Acara D 2 - Hetp PDF
Acara D 2 - Hetp PDF
Disusun Oleh
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP
(Height Equivalent of A Theoritical Plate)
(D-2)
Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan seminar Praktikum
pemisahan diffusional ini disusun guna memenuhi kurikulum pendidikan pada
Jurusan Teknik Kimia, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Pokok bahasan laporan ini adalah Height Equivalent of Theoritical Plate
(HETP) yang merupakan salah satu dari dua belas acara Praktikum Dasar
Teknik Kimia.
Pada kesempatan ini tepat kiranya bagi penyusun untuk mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ir. Danang Jaya, M.T. selaku Kepala Laboratorium Dasar Teknik
Kimia
2. Anita Dewi S.T. selaku asisten pembimbing
3. Seluruh staff laboratorium dasar teknik kimia
4. Rekan-rekan sesama praktikan atas bantuan yang diberikan
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang……………………………………………….. 1
I.2. Tujuan Percobaan…………………………………………...... 1
I.3. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 1
I.4. Hipotesis…………………………………………………….... 7
BAB IV PENUTUP…..………………………………………............. 16
IV.1. Kesimpulan………………………………………………….. 16
IV.2. Kritik dan Saran……………………………………………... 16
Daftar Pustaka ……………………………………………………… ...17
Lampiran ……………………………………………………………….18
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMBANG
vi
INTISARI
HETP (Height Equivalent of Theoritical Plate) digunakan untuk pemisahan bahan cair-
cair. Konsep HETP adalah menghitung tinggi kolom bahan isian dengan terlebih dahulu
menentukan jumlah plate teoritisnya. Percobaan HETP dimaksudkan untuk menentukan
perbandingan tinggi kolom bahan isian yang ekuivalent dengan satu plate teoritisnya. Dalam
percobaan ini bahan yang digunakan sebagai umpan adalah alkohol dan aquades sedangkan
alat yang digunakan adalah kolom bahan isian dilengkapi dengan labu leher tiga panas dan
pendingin.
Campuran alkohol-aquadest dipanaskan didalam labu leher tiga. Setelah suhu konstan
destilat dan residu diambil untuk diamati indeks biasnya. Berdasarkan indeks bias dari grafik
indeks bias vs fraksi mol maka mol fraksi destilat dan residu dapat diketahui. Dimana mol
fraksi destilat (Xd) dan mol fraksi residu (Xw) tersebut digunakan untuk menghitung jumlah
plate sehingga diperoleh HETP.
Percobaan yang dilakukan menghasilkan HETP (cm/plate) pada metode Mc Cabe Thile
dengan perbandingan umpan alkohol dengan aquadest sebanyak 80 ml dan 50 ml sebesar
260,8695 cm/plate, sebanyak 50 ml dan 80 ml sebesar 45,1127 cm/plate, sebanyak 80 ml dan
80 ml sebesar 15 cm/plate. Pada Metode Franske Underwood didapatkan hasil dengan
perbandingan umpan alkohol dengan aquades sebanyak 80 ml dan 50 ml sebesar 296,8827
cm/plate, sebanyak 50 ml dan 80 ml sebesar 42 cm/plate, sebanyak 80 ml dan 80 ml sebesar
17,5346 cm/plate.
Kata kunci : alkohol, aquadest, destilat, HETP(Height Equivlent of Theoretical Plate), residu
vii
MAKALAH SEMINAR
PRAKTIKUM PEMISAHAN DIFUSIONAL
HETP (Height Equivalent of Theoretical Plate)
(D-2)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Dalam bidang industri sering dibutuhkan bahan bakar yang relatif murni terhadap
bahan bakar lainnya. Baik dalam proses industri maupun hasil industri. Cara pemisahan
yang digunakan untuk memisahkan suatu bahan dari campurannya dengan bahan lain
antara lain: filtrasi, ekstraksi, kristalisasi, distilasi dan sebagainya.
Untuk bahan-bahan yang terdiri dari cairan-cairan metode distilasi lebih sering
digunakan yaitu dengan menggunakan menara distilasi. Baik yang menggunakan jenis
menara dengan bahan isian atau menara plate.
Konsep HETP pada dasarnya menggunakan prinsip distilasi. Prinsip ini dipakai
untuk mencari tinggi kolom bahan isian yang ekivalen dengan satu plate teoritis. HETP
juga digunakan untuk membandingkan suatu efisiensi menara isian, kecepatan, dan, sifat
fluida. Keadaan operasi pada umumnya oleh variasi keadaan disperse cairan dipermukaan
bahan isian.
Didalam distilasi ada beberapa cara untuk menentukan jumlah plate teoritis
sebagai plate minimum, yaitu dengan cara :
Metode Mc Cabe Thile
Rumus:
∝𝑎𝑏 × 𝑋𝑎
Ya = 1+(∝𝑎𝑏−1)𝑋𝑎
𝑌𝑎 𝑌𝑏
= ∝ 𝑎𝑏 [𝑋𝑏]
𝑋𝑎
𝑌𝑏
𝑌𝑎 = ∝ 𝑎𝑏 [𝑋𝑏] 𝑋𝑎
∝𝑎𝑏 (1−𝑌𝑎)
𝑌𝑎 = 𝑋𝑎
1−𝑋𝑎
𝐿𝑛 𝐷
Yn + 1 = 𝑋𝑛+1 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑
𝑉𝑛+1
Lo = L1 = Ln
V1 = V2 = Vn + 1
𝐿 𝐷
𝑌𝑛 + 1 = 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑……………………………………………………..(1)
𝑉 𝑉
V1 = Lo + D
V=L+D
𝐿 𝐷
Yn + 1 = 𝑋𝑛 + 𝑋𝑑…………………………………………………..(2)
𝐿+𝐷 𝐿+𝐷
𝐿
𝐷 𝑋𝑑
Yn + 1 = 𝐿 𝑋𝑛 + 𝐿
+1 +1
𝐷 𝐷
𝑅 𝑋𝑑
Yn + 1 = 𝑋𝑛 + …………………………………………………......(3)
𝑅+1 𝑅+1
Persamaan (1), (2), dan (3) disebut persamaan garis operasi, dengan GOA:
𝐿 𝐿 𝑅
Slope = 𝑉 = =
𝐿+𝐷 𝑅+1
𝑋𝑑 𝑋𝑑 𝑋𝑑
Intercept = 𝐷 =𝐷 =
𝑉 𝐿+𝐷 𝑅+1
Lm = Vm+1 + B
Vm + 1 × Ym + 1 = Lm × Xm – B × Xb
𝐿 𝐵
Y = 𝑉 Xm − 𝑉 Xb
𝐿
Slope = 𝑉
𝐵 𝑋𝑏
Intercept = − 𝑉
Pada refluks total dimana seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor
dikembalikan kedalam kolom sebagai refluks maka tidak ada hasil distilat (D = 0) dan
perbandingan refluks ( Lo/D ) adalah tak terhingga.
Untuk campuran ideal, metode ini didasarkan atas volatilitas relatif αab antar
komponen, dengan terlebih dahulu menetapkan αd dan αw.
𝑌𝑎 (1−𝑋𝑎)
∝ 𝑎𝑏 =
𝑋𝑎 (1−𝑌𝑎)
Campuran ideal mematuhi hukum Roult dan volatilitas relatifnya ialah tekanan uap
komponennya.
Pa = Paº Xa
Pb = Pbº Xb
Paº Pbº
Ya = ; Yb =
Pt 𝑃𝑡
𝑌𝑎 𝑃𝑎 (Paº ×Xa)⁄
𝑋𝑎 𝑋𝑎 𝑋𝑎
∝ 𝑎𝑏 = 𝑌𝑏 = 𝑃𝑏 = (Pbº×Xb)⁄
𝑋𝑏 𝑋𝑏 𝑋𝑏
𝑃𝑎⁰
∝ 𝑎𝑏 = 𝑃𝑏⁰
𝑌𝑎 𝑋𝑎
Untuk system biner dan 𝑋𝑏
𝑌𝑏
𝑌𝑎 𝑋𝑎
∝ 𝑎𝑏 = (1−𝑌𝑎) = (1−𝑋𝑎)
𝑌𝑛+1 𝑋𝑛+1
= ∝ 𝑎𝑏
1−𝑌𝑛+1 1−𝑋𝑛+1
Untuk sampai ke sesi bawah yang keluar dari kadar yang diperlukan Nmin plate
ditambah satu reboiler
𝑋𝑑 𝑋𝑏
= (∝ 𝑎𝑏) 𝑁𝑚𝑖𝑛 + 1
1−𝑋𝑎 1−𝑋𝑏
Jika perubahan nilai ∝ 𝑎𝑏 dari dasar kolom tidak terlalu mencolok, maka untuk ∝ 𝑎𝑏
digunakan rata-rata
𝑃 0 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝𝑑= , pada suhu puncak (Td)
𝑃 0 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
𝑃 0 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝𝑤= , pada suhu bawah (Tw)
𝑃 0 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
Manfaat dari HETP adalah untuk menghitung tinggi kolom bahan isian dengan terlebih
dahulu menentukan jumlah plate teoritis.
I.4 Hipotesis
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.I. Alat
1. Piknometer
2. Corong
3. Gelas ukur
4. Pipet gondok
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Refraktometer
8. Neraca analitik
II.2. Bahan
1. Alkohol(Etanol)
2. Aquades
Keterangan:
1. Pendingin balik
2. Erlenmeyer
3. Labu leher tiga
4a. Termometer
residu
4b. Termometer
distilat
5. Kompor listrik
6. Kolom bahan
isian
7. Kran
8. Statif
Membuat larutan standar campuran alkohol dan aquades untuk membuat grafik
standar antara fraksi mol vs indeks bias
Menghidupkan pendingin balik dan pemanas lalu mengatur kran pada kondisi
fluks total
Mencatat suhu distilat dan residu saat terjadi tetesan pertama pada pendingin balik
Mengambil distilat dengan memutar kran refluks lalu mengamati indeks biasnya,
setelah cukup lalu mengembalikan kran ke posisi semula
Mematikan pemanas lalu mengambil residu dengan gelas beker dan mengamati
indeks biasnya
𝑆
sehingga fraksi alkohol : x =𝑆+𝑅 Sehingga dari harga fraksi mol
alkohol dan indeks bias dapat dibuat grafik standar.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu Aquades = 27 ºC
Berat piknometer kosong = 16,82 gram
Berat piknometer + aquades = 42,38 gram
Berat aquades = 25,56 gram
Berat piknometer + alkohol = 37,36 gram
Berat alkohol = 20,54 gram
Densitas aquades = 0,996513 gram/ml
Volume piknometer = 25,6494 ml
Densitas alcohol = 0,800798 gram/ml
Kadar alkohol = 94,07766 %
Tinggi bahan isian = 60 cm
Tabel 1. Indeks bias dan fraksi mol larutan standar
1 1 9 0,0319 1,3352
2 2 8 0,0688 1,3405
3 3 7 0,1117 1,3464
4 4 6 0,1624 1,3505
5 5 5 0,2231 1,3545
1.3545
1.3495
indeks bias
y = 0.1017x + 1.3334
1.3445 R² = 0.9994
1.3395
y data
1.3345 y hitung
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 Linear (y hitung)
fraksi mol
Dari data hubungan indeks bias vs fraksi mol alkohol menunjukkan bahwa
semakin besar fraksi mol alkohol, semakin besar pula indeks biasnya karena
kerapatan molekulnya akan semakin besar sehingga cahaya yang dibiaskan
semakin banyak pula. Pada data grafik standar pertama terjadi kesalahan dimana
indeks bias kecil. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh pencucian dan
pengeringan alat yang kurang baik sehingga masih ada air dan mengakibatkan
konsentrasi alkohol berkurang.
Dari data indeks bias distilat dan residu didapat bahwa indeks bias destilat
lebih besar dari residu, hal ini menunjukkan bahwa fraksi mol alkohol dalam
destilat lebih banyak dari residu. Konsentrasi alkohol yang semakin murni pada
larutan menyebabkan kerapatan molekul yang semakin besar.
1.2
0.8 Xr Xd
fraksi uap alkohol
0,1099 0,2048
0.6
y hitung
0.4
y data
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
fraksi cair alkohol
Xr Xd
0,0244 0,2769
Xr Xd
0,2229 0,2563
Dari data Nmin dan HETP didapat, bahwa semakin tinggi fraksi mol alkohol dalam
umpan diperlukan HETP yang semakin kecil. Ini disebabkan karena fraksi alkohol lebih
banyak menguap dibandingkan fraksi aquades.
Dari perhitungan didapat perbandingan HETP yang berbeda antara metode Fenske
Underwood dan Mc.Cabe Thiele. Hal ini disebabkan oleh :
a. Kelemahan metode yang digunakan dalam mencari Nmin dan jumlah plate.
b. Pada Fenske Underwood, pembacaan grafik untuk mencari P˚ alkohol dan P˚ aquades
membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi perhitungan pada α
dan Nmin.
c. Pada Mc.Cabe Thiele, dalam penentuan jumlah plate pada kurva keseimbangan
alkohol-air membutuhkan ketelitian dalam pembacaan Nmin.
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. semakin besar fraksi mol alkohol, semakin besar pula indeks biasnya.
2. Dari data Nmin dan HETP didapat, bahwa semakin tinggi fraksi mol alkohol
dalam umpan diperlukan HETP yang semakin kecil.
3. Dari hasil perhitungan, diperoleh:
1. Pada hasil percobaan, indeks bias distilat lebih besar jika dibandingkan dengan
indeks bias residu, tidak sesuai dengan teori. Ini disebabkan karena praktikan
mengalami kesalahan pembacaan pada hasil refraktometer.
2. Hasil HETP yang didapat menggunakan 2 metode yang berbeda. Untuk metode
Fenske Underwood, kesalahan dalam membaca grafik dapat menyebabkan hasil
HETP yang kurang akurat, sedangkan untuk metode mace cabe thile, kesalahan
dalam menghitung plate pada grafik dapat menyebabkan hasil HETP yang kurang
valid.
Brown,G.G., 1978 ,”Unit Operation”, 14th ,John Willey and Sons, New York
Treyball,R.E.,1986, “Mass Transfer Operation” ,2nd edition , New York,Mc Graw Hill
LAMPIRAN
1. PERHITUNGAN
1.Mencari Densitas Alkohol
a. Menera piknometer
Suhu aquades = 27 °C
Berat piknometer kosong = 16,82 Gram
Berat piknometer + aquades = 42,38 Gram
Berat aquades = 25,56 Gram
Densitas aquades = 0,996513 gram/ml
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
Volume piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
= 25,65 ml
b. Menentukan densitas alkohol
Berat piknometer + alkohol = 37,36 Gram
Berat alcohol = 20,54 Gram
Densitas alkohol =
= 0,800798 gram/ml
2. Mencari Kadar Alkohol
Dengan mengetahui densitas alkohol pada suhu T dari table 2-110 Perry’s
Dengan K= 92%, pada T = 27 0C
Pada T = 25 0C diperoleh ρ = 0,80823 g/ml
Pada T = 30 0C diperoleh ρ = 0,80384 g/ml
0.80823 ρ 0,80384
25 27 30
0,80384−0.80823 5
=2
ρ1−8,80823
0,80549 ρ 0.8011
25 27 30
0,8011−0.80549 5
=2
ρ2−0,80549
ρ2= 0,80374
Kadar alkohol pada suhu 27 0C dengan ρ=0,800798 g/ml
K 93 92
0,800798−0,80374 𝐾−93
= 𝑘−92
0,800798−0,80647
K= 94,07766 %
Untuk data 1:
(0,800798 g/ml x 1 ml x 94,07766 %)
Mol alkohol = 46 g/gmol
Fraksi mol
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
X = 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
0,016378 gmol
X = 0,016378 𝑔𝑚𝑜𝑙+0,500891 𝑔𝑚𝑜𝑙 = 0,031662
Untuk data selanjutnya analog.
Tabel 4. Hubungan fraksi mol dengan indeks bias
Alkohol Aquades fraksi alkohol Indeks
mol alkohol mol aquades
(ml) (ml) (x) bias (y)
Y na Xb
Y Xa X2b
dengan metode regresi linier (Chapra, “Numerical Methods”, p.444)
-0,011321 = -0,111247 a
A= 0,1017696
B= 1,333391
X = 0,031662
Y hitung = 0,1017696(0,031662) + 1,333391
Y hitung = 1, 227136078
𝑦 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% kesalahan = | | 𝑥 100%
𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
X = 0,031662
Y hitung = 0,1017696(0,031662) + 1,333391
Y hitung = 1, 227136078
𝑦 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% kesalahan = | | 𝑥 100%
𝑦 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Untuk data 1 :
1,3352−1,337136
% kesalahan = 𝑥 100% = 0,145 %
1,337136
1.3545
1.3495
indeks bias
y = 0.1x + 1.3337
1.3445 R² = 0.9994
1.3395
y data
1.3345 y hitung
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 Linear (y hitung)
fraksi mol
Sifat
Suhu Penguapan
Td Tr αD αR α ab
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
HETP = 𝑁𝑚𝑖𝑛
Untuk data 1:
Xd (1−Xr)
log[(1−Xd).
Xr
Nmin = log αab
1,3629 (1−1,3451)
log[(1−1,3629).
1,3451
Nmin = log 2,27
Nmin = 1,4284
0 0
0,2014 0,1
0,3621 0,2
0,4931 0,3
0,6021 0,4
0,6942 0,5
0,77299 0,6
0,8412 0,7
0,9008 0,8
0,9533 0,9
1 1
1.2
Xr Xd
0.8
fraksi uap alkohol
0,1099 0,2848
0.6
y hitung
0.4
y data
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
fraksi cair alkohol
Umpan 2
Tabel 12. kesetimbangan alkohol-aquadest pada umpan 2
x y
0 0
0,1 0,1979
0,2 0,3569
0,3 0,4876
0,4 0,5968
0,5 0,6894
0,6 0,7691
0,7 0,8382
0,8 0,8988
0,9 0,9523
1 1
Xr Xd
0,0244 0,27696
Umpan 3
Tabel 13. kesetimbangan alkohol-aquadest pada umpan 3
x y
0 0
0,1 0,2160
0,2 0,3827
0,3 0,5152
0,4 0,6231
0,5 0,7126
0,6 0,7881
0,7 0,8527
0,8 0,9084
0,9 0,9572
1 1
Xr Xd
0,222 2563
9
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
HETP = 𝑁𝑚𝑖𝑛
Untuk data 1 :
60 𝑐𝑚
HETP = 1,33 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 = 45,1127 cm/plate
Tabel 14. N min dan HETP pada metode Mc. Cabe Thiele
Umpan ( ml )
N min
No Aquades Alkohol HETP
1 80 50 1,33 45,1127
2 80 80 4
15
3 50 80 0,23 260,8695
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Candra Hanan Fadholi (121160125)
Pertanyaan : Pada perhitungan, mengapa tidak menggunakan metode Ponchon
Savorit?
Jawaban : Fungsi bahan isian pada HETP adalah untuk memperluas bidang
kontak fase uap dan cair sehingga penyulingan berlangsung dengan baik.
Jawaban :
a. Refluks terletak pada bagian atas rangkaian alat, sedangkan distilat berada pada
bagian bawah.
b. Karena alkohol mendidih terlebih dahulu dan setelah itu diambil residunya.
Selain itu juga dikarenakan tekanan sistem 1 atm.
c. Perbedaan hasil percobaan dengan hipotesis kemungkinan disebabkan karena
kesalahan membaca refraktometer pada saat praktikum.
5. Gusvika Putri S.(121150039)
Pertanyaan :
a. Mengapa menggunakan refluks total?
b. Apa hubungan refluks total dengan Nmin?
c. Mengapa terdapat persen kesalahan pada percobaan?
Jawaban :
a. Karena pada refluks total seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor
dikembalikan kedalam kolom sebagai refluks maka tidak ada hasil distilat dan
perbandingan refluks adalah tak terhingga.
b. Hubungannya adalah ketika refluks total, perbandingan lo/D tak terhingga,
ketika lo/D tak terhingga, maka didapatkan refluks minimal.
c. Pada dasarnya percobaan dilakukan untuk membandingkan hasil yang didapat
dengan teoritisnya. Jadi fungsi persen kesalahan pada percobaan adalah sebagai
penentu apakah percobaan yang dilakukan sudah benar atau belum.