan ke dalam labu leher tiga

Menghidupkan pendingin balik dan pemanas lalu mengatur kran pada kondisi
fluks total

Mencatat suhu distilat dan residu saat terjadi tetesan pertama pada pendingin balik

Mengambil distilat dengan memutar kran refluks lalu mengamati indeks biasnya,
setelah cukup lalu mengembalikan kran ke posisi semula

Mematikan pemanas lalu mengambil residu dengan gelas beker dan mengamati
indeks biasnya

Mengganti larutan umpan dengan perbandingan alkohol aquades yang berbeda

Mengulangi percobaan dengan data umpan yang berbeda

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 11
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

II.6. Analisis Perhitungan

1. Mencari densitas alkohol


Menera piknometer sebagai berikut:
 Berat piknometer kosong : a gram
 Berat piknometer + aquades : b gram
 Berat aquades : (b-a) gram = c gram
Dari data 3-28, halaman 375 buku Perry’s Chemical Handbook
didapatkan harga densitas pada suhu tertentu
- Menentukan densitas alkohol
 Berat piknometer + alkohol : d gram
 Berat alkohol : (d-a) gram = e gram
Dengan menganggap volume piknometer sama dengan volume
alkohol pada suhu yang sama, maka didapatkan densitas alkohol
2. Mencari kadar alkohol sampel
Dengan mengetahui densitas alkohol pada suhu tertentu, maka dari
buku Perry’s Chemical Handbook tabel 3-11 halaman 3-84 didapatkan
kadar alkohol sebesar K%
3. Membuat grafik standar
Untuk membuat grafik standar antara fraksi mol dengan indeks bias
diperlukan beberapa campuran dengan berbagai perbandingan untuk
menghitung fraksi mol dengan data:
Kadar alkohol :K%
Alkohol : L ml
Aquades : M ml
Densitas alkohol : ρ gr/ml
Densitas aquades : ρ gr/ml
Maka,
ρ alkohol x L x K %
mol alkohol = 𝐵𝑀 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 12
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

(ρ aquades x M)+( ρ alkohol x L)(100%−K %)


mol aquades = 𝐵𝑀 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

𝑆
sehingga fraksi alkohol : x =𝑆+𝑅 Sehingga dari harga fraksi mol
alkohol dan indeks bias dapat dibuat grafik standar.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 13
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu Aquades = 27 ºC
Berat piknometer kosong = 16,82 gram
Berat piknometer + aquades = 42,38 gram
Berat aquades = 25,56 gram
Berat piknometer + alkohol = 37,36 gram
Berat alkohol = 20,54 gram
Densitas aquades = 0,996513 gram/ml
Volume piknometer = 25,6494 ml
Densitas alcohol = 0,800798 gram/ml
Kadar alkohol = 94,07766 %
Tinggi bahan isian = 60 cm
Tabel 1. Indeks bias dan fraksi mol larutan standar

Alkohol Aquades Fraksi alkohol Indeks bias


No
(ml) (ml) (mol) (n)

1 1 9 0,0319 1,3352

2 2 8 0,0688 1,3405

3 3 7 0,1117 1,3464

4 4 6 0,1624 1,3505

5 5 5 0,2231 1,3545

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 14
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

1.3545

1.3495
indeks bias

y = 0.1017x + 1.3334
1.3445 R² = 0.9994

1.3395
y data
1.3345 y hitung
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 Linear (y hitung)
fraksi mol

Gambar 2. Grafik hubungan antara fraksi mol dan indeks bias

Dari data hubungan indeks bias vs fraksi mol alkohol menunjukkan bahwa
semakin besar fraksi mol alkohol, semakin besar pula indeks biasnya karena
kerapatan molekulnya akan semakin besar sehingga cahaya yang dibiaskan
semakin banyak pula. Pada data grafik standar pertama terjadi kesalahan dimana
indeks bias kecil. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh pencucian dan
pengeringan alat yang kurang baik sehingga masih ada air dan mengakibatkan
konsentrasi alkohol berkurang.

Tabel 2. Indeks bias distilat dan residu


Umpan Indeks bias Suhu Fraksi alkohol
No
Aquades Alkohol Distilat Residu Distilat Residu Distilat Residu
1 80 50 1,3629 1,3451 87 30 0,2848 0,1099
2 80 80 1,3621 1,3364 95 30 0,2769 0,0244
3 50 80 1,360 1,3566 82 32 0,2563 0,2229

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 15
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

Dari data indeks bias distilat dan residu didapat bahwa indeks bias destilat
lebih besar dari residu, hal ini menunjukkan bahwa fraksi mol alkohol dalam
destilat lebih banyak dari residu. Konsentrasi alkohol yang semakin murni pada
larutan menyebabkan kerapatan molekul yang semakin besar.

Untuk umpan 1 dengan komposisi alkohol aquades sebanyak 50 ml dan 80


ml, didapat fraksi distilat alkohol sebesar 0,2848 dan fraksi residu alkohol sebesar
0,1099. Dengan menggunakan Metode Mc Cabe Thile, diperoleh Nmin dari pembacaan
grafik sebesar 1,33 plate.

1.2

0.8 Xr Xd
fraksi uap alkohol

0,1099 0,2048
0.6

y hitung
0.4

y data
0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
fraksi cair alkohol

Gambar 3. Jumlah plate teoritis pada umpan 1

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 16
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

Untuk umpan 2 dengan komposisi alkohol aquades sebanyak 80 ml dan 50


ml, didapat fraksi distilat alkohol sebesar 0,2769 dan fraksi residu alkohol sebesar
0,0244. Dengan menggunakan Metode Mc Cabe Thile, diperoleh Nmin dari pembacaan
grafik sebesar 4 plate.

Xr Xd
0,0244 0,2769

Gambar 4. Jumlah plate teoritis pada umpan 2

Untuk umpan 3 dengan komposisi alkohol aquades sebanyak 80 ml dan 80


ml, didapat fraksi distilat alkohol sebesar 0,2563 dan fraksi residu alkohol sebesar
0,2229. Dengan menggunakan Metode Mc Cabe Thile, diperoleh Nmin dari pembacaan
grafik sebesar 0,23 plate.

Xr Xd
0,2229 0,2563

Gambar 5. Jumlah plate teoritis pada umpan 3

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 17
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

Dari data Nmin dan HETP didapat, bahwa semakin tinggi fraksi mol alkohol dalam
umpan diperlukan HETP yang semakin kecil. Ini disebabkan karena fraksi alkohol lebih
banyak menguap dibandingkan fraksi aquades.
Dari perhitungan didapat perbandingan HETP yang berbeda antara metode Fenske
Underwood dan Mc.Cabe Thiele. Hal ini disebabkan oleh :
a. Kelemahan metode yang digunakan dalam mencari Nmin dan jumlah plate.
b. Pada Fenske Underwood, pembacaan grafik untuk mencari P˚ alkohol dan P˚ aquades
membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi perhitungan pada α
dan Nmin.
c. Pada Mc.Cabe Thiele, dalam penentuan jumlah plate pada kurva keseimbangan
alkohol-air membutuhkan ketelitian dalam pembacaan Nmin.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 18
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)

BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan

1. semakin besar fraksi mol alkohol, semakin besar pula indeks biasnya.
2. Dari data Nmin dan HETP didapat, bahwa semakin tinggi fraksi mol alkohol
dalam umpan diperlukan HETP yang semakin kecil.
3. Dari hasil perhitungan, diperoleh:

Tabel 3. N min dan HETP pada masing masing model perhitungan

Umpan (ml) Nmin HETP (cm/plate)


No Fenske Mc Fenske Mc
Aquades Alkohol
Underwood Cabe Underwood Cabe
1 80 50 1,4284 1,33 42 45,1127
2
80 80 3,4218 4,0 17,5346 15
3 50 80 0,2021 0,23 296,8827 260,8695

II.Kritik dan Saran

1. Pada hasil percobaan, indeks bias distilat lebih besar jika dibandingkan dengan
indeks bias residu, tidak sesuai dengan teori. Ini disebabkan karena praktikan
mengalami kesalahan pembacaan pada hasil refraktometer.
2. Hasil HETP yang didapat menggunakan 2 metode yang berbeda. Untuk metode
Fenske Underwood, kesalahan dalam membaca grafik dapat menyebabkan hasil
HETP yang kurang akurat, sedangkan untuk metode mace cabe thile, kesalahan
dalam menghitung plate pada grafik dapat menyebabkan hasil HETP yang kurang
valid.

Darul Fahmi Afriliyanto (121160105)


Shafira Rahma Firdausy (121160106)
Rossy Fakhria Santika (121160107) 19
DAFTAR PUSTAKA

Alan,S.,Foust, and Cecil H. Chilton,1980, “Principle of Unit Operation”, Mc Graw Hill,


Kogakusha ,Japan

Brown,G.G., 1978 ,”Unit Operation”, 14th ,John Willey and Sons, New York

Perry,R.H.,1984,“Chemical Engginers Handbook”,6th edition, Mc Graw Hill Book Company


Inc., New York

Treyball,R.E.,1986, “Mass Transfer Operation” ,2nd edition , New York,Mc Graw Hill
LAMPIRAN

1. PERHITUNGAN
1.Mencari Densitas Alkohol
a. Menera piknometer

Suhu aquades = 27 °C
Berat piknometer kosong = 16,82 Gram
Berat piknometer + aquades = 42,38 Gram
Berat aquades = 25,56 Gram
Densitas aquades = 0,996513 gram/ml

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
Volume piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

= 25,65 ml
b. Menentukan densitas alkohol
Berat piknometer + alkohol = 37,36 Gram
Berat alcohol = 20,54 Gram

Densitas alkohol =

= 0,800798 gram/ml
2. Mencari Kadar Alkohol
Dengan mengetahui densitas alkohol pada suhu T dari table 2-110 Perry’s
Dengan K= 92%, pada T = 27 0C
Pada T = 25 0C diperoleh ρ = 0,80823 g/ml
Pada T = 30 0C diperoleh ρ = 0,80384 g/ml

0.80823 ρ 0,80384

25 27 30

0,80384−0.80823 5
=2
ρ1−8,80823

ρ1= 0,806474 g/ml

Jadi pada K= 92 %, T=27 0C, diperoleh ρ1= 0,806474 g/ml

- Dengan K= 93%, pada T= 27 0C


Pada T= 25 C diperoleh ρ= 0,80549 g/ml
0

Pada T= 30 0C diperoleh ρ= 0,8011 g/ml

0,80549 ρ 0.8011

25 27 30
0,8011−0.80549 5
=2
ρ2−0,80549

ρ2= 0,80374
Kadar alkohol pada suhu 27 0C dengan ρ=0,800798 g/ml

0,800798 0,80374 0,80647

K 93 92
0,800798−0,80374 𝐾−93
= 𝑘−92
0,800798−0,80647

K= 94,07766 %

3. Mencari Persamaan Hubungan Fraksi Mol dengan Indeks Bias


Kadar Alkohol =k%
Volume alkohol = L ml
ρ aquades = ρ H2O g/ml
ρ alkohol = ρ alkohol g/ml
Volume aquades = M ml
(ρ alkohol x L x K %)
Mol alkohol = = R gmol
BM aquades

Untuk data 1:
(0,800798 g/ml x 1 ml x 94,07766 %)
Mol alkohol = 46 g/gmol

Mol alkohol = 0,016378 gmol


(ρ aquadest x M) + ρ alkohol x L (100% − K%)
Mol aquades = 𝐵𝑀 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

( 0,996513 x 9) + [ 0,800798 g/ml x 1 ml (100−94,07766)%]


Mol aquades = 18 g/gmol

Mol aquades = 0,500891 gmol

Fraksi mol

𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
X = 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

0,016378 gmol
X = 0,016378 𝑔𝑚𝑜𝑙+0,500891 𝑔𝑚𝑜𝑙 = 0,031662
Untuk data selanjutnya analog.
Tabel 4. Hubungan fraksi mol dengan indeks bias
Alkohol Aquades fraksi alkohol Indeks
mol alkohol mol aquades
(ml) (ml) (x) bias (y)

1 9 0,06378 0,500891 0,031662 1,3352

2 8 0,032755 0,448164 0,068109 1,3405

3 7 0,049133 0,395437 0,110518 1,3464

4 6 0,065511 0,342710 0,160479 1,3505

5 5 0,081888 0,289983 0,220205 1,3545

 Y  na Xb

 Y Xa  X2b
dengan metode regresi linier (Chapra, “Numerical Methods”, p.444)

Tabel 5. Data metode regresi linier


indeks bias
2
No fraksi alkohol (X) X X.Y
(Y)

1 0,31662 1,3352 0,00100248 0,042275102

2 0,068109 1,3405 0,004638836 0,09130115

3 0,110518 1,3464 0,012214228 0,148801435

4 0,160479 1,3505 0,025753509 0,21672689

5 0,220205 1,3545 0,048490242 0,298267673

Σ 0,590972 6,7271 0,092099298 0,797371214

6,7271 = 0,590972a + 5b X 0,590972


0,7973712 = 0,092099298a + 0,590972b X5
3,975534468 = ,349249087 a + 2,954865 b

3,98685607 = 0,46049615 a + 2,954865 b

-0,011321 = -0,111247 a
A= 0,1017696

B= 1,333391

Sehingga diperoleh persamaan :


Y = 0,1017696 X + 1,333391

Dari persamaan tersebut maka dapat di tentukan y hitung dan persen


kesalahan sebagai berikut :
Untuk data pertama:

X = 0,031662
Y hitung = 0,1017696(0,031662) + 1,333391
Y hitung = 1, 227136078
𝑦 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% kesalahan = | | 𝑥 100%
𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

Dari persamaan tersebut maka dapat di tentukan y hitung dan persen


kesalahan sebagai berikut :
Untuk data pertama:

X = 0,031662
Y hitung = 0,1017696(0,031662) + 1,333391
Y hitung = 1, 227136078
𝑦 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% kesalahan = | | 𝑥 100%
𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Untuk data 1 :

1,3352−1,337136
% kesalahan = 𝑥 100% = 0,145 %
1,337136

Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 6. Hubungan y data, y hitung dan % kesalahan


Fraksi alkohol Indeks bias
No Y hitung
(X) % Kesalahan
(Y)

1 0,31662 1,3352 1,337136 0,145

2 0,068109 1,3405 1,31027056 2,31

3 0,110518 1,3464 1,3446387 0,13

4 0,160479 1,3505 1,349723 0,0375

5 0,220205 1,3545 1,35580155 0,096

% kesalahan rata-rata 0,5477

1.3545

1.3495
indeks bias

y = 0.1x + 1.3337
1.3445 R² = 0.9994

1.3395
y data
1.3345 y hitung
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 Linear (y hitung)
fraksi mol

Gambar 5. Grafik hubungan antara fraksi mol dan indeks bias


4. Mencari Sifat Penguapan Rata-Rata (αab)
Tabel 7. Penentuan indeks bias dan fraksi mol
Umpan Indeks bias Fraksi alkohol
No
Aquades Alkohol Distilat Residu Distilat Residu

1 80 50 1,3629 1,3451 0,2848 0,1099

2 80 80 1,3621 1,3364 0,27696 0,0244

3 50 80 1,360 1,3566 0,2563 0,2229

Dari figure 543 (Brown, halaman 583) diperoleh data :

Tabel 8. Hubungan suhu dengan tekanan


Tekanan (psia)
Suhu (◦F) Destilat Residu
No
Tr Td Alkohol Aquades Alkohol Aquades

1 86 188,6 20 9,5 1,6 0,65

2 86 203 30 15 1,6 0,65

3 89,6 179,6 18 7,5 1,8 0,7

Untuk data nomor 1 :

𝑝𝑜 𝑑 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 20 𝑝𝑠𝑖𝑎 𝑝𝑜 𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 1,6 𝑝𝑠𝑖𝑎


αD = 𝑝𝑜 𝑑 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 9,5 𝑝𝑠𝑖𝑎 = 2,1 αR = 𝑝𝑜 𝑟 = 0,65 𝑝𝑠𝑖𝑎 = 2, 46
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

αab = √αD x αR = √2,1 𝑥 2,46 = 2,27


Dengan cara yang sama, diperoleh data:
Tabel 9. sifat penguapan (α)

Sifat
Suhu Penguapan

Td Tr αD αR α ab

188,6 86 2,1 2,46 2,27

203 86 2 2,46 2,22

179,6 89,6 2,4 2,57 2,48

5. Menentukan Nmin dan HETP


a. Metode Fenske – Underwood
Xd (1−Xr)
log[(1−Xd).
Xr
Nmin = log αab

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
HETP = 𝑁𝑚𝑖𝑛

Untuk data 1:
Xd (1−Xr)
log[(1−Xd).
Xr
Nmin = log αab

1,3629 (1−1,3451)
log[(1−1,3629).
1,3451
Nmin = log 2,27

Nmin = 1,4284

HETP = 60/1,4284 = 42 cm/plate


Tabel 10. N min dan HETP pada metode Fenske – Underwood

Umpan Fraksi mol


No N min HETP
Aquades Alkohol Distilat Residu

1 80 50 0,2848 0,1099 1,4284 42

2 80 80 0,27696 0,0244 3,4218 17,5346

3 50 80 0,2563 0,2229 0,2021 296,887

b. Metode Mc. Cabe – Thiele


Data fraksi mol uap–cairan didapat dengan rumus :
y= (αx) / [1+ (α-1)x]
Maka di peroleh data :
 Umpan 1
Tabel 11. kesetimbangan alkohol-aquadest pada umpan 1
y x

0 0

0,2014 0,1

0,3621 0,2

0,4931 0,3

0,6021 0,4

0,6942 0,5

0,77299 0,6

0,8412 0,7

0,9008 0,8

0,9533 0,9

1 1
1.2

Xr Xd
0.8
fraksi uap alkohol

0,1099 0,2848
0.6

y hitung
0.4

y data
0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
fraksi cair alkohol

Gambar 6. Jumlah plate teoritis pada umpan 1


Dari pembacaan grafik diperoleh Nmin untuk umpan 1 sebanyak : 1,33 plate.

 Umpan 2
Tabel 12. kesetimbangan alkohol-aquadest pada umpan 2
x y

0 0

0,1 0,1979

0,2 0,3569

0,3 0,4876

0,4 0,5968

0,5 0,6894

0,6 0,7691

0,7 0,8382

0,8 0,8988

0,9 0,9523

1 1
Xr Xd

0,0244 0,27696

Gambar 7 . Jumlah plate teoritis pada umpan 2


Dari pembacaan grafik diperoleh Nmin untuk umpan 2 sebanyak :4 plate

 Umpan 3
Tabel 13. kesetimbangan alkohol-aquadest pada umpan 3
x y

0 0

0,1 0,2160

0,2 0,3827

0,3 0,5152

0,4 0,6231

0,5 0,7126

0,6 0,7881

0,7 0,8527

0,8 0,9084

0,9 0,9572

1 1
Xr Xd
0,222 2563
9

Gambar 8. Jumlah plate teoritis pada umpan 3


Dari pembacaan grafik diperoleh Nmin untuk umpan 1 sebanyak : 0,23 plate

Hubungan Nmin dengan HETP dengan cara Mc. Cabe Thiele :

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
HETP = 𝑁𝑚𝑖𝑛

Untuk data 1 :
60 𝑐𝑚
HETP = 1,33 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 = 45,1127 cm/plate

Dengan rumus tersebut maka diperoleh data :

Tabel 14. N min dan HETP pada metode Mc. Cabe Thiele
Umpan ( ml )
N min
No Aquades Alkohol HETP

1 80 50 1,33 45,1127

2 80 80 4
15
3 50 80 0,23 260,8695
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Candra Hanan Fadholi (121160125)
Pertanyaan : Pada perhitungan, mengapa tidak menggunakan metode Ponchon
Savorit?

Jawaban : Pada percobaan HETP ini kondisinya adalah constant molal


overflow,sedangkan salah satu syarat dari metode Ponchon Savorit adalah kondisi yang
tidak bersifat constant molal overflow.
Constant molal overflow adalah laju cair dan uap pada seksi atas dan bawah adalah
konstan.

2. Aditya Pratama Kusumah (121160051)


Pertanyaan : Apa pengertian dan fungsi refluks? Dan apa bedanya dengan pendingin
balik?

Jawaban : Refluks adalah hasil dari kondensor yang dikembalikan ke dalam


kolom. Fungsi refluks adalah untuk menjaga volume dan konsentrasi umpan jumlahnya
tetap. Sedangkan fungsi pendingin balik adalah untuk mengubah fasa gas menjadi fasa
cair.

3. Fanny Setyaningrum (121160147)


Pertanyaan : Apa fungsi dari bahan isian pada HETP?

Jawaban : Fungsi bahan isian pada HETP adalah untuk memperluas bidang
kontak fase uap dan cair sehingga penyulingan berlangsung dengan baik.

4. Fuad Hanif S.(121150090)


Pertanyaan :
a. Dimana letak refluks dan distilat?
b. Titik didih etanol adalah 86⁰C, mengapa hasil residu yang didapat titik didihnya
dibawah etanol?
c. Pada hipotesis,semakin besar volume alkohol maka semakin besar nilai indeks
bias. Tetapi mengapa berbeda dengan hasil percobaan?

Jawaban :
a. Refluks terletak pada bagian atas rangkaian alat, sedangkan distilat berada pada
bagian bawah.
b. Karena alkohol mendidih terlebih dahulu dan setelah itu diambil residunya.
Selain itu juga dikarenakan tekanan sistem 1 atm.
c. Perbedaan hasil percobaan dengan hipotesis kemungkinan disebabkan karena
kesalahan membaca refraktometer pada saat praktikum.
5. Gusvika Putri S.(121150039)
Pertanyaan :
a. Mengapa menggunakan refluks total?
b. Apa hubungan refluks total dengan Nmin?
c. Mengapa terdapat persen kesalahan pada percobaan?

Jawaban :
a. Karena pada refluks total seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor
dikembalikan kedalam kolom sebagai refluks maka tidak ada hasil distilat dan
perbandingan refluks adalah tak terhingga.
b. Hubungannya adalah ketika refluks total, perbandingan lo/D tak terhingga,
ketika lo/D tak terhingga, maka didapatkan refluks minimal.
c. Pada dasarnya percobaan dilakukan untuk membandingkan hasil yang didapat
dengan teoritisnya. Jadi fungsi persen kesalahan pada percobaan adalah sebagai
penentu apakah percobaan yang dilakukan sudah benar atau belum.

Anda mungkin juga menyukai