Anda di halaman 1dari 143

METODOLOGI PENELITIAN

DIKTAT MATA KULIAH


METODOLOGI PENELITIAN
FAKULTAS EKONOMI - UNPAK, BOGOR

Dr. Jan Horas V. Purba


2 Metodologi Penelitian
3

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun untuk mendukung keberhasian


pengajaran mata kuliah Metodologi Penelitian, agar mahasiswa
memiliki dasar yang memadai untuk menyusun proposal penelitian dan
penulisan Skripsi serta dapat menyelesaikan studinya dengan baik.
Diktat ini disusun dengan ringkas, dan dilengkapi dengan
Power Point (terpisah) dan Daftar Assignment yang menguatkan
kompetensi mahasiswa dalam menyusun Skripsi. Disamping itu, juga
diperkaya dengan tips praktis dengan penggunaan software Excel dan
SPSS.
Diktat ini terdiri atas 12 Bab, dan akan terus menerus
disempurnakan, agar mampu mengikuti Perkembangan Keilmuan,
khususnya bidang Penelitian. Meskipun belum termasuk dalam Diktat
ini, salah satu bagian yang ingin ditambahkan adalah Mix Method
Metode Penelitian Kantitatif dan Kualitatif. Disamping itu,
pengembangan metode perkuliahan berbasis web juga sudah saatnya
kita mulai pada semester ini.
Diktat ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, mohon masukan
dari semua pihak, agar semakin bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pengajaran pada Program Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas Pakuan, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
masukan dalam penyelesaian Diktat ini. Akhir kata, semoga Diktat ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, 5 September 2015


4 Metodologi Penelitian

Daftar Isi

1. Bagaimana Menulis Skripsi dengan Cepat? ......................... 1


2. Bagaimana Memahami Jenis Penelitian ................................ 13
3. Kajian Teoritis............................................................................ 19
4. Memahami Desain Penelitian .................................................. 31
5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian ......................... 43
6. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 55
7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .... 67
8. Analisis Data ............................................................................. 93
9. Analisis Regresi ......................................................................... 107
10 Analisis Jalur.............................................................................. 113
11. Tata Penulisan Laporan Ilmiah ............................................... 129
12. Tugas Download Jurnal Ilmiah ............................................... 139
Bagaimana memulai
1 MENULIS SKRIPSI
“dengan cepat”?

1. Definisi Metodologi Penelitian

Metodologi berasal dari kata method yang berarti cara atau


prosedur dan logi berasal dari kata logos yang berarti ilmu. Riset
(penelitian) berasal dari kata re berarti kembali, dan to search berarti
mencari. Arti sederhana metodologi riset adalah ilmu yang membahas
tentang prosedur pencarian kembali sesuatu hal.
Banyak definisi tentang penelitian antara lain dikemukakan oleh
Pearson (1946), penelitian adalah pencarian sesuatu hal yang dilakukan
dengan cara sistematik untuk memecahkan masalah. Menurut John
(1949), penelitian adalah pencarian fakta yang dilakukan dengan
metode obyektif yang menghasilkan dalil atau hukum. Definisi lain
menyatakan bahwa penelitian adalah pencarian atau penyelidikan
pengetahuan baru dengan menggunakan metode ilmiah (scientific
method). Cooper dan Emory (1996) mendefinisikan tentang metode
penelitian bisnis (Business Research Methods) adalah penyelidikan yang
dilakukan dengan cara sistematik untuk mencari informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam bidang bisnis.
Riset pemasaran (marketing research) adalah kegiatan penelitian yang
dilakukan secara sistematik melalui tahapan penelitian yang digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam rangka pemecahan masalah. Hasil
riset pemasaran digunakan untuk perumusan strategi pemasaran dalam
merebut peluang pasar. Perlu diketahui hasil dari riset adalah berupa
kebenaran ilmiah.

2. Hasrat Ingin Tahu (Curiosity)

Setiap manusia - sudah menjadi kodrat – dilengkapi dengan hasrat


ingin tahu. Hasrat ingin tahu itu menimbulkan pertanyaan dalam diri
manusia, bahkan pertanyaan : “Apakah ini?”, “Mengapa begini?”,
2 Metodologi Penelitian

“Mengapa begitu?” telah muncul saat manusia masih kanak-kanak.


Pertanyaan seperti meningkat pada pertanyaan berikutnya, “Bagaimana
hal ini terjadi?” dan “Bagaimana memecahkan masalah ini?”.
Manusia selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan
tersebut. Dari hasrat ingin tahu manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini
menekankan essensi dari hasrat ingin tahu tersebut, yakni untuk
memperoleh pengetahuan dan untuk memperoleh kebenaran.

3. Pendekatan untuk Memperoleh Kebenaran

Pengetahuan yang benar (kebenaran) secara inherent dapat


dicapai menusia, baik melalui pendekatan non-ilmiah maupun
pendekatan ilmiah.

3.1. Pendekatan Non-Ilmiah

Pendekatan non-ilmiah dilakukan tanpa mengikuti langkah yang


sistematis dan tidak terkontrol. Hasilnya disimpulkan secara subjektif,
sehingga dapat berbeda pada masing-masing orang. Ada beberapa cara
penemuan kebenaran nin-ilmiah, antara lain:

a. Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan


Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan, tetapi penemuan
tersebut kadang kala menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan.
Penemuan kristal urease oleh Summers secara kebetulan dengan
menaruh aseton dalam kulkas, ternyata enzim urease tersebut sangat
berguna untuk manusia. Penemuan mesin uap oleh James Watch,
hukum gravitasi oleh Newton, diagnosis kehamilan wanita oleh Gali
Mainini, hukum Archimedes dan lain-lain adalah penemuan secara
kebetulan dan sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.

b. Penemuan Kebenaran dengan Akal Sehat (Common Sense)


Akal sehat adalah serangkaian konsep (concept) atau bagan konsep
yang digunakan untuk menyimpulkan hal-hal praktis yang
diperlukan manusia (Conan, 1973). Walaupun konsep itu
menunjukkan hal yang benar, namun dapat menyesatkan. Pada
abad ke-19, banyak pendidik yakin bahwa hukuman adalah alat
utama dalam pendidikan. Hasil penelitian psikologi membuktikan
bahwa pendapat tersebut adalah salah, sebaliknya alat utama dalam
pendidikan adalah ganjaran (reward).

c. Penemuan Kebenaran Secara Intuitif


Penemuan kebenaran secara intuitif adalah penemuan kebenaran
yang diperoleh berdasarkan intuisi (renungan, lamunan). Kebenaran
BAB 1. Bagaimana Memulai Menulis Tesis dengan Cepat? 3

ini sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak menggunakan


langkah yang sistematik.

d. Penemuan Kebenaran Melalui Usaha Coba-coba


Kebenaran ini diperoleh dengan mencoba berkali-kali dengan
menggunakan metode non ilmiah. Penemuan kebenaran dengan
metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar.

e. Penemuan Kebenaran Karena Wibawa


Penemuan kebenaran diperoleh dari kewibawaan seseorang.
Pendapat dari seorang ilmuwan yang berbobot sering kali diterima
begitu saja tanpa pengujian kebenaran tersebut. Ada kalanya
kebenaran tersebut setelah diuji hasilnya tidak benar.

f. Penemuan Kebenaran Karena Wahyu


Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu adalah kebenaran yang
mutlak, yang datang dari Allah kepada Nabi. Menurut ajaran agama
Islam menyusui anak sebaiknya minimal dua tahun. Pada
kenyataannya air susu Ibu mengandung antibodi dan mempunyai
kandungan gizi yang tinggi. Selain ekonomis dan praktis ibu yang
menyusui anaknya tidak mudah terkena kanker susu serta sekaligus
bisa menjarangkan kelahiran. Demikian pula hubungan ibu dengan
anak akan semakin dekat.

3.2. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah dilakukan dengan cara atau langkah-langkah


yang ilmiah, yakni sistematis, eksak, menggunakan metode penelitian
disertai dengan rumusan hipotesis, kemudian mencari fakta, informasi
dan data, dan mengujinya secara empiris, serta dilakukan secara
objektif, dan akhirnya disusun secara sistematis.

Kebenaran yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah dibangun


berdasarkan teori tertentu.Pendekatan ilmiah akan menghasilkan
pengetahuan yang kebenarannya terbuka untuk diuji siapa saja. Hasil
yang diperoleh juga akan bersifat ajeg (consistent), yakni sama dengan
hasil penelitian terdahulu.
Rummel dalam Sutrisno Hadi (1985) membagi perkembangan
metodologi penelitian dalam empat tahap:

a. Periode Trial and Error


Dalam periode ini, penelitian untuk pemecahan masalah nyata yang
dihadapi manusia dilakukan dengan berulang-ulang dengan
berbagai percobaan yang tidak terarah. Tidak ada dalil tertentu yang
dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh pengetahuan
yang benar.
4 Metodologi Penelitian

b. Periode Authority and Tradition


Dalam periode ini dasar kebenaran ditentukan oleh pemimpin dan
ketentuan-ketentuan yang sudah mengakar kuat dalam tradisi.
Karena diterima sebagai sebuah kebenaran, maka tidak ada kritik
atas kebenaran tersebut.

c. Periode Speculation and Argumentation


Dengan semakin berkembangnya pengetahun, orang mulai
membentuk kelompok diskusi dan mempertanyakan kebenaran atau
doktrin yang selama ini diturunkan oleh penguasa. Teori yang
digunakan adalah teori dialektika. Metode ini jugalah yang
digunakan Filsuf Yunani Socrates untuk menemukan sebuah
kebenaran.

d. Periode Hypothesis and Experimentation


Pada periode ini metode penelitian mulai dikembangkan untuk
memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif, antara lain
merumuskan masalah yang akan dipcahkan dengan jelas,
membangun hipotesis penelitian, menguji hipotesis dengan data
empiris serta menggunakan berbagai alat analisis untuk memperoleh
kesimpulan penelitian.

4. Ciri Khas Penelitian

Penelitian mempunyai beberapa ciri khas, antara lain.


1. Di sekeliling masalah yang ingin dipecahkan.
2. Mengandung unsur originalitas.
3. Didasarkan kepada pandangan ingin tahu.
4. Bersifat terbuka.
5. Menghasilkan generalisasi
6. Menggunakan peralatan yang valid (sahih) dan reliabel (ajeg).

Menurut Cooper dan Emory (1996) penelitian yang baik


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Masalahnya harus didefinisikan dan dirumuskan dengan jelas.
2. Prosedur penelitian yang digunakan harus diuraikan secara rinci
agar memungkinkan peneliti lain bisa mengulangi penelitian
tersebut.
3. Disain penelitiannya harus jelas.
4. Peneliti harus melaporkan hasilnya dengan cara sejujur- jujurnya
termasuk bila ada kelemahannya.
5. Analisis data harus sinkron dengan hipotesis dan disain
penelitiannya.
BAB 1. Bagaimana Memulai Menulis Tesis dengan Cepat? 5

6. Kesimpulan berdasarkan data yang telah diuji kebenarannya dan


harus sinkron dengan rumusan masalah yang diajukan.
7. Kualifikasi peneliti harus memenuhi persyaratan.

Beberapa persyaratan yang perlu diketahui untuk berhasilnya


suatu penelitian adalah sebagai berikut.
1. Kesadaran masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya
penelitian untuk suatu negara atau daerah. Tidak ada negara di
dunia yang tergolong maju, termasuk Perguruan Tingginya yang
penelitiannya terbelakang. Indikator kemajuan suatu negara
menurut Soehendro dalam DRN (1999) ada empat yaitu rasio dana
penelitian, sumber daya manusia, publikasi ilmiah dan perolehan
paten.
2. Tersedia sarana, prasarana dan dana yang cukup.
3. Hasil penelitiannya dapat segera diterapkan.
4. Adanya kebebasan dalam melakukan penelitian.
5. Kualifikasi peneliti memenuhi persyaratan.
a. Mempunyai daya nalar tinggi
b. Mempunyai ide originalitas
c. Mempunyai daya ingat yang kuat
d. Mempunyai sifat waspada
e. Mempunyai tingkat pengamatan yang akurat
f. Mempunyai daya konsentrasi tinggi
g. Dapat bekerjasama
h. Sehat jasmani dan rohani
i. Mempunyai semangat yang tinggi
j. Bersifat jujur

5. Tahapan Proses Penelitian

Tahapan proses penelitian untuk memperoleh kebenaran ilmiah


yang dirangkum dari tulisan beberapa ahli secara umum adalah sebagai
berikut.

5.1. Identifikasi Masalah, Pemilihan dan Perumusan Masalah

Permasalahan adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang


seharusnya) dan das sein (kenyataan yang ada). Banyak sekali
kesenjangan misalnya informasi yang tersedia tidak cukup, sumberdaya
manusia tidak memenuhi persyaratan dan lain-lain. Permasalahan di
sekeliling kita sangat banyak peneliti tinggal mengidentifikasi, memilih
dan merumuskannya. Perlu diketahui sumber masalah dapat diperoleh
dari :
6 Metodologi Penelitian

a. Bacaan berupa jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis,


disertasi buku teks dan internet.
b. Seminar, semiloka, lokakarya, diskusi dan lain-lain pertemuan
ilmiah.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi.
Setelah masalah diidentifikasi selanjutnya dipilih salah satu
masalah yang paling layak untuk diteliti. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih masalah adalah sebagai berikut.
a. Masalah harus memberi sumbangan kepada pengembangan ilmu
atau untuk kepentingan praktis.
b. Biaya, waktu, sarana dan prasarana yang tersedia
c. Bekal kemampuan teoritis
d. Penguasaan metode yang diperlukan
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih selanjutnya perlu
dirumuskan. Perumusan ini penting, karena dipergunakan sebagai
penuntun untuk langkah selanjutnya. Rumusan masalah hendaknya
disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Sebaiknya dalam bentuk kalimat pertanyaan.
b. Hendaknya informatif dalam artian padat makna.
c. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya.
Lazimnya setelah masalah diidentifikasi, dipilih dan dirumuskan
selanjutnya perlu disusun judul penelitiannya. Judul penelitian harus
padat makna (informatif) dan harus sinkron dengan rumusan
masalahnya. Judul penelitian adalah komponen karya ilmiah yang
pertama kali dibaca oleh pembaca. Oleh karena itu hendaknya
dipikirkan benar-benar teknik penyusunannya. Judul penelitian yang
terlalu panjang apalagi judul tersebut sulit dimengerti atau bisu
pembaca sudah pasti tidak akan ingin mengetahui lebih lanjut tentang
karya ilmiah tersebut. Sebagai acuan bila penelitiannya menggunakan
bahasa Indonesia jumlah kata yang digunakan dalam jumlah
maksimum 12. Bila lebih dari 12 kata tambahkan pada subjudul. Bila
menggunakan bahasa Inggris sebaiknya maksimum 10 kata. Hindari
penggunakan kata pendahuluan, studi dan analisis dalam judul
penelitian. Adanya penelitian pendahuluan dalam suatu judul
penelitian merupakan indikator bahwa penelitian tersebut dangkal.
Tanpa ada kata studi, penelitian juga berarti studi dan tanpa ada kata
analisis penelitian itu juga berarti menganalisis. Jangan menampilkan
singkatan dalam judul penelitian. Bila digunakan istilah asing, ketiklah
istilah asing tersebut dengan miring.
BAB 1. Bagaimana Memulai Menulis Tesis dengan Cepat? 7

5.2. Penelaahan Kepustakaan

Penelaahan kepustakaan bertujuan untuk mencari landasan


teoritik dan empirik untuk penelitian yang akan dikerjakan. Landasan
teoritik dan empirik dapat bersumber dari buku bacaan antara lain buku
teks, jurnal, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, internet dan lain-
lain karya ilmiah. Sistematika penulisan dalam teks gunakan nama dan
tahun, jangan digunakan nomor atau catatan kaki. Nama penulis
gunakan nama akhir dan hindari penggunakan gelar. Bila penulisnya
dua orang tuliskan semua dan bila lebih dari dua orang tuliskan nama
pertama kemudian diikuti dkk. untuk orang Indonesia atau et al. untuk
orang asing. Bila karya ilmiah tanpa ada nama penulis gunakan nama
lembaganya jangan anonim. Bila mengambil tabel dan gambar sebutkan
sumbernya. Judul tabel dan gambar hendaknya seinformatif mungkin.
Judul tabel hendaknya diletakkan di atas tabel, sedang untuk judul
gambar letakkan di bawah gambarnya. Jangan lupa menuliskan sumber,
satuan dan keterangan pada tabel dan gambar.

5.3. Penyusunan Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka teori yang diperoleh dari


penelaahan studi kepustakaan yang manfaatnya dapat dipergunakan
untuk memudahkan dalam memahami hipotesis yang diajukan.
Kerangka konseptual berisi pengaruh, hubungan antar variabel atau
perbedaan.

5.4. Penyusunan Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti lemah atau rendah
dan tesis berarti pernyaatan atau jawaban. Jadi hipotesis adalah
pernyataan atau jawaban terhadap rumusan masalah yang masih lemah,
karena belum diuji kebenarannya. Perlu diketahui tidak semua riset
memerlukan adanya hipotesis. Jenis penelitian inferensial memerlukan
adanya hipotesis, sedang untuk jenis penelitian deskriptif tidak
memerlukan adanya hipotesis. Lazimnya sebagai ganti hipotesis dalam
penelitian deskriptif adalah berupa tujuan penelitian. Beberapa saran
yang perlu diperhatikan dalam menyusun hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut.
a. Hendaknya disusun dalam kalimat pernyataan bukan pertanyaan.
b. Disusun secara padat makna
c. Hendaknya dapat diuji kebenarannya
d. Menyatakan pengaruh, hubungan atau perbedaan di antara variabel.
e. Formula penulisannya jangan digunakan H0 dan H1.
8 Metodologi Penelitian

5.5. Identifikasi, Klasifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu konsep yang bisa diukur dan hasil


pengukurannya bervariasi. Apa yang menjadi variabel dalam penelitian
tersebut perlu ditentukan dan selanjutnya diklasifikasikan. Berdasarkan
fungsinya variabel penelitian diklasifikasikan menjadi variabel sebab,
penghubung (intervening) dan variabel akibat (tergantung). Variabel
sebab terdiri atas variabel bebas, moderator, random dan kendali.
Setelah diklasifikasikan variabel tersebut didefinisi operasionalkan,
sehingga pada langkah selanjutnya bisa diuji.

5.6. Pemilihan Instrumen Pengumpul Data

Instrumen penelitian harus memenuhi persyaratan validitas dan


reliabilitas. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut bisa
mengukur tentang apa yang diukur. Instrumen yang reliabel berarti
instrumen tersebut bersifat ajeg, artinya pengukuran yang berulang-
ulang hasilnya adalah sama. Validitas terdiri atas validitas konstruk,
validitas isi, validitas prediktif, validitas eksternal, validitas budaya, dan
validitas rupa. Untuk pengujian validitas lazimnya digunakan korelasi
Pearson (r). Nomor pertanyaan berperan sebagai variabel bebas, sedang
skor total dari pertanyaan berperan sebagai variabel tidak bebas.
Selanjutnya setiap nomor pertanyaan dikorelasikan dengan skor total.
Untuk menguji kemaknaan koefisien korelasi digunakan uji t atau
dengan cara membandingkan r yang diperoleh dengan r tabel. Bila r
yang diperoleh minimal sama dengan r tabel berarti korelasi tersebut
bermakna. Bila digunakan uji t asalkan t hitung minimal sama dengan t
tabel berarti korelasi tersebut bermakna dan berarti pula nomor
pertanyaan tersebut adalah valid (sahih).
Untuk uji reliabilitas lazimnya digunakan teknik genap gasal dan
teknik belah tengah. Uji reliabilitas genap gasal, metodenya semua
nomor pertanyaan dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok genap
dan gasal. Selanjutnya antara skor kelompok gasal dikorelasikan dengan
kelompok genap. Untuk metode belah tengah nomor pertanyaan dibagi
menjadi dua tanpa melihat genap gasal. Selanjutnya skor kelompok I
dikorelasikan dengan skor kelompok II. Hasil pengujian reliabel
(handal) bila korelasi yang diperoleh bermakna.
Metode lain untuk uji validitas dan reliabilitas digunakan analisis
faktor konfirmatori. Hasil analisis bila faktor louding signifikan berarti
valid dan reliabel bila residunya non signifikan.
BAB 1. Bagaimana Memulai Menulis Tesis dengan Cepat? 9

5.7. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan ada atau tidaknya perlakuan yang


diberikan dibedakan menjadi dua jenis yaitu penelitian eksperimental
(ada perlakuan) dan non eksperimental (tidak ada perlakuan). Jenis
eksperimental dibedakan menjadi eksperimental sungguhan (true
experimental) dan eksperimental semu (quasy experimental). Jenis
penelitian eksperimental sungguhan bila semua variabel yang
berpengaruh selain perlakuan yang diberikan dapat dikendalikan,
biasanya digunakan hewan coba untuk penelitiannya. Sebaliknya bila
variabel yang berpengaruh selain perlakuan tidak bisa dikendalikan
termasuk jenis penelitian eksperimental semu, biasanya digunakan
manusia untuk unit percobaannya. Jenis penelitian noneksperimental
dibedakan menjadi jenis penelitian survei dan jenis penelitian
observartional. Rancangan penelitian non eksperimental dapat
dibedakan menjadi.
a. Rancangan penelitian historis
b. Rancangan penelitian deskriptif
c. Rancangan penelitian inferensial
d. Rancangan penelitian korelasional
e. Rancangan penelitian perkembangan
f. Rancangan penelitian kasus
g. Rancangan penelitian eksplanatori
Rancangan penelitian eksperimental terdiri atas :
a. Rancangan acak lengkap
b. Rancangan acak kelompok
c. Rancangan sama subyek
d. Rancangan bujur sangkar latin
e. Rancangan faktorial
f. Rancangan petak terpisah

5.8. Penentuan Sampel

Untuk generalisasi hasil penelitian perlu ditetapkan besar sampel


yang dipergunakan. Besar sampel yang dipergunakan tergantung
banyak faktor antara lain biaya, tenaga, waktu, ketelitian dan apakah
penelitiannya menyebabkan kerusakan pada unit yang diteliti atau
tidak. Pendekatan secara metode ilmiah besar sampel tergantung
kepada apakah populasinya finit (terbatas) atau infinit (tidak terbatas).
Selain itu tergantung pula kepada harga alfa, simpangan baku, proporsi
dan perbedaan antara kelompok yang diteliti. Penghitungan besar
sampel yang lebih mendalam akan dijelaskan tersendiri.
Proses pengambilan sampel dari populasinya dinamakan
sampling dan bila seluruh populasi dinamakan sensus. Sampling
10 Metodologi Penelitian

dibedakan menjadi dua macam yaitu probability sampling dan


nonprobability sampling. Probability sampling adalah sampling, semua
unsur atau unit dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dijadikan sampel. Probability sampling lebih baik dibanding dengan
nonprobability sampling, karena hasilnya bisa digeneralisasikan. Uraian
yang lebih mendalam tentang sampling akan dibahas tersendiri pada
bagian teknik sampling.

5.9. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data secara garis besar dibedakan menjadi


metode observasi, interview, metode angket dan metode dokumenter.
Metode observasi (pengamatan) dibedakan menjadi metode observasi
dengan partisipasi dan non partisipasi. Metode observasi dengan
partisipasi artinya pengumpul data berperan sebagai responden, sedang
observasi non partisipasi pengumpul data tidak harus berperan sebagai
responden. Metode interview (wawancara) dibedakan menjadi metode
interview terstruktur dan tak terstruktur. Wawancara terstruktur artinya
pertanyaan waktu wawancara telah disiapkan sebelumnya dan tidak
boleh menyimpang, sedang metode tak terstruktur pertanyaannya
bebas. Metode angket adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan. Metode angket dibedakan menjadi
metode angket tertutup, terbuka dan kombinasi keduanya. Angket
tertutup adalah angket yang telah menyediakan jawaban pertanyaan
dan responden tinggal memilihnya. Angket terbuka adalah angket yang
tidak menyediakan jawaban pertanyaan. Angket kombinasi terbuka dan
tertutup, sebagian jawaban telah tersedia dan sebagian tidak. Dari segi
administrasinya metode angket bisa dikirim lewat pos atau diberikan
secara langsung. Keempat macam metode pengumpulan data tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam penelitian bisa saja
metode pengumpulan datanya lebih dari satu macam. Dalam penelitian
sering digunakan studi kepustakaan dalam pengumpulan datanya
padahal metode ini salah. Studi kepustakaan bukan metode
pengumpulan data melainkan membahas kajian teoritik dan empirik
yang menjadi landasan penelitian itu dilaksanakan.

5.10. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis penelitian


yang diajukan diterima atau ditolak. Uji statistika yang dipergunakan
untuk analisis data yang telah terkumpul tergantung kepada skala data,
hipotesis dan rancangan penelitiannya. Secara ringkas uji statistika yang
sering dipergunakan dalam penelitian terlampir.
BAB 1. Bagaimana Memulai Menulis Tesis dengan Cepat? 11

5.11. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji statistika yang dipergunakan hasilnya


dinterpretasikan apakah hipotesisnya diterima atau ditolak dengan
menggunakan harga alfa tertentu. Dalam penelitian tidak semua
hipotesis penelitian yang diajukan harus diterima yang penting
dijelaskan mengapa hipotesis penelitian yang diajukan tersebut ditolak.

5.12. Membuat Kesimpulan

Kesimpulan harus berdasar kepada hasil yang telah diuji


kebenarannya, harus sinkron dengan rumusan masalah yang diajukan,
tujuan penelitian dan hipotesis penelitian yang dibangun.

5.13. Membuat Laporan Penelitian

Laporan penelitian adalah sebuah laporan ilmiah, dan ditulis


secara sistematis, dengan pedoman atau kaidah-kaidah ilmuah.
Pedoman penulisan laporan ilmiah ditulis dengan bahasa yang efektif,
serta penggunaan tanda baca dengan benar. Penggunaan assesoris yang
berlebihan tidak diperkenankan, karena dapat berpengaruh negative
bagi pembaca, serta kekuatan essensi ilmiahnya tidak muncul dengan
tegas.
12 Metodologi Penelitian
Bagaimana memahami
2 JENIS PENELITIAN

1. Penelitian Bisnis

Penelitian bisnis adalah proses pengumpulan dan analsis data


yang sistematis dan objektif untuk membantu pembuatan keputusan-
keputusan bisnis.
Perbedaan utama penelitian bisnis dengan penelitian lainnnya
adalah terletak pada sifat dan jenis fakta yang diuji. Fakta dalam
penelitian bisnis berkaitan dengan manusia dan usahanya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup.
Kebutuhan informasi yang valid dan andal sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan manajemen, mendorong perkembangan dan
kebutuhan penelitian bisnis, seperti :
 Bisnis Umum : peramalan jangka pendek dan jangka panjang, tren
bisnis dan industri, inflasi dan penentuan harga, akuisisi, ekspor-
impor, dll.
 Pemasaran dan Penjualan : potensi pasar, bagian dan segementasi
pasar, karakteristik pasar, konsep produk baru, penjualan, saluran
distribusi, promosi penjualan, perilaku konsumen, dll.
 Keuangan : anggaran, sumber-sumber pembiayaan, modal kerja,
investasi, tingkat bunga dan risiko kredit, biaya modal, penilaian
saham dan obligasi, portofolio, hasil-risiko, rasio-rasio keuangan,
analisis biaya, dll.
 Manajemen dan Perilaku Organisasi : manajemen mutu terpadu,
motivasi dan kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, produktivitas
tenaga kerja, efektivitas organisasional, budaya dan komunikasi
organisasi, dll.
 Sistem Informasi Manajemen :
 Akuntansi Keuangan : teori-teori akuntansi, standar akuntansi
keuangan, , pos-pos laporan keuangan, rasio-rasio keuangan,
pengaruh informasi akuntansi, dll.
14 Metodologi Penelitian

 Investasi dan Pasar Modal : saham dan obligasi, pemecahan saham,


deviden, hasil dan risiko, institusi bursa efek, reksa dana, pengaruh
pajak, dll.
 Akuntansi Manajemen : anggaran, insentif, pengukuran kinerja,
harga transfer, akuntansi pertanggungjawaban, penentuan harga
pokok, varian-varian biaya, analisis biaya-volume-laba, dll.
 Auditing :
 System Informasi Akuntansi :
 Perpajakan : perencanaan pajak, system dan tatacara perpajakan,
fungsi pajak, dampak pajak, peraturan perpajakan, pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang
mewah, pajak bumi dan bangunan, bea materai, sanksi-sanksi
perpajakan, akuntansi pajak, pemeriksaan pajak, perilaku wajib
pajak, dll.

2. Klasifikasi Penelitian Bisnis


Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Tujuan Penelitian;
2. Karakteristik Masalah; dan
3. Jenis Data.

2.1. Berdasarkan Tujuan Penelitian

1. Penelitian Dasar (Basic, Pure, Fundamental Research)


Penelitian dasar, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori. Tipe penelitian ini juga berkaitan dengan
pemecahan persoalan, tetapi dalam pengertian yang berbeda, yaitu
berupa persoalan yang bersifat teoritis dan tidak mempunyai
pengaruh secara langsung dengan penentuan kebijakan, tindakan
atau kinerja tertentu. Penelitian dasar terdiri dari:
Penelitian deduktif : penelitian yang bertujuan untuk menguji
hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada
keadaan tertentu. Penelitian ini menggunakan hipotesis a priori
(berdasarkan teori bukan berdasarkan fakta) sebagai pedoman atau
arah untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisis data.
Penelitian induktif : merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian ini menekankan pada realitas fakta untuk menghindari
adanya teori-teori atau opini-opini yang membingungkan.

2. Penelitian Terapan (Applied Research)


Penelitian terapan, yaitu penelitian yang menekankan pada
pemecahan masalah-masalah praktis, diarahkan untuk menjawab
pertanyaan spesifik dalam rangka penentuan kebijakan, tindakan
atau kinerja tertentu. Penelitian terapan meliputi :
a. Penelitian Evaluasi digunakan untuk mendukung pemilihan
terhadap beberapa alternative tindakan dalam proses pembuatan
BAB 2. Bagaimana Memahami Jenis Penelitian? 15

keputusan. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap


efektifitas suatu tindakan, kegiatan, atau program.
b. Penelitian dan Pengembangan digunakan untuk
mengembangkan produk baru atau pengembangan proses untuk
menghasilkan produk.
c. Penelitian Aksi bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
atau pendekatan baru dan memecahkan masalah tertentu.

2.2. Berdasarkan Karakteristik Masalah


1. Penelitian Historis
Penelitian historis merupakan penelitian terhadap masalah-masalah
yang berkaitan dengan fenomena masa lalu (histories) dengan
tujuannya adalah untuk melakukan rekontruksi fenomena masa lalu
secara sistematis, objektif dan akurat untuk menjelaskan fenomena
masa sekarang atau mengantisipasi fenomena masa yang akan
datang.

2. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-
masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi dengan
tujuannya adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan current status dan subjek yang
diteliti. Penelitian ini berkaitan dengan opini (individu, kelompok
atau organisasional), kejadian atau prosedur.
3. Studi Kasus dan Lapangan
Studi kasus dan lapangan merupakan penelitian dengan
karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan
kondisi saat ini dari subyek yang diteliti (individu, kelompok,
lembaga, atau komunitas tertentu), serta interaksinya dengan
lingkungan.
Tujuan: melakukan penyelidikan yang mendalam mengenai subyek
tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai
subyek tertentu.
Perbedaan studi kasus dengan survey: cenderung menguji relative
banyak variable penelitian dengan jumlah sample sedikit,
dibandingkan survey yang cenderung menguji variable penelitian
dalam jumlah relative sedikit dengan jumlah sample yang relative
banyak.
Variabel: segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai,
contoh : umur, tingkat pendidikan, motovasi, dll.

4. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional adalah tipe penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan korelasional antara dua variable atau
lebih.
Tujuan: untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi antar
variable atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar variable.
Sebab-akibat (causal-effect): tingkat hubungan antar variable
relative tinggi.
16 Metodologi Penelitian

5. Penelitian Kausal-Komparatif
Merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa
hubungan sebab akibat antara dua variable atau lebih, dan peneliti
melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang
timbul dan menelusuri kembali fakta yang secara masuk akal
sebagai factor penyebabnya.

6. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan tipe penelitian dengan
karakteristik masalah yang sama dengan penelitian kausal
komparatif, hanya saja pada penelitian eksperimen peneliti
melakukan manipulasi atau pengendalian terhadap setidaknya satu
variable independent.
Peneliti melakukan eksperimen dengan membandingkan dua
kelompok subyek yang diteliti, di mana peneliti melakukan
treatment terhadap variabel independent kelompok yang satu sedang
variable independent kelompok yang lain tidak dimanipulasi.

2.3. Berdasarkan Jenis Data


1. Penelitian Opini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini
atau pendapat orang (responden), di mana data yang diteliti berupa
pendapat responden secara individual atau secara kelompok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pandangan,
persepsi atau penilaian responden terhadap masalah tertentu yang
berupa tanggapan responden terhadap diri responden atau kondisi
lingkungan dan perubahannya.
Metode yang digunakan adalah survei
2. Penelitian Empiris merupakan penelitian terhadap fakta empiris
yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman. Penelitian
ini memerlukan kehadiran peneliti untuk melakukan observasi dan
lebih menekankan pada aspek perilaku daripada opini.
3. Penelitian Arsip merupakan penelitian terhadap fakta yang tertulis
(dokumen) atau berupa arsip data.
BAB 2. Bagaimana Memahami Jenis Penelitian? 17

Gambar
Penelitian
Klasifikasi Penelitian Kuantitatif
Induktif
Penelitian
Dasar
Penelitian
Deduktif

Tujuan
Penelitian Penelitian
Evaluasi

Penelitian Penelitian dan


Terapan Pengembangan

Penelitian
Penelitian Tindakan
Historis

Penelitian
Deskriptif

Klasifikasi Karakteristik Studi Kasus &


Penelitian Masalah Lapangan

Penelitian
Korelasional

Penelitian
Kausal Komparatif

Penelitian
Eksperimen

Penelitian
Opini

Sifat dan Jenis Penelitian


Data Empiris

Penelitian
Arsip

Gambar 2.1. Ringkasan Klasifikasi Penelitian


18 Metodologi Penelitian
3 KAJIAN TEORITIS

1. Definisi Teori
Perbedaan paradigma penelitian dapat dilihat paling tidak pada
dua aspek utama, yaitu (1) posisi dan peran teori, dan (2) cara pandang
terhadap fenomena. Perbedaan dalam dua aspek tersebut mempunyai
implikasi pada perbedaan dalam perumusan definisi teori.
Menurut Kringler teori merupakan suatu kumpulan construct
atau konsep (concepts), definisi (definitions), dan proposisi (propositions)
yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan
hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan
(memprediksi) fenomena alam.
Ada tiga hal pokok yang diungkap dalam definisi teori, yaitu :
1. Elemen teori terdiri atas : construct, konsep, definisi dan proposisi
2. Elemen-elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai
fenomena melalui penentuan hubungan antar variabel
3. Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
alam.

2. Konsep – Construct
Konsep dan construct mudah dikacaukan, karena keduanya
memiliki pengertian yang mirip. Istilah construct menurut kamus juga
berarti konsep. Construct dan konsep untuk keperluan penelitian dapat
dibedakan. Konsep atau construct penelitian merupakan dasar
pemikiran peneliti yang kemudian dikomunikasikan kepada orang lain.
Peneliti perlu merumuskan konsep atau construct penelitian dengan baik
agar hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan
untuk direplikasi atau dieksistensi oleh peneliti yang lain.
20 Metodologi Penelitian

a. Konsep
Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang terbentuk melalui
generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena. Konsep
merupakan abstarksi dari realitas yang tersusun dengan
mengklasifikasikan fenomena-fenomena (antara lain berupa : objek,
kejadian, atribut atau proses) yang memiliki kesamaan karakteristik.
Konsep mempunyai tingkat bastraksi yang bersifat progresif
tergantung pada mudah tidaknya fenomena-fenomena yang
diabstraksikan dapat diidentifikasi. Konsep-konsep yang lebih abstrak
sering disebut dengan construct.

b. Construct
Construct sebenarnya bukan hanya merupakan konsep-konsep
yang lebih abstrak, melainkan mempunyai makna tambahan yang
sengaja diadopsi untuk keperluan ilmiah. Dimensi construct terdiri atas
berbagai konsep yang dapat diamati. Konsep-konsep yang dapat
diamati pada setiap dimensi construct, selanjutnya untuk keperluan
penelitian ilmiah diukur dengan menggunakan skala pengukuran
tertentu menjadi variabel penelitian.
Construct sengaja digunakan secara sistematis untuk penelitian
ilmiah melalui dua cara : (1) mengoperasionalisasikan construct ke
dalam konsep-konsep yang dapat diamati dan diukur menjadi variabel
penelitian, dan (2) menghubungkan construct yang satu dengan construct
yang lain menjadi suatu konstruksi teori.

3. Variabel
3.1. Variabel dan Construct
Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat diberi berbagai
macam nilai. Teori mengekspresikan fenomena-fenomena secara
sistematis melalui pernyataan hubungan antar veriabel. Construct adalah
abstraksi dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang diamati.
Dengan demikian, variabel merupakan proksi (proxy) atau representasi
dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variabel
merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena
yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct.

3.2. Nilai Variabel


Variabel dapat diukur dengan berbagai macam nilai tergantung
pada construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau
BAB 3. Kajian Teoritis 21

berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu


kisaran nilai.

4. Tipe-Tipe Variabel Penelitian


Variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya adalah berdasarkan : (1) Fungsi Variabel, (2)
Skala Nilai Variabel, dan (3) Perlakuan terhadap Variabel.

4.1. Fungsi Variabel


Tipe-tipe variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi
variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu : variabel independen,
variabel dependen, variabel moderating, dan variabel intervening.

a. Variabel Independen dan Dependen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau


mempengaruhi variabel lain. Variabel dependen adalah tipe variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Kedua tipe
variabel ini merupakan kategori variabel penelitian yang paling sering
dugunakan dalam penelitian karena mempunyai kemampuan aplikasi
luas.
Tujuan penelitian seperti halnya tujuan teori adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena. Penjelasan dan prediksi
fenomena secara sistematis digambarkan dengan variabilitas variabel-
variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel-varibel independen.
Bentuk hubungan antar variabel dapat berupa hubungan korelasional
maupun sebab akibat. Sesuai fenomena sosial yang dijelaskan, bentuk
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dapat
bersifat positif atau negatif.
Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang
diduga sebagai sebab (presumed cause variable) dari variabel dependen,
yaitu variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variable).
Variabel independen juga dapat disebut sebagai varibel yang
mendahului (antecedent variable) dan varibel dependen sebagai variebel
konsekuensi (consequent variable).

b. Variabel Moderating
Salah satu variabel yang mempengaruhi variabel independen
ataupun variabel dependen adalah variabel moderating, yaitu tipe
variabel-variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
langsung antara variabel independen dengan variabel dependen.
Variabel moderating merupakan tipe variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau
arah hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-
variabel-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif dalam hal
22 Metodologi Penelitian

ini tergantung pada variabel moderating. Oleh karena itu, variabel


moderating dinamakan pula veriabel contigency.

c. Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel dependen dan independen menjadi hubungan tidak langsung.
Variabel intervening merupakan variabel yang terletak diantara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen
tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen.

4.2. Skala Nilai Variabel


Variabel umumnya diukur dengan skala dalam kisaran nilai
tertentu. Berdasarkan skala nilainya, variabel-variabel penelitian
diklasifikasikan menjadi variabel kontinu (contious variable) dan
variabel kategori (categorical variable). Klasifikasi variabel penelitian
berdasarkan nilai bermanfaat terutama untuk menyusun perencanaan
dan analisis data penelitian.
Variabel kontinu adalah tipe variabel–variabel penelitian yang
memiliki kumpulan nilai yang teratur dalam kisaran tertentu. Nilai
dalam variabel kontinu setidaknya menggambarkan peringkat atau
jarak berdasarkan skala pengukuran tertentu. Skala nilai variabel
kontinu dapat berupa, misal : (1) perbedaan lebih atau kurang: tinggi-
sedang-rendah, atau (2) skor nilai yang berbeda dan mempunyai jarak :
1 sampai 7. Tipe skala ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian
teori keperilakuan.
Variabel kategoris adalah tipe variabel-varibel penelitian yang
memiliki nilai berdasarkan kategori tertentu atau lebih dikenal dengan
sebutan skala nominal. Skala nilai variabel ini hanya merupakan label
untuk mengidentifikasi kategori atau kelompok variabel bersangkutan.

4.3. Perlakuan terhadap Variabel


Karakteristik penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi
terhadap variabel tertentu. Manipulasi dalam hal ini berarti
memberikan perlakuan yang berbeda kepada kelompok yang berbeda.
Klasifikasi variabel berdasarkan pada perlaku-an peneliti terhadap
variabel penelitian bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara
variabel-variabel yang dimanipulasi dengan variabel-variabel yang
tidak dimanipulasi.

5. Variabel Aktif dan Variabel Atribut


Variabel-variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan
perlakuan peneliti terhadap suatu variabel, yaitu :variabel aktif (active
variable) dan variabel atribut (attribute variable). Variabel aktif adalah
variabel-variabel penelitian yang dimanipulasi untuk keperluan
BAB 3. Kajian Teoritis 23

penelitian eksperimen. Tidak semua variabel penelitian dapat


dimanipulasi, misal variabel-variabel yang berkaitan dengan
karakteristik manusia : intelegensi, sikap, jenis kelamin, status sosial-
ekonomi. Variabel-variabel teresebut umunya tidak mungkin atau sulit
untuk dimanipulasi. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat
dimanipulasi disebut dengan variabel atribut.

6. Definisi Operasional
Variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai macam
nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang
kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel sebagai untuk
memberi gambaran yang lebih konkret mengenai abstraksi construct
yang diwakilinya.
Penentuan variabel pada dasarnya merupakan operasionalisasi
terhadap construct, yaitu upaya mengurangi abstraksi construct
sehingga dapat diukur. Definisi operasional adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional
menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi
peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih
baik.

7. Teori dan Penelitian


7.1. Peran Penelitian
Salah satu karakteristik penelitian adalah adanya hubungan
yang erat antara penelitian dengan ilmu. Penelitian pada dasarnya
merupakan operasi-onalisasi dari metode ilmiah, yaitu metode yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Hubungan antara
penelitian dengan ilmu juga dijelaskan melalui peran penelitian dalam
pengembangan ilmu.
Teori merupakan bagian dari ilmu yang memberikan penjelasan
(atau memprediksi) fenomena alam. Teori sebagai bagian dari ilmu,
dengan demikian, juga mempunyai jalinan erat dengan penelitian.
Penelitian merupakan proses yang sistematis untuk mengembangkan
teori.

7.2. Posisi dan Peran Teori


Adanya perbedaan paradigma antara penelitian kuantitatif
dengan penelitian kualitatif mempengaruhi posisi dan peran teori
dalam penelitian. Ditinjau dari segi tujuan penelitian kedua paradigma
24 Metodologi Penelitian

tersebut mempunyai perbedaan prinsip, sehingga masing-masing


meletakan posisi dan peran teori dengan perlakuan yang berbeda.
Penelitian kuantitatif yang mempunyai tujuan untuk menguji
atau verifikasi teori, meletakan teori secara deduktif menjadi landasan
dalam penemuan dan pemecahan masalah penelitian. Teori merupakan
kerangka dalam penelitian kuantitatif yang melandasi perumusan
masalah atau pertanya-an, pengembangan hipotesis, pengujian data,
dan pembuatan kesimpulan. Posisi dan peran teori dalam penelitian
kuantitatif direfleksikan dalam hasil penelitian yang berupa dukungan
atau penolakan terhdap teori.
Penelitian kualitatif yang mempunyai tujuan untuk menyusun
teori, memandang teori sebagai hasil proses induksi dari pengamatan
terhadap fakta (pengumpulan informasi). Teori pada dasarnya
merupakan kulminasi dari penelitian kualitatif yang disusun melalui
proses pengumpulan data, kategorisasi data dan pengembangan pola
atau susunan (patterns) teori.

7.3. Proses Pengembangan Teori


Proses pengembangan teori mencakup dua aspek, yaitu
pengujian dan penyusunan kontruksi teori. Kedua aspek tersebut
melahirkan dua metode yaitu pendekatan deduktif dan induktif.
Penelitian deduktif merupakan operasionalisasi dari proses
pengembangan teori yang menitikberatkan pada aspek pengujian
kontruksi teori. Penelitian induktif sebaliknya, merupakan
operasionalisasi dari proses pengembangan teori yang menitikberatkan
pada aspek penyusunan teori. Kedua pendekatan ini merupakan
karakteristik utama penelitian kuantitatif dan kualitatif.
BAB 3. Kajian Teoritis 25

Gambar 4.1. Penelitian Induktif dalam Paradigma Kualitatif

Gambar 3.1. Penelitian Deduktif dalam Paradigma Kuantitatif

8. Hipotesis
8.1. Proposisi (Propositions) dan Hipotesis
Deduksi adalah kesimpulan dari berpikir deduktif (berpikir
yang berangkat dari hal-hal yang bersifat umum (general) dan universal
kepada hal-hal yang bersifat khusus (spesifik/partikular) dan bersifat a
priori. Kebalikan dengan deduktif, berpikir induktif adalah berfikir
generalisasi yang bersifat a posteriari, yaitu berpikir tentang sejumlah
fenomena yang telah ada pada empirik, yang bersifat
khusus/spesifik/partikular ke arah satu fenomena yang bersifat umum
(general), baik lokal maupun universal.
26 Metodologi Penelitian

Dalam ”deducto hypothetico” deduksi itu berarti hipotesis


(patokan duga). Sebagai hipotesis deduksi itu dirumuskan dalam
bentuk proposisi (keterangan peryataan).
Secara lengkapnya proposisi adalah kalimat pernyataan yang
terdiri dari dua variabelatau lebih yang menyatakan hubungan sebab-
akibat (kausalitas) hakiki. Dengan demikian proposisi itu adalah wujud
dari “eksplanasi” (dan prediksi) dari ilmu (schience) yang diperoleh
dengan cara menghubungkan suatu pikiran dengan kenyataan dan atau
dengan pemikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang
denan pemahaman kausalitas hakiki dan universal.
Proposisi berasal dari “opini” (pendapat-pendapat yang
dianggap benar) disebut dalil (theorem). Sedangkan proposisi yang
berasal dari hubungan antara suatu pikiran dengan kanyataan yang
dilandaskan pada pemikiran-pemikiran lain yang telah dianggap benar,
tetapi belum disesuaikan dengan pendalaman yang berulang-ulang
(empirik) disebut hipotesis.

8.2. Fungsi Hipotesis


Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah
teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau peetanyaan
penelitian yang me-merlukan pengujian secara empiris.
Dengan demikian, hipotesis mempunyai beberapa fungsi yang
penting dalam penelitian kuantitatif, antara lain sebagai berikut :
1. Hipotesis menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara
rasional.
2. Hipotesis menyatakan variabel-variabel penelitian yang perlu diuji
secara empirik.
3. Hipotesis digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode-
metode pengujian data.
4. Hipotesis menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.

8.3. Pengembangan Hipotesis


Hipotesis dikembangkan dari telaah teoretis atau literatur.
Sumber literatur dapat berasal dari literatur yang dipublikasikan (jurnal,
buku teks, tex database) atau literatur yang tidak dipublikasikan (skripsi,
tesis, disertasi, paper, makalah seminar). Cresswell mengusulkan model
sebagai parameter dalam menelaah literatur, yang terdiri atas lima
komponen, yaitu :
1. Bagian pendahuluan telaah literatur berisi pengenalan mengenai
pokok bahasan dalam telaah litertur dan sistematika
pembahasannya.
2. Telaah literatur mengenai variabel-variabel independen, jika
terdapat lebih dari satu macam variabel independen, (termasuk
daintaranya variabel moderating atau variebel intervening), perlu
BAB 3. Kajian Teoritis 27

dipertimbangkan untuk menitikberatkan telaah pada satu variabel


yang peling penting. Telaah literatur harus dibatasi pada tipok-topik
yang relevan dengan variabel independen.
3. Telaah literatur yang berkaitan dengan variabel dependen, jika ada
lebih dari satu macam variabel dependen peelu dipertimbangkan
untuk menitik-beratkan telaah pada satu veriabel dependen yang
paling penting.
4. Telaah litertur yang berkaitan dengan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen (variabel moderating dan
variabel intervening, jika ada). Bagian ini merupakan inti dari proses
telaah literatur untuk mengembangkan hipotesis berdasarkan
penalaran deduktif dari teori-teori yang dihasilkan oleh penelitian-
penelitian sebelumnya. Literatur yang ditelaah harus dapat
memberikan perspektif teori pada jawaban masalah atau pertanyaan
penelitian yang dinyatakan dalam rumusan hipotesis.
5. Bagian akhir dari telaah literatur berupa rangkuman yang
memberikan penjelasan mengenai pokok bahasan yang penting
dalam telaah literatur.
Telaah literatur merupakan sumber utama penyusunan kerangka
teoretis suatu penelitian. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan kerangka teoretis adalah :
1. kerangka teoretis membahas identifikasi variabel-variabel yang
relevan dengan masalah penelitian dan diberi nama yang jelas
dalam pembahasan kerangka teoretis;
2. kerangka teoretis menyatakan sifat atau arah hubungan atau
perbedaan antara dua variabel atau lebih yang diteliti.
3. kerangka teoretis menjelaskan hubungan perbedaan antar variabel
penelitian yang divisualisasikan dalam bentuk diagram;
4. kerangka teoretis menjelaskan perspektif yang menjadi landasan
pengem-bangan hipotesis berdasarkan pada temuan-temuan
penelitian sebelumnya.

8.4. Rumusan Hipotesis


a. Kriteria
Rumusan hipotesis yang baik setidaknya mempertimbangkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian.
Tujuan penelitian adalah memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif
merupakan jawaban rasional yang dideduksi dari teori-teori yang
ada.
2. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat
diuji secara empiris.
28 Metodologi Penelitian

Tujuan penelitian (terutama penelitian dasar) adalah menguji teori


atau hipotesis. Agar dapat diuji, hipotesis harus menyatakan secara
jelas variabel-variabel yang diteliti dan dugaan mengenai hubungan
antar variabel.
3. Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori
yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya.
Beberapa teori kemungkinan saling bertentangan antara yang satu
dengan yang lain atau teori yang satu lebih kuat daripada teori lain.
Hipotesis yang di-kembangkan oleh peneliti harus mempunyai
dukungan teoretis yang lebih kuat daripada alternatif hipotesis
lainnya yang kemungkinan dapat dikem-bangkan berdasarkan teori-
teori lain.

b. Format
Rumusan hipotesis dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk rumusan,
diantara-nya dalam bentuk :
1) Pernyataan “Jika – maka” (if-then statement) atau proposisi
Hipotesis penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan
“Jika-Maka” atau berupa proposisi yang menyatakan hubungan
antara dua variabel dan perbedaan antara dua kelompok atau lebih
dalam kaitannya dengan variabel-variabel tertentu yang dapat diuji.
Contoh :
Jika karyawan mengalami tekanan dalam bekerja yang lebih rendah,
maka akan memperoleh kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Karyawan yang mengalami tekanan dalam bekerja lebih rendah,
akan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.

Hipotesis yang menyatakan hubungan antara dua veriabel atau


lebih atau perbedaan dua kelompok dengan menggunakan istilah
misal : positif, negatif, lebih atau kurang dari, disebut dengan
hipotesis directional, yaitu hipotesis yang menyatakan sifat atau
arah hubungan antar variabel. Hipotesis Non-Dirrectional,
sebaliknya merupakan hipotesis yang tidak menyatakan arah
hubungan antar variabel penelitian. Hipotesis non-directional
umumnya disebabkan antara lain oleh : (1) belum ada (ditemukan)
teori-teori yang menjadi landasan untuk menentukan arah
hubungan antar variabel yang diteliti, (2) menurut hasil penelitian-
penelitian sebelumnya, ada konflik atau ketidakjelasan (equivocal)
hubungan antar variabel yang diteliti.

2) Hipotesis Nol (null hypotheses)


Hipotesis nol merupakan hipotesis yang menyatakan suatu
hubungan antar variabel yang definitif atau eksak sama dengan nol,
BAB 3. Kajian Teoritis 29

atau secara umum dinyatakan bahwa tidak ada hubungan atau


perbedaan (signifikan) antar variabel yang diteliti.
Contoh :
Tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi akuntan dan
mahasiswa terhadap etika bisnis. Pernyataan hipotesis nol dalam
contoh tersebut dapat disajikan secara statistik sebagai berikut :
Ho : A = M atau Ho : A - M = 0
Ho : menunjukkan format hipotesis nol
A : adalah rata-rata persepsi akuntan publik terhadap etika bisnis
M : adalah rata-rata persepsi mahasiswa terhadap etika bisnis

Hipotesis Alternatif (alternative hypotheses)

Hipotesis alternatif merupakan lawan pernyataan dari format


hipotesis nol yang menunjukkan adanya hubungan atau perbedaan
(signifikan) antar variabel yang diteliti.
Contoh :
 Ada perbedaan motivasi kerja yang signifikan antara pekerja
pada perusahaan asing dengan perusahaan nasional
 Pekerja pada perusahaan asing mempunyai motivasi kerja yang
lebih tinggi daripada pekerja pada perusahaan nasional atau
pekerja pada perusahaan nasional mempunyai motivasi kerja
yang lebih rendah daripada pekerja pada perusahaan asing.
Pernyataan hipotesis alternatif dalam salah satu contoh di atas dapat
disajikan dalam statistik sebagai berikut :
Ha : A ≠ N atau Ho : A - N ≠ 0
Ha : menunjukkan format hipotesis alternatif
A : adalah rata-rata motivasi kerja dari pekerja pada perusahaan
asing
M : adalah rata-rata motivasi kerja dari pekerja pada perusahaan
nasional
30 Metodologi Penelitian
4 DESAIN PENELITIAN
Memahami

Metode pemilihan, pengumpulan dan analisis data


dipengaruhi oleh tujuan dan masalah penelitian. Sebelum
membahas tahap pengujian data, terlebih dahulu dibahas aspek-
aspek yang terkait dengan tujuan dan karakteristik masalah
penlitian, yaitu :
1. Tujuan studi,
2. Tipe hubungan antar variabel,
3. Lingkungan (setting) studi,
4. Unit analisis,
5. Horison waktu, dan
6. Pengukuran construct.

Pemilihan, pengumpulan dan analisis data serta keenam


aspek tersebut merupakan elemen-elemen desain penelitian.

1. Tujuan Studi
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah pengembangan
teori dan pemecahan masalah. Kedua tujuan tersebut masih
bersifat umum. Penelitian disamping itu, secara lebih spesifik
menyatakan tujuan studi atau pengujian. Hasil penelitian secara
lebih spesifik dapat dimaksudkan sebagai : (1) studi eksplorasi, (2)
studi deskriptif, atau (3) pengujian hipotesis.
32 Metodologi Penelitian

1.1. Studi Eksplorasi


Studi eksplorasi (exploration study) atau studi penjajakan
dilakukan jika peneliti memiliki keterbatasan informasi mengenai
masalah penelitian tertentu, karena penelitian-penelitian
sebelumya yang meneliti masalah tersebut relatif belum banyak
dilakukan oleh peneliti yang lain. Peneliti tidak memperoleh
informasi mengenai pemecahan masalah tersebut. Demikian juga
mengenai informasi latar belakang masalah yang diperlukan oleh
peneliti untuk memahami dan merumuskan masalah penelitian,
penyusunan kerangka teoritis, pengembangan hipotesis dan
pengujiannya.
Studi eksplorasi, pada dasarnya adalah untuk memahami
karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, karena belum
banyaknya literatur hasil penelitian yang mem-bahas masalah
tersebut atau masalah yang sejenis. Studi ini diperlukan untuk
menjajaki sifat dan pola fenomena yang menarik perhatian
peneliti dan merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan
yang bermanfaat untuk penyusunan konstruksi teori.
Peneliti melalui studi eksplorasi dapat mengembangkan
konsep atau konstruk yang jelas dan mendefinisikan variabel-
variabel penelitian yang penting. Studi ini setidaknya memiliki
tiga tujuan yang saling tekait, yaitu : (1) melakukan diagnosa
terhadap fenomena tertentu, (2) menyaring alternatif-alternatif, (3)
menemukan ide-ide baru.
Sebelum dilakukan penelitian untuk menemukan solusi
masalah, terlebih dahulu dilakukan studi eksplorasi untuk
memperoleh informasi mengenai esensi masalah yang terjadi.
Hasil dari studi eksplorasi memberikan dukungan informasi
berupa klarifikasi masalah untuk melakukan penelitian lebh
lanjut. Studi eksplorasi dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, yaitu : (1) survei pengalaman, (2) analisis data sekunder,
(3) studi kasus, (4) uji coba (pilot study) untuk analisis kuantitatif.
Masing-masing kategori menawarkan berbagai teknik
pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan dalam studi eksplorasi dapat
menggunakan berbagai teknik, antara lain observasi dan
wawancara. Tipe data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
sebagaian besar berupa data kualitatif. Berdasarkan hasil analisis
data yang dikumpulkan dalam studi ini, peneliti dapat
BAB 4. Memahami Desain Penelitian 33

mengembangkan teori atau hipotesis yang perlu diuji melalui


penelitian-penelitian berikutnya.

1.2. Studi Deskriptif


Studi deskriptif (descriptive study) merupakan penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti
dari subyek berupa : individu, organisasional, industri, atau
perspektif yang lain. Tujuan studi ini untuk mejelaskan aspek-
aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati. Studi ini
membantu peneliti untuk : mejelaskan karakteristik subyek yang
diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu, dan
menawarkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian
selanjutnya. Jika dalam studi eksplorasi dimaksudkan untuk
memahami karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti,
sedangkan studi deskripsi dimaksudkan untuk menjelaskan
karakteristik fenomena atau masalah yang ada.
Studi deskripsi menjelaskan karakteristik suatu fenomena
yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusanu
untuk memecahkan masalah. Pengumpulan data (baik kualitatif
maupun kuantitatif) melalui penelitian ini kadang-kadang
dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan
penelitian.

1.3. Pengujian Hipotesis


Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis
(hypotheses testing) umumnya merupakan penelitian yang
menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel.
Tipe hubungan antara dua variabel atau lebih, dapat berupa
hubungan korelasional, komparatif (perbandingan), dan hubunga
sebab-akibat. Hipotesis penelitian dikembangkan berdasarkan
teori-teori yang selanjutnya diuji berdasarkan data yang
dikumpulkan. Pengujian hipotesis merupakan tujuan studi
(termasuk studi eksploratif dan studi deskriptif) yang mempunyai
pengaruh terhadap elemen desain penelitian yang lain, terutama
dalam pemilihan metode pengujian data.
34 Metodologi Penelitian

Gambar 4.1. Penelitian berdasaran Tujuan Studi

2. Tipe Hubungan Antar Variabel

Tipe hubungan antar variabel yang diteliti, dapat berupa


hubungan korelasional, yaitu asosiasi antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya yang bukan merupakan hubungan sebab
akibat. Perbedaan antara kedua tipe hubungan tersebut dapat
dilihat dari karakteristik hubungan antar antara variabel
independen dengan variabel dependen. Jika variabel dependen
(sebut varaibel Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen tertentu (sebut variabel X), maka dapat dinyatakan
bahwa varuabel X menyebabkan variabel Y. Hubungan varaibel X
dan Y tersebut merupakan hubungan sebab akibat. Jika terdapat
banyak variabel independen yang menjelaskan atau
mempengaruhi varaibilitas suatu variabel dependen, maka tipe
hubungan antar variabel yang paling mungkin adalah berupa
hubungan korelasional (asosiasi) daripada hubungan sebab-
akibat.

Korelasional
Tipe
Hubungan
Sebab-Akibat

Gambar 4.2. Penelitian berdasaran Tipe Hubungan


BAB 4. Memahami Desain Penelitian 35

3. Lingkungan (Setting) Studi


Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada
lingkungan yang natural dann lingkungan yang artifisial (buatan).
Fenomena yang ada pada lingkungan penelitian yang natural
merupakan kejadian-kejadian alamiah yang berlangsung secara
normal. Lingkungan (setting) penelitian dapat sengaja dibuat oleh
peneliti untuk keperluan penelitian eksperimen yang menguji
hubungan sebab-akibat. Peneliti melakukan manipulasi terhadap
variabel tertentu dan membuat lingkungan (setting) penelitian
untuk meneliti akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan kondisi lingkungan penelitian dan tingkat
keterlibatan peneliti, penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kategori, yaitu : (1) studi lapangan, (2) eksperimen lapangan
dan (3) eksperimen laboratorium.

a. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan tipe penelitian yang menguji
hubungan korelasional antar variabel dengan kondisi
lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan
peneliti yang minimal.

b. Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan merupakan tipe penelitian eksperimen
yang dilakukan pada lingkungan penelitian yang alamiah atau
bukan buatan. Peneliti dalam penelitian ini melakukan
manipulasi terhadap variabel tertentu untuk mengetahui
akibat-akibat yang ditimbulkannya. Tingkat keterlibatan
peneliti dalam studi ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang
dilakukan peneliti dalam studi lapangan.

c. Eksperimen Laboratorium (Laboratory Experiment)


Eksperimen laboratorium merupakan tipe penelitian yang
menguji hubungan sebab-akibat pada lingkungan yang
artifisial (buatan). Keterlibatan peneliti dalam eksperimen
laboratorium paling tinggi dibandingkan dengan studi
lapangan dan eksperimen lapangan. Peneliti terlibat dalam
pembuatan setting yang artifisial dan melakukan manipulasi
terhadap variabel tertentu.
36 Metodologi Penelitian

Studi Lapangan

Setting
Alamiah
Eksperimen
Setting Lapangan
Penelitian
Setting Eksperimen
Artifisial Laboratorium

Gambar 4.3. Penelitian berdasaran Setting Penelitian

4. Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang
dianalisis dalam penelitian. Unit analisis yang ditentukan
berdasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian,
nerupakan elemen yang penting dalam desain penelitian karena
mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data.
Unit analisis dapat dikelompokkan ke dalam kelompok : (1)
individu, (2) kelompok, (3) organisasional, (4) tingkat perusahaan,
(5) tingkat industri atau tingkat multi industri dan (6) tingkat
negara (kultur).

Individual Kelompok Organisasional

Unit
Analisis

Perusahaan Industri Negara

Gambar 4.4. Penelitian berdasaran Unit Analisis


BAB 4. Memahami Desain Penelitian 37

5. Horison Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan dalam satu periode
tertentu (satu titik waktu) secara sekaligus atau dikumpulkan
secara bertahap dalam beberapa periode waktu yang relatif lebih
lama (lebih dari dua titik waktu), tergantung pada karakteristik
masalah penelitian yang akan dijawab.

a. Studi Satu Tahap (One Shot study)


Tipe penelitian ini merupakan penelitian yang datanya
dikumpulkan sekaligus. Data yang dukumpulkan dapat berupa
data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang mencakup
satu atau beberapa periode waktu (hari, minggu, bulan atau
tahun). Tipe studi ini lebih menekankan pada frekuensi tahap
pengumpulan data, yaitu satu tahap atau sekaligus.

b. Studi Cross Sectional – Studi Time Series


Studi satu tahap sering dikacaukan dengan studi cross-
sectional, yaitu studi untuk mengetahui hubungan komparatif
beberapa subyek yang diteliti. Studi ini umumnya merupakan
tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subyek
pada waktu tertentu.Studi cross-sectional berbeda dengan studi
time series yang lebih menekankan pada data penelitian berupa
data rentetan waktu. Studi komparatif yang lebih kompleks
dapat berupa kombinasi antara studi cross-sectional dengan
studi time series.

c. Studi Beberapa Tahap atau Studi Jangka Panjang (Longitudinal


Study)
Penelitian-penelitian untuk mengetahui pola kecenderungan
hubungan kausal-komparatif dan hubungan sebab akibat
umumnya memerlukan lebih dari satu tahap pengumpulan
data pada saat (titik waktu) yang berbeda. Studi ini umumnya
memerlukan waktu lebih lama dan usaha lebih banyak
dibandingkan dengan tipe studi satu tahap, oleh karena itu
sering disebut dengan studi jangka panjang (longitudinal
study). Pengamatan yang dilakukan dalam studi jangka
panjang relatif lebih intensif dan lebih baik dibandingkan
dengan observasi pada studi satu tahap, meskipun
memerlukan waktu lebih lama dan usaha lebih banyak
dibandingkan dengan tipe studi satu tahap, oleh karena itu
38 Metodologi Penelitian

sering disebut dengan studi jangka panjang (longitudinal


study).

6. Pengukuran Construct
Construct merupakan abstraksi dari fenomena atau realitas
yang untuk keperluan penelitian harus dioperasionalisasikan
dalam bentuk variabel yang diukur dengan berbagai macam nilai.
Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai cara-cara
tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur
(mengoperasionalisasikan) construct menjadi variabel yang dapat
diuji. Definisi operasional umumnya merupakan pedoman atau
ketentuan yang dapat digunakan oleh peneliti lain untuk
mengukur suatu construct dengan cara yang sama. Construct dapat
diukur dengan angka atau atribut yang menggunakan skala
tertentu.
Construct merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat berupa:
kejadian, proses, atribut, subyek atau obyek tertentu. Sesuai
dengan sifat dan jenis fenomena yang diabstraksikan oleh
construct, tipe skala pengukuran construct terdiri atas:
1. skala nominal,
2. skala ordinal,
3. skala interval, dan
4. skala rasio.

a. Skala Nominal (Nominal Scale)


Skala nominal adalah skala pengukuran yang
menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari construct
yang diukur dalam bentuk variabel. Misal jenis kelamin
merupakan variabel yang terdiri atas dua kategori: pria dan
wanita. Skala pengukuran jenis kelamin dapat dinyatakan
dalam bentuk angka: 1 (pria) dan 2 (wanita). Varaibel jenis
kelamin merupakan kategori yang bersifat saling meniadakan
(mutually exlusive), artinya bahwa seorang responden hanya
memiliki satu kategori jenis kelamin pria atau wanita. Skala
nominal di samping menyatakan kategori variabel yang saling
meniadakan, juga menyatakan kategori yang bersifat
collectivelly exhaustive, yaitu tidak ada kategori yang lain,
kecuali yang dinyatakan dalam skala nominal. Contoh varaibel
lain yang bersifat mutually exlusive dan collectivelly exhaustive
BAB 4. Memahami Desain Penelitian 39

adalah status perkawinan dan agama yang dianut oleh


responden.
Skala nominal merupakan skala penelitian yang paling
sederhana. Angka atau atribut yang digunakan dalam
pengukuran hanya merupakan suatu nama untuk
menyebutkan kategori atau kelompok variabel. Skala nominal
oleh karena itu, juga dinamakan dengan skala kategoris. Nilai
variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori,
tetapi tidak menjelaskan nilai peringkat, jarak atau
perbandingan.

b. Skala Ordinal (Ordinal Scale)


Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya
menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat
construct yang diukur. Peringkat nilai menunjukkan suatu
urutan penilaian atau tingkat preperensi.
Skala ordinal mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
skala nominal, karena menyatakan kategori dan peringkat,
misal:A lebih berat dari B atau C lebih baik dari D. Skala
ordinal, meskipun demikian tidak menunjukkan jarak atau
interval berapa selisih berat antara A dengan B atau seberapa
baik antara C dibandingkan dengan D.

c. Skala Interval (Interval Scale)


Skala interval merupakan skala pengukuran yang yang
menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang
diukur. Skala interval, dengan kata lain, tidak hanya mengukur
perbedaan subjek atau objek secara kualitatif melalui
kategorisasi dan menyatakan urutan preferensi, tetapi juga
mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan yang lain.
Skala interval, dengan demikian, merupakan skala pengukuran
yang lebih baik dibandingkan dengan skala nominal dan skala
ordinal.
Skala interval dapat dinyatakan dengan skala angka 1
sampai dengan 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala
pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang
sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan
angka 0 (nol) sebagai titik awal perhitungan. Nilai skala
interval bukan angka absolut, misal jarak antara 1 dengan 2
sama dengan jarak antara 3 dengan 4. Ukuran suhu
40 Metodologi Penelitian

(temperatur) merupakan contoh klasik tipe skala ini, suhu 40


derajat celcius tidak dapat dikatakan sevagai suhu yang dua
kali lebih panas dari 20 derajat celcius. Penununjuk waktu
(kalender atau jam) merupakan contoh skala interval, jumlah
hari antara 1 sampai dengan tanggal 4 adalah sama dengan
jumlah hari antar tanggal 21 sampai dengan 24.

d. Skala Rasio (Ratio Scale)


Skala rasio merupakan skala pengukuran yang
menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan perbandingan
construct yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut,
sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang
mengguanakan nilai relatif. Nilai uang atau ukuran berat
merupakan contoh pengukuran dengan skala rasio. Nilai uang
sebesar 1 juta rupiah merupakan kelipatan sepuluh kali dari
nilai uang seratus ribu rupiah. Jika berat badan seseorang
adalah 70 kg sama dengan dua kali lipat dari orang yang
memiliki berat badan 35 kg. Skala rasio banyak digunakan
dalam penelitian-penelitian akuntansi dan manajemen
keuangan.
Gambar berikut ini menyajikan tipe-tipe pengukuran
(kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan) dari construct
berdasarkan skala : nominal, ordinal, interval dan rasio.

Tipe Pengukuran
Skala
Kategori Peringkat Jarak Perbandingan
Nominal Ya Tidak Tidak Tidak
Ordinal Ya Ya Tidak Tidak
Interval Ya Ya Ya Tidak
Rasio Ya Ya Ya Ya

e. Metode Pengukuran Sikap (Attitude Measurement Method)


Komponen sikap dapat dijelaskan melalui tiga dimensi,
yaitu :
1. Afektif, merefleksikan perasaan atau emosi seseorang terhadap
suatu objek.
2. Kognitif, menunjukkan kesadaran seseorang terhadap atau
pengetahuan mengenai objek tertentu.
BAB 4. Memahami Desain Penelitian 41

3. Komponen-komponen perilaku, menggambarkan suatu


keinginan-keinginan atau kecenderungan seseorang untuk
melakukan tindakan.

Metode-metode yang sering digunakan dalam pengukuran


construct sikap, yaitu : Skala Sederhana, Skala Kategori, Skala
Likert, Skala Perbedaan Semantis, dan Skala Grafis.

f. Skala Sederhana (Simple Attitude Scale)


Skala ini menggunakan skala nominal, misal : setuju dan
tidak setuju, ya atau tidak. Tipe skala ini digunakan terutama jika
kuesioner penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan, tingkat
pendidikan responden rendah atau alasan yang lain.

g. Skala Kategori (Category Scale)


Skala kategori adalah metode pengukuran sikap yang
berisi beberapa alternatif kategori pendapat yang memungkinkan
bagi responden untuk memberikan alternatif penilaian. Skala
kategori pada dasarnya merupakan perluasan dari skala
sederhana. Skala ini memberikan yang lebih banyak informasi dan
mengukur lebih sensitif dimensi construct dibandingkan dengan
skala sederhana.
Skala kategori yang dinamakan juga skala butir penilaian
(itemized rating scale) ini dapat dinyatakan degan angka. Tipe-tipe
skala kategori yang umumnya digunakan untuk mengukur sikap
responden yang berkaitan dengan: kualitas (contoh 1), urgensi (2),
menarik (3), kepuasan (4), frekuensi (5).

h. Skala Likert (Likert Scale)


Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap
dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap
subjek, objek atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang
paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert
sehingga dikenal dengan nama Skala Likert. Nama lain dari skala
ini adalah summated ratings method. Skala likert umumnya
menggunakan lima angka penilaian, yaitu : (1) sangat setuju, (2)
setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak
setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai
dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Alternatif
42 Metodologi Penelitian

angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai


dengan 9.

i. Skala Perbedaan Semantis (Semantic Differential Scale)


Skala perbedaan semantis merupakan metode pengukuran
sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
menyatakan secara verbal dua kutub (bivolar) penilaian yang
ekstrem. Dua kutub ekstrem yang dinyatakan dalam metode ini
antara lain dapat berupa penilaian mengenai : baik – buruk, kuat –
lemah, modern – kuno. Responden diminta mengisi ruang
semantis yang tersedia untuk merefleksikan seberapa dekat sikap
responden terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu diantara
dua kutub penilaian yang ekstrem. Metode pengkuran ini
umumnya digunakan untuk mengetahui sika penilaian responden
terhadap merk dagang, produk, identifikasi perusahaan,
pekerjaan, individu tertentu, dan dimensi construct yang lain-lain.

j. Skala Numeris (Numerical Scale)


Skala numeris merupakan metode yang terdiri atas 5 atau 7
alternatif nomor untuk mengukur sikap responden terhadap
subjek, objek atau kejadian tertentu. Skala numeris pada dasarnya
tidak berbeda dengan skala perbedaan semantis, karena juga
menggunakan dua kutub penilaian yang ekstrem diantara
alternatif nomor.

k. Skala Grafis (Grafhic Rating Scale)


Skala grfis merupakan metode pengukuran sikap yang
disajikan dalam bentuk grafis atau gambar. Metode ini
menyatakan penilaian responden terhadap subjek, objek atau
kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak di
dalam gambar atau grfik penilaian.
5 Bagaimana menentukan
SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi
Tipe data penelitian secara ekstrem dapat dikelompokkan dalam
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan
jumlah atau banyaknya sesuatu. Data kualitatif merupakan data yang
dapat dikategorisasi tetapi tidak dapat dikuantitatifkan. Data kualitatif
dapat dijelaskan melalui per-hitungan jumlah setiap kategori yang
diamati.
Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota
populasi disebut dengan elemen populasi (population element).
Penentuan populasi berbeda dengan penentuan unit analisis, meskipun
keduanya berkaitan dengan unit data yang dianalisis.

2. Sampel
Penelitian yang dilakukan dengan meneliti seluruh elemen
populasi disebut dengan sensus, dan penelitian yang hanya meneliti
sebagian elemen-elemen populasi disebut dengan penelitian sampel.
Kendala yang dihadapi penelitian sensus umumnya masalah
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang tersedia. Anggota sampel
disebut juga dengan subyek (subject).

 Elemen adalah unit di mana data yang diperlukan akan


dikumpulkan. Elemen dapat dianalogkan sebagai unit analisis.
 Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya
berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik
untuk mempelajari atau menjadi objek penelitian.
44 Metodologi Penelitian

 Unit Pengambilan Sampel adalah sekelompok elemen yang tidak


tumpang tindih dengan populasi.
 Kerangka Sampel adalah representasi fisik dari objek, individu,
kelompok, yang sangat penting dalam penentuan sampel.
 Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi.
 Parameter menggambarkan ringkasan variabel dalam populasi
sementara statistik menggambarkan ringkasan dalam sampel.
Kesalahan Sampel :
Kesalahan dalam pengambilan sampel, yaitu kesalahan prosedur dan
kesalahan penggunaan satistik untuk estimasi parameter.
Efisiensi Statistik dan Sampel :
Efisiensi statistik adalah ukuran perbandingan dari desain sampel
dengan besar sampel yang sama, yang menghasilkan satandar
kesalahan yang lebih kecil. Efisiensi sampel adalah karakteristik dalam
pengambilan sampel yang menekankan adanya presisi yang tinggi dan
biaya per unit yang rendah.
Perencanaan Sampel :
Perencanaan sampel adalah spesifikasi formal dari metode dan
prosedur yang akan digunakan untuk mengidentifikasi sampel yang
dipilih dalam penelitian.

3. Penelitian Sampel dan Sensus

Alasan Penelitian Sampel


Beberapa faktor yang menjadi alasan peneliti melakukan
penelitian sampel daripada sensus, diantaranya adalah :
a. Jika elemen populasi relatif banyak, maka peneliti tidak mungkin
mengumpulkan seluruh elemen populasi, karena akan memerlukan
biaya dan tenaga yang relatif tidak sedikit.
b. Kualitas data yang dihasilkan dari penelitian sampel sering lebih
baik dibandingkan dengan hasil sensus, karena proses
pengumpulan dan analisis data sampel relatif yang lebih sedikit
dapat dilakukan relatif lebih teliti. Super-visi peneliti terhadap
tenaga pengumpul data dan pemrosesan data dapat dilakukan lebih
baik.
c. Proses penelitian dengan menggunakan data samel relatif lebih
cepat dari-pada sensus, sehingga dapat mengurangi jangka waktu
antara saat timbul-nya kebutuhan informasi hasil penelitian dengan
saat tersedianya informasi yang dibutuhkan.
d. Alasan lain yang menghendaki penelitian dengan sampel, terutama
dalam kasus pengujian yang bersifat merusak .
BAB 5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian 45

Alasan Sensus
Peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk menginvestigasi
seluruh elemen populasi, jika elemen-elemen populasi relatif sedikit dan
variabilitas setiap elemen relatif tinggi (heterogen). Sensus juga lebih
layak dilakukan jika penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan
karakteristik setiap elemen dari suatu populasi.

Hubungan Sampel dan Populasi


Analisis data sampel secara kuantitatif menghasilkan statistik
sampel (sample statistics) yang digunakan untuk mengestimasi
parameter populasi (population parameters). Statistik merupakan
ukuran numeris yang dihitung dari pengukuran sampel. Parameter
adalah ukuran deskripsi numeris yang dihitung dari pengukuran
populasi. Statistik sampel dapat digunakan untuk membuat inferensi
mengenai parameter populasi. Deskripsi sampel dan populasinya secara
kuantitatif berupa statistik atau parameter yang umumnya mengukur
tendensi sentral (rata-rata, median, modus) dan dispersi (deviasi standar
dan varian).

Sampel Populasi

Statistik Parameter
(X, s, s2) (, , 2)

Estimasi

Gambar 6.1. Hubungan Sampel dan Populasi

4. Kriteria Pemilihan Sampel


Kriteria sampel yang representatif tergantung pada dua aspek
yang saling berkaitan, yaitu akurasi dan presisi.
Akurasi
Yang dimaksud dengan sampel yang akurat adalah sejauh mana
statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasi dengan tepat.
Akurasi berkaitan dengan tingkat keyakinan (confidence level). Semakin
akurat suatu sampel akan semakin tinggi tingkat keyakinan bahwa
statistik sampel mengestimasi parameter populasinya dengan tepat.
Tingkat keyakinan dalam statistik dinyatakan dalam persentase. Tingkat
keykinan yang biasa dipergunakan dalam statistik antara lain 99%, 98%,
95%, dan 90%. Jika dinyatakan tingkat keyakinan 95%, maka berarti
akurasi statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasinya
dengan benar adalah 95% dan probabilitas bahwa estimasi hasil
46 Metodologi Penelitian

penelitian tidak benar adalah 5% yang dinyatakan dengan tingkat


signifikansi (significane level) sebesar 0,05 ( = 0,05).

Presisi
Yang dimaksud dengan sampel yang presisi (ketelitian) adalah
sejauh mana hasil penelitian ber-dasarkan sampel dapat merefleksikan
realitas populasinya dengan teliti. Presisi menunjukkan tingkat
ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel yang menggambarkan
karakteristik populasinya. Presisi umumnya dinyatakan dengan interval
keyakinan (confidence interval) dari sampel yang dipilih.

Karakteristik Sampel yang Baik


Sampel yang baik memiliki karakteristik, antara lain :
a. Memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban
yang dikehendaki
b. Mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis untuk
menjadi sampel
c. Memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh
(misalnya kesalah-an) dalam pemilihan sampel daripada harus
melakukan sensus
d. Memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel
statistik.

5. Prosedur Pemilihan Sampel


Prosedur pemilihan sampel memerlukan beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut :
a. Penentuan target populasi
b. Penentuan kerangka pemilihan sampel
c. Menentukan metode pemilihan sampel
d. Penentuan prosedur pemilihan jumlah sampel
e. Penentuan jumlah sampel
f. Pemilihan unit sampel aktual
g. Pelaksanaan penelitian

Penentuan Populasi
Tahap pertama dalam pemilihan sampel adalah menentukan
atau meng-identifikasi populasi, yaitu populasi spesifik yang relevan
dengan tujuan atau masalah penelitian. Populasi adalah suatu kelompok
dari elemen penelitian, di mana elemen adalah unit terkecil yang
merupakan sumber dari data yang diperlu-kan. Elemen dapat
dianalogikan sebagai unit analisis, sepanjang pengumpulan data untuk
penelitian bisnis dilakukan hanya kepada responden. Unit analisis
BAB 5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian 47

berupa sebagai individu (misal: kepala keluarga, mahasiswa, pedagang),


organi-sasi (misal:pengecer, penyalur, perusahaan manufaktur), atau
bisa juga merupakan produk perusahaan (misal: mobil, pasta gigi).
Penentuan populasi merupakan hal yang penting dalam proses
pemilihan data, karena berkaitan dengan identifikasi elemen-elemen
populasi yang menjadi dasar pemilihan sampel penelitian. Populasi bisa
terbatas ataupun tak terbatas. Sebagian populasi yang terpilih sebagai
sumber data disebut sampel penelitian, atau sering disebut sampel.

Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel


Kerangka sampel adalah daftar elemen-elemen yang dijadikan
dasar untuk mengambil sampel. Kerangka sampel biasanya berbeda
dengan populasi target yang ditentukan. Misal, populasi target adalah
mahasiswa FE-UP, jika peneliti menggunakan sebuah dafatar mahasiswa
FE-UP, ada kemungkinan daftar tersebut belum memuat mahasiswa
baru atau mungkin masih mencantumkan mahasiswa yang telah lulus.
Perbedaan antara elemen populasi target dengan elemen kerangka
sampel merupakan sumber kesalahan (error) yang berkaitan dengan
kerangka sampel.

Metode Pemilihan Sampel


Metode pemilihan sampel secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua:
a. Metode pemilihan sampel probabilitas (probability sampling methods)
atau metode pemilihan sampel secara acak (randomly sampling
method), yaitu terdiri dari metode-merode : simple random sampling,
systematic sampling, stratified random sampling, cluster sampling, dan
area sampling.
1) Pemilihan sampel secara acak sederhana (Simple Random
Sampling)
Metode ini memberikan kesempatan yang sama yang bersifat
tidak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai
sampel. Metode ini relatif sederhana karena hanya memerlukan
satu tahap prosedur pemilihan sampel.
Contoh : seorang peneliti ingin memilih 100 mahasiswa sebagai
sampel dari jumlah populasi 5.000 mahasiswa. Peneliti membuat
daftar nomor mahasiswa dari nomor 1 sampai 5.000 sebagai
kerangka sampel. Selanjutnya peneliti memilih 100 nomor secara
acak dari 5.000 nomor yang ada.
2) Pemilihan sampel sistematis (Systematic Sampling)
Pemilihan sampel dari kerangka sampel dapat dilakukan dengan
cara sistematis, yaitu memilih secara acak setiap elemen dengan
nomor tertentu dari tabel nomor sebagai kerangka sampel.
48 Metodologi Penelitian

Pemilihan nomor dimulai dengan nomor tertentu secara acak


selanjutnya dipilih nomor-nomor berikutnya dalam jarak
tertentu yang sama.
Contoh : Dari contoh no. 1. Berdasarkan metode sampel
sistematis, peneliti dapat memilih nomor tertentu, misal no 50
untuk sampel yang pertama, sampel kedua nomor 100, ketiga
nomor 150, demikian seterusnya sampai sampel keseratus nomor
5.000. Sampel yang dipilih adalah nomor-nomor dalam tabel
yang mempunyai jarak 50.
3) Pemilihan sampel acak berdasarkan strata (Stratified Random
Sampling)
Metode ini merupakan pemilihan sampel secara acak dimana
terlebih dahulu mengklasifikasikan suatu populasi ke dalam
sub-sub populasi berdasarkan karakteristik tertentu dari elemen-
elemen populasi (misal, berdasarkan jenis kelamin, jenis industri,
tahun angkatan, ukuran perusahaan, dll). Sampel kemudian
dipilih dari sub-sub tersebut dengan metode acak sederhana
atau metode sistematis. Dalam mengklasifikasikan sub-sub
tersebut dipertimbangkan aspek relevansinya dengan tujuan
penelitian.
Contoh : Dari contoh no.1. Peneliti ingin mengetahui motovasi
belajar mahasiswa berdasarkan 100 sampel dari 5.000
mahasiswa. Untuk itu, peneliti membagi berdasarkan semester,
yaitu II, IV, dan VI. Selanjutnya dari masing-masing strata
dipilih sejumlah mahasiswa secara acak. Jumlah yang dipilih
ditentukan dengan dua alternatif, yaitu :
1. secara proposional sebesar 2% dari jumlah elemen pada
setiap unit sampel,
2. secara tidak proposional dalm jumlah yang sama tanpa
memperhatikan jumlah elemen pada setiap unit sampel.
4) Pemilihan sampel berdasarkan kelompok (Clustered Sampling)
Metode pemilihan sampel ini dapat dilakukan dengan satu
tahap (one stage) atau beberapa tahap (multi stage) penentuan
unit sampel. Caranya hampir sama dengan metode stratified.
Perbedaanya adalah metode ini lebih menekankan pada
heterogenitas karakteristik elemen-elemen pada masing-masing
unit sampel, tetapi karakteristik elemen-elemen antara kelompok
unit sampel satu dengan unit sampel lain relatif homogen.
(Contoh pada hal 127).
5) Pemilihan sampel area (Area Sampling)
Metode pemilihan sampel area pada dasarnya merupakan
metode pemilihan sampel acak berdasarkan kelompok yang
digunakan untuk memilih sampel dari populasi yang lokasi
BAB 5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian 49

geografisnya terpencar. Metode ini diterapkan jika faktor lokasi


menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan sampel. Area
pemilihan sampel dapat dibagi berdasarkan wilayah
administrasi pemerintahan (provinsi, kabupaten, atau yang lebih
kecil), berdasarkan wilayah pemasaran produk perusahaan, atau
menggunakan dasar pembagian area yang lain.

b. Metode pemilihan sampel nonprobabilitas (non-probabilty sampling


methods) disebut juga dengan metode pemilihan sampel secara tidak
acak (non-randomly sampling method), yang terdiri dari metode-
metode: convenience sampling, judgement sampling, dan quota sampling.
Perbedaan pokok antar kedua metode terletak pada probabilitas
setiap elemen populasi terpilih sebagai subjek sampel. Metode
probabilitas memberikan kesempatan yang sama pada setiap elemen
populasi untuk terpilih sebagai sampel dengan pemilihan sampel yang
dilakukan secara acak. Sedangkan metode non-probabilitas, memilih
sampel secara tidak acak sehingga setiap elemen populasi mempunyai
probabilitas yang berbeda untuk dipilih menjadi sampel.
Menurut Mudrajad metode pemilihan sampel disebut juga
desain sampel. Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel
dari populasi yang ada. Setiap desain sampel mempunyai kelebihan dan
kelemahan tersendiri.

Prosedur Pemilihan Jumlah Sampel (Unit Sampel/Sample Unit)


Unit sampel adalah suatu elemen atau sekelompok elemen yang
menjadi dasar untuk dipilih sebagai sampel. Pemilihan sampel
berdasarkan kerangka sampel dapat dilakukan melalui prosedur satu
tahap atau beberapa tahap. Elemen-elemen dalam unit sampel pada
prosedur pemilihan satu tahap sama dengan elemen-elemen dalam
kerangka sampel. Pemilihan sampel dengan prosedur beberapa tahap,
unit sampel diambil dari kerangka sampel secara ber-tahap dalam
beberapa tingkat.

Penentuan Jumlah Sampel


Data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel penelitian.
Dengan demikian, semakin besar jumlah sampel dengan desain sampel
yang benar, tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili
populasi yang diteliti. Akan tetapi, dalam hubungannya dengan biaya
penelitian, semakin besar jumlah sampel, biaya penelitian juga semakin
besar. Hal yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti adalah bagaimana
menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan baik
sekaligus dengan jumlah biaya yang terjangkau.
Dari uraian tersebut, permasalahan yang timbul adalah bahwa
dengan semakin banyaknya jumlah sampel, maka data yang diperoleh
50 Metodologi Penelitian

semakin baik, akan tetapi akan memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang lebih mahal.
Dengan demikian, tujuan penggunaan sampel adalah peneliti
dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi
dengan biaya penelitian yang lebih murah dan waktu penelitian yang
lebih cepat. Mitos yang muncul berkaitan dengan penentuan sampel
(Cooper & Schindler, 2001 : 172) adalah :
1. sampel harus besar agar dapat mewakili populasi;
2. sampel harus mengandung hubungan proposional terhadap ukuran
populasi.
Dalam praktek, besarnya sampel tergantung pada variasi parameter
populasi dan seberapa jauh presisi yang diperlukan peneliti.
Zikmund (2000:389) mengusulkan formula menghitung sampel sebagai
berikut :
2
 ZS 
n   
 E 
i mana :
n = jumlah sampel
Z = nilai yang sudah distandarisasikan sebagai derajat keyakinan
S = deviasi standar sampel atau estimasi deviasi standar populasi
E = tingkat kesalahan yang ditolerir, plus minus faktor kesalahan
(rentangnya antara setengah dari total derajat keyakinan).
Contoh :
Jika diketahui pengeluaran ibu rumah tangga di suatu daerah di mana
deviasi standarnya (S) sebesar $29, derajat kepercayaan sebesar 95%
berarti nilai Z = 1,96, dan rentang kesalahan kurang dari $2, maka
jumlah sampel yang diperlukan adalah :
2
 (1,96).(29) 
n   808
 2 
Selain rumus dan contoh di atas, ada juga sumber lain yang
mengemukakan rumus untuk menentukan jumlah sampel sebagai
berikut :

Langkah 1 : Menghitung varian dari populasi


 = X  k . sx
di mana
 = rata-rata populasi
X = rata-rata sampel
k = nilai t atau z tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
sx = dispersi atau varian populasi
BAB 5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian 51

Langkah 2 : Menentukan besarnya sampel


s
sx 
n 1
di mana
s = deviasi standar sampel
n = jumlah sampel

Langkah 3 : Rumus koreksi jika jumlah populasi kurang dari jumlah


sampel hasil langkah 2.
s N n
sx  x dimana N adalah jumlah populasi.
n 1 N 1
Contoh :
Seorang manajer bank ingin mengestimasi penarikan saldo tabungan
yang kisaran jumlahnya  Rp 500.000, dengan tingkat keyakinan 95% (Z
tabel = 1,96). Jika berdasarkan sampel yang diteliti memiliki deviasi
standar rata-rata sebesar Rp 3.500.000, maka jumlah sampel yang harus
diambil adalah :
 = X  k . sx
500.000 = 1,96 sx
sx = 500.000/1,96
sx = 255.100
s
sx 
n 1
3.500 .000
255 .100 
n 1
3.500 .000
n 1 
255 .100
n  1  13,72
n – 1 = 13,722
n – 1 = 188
n = 188 + 1
n = 189
Jadi jumlah sampel yang harus diambil adalah sebanyak 189 sampel.
Akan tetapi jika jumlah populasinya kurang dari 189, misal hanya 180,
maka dilakukan langkah ketiga, sebagai berikut :
s N n 3.500 .000 180  n
sx  x 255 .100  x
n 1 N 1 n 1 180  1
52 Metodologi Penelitian

Jumlah sampel yang sesuai untuk suatu penelitian dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993 : 222-223)
a. Homogenitas
Semakin homogen suatu unit pemilihan sampel, semakin kecil
jumlah sampel yang diperlukan. Sebaliknya, semakin heterogen
suatu unit pemilihan sampel, semakin besar sampel yang diperlukan
agar dapar mencerminkan populasi.
b. Derajat Kepercayaan
Derajat kepercayaan mengukur seberapa jauh peneliti yakin dalam
mengestimasi parameter populasi secara benar. Bila faktor lain tetap,
sampel yang lebih banyak diperlukan bila derajat kepercayaan
meningkat.
c. Presisi
Presisi (ketelitian) mengukur kesalahan standar dari estimasi yang
dilakukan. Dengan kata lain, harapan penyimpangan terhadap
populasi dihitung dengan deviasi standar. Deviasi standar diperoleh
berdasarkan studi pendahuluan (pilot study). Dengan asumsi faktor
lain tetap, semakin tinggi presisi yang diinginkan maka semakin
banyak jumlah sampel yang diperlukan.
d. Prosedur Analisis
e. Kendala Sumberdaya
Kendala sumberdaya ini meliputi masalah waktu, dana, dan juga
sumberdaya manusia sering menjadi pembatas yang sangat
menentukan dalam penentu-an jumlah sampel yang layakdalam
suatu penelitian.
Secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima
untuk suatu penelitian tergantung pada jenis studi atau penelitian yang
dilakukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan adalah (Gay & Diehl,
1996: 140-141):
 Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap
merupakan jumlah amat minimal. Untuk populasi yang lebih kecil,
setidaknya 20% mungkin diperlukan.
 Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk
menguji ada tidaknya hubungan.
 Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup
umumnya dianjur-kan.
 Untuk studi eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya
dianjurkan.
BAB 5. Bagaimana Menentukan Sampel Penelitian 53

Contoh Sampel Proporsional Random Sampling

a. Penentuan Jumlah Sampel Penelitian


N
Rumus Slovin1 : n 
1  N ( e) 2

Dimana:
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Populasi
e = error margin (0,05)

Bila diketahui jumlah populasi (N) sebanyak 233 orang


Dan tingkat ketelitian e = 0.05, maka jumlah sampel penelitian
adalah:
N 233 233 233
n     147 ,46  147
1  N ( e) 2
1  233(0,05) 2
1  0,58 1,58

b. Penentuan Responden Penelitian

Divisi Proporsional Random


No. Jumlah Dibulatkan
Kepegawaian Sampling
1 Bagian A 57 orang 57/233 x 147 = 35,96 36

2 Bagian B 57 orang 57/233 x 147 = 35,96 36

3 Bagian C 59 orang 59/233 x 147 = 37,22 37

4 Bagian D 60 orang 60/233 x 147 = 37,85 38

Jumlah 233 orang 147 orang

1
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.28
54 Metodologi Penelitian
6 METODE PENGUMPULAN
DATA

JENIS DATA
 Data Subjek
 Data Fisik
 Data Dokumenter
SUMBER DATA
 Data Primer
 Data Sekunder
PENELITIAN DATA SEKUNDER
 Tujuan Penelitian Data Sekunder
 Tipe Data Sekumder
 Penelusuran Data Sekunder
METODE SURVEI
 Wawancara
 Kuisioner
METODE OBSERVASI
 Observasi Langsung
 Observasi Terhadap Perilaku dan Lingkungan Sosial
 Observasi Mekanik

1. Jenis Data
Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan
pemilihan metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data penelitian. Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh
jenis dan sumber data penelitian yang dibutuhkan.
56 Metodologi Penelitian

Data penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :


a. Data subjek
b. Data fisik
c. Data dokumenter

a. Data Subjek (Self-Report Data)


Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok
orang yang men-jadi subjek penelitian (responden). Dengan
demikian, data subjek merupakan data penelitian yang dilaporkan
sendiri oleh responden secara individual atau se-cara kelompok.
Data subjek selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan bentuk
tanggapan (respon) yang diberikan, yaitu :
1. Lisan (verbal), merupakan respon yang diberkan sebagai
tanggapan atas pertanyaan yang diajukan peneliti dalam
wawancara.
2. Tertulis, diberikan sebagai tanggapan atas pertanyaan tertulis
(kuisioner) yang diajukan peneliti. dan
3. Ekspresi, diperoleh peneliti dari proses obserbasi.

b. Data Fisik (Physical Data)


Data fisik merupakan jenis data penelitian yang berupa objek atau
benda-benda fisik, antara lain dalam bentuk : bangunan atau bagian
dari bangunan, pakaian, buku, dan senajata. Data fisik merupakan
benda berwujud yang menjadi bukti suatu keberadaan atau
kejadian pada masa lalu. Data fisik dalam penelitian bisnis
dikumpulkan melalui observasi.

c. Data Dokumenter (Documentary Data)


Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain
berupa : faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau
dalam bentuk laporan program. Data dokumenter memuat apa dan
kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam
suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi
bahan atau dasar analisis data yang kompleks yang dikumpulkan
melalui metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal
dengan content analisys. Data dokumenter yang dihasilkan melalui
content analisys antara lain berupa : kategori isi, telaah dokumen,
pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi.
BAB 6. Metode Pengumpulan Data 57

Jenis Data Penelitian

2. Sumber Data
Sumber data penelitian terdiri atas sumber data primer dan
sumber data sekunder.

a. Data Primer (Primary Data)


Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan
hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.

b. Data Sekunder (Secindary Data)


Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

3. Penelitian Data Sekunder


Metode penelitian yang umumnya menggunakan data sekunder
adalah penelitian arsip (archipal research) yang memuat kejadian masa
lalu (historis). Pengumpulan data sekunder relatif lebih cepat dan
murah dibandingkan dengan pengumpulan data primer. Akan tetapi
tidak semua, ada beberapa bagiandari data sekunder kemungkinan
tidak sesuai dengan kebutuhan suatu penelitian.
Beberapa aspek dari data sekunder yang harus dievaluasi oleh
peneliti yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
58 Metodologi Penelitian

1. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah atau


pertanyaan (kesesuaiannya den Kemampuan data yang tersedia
untuk menjawab masalah atau pertanyaan (kesesuaiannya dengan
tujuan penelitian).
2. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode
waktu yang diinginkan dalam penelitian.
3. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang
menjadi perhatian peneliti.
4. Relevansi dan konsistensi unit pengukur yang digunakan.
5. Biaya yang diperlukan untuk mengumpulkan data sekunder.
6. Kemungkinan bias yang ditimbulkan oleh data sekunder.
7. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhdap skurasi
pengumpulan data.
8. gan tujuan penelitian).
9. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode
waktu yang diinginkan dalam penelitian.
10. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang
menjadi perhatian peneliti.
11. Relevansi dan konsistensi unit pengukur yang digunakan.
12. Biaya yang diperlukan untuk mengumpulkan data sekunder.
13. Kemungkinan bias yang ditimbulkan oleh data sekunder.
14. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhdap skurasi
pengumpulan data.

Hubungan Sumber dan Jenis Data Penelitian

Tujuan Penelitian
Ada dua kategori tujuan penelitan bisnis yang umumnya menggunakan
data sekunder, yaitu (1) pengungkapan fakta dan (2) penyusunan
model, yaitu tujuan penelitian untuk menyusun model yang
menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih, merupakan
kategori penelitian dengan data sekunder yang lebih kompleks
dibandingkan dengan pengungakapan fakta. Model yang disusun
BAB 6. Metode Pengumpulan Data 59

umumnya menggunakan persamaan hubungan variabel yang bersifat


deskriptif atau prediktif.

Tipe Data Sekunder


Berdasarkan sumbernya, data sekunder dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Data Internal.
Dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan,
dicatat dan disimpan di dalam suatu organisasi merupakan tipe data
internal. Contohnya : faktur penjualan, jurnal penjualan, laporan
penjualan, dll.
2. Data Eksternal
Umumnya disusun oleh sutu entitas selain peneliti dari organisasi
yang bersangkutan. Tipe data sekunder eksternal berdasarkan
penerbitnya antara lain berupa :
 Buku, jurnal atau berbagai macam bentuk terbitan secara
periodik yang diterbitkan oleh organisasi atau instansi tertentu.
 Terbitan yang dipublikasikan oleh instansi pemerintah (BPS, BI,
dll.)
 Teerbitan yang dikeluarkan oleh media massa atau perusahaan
penerbit.
Data sekunder eksternal berdasrkan tipe data yang dipublikasikan,
antara lain dapat berupa : Indeks atau pedoman referensi, data sensus,
data statistik, data pasar, data industri, direktori perusahaan, data
investasi.

Penelusuaran Data Sekunder


Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder.
Untuk mencari data sekunder (terutama data eksternal) yang
diperlukan dapatdimulai dengan penelusuran terhadap indeks
bibliographic, yaitu indeks mengenai judul artikel, penulis, nama dan
jenis penerbitan atau data indeks yang lain sesuai dengan klasifikasi
desain dan metode penelitian. Dalam penelitian bisnis, penelusuran
indeks dapat juga menggunakan klasifikasi bidang bisnis, misal :
keuangan, akuntansi, marketing atau manajemen sumber data manusia.
Jika tidak tersedia indeks bibliografhic, peneliti dapat menggunakan
daftar referensi dalam buku atau artikel yang dimuat dalam jurnal,
majalah atau surat kabar.
Tipe Data Sekunder
60 Metodologi Penelitian

1. Penelusuran secara Manual


Data sekunder yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan
diperoleh melalui penelusuran secara manual, seperti : jurnal,
majalah, buletin dalam bentuk publikasi yang diterbitkan secara
periodik, buku dll. Cara ini relatif lebih lama dibandingkan
menggunakan komputer.
2. Penelusuran dengan Komputer
Data sekunder yang memerlukan penelusuran dengan komputer
adalah data yang disajikan dalam bentuk elektronik. Data elektronik
(database) dapat berupa numeric dan text database. Data sekunder
berupa database, terdiri atas tiga tipe, yaitu : (1) bibliogrfhic, abstrac,
dan full-text database. Bibliografhic dan abstrac database adalah reference
database yaitu berisi kutipan-kutipan singkat yang memerlukan
penyelidikan lebih lanjut oleh peneliti. Full-text database merupakan
source database memuat informasi lengkap yang berisi data berupa
angka atau teks yang dapat diakses melalui internet, online systems
atau CD-ROM. Data sekunder yang tersedia antara lain :
kepustakaan, database informasi, laporan-laporan atau artikel hasil
penelitian.

4. Metode Survei (Survey Methods)


 Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis.
 Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara
peneliti dengan subjek (responden) penelitian untuk memperoleh
data yang diperlukan.
 Data penelitian berupa data subjek yang me-nyatakan opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik subjek penelitian secara individual
atau secara kelompok.
 Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan
tetapi pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelaskan sebab
akibat atau megungkapkan ide-ide.
 Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dari
banyak subjek.
 Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2) kuisioner.
Wawancara (Interview)
 Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada
responden atau subjek penelitian.
 Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi
atau hubungan dengan responden.
 Data yang dikumpulkan umumnya bersifat kompleks, sensitif atau
kontrovesrsial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan
kuisioner akan kurang memeperoleh tanggapan responden.
BAB 6. Metode Pengumpulan Data 61

 Teknik ini terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-


menulis atau jenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari
pewawancara atau memerlukan penerjemahan.
 Teknik wawancara dapat dilakukan dengan (1) melalui tatap muka
dan (2) melalui telepon.

Wawancara Tatap Muka (Personal atau Face-to-face Interviews)


Kelebihan teknik wawancara melalui tatap muka daripada melalui
telepon atau pun kuisioner :
o Memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang
memerlukan waktu yang panjang.
o Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas
masalah dan menjelaskan maksud penelitian kepada responden.
o Partisipasi responden lebih tinggi diabnding teknik kuisioner.

Kelemahannya :
o Kemungkinan jawaban responden bias karena terpengaruh
pewawancara.
o Memerlukan banyak biaya dan tenaga jika jumlah responden relatof
banyak dan lokasi wawancara secara geografis terpencar.

Wawancara dengan Telepon (Telephone Interviews)


Kelebihan teknik ini dibanding tatap muka :
o Dapat menjangkau responden yang letak geogrfisnya terpencar.
o Biaya lebih murah dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit serta
waktu yang diperlukan lebih cepat.

Kelemahannya :
o Pewawancara tidak dapat mengamati ekspresi responden yang pada
kondisi tertentu diperlukan untuk meyakinkan apakah responden
menjawab sesuai dengan fakta.
o Ada kemungkinan diputus sewaktu-waktu jika responden keberatan
untuk menjawab pertanyaan.
o Tidak semua responden mempunyai telepon
o Terbatasnya jumlah dan waktu untuk pertanyaan.
Teknik ini dapat dibantu dengan komputer untuk mecatat jawaban
responden dan secara otomatis jawaban responden akan disimpan
dalam memori komputer. Computer-Assisted Telephone Interviewing
umumnya memerlukan jawaban responden yang terstruktur
berdasarkan program tertentu.
Kuisioner (Questionnaires)
Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk
membaca dan menjawab pertanyaan. Kuisioner dapat didistribusikan
dengan berbagai cara, antara lain : secara langsung disampaikan oleh
62 Metodologi Penelitian

peneliti, dikirim bersama paket atau majalah, diletakkan di te mpat-


tempat ramai, melalui pos, faksimile atau komputer.

Kuisioner secara Personal (Personally Administered Quistionnaires)


Jika lokasi antar responden relatif berdekatan seperti dalam satu
perusahaan, maka teknik merupakan cara yang sesuai. Teknik ini
seperti halnya wawancara tatap muka, niayanya reltif mahal jika jumlah
responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar.

Kuisioner Lewat Pos (Mail Quistionnaires)


o Kusioner yang diajukan kepada responden dan jawabannya dikirim
lewat pos.
o Memungkinkan peneliti memperoleh jawaban dari responden yang
terpencar letak geografisnya.
o Jumlah pertanyaan yang diajukan relatif banyak yang tidak efisien
jika diajukan melalui telepon.
o Kelemahan utama teknik ini adalah responden tidak
mengembalikan kembali kuisioner.
o Teknik ini memiliki tingkat tanggapan (respon rate) yang paling
rendah dibandingkan teknik pengumpulan data primer lainnya.
o Kemungkinan jawaban responden tidak sesuai dengan konteks
pertanyaan.

5. Metode Observasi (Observation Methods)


Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek
(orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya
pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.
Kelebihan metode ini dibandingkan metode survei adalah data yang
dikumpulkan umunya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari
response bias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai
perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek).
Kelemahan metode ini adalah pengamat kemungkinan memberikan
catatan tambahan yang bersifat subjektif (obeserver bias) seperti halnya
pada metode wawancara.

Tipe-tipe Observasi
Ada beberapa jenis subyek, obyek dan kejadian yang dapat diobservasi
oleh peneliti, antara lain: perilaku fisik, perilaku verbal, perilaku
ekspresif, benda fisik atau kejadian-kejadian yang rutin dan temporal.
Teknik observasi dalam penelitian bisnis dapat dilakukan dengan
observasi langsung oleh peneliti atau dengan bantuan peralatan
mekanik. Tipe observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti
dinamakan observasi langsung (direct observation), terutama untuk
BAB 6. Metode Pengumpulan Data 63

subyek atau obyek penelitian yang sulit diprediksi. Teknik observasi


yang dilakukan dengan bantuan peralatan mekanik, antara lain: kamera
foto,video, mesin penghitung disebut observasi mekanik (mechanical
observation). Observasi mekanik umumnya diterapkan pada penelitian
terhadap perilaku atau kejadian yang bersifat rutin, berulang-ulang dan
telah terprogram sebelumnya.
Teknik observasi langsung dan observasi mekanik dapat
dilakukan tanpa sepengetahuan subyek yang diteliti (hidden
observation) atau dengan sepengetahuan responden (visible
observation). Observasi yang dilakukan tanpa sepengetahuan
responden dimaksudkan agar perilaku atau kejadian yang diamati
dapat berlangsung wajar atau alami dan untuk menghindari
kemungkinan perilaku reaktif dari subyek yang diteliti. Penggunaan
teknik hidden observation (disebut juga unobstrusive observation)
diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya respondent
error. Meskipun sebagian besar teknik observasi diterapkan pada setting
lingkungan yang dialami, peneliti dapat juga melakukan observasi pada
setting artifisial (contrived observation). Observasi pada setting
lingkungan buatan umumnya diterapkan pada penelitian yang
bertujuan untuk menguji suatu hipotesis.

Observasi Langsung (Direct Observation)


Penggunaan teknik observasi langsung memungkinkan bagi peneliti
untuk mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian secara
detail. Peneliti dalam observasi langsung tidak berusaha untuk
memanipulasi kejadian yang diamati. Pengamat hanya mencatat apa
yang terjadi sehingga mempunyai peran yang pasif. Banyak tipe data
yang dikumpulkan melalui teknik observasi langsung ini hasilnya lebih
akurat dan memerlukan biaya yang relatif lebih ekonomis dibandingkan
dengan teknik wawancara atau pertanyaan yang digunakan dalam
metode survei. Data yang diperoleh melalui observasi langsung kadang
digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara
atau kuisioner.
Teknik observasi langsung, meskipun tidak memerlukan
komunikasi dengan responden, tidak bebeas dari kemungkinan
kesalahan. Data yang dikumpulkan melalui teknik ini kadang
dipengaruhi oleh subyektivitas pengamat dalam menginterpretasikan
perilaku atau kejadian selama proses observasi. Metode observasi pada
penelitian terhadap perilaku lebih menekankan pada respon subyek
secara nonverbal dibandingkan dengan metode survei yang lebih
menekankan pada respon subyek secara verbal. Respon nonverbal atau
perilaku ekspresi yang umumnya dilakukan dalam komunikasi, antara
lain: mengangguk, tersenyum, mengernyitkan alis mata, dan ekspresi
wajah yang lain atau bahasa tubuh (isyarat). Observasi terhadap
64 Metodologi Penelitian

perilaku ekspresi atau komunikasi nonverbal yang lain sering


menghasilkan interpretasi yang keliru. Misal, pengamat kemungkinan
menginterpretasikan bahwa tersenyum atau tertawa merupakan
ekspresi dari kegembiraan seseorang.

Observasi Terhadap Perilaku dan Lingkungan Sosial


Tujuan observasi dalam banyak hal adalah untuk memahami perilaku
dan kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial. Ada dua teknik
observasi yang dapat digunakan pada penelitian terhadap lingkungan
sosial, yaitu: (1) partisipant observation dan (2) nonpartisipant observation.

Partisipant Observation
Peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi
bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati. Peneliti
melalui teknik ini dapat memperoleh data yang relatif lebih banyak dan
akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku dan
kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti. Kehadiran
peneliti kemungkinan dapat diketahui atau tidak diketahui oleh
lingkungan sosial yang diamati. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah kombinasi antara observasi langsung dan
wawancara secara formal dan nonformal.

Nonpartisipant observation
Peneliti dapat melakukan observasi sebagai pengumpul data tanpa
melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau
organisasi yang diamati. Misal, seorang peneliti dapat berada di sudut
ruangan suatu kantor untuk melihat dan mencatat bagaimana seorang
manajer menggunakan waktunya. Kegiatan ini umumnya memerlukan
waktu yang relatif lama, apalagi jika manajer yang diamati jumlahnya
relatif banyak.

Content Analysis
Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian
melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu
dokumen (antara lain berupa : iklan, kontrak kerja, laporan, notulen
rapat, surat, jurnal majalah atau surat kabar).
Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap
karakteristikl atau informasi spesipik yang terdapat pada suatu
dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik.
BAB 6. Metode Pengumpulan Data 65

Observasi Mekanik
Observasi mekanik adalah observasi yang menggunakan bantuan
mesin. Observasi mekanik dalam penelitian bisnis digunakan untuk
mengukur dan mengevaluasi reaksi fisik atau bagian tubuh manusia.
Ada empat macam peralatan mekanik yang digunakan, yaitu (1)
pengukur pergerakan mata (eye-tracking monitors), (2) pengukur
pergerakan biji atau manik mata (pupilometers), (3) pengukur reaksi kulit
(psychogalvanometer), dan (4) pengukur perubahan suara (voice pitch
analyzers).
66 Metodologi Penelitian
Bagaimana melakukan
7 UJI VALIDITAS DAN
UJI RELIABILITAS

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas itu Mudah


Pada saat Anda membaca buku ini, kemungkinan besar Anda
sedang mengolah data untuk tugas akhir, baik Skripsi, Thesis atau
Disertasi. Banyak para mahasiswa S2 yang “curhat” dan mengatakan
“lupa” bagaimana melakukan uji validitas. Dibutuhkan waktu untuk
“tune in” kembali. Pengolahan dan analisis data menjadi terlambat
karena berhenti pada uji validitas dan uji reliabilitas ini. Waktu berhari-
hari bahkan berminggu-minggu terlewat dengan sia-sia.
Sungguh. Setelah Anda selesai mentabulasi data hasil penelitian
pada lembar Excel, maka Anda bisa melakukan Uji Validitas dan Uji
Reliabilitas itu dalam waktu kurang dari 10 menit. Untuk itulah buku
ini ditulis, sebagai panduan praktis bagaimana Saudara untuk Uji
instrumen tersebut.
Anda mungkin masih ragu? Silahkan buka dan Saudara dapat
menonton “Demonstrasi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas” dalam CD
yang terlampir dalam buku ini.
Demonstrasi itu mencakup:
 Uji Validitas
 Perbaikan Uji Validitas
 Uji Reliabilitas
 Hasilnya, Anda sudah memperoleh data penelitian Saudara.

Sebagian besar mahasiswa melakukan uji instrumen (Validitas


dan Relibilitas) pada saat uji coba (pre test) kuesioner, dengan
menggunakan 25 hingga 30 orang responden. Sasarannya adalah untuk
menentukan mana butir yang Valid dan mana butir yang Tidak Valid
(TV). Butir TV akan dihapus. Proses itu akan disalin dan dimasukkan
ke dalam Sub Bab Uji Instrumen pada Tugas Akhir (Skripsi, Thesis atau
Disertasi).
Apakah perbedaan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas? Penulis
ingin menyampaikan jawaban pratis, yakni :
68 Metodologi Penelitian

 Fokus uji Validitas adalah pada butir demi butir yang meng-
construct Variabel; mana yang Valid dan mana yang tidak valid.
 Fokus uji reliabilitas adalah Variabel penelitian atau semua butir
sekaligus, dimana butir yang tidak valid sudah dihapus. Berapakah
besar nilai reliabiltasnya dan apakah lebih besar dari batas yang
ditetapkan?
 Batas uji reliabilitas pada Excel, dengan metode Split-half atau
Ganjil-Genap adalah 0,6, sedangkan Cronbach’s Alpha adalah 0,7.
Uma Sekaran (....) memberikan toleransi minimum sebesar 0.6 pada
Cronbach’s Alpha.
Uji Reliabilitas bukan satu-satunya penentu dalam memperoleh
data yang baik. Dalam beberapa kasus, terdapat butir yang TV
meskpiun Cronbach’s Alpha diatas 0,8, terutama pada sampel besar dan
jumlah butir yang banyak. Oleh sebab itu, Uji Validitas dan Uji
Reliabilitas tetap dilakukan bukan hanya pada pre-test, tetapi juga pada
seluruh hasil responden penelitian. Tujuannya bukan untuk uji
instrumen, tetapi untuk memastikan bahwa input yang diperoleh dari
responden penelitian sudah Valid dan Reliabel. Prinsipnya sederhana,
yaitu : “dengan input data yang baik, maka akan diperoleh output yang baik”.
Karena itu, uji Validitas dan Uji Reliabilitas ini perlu dilakukan, untuk
memperoleh data yang benar-benar valid (sahih) dan handal. Suatu
penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya
kurang valid dan tidak reliabel.
2. Uji Validitas dalam Bahasa Sehari-hari
Apakah saya dalam keadaan sehat? Ternyata “sehat” itu begitu
umum dan abstrak dan tak bisa diukur. Saya baru bisa menjawabnya
kalau saya menggunakan beberapa indikator yang bisa diukur, antara
lain :

Suhu Tubuh

Tekanan Darah

Kolesterol

Umur Kesehatan

Berat Badan

Tinggi Badan

Golongan Darah

Indikator Variabel Konstruk

Gambar 7.1. Ilustrasi Uji Validitas


BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 69

Kesehatan adalah variabel konstruk, yang dibangun dari


sejumlah indikator. Suhu tubuh, tekanan darah dan kolesterol bisa
diterima dengan mudah sebagai indikator sehat tidaknya seseorang.
Lalau bagaimana dengan umur? Apakah ada hubungannya dengan
ukuran kesehatan? Ya, umur berkaitan dengan ukuran tekanan darah.
Bagi usia diatas 40-an, tekanan darah diatas 120 dapat dianggap normal.
Apakah berat badan ada “korelasi”nya dengan kesehatan? Ya, masih
bisa digunakan, untuk melihat gejala obesitas atau tidak. Tinggi badan?
Apakah ada “korelasi yang erat” dengan ukuran kesehatan? Demikian
juga dengan golongan darah, apa keterkaitannya?
Itulah peran Uji Validitas, yakni untuk mengukur korelasi antar
indikator dengan variabel konstruknya, kemudian mengeliminir
indikator yang tidak relevan dengan soal kesehatan. Suatu instrumen
penelitian dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur.
3. Urutan Tahapan dalam Uji Validitas
Uji Validitas bertujuan menguji instrument penelitian atau
kuesioner agar diperoleh kualitas data yang sahih atau valid. Kegiatan
ini terkait erat dengan tahap-tahap berikut : (a) merumuskan indkator
penelitian, (b) menyusun kuesioner, (c) uji coba instrument (uji validitas
dan reliabilitas) (d) merevisi instrument penelitian dengan mengeliminir
(drop) butir pertanyaan yang tidak valid, dan akhirnya diperoleh (e) data
penelitian yang sahih. Dengan data penelitian yang sahih, maka
diharapkan hasil penelitian yang baik. Dengan kata lain, output yang
baik tergantung pada input yang baik. Selengkapnya disajikan pada
gambar di bawah ini.

Indikator Kuesioner Uji Validitas,


Data Hasil
Penelitian Penelitian Reliabilitas Penelitian

Gambar 7.2. Keterkaitan Indikator, Kuesioner, Uji Validitas,


Reliabilitas, Data dan Hasil Penelitian

4. Uji Instrumen Penelitian

4.1. Validitas (Validity) = Keabsahan


Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Contoh penggaris digunakan untuk mengukur panjang suatu objek
maka hal itu dapat dikatakan valid (sah), akan tetapi jika digunakan
untuk mengukur berat suatu benda maka itu tidak valid. Dengan kata
lain esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen penelitian
dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
70 Metodologi Penelitian

diukur. Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur


construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Ada
kemungkinan data penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi,
tetapi kurang valid. Suatu data penelitian yang valid, bagaimana pun
harus reliable karena akurasi memerlukan konsistensi.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
validitas, yaitu : (a) content validity, (b) criterion-related validity dan (c)
construct validity.
a. Content (Face) Validity merupakan salah satu konsep pengukuran
validitas dimana suatu instrumen diniliai memiliki content validity
jika mengandung butur-butir pertanyaan yang memadai dan
refresentatif untuk mengukur contruct sesuai dengan yang
diinginkan peneliti. Suatu instrumen dinilai memiliki face validity jika
menurut penilaian subyektif diantara para profesional bahwa
instrumen tersebut menunjukkan secara logis dan merefleksikan
secara akurat sesuatu yang seharusnya diukur. Jika apa yang
terkandung dalam suatu instrumen menunjukkan secara jelas apa
yang ingin diukur, maka instrumen tersebut memiliki content (face)
validity yang tinggi.
b. Criterion-related validity adalah konsep pengukuran validitas yang
menguji tingkat akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan.
Uji criterion-related validity dilakukan dengan cara menghitung
koefisien korelasi antara skor yang diperoleh dari penggunaan
instrumen baru dengan skor dari penggunaan instrumen lain yang
telah ada sebelumnya yang memiliki kriteria relevan. Instrumen
baru memiliki validitas yang tinggi jika koefisian korelasinya tinggi.
Ada dua jenis criterion-related validity, yaitu: (1) concurrent validity,
jika pengujian korelasi dilakukan terhadap skor instrumen baru
dengan instrumen yang mempunyai kriteria relevan, di mana
penggunaan keduanya dilakukan pada saat bersamaan, dan (2)
predictive validity, jika korelasi skor kedua instrumen merupakan
hasil pengukuran peda saat yang berbeda, di mana pengukuran
instrumen lain yang memiliki kriteria relevan.
c. Construct Validity. Suatu instrumen dirancang untuk mengukur
construct tertentu. Construct validity merupakan konsep pengukuran
validitas dengan cara menguji apakah suatu instrumen mengukur
construct sesuai dengan yang diharapkan. Ada dua cara pengujian
construct validity, yaitu: (1) convergent validity, di mana validitas
suatu instrumen ditentukan berdasarkan konvergensinya dengan
instrumen lain yang sejenis dalam mengukur construct dan (2)
discriminant validity, di mana validitas suatu instrumen ditentukan
berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang
digunakan untuk mengukur construct lain.

4.2. Uji Reliabilitas (Reliability) = Kehandalan


Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari skor
(skala pengukuran). Suatu instrumen dikatakan reliabel (handal) jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka akan
menghasilkan data yang sama. Contoh alat ukur panjang dari karet
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 71

adalah contoh instrumen yang tidak reliabel atau tidak konsisten (tidak
handal). Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang
disebut dengan koefisien. Konsep reliabilitas dapat diukur melalui tiga
pendekatan, yaitu: (a) koefisien stabilitas, (b) koefisien ekuivalensi dan
(c) reliabilitas konsistensi internal.
a. Koefisien Stabilitas (Coefficient of Stability)
Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya
berkaitan dengan empat hal: (1) subyek yang diteliti, (2) construct
yang diukur, (3) instrumen pengukur data dan (4) saat pengukuran.
Peneliti kemungkinan bermaksud untuk menggunakan instrumen
pengukur construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu
sebanyak dua kali pada saat yang berbeda. Perbedaan waktu antara
pengukuran yang satu dengan pengukuran yang lain dapat berupa
bilangan hari, minggu, bulan atau bahkan tahun. Peneliti dalam hal
ini bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari
suatu waktu ke waktu berikutnya dengan cara menghitung koefisien
korelasi dari skor jawaban responden yang diukur dengan
instrumen yang sama pada saat yang berbeda. Proses pengujian
stabilitas yang dikenal juga dengan test-retest reability pada
dasarnya untuk mengetahui reliabilitas data berdasarkan stabilitas
atau konsistensi jawaban responden. Salah satu metode statistik
yang umumnya digunakan untuk mengukur koefisien stabilitas atau
teknik test-retest ini adalah pearson correlation.

b. Koefisien Ekuivalensi (Coefficient of Equivalence)


Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan
instrumen pengukur yang berbeda untuk mengukur construct
terhadap subyek penelitian tertentu pada saat yang sama.
Pendekatan yang juga disebut dengan alternate forms reliability ini
lebih menekankan pada perbedaan bentuk instrumen, sedang
subyek penelitian, construct dan saat pengukurannya adalah sama.
Peneliti melalui pendekatan ini menguji korelasi skor jawaban
responden untuk mengetahui koefisien akuivalensi antara skor
jawaban dengan menggunakan instrumen pengukuran yang
berbeda.

c. Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency Reliability)


Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh
suatu instrumen merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan
oleh peneliti untuk menguji reliabilitas, disamping pengukuran
koefisien stabilitas dan ekuivalensi. Konsep reliabilitas menurut
pendekatan ini adalah konsistensi diantara butir-butir pertanyaan
atau pernyataandalam suatu instrumen. Tingkat keterkaitan antara
butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen untuk
mengukur construct tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas
konsistensi internal instrumen yang bersangkutan. Untuk mengukur
konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan sekali pengujian
dengan menggunakan teknik statistik tertentu terhadap skor
jawaban responden yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
yang bersangkutan. Ada tiga macam teknik yang dapat digunakan
72 Metodologi Penelitian

untuk mengukur konsistensi internal, yaitu: (1) split-half reliability


coefficient, (2) Kuder-Richardson #20, dan (3) Cronbach’s alpha.

Langkah Uji Validitas


1. Tabulasi Data
Inputlah jawaban responden pada sheet Excel

Tabel 7.1. Tabulasi Data Jawaban Responden

No Butir Pertanyaan Variabel X


Jumlah
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 38
4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 37
5 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 36
6 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 41
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
9 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 43
10 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39
11 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 36
12 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 37
13 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 36
14 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 36
15 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 37
16 5 2 3 4 2 4 5 4 4 4 37
17 4 3 3 3 4 4 5 2 3 3 34
18 3 3 4 4 4 4 5 3 5 3 38
19 4 2 5 5 5 5 4 4 4 4 42
20 3 4 5 5 5 5 5 4 4 5 45
21 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 40
22 2 4 5 4 4 5 2 3 4 4 37
23 4 5 5 5 5 3 2 4 5 3 41
24 4 3 5 5 4 5 4 4 5 4 43
25 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 47
Korelasi 0.085 0.292 0.709 0.791 0.588 0.099 0.395 0.530 0.460 0.556

2. Menghitung korelasi
Hitung korelasi masing-masing butir pernyataan dengan jumlah
seluruh butir, dengan rumus korelasi Pearson:
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 73

n(  xy )  (  x )(  y )
r
[n(  x 2 )  (  x ) 2 ][n( Y 2 )  ( Y ) 2 ]
Menghitung korelasi dengan Excel
a. Input data, butir A sampai J (10 butir pernyataan) dan baris 1 –
25 sesuai dengan jumlah responden.
b. Pada Colom K, jumlahkan jawaban responden dengan
=SUM(A1:J1), dan sel K1 dicopy ke K2 hingga ke K25.

c. Pada sel A26, hitung korelasi antar butir 1 (Kolom A) dengan


total butir (Kolom K) dengan : =CORREL(A1:A25;K1:K25), dan
diperoleh nilai r = 0,085.
d. Tekan F2 (retreave) pada sel A26 tersebut dan tekan F4 pada
syntax K1:K25, sehingga akan tertera
=CORREL(A1:A25;$K$1:$K$25)
3. Copy sel A26 ke sel A26 hingga J26, sehingga diperoleh korelasi
antara butir 1 sampai butir 10 dengan total.

4. Uji Validitas

Dalam Bab ini akan diuraikan ada 4 cara menguji Validitas, yakni
a. Uji Validitas dengan r Pearson Product Moment (RPPM)
b. Uji Validitas dengan Uji-t
c. Uji Validitas dengan tabel r (mudah dan praktis)
d. Dengan SPSS
74 Metodologi Penelitian

a. Uji Validitas dengan r Pearson Product Moment


Dari korelasi di atas, maka dapat disusun kembali, dan korelasi
masing-masing dibandingkan dengan batas minimum r (korelasi).
Batas kritis yang banyak digunakan para peneliti, baik skripsi
maupun tesis, digunakan korelasi r sebesar 0.361.
Butir pernyataan dikatakan Valid jika r hitung lebih besar dari
0.396, sehingga diperoleh hasil uji sebagai berikut.
Tabel 7.2. Hasil Uji Validitas

Butir Korelasi r tabel Validitas Penjelasan


tidak valid, karena 0.085 <
0.396 TV
1 0.085 0.396
0.396 tidak valid, karena 0.292 <
TV
2 0.292 0.396
3 0.709 0.396 V
4 0.791 0.396 V
5 0.588 0.396 V
0.396 tidak valid, karena 0.099 <
TV
6 0.099 0.396
0.396 tidak valid, karena 0.395 <
TV
7 0.395 0.396
8 0.530 0.396 V
9 0.460 0.396 V
10 0.556 0.396 V
Keterangan : V = Valid, TV = Tidak Valid
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa butir 1, 2, 6, dan 7
adalah tidak valid. Untuk memperoleh data yang valid (sahih),
maka butir pernyataan tersebut dapat direvisi dan kemudian
penyebaran kuesioner (instrument) dapat dilanjutkan, atau
keempat butir tersebut di-drop atau dieliminir dari tabulasi data di
atas.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 75

Tabel 7.3. Nilai r Product Moment

b. Uji Validitas dengan Uji-t


Uji Validitas dengan uji t, dilakkan dengan membandingkan nilai
t-hitung dengan nilai t-tabel. Butir pernyataan dikatakan valid
jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel.
Nilai t pada butir 1, dapat dihitung dengan formula berikut:
n2 25  2
tr  0,085  0,411
1 r 2
1  0,5112
Dengan cara yang sama dihitung untuk butir 2 hingga butir 10.
Menghitung nilai t-hitung dengan Excel
a. Pada Cell A27, hitung nilai t dengan:

Kemudian di copy hingga ke J27, untuk memperoleh nilai t


hitung butir 1 hingga butir 10. Pada layar monitor akan tampak
seperti berikut.
76 Metodologi Penelitian

b. Menentukan nilai kritis t-,df pada alpha 5% dan degree of


freedom (df) = n-1 = 25-1 = 24, diperoleh nila t0.05,24 = 2,064
c. Uji signifikansi untuk menentukan valid atau tidak valid.
Pada butir 1, t-hitung > ttabel atau 0,411 > 2,0639, maka butir 1 =
Tidak Valid
Demikkian seterusnya hingga butir 10.
Jika dibandingkan pengujian pertama (r=0.396) dengan
pengujian kedua (Uji t), maka diperoleh hasil perbedaan pada
Tabel 3 berikut.
Tabel 7.4. Perbandingan Uji Validitas dengan r Pearson dan uji t

Uji Validitas
Butir Korelasi dengan r = 0.396 dengan uji-t Keterangan
r tabel Val. t-hitung t-tabel Val.
1 0.085 0.396 TV 0.4114 2.0639 TV
2 0.292 0.396 TV 1.4661 2.0639 TV
3 0.709 0.396 V 4.8155 2.0639 V
4 0.791 0.396 V 6.1920 2.0639 V
5 0.588 0.396 V 3.4876 2.0639 V
6 0.099 0.396 TV 0.4777 2.0639 TV
7 0.395 0.396 TV 2.0641 2.0639 Valid Berbeda
8 0.530 0.396 V 2.9984 2.0639 V
9 0.460 0.396 V 2.4837 2.0639 V
10 0.556 0.396 V 3.2043 2.0639 V

Uji Validitas dengan Uji t di atas menghasilkan butir 1, 2, dan 6


tidak valid, sedangkan butir 7 adalah Valid.
Hal ini berbeda dengan pengujian pertama (r=0.396).
Penyebabnya adalah pada masalah akurasi nilai r.
Oleh sebab itu, penulis menghitung ulang dan kemudian
menyajikanya dalam tabel r yang baru.
Landasan pengujian adalah rumus uji t.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 77

n2
tr
1 r2
Dengan pendekatan matematis, dibah menjadi

r t
n  2t 2

Pada n=25 dan  = 5%, diperoleh nilai t = 2.0639, maka nilai r kritis
(critical r) adalah :

2,6039
r t
  0.39530
n  2t 2
25  2  2,6039 2

Pada butir 7, nilai r = 0.39533. Karena nilai r lebih besar dari nilai
r kritis atau 0,39533 > 0.39530, maka butir tujuh adalah VALID.

TIPS Cara Instant :


Untuk mencari nilai r, silahkan membuka file dalam CD
RUMUS TABEL R.xlsx

Dari kasus di atas, maka Uji Validitas dapat dilakukan dengan


membandingkan nilai r dengan Tabel r kritis.

c. Uji Validitas dengan Tabel r


Uji Validitas dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan
menggunakan tabel r. Perbandingan ketiganya disajikan pada
Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 5. Perbandingan Uji Validitas dengan r, Uji t dan r Kritis

Uji Validitas (Val.)


Keputusa
dengan r = Nilai r
Korelas Uji t n
0,396 pada n=25
i Pengujia
r= r= n
Val. Val. Val.
0,396 0.395
1 0.085 0.396 TV TV 0.395 TV
2 0.292 0.396 TV TV 0.395 TV
3 0.709 0.396 V V 0.395 V
4 0.791 0.396 V V 0.395 V
5 0.588 0.396 V V 0.395 V
6 0.099 0.396 TV TV 0.395 TV
7 0.395 0.396 TV V 0.395 V sesuai
8 0.530 0.396 V TV 0.395 V
9 0.460 0.396 V TV 0.395 V
1 0.396 0.395
V V V
0 0.556
78 Metodologi Penelitian

Uji Validitas dengan table r, sesuai dengan uji t, dan lebih mudah
digunakan, cukup dengan melihat nilai r sesuai besarnya sampel
penelitian.

Pendalaman:
Nilai r kritis di atas, dapat digambarkan dengan ringkas, sebagaimana
disajikan pada gambar berikut.

Area yang Valid

Area Tidak Valid

Gambar 7.2. Grafik Nilai r kritis

Pada sampel penelitian pada range n = 3 hingga n = 300, diperoleh


bentuk kurva yang semakin menurun, dari 0,974 hingga 0,113.

Disamping itu, grafik tersebut juga sekaligus menunjukkan area yang


valid dan area yang tidak valid. Area di atas kurva adalah Area yang
Valid, karena nilai r lebih besar dari batas kritis, sebaliknya, area di
bawah kurva adalah area Tidak Valid, karena nilai r lebih kecil dari
batas r kritis.

Contoh:
Sebuah penelitian dengan n = 29 diperoleh korelasi antar butir dengan
total adalah 0,300, maka langsung dapat dinyatakan Tidak Valid, karena
korelasi tersebut berada di bawah nilai r kritis yakni 0.367 ( = 5%).
Demikian halnya dengan penelitian dengan n = 133 diperoleh korelasi
antar butir dengan total adalah 0,600, maka langsung terlihat Valid,
karena korelasi tersebut lebih besar (berada di atas) nilai r kritis yakni
0.170.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 79

r t
n  2t 2
80 Metodologi Penelitian

Follow up:

Hasil uji validitas pada Tabel 5 di atas selanjutnya diperbaiki,


yakni dengan menghapus (mengelimir) butir 1, 2, dan 6. Setelah
dihapus, maka pada lembar kerja Excel akan diperoleh nilai
korelasi yang baru sebagai mana disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 7.6. Nilai Korelasi Butir yang Valid

Nilai r
Korelasi Korelasi
Butir pada n=25
seluruh butir yang baru
r = 0.395 Validitas
1 0.085
2 0.292
3 0.709 0.806 0.395 V
4 0.791 0.830 0.395 V
5 0.588 0.704 0.395 V
6 0.099
7 0.395 0.414 0.395 V
8 0.530 0.599 0.395 V
9 0.460 0.558 0.395 V
10 0.556 0.557 0.395 V

Pada tabel di atas terlihat, nilai korelasi butir yang valid menjadi
lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karena butir yang
tidak valid sudah tidak dihitung dalam analsis korelasi masing-
masing butir dengan total. Hal ini mencerminkan, keeratan
hubungan antara masing-masing butir dengan total menjadi lebih
baik.

d. Uji Reliabilitas dengan Excel


Uji reliabilitas dilakukan pada butir yang sudah Valid. Sebagaimana
contoh di atas, butir yang tidak valid, yakni butir 1, 2 dan 6 dihapus,
sebagaimana disajikan pada tabel berikut.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 81

Langkah-langkah dalam Uji Reliabilitas:

1. Membagi seluruh butir menjadi dua kelompok


a. Split-half atau belah tengah, dimana seluruh butir dibagi
menjadi dua bagian yang sama, dan masing-masing
kelompok dijumlahkan, sehingga diperoleh Kelompok A dan
B.
b. Motode Ganjil-Genap, dimana kelompok butir ber nomor
ganjil dijumlahkan menjadi kelompok A dan butir ber nomor
genap dijumlahkan menjadi kelompok B.
Contoh di atas memilih model Ganjil-Genap.
 Pada Sel M3 jumlahkan butir no 3, 5, 7 dan 9 atau
=D3+F3+H3+J3
Hasilnya adalah 16. Kemudian di-copy hingga ke M27.
 Pada pada Sel N3, jumlahkan butir no 6, 8 dan 10 atau
=E3+I3+K3.
Hasilnya adalah 12. Kemudian di-copy hingga ke N27.
2. Menghitung korelasi antara kelompok
dengan: =CORREL(M3:M27;N3:N27). Pada sel M28, r = 0.431
3. Menghitung reliabilitas variabel dengan formula Spearman-
Brown:
2r 2 * 0.431
rb    0.630
1  r 1  0.431
Keterangan :
rb : reliabilitas
r : korelasi antar kelompok A dan B
Batas minimum reliabilitas adalah 0,6. Hasil uji reliabilitas di atas
adalah 0.630 dan lebih besar dari 0.6. Dengan demikian, hasil Uji
Reliabilitas di atas adalah reliabel atau handal.

e. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dengan SPSS


Uji Validitas dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS.
Langkah-langkah Uji Validitas :
1. Input data ke lembar Data SPSS (boleh di-copy dari Excel)
2. Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
82 Metodologi Penelitian

3. Masukkan Variabel (butir) 1-10 ke Kotak Item,


Pada Pilih Model. pilih : Alpha
Klik Statistics

4. Setelah diklik Statistics, maka akan muncul pilihan seperti


pada Gambar berikut.
5. Pada “Descriptives for”,
 Scale if Item Deleted, dan
 Intraclass Correlation coeeficients, Convidence Interval 95%
Penjelasan:
Pendekatan pertama, (Scale it If Item Deleated) validitas dilakukan
dengan membandingkan nilai Cronbach’s Alpha, sedangkan pendekatan
kedua dilakukan dengan pendekatan korelasi dengan Lower bound,
sebagaimana praktik berikut.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 83

6. Klik Continue, lalu OK.

Pada OUTPUT SPSS, akan muncul Reliabilitas dengan Cronbach’s


Alpha, yakni 0,530. Hal ini menunjukkan, secara keseluruhan,
Variabel X adalah tidak handal, karena lebih kecil dari batas
minimum 0.7.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.523 10
84 Metodologi Penelitian

Pengujian Validitas dilakukan dengan pendekatan kedua, yakni


pada kolom Corrected Item-Total Correlation.

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Butir1 35.1600 9.807 -.114 .577
Butir2 35.6000 8.917 .000 .579
Butir3 34.9200 7.327 .581 .395
Butir4 34.8400 7.057 .694 .364
Butir5 35.0800 7.327 .360 .446
Butir6 34.9600 9.707 -.074 .560
Butir7 35.2000 8.250 .054 .580
Butir8 35.1600 8.223 .384 .461
Butir9 34.9200 8.577 .322 .480
Butir10 35.1600 7.973 .393 .452

Intraclass Correlation Coefficient

95% Confidence
Interval F Test with True Value 0

Intraclass Lower Upper


a
Correlation Bound Bound Value df1 df2 Sig
b
Single .099 .022 .239 2.095 24 216 .003
Measures
c
Average .523 .186 .759 2.095 24 216 .003
Measures

Two-way mixed effects model where people effects are random and measures effects
are fixed.

Pada Single Measures, dengan selang kepercayaan 95%, Lower


Bound (batas bawah) adalah 0.22. Angka ini digunakan untuk
menentukan Validitas

Terdapat 4 butir yang tidak valid, yakni butir 1, 2, dan 6


(konsisten dengan hasil uji Validitas di atas). Hal ini
ditunjukkan oleh nilai Corrected Item-Total Correlation yang lebih
kecil dari Lower Bound 0,022.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 85

Tabel 7.7. Uji Validitas berdasarkan nilai Corrected Item-Total


Correlation
Corrected Item-
Total Correlation
Butir 1 -.114 Tidak Valid, karena < 0.022
Butir 2 .000 Tidak Valid, karena < 0.022
Butir 3 .581
Butir 4 .694
Butir 5 .360
Butir 6 -.074 Tidak Valid, karena < 0.022
Butir 7 .054 Valid, karena > 0.022
Butir 8 .384
Butir 9 .322
Butir 10 .393
Dari penjumlahan butir valid tersebut maka diperoleh data Variabel
X
Tabel 7.8. Data Variabel X

No Butir Pertanyaan Variabel X Data


Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Variabel X
1 4 4 4 4 4 4 4 28
2 4 4 4 4 3 4 3 26
3 4 4 3 4 4 4 3 26
4 4 4 4 4 4 4 4 28
5 4 4 4 2 4 4 4 26
6 4 5 5 4 4 4 4 30
7 4 4 3 4 4 4 4 27
8 4 4 3 4 4 4 4 27
9 4 5 5 5 4 4 4 31
10 4 3 4 4 4 4 4 27
11 4 3 4 4 4 4 3 26
12 4 4 3 3 4 4 3 25
13 3 4 4 2 4 4 4 25
14 3 4 2 3 4 4 4 24
15 4 4 4 2 4 4 4 26
16 3 4 2 5 4 4 4 26
17 3 3 4 5 2 3 3 23
18 4 4 4 5 3 5 3 28
19 5 5 5 4 4 4 4 31
20 5 5 5 5 4 4 5 33
21 4 4 4 5 4 3 5 29
22 5 4 4 2 3 4 4 26
23 5 5 5 2 4 5 3 29
24 5 5 4 4 4 5 4 31
25 5 5 5 5 5 5 5 35
86 Metodologi Penelitian

Praktek Uji Validitas dengan Excel

Buka File : 01_Latihan_Validitas.xlsx ( n=86 orang, dan 20 butir


pernyataan)

Uji Validitas dapat dilakukan dalam empat langkah, yakni :


1. Menjumlah seluruh butir: =SUM(B5:U5)
Kemudian copy dari sel V5 ke V6:V90
2. Menghitung korelasi =CORREL(B5:B90;$V$5:$V$90)
Kemudian copy ke kolom C91 hingga U91
3. Menentukan Uji Validitas =(TINV(0.05;$A$90-1))/($A$90-
2+(TINV(0.05;$A$90-1))^2)^0.5
Kemudian copy ke kolom C92 hingga U92
4. Keputusan Valiidas =IF(B91>=B92;"V";"TV")
Kemudian copy ke kolom C93 hingga U93

Catatan:
Agar data dapat dilihat secara menyeluruh, butir No 12-19 dan responden
No 6-83 tidak ditampilkan (hidden column M:S dan hidden row 10:87)
Maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 87

Tabel 7.9. Hasil Uji Validitas dan Pengolahan Lanjutan setelah Butir
Tidak Valid di-eliminasi

Pengujian Seluruh Butir Pengujian Butir Valid


Butir
Korelasi r kritis Validitas Korelasi Validitas
1 0.489 0.212 V 0.480 V
2 0.554 0.212 V 0.586 V
3 0.652 0.212 V 0.659 V
4 0.175 0.212 TV
5 0.502 0.212 V 0.533 V
6 0.464 0.212 V 0.432 V
7 0.562 0.212 V 0.572 V
8 0.500 0.212 V 0.499 V
9 0.597 0.212 V 0.602 V
10 0.194 0.212 TV
11 0.63 0.212 V 0.638 V
12 0.565 0.212 V 0.617 V
13 0.685 0.212 V 0.705 V
14 0.511 0.212 V 0.491 V
15 0.55 0.212 V 0.561 V
16 0.484 0.212 V 0.515 V
17 0.343 0.212 V 0.354 V
18 0.275 0.212 V 0.250 V
19 0.476 0.212 V 0.479 V
20 0.462 0.212 V 0.460 V

Uji Validitas dalam Empat Langkah


Jika Data Saudara sudah siap pada lembar Excel,
maka Saudara dapat memperoleh hasil Uji Validitas dalam 7 menit
Next:
Hapus data yang tidak valid, butir 4 (Kolom E) dan butir 10 (Kolom K)
Maka Korelasi dan Uji Validitas yang baru muncul secara otomatis.
Korelasi terendah adalah 0.250 dan lebih besar dari 0,212
artinya, ke-18 butir tersebut adalah Valid
88 Metodologi Penelitian

LATIHAN Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dengan Excel


(Mandiri)

Bukalah File : LATIHAN MANDIRI.xlsx


Hitunglah Validitas dan Reliabilitas data tersebut.

Panduan ringkas:
A. Menguji Validitas dalam 4 Langkah
1. Hitung jumlah pada sel Z5, tulis =SUM(B5:Y5)
Copy sel Z5 ke Z6 hingga Z54
2. Hitung korelasi pada sel B55, tulis =CORREL(B5:B54;Z5:Z54)
Tekan F2 (memunculkan rumus tersebut
kembali)
Tekan F4 pada sel Z5 dan Z54, sehingga akan
terlihat
=CORREL(B5:B54;$Z$5:$Z$54)
Copy sel B55 ke C55 hingga Y55
3. Hitung Validitas pada sel B56, tulis:
=(TINV(0.05;$A$54-1))/($A$54-
2+(TINV(0.05;$A$54-1))^2)^0.5
Copy sel B56 ke C56 hingga Y56
4. Keputusan pada sel B57, tulis :
=IF(B55>=B56;"V";"TV")
Copy sel B57 ke C57 hingga Y57
B. Perbaikan Uji Validitas
5. Hapuslah kolom yang tidak valid (TV)
Maka secara otomatis telah ditemukan butir yang valid.
C. Uji Reliabilitas (dengan split half)
6. Pada sel AA5, jumlahkan butir 1 hingga butir 12
Copy sel AA5 ke AA6 hingga AA54
7. Pada sel AB5, jumlahkan butir 13 hingga butir 16
Copy sel AB5 ke AB6 hingga AB54
8. Pada sel AB 56, hitung reliabilitas dengan : =2*AB55/(1+AB55)

Selamat. Saudara berhasil.


BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 89

Cross Check:
1. Butir yang tidak valid adalah butir 4, 8 dan 22.
2. Reliabilitas : 0.971

Praktek Uji Validitas dengan SPSS

Langkah:
1. Buka File : Latihan_Uji_Validitas.sav
2. Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
3. Masukkan Variabel (butir) 1-10 ke Kotak Item
4. Klik Statistics
5. Pada “Descriptive for”, Klik kotak
o Scale if Item Deleted
o Intraclass Correlation coeeficients, Convidence Interval 95%
6. Klik Continue, kemudian Klik OK
Output yang perlu diperhatikan untuk uji Validitas adalah
a. Item-Total Statistics (Corrected Item-Total Correlation)
b. Intraclass Correlation Coefficient (Lower Bound)

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
VAR00001 71.9302 48.701 .424 .812
VAR00002 71.9767 47.058 .476 .808
VAR00003 71.6395 46.610 .594 .803
VAR00004 71.9884 51.047 .054 .832
VAR00005 71.8605 48.169 .430 .811
VAR00006 71.9535 47.763 .371 .813
VAR00007 71.9419 46.291 .473 .808
VAR00008 71.6860 47.841 .421 .811
VAR00009 71.8953 46.518 .523 .805
VAR00010 72.1279 50.795 .072 .831
VAR00011 71.9651 46.152 .560 .804
VAR00012 72.1279 46.631 .484 .807
VAR00013 72.0349 45.328 .621 .800
VAR00014 71.8140 48.059 .439 .810
VAR00015 72.1512 46.600 .462 .808
VAR00016 72.2093 47.273 .387 .813
VAR00017 71.9884 49.494 .253 .819
VAR00018 72.1395 50.004 .171 .824
VAR00019 72.1395 47.721 .387 .813
VAR00020 72.2326 48.604 .388 .813
90 Metodologi Penelitian

Intraclass Correlation Coefficient

95% Confidence Interval F Test with True Value 0

Intraclass Lower Upper


a
Correlation Bound Bound Value df1 df2 Sig
b
Single Measures .186 .137 .252 5.561 85 1615 .000
c
Average .820 .760 .871 5.561 85 1615 .000
Measures

Terdapat 2 (dua) item yang berada di bawah lower bound 0,137, yakni

Corrected Item-
Butir Total Lower Bound Validitas
Correlation
VAR00004 0.054 0.137 Tidak Valid
VAR00010 0.072 0.137 Tidak Valid

Analisis yang digunakan di atas adalah untuk menguji kehandalan


(reliabilitas) variabel penelitian. Variabel tersebut merupakan construct
variable. Karena itu, analisis Reliabilitas juga digunakan sebagai
pendekatan untuk Uji Validitas, yang dilihat dari Descriptive for Item dan
Intraclass Correlation coeficients.

Butir pernyatan yang memiliki variasi internal (Variance) yang paling


tinggi atau koefisien korelasi yang paling rendah dieliminir (di-drop),
agar konsistensi internal instrumen semakin tinggi, sehingga instrumen
yang handal (reliabel). Maka langkah selanjutnya adalah mengeliminasi
butir 4 dan 10.

Follow Up:
7. Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
8. Dari Box Item, klik Butir 4 dan 10, lalu klik arah panah ke kiri
9. Klik OK

Maka nilai Cronbach’s Alpha meningkat dari 0.820 menjadi 0.844.

Cronbach's Cronbach's
Alpha N of Items Alpha N of Items

.820 20 .844 18

Keduanya reliabel (handal) karena lebih besar dari 0,8. Namun dengan
mengeliminir butir 4 dan 10, maka nilai reliabilitasnya semakin baik,
artinya instrumen yang digunakan semakin baik.
BAB 7. Bagaimana Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 91

LATIHAN Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dengan SPSS


(Mandiri)

Bukalah File : LATIHAN MANDIRI.sav


Hitunglah Validitas dan Reliabilitas data tersebut.

Panduan ringkas:
1. Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
2. Masukkan Variabel (butir) 1-24 ke Kotak Item
3. Klik Statistics
4. Pada “Descriptive for”, Klik kotak
o Scale if Item Deleted
o Intraclass Correlation coeeficients, Convidence Interval 95%
5. Klik Continue, kemudian Klik OK
Dari Output SPSS, jawablah pertanyaan a, b dan c di bawah ini.
6. Selanjutnya, Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
7. Keluarkan butir yang tidak valid tersebut.
8. Klik OK

Pertanyaan Pemandu:
a. Pada Tabel Intraclass Correlation Coefficient, lower bound = .............
b. Pada Kolom Corrected Item-Total Correlation, terdapat tiga buir yang
tidak valid, karena nilai korelasi yang lebih kecil dari lower bound,
yakni :
 Butir ............ dengan korelasi ................
 Butir ............ dengan korelasi ................
 Butir ............. dengan korelasi ................
c. Berapakah Nilai Cronbach’s Alpha? ...............
d. Berapakah Nilai Cronbach’s Alpha yang baru? ...............
Kesimpulan
1. Dengan melakukan langkah 1 hingga 5 di atas, maka diperoleh butir
yang valid dan yang tidak valid.
2. Setelah butir tidak valid di-drop, maka diperoleh Nilai Cronbach’s
Alpha Variabel tersebut.
3. Penjumlahan butir yang valid merupakan Variabel penelitian.
Cross Check:
92 Metodologi Penelitian

Kunci jawaban:

a. Lower bound 0.366


b. Butir 4 dengan korelasi : 0. 176
Butir 8 dengan korelasi : 0. 060
Butir 22 dengan korelasi : 0.067
c. Cronbach’s Alpha seluruh butir : 0.954
d. Cronbach’s Alpha butir yang Valid : 0.970 (lebih besar)
8 ANALISIS DATA

1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan paradigma penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan
jawaban atas masalah penelitian yang secara rasional dideduksi dari
teori. Oleh karena itu, tujuan pengujian hipotesis adalah untuk
menentukan apakah jawaban teoritis yang terkandung dalam
pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan
dianalisis dalam proses pengujian data.

Estimasi dan Probabilitas


Pernyataan hipotesis merupakan ekspetasi peneliti mengenai
karakteristik populasi yang didukung oleh logika teoritis berdasarkan
hasil pengujian terhadap sampel yang merupakan bagian dari populasi
yang pada dasarnya merupakan pembuatan keputusan melalui proses
inferensi yang memerlukan akurasi peneliti dalam melakukan estimasi .
Peneliti membuat keputusan menerima (mendukung) atau menolak
hipotesis. Proses inferensi dapat dilihat pada gambar :

Pemilihan Acak
POPULASI SAMPEL

Karakteristik Analisis

PARAMETER STATISTIK
Inferensi

Gambar Proses Inferensi


94 Metodologi Penelitian

Proses inferensi pada dasarnya dapat dilakukan dengan satu dari sua
cara, yaitu estimasi nilai parameter populasi atau membuat keputusan
mengenai nilai parameter (proses pengujian hipotesis). Estimasi nilai
parameter populasi akurasinya tergantung pada representasi sampel
yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Peneliti harus
mempunyai kriteria atau standar yang diguanakan untuk membuat
keputusan terhadap hipotesis yang diuji berdasarkan sampel yang
dalam istilah statistik disebut tingkat signifikan (significance level).

Kriteria Keputusan (Decision Criterion)


Tingkat signifikan adalah tingkat probabilitas yang ditentukan oleh
peneliti untuk membuat keputusan menolak atau menerima
(mendukung) hipotesis. Tingkat signifikan menunjukkan probabiltas
kesalahan yang dibuat peneliti untuk menolak atau menerima
(mendukung) hipotesis. Sedangkan tingkat keyakinan (confidence level)
menunjukkan tingkat probabilitas yang ditetapkan oleh peneliti bahwa
statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasi secara akurat.

Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif


Hipotesis nol (Ho) merupakan salah satu format rumusan hipotesis
yang menyatakan status kuo. Tujuan menyusun format hipotesis nol
adalah untuk memberikan kemungkinan tidak adanya perbedaan
ekspetasi peneliti dengan fenomena yang diteliti. Hipotesis alternatif
(Ha) menyatakan sebaliknya, yaitu menyatakan adanya perbedaan
antara ekspetasi peneliti dengan data yang dikumpulkan.
Benar atau tidaknya keputusan yang dibuat peneliti untuk menolak Ho
(menerima/mendukung Ha) atau tidak dapat menolak (menerima Ho)
yang berarti menolak Ha menggunakan landasan teor probabilitas. Oleh
karena itu diperlukan penetapan tingkat signifikansi dalam pengujian
statistik yang menunjukkan probabilitas bahwa keputusan peneliti
adalah salah. Atau sebaliknya, penentuan tingkat keyakinan yang
menunjukkan probabilitas akurasi keputusan yang dibuat peneliti.

Kesalahan Tipe I dan II (Type I and Type II Errors)


Ada dua kemungkinan kesalahan yang dibuat peneliti dalam membuat
keputusan, yaitu :
1. Kesalahan tipe I (type I errors). Keputusan peneliti menolak
hipotesis nol, padahal kenyataannya hipotesis nol adalah benar.
Kesalahan ini mempunyai tingkat probabilitas yang diberi simbol
alpha ().
2. Kesalahan tipe II (type II errors). Keputusan peneliti tidak dapat
menolak hipotesis nol (menerima Ho), padahal kenyataannya
hipotesis nol adalah salah. Kesalahan ini mempunyai tingkat
probabilitas yang diberi simbol beta ().
BAB 8. Analisis Data 95

Kemungkinan terjadinya kedua kesalahan tersebut dapat dikurangi


dengan cara menambah jumlah sampel yang diteliti. Kedua kesalahan
tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan arah. Pengurangan
probabilitas terjadinya kesalahan tipe I () berarti merupakan
peningkatan probabilitas terjadinya kesalahan tipe II (), demikian pula
sebaliknya. Akan tetapi dalam penelitian bisnis, kesalahan tipe I dinilai
lebih serius dibandingkan kesalahan tipe II. Oleh karena itu, kriteria
keputusan yang digunakan peneliti dalam pengujian hipotesis lebih
ditekankan pada penetapan tingkat signifikansi alpha daripada beta.

Hipotesis Nol (Ho)


Keputusan Peneliti
Benar Salah
Menolak Ho Kesalahan Tipe I Keputusan Benar
Menerima Ho Keputusan Benar Kesalahan Tipe II

PENGUJIAN STATISTIK (STATISTICAL TEST)


Kalimat “tidak dapat menolak” hipotesis Ho umumnya lebih banyak
digunakan untuk mengganti kalimat “menerima atau mendukung” Ho.
Hal ini adalah karena Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan atau
tidak ada hubungan antara dua variabel atau lebih pada kenyataannya
tidak pernah dapat dibuktikan. Penggunaan istilah daerah penerimaan
dalam pengujian statistik hanya untuk membantu peneliti di dalam
membuat keputusan berdasarkan data yang diuji.
Elemen-elemen pokok dalam pengujian hipotesis terdiri atas :
1. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif
2. Daerah penolakan atau daerah penerimaan
3. Pengujian statistik
4. Pembuatan keputusan (kesimpulan)

Pengujian Alpha ()


Probabilitas terjadinya kesalahan tipe I dapat ditentukan jika peneliti
mengetahui distribusi pemilihan sampel (x) dari suatu pengujian
statistik. Pengujian () menggunakan asumsi bahwa hipotesis nol
adalah benar.
Contoh :
Diketahui n = 100, peluang (p) = 0.50, maka :
Rata-rata :  = n.p = 100 . 0.50 = 50
Deviasi standar :  = npq = (100).(0.50).(0.50) = 5, di mana : q=1– p
Berdasarkan nilai rata-rata dan deviasi standar tersebut dapat
ditentukan nilai x yang terletak pada daerah penolakan, misal lebih
besar dari dua kali deviasi satandar di atas nilai rata-rata sampel x, yaitu
:
96 Metodologi Penelitian

2 +  = 2(5) + 50 = 60, berarti nilai sampel x yang terletak dalam daerah


penolakan adalah 60, 61, 62, …,100.

Pengujian Satu Sisi dan Dua Sisi (One-tailed Test – Two-tiled Test)
Pengujian statistik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu satu sisi dan
dua sisi, tergantung tipe hipotesis alternatif. Dalam pengujian satu sisi
atau disebut juga dengan pengujian directional, daerah penolakan Ho
terletak pada sisi kanan atau sisi kiri dari nilai rata-rata sampel,
tergantung pada tipe pernyataan hipotesis alternatif.
Contoh :
Ha > 50 (daerah penolakan terletak pada sisi kanan) atau
Ha < 50 (daerah penolakan terletak pada sisi kiri).
Jika hipotesis dinyatakan dengan Ha ≠ 50, maka digunakan pengujian
dua sisi (pengujian non-directional). Daerah penolakan Ho terletak pada
sisi kanan dan kiri.

3. Pemilihan Metode Statistik


Statistik merupakan sekumpulan metode yang diperlukan dalam
proses analisis data penelitian untuk menginterpretasikan data dan
menarik kesimpulan yang masuk akal berdasarkan data tersebut.
Pengujian hipotessis berkaitan dengan proses pembuatan keputusan,
oleh karena itu, memerlukan statistik untuk menghasilkan keputusan
yang masuk akal. Pemilihan metode statistik yang relevan untuk
menguji hipotesis penelitian merupakan bagian dari kompleksitas
proses pengujian hipotesis. Pemilihan metode statistik yang digunakan
dalam pengujian hipotesis pada dasarnya dipengaruhi tiga faktor
utama: (1) tujuan studi, (2) jumlah variabel yang diteliti, dan (3) skala
pengukuran yang digunakan. Ketiga faktor tersebut saling terkait dalam
mempengaruhi penentuan metode statistik. Peneliti belum dapat
menentukan metode statistik yang relevan berdasarkan pertimbangan
terhadap satu atau dua faktor saja.

4. Tujuan Studi
Tujuan studi atau tujuan pengujian secara spesifik ada tiga, yaitu:
(1) penjajakan (eksplorasi), (2) deskriptif, dan (3) pengujian hipotesis.
Penggunaan statistik untuk analisis data pada studi penjajakan dan
studi deskriptif adalah teknik-teknik yang digunakan dalam statistik
deskriptif. Penelitian dengan tujuan untuk menguji hipotesis
menggunakan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam statistik
inferensial yaitu statistik parametrik maupun non-parametrik,
tergantung pada normalitas distribusi data dan tipe skala pengukuran
yang digunakan. Ada dua bentuk hipotesis yang diuji, yaitu: (1) uji
komparasi (perbedaan) dan (2) uji asosiasi (hubungan). Hipotesis yang
BAB 8. Analisis Data 97

menguji hubungan selanjutnya dapat dikategorikan ke dalam uji


hubungan korelasional dan hubungan sebab-akibat.

Eksplorasi

STATISTIK DESKRIPTIF

Tujuan Studi Deskripsi

Uji Perbedan
Uji Hipotesis Korelasional
Uji Hubungan
Sebab-akibat

STATISTIK INFERENSIAL
(Parametrik/Non Parametrik)

Gambar Tujuan Studi dengan Metode Statistik

Jumlah Variabel Penelitian


Berdasrkan jumlah variabel yang diteliti, penelitian dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu : satu variabel, dua
variabel, lebih dari dua variabel. Berdasarkan kategori penelitian
tersebut, metode-metode statistik dapat diidentifikasi berdasarkan
kategori analisis data sebagai berikut: (1) analisis data univariate, (2)
analisis data bivariate, dan (3) analisis data multivariate.
Analisis Data Univariate, terdiri atas metode-metode statistik
deskriptif dan statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis
data satu variabel penelitian. Penelitian terhadap satu variabel
umumnya bertujuan untuk medeskripsikan distribusi satu variabel
penelitian dan uji perbedaan antara data yang diteliti dengan ekpektasi
atau hipotesis peneliti.
Analisis Data Bevariate, terdiri atas metode-metode statistik
deskrptif dan statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis
data dua variabel penelitian. Penelitian terhadap dua variabel biasanya
mempunyai tujuan untuk medeskripsikan distribusi data, menguji
perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel yang lain
diteliti.
Analisis Data Multivariate, terdiri atas metode-metode statistik
deskrptif dan statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis
data lebih dari dua variabel penelitian. Tujuan penelitian, disamping
medeskripsikan distribusi data, juga menguji dependensi dan
interdependensi antar variabel yang diteliti.
98 Metodologi Penelitian

Satu Variabel Analisi Univariate

Jumlah Variabel Dua Variabel Analisi Bivariate

Lebih dari Dua Variabel Analisi Multivariate

Gambar Klasifikasi Jumlah Variabel dan Kategori Analisis Data

Skala Nominal
Deskripsi dan Ordinal Uji Hipotesis

Statistik Inferensial
Statistik Deskriptif
Non-Parametrik

Skala Interval
dan Rasio

Deskripsi

Uji Hipotesis
Distribusi Data Distribusi Data
Normal Tidak Normal

Statistik Inferensial
Parametrik

Gambar Tipe Skala Pengukuran & Statistik

Skala Pengukuran
Pemilihan metode statistik juga dipengaruhi oleh tipe skala
pengukuran yang digunakan : (1) skala nominal, (2) skala ordinal, (3)
skala interval dan (4) skala rasio. Tipe skala pengukuran menjadi
pertimbangan peneliti untuk menentukan pemilihan metode parametrik
dan non-parametrik dalam statistik inferensial. Jika suatu penelitian
BAB 8. Analisis Data 99

menggunakan skala interval dan skala rasio dengan ukuran sampel


relatif besar (n > 30) statistik parametrik merupakan metode analisis
data yang tepat, dengan asumsi bahwa distribusi populasi datanya
normal. Jika peneliti tidak menggunakan asumsi normalitas,
penggunaan statistik non-parametrik merupakan metode analisis yang
tepat untuk menganalisis data interval dan rasio. Sedang statistik non-
parametrik merupakan metode yang relevan untuk menganalisis data
penelitian yang menggunakan skala nominal dan ordinal.

ANALISIS UNIVARIAT
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian terhadap satu
variabel dipengaruhi oleh tujuan studi dan skala pengukurannya.

Analisis Deskriptif
Jika peneliti bermaksud menjelaskan distribusi data dari satu
variabel yang diteliti, peneliti dapat menggunakan statistik deskriptif.
Ukuran yang digunakan dalam mendeskripsikan frekuensi, tendensi
sentral dan dispersi, tergantung pada jenis skala pengukuran construct
yang digunakan dalam penelitian. Berikut ini pedoman deskripsi
distribusi data pada setiap jenis skala pengukuran yang juga berlaku
pada analisis deskriptif terhadap dua atau lebih variabel penelitian
(analisis bivariate dan multivariate).

Skala Pengukuran
Deskripsi
Interval –
Distribusi Nominal Ordinal
Rasio
Data
Proporsi Absolut & Absolut &
Frekuensi
(persentase) Proporsi Proporsi
Tendensi
Modus Median Rata-rata
Sentral
Deviasi
Dispersi - Inter-quartile
standar

Uji Hipotesis
Uji hipotesis terhadap satu variabel umumnya berupa uji
perbedaan nilai sampel dengan populasi atau nilai dari data yang
diteliti dengan nilai ekspetasi (hipotesis) peneliti. Variasi pengujian
hipotesis pada analisis univariate ini tergantung pada tujuan atau
pertanyaan penelitian dan skala pengukuran yang digunakan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
100 Metodologi Penelitian

Tujuan Pertanyaan Skala Metode


Studi Penelitian Pengukuran Statistik
Identifikasi Apakah jumlah Nominal Chi-suare
jumlah manajer wanita test
kategori sama dengan
jumlah yang
diekspetasi
Perbedaan Apakah proporsi Nominal t-test
proporsi akuntan wanita proporsi
kategori sama dengan
jumlah akuntan
pria
Perbedaan Apakah distribusi Ordinal Chi-suare
urutan nilai ujian untuk test
kategori kategori A,B,C,D
berbeda dengan
distribusi nilai
yang diperkirakan
Penentuan Apakah urutan Ordinal Kolmogrov-
urutan merk produk yang Smirnov
kategori disukai konsumen test
sesuai dengan
urutan merk yang
dihipotesiskan
Perbedaan Apakah rata-rata Interval Z-test
nilai sampel gaji karyawan yang atau rasio (sampel
dengan nilai diteliti mempunyai besar) atau
populasi perbedaan yang t-test
signifikan dengan (sampel
rata-rata gaji kecil)
seluruh karyawan
perusahaan

Rumus Chi-Square :

(Oi  Ei) 2
  2

Ei
di mana :
2 = statistik chi-square
Oi = frekuensi yang diamati
Ei = frekuensi yang diekspetasi
BAB 8. Analisis Data 101

Dalam pengujian hipotesis diperlukan tingkat signifikansi () dan


tingkat kebebasan (degree of freedom = df) yang dihitung dengan rumus k-
1, dimana k adalah jumlah sel yang terkait dengan data kolom atau baris
untuk digunakan mencari nilai kritis chi-square dalam tabel chi-square
yang selanjutnya nilai tersebut dibandingkan dengan nilai chi-square
hitung. Apabila nilai chi-square hitung, maka kesimpulan yang diambil
adalah menolak hipotesis nol.

ANALISIS BIVARIATE
Ananlisis ini umunya bertujuan untuk menguji perbedaan dan
mengukur hubungan antara dua variabel penelitian.

Uji Perbedaan
Uji perbedaan dalam analisis bivariate dapat berupa perbedaan
dua kategori (kelompok) data atau perbedaan antar tiga atau lebih
kelompok data dari dua variabel yang diteliti. Misal, penelitian terhadap
empat kelompok mahasiswa mempunyai tujuan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan metode pengajaran (variabel X) terhadap kinerja
setiap kelompok mahasiswa (variabel Y). Jumlah kelompok dan skala
pengukuran kedua variabel tersebut mempengaruhi pemilihan metode
statistik pengujian data. Metode pengujian perbedaan yang umumnya
digunakan dalam analisis bivariate dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tujuan Studi – Uji Perbedaan


Skala
Antara Dua Kelompok Antara Tiga atau Lebih
Pengukuran
Independen Kelompok Independen
Z-test (dua proporsi)
Nominal Chi-Square test
Chi-Square test
Mann – Whiteney U-test
Ordinal Kruskal-Wallis test
Wilcoxxon test
Z-test atau t-test
Interval
terhadap kelompok One-way Anova
atau Rasio
independen

Metode statistik yang digunakan untuk uji perbedaan antara dua


variabel penelitian dipengaruhi oleh jumlah kelompok independen dari
setiap variabel dan tipe skala pengukurannya.
Untuk menguji perbedaan antara dua kelompok independen dari
dua variabel penelitian, peneliti dapat menggunakan Z-test dan Chi-
square test untuk data yang diukur dengan skala nominal, Mann –
Whitney U-test dan Wilcoxon test untuk skala ordinal, dan Z-test atau t-
test untuk skala interval atau rasion terhadap kelompok independen.
102 Metodologi Penelitian

Untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih variabel


penelitian, metode yang relevan adalah Chi-squaure test untuk data
yang skala pengukurannya nominal, Kruskall Wallis test untuk skala
ordinal, dan one-way anova untuk skala interval atau rasio.
Contoh metode Kruskall-Wallis test untuk tiga variabel atau lebih
dengan skala ordinal. Kruskall-Wallis test dapat dikatakan sebagai
metode pengujian statistik non-parametrik yang ekuivalen dengan
metode pengujian statistik parametrik analysis of variance (anova).
Diketahui peringkat kualitas lima buah film unggulan dari tiga
production house. Peringkat kualitas ditentukan dengan nomor urut 1
untuk kualitas terbaik sampai nomor 15 untuk kualitas terendah.

Rumah Produksi (Production House)


Film
A B C
1 9 6 1
2 5 13 7
3 3 10 15
4 14 2 12
5 8 4 11
Jumlah (Ri) 39 35 46
Ri 2 1521 1225 2116
Uji statistik Kruskall-Wallis adalah uji statistik yang dihitung sebagai
berikut :

12  Ri 2 
H    3(n  1)
n(n  1)  ni 
Di mana :
Ri = jumlah peringat setiap kelompok
ni = besarnya sampel setiap kelompok
n = jumlah sampel semua kelompok
12 1521 1225 2116 
H    3(15  1)
15(15  1)  5 5 5 

H
12
304,2  245  423.2  48
240
H  0,05972 .4  48
H  0,62
Selanjutnya mencari nilai kritis yang didapat dengan
menggunakan tingkat signifikansi () dan df = k – 1, di mana k adalah
jumlah kolom yang nilainya dapat dilihat pada tabel chi-square  2 .  
Dalam contoh ini  = 0,05 dan df = 3 – 1 = 2, maka diperoleh nilai kritis
= 5,99. Karena hasil Hhitung (0,62) lebih kecil dari Htabel, maka
BAB 8. Analisis Data 103

kesimpulannya adalah menolak Ho artinya bahwa hipotesis yang


menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kualitas sinetron yang
dihasilkan ketiga rumah produksi tersebut ditolak.

Uji Hubungan (Test of Association)


Hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya
dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Uji
statistik yang populer untuk menguji hubungan antara dua variabel
dengan skala pengukurannya interval atau rasio, yaitu analisis regresi
dan pengukuran koefisien korelasi.

Skala Contoh Pertanyaan


Metode Statistik
Pengukuran Penelitian
Apakah ada korelasi Chi-square test
antara jenis kelamin Phi-coefficient
Nominal
dengan keahlian pemakai Contingency
personal komputer Coefficient
Apakah peringkat
preferensi terhadap Chi-square test
produksi minuman ringan Spearman rank
Ordinal mempunyai korelasi correlation
dengan peringkat Kendall’s rank
intensitas iklan produk correlation
yang bersangkutan di TV
Apakah tingkat partisipasi
Correlation
manajer dalam
coefficient (Pearson’s
Interval penyusunan anggaran
– r)
atau Rasio mempunyai korelasi
Bivariate regression
dengan peringkat kinerja
analysis
manajer

ANALISIS MULTIVARIATE
Penelitian bisnis umumnya merupakan usaha untuk menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah-masalah bisnis yang
multidimensional. Analisis multivariate, oleh karena itu, banyak
digunakan dalam penelitian bisnis untuk pemecahan masalah yang
komplek. Metode statistik dalam analisis multivariate, seperti yang
dikemukakan sebelumnya, secara garis besar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: (1) metode-metode dependensi dan (2) metode-metode
interdependensi.
104 Metodologi Penelitian

Analisis Dependensi (Analysis of Dependence)


Analisis dependensi merupakan metode-metode statistik dalam
analisis multivariate yang digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi satu atau lebih variabel dependen berdasarkan beberapa
variabel independen. Metode statistik yang termasuk dalam kelompok
analisis dependensi antara lain : analisis regresi berganda, analisis
diskriminan, multivariate analysis of variance (MANOVA) dan canonical
correlation analysis. Penggunaan metode statistik, seperti yang dijelaskan
di muka, dipengaruhi oleh tujuan studi, jumlah variabel dependen, dan
skala pengukuran yang digunakan. Berikut ini metode-metode
dependensi dalam analisis multivariate berdasarkan tujuan studi,
jumlah variabel dan skala pengukuran.

Jumlah variabel Skala Pengukuran


Tujuan studi Depen Indepen Depen Indepen Metode
den den den den
Menguji pengaruh Satu Dua atau Interval Interval Analisis
beberapa variabel lebih atau rasio atau rasio regresi
independen terhadap berganda
variabel dependen
Memprediksi subyek Satu Dua atau Nominal Interval Analisis
atau obyek penelitian lebih atau rasio Diskrimina
mempunyai dua atau n
lebih kategori
mutually exclusive
berdasarkan
beberapa variabel
independen
Menentukan korelasi Dua atau Dua atau Interval Interval Canonical
antara dua atau lebih lebih lebih atau rasio atau rasio Correlation
variabel dependen Analysis
dengan beberapa
variabel independen
Menguji signifikansi Dua atau Satu Interval Nominal Multivariate
perbedaan nilai rata- lebih atau rasio Analysis of
rata beberapa Variance
variabel antara dua
level dalam suatu
variable

Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis)


Pada dasarnya merupakan ekstensi dari metode regresi dalam
analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh
dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan
skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
Pengaruh variabel independen (karena umumnya ada korelasi antar
variabel independen), dalam analisis regresi berganda dapat diukur
secara parsial (ditunjukkan oleh coeffisients of partial regression) dan
BAB 8. Analisis Data 105

secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh coeffisients of multiple


determination (R2).
Analisis Diskriminan (Discriminant Analysis) merupakan
metode statistik untuk memprediksi pengaruh beberapa variabel
independen (diukur dengan skala interval atau rasio) terhadap satu
variabel dependen (obyek atau orang) dengan dua atau lebih kategoro
yang diukur dengan skala nominal. Misal penelitian untuk
memprediksi: (1) pengaruh current ratio, return on assets dan debts/assets
ratio terhadap kebangkrutan atau ketidakbangkrutan suatu perusahaan,
(2) pengaruh pengalaman kerja, indeks prestasi kelulusan dan nilai tes
masuk kerja terhadap kesuksesan atau kegagalan seorang manajer.
Cannonical Correlation Analysis pada dasarnya merupakan
ekstensi dari metode regresi berganda untuk menguji korelasi antar dua
atau lebih variabel dependen dan beberapa variabel independen yang
semuanya diukur dengan skala interval atau rasio.
Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) merupakan
metode statidtik yang digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-
rata antar kelompok dalam dua atau lebih variabel dependen
berdasarkan satu variabel indepanden yang diukur dengan skala
nominal.
Linear Structural Relationship (LISREL) dan Cojoint Analysis.
LISREL merupakan metode statistik yang digunakan untuk mengetahui
hubungan sebab-akibat antar construct yang tidak dapat diukur secara
langsung (umumnya yang berkaitan dengan sikap, perasaan dan
motivasi). Untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel,
LISREL menggunakan dua model : (1) model pengukuran, untuk
mengukur construct berdasarkan lebih dari satu pendekatan (karena
construct tidak dapat diukur secara langsung) dan model persamaan
struktural, untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel
(construct) dan varian yang tidak dijelaskan. Model ini sering disajikan
dalam bentuk gambar analisis jalur (path analysis diagram). Pelatihan
kerja diukur melalui pendidikan formal dan latihan di tempat kerja.
Motivasi diukur melalui tes motivasi dan pengamatan terhadap
perilaku. Kinerja diukur dengan hasil pekerjaan dan pengamatan
manajer (atasan).
Cojoint Analysis merupakan metode statistik yang mengukur
kombinasi korelasi antar variabel (diukur dengan skala nominal dan
ordinal)yang bermanfaat untuk dasar pembuatan keputusan. Analisis
ini umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian marketing dan
pengembangan produk.
106 Metodologi Penelitian

Analisis Interdependensi (Analysis of Interdependence)


Analisis dependensi merupakan metode-metode statistik dalam
analisis multivariate yang digunakan untuk mengetahui struktur dari
sekelompok variabel atau obyek. Metode statistik termasuk dalam
kelompok analisis interdependensi antara lain: factor analysis, cluster
analysis, dan multidimensional scaling.
Factor Analysis adalah metode statistik yang digunakan untuk
meringkas informasi dalam jumlah banyak yang dihasilkan dari proses
pengukuran (berupa konsep-konsep) menjadi sejumlah dimensi atau
construct yang lebih kecil (selanjutnya disebut faktor).
Cluster Analysis adalah metode statistik yang digunakan untuk
mengelompokkan subyek atau obyek penelitian dalam jumlah banyak
menjadi kelompok-kelompok dalam jumlah kecil yang bersifat mutually
exclusive. Suatu kelompok (cluster) terdiri atas subyek atau obyek yang
mempunyai karakteristik homogen, sedang subyek atau obyek antar
kelompok mempunyai karakteristik yang heterogen. Misal, 24
perusahaan minuman ringan dikelompokkan berdasarkan karakteristik
perusahaan dua dimensi: unit yang diproduksi dan jumlah biaya
produksi. 24 perusahaan tersebut melalui cluster analysis dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
Factor analysis pada dasarnya juga berkaitan dengan proses
pengelompokkan konsep-konsep ke dalam dimensi atau construct,
dengan cluster analysis mengelompokkan subyek atau obyek ke dalam
dimensi atau construct.
Multidimensional Scaling merupakan metode statistik yang
digunakan untuk mengukur obyek ke dalam ruang multi dimensi
berdasarkan kesamaan persepsi responden terhadap obyek. Perbedaan
persepsi responden terhadap obyek direfleksikan dengan jarak relatif
antar obyek dalam ruang multi dimensi.
Dimensi power distance diukur antara lain berdasarkan perbedaan
kekuasaan (power) antar individu dalam institusi atau organisasi.
Dimensi individualist-collectivist diukur berdasarkan tingkat perhatian
yang diberikan oleh para individu terhadap kepentingan individu atau
masyarakat (kolektif).
9 ANALISIS REGRESI

1. Regresi
Dalam penelitian, model persamaan regresi dengan metode
pendugaan kuadrat terkecil merupakan salah satu alat analisis yang
banyak digunakan, yakni untuk menguji pengaruh satu atau lebih dari
variabel bebas (independent varaible) (X) terhadap variabel tidak bebas
(dependent variable) (Y).

a. Menghitung Koefisien Persaman Regresi


Hubungan antara dua variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk
persamaan linear, yaitu: Yˆ  a  bX . Nilai a dan b dapat dicari dengan
rumus berikut.
n X Y -  X Y
b=
n  X 2    x
2 ___ ___

dan a = Y - b X
X Y X .Y X2 Y2
2 16 32 4 256
4 18 72 16 324
5 22 110 25 484
7 22 154 49 484
10 24 240 100 576
11 28 308 121 784
12 30 360 144 900
15 32 480 225 1204
66 192 1756 684 4832

n 8  X Y  1.756  X  66,  Y  192 dan  X 2  684


Y 192 ___  X 66
Y =   24 X =   8,25
n 8 n 8
8. 1756 - 66 . 192
b=  1,233
8 . 684 -  66 2
___ ___
a = Y - bX  24 - 1,233  13.828
108 Metodologi Penelitian

Dari hitungan tersebut maka persamaan regresinya adalah :

Y = 13,828 + 1,233 X
a. = 13,828 menunjukan intersep yakni nilai Y apabila X = 0
dan
b = 1,233 menunjukan slope (arah) dari garis regresi.
Artinya, jika X ditambah satu satuan maka Y akan
bertambah 1,233

b. Kesalahan Baku Dari Dugaan


Kesalahan baku dari dugaan (standard error of the estimate) adalah
akar dari rata-rata deviasi kuadrat dari garis egresi. Tujuannya adalah
untuk menduga variabilitas nyata dari Y.
__

S YX 
 (Y  Y ) 2
n2
Jumlah deviasi kuadrat tersebut dibagi dengan n-2, akan membuat SYX
sebagai penduga tak bias dari ragam (variance) senyatanya dari nilai Y.
Angka n-2 merupakan derajat bebas (degree of freedom) dimana a dan b
dihitung dari data yang sama.
Kesalahan baku dari dugaan secara langsung menunjukkan pencara
data. Dalam kasus ekstrim, bila tidak ada pencaran maka semua nilai
pengamatan Y akan jatuh (terletak) pada garis regresi. Artinya deviasi
vertikalnya adalah nol, dan Syx = 0. Jadi garis regresi menghasilkan
ramalan yang sempurna. Tetapi bila derajat pancaran tinggi, akan
menjadikan Syx yang besar.
Kesalaha baku dari dugaan, dapat dihitung dengan rumus :

SYX 
Y 2
 a  Y  b XY

4.832  13,828(192 )  1,233(1,756 )
 1,407
n2 82

2. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi sampel, yang menunjukkan seberapa erat X


dihubungkan dengan Y, dinyatakan dengan
 Y  YX 
2

r  1
2

 Y  Y 
2

Bila X dan Y mempunyai korelasi nol, garis regresi mempunyai


slope nol dan Yx = Y, dalam kasus ini deviasi sekitar Yx sama dengan
deviasi sekitar. Ini berarti pembilang sama dengan penyebutnya dan
hasilnya sama dengan satu. Jadi r2 = 1 - 1 = 0.
BAB 9. Analisis Regresi 109

Jika X dan Y mempunyai korelasi sempurna maka  (Y - Yx) = 0.


Ini berarti r2 = 1 - 0 = 1. Dari uraian tersebut dapatlah dikemukakan
bahwa nilai r2 akan terletak antara 0 dan 1. Untuk mempermudah, nilai
r2 juga dapat dihitung dengan rumus berikut:
a  Y  b  XY  nY 2
r 
2
 Y2  nY 2
Berdasarkan data di atas dapat disubstitusikan:
13,828(192 )  1,233(1.756 )  8(24) 2
r2 
4.832  8(24) 2
2.654,976  2.165,148  4.608

4.832  4.608
4.820,124  4.608 212,124
   0,95
224 224
r2 menunjukkan proporsi keragaman total dalam Y yang dapat
diterangkan oleh garis regresi. r2 = 0,95 berart 95% dari keragaman total
dari Y sekitar rata-ratanya dapat dijelaskan dengan hubungan antara Y
dan X.

Koefisien determinasi sampel adalah:


Keragaman yang dapat dijelaskan
r2 
Keragaman total


 Y  Y    Y  Yx
2
  2

 Y  Y 
2

Y  Yx 
2

 1
 Y  Y 
2

Oleh karena keragaman yang tak dapat dijelaskan tidak pernah


melebihi keragaman total, maka ratio terbanyak adalah 1, sehingga
kemungkinan nilai r2 yang terbesar adalah 1. Bila keragaman yang
dapat dijelaskan adalah nol, maka pengetahuan tentang garis regresi
tidak dapat mengurangi kesalahan peramalan, ini berarti nilai r2 harus
sama dengan nol. Ini terjadi pada kasus garis regresi yang horisontal
dimana slope dan korelasinya adalah adalah nol.

3. Koefisien Korelasi
Tujuan dari analisis korelasi adalah untuk mengukur tingkat
hubungan antara dua variabel. Analisis korelasi digunakan untuk
melukiskan bagaimana garis regresi menerangkan variasi dari nilai Y
(variabel tak bebas) dan menerangkan seberapa kuat keterkaitan kedua
variabel tersebut.
110 Metodologi Penelitian

Keeratan hubungan diukur dengan koefesien determinasi


(coeficient of determination), yang menunjukan pengurangan relatif dalam
keragaman (variasi) dari variabel Y yang dapat dijelaskan oleh variabel
X. Di samping koefisien determinasi, untuk menunjukkan tingkat
hubungan antara X dan Y, kadang-kadang dipergunakan nilai lain yang
dihitung dari data sampel yaitu yang disebit koefisien korelasi sampel
(sample coefficient correlation).
r  r 2  0.95  0.97
r tersebut mempunyai tanda positif, artinya bila tingkat pemupukan
meningkat maka hasil panen juga akan meningkat, dikatakan X dan Y
berhubungan langsung (direct relationship).
Koefisien korelasi r akan berkisar antara -1 dan +1. Nilai negatif
dari r menunjukkan arah yang berlawanan, bila x meningkat
maka Y menurun dan sebaliknya (inverse relationship).
r = 1 menunjukkan korelasi positif sempurna
r = -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna
r = 0 menunjukkan tidak ada hubungan antara X dan Y.

Koefisien determinasi r2 ini lebih sering digunakan untuk


menunjukkan keeratan hubungan atau korelasi antara X dan Y.
Misalnya dengan r = 0,70, maka dapat diketahui pengurangan
keragaman total sebesar (0,70)2 = 0,49.
Koefisien korelasi hanya mengukur keeratan asosiasi (strength of
association) antara dua variabel. Nilai r yang positif atau negatif kuat
tidak berarti menunjukkan bahwa nilai yang tinggi (atau nilai yang
rendah) pada satu variabel disebabkan karena tingginya variabel yang
lain. Koefisien korelasi yang tinggi tidak mesti memberikan dugaan
tentang adanya hubungan sebab dan akibat (causal relation) antara
variabel yang bersangkutan.
TIPS

Contoh Penyelesaian Regresi dengan Excel :

Pengaruh Promosi (X1) dan Service (X2) terhadap Sales (Y) pada PT X
Data:
A B C
Promosi Service
Sales (Y)
1 (X1) (X2)
2 4.5 3.5 59.0
3 5.0 4.0 65.0
4 6.0 4.5 75.0
5 7.0 5.0 90.0
6 8.0 7.0 120.0
7 9.0 8.0 115.0
BAB 9. Analisis Regresi 111

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.96940
R Square 0.93974 Y dipengaruhi oleh X bersama-sama
Adjusted R Square 0.89957
Standard Error 8.13323
Observations 6

ANOVA (Analisi Ragam)


Df SS Mean S F Significance F
Regression 2 3094.885 1547.443 23.39314 0.014792
Residual-sisa 3 198.4483 66.14943
Total 5 3293.333

< 0.05
Coefficients Standard Error t Stat P-value
Intercept 1.1207 17.5437 0.0639 0.9531
X Variable 1 +8.2069 8.8769 0.9245 0.4234
X Variable 2 +6.0345 8.6999 0.6936 0.5378

Beberapa angka-angka penting :

No Item Angka Makna


1 R Square 0.93974 93,97 % keragaman Y dapat dijelaskan X1
dan X2 secara besama-sama
2 F hitung 23.3931 Jika dibandingkan dengan F-tabel pada
3 Signifikansi F 0.01479 alpha 5% dengan df-1= 2 dan df2= 3 :
9,5521, maka Model penduga dapat
dinyatakan cukup baik. Hal ini juga
ditunjukkan Signifikansi F sebesar 0.014792
atau lebih kecil dari 5%
4 Coefficient:
Intercept 1.1207
X Variable 1 8.2069 Setiap kenaikan X1 1 satuan, maka Y naik
8.2069 satuan
X Variable 2 6.0345 Setiap kenaikan X2 1 satuan, maka Y naik
6.0345 satuan
5 Uji t Stat
Intercept 0.0639
X Variable 1 0.9245 Pengaruh X1 maupun X2 adalah tidak
X Variable 2 0.6936 signifikan pada alpha 5%, karena t hitung
lebih kecil dari t0.05,4 (2,776) artinya
pengaruh X1 dan X2 tidak berbeda nyata
dengan 0
112 Metodologi Penelitian

Contoh Penyelesaian Regresi dengan SPSS :

Klik Analyze  Regression  Linear  OK


Kemudian Input Data Dependent dan Independent(s)  OK

Regression
Coefficientsa

Unstandardiz ed Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.121 17.544 .064 .953
X1 8.207 8.877 .558 .925 .423
X2 6.034 8.700 .418 .694 .538
a. Dependent Variable: Y
10 ANALISIS
JALUR

Analisis Jalur dalam pendekatan praktis:


a. Indirect Effect
b. B. Direct Effect
c. Total Effect
d. Berapa epsilonnya?”

A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR


Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan/
pendugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X1, X2, …., Xi, pola hubungan
yang sesuai adalah pola hubungan yang mengikuti Model Regresi,
sedangkan untuk menganalisis pola hubungan kausal antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung, secara serempak atau mandiri beberapa variabel penyebab
terhadap sebuah variabel akibat, maka pola yang tepat adalah Model
Analisis Jalur
Analisis jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright
(1934). Path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin
berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat.
Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel
lainnya yang merupakan variabel akibat.
Sebelum melakukan analisis, hendaknya diperhatikan beberapa
asumsi sebagai berikut: (1) Hubungan antar variabel haruslah linier dan
aditif. (2) Semua variabel residu tak punya korelasi satu sama lain. (3)
Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak
melibatkan arah pengaruh yang timbal balik. (4) Tingkat pengukuran
semua variabel sekurang-kurangnya adalah interval (Harun Al Rasyid,
2005).
Beberapa istilah dan definisi dalam Path Analysis: (1) Dalam Path
Analysis, kita hanya menggunakan sebuah lambang variabel, yaitu X.
Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainya, kita
menggunakan subscript (indeks). Contoh : X1, X2, X3 …. Xk. (2) Kita
114 Metodologi Penelitian

membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh


(exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi (endogenous variable).
(3) Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah
panah bermata satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang
tidak berbalik/satu arah. (4) Diagram jalur merupakan diagram atau
gambar yang mensyaratkan hubugan terstruktur antar variabel (Harun
Al Rasyid, 2005).
Secara matematik analisis jalur mengikuti pola Model Struktural
yang ditentukan dengan seperangkat persamaan :
Y1 = F1 (Xa, …, Xq ; A11, … , A1k)
Y2 = F2 (Xa, …, Xq ; A21, … , A2k)



Yp = Fp (Xa, …, Xq ; Ap1, … , Apk)
yang mengisyaratkan hubungan kausal dari X 1, X2, …., Xq ke Y1, Y2, ….,
Yp. Apabila setiap variabel Y secara unique keadaanya ditentukan
(disebabkan) oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas
dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model
struktural.

B. DIAGRAM JALUR DAN PERSAMAAN STRUKTURAL


Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih
dahulu menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal
antara variabel penyebab dengan variabel akibat. Diagram ini disebut
Diagram Jalur (Path Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi
teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu.
Gambar 1
Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal Dari X1 Sebagai
Penyebab Ke X2 Sebagai Akibat

X1 X2

Keterangan:
X1 adalah variabel eksogenus (exogenous variable), untuk itu selanjutnya
variabel penyebab akan kita sebut sebagai variabel eksogenus. X2 adalah
variabel endogenus (endogenous variable), sebagai akibat, dan  adalah
variabel residu (residual variable), yang merupakan gabungan dari: (1)
Variabel lain, di luar X1, yang mungkin mempengaruhi X2 dan telah
teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak dimasukan dalam model. (2)
Variabel lain, di luar X1, yang mungkin mempengaruhi X2 tetapi belum
teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan pengukuran (error of
BAB 10. Analisis Jalur 115

measurement), dan (4) Komponen yang sifatnya tidak menentu (random


component).
Gambar 1 merupakan diagram jalur yang paling sederhana.
Gambar 6.1 menyatakan bahwa X2 dipengaruhi secara langsung oleh X1,
tetapi di luar X1, masih banyak penyebab lain yang dalam penelitian
yang sedang dilakukan tidak diukur. Penyebab penyebab lain itu
dinyatakan oleh . Persamaan struktural yang dimilik oleh gambar 1
adalah X2 =  x2 x1 X1 + . Selanjutnya tanda anak panah satu arah
menggambarkan pengaruh langsung dari variabel eksogenus terhadap
variabel endogenus.

Gambar 2
Diagram jalur yang menyatakan hubungan kausal
dari X1, X2, X3 ke X4

X1

X2 X4

X3

Gambar 2 menunjukkan bahwa diagram jalur tersebut terdapat


tiga buah variabel eksogenus, yaitu X1, X2, dan X3, sebuah variabel
endogenus (X4) serta sebuah variabel residu . Pada diagram di atas juga
mengisyaratkan bahwa hubungan antara X1 dengan X4, X2 dengan X4
dan X3 dengan X4 adalah hubungan kausal, sedangkan hubungan antara
X1 dengan X2, X2 dengan X3 dan X1 dengan X3 masing-masing adalah
hubungan korelasional. Perhatikan panah dua arah, panah tersebut
menyatakan hubungan korelasional. Bentuk persamaan strukturalnya
adalah : X4 = p x4 x1 X1 + p x4 x2 X2 + p x4 x3 X3 + .

Gambar 3
Hubungan kausal dari X1, X2 ke X3 dan dari X3 ke X4

X1
X3 X4

X2

1 2

Perhatikan bahwa pada gambar 3 di atas, teradapat dua buah sub-


struktur. Pertama, sub-struktur yang menyatakan hubungan kausal dari
X1 dan X2 ke X3, serta kedua, sub-struktur yang mengisyaratkan
116 Metodologi Penelitian

hubungan kausal dari X3 ke X4. Persamaan struktural untuk gambar 3


adalah:
X3 = p x3 x1 X1 + p x3 x2 X2 + 1 dan

X4 = p x4 x3 X3 + 2.

Pada sub-struktur pertama X1 dan X2 merupakan variabel


eksogenus, X3 sebagai variabel endogenus dan 1 sebagai variabel
residu. Pada sub-struktur kedua, X3 merupakan variabel eksogenus, X4
sebagai variabel endogenus dan 2 sebagai variabel residu.
Berdasarkan contoh-contoh diagram jalur di atas, maka kita dapat
memberikan kesimpulan bahwa makin kompleks sebuah hubungan
struktural, makin kompleks diagram jalurnya, dan makin banyak pula
sub-struktur yang membangun diagram jalur tersebut.

C. KOEFISIEN JALUR
Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus tertentu, dinyatakan oleh besarnya nilai
numerik koefisien jalur (path coefficient) dari eksogenus ke endogenus.
Gambar 4
Hubungan kausal dari X1, X2 ke X3

X1 p x3 x1
r x1x2 X3

X2 p x3 x2
p x3

Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional.


Intensitas keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya
koefisien korelasi r x1x2 . Hubungan X1 dan X2 ke X3 adalah hubungan
kausal. Besarnya pengaruh langsung dari X 1 ke X3, dan dari X2 ke X3,
masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur
p x3 x1 dan p x3 x2 . Koefisien jalur p x3 menggambarkan besarnya pengaruh
langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap X3.

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur


adalah:
1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan
proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan
strukturalnya. Di sini kita harus bisa menterjemahkan hipotesis
penelitian yang kita ajukan ke dalam diagram jalur, sehingga bisa
tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel eksogenus
dan apa yang menjadi variabel endogenusnya.
BAB 10. Analisis Jalur 117

2. Menghitung matriks korelasi antar variabel.


X1 X2 … Xu
1 rx1 x 2 ... rx1 xu 
R =
 1 ... rx 2 xu 
 1 ... 
 
 1 
Formula untuk menghitung koefisen korelasi yang dicari adalah
menggunakan Product Moment Coefficient dari Karl Pearson. Alasan
penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson ini adalah
karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki
skala pengukuran interval. Formulanya :
N  XY  ( X ).( Y )
rxy 
N  X 2

 ( X ) 2 . N  Y 2  ( Y ) 2 
3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung
koefisien jalurnya. Misalkan saja dalam sub-struktur yang telah kita
identifikasi terdapat k buah variabel eksogenus, dan sebuah (selalu
hanya sebuah) variabel endogenus Xu yang dinyatakan oleh
persamaan :
Xu = p xu x1 x1 + p xu x 2 x2 + … + p xu x k xk + .

Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogenus yang


menyusun sub-struktur tersebut.
X1 X2 … Xk
1 rx1x2 ... rx1xk 
 ... rx2 xk 
R=  1
 1 ... 
 
 1 
4. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenus, dengan
rumus : X1 X2 … Xk
C11 C12 ... C1k 
 C22 ... C2 k 
-1
R1 = 
 ... ... 
 
 Ckk 

5. Menghitung semua koefisien jalur p xu xi , dimana i = 1,2, … k; melalui


rumus :
  xu x1  C11 C12 ... C1k   rxu x1 
    
 xu x2    C22 ... C2 k   rxu x2 
 ...   ... ...   ... 
    
  xu xk   Ckk  rxu xk 
118 Metodologi Penelitian

Catatan :
Contoh di atas merupakan model analisis jalur kompleks, sehingga
langkah-langkah perhitungan untuk mencari koefisien jalurnya dapat
mengikuti pola di atas. Sementara besarnya koefisien jalur untuk model
analisis jalur sederhana, yang terdiri dari satu variabel eksogen dan satu
variabel endogen (perhatikan Gambar 6.1), nilainya sama dengan
besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut (p xu xi = r xu xi ).

D. BESARNYA PENGARUH VARIABEL EKSOGEN TERHADAP VARIABEL


ENDOGEN
Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua
atau lebih variabel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri (partial), bisa
berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung,
yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.
Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak
langsung serta pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus secara parsial, dapat dilakukan dengan rumus :
 Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus = p xu xi x p xu xi
 Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap
variabel endogenus = p xu xi x r x1x2 x p xu xi
 Besarnya pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung
dengan besarnya pangaruh tidak langsung = [p xu xi x p xu xi ] + [p xu xi x
r x1x2 x p xu xi ]

Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel


eksogenus terhadap variabel endogenus dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
 rxu x1 
 
 
R xu ( x1 , x2 ,...xk )   xu x1  xu x2 ...  xu xk  rxu x2 
2

 ... 
 
rxu xk 

Dimana :
 R2 xu ( x1 , x2 ...xk ) adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu
atau besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama
(gabungan) terhadap variabel endogenus.
  
 xu x1  xu x2 ...  xu xk adalah koefisien jalur
 r xu x1 rxu x2 
... rxu xk adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X1,
X2, … Xk dengan variabel endogenus Xu.
BAB 10. Analisis Jalur 119

E. PENGUJIAN KOEFISIEN JALUR


Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur
yang telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama, serta menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing
variabel eksogenus terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan
dengan langkah kerja berikut :
1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho : p xu xi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus
(Xu) terhadap variabel endogenus (Xi).
H1 : p xu xi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (X u)
terhadap variabel endogenus (Xi).
dimana u dan i = 1, 2, … , k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu :
 Untuk menguji setiap koefisien jalur :
p xu xi
t
(1  R 2 xu ( x1 x 2 ...x k ) )Cii
n  k 1
dimana:
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktur yang
sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k –
1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari
nilai tabel t. (t0 > ttabel (n-k-1)).

 Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan/bersama-


sama :

(n  k  1)( R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
F
k (1  R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
dimana :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang
sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat
bebas (degrees of freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari
nilai tabel F. (F0 > Ftabel (k, n-k-1)).

 Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing


variabel eksogenus terhadap variabel endogenus.
120 Metodologi Penelitian

p xu xi  pxu x j
t
(1  R 2 xu ( x1 x2 ...xk ) )(Cii  C jj  2Cij )
n  k 1
Kriteria pengujian :
Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel t. (t0 >
ttabel (n-k-1)).

3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak. Apabila terjadi


trimming, maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan
jalur yang menurut pengujian tidak bermakna (no significant).

Membangun Model Persamaan Analisis Jalur

Pengujian Kuesioner
Pengujian kuesioner dilakukan melalui uji validitas item dan uji
reliabilitas variabel. Prosedur uji kesesuaian kuesioner adalah sebagai
berikut:

1. Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan untuk setiap item. Teknik uji yang
digunakan adalah teknik korelasi melalui koefisien korelasi product-
moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

n  Xi Y   Xi  Y 
rYX i 
{n  Xi2  ( Xi )2}{n  Y 2  ( Y)2}

Keterangan:
Xi = butir pertanyaan ke-i untuk masing-masing variabel
Y = jumlah jawaban responden untuk masing-masing
variabel
n = jumlah responden

Skor interval setiap item pernyataan dikorelasikan dengan skor


total seluruh item (Singarimbun, 1995). Langkah kerja ini dilakukan
setelah prosedur penaikan skala dari ordinal ke interval dilakukan. Jika
koefisien korelasi Pearson positif dan signifikan, maka item yang
besangkutan adalah valid (sahih), jika nonsignifikan atau negatif maka
item yang bersangkutan tidak valid dan dikeluarkan dari kuesoner atau
digantikan dengan pernyataan perbaikan (Singarimbun, 1995).

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan jika seluruh item telah valid. Teknik uji
reliabilitas yang digunakan adalah teknik korelasi belah-dua (split-half)
dengan formula Spearman-Brown (Singarimbun, 1995). Skor interval
item-item berurutan ganjil dijumlahkan sehingga diperoleh total skor
belahan ganjil. Demikian pula skor interval item-item berurutan genap
dijumlahkan sehingga diperoleh skor total belahan genap. Selanjutnya,
skor total belahan ganjil dan belahan genap dikorelasikan melalui
koefisien korelasi Pearson. Langkah kerja ini dilakukan setelah prosedur
BAB 10. Analisis Jalur 121

penaikan skala dari ordinal ke interval dilakukan. Nilai korelasi yang


diperoleh kemudian digunakan untuk mengukur reliabilitas variabel
dengan terlebih dahulu mentransformasikannya ke dalam formula
Spearman-Brown sebagai berikut:
2 rb
ri 
1  rb
Keterangan :
ri = reliabilitas instrument secara keseluruhan
rb = korelasi product moment antara kelompok ganjil dan genap

Variabel yang diuji reliabel bila nilai koefisien reliabilitas


Spearman-Brown yang diperoleh positif dan signifikan. Jika nilai
koefisien reliabilitas negatif atau non-signifikan berarti variabel yang
bersangkutan tidak reliabel sehingga kuesioner perlu diperbaiki.
Signifikansi koefisien korelasi Pearson untuk uji validitas
maupun uji reliabilitas diuji melalui statistik-t dengan rumus sebagai
berikut:
n2
tr
1  r2
Pengujian di atas mengikuti sebaran t-student dengan db = n – 2
dan tingkat kepercayaan 95% atau alpha () = 0,05. Penentuan
signifikansinya dilihat melalui tabel-t. Bila thitung > ttabel maka koefisien
korelasi atau koefisien reliabilitas signifikan. Sebaliknya, bila thitung 
ttabel maka koefisien korelasi atau koefisien reliabilitas tidak signifikan.

J. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Persamaan Struktural


Berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui
pengaruh pelaksanaan pengendalian intern (X1), peran komite audit
(X2) dan faktor internal organisasi (X3) serta tata kelola perusahaan (Y)
terhadap kinerja perusahan (Z), maka secara lengkap paradigma
penelitian dapat dinyatakan sebagaimana tertera pada gambar berikut.
122 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1
Paradigma Lengkap Penelitian

Pengujian hipotesis statistik dan model struktural penelitian


dapat dinyatakan sebagai berikut.
1. Hipotesis 1:
Terdapat hubungan antara variabel pelaksanaan pengendalian intern,
peran komite audit dan faktor internal organisasi.

Secara grafis, hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 3.2
Hubungan antar Variabel X1dan X2, X1 dan X3, X2 dan X3

Keterangan :
X1 = variabel pelaksanaan pengendalian intern
X2 = variabel peran komite audit
X3 = variabel faktor internal organisasi
BAB 10. Analisis Jalur 123

Kuat lemahnya hubungan menurut Sugiyono (2004, hal.


183), dapat dibagi dalam lima kelompok, yakni :
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 : sangat rendah
0,20 – 0,399 : rendah
0,40 – 0,599 : sedang
0,60 – 0,799 : kuat
0,80 – 1,000 : sangat kuat

2. Hipotesis 2 :

Pelaksanaan pengendalian intern,peran komite audit, dan faktor


internal organisasi secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
tata kelola perusahaan.
Secara grafis, keberpengaruhan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 3.3
Pengaruh Variabel X1, X2 dan X3, terhadap Y
Keterangan :
X1 = variabel pelaksanaan pengendalian intern
X2 = variabel komite audit
X3 = variabel faktor internal organisasi
Y = variabel tata kelola perusahaan

Persamaan struktural dari pengaruh variabel X 1, X2, dan X3


terhadap Y adalah sebagai berikut:

Y= PYX1 X1 + PYX 2 X2 + PYX 3 X3 + PY 1


1
Tanda koefisien jalur yang diharapkan untuk PYX1 adalah positif,
artinya pelaksanaan pengendalian intern (X1) memiliki pengaruh positif
124 Metodologi Penelitian

terhadap tata kelola perusahaan (Y). Demikian halnya dengan tanda


koefisien jalur yang diharapkan untuk PYX2 adalah positif, dimana
variabel peran Komite Audit (X2) memiliki pengaruh yang positif
terhadap tata kelola perusahaan (Y), artinya, jika peran Komite Audit
semakin baik dalam menjalankan tugasnya maka tata kelola perusahaan
akan semakin baik. Tanda koefisien jalur yang diharapkan untuk
PYX 3 adalah positif, dimana variabel faktor internal organisasi (X 3)
memiliki pengaruh yang positif terhadap tata kelola perusahaan (Y),
artinya, jika faktor internal organisasi semakin baik maka tata kelola
perusahaan akan semakin baik.
Besarnya pengaruh variabel pelaksanaan pengendalian intern,
peran komite audit dan faktor internal organisasi terhadap tata kelola
perusahaan dapat dinyatakan dengan rinci sebagai berikut:
1) Tata kelola perusahaan (Y) dipengaruhi oleh pelaksanaan
pengendalian intern (X1)
Pengaruh langsung dari X1 terhadap Y PYX1 ● PYX1 = ( PYX1 )2
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X2 PYX1 ●  x 1 x 2 ● PYX2
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X3 PYX1 ●  x1x 3 ● PYX 3
Total pengaruh variabel X1 terhadap Y P11 + P12 + P13 = P1

dimana:
P11 = ( PYX1 )2
P12 = PYX1 ●  x 1 x 2 ● PYX2
P13 = PYX1 ●  x1x 3 ● PYX 3
P1 = Total pengaruh variabel X1 terhadap Y
2) Tata kelola perusahaan (Y) dipengaruhi oleh Komite Audit (X2)
Pengaruh langsung dari X2 terhadap Y PYX2 ● PYX2 = ( PYX2 )2
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X1 PYX2 ●  x 1 x 2 ● PYX1
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X3 PYX2 ●  x 2 x 3 ● PYX 3
Total pengaruh variabel X2 terhadap Y P21 + P22 + P23 = P2
dimana:
P21 = ( PYX2 )2
P22 = PYX2 ●  x 1 x 2 ● PYX1
P23 = PYX2 ●  x 2 x 3 ● PYX 3
P2 = Total pengaruh variabel X2 terhadap Y
BAB 10. Analisis Jalur 125

3) Tata kelola perusahaan (Y) dipengaruhi oleh faktor internal


organisasi (X3)

Pengaruh langsung dari X3 terhadap Y PYX 3 ● PYX 3 = ( PYX 3 )2


Pengaruh tidak langsung melalui variabel X1 PYX 3 ●  x1x 3 ● PYX 1
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X 2 PYX 3 ●  x 2 x 3 ● PYX 2
Total pengaruh variabel X3 terhadap Y P31 + P32 + P33 = P3

dimana:
P31 = ( PYX 3 )2
P32 = PYX 3 ●  x1x 3 ● PYX 1
P33 = PYX 3 ●  x 2 x 3 ● PYX 2
P3 = Total pengaruh variabel X3 terhadap Y

Total pengaruh pelaksanaan pengendalian intern (X1), peran


komite Audit (X2) dan Faktor internal organisasi (X3) terhadap tata
kelola perusahaan (Y) adalah :

R2YX1 X2X3 = P1 + P2 + P3
dimana:
P1 = total pengaruh X1 terhadap Y
P2 = total pengaruh X2 terhadap Y
P3 = total pengaruh X3 terhadap Y

Total pengaruh faktor lain di luar variabel penelitian adalah P Y 1


2

dimana:

PY1 = 1  R 2YX1 X 2X3

3. Hipotesis 3:
Pelaksanaan pengendalian intern, peran komite audit, faktor internal
organisasi, serta tata kelola perusahaan secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
126 Metodologi Penelitian

Secara grafis, keberpengaruhan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 3.4
Pengaruh Variabel X1, X2 dan X3, serta Y terhadap Z
Persamaan struktural dari pengaruh variabel X 1, X2, X3, dan Y
terhadap Z adalah sebagai berikut:

Z = PZX1 X1 + PZX 2 X2 + PZX 3 X3 + PZY Y + PZ2 2

Analisis model persamaan jalur dilakukan dengan


menggunakan software Lisrel 8.30.
Tanda koefisien jalur yang diharapkan untuk PZX1 adalah positif,
artinya pelaksanaan pengendalian intern (X1) memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan (Z). Demikian halnya dengan tanda
koefisien jalur yang diharapkan untuk PZX 2 adalah positif, dimana
variabel peran Komite Audit (X2) memiliki pengaruh yang positif
terhadap kinerja perusahaan (Z), artinya, jika peran Komite Audit
semakin baik maka kinerja perusahaan akan semakin baik. Tanda
koefisien jalur yang diharapkan untuk PZX 3 adalah positif, dimana
variabel faktor internal organisasi (X3) memiliki pengaruh yang positif
terhadap kinerja perusahaan (Z), artinya, jika faktor internal organisasi
semakin baik maka kinerja perusahaan akan semakin baik. Tanda
koefisien jalur yang diharapkan untuk PZY adalah positif, dimana
variabel tata kelola perusahaan (Y) memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan (Z), artinya, jika tata kelola perusahaan semakin baik
maka kinerja perusahaan akan semakin baik.
Besarnya pengaruh variabel pelaksanaan pengendalian intern, peran
komite audit dan faktor internal organisasi serta tata kelola perusahaan
terhadap kinerja perusahaan dapat dinyatakan dengan rinci sebagai
berikut:
1) Kinerja perusahaan (Z) dipengaruhi oleh pelaksanaan pengendalian
intern (X1)
BAB 10. Analisis Jalur 127

Pengaruh langsung dari X1 terhadap Z PZX1 ● PZX1 = ( PZX1 )2


Pengaruh tidak langsung melalui variabel X 2 P
ZX1 ●  x 1 x 2 ● PZX 2

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X 3 P


ZX1 ●  x1x 3 ● PZX 3

Pengaruh tidak langsung melalui variabel Y PZX1 ●  x 1Y ● PZX 3


Total pengaruh variabel X1 terhadap Z P11 + P12 + P13 + P14 = P1

dimana:
P11 = ( PZX1 )2
P12 = PZX1 ●  x 1 x 2 ● PZX 2
P13 = PZX1 ●  x1x 3 ● PZX 3
P14 = PZX1 ●  x 1Y ● PZX 3
P1 = Total pengaruh variabel X1 terhadap Z

2) Kinerja perusahaan (Z) dipengaruhi oleh Komite Audit (X2)


Pengaruh langsung dari X2 terhadap Z PZX 2 ● PZX 2 = ( PZX 2 )2

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X1 PZX 2 ●  x 1 x 2 ● PZX1

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X 3 PZX 2 ●  x 2 x 3 ● PZX3

Pengaruh tidak langsung melalui variabel Y PZX 2 ●  x 2 Y ● PZY


Total pengaruh variabel X2 terhadap Z P21 + P22 + P23 + P24 = P2
dimana:
P21 = ( PZX 2 )2
P22 = PZX 2 ●  x 1 x 2 ● PZX1
P23 = PZX 2 ●  x 2 x 3 ● PZX3
P24 = PZX 2 ●  x 2 Y ● PZY
P2 = Total pengaruh variabel X2 terhadap Z

3) Kinerja perusahaan (Z) dipengaruhi oleh faktor internal organisasi


(X3)
Pengaruh langsung dari X3 terhadap Z PZX 3 ● PZX 3 = ( PZX 3 )2

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X 1 PZX 3 ●  x1x 3 ● PZX1

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X2 PZX 3 ●  x 2 x 3 ● PZX 2

Pengaruh tidak langsung melalui variabel Y PZX 3 ●  Yx 3 ● PZY


Total pengaruh variabel X3 terhadap Z P31 + P32 + P33 + P34 = P3
128 Metodologi Penelitian

dimana:
P31 = ( PZX 3 )2
P32 = PZX 3 ●  x1x 3 ● PZX1
P33 = PZX 3 ●  x 2 x 3 ● PZX 2
P34 = PZX 3 ●  Yx 3 ● PZY
P3 = Total pengaruh variabel X3 terhadap Z

4) Kinerja perusahaan (Z) dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan (Y)


Pengaruh langsung dari Y terhadap Z PZY ● PZY = ( PZY )2
Pengaruh tidak langsung melalui variabel X1 PZY ●  x1y ● PZX1

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X2 PZY ●  x 2 y ● PZX 2

Pengaruh tidak langsung melalui variabel X3 PZY ●  x 3 y ● PZX 3

Total pengaruh variabel Y terhadap Z P41 + P42 + P43 + P44 = P4

dimana:
P41 = ( PZY )2
P42 = PZY ●  x1y ● PZX1
P43 = PZY ●  x 2 y ● PZX 2
P44 = PZY ●  x 3 y ● PZX 3
P4 = Total pengaruh variabel Y terhadap Z

Total pengaruh pelaksanaan pengendalian intern (X1), peran


komite audit (X2) dan faktor internal organisasi (X3) serta tata kelola
perusahaan (Y) secara simultan terhadap kinerja perusahaan (Z) adalah :
R2ZYX1 X2X3 = P1 + P2 + P3 + P4
dimana:
P1 = total pengaruh X1 terhadap Z
P2 = total pengaruh X2 terhadap Z
P3 = total pengaruh X3 terhadap Z
P4 = total pengaruh Y terhadap Z

Total pengaruh faktor lain di luar variabel penelitian adalah


PZ 2
2 dimana:

Pz = 1  R 2 ZYX 1 X 2X3


2
11 TATA PENULISAN
LAPORAN ILMIAH

1 Jenis Dan Ukuran Kertas


Jenis kertas yang dianggap memenuhi syarat dan standar untuk
pengetikan proposal skripsi adalah kertas HVS dengan berat 80
gram/m2, ukuran 210 x 290 mm (A4).
Pemakaian kertas diluar standar diperlukan dalam hal-hal tertentu
seperti penyisipan kertas grafik, kertas gambar, lampiran surat
keterangan asli, lembaran-lembaran koesioner dan yang lainya.

2 Mengatur Margin Kertas


Lebar ruang tepi (margin) diatur sebagai berikut: ruang tepi kiri 4
cm, tepi kanan 3 cm, tepi atas 3 cm dan tepi bawah 3 cm.

3 Mengatur Jarak Baris/Spasi Ketikan


Jarak antar baris ketikan proposal skripsi yaitu dua spasi.
Pengetikan satu spasi (single spaced typing) terbatas pada beberapa
penggunaan saja, yakni:
a. kutipan langsung panjang,
b. daftar pustaka,
c. daftar isi,
d. daftar tabel,
e. daftar gambar dan
f. daftar lampiran.
g. Judul dan sub judul
4 Indensi/Sela Ketukan
Tidak semua uraian (teks) dimulai dari batas tepi kiri ruang ketikan.
Untuk penulisan baris pertama dari suatu alinea menjorok ke dalam
(indensi) sebanyak lima ketukan huruf atau first line by 1 cm.
Kutipan langsung juga menjorok kedalam, dari kiri 1 cm dan dari
kanan 1 cm.

5 Nomor Halaman
Jenis angka dan peletakan nomor halaman untuk pengetikan
proposal skripsi adalah sebagai berikut:
130 Metodologi Penelitian

1) Untuk bagian awal (premilinary section) nomor halamannya


menggunakan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, v dan seterusnya)
dan ditempatkan ditengah halaman bawah (bottom of page dan
center).
2) Untuk bagian tengah (body) dan bagian akhir (reference section)
nomor halamannya menggunakan angka arab (1,2,3,…. seterusnya)
dan ditempatkan ditepi sebelah kanan atas (top of page dan right).
3) Nomor halaman judul proposal skripsi tidak dicantumkan tetapi
tetap diperhitungkan
4) Setiap halaman judul bab baru nomor halaman ditempatkan
ditengah halaman bagian bawah (bottom of page and center).

6 Nomor Bab dan Sub Bab


Proposal skripsi terdiri atas beberapa bab. Suatu bab dapat terbagi
atas beberapa sub- bab yang masing-masing merupakan suatu
kelompok uraian dimana kelompok-kelompok uraian tersebut
masih merupakan satu kesatuan pikiran yang utuh. Penomoran bab
dan sub bab ditetapkan sebagai berikut:
Bab I, II, III, IV, V
Sub bab 1.1 1.2 1.3 dst
Seksi 1.1.1 1.1.2 1.1.3 dst

Penomoran rincian ditetapkan dengan urutan sebagai berikut: 1),


a), (1) dan (a), dengan jumlah maksimum 3 step. Sebagai contoh:
1). Produk National Brand dan International Brand
a) Produk National Brand
(1) Ciri-ciri Produk National Brand
(a) Produk tersebar diseluruh kota disebuah
negara

7 Penulisan Bilangan
Pedoman penulisan bilangan adalah sebagai berikut:
1) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan
pemaparan.
2) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah, sehingga bilangan yang
dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada
awal kalimat.
3) Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja
(ditulis dengan huruf) sebagian supaya lebih mudah dibaca,
misalnya Rp 100 juta.
4) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks, kecuali di dalam dokumen resmi seperti akte dan
kuitansi.
BAB 11. Tata Penulisan Laporan Ilmiah 131

8 Kutipan
Mengutip tulisan dari pengarang lain, dalam penulisan proposal
skripsi, dapat dibenarkan (tidak dilarang). Ada beberapa yang perlu
diperhatikan dalam mengutip yaitu:
1) Hindari kutipan langsung yang terlalu panjang.
2) Pengutipan seperti sumber aslinya (kutipan langsung) dilakukan
apabila sangat perlu yaitu jika dengan kata-kata pengutip
sendiri akan memberikan pengertian yang berbeda.
3) Kutipan yang terlalu banyak dikhawatirkan akan mengganggu
kelancaran uraian dalam teks.
4) Kutipan yang diambil dari teks Bahasa Inggris sebaiknya dibuat
dengan huruf miring (italic)
Kutipan ada dua jenis, yakni:
1) Kutipan langsung yaitu menyalin persis seperti sumber aslinya.
Kutipan langsung dibedakan antara kutipan langsung pendek
dan kutipan langsung panjang. Kutipan langsung pendek adalah
kutipan-kutipan yang panjangnya tidak melebihi tiga baris
ketikan, sedangkan jika lebih dari tiga baris, disebut kutipan
langsung panjang.
Teknik penulisan kutipan langsung pendek yaitu dijalin dalam
teks 2 (dua) spasi dengan memberikan tanda petik diantara
bahan yang dikutip.
Contoh pada proposal skripsi:

Berkenaan dengan kecepatan kerja, Sumarni (2001,

110) menyatakan bahwa ”Mereka tidak pernah

segera mengerjakan sesuatu karena mereka terbiasa

dengan pola: selalu ada hari esok”.

Sedangkan kutipan langsung panjang adalah (a) diberi tempat


tersendiri dalam alinea yang berdiri sendiri (b) diketik dengan
jarak 1 cm dari kiri dan (c) 1 cm dari kanan atau menjorok dari
kiri dan dari kanan dan (d) tidak diberi tanda petik dan (e) tidak
ditebalkan (bold). Kutipan ini lebih dari tiga baris, maka diketik
dalam 1 (satu) spasi.
Contoh pada proposal skripsi:
Disamping itu pengusaha lain di Indonesia

menambahkan bahwa banyak’biaya siluman’yang

mempengaruhi proyeksi keuangan perusahaan. Sebagai


132 Metodologi Penelitian

akibatnya:

Anda tidak dapat memproyeksikan laba secara


akurat seperti halnya di Amerika Utara. Di
Indonesia, besarnya biaya ekstra untuk
menjalankan bisnis bervariasi sampai dengan
sekitar 50 persen tergantung wilayah setempat.
Oleh karena itu, sulit memprediksi jumlah laba
jangka panjang (Sukirman, 1999, 178).

2) Kutipan tidak langsung merupakan kutipan yang tidak persis


dengan sumber aslinya. Kutipan ini merupakan petikan pokok-
pokok pikiran atau ringkasan simpulan yang disusun menurut
jalan pikiran dan dinyatakan dalam bahasa pengutip sendiri.
Apabila merupakan rangkuman dari beberapa pengarang, disebut
paraphrase. Teknik penulisan kutipan tidak langsung yaitu ditulis
tanpa tanda petik dengan jarak 2 (dua) spasi seperti uraian dalam
teks.
Contoh pada proposal skripsi:

McCulloh (2000, 128) menilai bahwa sebagian besar orang Indonesia

tidak berani menyatakan secara langsung kata’tidak’. Argumen ini pun

didukung pendapat Vance et al. (2001, 323) yang menemukan bahwa

orang-orang Indonesia lebih menekankan hubungan baik, etika dan

perilaku yang manis, sehingga mengeritik dan menilai prestasi orang

lain atau rekan kerja dianggap’tidak sopan’.

Sumber kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung harus


disebutkan. Penyebutan (aknowledgement) sumber kutipan
merupakan kode etik penulisan karya ilmiah dan sebagai
penghormatan kepada penulis atas karya tulisnya tersebut.
Apabila mahasiswa tidak mengungkapkan sumber kutipan,
dapat dianggap sebagai karya contekan (plagiatism).
Cara penyebutan sumber kutipan yaitu ditempatkan langsung
dibelakang teks kutipan yang meliputi (nama penulis, tahun
penerbitan, dan nomor halaman kutipan). Contoh: (Porter, 2001,
110) artinya yaitu bahan yang dikutip bersumber dari daftar
pustaka yang ditulis oleh Porter tahun 2001, halaman 110.
Variasi lainnya yaitu menyebut nama penulis yang langsung
diikuti dengan tanda kurung yang memuat tahun penerbitan
dan nomor halaman kutipan.
BAB 11. Tata Penulisan Laporan Ilmiah 133

9 Tabel dan Gambar


1) Penyajian Tabel
Tabel adalah salah satu bentuk penyajian data penelitian.
Penyajian tabel merupakan metode sistematis untuk menyajikan
data kuantitatif dalam kolom-kolom dan baris-baris yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Penyajian data
penelitian dalam bentuk tabel dimaksudkan agar pembaca
dengan mudah dan cepat memahami dan menelaah apa yang
disajikan. Tabel yang baik yaitu apabila disusun relatif
sederhana dan memuat sejumlah terbatas variabel penelitian.
2) Format Tabel
Komponen utama tabel terdiri dari: nomor tabel, judul tabel,

judul kolom-kolom daripada tabel, judul baris-baris daripada

tabel, badan daripada tabel atau sel-sel yang ada dalam tabel,

sumber data dalam tabel.

Contoh:
Tabel 11.1.
Operasionalisasi Variabel Penelitian atas Pengendalian Biaya
dan Kinerja Keuangan

Judul Kolom
No Judul Kolom Judul Kolom Judul Kolom
1 Judul Baris
Sumber data : ……….Tahun
3) Pemberian Nomor dan Judul Tabel
Tabel diberi nomor urut berdasarkan bab. Contoh: Tabel 1.1.
artinya tabel berada pada Bab 1 dengan nomor urut 1, Tabel 1.2.
berada pada pada Bab 1 nomor urut 2. Tata urutan penomoran
pada bab berikutnya, disesuaikan dengan bab tersebut.
Misalnya tabel pada Bab 3 dituliskan Tabel 3.1. (tabel pada Bab
3, dan kembali dari nomor urut satu).
Judul Tabel ditulis di atas tabel dengan huruf besar pada setiap
permulaan kata-kata pokok. Nomor dan judul tabel ditulis pada
posisi tengah (center)
4) Ketentuan Lainnya

Ketentuan-ketentuan lainnya adalah sebagai berikut:


1) Nomor dan judul tabel ditempatkan diatas tabelnya.
2) Judul tabel hanya terdiri dari satu baris pendek dapat diketik
dengan sela satu ketukan.
3) Tabel yang terdiri dari dua kolom tidak perlu diberi garis
kolom.
134 Metodologi Penelitian

4) Tabel yang terdiri dari lebih dari dua kolom hendaknya


diberi garis kolom (disekat dengan garis vertikal).
5) Untuk memisahkan dua bagian yang sama didalam satu
tabel, dibuat garis vertikal rangkap ditengah-tengah tabel.
6) Tabel yang hanya menempati kurang dari setengah halaman
teks, dapat ditempatkan langsung di bawah teks yang
bersangkutan. Apabila teks sudah sampai di bawah halaman,
sebaiknya halaman tersebut dipenuhi dengan teks tadi,
sedang tabelnya diletakkan segera pada halaman berikutnya.
Tabel yang panjangnya lebih dari satu halaman (ruang
ketikan) tidak diperkenankan untuk dilanjutkan pada
halaman berikutnya. Tabel semacam ini diberi kertas
sambungan sesuai dengan keperluan (dilipat dengan rapi).
Nomor dan judul tabel ditempatkan di tengah (center) dan
halaman tetap ditempatkan disebelah kanan atas.
7) Judul kolom diketik tepat di tengah-tengah, di atas kolom
yang bersangkutan. Untuk menghemat tempat dan ruangan,
judul kolom yang terlalu panjang, dapat disingkat (agar tidak
menimbulkan salah tafsir, dan bila perlu diberi penjelasan
yang itempatkan dibagian bawah tabel yang bersangkutan).
Judul kolom diketik lebih dari satu baris diketik dengan satu
spasi. Atau bila perlu, untuk menghemat ruangan, judul
kolom diketik vertikal dan membacanya dari bawah ke atas.
5) Penyajian Gambar
Diklasifikasikan sebagai gambar antara lain adalah grafik,
diagram, bagan organisasi, bagan arus (flow chart). Penyajian
gambar bertujuan untuk mempermudah dan memperjelas
pemahaman data hasil penelitian. Petunjuk untuk penyajian
gambar sebagai berikut:
1) Gambar diberi nomor urut berdasarkan bab.
2) Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, tanpa tanda
baca, simetris kiri-kanan, dan tidak di-bold. Jika lebih dari
satu baris disusun dalam bentuk piramida terbalik.
3) Bahan gambar yang terpaksa harus ditulis dengan tangan,
dibuat dengan tinta.
4) Bahan gambar yang kurang dari setengah halaman harus
ditempatkan secara serasi sesudah teks (sedapat mungkin
pada halaman yang sama)
5) Apabila gambar melebihi ruang ketikan, maka digunakan
kertas sambungan dan dilipat dengan rapi. Akan tetapi
untuk menjaga estetika penulisan skripsi, dianjurkan agar
gambar yang panjang melebihi ruang ketikan atau lebih dari
satu halaman dicantumkan dalam lampiran.
6) Cara menempatan bahan gambar tidak selalu harus tegak
sesuai dengan bentuk skripsi, tetapi dapat ditempatkan
secara memanjang (landscape) sesuai dengan bentuk bahan
gambar yang bersangkutan. Judulnya ditempatkan disebelah
kanan / sisi kanan yaitu bagian kertas yang tidak dijilid,
sedang nomor halaman tetap yaitu bagian kertas yang tidak
BAB 11. Tata Penulisan Laporan Ilmiah 135

dijilid, sedang nomor halaman tetap diletakan di sebelah


kanan atas.
7) Tanda-tanda yang ada, baik dalam bentuk huruf atau angka,
yang dipakai dalam gambar harus jelas dan sedapatnya
berukuran sama dengan huruf atau angka mesin ketik.

10 Penyajian Daftar Pustaka


Ketentuan menyusun daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1) Urutannya adalah: nama pengarang, tahun terbit, judul
karangannya (ditulis huruf miring dan tidak ditebalkan), kota
dan data tentang penerbit (khusus untuk Jurnal Ilmiah
dicantumkan jumlah halaman dari karangan tersebut)
2) Daftar pustaka (yang dimulai dengan nama pengarang) disusun
alfabetis, dan ini tidak hanya pada huruf terdepannya saja tetapi
huruf kedua atau ketiga juga perlu diperhatikan.
3) Daftar pustaka diketik dengan satu spasi, sedangkan jarak
antara masing-masing pustaka adalah 1 (satu) spasi.
4) Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka
diketik tepat pada tepi kiri tanpa indensi sedang untuk baris
berikutnya digunakan indensi 5 ketukan huruf (hanging by 1
cm)
5) Cara menulis pengarang asing dalam daftar pustaka ialah
dengan mendahulukan nama keluarga (last name/surename) baru
kemudian given name-nya (dan diakhiri dengan middle name
bilamana ada/disingkat). Untuk dua atau tiga pengarang,
nama pengarang kedua/ketiga tidak perlu dibalik. Untuk nama
penulis Indonesia ditulis langsung. Contoh: Mudrajad Kuncoro
tidak ditulis Kuncoro, Mudradjat, kecuali nama Indonesia yang
mempunyai marga. Contoh: Harapan Tobing ditulis menjadi
Tobing, Harapan.
6) Daftar pustaka dengan penulis yang sama, maka daftar pustaka
disusun menurut urutan waktu (tahun).
7) Dalam daftar pustaka, tidak boleh dicantumkan sumber
referensi yang tidak pernah dibaca oleh penulis. Bila ia
mengutip suatu buku dan buku tersebut mengutip dari buku
lain, maka yang dicantumkan dalam daftar pustaka adalah
buku yang dibacanya.
8) Bahan-bahan yang diterbitkan dan tidak pernah diperoleh di
perpustakaan (misalnya berupa pertanyaan lisan seperti
keterangan pribadi, hasil wawancara dan seterusnya) tidak
perlu dituliskan dalam daftar pustaka.
9) Gelar pengarang tidak dicantumkan.
10) Apabila jumlah referensi banyak, daftar pustaka dapat dibagi
dalam beberapa bagian, ada bagian untuk penerbitan berkala
dan sebagainya. Referensi dianjurkan menggunakan tahun
penerbitan yang terbaru.
136 Metodologi Penelitian

Contoh:
Buku
Satu Pengarang
Amin Widjaja Tunggal. 1996. Manajemen Keuangan dan Akuntansi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Dua Pengarang
Davis, D., dan Cosenza, R.M. 1993. Business Research for Decision
Making, Belmont: PWS-KENT Publising Company.
Tiga Pengarang
Anthony, Robert N., John Dearden and Vijay Govindarajan. 1992.
Management Control System. Homewood, I1: Richard D
Irwin, Inc.

Buku dengan Edisi Bukan Edisi Pertama


Hasibuan, Malayu. S. P. 1996. Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah. Edisi 2, PT Gunung Agung, Jakarta.

Buku Sumber Kedua


Argyris, Chris. 1998. Some Inner Contradictions In Management
Information Syatem dalam Cost Accounting, Budgeting and
Controll. Ed.William E. Thomas, Jr. Cincinnati: South
Western Publishing Co.

Buku yang Ditulis Bukan oleh Pengarang atau Penyunting Buku


yang Bersangkutan
Quinn, Robert E, Sue R Faerman, Michael P Thompson, dan Michael
R McGrath. 2000. Menjadi Seorang Manajer yang Ahli
Sebuah Kerangka Kompetensi. Alih Bahasa: Hari Suminto.
Interaksara, Batam

Jurnal/Penelitian Berkala
Beaver, William H. 2000. Econometric Propertis of Alternative
Security Return Method. Journal of Accounting Research 19: hal
163-184
Arif Ramelan Karseno. 2001. Analisis Tarif Telekomunikasi di
Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Manajemen dan Akuntansi.
Vol 1(2): hal 191-201

Hasil Penelitian
Faisal Kasryno et al. 1981. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya
terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja:
Kasus di Empat Desa di Jawa Barat. Bogor: Studi Dinamika
Pedesaan.
BAB 11. Tata Penulisan Laporan Ilmiah 137

Paper dan Seminar/ Lokakarya


Gaol, Marusaha L. Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Pemerintahan
Megawati-Hamzah. Materi pada Seminar Ilmiah STIE
Kesatuan, Bogor, 26 Juni 2005.

Bahan yang Tidak Diterbitkan


Sujana et al., 2004. Metodologi Penelitian. Bogor: STIE Kesatuan Bogor
(Diktat Kuliah).

Makalah Seminar dan Disertasi


Andriani. 1982. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, serta Sistem Kompensasi
terhadap Perolehan Keuntungan. Disertasi Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Homepage
Purba, JH. 2001. Model Ekonometrika Kelapa Sawit Indonesia.
http://www.kopertis4.com (Diakses 5 Juni 2005)

REFERENSI

Arief Suadi, 1995, Format Skripsi Berbasis Komputer. BPFE. Yogjakarta.


Didi Atmadilaga, 1977, Azas Teknik Penyusunan Usulan proyek dan Karya
Ilmiah (Skripsi, Skripsi dan Disertasi). Bahan Penataran Pascasarjana
Metode Penelitian. UNPAD. Bandung.
Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Mudradjat Kuncoro, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit Erlangga, Jakarta
Rusidi, 2000, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bahan Kuliah pada
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sucherly, 2002, Business Research Method. Bahan Kuliah pada Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfa Beta. Bandung.
Suharsimi Arikunto, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
138 Metodologi Penelitian

Catatan:
12 TUGAS
DOWNLOAD JURNAL
ILMIAH

Anda mungkin juga menyukai