Anda di halaman 1dari 12

Nyeri Dada Pleuritik: Menyortir Diagnosis Banding

BRIAN V. REAMY, MD; PAMELA M. WILLIAMS, MD; and MICHAEL RYAN ODOM, MD
Uniformed Services University of the Health Sciences, Bethesda, Maryland

Nyeri dada pleuritik ditandai dengan nyeri mendadak dan tajam, menusuk, atau terbakar
di dada saat menghirup dan menghembuskan napas. Emboli paru adalah penyebab
serius yang paling umum, ditemukan pada 5% hingga 21% pasien yang datang ke unit
gawat darurat dengan nyeri dada pleuritik. Sebuah keputusan klinis yang tervalidasi
untuk emboli paru harus digunakan untuk memandu pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan d-dimer, scan ventilasi-perfusi, atau computed tomography angiography.
Infark miokard, perikarditis, diseksi aorta, pneumonia, dan pneumotoraks adalah
penyebab serius lainnya yang harus disingkirkan berdasarkan penelusuran riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik, elektrokardiografi, pemeriksaan troponin, dan
radiografi toraks sebelum diagnosis lain ditegakkan. Pedoman keputusan klinis yang
tervalidasi telah tersedia untuk membantu mengeksklusikan penyakit arteri koroner.
Virus adalah agen penyebab nyeri dada pleuritik yang sering. Virus Coxsackie,
respiratory syncytial virus, influenza, parainfluenza, mumps, adenovirus,
cytomegalovirus, dan virus Epstein-Barr kemungkinan tergolong sebagai patogen.
Penatalaksanaan ditentukan berdasarkan diagnosis yang mendasarinya. Obat
antiinflamasi nonsteroid cocok untuk manajemen nyeri pada pasien yang mengalami
nyeri dada pleuritik yang dipicu oleh virus atau nyeri dada pleuritik non-spesifik. Pada
pasien dengan gejala yang persisten, pasien perokok, dan pasien berusia diatas 50 tahun
dengan pneumonia, penting untuk mendokumentasikan perbaikan yang ada pada
radiografi dengan pemeriksaan radiografi dada ulang enam minggu setelah pengobatan
awal.

N
yeri dada pleuritik ditandai dengan nyeri yang tiba-tiba dan tajam, menusuk,
atau terbakar di dada pada saat menghirup dan mengembuskan napas. Nyeri
ini diperparah dengan pernapasan dalam, batuk, bersin, atau tertawa. Ketika
inflamasi pada pleura terjadi di dekat diafragma, rasa sakit dapat mengalami pengalihan
(nyeri alih) ke leher atau bahu. Nyeri dada pleuritik disebabkan oleh inflamasi pada
pleura parietal dan dapat dicetuskan oleh berbagai penyebab.
Patofisiologi
Pleura viseral tidak memiliki reseptor nyeri, sedangkan pleura parietal dipersarafi
dengan saraf somatik yang dapat merasakan nyeri karena adanya trauma atau inflamasi.
Mediator inflamasi yang dilepaskan ke ruang pleura memicu reseptor nyeri lokal. Pleura
parietal di pinggiran tulang rusuk dan hemidiafragma lateral dipersarafi oleh nervus
interkostalis. Trauma atau inflamasi di lokasi ini menyebabkan rasa sakit yang
terlokalisasi di berdasarkan distribusi sarafnya di kulit. Sebaliknya, nervus frenikus
menginervasi diafragma sentral dan dapat menyebabkan nyeri alih ke leher atau bahu
ipsilateral.

Diagnosis Banding
Nyeri dada pleuritik memiliki banyak penyebab. Pendekatan klinis sangat membantu
dokter untuk membedakan enam penyebab nyeri dada pleuritik yang mengancam jiwa
dan penyebab lainnya yang lebih umum dengan segera. Emboli paru, infark miokard,
perikarditis, diseksi aorta, pneumonia, dan pneumotoraks adalah enam kondisi serius
yang harus menjadi pertimbangkan utama. Diagnosis banding disajikan pada Tabel 1.

Table 1. Diagnosis Banding Nyeri Dada Pleuritik


Kategori Etiologi
Kardiak Sindroma koroner akut, gagal jantung kongestif, perikarditis,
postcardiac injury syndrome (PCIS), postmyocardial
infarction syndrome, postpericardiotomy syndrome
Gastrointestinal Inflammatory bowel disease, pankreatitis, pleuritis bakterial
spontan
Hematologi/ onkologi Keganasan, efusi pleura ganas, sickle cell crisis
Iatrogenik/ paparan Asbestosis, pembedaha kardiotoraks, pengobatan,
perikardiosentesis
Infection Abses
 Hepar, paru, lien
Bakteri
 Empyema
 Legionnaires’ disease (legionellosis)
 Mediterranean spotted fever (disebabkan oleh organisme
rickettsia [Rickettsia conorii] endemis pada daerah
Mediterania di Europe yang mencetuskan sindrom yang
mirip dengan Rocky Mountain spotted fever di Amerika
Serikat), parapneumonic pleuritic pneumonia,
tuberkulosis
Miokarditis
Parasit
 Amebiasis, paragonimiasis
Virus
 Adenovirus, coxsackieviruses, cytomegalovirus,
Epstein-Barr virus, herpes zoster, influenza, mumps,
parainfluenza, respiratory syncytial virus
Inflamasi/ autoimun/ Ankylosing spondylitis, penyakit kolagen vaskuler, demam
genetik Mediterranean familial, fibromyalgia, pleuritis eosinofilik
reaktif, arthritis rheumatoid, systemic lupus erythematosus
Paru Penyakit paru obstruktif kronik, hemotoraks, adhesi pleura,
pneumotoraks, emboli paru
Renal Gagal ginjal kronik, hematom kapsula renal
Rheumatologi Lupus pleuritis, rheumatoid pleuritis, Sjögren syndrome

Penelitian mengenai nyeri dada pleuritik menunjukkan bahwa emboli paru adalah
penyebab paling umum yang mengancam jiwa, dan menjadi penyebab nyeri pada 5%
hingga 21% pasien. Sebuah percobaan prospektif baru-baru ini dari 7.940 pasien
yang diteliti mengenai emboli paru, mengungkapkan bahwa nyeri dada pleuritik
secara signifikan berkaitan dengan emboli paru yang diagnosisnya sudah
terkonfirmasi (odds ratio yang disesuaikan 1,53). Gejala emboli paru yang paling
sering terjadi adalah dispnea dan nyeri dada pleuritik, masing-masing pada 73% dan
66% pasien. Dokter harus menggunakan pedoman keputusan klinis yang tervalidasi
(misalnya, Wells, PERC [pulmonary embolism rule-out criteria], Geneva) untuk menilai
kemungkinan terjadinya emboli paru, seperti yang dibahas dalam artikel sebelumnya
pada American Family Physician.
Dokter dapat mengevaluasi kemungkinan terjadinya infark miokard dan penyakit arteri
koroner pada pasien menggunakan elektrokardiografi dan kadar troponin. Dengan
menerapkan lima poin panduan keputusan klinis yang tervalidasi dapat membantu
meningkatkan akurasi diagnostik pada penyakit arteri koroner (Tabel 2). Dengan
ditemukannya nol hingga satu dari lima faktor dalam skor terkait, dapat memprediksi
bahwa kemungkinan terjadinya penyakit arteri koroner hanya 1%, sedangkan pada
pasien yang memiliki empat atau lima faktor ini, sebanyak 63% diantaranya mengalami
penyakit arteri koroner. Selain itu, kadar troponin jantung yang memiliki sensitivitas
tinggi dapat membantu meningkatkan akurasi diagnostik infark miokard.

Table 2. Panduan Keputusan Klinis yang Tervalidasi untuk kemungkinan


terjadinya Penyakit Arteri Koroner Sebagai penyebab Nyeri Dada
Komponen Poin
Usia dan jenis kelamin (pria berusia ≥55 tahun atau wanita ≥65 tahun) 1
Penyakit vaskuler yang diketahui (penyakit arteri koroner, penyakit oklusi 1
vaskuler, penyakit serebrovaskuler)
Nyeri tidak meningkat dengan palpasi 1
Nyeri memberat saat beraktivitas 1
Pasien berasumsi bahwa nyeri berasal dari jatung 1
Kemungkinan adanya penyakit arteri koroner sebagai penyebab nyeri dada
Skor total Positive likelihood ratio Negative likelihood ratio
0 atau 1 1.09 0.00
2 atau 3 1.83 0.03
4 atau 5 4.52 0.15
CATATAN: Pasien dengan nyeri dada dan skor 4 atau 5 harus menjalani evaluasi
segera terkait kemungkinan terjadinya penyakit arteri koroner.
Diadaptasi dengan izin dari Bösner S, Haasenritter J, Becker A, et al. Ruling out
coronary artery disease in primary care: development and validation of a simple
prediction rule. CMAJ. 2010;182(12):1298-1299

Perikarditis dapat dieksklusikan dengan pemeriksaan elektrokardiogram dan, jika perlu,


berdasarkan temuan ekokardiogram. Pneumonia dan pneumotoraks dapat dievaluasi
dengan radiografi toraks. Diseksi aorta dapat dieksklusikan dengan radiografi toraks
pada pasien yang memiliki risiko sangat rendah; namun jika tidak, computed
tomography angiography harus dilakukan.
Virus adalah agen penyebab nyeri dada pleuritik yang umum. Virus Coxsackie,
respiratory syncytial virus, influenza, parainfluenza, mumps, adenovirus,
cytomegalovirus,dan virus Epstein-Barr kemungkinan tergolong sebagai patogen.
Pendekatan yang direkomendasikan dalam menegakkan diagnosis pasien dengan nyeri
dada pleuritik ditampilkan pada Gambar 1.3
Riwayat penyakit
Perjalanan waktu timbulnya gejala adalah informasi mengenai riwayat penyakit yang
paling berguna untuk mempersempit diagnosis banding. Penyebab nyeri dada pleuritik
yang paling berpotensi menyebabkan kematian (mis., emboli paru, infark miokard,
diseksi aorta, dan pneumotoraks) biasanya memiliki onset akut dalam rentang menit.
Sebaliknya, penyebab nyeri dada pleuritik yang tidak begitu mematikan (mis. infeksi,
keganasan, proses inflamasi) berkembang dalam rentang jam hingga hari atau minggu.
Nyeri yang memburuk ketika pasien telentang dan berkurang ketika pasien tegak dan
membungkuk harus dipertimbangkan mengenai kemungkinan terjadinya perikarditis.
Adanya dispnea yang sebenarnya (true dyspnea) juga harus meningkatkan kecurigaan
terjadinya emboli paru, pneumotoraks, atau pneumonia. Secara klinis, sangat berguna
jika membedakan true dyspnea dengan dispnea yang dirasakan pasien (patient
perceived dyspnea), yang disebabkan oleh adanya keinginan pasien untuk menekan
respirasi untuk menghindari rasa sakit.
Gejala jantung seperti diaforesis, mual, dan jantung berdebar harus diperjelas. Rasa
sakit yang digambarkan tajam dan seperti disayat adalah khas untuk nyeri dada
nonkardiak. Penjalaran nyeri ke bahu atau lengan memiliki rasio kemungkinan positif
4,07 (Confidence Interval 95%, 2,53 hingga 6,54) untuk infark miokard akut.
Sebaliknya, rasa sakit yang menjalar ke punggung dengan intensitas yang maksimal saat
onset umumnya lebih berkaitan dengan diseksi aorta daripada iskemia jantung.

Diagnosis Rawat Jalan Nyeri Dada Pleuritik


Pasien datang dengan nyeri dada pleuritik

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, CXR bila diperlukan

CXR normal, atau tidak CXR Abnormal


dilakukan

Mediastinum Pleura Efusi Potongan hilus kasar,


Infiltrat
Kardiomegali
Melebar Terpisah oligemia, atau infark
Pleura
paru

Pneumothorax Pertimbangkan Pneumonia Pertimbangkan


Diseksi aorta, Torasentesis Perikarditis, Pertimbangkan
lakukan CTA lakukan EKG emboli paru*

Klinis curiga MI, emboli paru,


atau perikarditis

Tidak Ya

Lanjut ke @ EKG

Normal Abnormal

Klinis masih mengarah ke MI


Elevasi ST segmen Sinus takikardi, Perubahan ST
konkaf divus, depresi overload ventrikel segmen, gelombang
Ya Tidak segmen PR tanpa kanan Q, LBBB onset baru,
inversi gelombang T inversi gelombang T
Enzim Jantung Klinis masih mengarah
ke emboli paru Pertimbangkan emboli
paru*
Perikarditis MI, periksa
Ya Tidak enzim jantung

Pertimbangkan Klinis masih mengarah


emboli paru* ke perikarditis

Ya Tidak

Observasi, @ Klinis curiga ke arah penyebab nyeri


pertimbangkan pleuritik yang tidak biasa (Lihat Tabel 1)
NSAID
Ya Tidak

Lanjutkan dengan evaluasi diagnostik sesuai indikasi klinis Pleuritis virus

CATATAN: Algoritma ini menggabungkan dan menyederhanakan rekomendasi diagnostik dari


berbagai sumber untuk memberikan tinjauan umum dan tidak menunjukkan panduan yang
tervalidasi.
* —Terapkan pandaun keputusan klinis yang tervalidasi untuk emboli paru untuk menilai pretest
probability, kemudian rencanakan pemeriksaan lebih lanjut (seperti d-dimer, CTA, V-Q scan)
seperti yang direkomendasikan oleh algoritma diagnostik tersebut.
Gambar 1. Algoritma untuk diagnosis rawat jalan nyeri dada pleuritik. (CTA =
computed tomography angiography; CXR = radiografi dada; EKG =
elektrokardiografi; MI = infark miokard; NSAID = obat antiinflamasi nonsteroid; V-Q
= ventilasi-perfusi.)

Adanya batuk, demam, dan produksi sputum harus mengarahkan evaluasi kepada
community-acquired pneumonia. Gejala seperti penurunan berat badan, malaise,
keringat malam, atau artralgia menunjukkan penyebab nyeri dada pleuritik berupa
peradangan kronis, seperti infeksi TB, rheumatoid arthritis, atau keganasan. Adanya
riwayat keluarga dengan gejala serupa meningkatkan kemungkinan adanya diagnosis
langka seperti demam Mediterania familial. Riwayat pengobatan yang mencakup
penggunaan obat-obatan dengan risiko tinggi efek samping yang merugikan terhadap
paru harus meningkatkan kecurigaan mengenai kemungkinan terjadinya reaksi
farmakologis. Adanya krisis sel sabit (sickle cell crisis) harus dipertimbangkan pada
pasien yang diketahui menderita penyakit sel sabit (Tabel 1).

Pemeriksaan fisik
Takikardia atau takipnea dapat terjadi pada berbagai penyebab nyeri dada pleuritik yang
serius, tetapi harus meningkatkan kecurigaan mengenai kemungkinan terjadinya emboli
paru, pneumotoraks, atau infark miokard. Pasien mungkin menunjukkan pernapasan
yang lebih dangkal, karena mereka berusaha menghindari pernapasan dalam yang dapat
memicu rasa sakit. Demikian juga, hipotensi dan tekanan nadi yang melebar dengan
bermakna harus meningkatkan kecurigaan terjadinya diseksi aorta atau infark miokard
yang berat. Demam meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Peradangan pleura,
atau pleuritis, menyebabkan permukaan pleura parietal dan visceral halus menjadi lebih
kasar.
Saat kedua permukaan ini saling bergesekan pada saat inspirasi dan ekspirasi normal,
suara goresan atau gesekan (friction rub) mungkin terdengar. Hal ini juga dapat terjadi
pada 4% pasien dengan pneumonia atau emboli paru. Pneumonia dengan konsolidasi
paru juga dapat menyebabkan suara nafas menurun, ronki, dan egofoni. Sebaliknya,
pneumotoraks dapat menyebabkan hiperresonansi pada pemeriksaan paru-paru.
Pada gagal jantung onset baru karena infark miokard besar, pemeriksaan jantung
mungkin menunjukkan bunyi jantung tambahan (bunyi jantung ketiga atau keempat).
Friction rub mungkin terdengar di jantung pada kasus perikarditis yang berat. Pasien
dapat datang dengan pemeriksaan awal yang normal, bahkan ketika kondisi yang serius
terjadi. Tidak adanya diagnosis yang jelas membutuhkan adanya pemeriksaan
diagnostik tambahan.

Pemeriksaan Diagnostik
Sebagian besar pasien dengan nyeri dada pleuritik akan membutuhkan pencitraan
radiografi dada untuk menentukan diagnosis pastinya. Jika cairan pleura terlihat pada
foto rontgen dada, cairan dapat disedot dan diperiksa untuk mencari petunjuk tambahan
tentang sumber nyeri dada pleuritik. Ultrasonografi paru dapat memandu prosedur
torasentesis, serta melokalisasi pneumotoraks kecil dan mengidentifikasi masalah paru
lainnya.
Ketika adanya penyebab yang berkaitan dengan jantung atau vaskular diduga,
elektrokardiografi, pemeriksaan enzim jantung, dan ekokardiografi adalah pemeriksaan
yang berguna. Adanya elevasi segmen ST yang tersebar luas adalah temuan
elektrokardiografi yang khas pada perikarditis. Dalam kasus infeksi, hitung darah
lengkap, serologi, dan kultur darah, dahak, atau cairan pleura dapat diindikasikan.
Pedoman keputusan klinis yang tervalidasi untuk emboli paru harus dilakukan untuk
memandu penggunaan pemeriksaan tambahan seperti d-dimer, scan ventilasi-perfusi,
atau computed tomography angiography. Tabel 3 mengintegrasikan gejala red flag yang
menunjukkan adanya penyebab serius nyeri dada pleuritik, pemeriksaan fisik, dan
temuan diagnostik untuk membantu dalam mengevaluasi nyeri dada pleuritik.

Tabel 3. Etiologi Nyeri Dada Pleuritik yang Serius dan Red Flag terkait
Diagnosis Red flags Temuan Temuan Pemeriksaan
pemeriksaan pencitraan dan perhitungan
fisik khusus
Diseksi Aorta Sensasi robek, Perbedaan CTA dengan d-dimer sering
nyeri menjalar tekanan darah / defek yang jelas, meningkat
ke punggung / denyut nadi CXR hanya peka
perut, paling radial, murmur dengan masalah
parah saat onset aorta, intratoraks yang
kemungkinan berat
tamponade
jantung
Efusi pleura Riwayat Suara pernafasan CXR dengan efusi Terapkan kriteria
maligna keganasan, berkurang pada unilateral atau Light pada
keringat malam, lokasi tertentu bilateral cairan
usia yang lebih thorasentesis,
tua, penggunaan sitologi cairan
tembakau, pleura
penurunan berat
badan
Infark miokard Angina, sakit Diaforesis, CXR seringnya EKG dengan ST
kepala, sakit hipotensi, bunyi normal elevasi pada lead
lengan / leher, jantung ketiga yang berdekatan,
mual / muntah pemeriksaan
enzim jantung
abnormal
Perikarditis Infeksi virus baru- Segmen ST Kemungkinan EKG dengan ST
baru ini atau saat cekung ke atas kardiomegali elevasi difus
ini, perikarditis difus, depresi
sebelumnya segmen PR
tanpa inversi
gelombang T,
nyeri dada
posisional
Pneumonia Demam, dahak Egofoni, CXR atau CT —
produktif, leukositosis, dengan
dyspnea ronki, pleural konsolidasi
friction rub
Pneumotoraks Dispnea onset Berkurangnya CXR abnormal Tension
akut napas berbunyi yang pneumothorax
secara lokal, menunjukkan sering
hipotensi, udara di ruang merupakan
hipoksia, pleura diagnosis klinis
kemungkinan sebelum
deviasi trakea, dilakukan
hiperresonansi pencitraan
Emboli paru Dispnea onset Hipotensi, CXR dengan Algoritma
akut, riwayat hipoksia, sinus hilangnya hilar keputusan klinis
trombosis vena takikardia, mendadak, khusus , d-dimer,
dalam, riwayat gangguan oligemia, atau hipoksia dengan
keganasan, pernapasan infark paru/ gradien arteri-
pembengkakan Filling defect alveolar, EKG
tungkai sering terdeteksi dengan strain
unilateral dengan CTA pada jantung
kanan
Tuberkulosis Pajanan terhadap Egofoni, Sering Pewarnaan basil
tuberkulosis, leukositosis, konsolidasi, tahan asam
hemoptisis, pleural friction limfadenopati, Gram, kultur
demam, keringat rub, ronki dan / atau efusi dahak, purified
malam, pleura unilateral; protein
penurunan berat kavitas sering derivative
badan ditemukan (Mantoux)
CT = computed tomography; CTA = computed tomography angiography; CXR = radiografi
toraks; EKG = electrocardiography.
Pengobatan
Setelah mengeksklusikan enam penyebab nyeri dada pleuritik yang serius, yang
membutuhkan evaluasi segera, ada dua pertimbangan dalam tatalaksana awal:
mengendalikan rasa sakit dan mengobati etiologi dari penyakit yang mendasarinya.
Kontrol nyeri awal paling baik dilakukan dengan pemberian obat antiinflamasi
nonsteroid. Obat ini tidak memiliki potensi analgesik seperti narkotik, tetapi mereka
juga tidak menekan pusat pernapasan dan tidak mengubah sensorik pasien pada saat
evaluasi awal. Meskipun diasumsikan adanya efek berdasarkan kelas pengobatan,
penelitian mengenai pengobatan nyeri dada pleuritik pada manusia telah difokuskan
pada penggunaan indometasin dengan dosis 50 hingga 100 mg per oral hingga tiga kali
sehari. Penelitian ini telah menunjukkan adanya perbaikan dalam nyeri dan fungsi
mekanik paru. Kortikosteroid harus disediakan pada pasien yang tidak menoleransi
pengobatan menggunakan anti-inflamasi nonsteroid. Kortikosteroid juga digunakan
dalam mengobati pleuritis TB dan telah terbukti menunjukkan adanya beberapa
pengurangan dalam terjadinya efusi dan perbaikan gejala, tetapi mereka belum
menunjukkan perbaikan yang bermakna dari segi mortalitas.
Setelah rasa sakit cukup terkontrol dan penyakit serius yang mendasari keluhan
dieksklusikan, penyakit lainnya juga harus diobati. Agen antimikroba atau antiparasit
harus dimulai berdasarkan organisme yang diduga terlibat dalam kasus pneumonia.
Kolkisin (1,2 hingga 2,0 mg oral sekali sehari atau dibagi menjadi dua kali sehari)
adalah perawatan standar untuk demam Mediterania familial. Agen biologis seperti
antiinterleukin-1, interleukin-6 inhibitor, dan tocilizumab mungkin memiliki kegunaan
dalam kasus-kasus demam Mediterania familial refrakter. Efusi pleura yang cepat
terakumulasi kembali setelah tindakan thoracentesis awal mungkin memerlukan
pleurodesis. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika efusi disebabkan oleh keganasan, gagal
ginjal, atau pleuritis rheumatoid.
Dalam kebanyakan kasus nyeri dada pleuritik akibat infeksi virus, rasa sakit dan gejala
akan sembuh dalam dua hingga empat minggu. Dalam kasus nyeri persisten atau
berulang, atau ketika patologi yang signifikan ditemukan, perawatan pasien harus
dilanjutkan sesuai kebutuhan berdasarkan etiologinya.
Pada pasien yang didiagnosis dengan pneumonia yang perokok, memiliki gejala
persisten, atau lebih tua dari 50 tahun, penting untuk mendokumentasikan perbaikan
abnormalitas pada radiografi dengan pemeriksaan radiografi dada ulang yang dilakukan
enam minggu setelah perawatan awal. Pasien-pasien ini mengalami peningkatan risiko
terjadinya pneumonia sekunder akibat suatu lesi obstruktif seperti kanker paru. Satu
penelitian menunjukkan bahwa 236 orang dewasa yang datang ke dokter layanan primer
mereka dengan community-acquired pneumonia, 10 diantaranya ditemukan memiliki
kanker paru yang mendasarinya. Persentase pasien yang menderita kanker paru naik
menjadi 17% pada perokok berusia di atas 60 tahun. Penelitian telah menunjukkan
adanya perbaikan abnormalitas radiografi pada 60% hingga 73% pasien enam minggu
setelah diagnosis. Evaluasi lebih lanjut harus dipertimbangkan pada pasien dengan
gejala yang menetap atau adanya abnormalitas pada radiografi.
SORT: REKOMENDASI PENTING UNTUK PRAKTEK
Rekomendasi klinis Tingkat evidens Referensi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh harus C 1-8
dilakukan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan
penyebab nyeri dada pleuritik yang mengancam jiwa.
Emboli paru adalah penyebab nyeri dada pleuritik yang C 11, 12, 30-33
mengancam jiwa yang paling umum dan harus
dipertimbangkan pada semua pasien dengan gejala ini.
Panduan keputusan klinis yang tervalidasi harus
diterapkan untuk memandu penggunaan pemeriksaan
tambahan seperti pemeriksaan d-dimer dan pemeriksaan
pencitraan..
Pasien dengan nyeri dada pleuritik yang tak dapat C 1
djelaskan harus menjalani pemeriksaan radiografi dada
untuk mengevaluasi abnormalitas yang ada, seperti
pneumonia, yang mungkin menjadi penyebab nyerinya
Obat antiinflamasi nonsteroid harus digunakan untuk B 36
mengontrol nyeri pleuritik.
A = konsisten, bukti berorientasi pasien yang berkualitas baik; B = bukti berorientasi pasien
yang inkonsisten atau kualitasnya terbatas; C = konsensus, bukti berorientasi penyakit, praktik
biasa, pendapat ahli, atau seri kasus. Untuk informasi tentang sistem peringkat bukti SORT,
kunjungi http://www.aafp.org/afpsort

Anda mungkin juga menyukai