Anda di halaman 1dari 118

PARIS

(SEBUAH PERJALANAN GRATIS,


DRAMATIS, ROMANTIS)

-Musfiah Saidah dan Alifya Zahra-

1
Paris (Sebuah Perjalanan Gratis, Dramatis, Romantis)

Musfiah Saidah dan Alifya Zahra

Pewajah Sampul : Muhammad Zainudin

Cetakan Pertama : Mei 2018


Cetaka Kedua : Juli 2018

Diterbitkan oleh:
Penerbit Alqolam
Jl. Ir. H Juanda, Ciputat Tangerang Selatan

ISBN 9786025154638

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ke
dalam bentuk apapun tanpa seizing penulis.

All right reserved

2
Buku ini kami persembahkan untuk

1. Ibu kami. Sosok yang telah menjadi alasan kami untuk terus
berjuang.
2. Seluruh orang baik yang telah menjadi bagian penting dalam
perjalanan ini
3. Para pemimpi yang senantiasa menjaga api mimpinya untuk terus
menyala

3
Travelling gratis adalah sebuah keniscayaan. Berjalanlah maka kamu
akan menemukan keajaiban. Saat kamu memiliki mimpi, namun
keadaan mengatakan jika mimpi itu tidak mungkin terjadi, apa yang
kamu rasakan? Saat kamu mulai menaiki tangga demi tangga
menggapai tujuan, tetapi kamu jatuh lagi dan lagi, maka ingatlah jika
kamu memiliki Tuhan yang Maha besar lagi Maha menjawab mimpi
hamba-hambanya. Bermimpilah, karena mimpi itu gratis.

4
SEKOPER

KEYAKINAN

5
Paris, sebuah kota nan indah yang menjadi harapan dan mimpi
banyak orang. Fifi dan Fya, dua wanita sederhana tanpa terduga
berhasil menginjakan kakinya di sana. Fifi adalah wanita nekat yang
percaya pada kekuatan impian. Sedangkan Fya adalah wanita cuek,
apa adanya namun pantang menyerah. Mereka memilki

cerita berbeda tentang mimpi dan “Paris”.

6
7
Fifi si Nekat

8
Paris, kata itu pertama kali Fifi dengar saat Pak Guru mengajar
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar. Di ruang
lantai dua gedung Madrasah Ibtidaiyah Bait Al-Rahman seorang guru
bertanya kepada muridnya nama-nama ibu kota beberapa negara

“Siapa yang tahu ibu kota Belanda” tanya sang guru

“Amsterdam” jawab beberapa anak bersahutan tak berani menunjuk


tangan sendirian

“Ya benar, apa ibu kota Prancis” sambung sang guru memberikan
pertanyaan lagi

“Paris” terdengar jawaban dari satu orang yang duduk di pojok


belakang

Sontak semua mata menoleh kearah sumber suara jawaban. Sang


anak terlihat salah tingkah saat semua mata memandang. Sang guru
terdiam beberapa saat yang diikuti oleh tawa murid di kelas. Suara
yang mejawab adalah suara kawan Fifi, Ahmad al Farisi atau biasa
disapa Faris. Dengan spontan ia menjawab “paris”.

“Sudah, sudah, benar itu jawabannya, Paris”

“Tuh kan bener, paris. Mirip sama nama ku” jawab laki-laki polos
berusia 11 tahun itu

Dari sanalah memori tentang nama kota Paris pertama kali terekam.
Sesederhana itu. Berkesan karena sama seperti nama teman sekelas
Fifi.

Waktu berlalu seiring detik yang berubah menjadi menit, hari yang
berganti menjadi bulan, dan bulan menjadi tahun. Fifi si anak kecil

9
tumbuh menjadi remaja apa adanya. Semakin beranjak remaja belum
terpikir bahkan terlintas di benaknya tentang Paris.

Bayangan tentang Paris seakan tertutupi oleh cahaya terang


keingingan kuliah di Oxford. Ya! Inggris adalah orientasi utamanya.
Kampus megah pencetak sarjana hebat dengan segala keindahan
yang ditawarkan dan kulitas yang tidak perlu diragukan, tentu menjadi
mimpi yang menggiurkan untuk segera direalisasikan. Tetapi pada
kenyataannya, Oxford hanyalah canda Fifi si anak kecil yang liat
pesawat saja masih melambaikan tangan “da-da-da-da”

Saat Fifi berada di masa SMA, satu masa yang kata orang sih
lagi pencarian jati diri. Fifi tetap dengan ciri khasnya. Santai, serius dan
sederhana. Jika penting ya lakukan tetapi jika tidak ya lupakan,
sesederhana itu hidupnya. Namun ia digerakan oleh impian. Ada 100
mimpi tertulis dengan spidol merah di kamarnya yang menjadi poros
perjuangannya.

Saat duduk di bangku kelas 11 SMA, teman-teman senang


sekali membaca novel. Sesuatu yang belum pernah dibacanya.
Mereka sering saling pinjam dan memberi informasi novel terbaru yang
menarik untuk dibaca. Saat itu ia mencoba membaca novel karangan
Habiburrahman El-Shirazy. Bumi cinta judulnya. Untuk membaca buku
itu saja ia membutuhkan waktu satu bulan. Ya, buku yang mungkin
teman-teman lain cukup membaca dalam 3 hari.

Novel yang bercerita tentang Ayyas seorang pemuda cerdas


yang tinggal di Moskow, Rusia. Ia bertarung mempertahankan
keteguhan imannya dengan berbagai cobaan dan ujian.
Penggambaran tentang Moskow telah membuka matanya jika Eropa

10
nampak indah. Hidup bukan hanya berputar di Kalibata dan
Pondok pinang saja.

Selain novel kang Abib yang laris dipinjam, ada novel lain yang
juga sering jadi rebutan yaitu novel dari Ilana Tan. Novel yang
bercerita kisah cinta yang dikolaborasikan dengan nama-nama
musim. Salah satu judulnya ialah Autumn in Paris. Novel yang cukup
banyak diperbincangkan.

Salah satu pembacanya ialah Rahmi, sahabat ku. Ia ingin sekali


pergi ke Paris terutama ingin melihat keindahan menara Eifel. Sejak
saat itulah Fifi juga terbawa olehnya, bermimpi untuk menginjakan kaki
di Eropa dan Paris menjadi salah satunya.

Selama bersahabat dengan Rahmi ia sering sekali memberikan


berbagai barang bercorak paris. Mulai dari baju, miniatur menara,
hingga stiker tembok besar sekali. Rahmi sendiri yang langsung
menempelnya di kamar Fifi. Begitupun adik ku, ia memberikan ku buku
catatan bergambar Eifel dan tempat minum bertulisakan “Paris”.
Keluarga serta teman ku pun demikian. Mereka pernah memberikan
miniatur menara Eifel dengan berbagai ukuran. Fifi menerimanya biasa
saja. Fifi hanya meletakannya diatas meja belajar hingga Fifi sadar
barang-barang itu telah menjadi visualisasi mimpi yang mengingatkan
Fifi untuk tetap menjaga api mimpi itu agar tidak padam dan yakin jika
suatu saat mimpi itu akan terwujud.

11
Gelas dari Lulu, adik Fifi, Menara Eiffel dari Rahmi, dan
beberapa teman lain.

Stiker dinding bergambar Eiffel yang Fifi lihat setiap hari, ditempel
oleh Rahmi di kamar Fifi.

10
Fya si Cuek

10
Alifya Zahra atau biasa disapa Fya, wanita ceria, tenang dan
sangat menikmati hidupnya. Baginya semua ada solusinya jika kita
tenang dan jangan lupa makan.

Bukan Eifel tetapi Louvre, itu yang ada dibenak Fya saat impian
tentang paris ada dalam daftar mimpinya. Hanya dengan alasannya
yang sederhana “Fya pernah buka tumblr seseorang. Terus foto orang
itu lagi di Muse de Louvre, Paris. Bagus banget”. Ya! Sesederhana itu.
Jauh sebelum mengenal Muse de Louvre, Fya pernah bertemu
dengan seseorang yang menjadi jawaban atas pertanyaan, kenapa
Paris?
Saat itu kami sedang duduk bersama di salah satu ruang kelas
MAN 4 Jakarta, baris terdepan, pojok kiri, sejajar pintu. Perkenalkan,
namanya Andin. Wanita hebat yang tak pernah habis pustaka di
kepalanya. Kalau tak percaya, cobalah berbincang dengannya, pasti
menakjubkan. Fya yang penasaran sama perempuan satu ini akhirnya
mengajukan pertanyaan iseng.
“Ndin, kalau Andin dikasih kesempatan untuk mengunjungi suatu
tempat di dunia, tempat apa yang Andin pilih?”
“Prancis.”
“Kenapa?”
“Bagus Fy, mau aja Andin kesana.”
“Apa yang bagus?”
“Banyaak.”
“Eiffel ya?”
“Iya, salah satunya, tapi bukan karena Eiffel doang.”
“Kalo Paris?”
“Paris kan di Prancis Fy hahaha.”

12
“Ohiya yak hahaha maafkan.” #remedgeo

Ruang kelas selalu punya atmosfir berbeda, ia menjadi tempat


menerima cahaya, menuangkan cerita, mengukir imaginasi, bertanya
tentang ini dan itu, dan mencari jawab atas pertanyaan mengapa begini
mengapa begitu.
Entah kenapa, saat Paris ada di depan mata, nama Andin terlintas
seketika. Percakapan kita saat itu memang sebentar. Saat itu, Fya
nggak tau kenapa Paris jadi impian banyak orang, nggak tau kenapa
banyak orang memilih Paris, dan yang paling Fya pertanyakan, seorang
Andin pun memilih tempat yang sama jika ada kesempatan.
Paris itu apa? Dimana? Apa hebatnya? Mengapa banyak orang
ingin kesana? Sama sekali nggak ada bayangan apapun saat itu. Tapi
sejak hari itu, akhirnya Fya cari tau tentang Paris, dan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tadi kian berdatangan dari berbagai sisi,
sampai akhirnya jatuh hati pada muse de louvre. Terima kasih Ndin,
mungkin obrolan saat itu ringan dan sederhana, tapi sesungguhnya
percakapan siang itu sungguh bermakna.
Waktu pun berlalu, sampai suatu ketika terbitlah novel 99 Cahaya
di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
Sungguh, ceritanya menarik sekali, bukan hanya karena cerita berlatar
eropa yang digambarkan dengan sangat apik, tetapi kisah sejarah islam
di benua eropa yang tidak ada di pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan
Islam) pada umumnya.
Tepat pada hal.163, Hanum menceritakan apa yang lebih menarik
dari pada lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci yang tersohor itu,
karena ternyata ada banyak sekali kisah terpendam, peninggalan sisa
kejayaan, dan bukti kecerdasan peradaban islam pada masa itu yang
tertata rapi dalam museum. Salah satunya, pada lukisan Vierge a
13
l‟Enfant – The Virgin and The Child: Ugolino di Nerio 1315-1320.
Mengapa menarik? Karena terdapat kaligrafi pseudo-kufic
bertuliskan laa illaa ha illallah yang terukir kecil pada sisi hijab bunda
maria, dan tercetak sebagai sebuah lukisan. Bukan sebagai media
penyebaran agama secara tersirat, karena pelukis nya pun adalah
orang italia non muslim, melainkan karena kalimat arab tadi adalah
kalimat favorit di timur tengah, dan mungkin pelukis itu sendiri tidak
mengetahui apa artinya, seperti unsur ketidaksengajaan.
Hanum melanjutkan ceritanya, ada pula benda bersejarah berupa
piring datar yang cukup lebar. Piring ini, merupakan hadiah untuk
seseorang dari Khurasan, Iran tahun 1100. Sisinya berhias inskripsi
arab gundul dengan jenis kaligrafi kufic bertuliskan, “al-‘ilmu murrun
syadidun fil bidayah, wa ahla ‘asali fin-nihayah” yang artinya, „ilmu
pengetahuan itu pahit pada awalnya, namun manis melebihi madu
pada akhirnya‟. Dilengkapi dengan titik yin-yang di pusat piring yang
bermakna, agama dan ilmu harus membentuk keseimbangan yang tak
boleh dibenturkan.
Penasaran kisah dan sejarah unik lainnya? Coba baca novelnya,
ada banyak penjabaran dan pelajaran yang tak terduga. Eits
percayalah, ini bukan promosi.
Setelah selesai membaca, sesunguhnya masih ada rasa
penasaran yang begitu besar, ini kisah nyata? atau fiktif belaka?
Akhirnya dengan rasa penasaran yang tinggi, Fya mengirim surel ke
email penulis hanya untuk bertanya, apakah benar ini kisah nyata? Tapi
sampai cerita ini diketik, surel itu tak berbalas. Sepertinya tertimbun
pesan lain yang rasanya lebih normal dan tidak menakutkan untuk
dibalas hehe.
Beberapa bulan setelah novel itu selesai dibaca, Fya mengikuti
serangkaian acara untuk anak-anak SMA se-Indonesia. Salah satu
14
moderatornya adalah kakak cantik dengan segudang talenta. Namanya
Dira, keduanya memang tidak saling berbincang, tapi Fya percaya
kakak satu ini berbeda. Usai acara, Fya mencari namanya di Internet,
sampai terdampar di tumblr nya dengan sebuah foto dan cerita singkat
satu paragraf. Foto nya menarik sekali, ia foto di depan muse de louvre
dengan berbalut jaket hitam tebal karena sepertinya sedang winter.
Sejak melihat foto itu, serangkai ingatan tentang Paris kembali
mencuat, dan bergumam membayangkan, foto depan muse de louvre
pake jaket hitam tebal sepertinya menyenangkan. Bayangkan dan
percaya bahwa apa yang ada dalam alam pikiran itu akan jadi nyata.
Tanpa tau kapan, bersama siapa, bagaimana, karena apa, dan untuk
apa ada disana. Afirmasi dan yakinlah bahwa Paris hanya berbeda
beberapa langkah. Ia tidak jauh, ada di depan mata. Mata siapa? Siapa
saja bagi mereka yang percaya.

15
Kita tidak membutuhkan banyak alasan mengapa mimpi itu harus
segera diwujudkan. Cukup satu alasan atau satu kejadian yang
berkesan dan membuat kita yakin dan semangat untuk membuktikan
jika mimpi itu bukan sekadar harapan tetapi akan menjadi kenyataan.

16
Mengubah Mimpi
Menjadi Aksi
Jalan cerita yang telah Allah siapkan di mulai dari sini. Berawal
dari pertemuan dengan kawan lama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
4, Umi Bunayatul Azrah di sebuah acara lomba di Universitas
Indonesia. Memang tidak banyak percakapan yang diungkap, hanya
bertanya kabar dan sesekali bercanda. Diakhir pertemuan singkat itu
Umi sempat menanyakan terkait jenis lomba yang Fifi ikuti yaitu karya
tulis ilmiah. Saat mendengar cabang lomba itu ia menyarankan untuk
membuka web conferencealert.com, sebuah web yang memberikan
info seputar konferensi tingkat internasional.

17
Akhir 2015 Fifi mencoba peruntungan dengan
membuka web conferencealert.com. Saat itu Fifi mengajak teman
bernama AidaNuraida untuk mendaftar satu tim dengan Fifi.
Alhamdulillah paper kami diterima. Alangkah bahagiannya kami saat
itu. Kamipun mencoba membuat proposal dan menyebarkannya ke
beberapa perusahaan. Tetapi sayang, saat itu kami tidak
mendapatkan cukup sponsor dan membuat langkah kami terhenti.
Sedih dan kecewa karena kegagalan itu tentu dirasakan namun Fifi
yakin ini semua adalah awal dari proses pembelajaran.

Di tengah kondisi itu Fifi betemu dengan seorang kawan. Ia bertanya


“Kamu gak jadi ke polandia?”

“Iya nih gak jadi, dananya belum cukup”

Dengan spontan ia memberikan respon yang cukup menohok. Ia


tertawa dan berkata

“Lagian lo sih gak ngasih info. Makanya kalo punya info bagi-bagi.
Gagal kan lu jadinya”.

Fifi hanya tersenyum mendengrakan. Namun saat itu Fifi yakin jika
ucapan seperti itu adalah hal yang akan menjadi percepatan
terwujudnya mimpi-mimpi. Yaa! Quantum Mimpi. Akhirnya Fifi menutup
taun 2015 dengan kembali belum melingkari impian pergi ke Eropa.

18
Saat Semesta Mempertemukan Kami

Awal tahun 2016, semua asa kembali terbuka. Tanpa sengaja


Fifi kembali terhubung dengan adik kelas saat di MAN 4. Alifya Zahra
namanya. Dahulu kami tergabung dalam Eskul Karya Ilmiah Remaja
(KIR) MAN 4 Jakarta. Pertemuan yang berawal sederhana. Setelah
lama tidak berkomunikasi tiba-tiba Fya mengirimkan pesan melalui
whatsapp bertuliskan

“Assalamualiakum ka Fifi, boleh minta nomer ka Diana gak?”.


Dengan singkat saya hanya menjawab “maaf Fy gak punya”.

Setelah itu percakapan kami terputus. Hingga pada bulan


Februari 2016 kami bertemu, awalnya kami bertemu hanya sekadar
untuk silaturrahmi dan berbagi cerita terkait kegiatan kami satu sama
lain. Saat bercengkrama akhirnya kami menemukan satu kesaman visi
“Sama-sama berani gila mencoba ikut konferensi internasional”. Tak
lama kemudian sejak pertemuan itu, kami sering berbagi informasi
seputar informasi lomba maupun acara internasional, hingga akhirnya
ada sebuah ajang paper internaisonal bernama CISAK. Sebuah acara
paper internasional yang rutin diselenggarakan oleh pelajar di Korea.
Peminatnya cukup banyak. Ada ribuan mahasiswa yang berlomba
mengikuti acara tersebut. Dan hanya beberapa paper terbaik yang
diterima.

Sejak saat itu Fifi dan Fya sering melakukan pertemuan untuk
membicarakan seputar tulisan. Sungguh, saat itu konsep tulisan kami
sangat abstrak dan tidak jelas. Jelek banget! Namun dari sanalah kami
belajar bagaimana memproduksi sebuah gagasan, merangkai kata
menjadi sebuah kalimat yang runut, membangun logika bepikir
19
sehingga tidak terputus, dan mengakhiri tulisan dengan sebuah solusi
serta kesimpulan yang menawan.

Dalam proses penyelesaian paper tiba-tiba Fya menghilang


tanpa kabar. Suatu hari ia menghubungi Fifi dengan sebuah pesan
singkat “Kak sekarang aku lagi di Bandara. Aku mau umrah kak. Ini
materi untuk abstrak kita. Semoga dapat membantu” Setelah itu
handphonenya tidak dapat dihubungi lagi.

Rasanya ingin berteriak, guling-guling, jedotin kepala huaaaaaaa


ini gimana papernya. Tetapi ya sudahlah sikap Fya memang sangat
menyebalkan saat itu. Namun sebagai ungkapan menyemangati diri
anggap saja Fifi berjuang mengerjakan paper di Indonesia dan Fya
berdoa di Mekkah. Hehehe. Sungguh sebuah Tim yang sangat “Solid”.

Setelah paper selesai akhirnya Fifi mengirimkannya. Sungguh


ada sebuah kepercayaan diri yang memuncak karena dalam proses
pembuatan paper Fifi telah meminta arahan dari salah seorang dosen.
Tanggal pengumuman pun tiba, Fya yang melihat hasilnya. Ia
memasukan nomor paper dan password. Klik enter! Dan
BOOOOMMM, paper kami DITOLAK.

Dalam sebuah percakapan melalui whatsapp pertikaian kecil

terjadi Fya : Kak paper ditolak kak, belom rejeki. Hehe

Fifi : seriuss? Huaaa sedihhh

Fya : yah jgn sedih. Cup cup cup

Fifi : Apaan sih Fy. Gak lucu

20
Fya : Iya iya maapin Fya ya kak

Fifi : Tuh emang semua tuh salah Fya. Fya ninggalin kakak terus. Ini
kesempatan terkahir kaka Fy. Kan tahun depan kakak udah lulus. Fya
mah bisa lagi

Fya : oke kak, kan masih banyak kesempatan lagi di depan. Fya
tanggung jawab. Ayo ayo mau kemana bilang, kapan?

Fifi : Pokoknya mau konferensi ke luar negeri. Tahun ini.

Fya : Oke. Oktober? November? Bilang sama Fya.

Setelah itu percakapan terputus dan hubungan kami memburuk


beberapa bulan.

21
Jalan Perubahan
Selamat datang Oktober, pagi hari yang cerah di awal bulan
Oktober. Setelah mandi dan beres-beres rumah akhirnya Fifi tergerak
untuk kembali mencari konferensi. Search search search, dan
akhirnya dapat! Yeay, ada sebuah konferensi di London. Hal yang
paling menggiurkan adalah karena ada free trip ke Oxford dan
Cambridge. Setelah dicek ternyata deadlinenya hari ini. Waduhhh.
Tanpa berpikir panjang akhirnya Fifi kirim paper yang digunakan untuk
lomba CISAK ke Korea waktu itu. Okey sent. Setelah mengirim
akhirnya Fifi mengabarkan kepada Fya.

“Assalamualaikum Fy, Kakak pake paper CISAK buat ikut konferensi


di London ya. Ada nama Fya juga” tulis Fifi

“Cie udah gak ngambek lagi. Oke semoga dapat hasil terbaik” balas
Fya bercanda

“Pengumumannya pertengahan Oktober ya Fy”


“Oke kak”

22
Tanggal pengumuman tiba, dag dig dug hati ini melihat hasilnya. Fifi
membuka email dan membaca hasil penilaiannya. BOOOM. Ditolak
“lagi”.

Akhirnya Fifi kembali menghubungi Fya

“Fy ditolak lagi Fy””

“Yaudah dah kak. Gak papa nanti kita coba lagi”

Seakan tidak terima dengan berbagai rentetan penolaka, akhirnya di


hari yang sama Fifi kembali mencari konferensi di Eropa. Fifi
mencoba mencari konferensi internasional yang cocok. Hemm
London, Roma, terus mencari tanggal yang cocok dan tema yang baik.
Berselancar terus, menelusuri beberapa web dan akhirnya mencoba
mengirim paper ke konferensi di London dan Paris. Saat itu niatnya
adalah “iseng iseng nekat”. Ya! karena pelaksanaan konferensinya
cukup mepet, sekitar pertengahan bulan Desember. Tetapi tak
apalah, tidak ada salahnya mencoba. Okey paper pun dikirim dan Fya
belum mengetahuinya.

Hari demi hari berlalu, di akhir Oktober Fifi mencoba melihat kota
masuk di email. Wah ternyata sudah pengumuman paper Paris.
Ketika diperiksa “Boooom”. Fifi yang awalnya lihat sambil tidur-tiduran
sontak terbangun “aaaaa seriusssssss” email bertuliskan
“congratulation” diiringi dengan selembar Letter of Acceptance
membuat diri ini sangat senang.

Langsung Fifi menghubungi Fya.

“Fyaaaaaa..mau tau sesuatu gak? Waktu itu kaka iseng ngirim Paper
kita ke konferensi di Paris. Terus keterima Fy. Langsung dikirimin LoA”

23
“Kak serius? Ah serius merinding dengernya! Ayo kita bikin proposal”
balas Fya antusias.

Dan sejak saat itulah perjuangan kami dimulai.

20
Proposal Impian
Beruntungnya Fifi bisa satu tim dengan manusia seperti Fya.
Apa yang Fya lakukan saat membuat proposal benar-benar di luar
ekspektasi Fifi. Dalam waktu 3 hari kami menyelesaikan proposal.
Konsep anggaran dana, LoA, surat pengantar, dan kebutuhan lainnya.
Kami dibantu oleh Reny dalam membuat cover proposal sehingga
penampilan proposal kami semakin terlihat menarik. Kami pun
membuat daftar perusahan yang akan kami berikan proposal. Baik
melalui email, diantar langsung, maupun dikirim melalui pos. Dari
proses inilah perjuangan dan keajaiban silih berganti hadir dan
membuat kami belajar makna perjuangan.

Tepat pada 4 November kami pun bertemu untuk mencetak


proposal. Berbekal lembaran uang seadanya di kantong, kami
mencetak proposal sponsor dengan sangat niat, full colour, cover
tebal, dan dijilid sampai terlihat apik. Jumlahnya 20 eksemplar.
Kurang lebih 300 ribu rupiah.

Target awal sasaran perusahan kami tentu perusahaan besar


yang memilki keterkaitan terhadap kegiatan acara atau memberikan

25
dampak langsung setelah acara. Berhubung acaranya di luar negeri,
pasti yang kami butuhkan adalah tiket pesawat. Kami kirim ke Garuda
Indonesia. Dalam pengiriman proposal juga kami menyertakan surat
pengantar yang akan membantu kami mengkonfirmasi status surat.

Proposal hard copy kami pertama kali diantar ke Dompet Dhuafa,


persis di hari yang sama saat kami mencetak proposal. Hal tersebut
karena penelitian kami terkait dengan pemberdayaan sosial
masyarakat miskin. Kami sampai di Dompet Dhuafa pukul 15:45,
sedangkan kantor ini tutup jam 16:00. Saat kami masuk pun pegawai
di dalam sudah terlihat bersiap-siap pulang. Untungnya mereka masih
mempersilakan dan menerima kami dengan baik.

Saat kami mengutarakan maksud kedatangan bahwa ingin


mengajukan proposal sponsor, pegawai Dompet Dhuafa terlihat
bingung dan segera menolak dengan nada halus. Tetapi disinilah
teknik komunikasi yang baik diperlukan. Selain itu, hal tersebut juga
mengajarkan kami pentingnya mengantar proposal secara langsung,
karena kita dapat menjelaskan maksud dari proposal yang diantar.

“De maaf sebelumnya, kami tidak dapat membantu karena kami


bergerak di bidang sosial.”

“Begini pak, maksud kami kebetulan acara konferensi ini membawa isu
sosial tentang pemberdayaan masyarakat miskin. Kami berharap kelak
semakin banyak orang yang tergerak untuk membantu dan peduli
kepada sesama.”

“Oh begitu yah, baiklah. Maaf soalnya saya lihat proposalnya aja sudah
sedih, ditulisnya pake bahasa inggris. Saya kurang paham hehe.”

“Oh begitu pak, maaf membuat bingung, terima kasih atas sarannya.”

26
“Baik, ini saya simpan dulu ya, insya Allah kami bisa bantu, tapi tidak
banyak. Anggap saja sedekah. Nanti masalah logo di taro dimana tidak
perlu, terserah kalian saja. Ini nomor yang bisa di hubungi, lusa kalian
ke sini lagi ya bertemu saya.”

“Terima kasih banyak bantuannya pak.”

Alhamdulillah, proposal pertama kami disambut baik. Semoga 19


proposal lainnya juga demikian.
Di hari berikutnya Fifi mengirimkan proposal ke salah satu
perusahaan melalui pos. Tidak lama kemudian pihak perusahaan
membalas melalui email jika mereka belum dapat membantu
mendukung kegiatan kami. Dari sana kami belajar jika pengriman
proposal melalui pos pun memang dapat sampai ke tujuan, tetapi kita
harus pintar-pintar memilih antara perushaan yang potensial dikirim
melalui pos dan yang diantar langsung.
7 November 2016, waktunya kami datang ke Dompet Dhuafa
untuk mencairkan dana. Namun baik Fifi maupun Fya berhalangan
pergi kesana karena ada jadwal kuliah. Akhirnya Fifi meminta
bantuan Aida, kawan Fifi di kampus untuk datang ke Dompet Dhuafa.
Alhamdulillah, bantuan yang diberikan dapat kami pergunakan untuk
mencetak proposal.

Bertubi-tubi proposal kami kirimkan. Segala upaya dikerahkan


mulai dari surat elektronik, pos, bahkan diantar langsung. Sedangkan
waktu terus berjalan. Tidak terasa sudah tanggal 17 November. Waktu
kami tinggal 30 hari lagi dari jadwal keberangkatan awal. Disisi lain 4
hari lagi jadwal registrasi ditutup. Selamat datang di waktu kritis
sebuah perjuangan.

27
17 November 2016. Di tanggal itulah Fifi dan Fya memutusan
untuk mencoba mengantarkan proposal langsung ke kedutaan dan
ke beberapa perusahaan. Awalnya kami mengantar ke kedutaan
Prancis. Berbekal informasi dari kaka kelas Fya yang mengatakan
jika kedutaan Prancis dapat membantu dalam hal pengurusan visa.
Yasudahlah, ada harapan bisa mendapat visa gratis. Saat sampai di
kedutaan, kami dialihkan untuk pergi ke gedung IFI (Institut Francais
Indonesia) yang berada tak jauh dari kedutaan. Sesampainya di
gedung IFI, kami memberikan proposal tanpa ada pembicaraan
berupa dialog langsung. Saat itu kondisinya memang hanya
menghendaki untuk sekadar menitipkan proposal sambil berharap
semoga ada keajaiban.

Dari sanalah kami merasa kesempatan berkurang. Tidak ada 5


menit di dalam ruangan, hanya menyerahkan proposal, dan selesai
tanpa banyak percakapan. Tetapi kami cukup senang karena bisa
main-main ke IFI. Di dalamnya ada satu lokasi dengan dinding besar
berlatar menara Eiffel. Akhirnya sebelum kami pulang, supaya ada
bukti-bukti pernah mampir, kita foto dulu. Anggap saja sebentar lagi
Menara Eiffel sunguhan benar-benar ada di belakang kami.

28
Matahari kayaknya makin senyum-senyum melihat dua bocah
jalan-jalan di Thamrin. Hingga akhirnya kami lapar dan memutuskan
makan ayam kriuk di Sarinah. Setelah makan kami berencana untuk
pulang, tetapi saat di perjalanan kami tertarik untuk mampir ke
Gramedia Matraman karena ada bazar buku. Setelah cek di google
maps ternyata lokasi Gramedia Matraman tidak jauh dari lokasi
Kementerian Sosial. Kami pun mencoba mengantar langsung
proposal ke Kementerian Sosial. Lagi-lagi sambil jalan kaki dilihatin
matahari, lumayan lah 650 m.

Sesampainya disana ternyata kami diterima baik. Ada bagian


khusus yang menerima proposal pengajuan kami dan selanjutnya
akan diteruskan ke bagian yang cocok. Nah ternyata kementrian itu
memberikan peluang loh jadi jangan banyak berspekulasi atau
pesimis di awal. Harus coba dan coba. Jangan lupa menyertakan
surat pengantar proposal, karena kalau tidak, kementerian tidak bisa
meneruskan proposal yang kalian antar ke bidang terkait.

Waktu telah menunjukan pukul 15.30, adzan ashar pun


berkumandang. Kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu di
masjid Kemensos RI. Setelah sholat kami membicarakan langkah
kedepan. Langkah yang entah akan bagaimana atau jadi seperti apa.
Tak lama waktu berselang, datang kabar dari Bunda Eneng, wanita
baik hati yang Fifi kenal saat lomba di Lombok. Beliau mengabarkan
jika ada beberapa orang kawannya yang bersedia menjadi donatur
dan telah mentransfer sejumlah uang ke rekening Fifi. Rasa bahagia
kami memuncak. Bertubi-tubi datang kabar berserta foto bukti transfer
hingga akhirnya di hari itu sekitar 10 juta uang masuk ke rekening.

Hati kami bergetar, denyut jantung mulai tidak karuan. Di saat


waktu tinggal 4 hari lagi tiba-tiba bala bantuan datang. Kami mulai
29
mengatur beberapa rencana dengan uang 10 juta yang telah masuk.
Jika berpikir realistis uang ini cukup untuk biaya registrasi dan
mungkin pembuatan visa. Lalu bagaimana dengan tiket pesawat?
Biaya hidup disana dan kebutuhan lainnya?

Resiko besar tentu menghadang di depan. Konsekuensi


logisnya jika kami batal berangkat artinya kami harus mengembalikan
uang para donatur dan jumlahnya lumayan. Tetapi apapun itu hidup
memang pilihan. Kita harus memilih. Akhirnya kami membuat 2
rencana. Rencana A kami tetap membayarkan uang registrasi pada
tanggal 21. Namun setidaknya ada lagi uang sponsor yang masuk
dan cukup untuk tiket. Rencana B jika sampai tanggal 21 tidak ada
uang yang masuk lagi, maka kami mencari konferensi lain di Asia
Tenggara. Setidaknya uang 10 juta cukup untuk registrasi dan
akomodasi.

Pada tanggal 20 November tiba-tiba Fya mengabarkan dan


memberikan penawaran untuk membayar biaya registrasi hari ini.
Waktu itu pertimbangannya adalah harga euro lagi oke. Akhirnya di
tanggal 20 kami melakukan registrasi dibantu oleh ayah Fya. Setelah
registrasi selesai maka sudah dipastikan kami harus terus maju, yaa
kan udah bayar, jadi gak lucu kalau jalannya mundur. Ketentuannya
memang setelah melakukan registrasi, kalau melakukan pembatalan
apapun alasan peserta konferensi, uang tidak dapat dikembalikan,
baik separuh atau seluruhnya.

Berkuranglah sebagian dana dari 10 juta tadi untuk membayar


konferensi. Hari pun berlalu, kami masih gencar menembakkan
„senjata‟ kami ke berbagai tempat potensial. Salah satunya adalah
Bank BJB di Banten. Kami berangkat kesana tentunya pada hari

30
kerja. Usai Fya menyelesaikan jam kuliahnya lalu menyusul ke
kampus Fifi di UIN Jakarta. Waktu menunjukkan pukul 14:00, langit
sudah sangat mendung dan kami tidak tahu lagi cara paling cepat
menuju Bank BJB Banten selain dengan mobil transportasi online.
Kalau kami menggunakan transportasi umum, jaraknya jadi lebih
jauh, belum lagi akan jadi anak terlantar nanti setibanya di Banten.

Akhirnya kami memutuskan menggunakan Uber mobil.


Senangnya, kami mendapat driver yang ramah, ia menawarkan
bagaimana kalau sekalian bolak-balik Jakarta-Banten, jadi dia
menunggu dan kami tinggal membayar perjalanan Jakarta-Banten
dikali dua, totalnya 500 ribu rupiah. Tanpa berpikir lama, kami pun
setuju.

Sesampainya di Bank BJB Banten, kami mengantri di dalam,


lalu kemudian di arahkan ke tempat tertentu untuk mengajukan
proposal sponsor. Namun orang yang kami tuju sedang ada rapat,
jadi kami dipertemukan dengan sekretaris beliau. Tidak ada basa
basi, menyerahkan proposal dan menyampaikan maksud tujuan.
Setelah itu kami dipersilakan pulang dan menunggu informasi lebih
lanjut kalau memang proposal ini disetujui. Rasanya cepat sekali
bung. Baiklah, kami berdua kembali ke mobil dan siap kembali ke
Jakarta.

Ternyata proposal hard copy masih sisa beberapa, tapi ada


satu sasaran yang mungkin potensial dan belum kami coba. Akhirnya
keesokan hari Fya memutuskan untuk mengajukan proposal sponsor
ke kampusnya, UPN Veteran Jakarta. Fya bertemu dengan Pak
As‟adi selaku Ketua Program Studi Teknik Industri. Beliau sangat
mengapresiasi kegiatan ini dan mendukung sepenuhnya,

31
memberikan semangat dan mengarahkan langkah apa yang harus
dilakukan. Selanjutnya adalah mempersiapkan KAK (Kerangka
Acuan Kerja), semacam proposal, namun dalam format yang lebih
singkat.

Siap laksanakan. KAK sudah, proposal sponsor sudah, cv juga


sudah. Fya kembali menghadap Pak As‟adi, dan beliau membantu
Fya bertemu dengan orang-orang yang harus di tuju, yaitu bagian TU
dan para wakil dekan. Selang satu hari, yaitu 23 November (2 hari
sebelum batas terakhir pembuatan visa), ada surat keterangan yang
harus dibuat. Surat yang menyatakan bahwa Fya adalah benar
mahasiswa UPN dan akan kembali pada tanggal yang tertera di surat
tersebut. Hal ini untuk meyakinkan pihak Kedutaan Prancis bahwa
orang-orang yang akan berkunjung ke negaranya tidak akan jadi
imigran gelap.

Surat keterangan mahasiswa ini ternyata membutuhkan tanda


tangan Pak Halim selaku wakil rektor bidang pendidikan dan
kemahasiswaan. Fya pun diantar ke gedung rektorat oleh Pak
Hamzah. Menunggu beberapa saat, akhirnya kami diizinkan masuk.
Lalu Pak Hamzah mengawali obrolan dan membiarkan Fya
menyampaikan maksud kedatangan secara langsung ke Pak Halim.

Kami tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi beliau ramah


sekali. “Wah selamat selamat, mantap ini, lanjutkan ya.” Itulah
ungkapan pertama Pak Halim. Namun terbesit keraguan akan
masalah pendanaan, karena beliau bilang, “kemarin rektor baru saja
ada rencana ke Prancis, tetapi batal berangkat karena menurut pak
rektor biayanya terlalu besar. Dan sebenarnya belum ada alokasi
dana anggaran untuk kegiatan mahasiswa semacam ini, kedepannya
memang perlu dikembangkan”, tutur beliau. “Apalagi ini sudah
32
mendekati laporan tutup buku, coba itu tanya Pak Hamzah hehe.”

Pak Hamzah pun mengangguk tanda setuju.

"Wah, maaf pak sebelumnya kalau memang tidak ada alokasi


dana untuk kegiatan ini, tidak apa-apa. Kalau boleh, saya minta tanda
tangan bapak di surat keterangan mahasiswa ini saja.”

“Baik, ini saya tanda tangani ya, tapi belum tentu di danai loh
ini.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Iya pak nggak apa-apa.”

“Nanti kalau visa nya jadi tapi dana nya tidak mencukupi
bagaimana? Kan batal juga berangkatnya?”

“Hehe iya pak tetap batal, tapi saya lebih menyesal kalau dana
nya ternyata cukup tetapi tidak bikin visa.”

“Oke, pembuatan visa terakhir besok ya? Semoga berhasil.”

“Iya pak benar, terima kasih banyak bantuannya.”

Setelah selesai, Fya keluar bersama Pak Hamzah, dan ternyata Pak
As‟adi sudah menunggu di bawah menanti kabar. Fya pun
menceritakan kembali perbincangan di atas, lalu beliau bilang itu
bagus, mungkin nanti akan diteruskan ke pihak terkait, semoga
pembuatan visa nya dilancarkan. Harapan baik itu pun menjadi
penutup perjumpaan kami sore itu.

33
Surat keterangan mahasiswa aktif untuk pembuatan visa.

34
Tips Pembuatan dan Distribusi Proposal

1. “Gelar Sajadah” + Sholawat + Al-Fatihah yang banyak.


2. Buat proposal semenarik mungkin.
3. Siapkan proposal dalam bahasa inggris dan bahasa
Indonesia. Jika untuk perusahaan besar sebaiknya
menggunakan bahasa inggris untuk menjadi nilai tambah
yang menunjukkan jika kita memiliki kecakapan dalam
berbahasa inggris yang baik dan pantas mengikuti
konferensi internasional
4. Lampirkan surat pengantar proposal secara singkat dan
menarik. Buatlah isi surat pengantar yang
menginformasikan tujuan acara tersebut dan mengapa
calon donatur harus menjadi sponsor kalian.
5. Jangan ragu untuk selalu follow up perkembangan
proposal. Hubungi pihak calon sponsor untuk mengetahui
bagaimana respon mereka.
6. Usahakan mengantar proposal secara langsung sehingga
dapat lebih leluasa dalam menjelaskan. Namun ada
beberapa perusahaan yang memang telah membuka
peluang untuk mengirimkan melalui email jadi silahkan kirim
email. Tetapi ada juga yang menginginkan untuk mengirim
berkas proposal melalui pos. Jadi, sesuaikan saja dengan
keinginan target mu yaa.
7. BERDOA.

35
Mengantar Proposal ke Dompet Dhuafa Ciputat
(masih ceria karena ini proposal pertama, harap-harap cemas)

Mengantar proposal ke BJB Banten


(muka-muka enek gara-gara laper, alhasil kita beli siomay sebelum
naik mobil, itu ada sisa sisa plastik siomay)

36
Pengurusan Visa
Sejak resmi mendaftar konferensi, akhirnya kami semakin giat
mencari sponsor supaya dapat membeli tiket pesawat. Saat itu kami
mengira jika harus memiliki tiket terlebih dahulu untuk bisa mengurus
visa. Namun ternyata pemikiran itu salah. Yang harus di dahulukan
adalah pengurasan visa. Saat itu kami tinggal memiliki waktu 20 hari.
Berbekal rekomendasi dari om Fifi, akhirnya kami menggunkan jasa
agen bernama Golden Rama. Kami coba mencari tahu informasi
seputar persyaratan pengurusan visa. Begitu banyak memang dan
kami coba penuhi satu persatu.

Saat semua persyaratan telah siap akhirnya kami mengantar


berkas ke agen tersebut. Sesampainya di Golden rama, berkas kami
diperiksa dan ada beberapa berkas yang masih kurang. Misalnya
fotocopy rekening. Setidaknya kami memiliki 50 juta rupiah. Selain itu
foto juga dipermasalahkan karena harus terlihat telinganya. Itu yang
membuat kami galau.

37
Saat itu di kepala kami sempat terpikir untuk berhenti dan
mundur dari perjuangan ini. Sudah terlalu beresiko. Kami tidak memiliki
50 juta di rekening, belum lagi persyaratan lainnya yang juga akan
melelahkan. Namun dalam keadaan tersebut kami saling menguatkan.
Saat Fifi ingin mundur Fya bilang “kita gak bisa mundur kak, sekalipun
gagal setidaknya kita udah belajar”. Namun sempat kondisi berbalik,
Fya ingin mundur dan membuat Fifi sangat marah. Memang kondisi
Fya lebih rumit saat itu namun berhenti bukan pilihan terbaik. Kami
harus maju, apapun hasilnya setidaknya kami telah mencoba sehingga
kami tidak akan menyesal nantinya.

Dum dum dum. Perjuangan lain mengurus Visa pun dimulai. 50


juta harus masuk ke rekening dalam waktu dua hari. Kami berkutat
dengan waktu. Fifi meminta bantuan ke kawan tetapi tidak ada yang
dapat membantu. Akhirnya memberanikan diri meminjam ke saudara.
Alhamdulillah semua mendukung. Dalam waktu singkat akhirnya uang
terkumpul. Segera Fifi cetak buku rekening dan akhirnya selesai. Fya
saat itu sedang di Bandung. Akhirnya tugas yang nampak seperti mafia
ini Fifi yang melakukan. Inilah tantangan dalam sebuah tim, harus
saling membantu dan mendukung. Walaupun kesal dan sebal karena
sering ditinggal tetapi harus tetap dilakukan.

Mission Rekening Success.

Semua persyaratan akhirnya selesai dan tanggal 2 Desember


kami diagendakan untuk foto dan sidik jari di TLS contac. Sebuah
tempat yang dipercaya oleh pihak kedutaan Prancis untuk mengurus
Visa. Suasana di TLS contac cukup ramai padahal waktu baru
menunjukan pukul 07.45. hemmm nampak banyak yang ingin jalan

38
jalan di akhir tahun. Setelah pintu di buka kami diperkenankan
masuk. Handphone diminta dititipkan ke loker. Kami menunggu
beberapa saat hingga akhirnya dipanggil untuk foto dan sidik jari.
Pufft..singkat sekali. Akhirnya pengurusan visa selesai. Setelah hari itu,
kami menanti kabar visa keluar.

Surat pernyataan orang tua untuk pengurusan visa

39
Miracle in Injury
Time
Layaknya pertandingan dalam sebuah olah raga sepak bola,
segala kemungkinan dapat terjadi di babak perpanjangan waktu atau
injury time. Injury time adalah waktu tambahan sebelum pertandingan
usai. Injury time dapat mengubah hasil Juara Liga Champion 2014 saat
Gol Sergio Ramos 2 menit sebelum pertandingan usai memaksa
pertandingan imbang dan diperpanjang hingga menjadikan Real
Madrid juara. Sebuah waktu kritis yang dapat mengubah hasil
pertandingan dan membuka ruang terjadi banyak keajaiban. Dan inilah
pula yang kami rasakan.

Setelah tanggal 2 Desember, setiap waktu adalah harapan untuk


kami. Satu hari berganti artinya semakin dekat batas waktu kami. Tidak
ada kabar terkait visa. Sama halnya seperti sponsor yang tak kunjung
ada suaranya. Kami terus berharap dan berdoa.

40
Waktu semakin dekat, tinggal 7 hari lagi waktu tersisa. Tiba-tiba
datang harapan dari Universitas Fya. Mereka bersedia memberikan
bantuan. Entah doa apa yang Fya panjatkan hingga akhirnya
kampusnya membuka ruang untuk memberikan bantuan. Tiba-tiba Fya
memberi kabar.

“Kak cek ATM ka, nanti kampus transfer”

“Oke Fy.”

Memang agak ajaib bin aneh. Fya pun tidak menyangka


sebelumnya bahwa bantuan yang diberikan kampus adalah 100%.
Sebelum hari itu tiba, Pak As‟adi memberi kabar, kalau nanti akan ada
bantuan dari kampus. Wah, senang sekali, tapi tidak tau bantuan
macam apa yang dimaksud.

Beberapa hari sebelum kabar itu sampai, FT mengadakan


seminar terkait bagaimana mencari pendanaan dan menulis surat
administratif yang baik dan benar. Pembicaranya dari pihak rektorat dan
Dikti. Saat presentasi berlangsung, pihak Dikti menjelaskan bahwa
untuk acara internasional, Dikti bisa mendanai sampai maksimal 50 juta,
caranya dapat dilihat melalui website dan proposal harus mengikuti
pedoman penulisan dari Dikti.

Usai acara, Fya bertanya ke pihak Dikti, apakah untuk program


yang akan Fya lakukan bisa didanai atau tidak, ternyata tidak, karena
tanggalnya sangat mepet, harusnya 40 hari sebelum acara sudah paling
lambat untuk pengajuan proposal, sedangkan ini sudah kurang dari 20
hari.

41
Tiba-tiba bagan rektorat menghampiri sambil tersenyum santai
dan mengatakan, “Sudah, kamu tidak usah pusing-pusing, itu sudah
diurusi pihak kampus. Sekarang, ikut bapak ya ke rektorat.”

“Baik pak.”

Tiba di rektorat kami menuju ruang wakil dekan 2. Kata beliau,


“nanti kamu ketemu Bu Erna ya, sekalian ucapkan terima kasih dan
mohon doa dari beliau.” Beberapa saat menunggu di ruang wadek 2,
kemudian Bu Erna terlihat berjalan keluar dari ruang rapat. Beliau
menyambut kami dengan hangat. Berbincang sebentar lalu kami keluar
ruangan karena beliau punya agenda berikutnya yang sudah menanti.

Rasanya waktu terus berputar semakin cepat. Tepat tanggal 14


Desember 2016, FT menghubungi Fya agar segera ke kampus untuk
menerima surat. Taraaaa, ternyata Surat Keputusan dari rektorat,
semacam surat perintah perjalanan dinas. Nantinya surat ini
menyatakan bahwa Fya sedang izin mengikuti kegiatan lain di luar
kampus, sehingga dapat mengikuti UAS susulan. Yaa benarr, ujian
susulan. Karena tanggal acara tersebut bertepatan dengan jadwal UAS.
Hampir semua pelajaran kecuali dua mata kuliah di jadwal hari terakhir.
Sedap rasanya.

42
Surat Keputusan dari rektorat dan Kertas yang harus dibawa
untuk di tanda tangani oleh penyeenggara konferensi.

Melalui surat ini, menandakan bahwa kegiatan konferensi akan


dibantu oleh UPN Veteran Jakarta dari segi pendanaan. Esoknya, pada
15 Desember, Fya kembali ke TU menemui Pak Darmadi, lalu dihampiri
Bu Sargi selaku Wakil Dekan 2, beliau mengatakan, “Itu kamu tulis
sendiri mau di transfer berapa mau dikirim kemana.” sambil tertawa.

43
Bukti transfer di detik-detik berharga.

Sebenarnya masih tak percaya, ini sungguhan? Fya menuliskan


angka berderet panjang itu sambil setengah heran setengah senang.
Disisi lain tiba-tiba ada Line masuk dari perwakilan salah satu
sponsor. Bank Jabar Banten (BJB). Mereka meminta Fifi untuk datang
ke serang Banten untuk mengambil uang bantuan namun tidak
banyak. Akhirnya Fifi dan Fya membagi tugas. Fya mengurus sponsor
kampus dan Fifi berangkat ke serang mengurus sponsor.

Tanpa pernah dikira sebelumnya, total bantuan dari keduanya


mencapai 38 Juta rupiah. Sebuah nominal berkah disaat waktu tinggal
menyisakan 2 hari lagi. Perasaan bahagia tentu dirasakan. Tiket sudah
dapat dibeli. Penginapan juga dapat diatasi, namun satu kendala
menghadang yaitu visa. Punya uang namun tidak ada visa akan
percuma. Perjalanan tidak dapat dilakukan.

Hari kamis, 16 november atau tepat satu hari sebelum


keberangkatan. Tidak ada kabar dari kedutaan maupun agen visa. Fifi
terus menelfon pihak TLS contac namun mereka belum dapat
memastikan. Bingung, kacau dan tidak tahu harus bagaimana.
44
Pagi itu Fya ke kampus dan bertemu lagi dengan Pak As‟adi dan
Pak Jooned, beliau ini adalah Dekan FT di UPNVJ. Menanyakan
perihal penginapan, dimana nanti akan menginap. Jujur, saat itu Fya
tidak tahu, lalu beliau bilang, nanti coba saya kontak temen saya
disana ya, mungkin kalian bisa menginap di KBRI Paris. Wiih ada
secercah harapan, walaupun bahkan nasib visa pun masih abu-abu.

Akhirnya Jumat pagi Fifi kembali mencoba menelpon. Untungnya


ada kabar yang menyatakan jika Visa akan sampai di TLS jam
13.30. Namun mereka tidak dapat memastikan visa akan diterima atau
ditolak. Waduhhh mepet banget. Sedangkan perjalanan kami jam
19.00. Yaa apa mau dikata akhirnya Fifi dan Fya datang ke TLS jam
11.00. Kami menyusun rencana sambil menunggu TLS kembali buka
setelah jam istirahat.

“Kak kalo nanti visa ditolak gimana?”

“Yaudah Fy gak papa. Mau gimana lagi. Tapi feeling ku sih diterima”

“Kalo diterima kita gak mungkin berangkat nanti malam kak. Kita belum
packing dan kita harus sampai bandara 3 jam sebelum keberangkatan”

-Mikir Keras-

“Iya juga ya”

“Yaudah nanti liat dulu visanya gimana.”

“Okay.”
Saat itu Pak As‟adi bertanya kepada Fya melalui whatsapp
mengenai persiapan keberangkatan, dan jawabannya adalah masih
menunggu visa. Kemudian beliau bertanya lagi, kalau visa nya tidak
keluar bagaimana? Hmmmmm dag dig dug duarr.

45
Jam 13.30 kami masuk ke TLS contac dan menunggu beberapa
saat. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Semakin gelisah dua
anak gadis ini. Tak lama datang perwakilan agen visa membawakan
paspor kami. Dag dig dug saat membuka. “Visa Schangen” uhuyyyy.

Visa kami diterima. Aaa senangnya.


Fya lansgung mengabarkan Pak As‟adi bahwa visa Schangen
kami diterima. Alhamdulillah. Lalu beliau mengatakan, nanti kalau bisa
jam 16:30 mampir ke FT ya. Siap laksanakan.

Kebahagiaan kami ditunda sementara karena masih banyak hal


yang perlu kami urus.

Pertama, menunda penerbangan dan memesan tiket baru untuk


esok hari. Harga tiket tentu tak murah untuk penerbangan H-1 seperti
itu. Namun jalan Allah selalu indah, kami mendapat tiket 12,5 juta untuk
perjalanan pulang pergi Jakarta-Paris. Okey dengan bantuan Tante Titi
akhirnya masalah tiket selesai. Waktu sudah menujukan pukul 15.30,
ada hal yang terlupa, “uang”. Kami harus menukarkan rupiah menjadi
euro. Segera kami mencari money changer terdekat. Alhamdulillah
masih ada yang buka di daerah Kalibata. Setelah uang dan tiket selesai
akhirnya kami berpisah untuk selanjutnya mempersiapkan kebutuhan
yang akan dibawa.

Fya segera menuju ke kampus untuk menemui Pak As‟adi di FT.


Tapi sepertinya tidak bisa sampai di kampus jam 16.30 tepat. Jalanan
pulang kantor dan pasar pondok labu jadi titik utama kemacetan. Pak
As‟adi bilang tidak apa kalau tidak sempat, selamat jalan dan hati-hati.
Fya pun mengabarkan lagi melalui wa kalau sudah di Pasar Pondok
labu, bapak ada di FT sampai jam berapa ya? Ternyata beliau bisa
sampai jam 17.00.
46
Dengan kelihaian driver ojek online menerobos pasar pondok
labu, akhirnya Fya tiba jam 16.58, lalu segera ke FT. Ternyata
sesampainya di FT, ruang sudah lengang, beberapa lampu sudah
padam, sepi sekali, yang tersisa disana justru para wakil dekan, Pak
Is, Bu Sargi, dan Pak Ghalbi, ada juga Master fisika, Pak Jaja,
beberapa orang TU, dan Pak As‟adi tentunya.

Mereka belum pulang hanya untuk memastikan bahwa semua


persiapan sudah matang, berbagi pengalaman terkait pengurusan
paspor dan visa, dan pesan agar membawa nama baik Indonesia dan
Universitas sesampainya disana. Setelah selesai, Fya pamit dan
mohon doa agar selamat sampai kembali ke tanah air.

Setelah selesai dari kampus jam 17.30, Fya melaju ke Outlet


Dhuafa TSSI (The Street Store Indonesia) di Pamulang, karena
sumber data penelitian kami adalah TSSI ini. Ia adalah organisasi
nirlaba yang bergerak di bidang sosial dan berkembang dengan
bantuan para relawan. Aktivitas nya asik sekali. Mengumpulkan
sandang yang tidak lagi terpakai, lalu diberikan kepada kaum dhuafa
secara cuma-cuma dengan sistem seperti berbelanja di toko. Mereka
diberikan kebebasan untuk memilih pakaian, buku, tas, atau sepatu
sesuai keinginan, dan dapat dibawa pulang dengan sebuah paper bag.

Tiba di Pamulang sudah pukul 18.00, kebetulan sedang ada


kegiatan sortir pakaian, jadi ada Om Denny atau biasa disapa omden
selaku inisiator kegiatan ini, Pasukan Langit (nama untuk relawan
khusus), dan beberapa relawan. Fya datang juga sekaligus untuk
berpamitan bahwa besok pagi sudah berangkat. Akhirnya setelah
berbincang cukup lama, Omden menitipkan pin, topi, spanduk, paper
bag, dan stiker untuk dibagi dan di perkenalkan saat presentasi disana.
Fya pun kembali ke rumah pukul 20.00.
47
Persiapan yang tak boleh dilewatkan adalah packing dengan
cermat. Tidak boleh berlebihan berat, tapi jangan sampai kekurangan
kalau ingin selamat. Saat ingin packing Fifi teringat perkataan Fya yang
mengatakan jika di Paris sedang winter. Hemm otomatis dingin sekali.
Suhu bisa mencapai minus dua. Kondisi saat itu sudah malam, entah
mau cari dimana. Ya layaknya keajaiban di saat waktu kritis ahirnya
om Fifi menwarkan jaket tebal miliknya. Namun saat itu barang
tersebut ada di Depok. Dengan bantuan adik dan Ayah Fifi akhirnya
jaket tersebut diambil di Depok. Saat mereka datang jam 12 malam
ternyata ada sekoper pakaian tempur musim dingin beserta topi,
sarung tangan, dan perlengkapan lain. Di saat kita butuh tiba-tiba Allah
kasih jalan yang indah banget. Sungguh keajaiban hanya akan datang
kepada orang-orang yang siap.

Begitupun Fya, ia sempat menggemparkan keluarganya dengan


kabar jika besok akan pergi ke Paris. Ayah Fya baru saja sampai di
rumah pukul 10:00, makan malam sebentar, lalu Fya bilang ke Ayah
dan Ibu di meja makan, “Kalau besok Fya berangkat ke Paris gimana?”
lalu mereka senyum senyum heran.

Sejak awal memang tidak banyak hal yang Fya ceritakan terkait
perjalanan ini namun meminta izin h-1 hari menjelang perjalanan ke
Eropa cukup membuat keluarganya sedikit “shocked”. Dengan
semangat 45 akhirnya ayah bilang, “Coba kak lihat visa nya.”
Sedangkan ibu bertanya, “apa lagi yang harus disiapin?”. Fya pun
menunjukkan Visa Schengen yang baru saja didapatnya tadi siang.
Lalu menjawab, masih harus ada yang di print bu. (seperti tiket masuk
konferensi, asuransi perjalanan axa, dsb). “Iya kak, sekalian beli
cemilan buat di makan di jalan sama di sana.” Yuhuuuu, asyik.

Ya, jadilah kami sekeluarga jalan-jalan malam mencari tempat


48
print yang masih buka, ternyata yang ada itu tinggal Snapy, 30 menit
lagi jam 12 malam, tandanya 30 menit lagi tempat ini tutup. Setelah itu
kami mencari cemilan yang bisa dibawa untuk perjalanan.

Tiba di rumah pukul 1 dini hari. Untungnya di rumah ada jaket


lumayan tebal sisa perjalanan di Dieng lebaran tahun lalu, saat itu
Dieng -10o, jadi mau tidak mau harus beli jaket musim dingin. Harganya
saat itu cukup murah, mungkin barang sisa impor, kalau tidak salah
sekitar 70 ribu rupiah. Kalau cari di pusat perbelanjaan atau di toko
online, tidak ada harga jaket musim dingin semurah itu. Sarung tangan
yang dibawa sarung tangan motor yang warna warni. Harusnya sarung
tangan musim dingin, tapi yaudah lah ya gapapa hehe. Kupluk juga
sisa sisa dari Dieng. Dan jangan lupa bawa kao

s kaki tebal. Oh ya satu lagi, long john! Sangat menyelamatkan


kulit manusia tropis di musim dingin, tapi Fya ga punya itu, akhirnya
diakali dengan membawa manset dan legging. Hangatnya memang
jauh berbeda, tapi cukup melindungi.
Sebenarnya besok pagi Ayah juga pergi ke Bogor, jadi malam
itu kami sama-sama bersiap. Saat packing di rumah, ibu bilang “Kakak
ke Paris kaya ke Bogor ya.” lalu kakak melanjutkan, “Ayah ke Bogor
malah kaya ke Paris” hahaha kami pun tertawa bersama.

Tepat pukul 03.00 pagi hari packing selesai dan kami siap untuk
berpetualang.

49
Malaikat Tak
Bersayap
Pernahkah kalian membayangkan, seperti apa malaikat tak
bersayap ala negeri dongeng jika ada sungguhan di dunia nyata?
Parasnya rupawan, berperangai baik, dan elok bak ibu peri. Ternyata ada
banyak yang semacam ini. Mereka lah orang-orang baik yang hadir di
sekitar kita. Fya mengenal beberapa diantaranya, tapi kalau yang satu
ini ia mengidolakan Mermaid, Disney memperkenalkannya sebagai Ariel.
Namanya Nadya Saffira, kawan sekelas di Teknik Industri biasa
memanggilnya Nasa. Hobinya makan dan jalan-jalan. Jago Bahasa
Jerman dan berjalan cantik diatas catwalk. Kalau ketawa mukanya bisa-
bisa sampe merah haha. Dia juga sayang banget sama hewan, apalagi
kucing, emang pawang kucing kayaknya. Bahkan salah satu cita-cita
ajaib nya adalah punya kebun binatang di rumah. Mungkin sedikit gagal
paham sama cita-cita satu itu. Sekalipun suka makan, tenaang, dia juga
jago masak.
Di tengah persiapan keberangkatan ke Paris, bahkan saat Paris
masih jadi setengah angan, Nasa bilang dia ada kawan di Paris,
Namanya Venia. Teman saat SMA nya dulu di SMAN 30 Jakarta. Ia siap
membantu kalau ada apa-apa. Senangnyaa ada kawan satu bahasa
disana. Tapi berangkat kapan, naik apa, jam berapa, saat itu belum ada
jawabannya.
Jarum jam selalu berputar satu lingkaran penuh setiap hari. Tidak
peduli ada apa besok atau kemarin, ia tidak bisa dipercepat atau kembali
50
ke masa lalu. Waktu yang berlaku hanyalah hari ini. Kalau tidak bisa
memanfaatkan waktu, kita yang tertinggal. Satu minggu jelang
keberangkatan, Nasa kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Fya
pun juga memberikan jawaban yang sama.
Hari keberangkatan semakin dekat, dan selalu ada pesan dari
Nasa setiap hari, seperti “Fy, kata Venia jangan lupa long john nya.”, “Fy,
disana lagi dingin banget loh suhu 4 derajat.”, “Fyy, Nasa udah bilang ke
Venia, Nasa titip temen Nasa, jangan diapa-apain hahaha.”
Hebaatt, sigap sekalii teman satu ini, dia mengurus apa yang
terjadi nanti di Paris, bahkan saat kami masih belum tau bakal jadi
berangkat atau tidak.
Akhirnya H-2 keberangkatan, Nasa memberikan kontak line
Venia supaya Fya bisa langsung tanya-tanya. Semua pertanyaan yang
ada di kepala langsung bisa ditanya, nggak perlu lagi tanya-tanya ke
mbah google. Jakarta 6 jam lebih dulu dari Paris, jadi kalau sekarang jam
6 Pagi, disana masih jam 12 malam. Kabar visa masih rancu saat itu,
karena baru keluar besok tanggal 16 Desember.
Venia bilang dia mau titip sesuatu, tapi dia udah bilang ke Nasa,
jadi Nasa yang urusin, Fya tinggal bawa aja. Fya langsung bilang ke
Nasa, “Jangan beli duluu, nggak tau berangkat kapan hahaha”. Jadi
setelah Visa Schengen benar-benar terpampang nyata di Paspor, Fya
langsung ngabarin Nasa, “Naa, Fya dapet visa Schengen nya! Boleh beli
sekarang hehe.”, “Okee Fy, nanti malem Nasa kasih ke Fya ya.”, “Siiip.”
Hmmm kirain apa titipan si eceu (baca: Venia). Coba tebak dia
titip apa. Ternyata malem-malem Nasa membawa sebungkus jajanan
Alfamart yang dia beli bareng Tita di depan kampus pondok labu. Isinya
adalah Indomie (fix ini banyak banget), allure green tea (sampe stok di
rak alfa abis), saos sambel (3 botol kayaknya), dan cemilan cemilan lain.
Agak ngakak ya pas tau ternyata titipannya ginian.
51
Yaay akhirnya bisa bawa titipan Venia. Lalu malem itu Venia
nanya, “Kalian bakal tinggal dimana? Naik pesawat apa, jam berapa
mendarat?” Jawabannya ternyata masih sama, belum tau. Venia
menawarkan bantuan untuk cariin hotel yang cucok disana. Dia juga
meminta bantuan ke Mei, orang Indonesia, kawan seperjuangannya
disana dan udah ahli jadi tour guide. Venia nanya lokasi konferensi
dimana, dan Mei mencarikan hotel budget minimalis yang keren banget.
Pukul 2 dini hari waktu Indonesia bagian barat, Venia masih siap
sedia di tanya-tanya. “Ven, nanti sampe bandara perlu pake jaket tebel
nya langsung atau nanti aja?”
“Di pake lah ceu, mau mati kedinginan kamu disana. Langsung
pake aja sebelum turun. Lagi dingin banget disini, bahaya.”
Waw, serem juga, untung nanya dulu, karena jaket tebel nya udah
di koper lapisan paling bawah. Akhirnya Fya ngabarin Ka Fifi jangan-
jangan melakukan hal yang sama, “Kak, jaket tebel nya kakak taruh
mana?”, “Di Koper.”,”Jangaann, keluarin lagi haha, taruh tas aja, kata
Venia pas mau turun harus udah dipake. Mati di bandara Paris kan nggak
lucu.”, “Yaah dikeluarin lagi dong.”, “Hahaha ya iyaa, daripada
kedinginan.” Dan ternyata Ka Fifi melakukan hal yang sama.
Okee, next question dari Venia. Tiba di bandara jam berapa?
Berdasarkan jadwal, kita bakal tiba jam 07.30 pagi waktu Paris setelah
transit 10 jam di Jeddah. Lalu kata Venia, “Okee, kalian nanti tunggu aja
ya di bandara, jangan kemana-mana. Nanti aku sama Mei berangkat
pake kereta keberangkatan paling pagi dari Rouen.”, “Siiapp ceu.”
Sudah jam 03.00 pagi, selesai berkemas, waktunya tidur sesaat
agar bisa bersiap dan berangkat ke bandara jam 5.30, karena sudah
harus tiba di Bandara Soekarno Hatta jam 07.00 pagi, 3 jam sebelum
penerbangan jam 11.00.

52
18 Desember 2016

Hari itu dua anak gadis dilepas dari kandang masing-masing buat
menjelajah di negeri antah berantah yang terkenal indah. Modal
minimalis dengan harapan maksimalis. Kami janjian di bandara jam 7
pagi. Fya diantar oleh ibu dan kakak. Sedangkan Fifi diantar oleh ibu,
adik, dan tante. Karena kami tiba di bandara sudah hampir jam 7 pagi,
tidak banyak waktu untuk mengobrol lagi, sisa waktu dipake buat cipika
cipiki, kiss bye, pelukan dan pamit sekaligus mohon doa agar
dilancarkan.

53
Jam 11.00 Pesawat lepas landas meninggalkan Indonesia menuju
Jeddah. 9 Jam waktu perjalanan yang kami lewatkan. Menyantap
makanan dengan sambil sesekali tertawa dan masih tidak percaya jika
kami benar-benar akan pergi ke Paris. Dari arah depan seorang Ibu
meminta menukarkan tempat duduknya.

“De, mau tukeran gak?”

Kami sempat bingung namun memutuskan untuk menolak


tawaran tersebut. Untungnya sang ibu dengan dua anak tersebut
mengerti. Sempat terjadi obrolan singkat dan ternyata mereka akan
turun di Jeddah dan tinggal disana untuk beberapa waktu. Perjalanan
mereka kali ini untuk pembuatan kartu tanda penduduk disana. Setelah
itu mereka akan kembali lagi ke Indonesia. Saat itu, sang ibu sedang
mengandung seorang anak. Kuat sekali ya terbang perjalanan jauh.
Setelah beberapa jam, mungkin Ibu tersebut merasa pegal,
akhirnya satu bantal di deretan kursi kami dipakai untuk mengganjal
perutnya. Kebetulan jejeran kursi yang kami tumpangi kosong satu,
jadi beli dua kursi rasa tiga. Saat jam makan, Ibu ini senang sekali
berbagi makanan, beliau memberikan kita pudding, kerupuk udang,
minuman orange, dll.

54
Ada 3 puding dan 3 kerupuk untuk 2 orang.
Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Foto bersama sang Ibu dan dua anaknya

Setelah tiba di Jeddah, kami harus menunggu 10 jam sebelum


akhirnya pesawat tujuan paris kembali berangkat jam 2 tengah malam.
Saat menunggu sambil duduk di deretan kursi panjang kami mengobrol
dengan beberapa orang Indonesia yang sedang menjalankan misi di
timur tengah.

55
Pasukan terbaik, Tim TNI yang diutus oleh Indonesia untuk misi
perdamaian ke Sudan, yang paling kiri namanya Kak Sofyan.

Mereka memiliki latar belakang sebagai TNI dan terpilih untuk


berangkat ke timur tengah dalam upaya membantu perdamaian.
Pertemuan dan obrolan singat dengan mereka telah mengubah
persepsi kami tentang TNI. Mereka sangat ramah, bahkan Ka Sofyan
sempat memberikan kami air mineral cuma-cuma. Namun sayang
setelah itu kami berpisah karena mereka akan berangkat terlebih
dahulu.

56
Air arab

Mondar mandir layaknya gadis galau. Tidak henti menatap ke


layar yang memberikan informasi penerbangan. Hemm masih lama.
Fifi sempat tertidur ayam beberapa kali, sedangkan Fya tumben sekali
dia nggak merem. Keasikan makan sepertinya.

Tiket makan kami di bandara Jeddah. Tulisannya ghodaa’, atau


lunch, atau makan siang. Padahal kami makan malam-malam.
57
Sebelah kiri ada minuman jeruk, roti, dan air mineral. Sebelah kanan
adalah makanan utamanya dengan lauk ikan, sayur, dan irisan wortel.

Setelah itu kami jalan-jalan lagi sambil coba cari sesuatu yang
menarik. Berpindah dari kursi satu ke kursi berikutnya. Lagi lagi, kami
bertemu dengan sekumpulan TNI. Bedanya, kalau rombongan tadi akan
berangkat ke Sudan, sedangkan yang ini akan ke Indonesia. Mereka
libur bergantian.

Salah satu pasukan TNI untuk misi perdamaian di Sudan, yang paling
kanan namanya Mas Bas.

58
Benar-benar ramah, setidaknya TNI itu menakutkan sudah
terbantah dua kali. Mereka sangat welcome dan seakan sama dengan
masyarakat biasa. Ceritanya sseru sekali, selama disana mereka harus
pakai seragam TNI lengkap dengan senjata yang besar itu. Bahkan
untuk sampai di lokasi mereka, harus naik helikopter khusus milik PBB
karena akses yang sulit. Mas Bas juga bercerita dia baru saja
melaksanakan umrah, dan caranya unik, meminta bantuan mahasiswa
untuk pengurusan visa, dan belajar melalui youtube apa langkah-
langkah yang harus dilakukan saat ibadah umrah. Kerenn.

Sebelumnya Mas Bas juga merupakan dosen Bahasa Inggris di


beberapa kampus, dan ternyata adiknya adalah alumni Teknik Mesin
UPN Jakarta. Beliau juga suka edit gambar, hasilnya lucu-lucu.
Misalnya, cover film I leave my heart in Lebanon, kalian tau kan ada Rio
Dewanto yang jadi Kapten Satria, nah ini Mas Bas ganti jadi muka beliau
yang lagi berperan ala ala, dan cocok. Walaupun lucu sebenernya, tapi
kasat mata hahaha.

Hingga akhirnya yeayy sudah hampir jam 2. Ada panggilan untuk


penumpang pesawat Saudia Airlines dengan kode penerbangan SV
127 untuk segera menuju pesawat. Paris, we are coming!

Pesawat mendarat dengan baik di Bandara Internasional


Charles de Gaulle pukul 07:30 pagi waktu Paris. Berbeda dengan langit
Indonesia di waktu yang sama dimana cahaya matahari menyala
begitu nyata. Sedangkan di Paris, pukul 07:30 saat musim dingin
tiba, langit masih sangat gelap. Waktu siang begitu singkat,
sedangkan malam menyelimuti hampir dua per tiga waktu dalam
sehari.

59
Angin berkekuatan rendah menyambut kedatangan kami sejak

keluar pintu pesawat. Selamat datang di tanah eropa. Inilah dataran


bumi yang sering kali menghiasi mimpi pemuda ibu pertiwi. Pusat awal
peradaban dan menjadi kota dengan nilai seni paling tinggi.

Bus pengantar telah menunggu, kami pun bergegas naik.


Perjalanan menuju terminal 2C dari turun pesawat sekitar 3 menit.
Lanjut check in dan melewati pemeriksaan imigrasi, cap paspor dan
lapor.

Setibanya disana, kami dijemput oleh dua orang kawan yang


sedang menyelesaikan studi di Prancis. Venia dan Meilia nama
mereka. Mahasiswi teknik dan informatika. Berangkat dari Rougen
dengan kereta keberangkatan paling pagi, hanya untuk memastikan
kami tidak kebingungan dan merasa aman. Selanjutnya, kami diantar
ke KBRI Paris sebagaimana permintaan kami. Namun sebelum sampai
disana, kami harus turun naik tangga dengan koper dan tas jinjing yang
tidak ringan. Kira-kira 17 kg beratnya. Ven dan Mei kami bikin repot
pagi-pagi untuk bantu angkat koper setiap ada tangga. Fya dibantu
Venia. Fifi dibantu Mei.

60
Paris adalah kota yang mandiri. Jarang sekali ditemukan
eskalator. Sedangkan untuk keluar bandara, kami harus melewati
beberapa anak tangga, menaiki metro, keluar di Arc de Triomphe,
mengabadikan beberapa momen, sambil menunggu kedatangan Bus
untuk menuju KBRI.

Waktu menunjukkan pukul 11:10 setibanya kami disana.


Ternyata, KBRI libur di hari minggu. Jadi kami hanya diberikan surat
keterangan untuk diisi dan dikembalikan keesokan hari.

Sudah hampir tengah hari, kami melanjutkan perjalanan menuju


Hotel Richard sesuai rekomendasi Ven dan Mei. Kami mendapat harga
cukup miring untuk lokasi strategis dan tanggal mendekati natal, Paris
pula. Setelah memesan satu kamar dengan kamar mandi di dalam, wc
diluar, (Paris cenderung membedakan kamar mandi dan wc, kamar
mandi hanya digunakan untuk mandi atau berganti pakaian,
sedangkan wc ditujukan untuk buang air kecil ataupun besar). Totalnya

61
kalau dirupiahkan jadi 2,2 juta rupiah untuk 5 malam. Setelah
membayar dan mendapat kwitansi, kami diberikan kunci. Kebetulan
kamar yang tersedia ada di lantai 5 nomor 33. Ternyata, lantai 5 cukup
lumayan menguras tenaga. Hotel ini tidak dilengkapi lift, begitupun
kebanyakan hotel lainnya, tapi lain cerita dengan hotel berbintang yang
mewah berpagar tinggi, tentu mereka menyediakan lift. Hotel ini
sepertinya hanya memiliki dua pekerja. Satu administrasi, satu lagi
bagian laundry dan bersih kamar. Kalaupun lebih dari dua, kami yakin
tidak lebih dari 5. Mandiri sekali.

Mengangkat koper di tangga yang tidak cukup lebar dan jarak


yang lumayan tinngi (karena didesain untuk kaki orang eropa), membuat
kami istirahat di setiap tingkat lantainya sebelum akhirnya tiba di
kamar. Kondisi kamar baik, dekorasi lucu, lampu gantungnya
menarik. Warna dinding terdiri dari dua kombinasi warna, pink muda –
pink tua, berhias lukisan besar yang menggambarkan kondisi kota Paris
dalam hitam putih, meja kecil di sudut kamar sepasang dengan kursi,
kulkas, penghangat ruangan, wastafel, dan ada termos untuk memasak
air. Kalau buka jendela, angin sepoi- sepoi sudah menanti, mata kalian
juga akan dimanja dengan bangunan kota Paris yang unik dan seragam.
Tertata sangat rapi.

62
Istirahat sejenak, menghilangkan pegal dan mengisi perut
dengan snack bawaan dari Indonesia. Ven dan Mei dengan senangnya
memakan roti sobek yang namanya cukup terkenal di Indonesa,
kangen katanya. Akhirnya kami pun saling bertukar roti, dan roti coklat
yang biasa mereka makan disana menjadi santapan pertama makanan
eropa di lidah kami. Selain itu, mereka juga senang sekali bisa
memasak Indomie, sedangkan kami asik menikmati pizza yang mereka
bawa. Ternyata, yang sederhana bisa jadi begitu istimewa kalau lama
tidak jumpa.

Pizza yang mereka bawa, ini potongan terakhir sebelum lenyap.

Ven dan Mei mengajak kami melihat kota Paris, bagaimana


budaya disana, tata krama, cara menaiki metro atau membaca peta,
bagaimana berhati-hati, dan hal-hal menarik lainnya. Tujuan pertama,
Galeries Lafayette, mall termegah di Paris, dengan berbagai brand
ternama dan pusat fashion dunia ada di dalamnya. Masalah harga?
Jangan tanya. Kantong kami tidak cukup tebal untuk membawa satu
plastik belanja keluar dari sana. Sekedar menikmati dan mencoba

63
aneka parfum wangi yang disediakan, keliling lantai satu sampai lantai
tiga, lalu keluar. Tetapi Ven dan Mei bilang, harganya jauh lebih murah
daripada di Indonesia, karena langsung dari pusat dan tidak dikenai
pajak.

Ini adalah tiket terusan untuk Metro selama 5 hari dan berlaku untuk 5 zona di
Paris. Sebelah kanan adalah rute peta Metro.

Ini isi Galeries Lafayatte

64
Langit sudah gelap, dan dingin semakin
menjadi jadi. Kaki kami terus melangkah,
belum sempat meluruskan badan, dan
belum mengisi perut sejak tiba disini
selain dengan camilan. Lalu mereka
mengajak kami ke Eiffel, malam hari
Eiffel begitu indah. Ada banyak lampu
kerlap kerlip yang dipancarkan. Megah
dan Mewah.

Setelah asik dan puas memandang Eiffel, kami bertemu dengan


anak-anak PPI Paris yang juga teman Ven dan Mei. Kami makan
bersama di daerah Pyramides, pusatnya jajanan Asia. Dan restoran
jepang jadi pilihan kami, karena disana tersedia nasi. Ternyata,
santapan nasi malam itu menjadi yang pertama dan terakhir di Paris.
Selanjutnya, kami tak menemukan nasi.

Berbincang dan berbagi


cerita dengan anak-anak PPI
Paris, ternyata menghabiskan
waktu yang tidak sebentar. Waktu
menunjukkan pukul 22:00
malam, waktunya resto tutup,
dan kami juga harus kembali ke
hotel mengistirahatkan badan.

65
19 Desember 2016
Selamat pagi, Paris! Saat kau membuka mata dan tersenyum,
sadarkah, bahwa apa yang ada di depan matamu bukanlah mimpi.
Segera bersiap dan hadapi hari ini. Misi kami, setidaknya tamat
menjelajahi icon penting di city of love. Jadilah Tour la Eiffel sebagai
destinasi kami hari itu. Namun sebelum jalan-jalan, kami masih harus
mempersiapkan oral presentation untuk
acara besok. Mengedit tampilan power
point, berlatih, dan tidak terasa waktu
menunjukkan pukul 11:00. Tak lupa kami
juga mempersiapkan pesanan tulisan
dari kawan-kawan di Indonesia.

Berjalan menuju stasiun metro terdekat di Voltaire dan melewati


beberapa stasiun pemberhentian sampai akhirnya turun di Iena, metro
terdekat dengan Eiffel. Ramai sekali orang lalu lalang. Kami melewati
beberapa gedung kedutaan, dan terlihat bendera merah putih biru
berkibar dimana-mana. Setelah sampai, kami melihat-lihat

66
sekeliling, dan ujung menara bisa terlihat! Tidak seperti malam
kemarin, kabut menutupi menara hampir setengahnya. Dingin sekali.

Pagi itu kami belum sarapan, tapi juga sedang bosan kalau harus
mencoba McD dekat hotel. Akhirnya kami jalan searah Menara Eiffel,
siapa tau ada penjual makanan hangat yang lezat disana. Tidak jauh
dari Menara Eiffel, ada kedai roti berbagai jenis yang kelihatannya
enak.

Kalau lagi antri pesan makan, mereka memanggil sesuai


kewarganegaraan, Hai Indonesie!

Sandwich lezat untuk sarapan pagi itu sebelum naik ke Menara.

67
Tiket 17 euro untuk naik sampai puncak Eiffel.

Tidak mau melewatkan kesempatan,


kami ikut masuk dan mengantri karcis
untuk naik ke puncak tertinggi eiffel.
Ironisnya, naik ke puncak monas saja
Fya belum pernah, tapi penasaran
sama menara negara tetangga. Untuk
menaiki menara ini ada banyak sekali
pilihan. Ingin naik dengan tangga atau
lift, anak-anak atau dewasa, naik
sampai lantai satu saja, lantai dua,
sampai ketinggian dua per tiga menara, atau sampai puncak tertinggi.
Dan puncak tertinggi adalah tiket masuk yang kami pilih saat itu,
tentunya dengan lift bukan anak tangga. Pertimbangannya, saat kita
sampai di lantai dua, kita memang dapat menikmati pesona Paris
keseluruhan, tapi kita tidak akan pernah tau kapan kembali ke sini dan
apa yang bisa kita lihat jika kita sampai di puncak nanti. Untuk
menjawab rasa penasaran, mengantrilah kami memasuki lift.

68
Agak sedikit berjuang untuk sampai di atas, di dalam lift memang
hangat, tapi tidak ketika di luar. Kami berpindah lift satu kali dan kembali
mengantri sebelum akhirnya tiba di atas. Paris yang sedang dingin

dan berangin, tidak mengalahkan niat kami untuk melihat puncak


menara. Semakin tinggi posisi kita, dingin semakin menusuk. Tapi
semua terbayar, Paris bisa terlihat dalam satu bingkai, satu kerjapan,
satu arah mata angin, saat kau ke sisi belakang atau kanan kiri, dan
memutari lingkar menara, rasanya ingin mengambil sedikit keindahan
kota Paris untuk ibu kota negeri ini.

Waktu berlalu, kami pun turun dari Eiffel dan langit sudah mulai
gelap, mirip seperti awan mendung saat jam 6 sore di Indonesia, tetapi
tidak turun hujan. Kami memutuskan untuk kembali ke hotel sebelum
terlalu gelap, dan mempersiapkan acara besok agar lebih optimal.
Angin berhembus, lapar menerjang. Sekitar 300 m dari Hotel Richard
yang kami tempati, ada Mc Donald yang jadi langganan kami kalau lagi
lapar.

69
Kupon potongan McD Paris Vs McD Indonesia

70
20 Desember 2016
Registrasi dimulai pukul 09:00, berlokasi di Espace Vocation
Haussman Saint-Lazare 92, rue Saint-Lazare. Kurang lebih butuh
waktu 30 menit dari rue Richard Lenoir atau lokasi hotel kami untuk
sampai di lokasi acara. Kami bersiap sejak pagi, dan tiba di lokasi tepat
pada waktunya. Area lokasi seperti memasuki mall, dan kami naik ke
lantai satu. Di dalam ruangan begitu hangat, sehingga kami bisa
melepas mantel yang lumayan berat. Tersaji juga coffee break, susu
hangat, teh manis, kopi, dan minuman dingin lainnya beserta patisserie
dan roti-roti.

Ruangan dibagi menjadi tiga, sesuai topik bahasan masing-


masing. Kami masuk di topik social science and education di room
20th, terletak dekat dengan tangga. Ruangan presentasi cukup luas,
sekelilingnya dibatasi dengan kaca bening, sehingga kami bisa melihat
taman dan hijau rerumputan dari dalam ruangan.

Setibanya di lokasi acara, kami registrasi, tanda tangan


kehadiran, dan diberi amplop coklat. Di dalamnya ada sertifikat,
proceeding book berisi kumpulan abstrak 5th Business and Social
Science Research Conference dan bukti registrasi. Sambil menikmati

71
coffee break di ruang tunggu, mulai berdatangan beberapa
presentator lain. Mereka berasal dari berbagai negara.

Foto kami bersama proceeding book.

Suasana yang tercipta begitu hangat, atmosfir ruang tukar


pengetahuan menjadi bebas tak berbatas. Latar belakang pendidikan
dan profesi yang beragam, kultur dan bahasa yang berbeda, tidak
menjadi sekat antar kami melancarkan diskusi. Mereka sangat terbuka
dan kaya akan cerita. Kami berfoto bersama, tertawa, berbincang
seakan kawan lama dan akan kembali jumpa.

Tidak sedikit dari mereka bergelar master, doktor, adapula post


doktoral, dosen, akademisi, praktisi, dan ahli di bidangnya masing-
masing. Delegasi dari Indonesia berjumlah tiga tim, dua dari
Universitas Padjajaran, dan tim yang ketiga adalah tim kami, terdiri dari
dua universitas berbeda. Otomatis kami adalah peserta termuda dalam
konferensi ini. Usia yang lebih tua, atau jenjang pendidikan yang jauh
lebih tinggi membuat mereka semakin bijak dan toleran. Menghargai
yang muda, dan tidak segan mendengarkan kami bercerita. Ada
yang dari Libya, Turki, Serbia, Rumania, Prancis, Monaco,
72
Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Nama mereka pun unik,
terkadang ejaan dan tulisan jauh berbeda, jadi lucu saat berkenalan
dan bertukar kontak. Kebanyakan dari mereka tertarik dengan
Indonesia, mereka senang berdiskusi dengan kami dan merasa
disambut baik. Katanya, Indonesia terkenal ramah. Itu yang mereka
percaya, dan kami harus membuktikannya.

Waktu presentasi pun tiba, tepatnya pukul 14:30 sebagaimana


tertulis di rangkaian acara. Kami memiliki waktu 15 menit untuk
melakukan paparan dan tanya jawab. Melangkah dengan pasti menuju
tempat presentasi di depan, dan “Social Helping Empowerment with
Free Outlet Solution” menjadi judul pembuka presentasi kami siang itu.

Saat kami melakukan paparan hasil penelitian


73
Berawal dari kondisi di Indonesia sebagai negara berkembang,
tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan sosial. Orang miskin di
Indonesia meningkat menjadi 28.59 juta penduduk pada tahun 2015,
di saat yang bersamaan, orang kaya juga meningkat sebesar 2%.

Kemiskinan cenderung sejalan dengan tingginya angka


kejahatan. Untuk itu, perlu adanya pemberdayaan sosial untuk
meredam angka kejahatan, mengurangi pengangguran, kemiskinan,
dan menambah pendapatan. Berangkat dari aktivitas kerelawanan di
The Street Store Indonesia yang berawal dari oulet dhuafa yang
terletak di derah pamulang, Banten. Sebuah organisasi non profit yang
menyediakan toko baju gratis pertama untuk kaum dhuafa di Indonesia,
akhirnya kami melakukan observasi lebih jauh.

Konsep NGO ini adalah menghadirkan toko baju dengan


tampilan seperti outlet, sehingga kaum dhuafa memiliki kesempatan
memilih baju gratis seakan berbelanja. Semua baju berasal dari
donatur, dan dilaundry sebelum akhirnya disediakan untuk mereka
pilih. Namun tidak hanya baju, tapi juga kebutuhan primer lainnya,
seperti sembako, adapula seragam, buku, boneka, sepatu, dan
sebagainya.

74
Program Street Store on Bus yang diresmikan oleh Ibu Menteri
Sosial RI

Kami melihat, ada kebebasan dengan syarat yang tidak begitu


ketat, disediakan oleh The Street Store Indonesia. Dikhawatirkan, hal
yang bersifat gratis ini nantinya menimbulkan mental miskin dan pola
pikir meminta di masyarakat. Sehingga kami menyarankan untuk
melakukan pemberdayaan. Selain dapat mengurangi pengangguran,
menambah pemasukan, juga bisa melatih masyarakat agar lebih
mandiri.

Bagaimana pemberdayaannya? Berjualan sambal. Indonesia


terkenal akan keanekaragaman sambal di setiap daerahnya. Ada cabe
khas daerah dan sedapnya bukan main. Sambal juga sudah jadi
barang pelengkap yang harus hadir di meja makan setiap hari.
Sehingga kebutuhan masyarakat akan sambal di Indonesia cukup
tinggi. Untuk itu, pemberdayaan ini mengundang ibu-ibu rumah tangga
untuk berkarya bersama membuat sambal kemasan yang nantinya dari
keuntungan tersebut, mereka mendapat pemasukan bulanan.
Mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan pada

75
masanya nanti, mereka tidak perlu lagi datang ke The Street Store
Indonesia untuk mendapat baju gratis.

Kami merekomendasikan 4 tahap pemberdayaan. Pertama


pemberdayaan, kemudian eksplorasi, pertumbuhan, dan komitmen.
Melakukan pemberdayaan membutuhkan waktu yang tidak singkat,
perlu ada komitmen dan rasa senang saat melakukan kegiatan.

Pada akhirnya, kesenjangan sosial akan berkurang, karena


membantu orang lain bisa dilakukan dengan cara yang menarik, tidak
hanya membantu, tapi turut memberdaya. Presentasi selesai, dan
diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari audiens. Adapula yang
bertanya, “ini menarik sekali, mereka benar-benar dapat gratis?”, juga

beberapa pertanyaan lain, dan “sambal‟ jadi pembahasan menarik di


ruang tersebut, melihat di Eropa sulit sekali menemukan makanan
bercita rasa pedas.

Acara Konferensi hari itu telah selesai. Kami berdua bergegas


menemukan tempat wisata lain di Paris, yaitu Masjid Grand Mosque,
salah satu masjid terbesar dan pusat islam di Paris. Kami tiba di masjid
pukul 20:00, suhu semakin tidak bersahabat, dan langit juga sudah
gelap.

76
Masjid ada di sisi jalan, bangunannya besar sekali, berpagar
tinggi, terdapat air mancur di dalamnya, dan banyak sekali ucapan
salam yang kami dapat. Kami bersaudara, dan kami menemukan
mereka, saudara jauh dengan satu kepercayaan yang sama. Nikmat
sekali rasanya. Bahkan seorang penjaga masjid yang sudah cukup tua,
rela menutup tokonya hanya untuk mengantarkan kami menemuka
tempat shalat untuk wanita. Kami juga bertemu seorang gadis cantik
berkebangsaan Paris, namun sekarang ia bekerja di London, dan
terlihat sekali rasa bangga beliau akan agamanya.

Tidak akan kau dengar adzan di sepanjang penjuru Paris, karena


masjid besar ini saja, tidak (boleh) mengumandangkan azan sampai
terdengar di luar bangunan. Jadi sama sekali tidak ada suara dan
terlihat sepi. Padahal tidak sehening itu yang terjadi di dalam. Bahkan,
kami sempat menyaksikan shalat isya berjamaah dengan suara
lantunan ayat suci yang begitu indah. Malam mulai larut, dan kami
kembali ke hotel.

77
21 Desember 2016
Konferensi masih berlanjut. Hari ini adalah sesi untuk mereka
yang tidak bisa hadir langsung secara fisk. Sehingga memanfaatkan
kecanggihan teknologi saat ini, mereka hadir secara virtual melalui
media digital. Tidak begitu lama seperti hari sebelumnya, dan dengan
bahasan yang juga tak kalah menarik.

Selepas konferensi resmi berakhir, kami kembali keliling kota


cantik satu ini. Tujuan berikutnya adalah Muse de Louvre. Museum
yang terkenal dengan patung monalisa
nya. Lukisan monalisa hanya seukuran
kertas A4, tapi animo masyarakat dunia
begitu besar. Satu hari tidak aka cukup
keliling museum ini. Besar sekali. Sangat
sangat besar dan luas. Antriannya pun
lumayan menghabiskan waktu, tapi kalau
memang cukup banyak waktu jalan-jalan
di Paris, pasti rela mengantri berjam-jam
untuk melihat keanekaragaman seni dan

78
peninggalan zaman lampau di salah satu museum paling terkenal
dunia.

Puas berkeliling dan


melihat kokohnya museum
ini, kami melanjutkan
perjalanan ke Jardin de
Touliries, salah satu taman
favorit di Paris.

Merayakan Hari Ibu

Ibu adalah salah satu alasan terbesar kami melanjutkan


perjuangan. Saat kami hendak mundur untuk menyerah, ibu adalah
orang terdepan yang mengahalangi dan membuat kami mengubah
arah. Maju dan terus maju.

Sebuah kebahagiaan saat kami menyadari jika saat tangal 22


Desember atau bertepatan dengan hari ibu, kami sedang ada di kota
Paris. Tidak pernah kami bayangkan sebelumnya akan merayakan hari
ibu di eropa. Sungguh suatu keindahan luar biasa. Setiap hari memang
hari ibu tetapi di tanggal 22 agak berbeda. Jutaan anak
mengungkapkan hari ibu dengan cara yang berbeda. Begitupun kami.

Awalnya kami berencana untuk menuliskan tulisan selamat


hari ibu dan memfotonya di depan kamar. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan. Namun tidak sengaja Fya membawa kertas
tersebut saat kami pergi untuk melakukan petualangan.
79
Sebelum naik metro kami memutuskan untuk makan siang
makan di Mc Donald di daerah Voltaire. Ketika sedang makan kami
melihat ada penjual bunga. “wah pas banget”. Padahal di hari-hari
sebelumnya tidak ada penjual bunga disana.

Kami berencana membeli bunga tersebut dan akan berfoto


bersama ucapan hari ibu. Supaya lebih kece kami memilih Jardin de
Tuileries sebagai tempat kunjungan kami. Menurut mbah google
tempat tersebut adalah salah satu taman yang bagus di kota paris.
Kami pun ke sana juga karena takjub akan hasil google images dari
Jardin ini. Bunga bermekaran warna-warni.

Setelah makan kami menghampiri penjual tersebut dan


melakukan tawar menawar harga. Jiwa emak emak pasar tidak hilang
walau di Eropa. Tetapi penjual bunga yang masih terlihat muda dan
cantik itu terlihat senang saat kami melakukan penawaran.

“vous parlez anglais upa” (apa kamu bisa berbahasa inggris)

“Anglais? Non” jawab penjual bunga

Alamak dia gak bisa bahasa inggris bung. Selain itu Fifi dan Fya juga
belum nyampe ilmunya buat nawar nawar harga.

Akhirnya proses jual beli zaman purba pun berlaku

“Quatre euro Quatre euro” ucap penjual tersebut sambil menawarkan


kepada beberapa orang yang lewat

Oke Fifi menunjukan dua jarinya dan bilang “two euro oke”

80
Si penjual cantik bertanya ke teman disebelahnya “two?” dengan nada
bingung

Lalu temannya bantuin dia dah “deux” yang artinya dua.

Terus si penjual cantik memberi isyarat jika tidak bisa jika dua euro.
Lalu ia bilang “trois, trois”

Nah saat itu saya sama fya bingung apa itu trois, dengan spontan si
penjual cantik menjukan tiga jarinya. “trois trois trois”

kamipun tertawa.

Akhirnya deal lah harga 3 euro untuk bunga yang cantik sekali.

Setelah mendapatkan bunga kamipun


bergegas ke Jardin de Tuileries. Bayangan
akan indahnya taman dengan bunga bunga
yang cantik sudah ada dalam benak kami.
Saat sampai di metro kami dengan semangat
menaiki tangga demi tangga. Kami
menyalakan maps menuju jardang (pelafalan
Jardin) hingga akhirnya kami sampai di
sebuah pintu besar bertuliskan Jardin de Tuileries. Nah ketika kami
masuk….duaaarrrr

Lah kok sepi sih. Bukan sepi sama pengunjung tetapi sepi sama
bunga. Bahkan gak ada bunga sama sekali. Hanya ada pohon dengan
batang-batang kering. Fifi dan Fya saling menatap lalu tertawa
terbahak bahak. Yaa Tuhan kami lupa jika sedang musim dingin. Di

81
Eropa musim dingin datang setelah autumn atau musim gugur, artinya
jelas saja jika daun daun telah berguguran.

Ekspektasi vs Realita

Tanpa mengurangi sedikitpun semangat kami untuk


mengucapkan hari ibu akhirnya kamipun berfoto disana. Sunguh
sebuah momen dengan pemandangan yang cantik. Disana kami
berfoto dengan tulisan Happy Mother Day dan satu bucket bunga,
karena tanggal 21 Desember di Paris berarti sudah tanggal 22
Desember di Indonesia.

Malamnya, kami ke pasar santa, yang memang hanya buka


pada malam hari. Seakan bazar di Indonesia. Disana juga banyak
penjual yang menawarkan barang-barang lucu dengan harga promo.
Pasar santa ini dekat dengan bianglala besar Paris. Cantik sekali di
malam hari, dengan lampu warna warni dan tetesan air hujan yang
membuat Paris malam itu tidak sedingin biasanya.

82
Dingin-dingin, paling
sedap kalau sambil ngemil.
Akhirnya kami menemukan
kedai ice cream dan crepes
nutella coklat di sisi jalan.
Kata Ven dan Mei, crepes itu
paling enak dan jadi camilan
favorit disini. Baiklah, kami
coba.
Ternyata betul, sedap sekali. Crepes disana tidak sama
dengan di Indonesia. Tekstur yang lembut dan tidak kaku, lebih tebal,
lebar, dan mengenyangkan. Sekalipun isinya hanya selai coklat, tapi
mereka mengoleskannya tidak tanggung-tanggung, jadi lumer saat
digigit. Hmm dingin-dingin makan ice cream dan crepes, sedap
sekali. Tidak lupa kembali ke Hotel untuk bersiap pulang besok.

83
22 Desember 2016
Pesawat Saudia Airlines SV 144 Paris – Riyadh jadi pesawat
pertama yang harus kami tumpangi sebelum menuju Jakarta.Kami
harus tiba di bandara 3 jam sebelum keberangkatan, yaitu pukul
08:00, karena pesawat akan terbang pukul 11, dan boarding pukul
10:15.

Koper semakin berat, sedangkan kami harus menurunkan


barang kami berdua ke lantai dasar, yang berarti 5 lantai turun
tangga ke bawah. Ven dan Mei sudah kembali ke tempat mereka
masing- masing di hari kedua, tak ada lagi yang membantu kami
angkat atau menurunkan koper seperti saat tiba. Jadi kami
menurunkan barang satu per satu bergantian, dan bolak-balik naik
ke lantai 5 lantai dasar untuk mengambil dan menurunkan koper.

84
Penampakan anak tangga di dalam hotel

Belum keluar hotel, sudah lelah rasanya. Belum lagi diluar


hujan. Dan menggunakan metro untuk sampai di bandara lumayan
menyita waktu karena kami harus angkat-angkat koper, serta turun
di satu stasiun itu waktu pemberhentiannya cukup cepat, jadi ada
resiko pintu tertutup dan barang tertinggal di dalam.

Akhirnya kami memutuskan untuk menelpon Ven dan Mei


untuk meminta bantuan mereka. Saat itu masih jam 4.30, keduanya
tidak ada yang mengangkat telepon. Kami semakin panik panik ajaib.
Karena di Paris, moda tranportasi online nya adalah Uber, dan hanya
bisa dipesan jika dibayar dengan kartu kredit, tidak bisa cash, dan
yang bisa melakukan ini adalah Mei. Di tengah kekhawatiran itu, tiba-
tiba Venia mengangkat telepon, akhirnyaaa. Setelah itu Venia
menghubungi Mei dan ia membantu kami memesan Uber tepat
waktu. Kalau kata Venia, sebenarnya dia lagi tidur nyenyak, adem
85
pula pagi-pagi, dan memang belum waktunya bangun karena masih
sangat gelap. Entah kenapa dia melek dan pegang hp hanya untuk
mengangkat telepon, padahal suara handphone nya juga lagi di silent
dan bukan mode getar. Ini namanya kebetulan atau permainan
tuhan? Indah sekali rasanya. Karena kalau lewat sedikit lagi bahaya.
akhirnya kami naik uber sampai depan pintu bandara terminal 2C.
Mereka memang malaikat-malaikat kami. Terima kasih banyaak!.
Sampai jumpa di Indonesia.

Foto kami setibanya di Bandara CDG.

86
FAQ
1. Saya ingin ikut konferensi, saya harus mulai dari mana?

Jika kita memang berniat untuk mengikuti konferensi, hal pertama yang
harus dilakukan adalah menghatamkan bab niat. Hal ini penting
dilakukan karena niat awal adalah supply energy yang akan
mencharge diri kita untuk senantiasa semangat.

Setelah niat memang sudah kuat, mulailah mencari link konferensi.


Sudah banyak sekali di google. Dengan search konferensi
internasioanal saja akan muncul banyak pilihan. Selain di internet
informasi seputar konferensi juga biasanya tersedia di mading sekolah,
fakultas, atau jurusan tempat kalian menuntut ilmu.

2. Konferensi itu untuk siapa saja?

Setiap konferensi meiliki kriteria tertentu terkait calon peserta


konferensinya. Biasanya mahasiswa undergraduate, post graduate,
doktor atau bahkan professor pun mengikuti konferensi. Namun jangan
khawatir karena ada beberapa koferensi yang mengajak pemuda untuk
ikut serta dengan tolak ukur usia, misalanya 16-24 tahun sehingga buat
kamu yang masih SMA pun dapat ikut serta.

87
3. Apa yang harus dipersiapkan jika ingin mengikuti
konferensi?

Hal pertama, dan harus diutamakan adalah abstrak. Abstrak


merupakan syarat awal jika ingin mengikuti konferensi. Abstrak berisi
ringkasan penelitian yang kita lakukan. Jujur, abstrak kami pernah
ditolak beberapa kali. Dari pengalaman kami ada beberapa kiat yang
dapat dilakukan dalam membuat abstrak, diantaranya:

1. Untuk konferensi international biasanya memiliki ketentuan


jumlah maksimal kata yang boleh ditulis. Umumnya 250 kata.
Itu dikit banget loh yaa. Tidak sampai satu halaman A4. Di ruang
yang sedikit itulah tantangannya. Kita harus bisa
mengungkapkan apa yang ingin kita tulis dengan rinci, detail,
dan harus menarik. Sedikit namun memukau. Nah seru kan tuh.
2. Sebuah tulisan yang baik adalah tulisan yang ditulis
berdasarkan data dan fakta, bukan subjektifitas penulis saja.
Jadi sertakanlah data penunjang. Misalnya data dari WHO,
Badan Pusat Statistik, dll.
3. Tunjukan masalahnya. Secara singkat kita dapat mengatakan
jika masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenataan. Atau sesuatu yang unik dan hanya ada di tempat
tertentu. Contohnya:
a. Media sosial memilki dampak negatif. Namun dalam
penelitian, kalian dapat menujukan sisi positif seperti wadah
dalam menggerakan kegiatan social, maka hal tersebut
dapat dijadikan topik abstrak.
b. Kalian melihat anak-anak belajar di Taman Kanak-kanak.
Setelah diamati, akan muncul pertanyaan mengapa perilaku

88
mereka berbeda. Apakah ada peran dari orang tua dalam
membentuknya. Lalu kalian coba tarik ke arah sisi peran
ayah dalam membangun karekter anak. Dll

Pada dasarnya masalah sosial itu banyak sekali. Dekat dan


mungkin banyak di sekitar kita. Hendaknya carilah topik
yang menarik dan kalian yakin dapat menyelesaikannya.
Bagaimanapun juga, sebuah tulisan yang baik adalah tulisan
yang selesai.

4. Sampaikan secara singkat metode apa yang kalian gunkan.


Contohnya: The method in this research are study of literature
and experimentation.
5. Ungkapkan tujuan dan alasan mengapa penelitian ini menarik.
Contoh: We hope social inequality will be reduced, because this
idea not only for help but also as a media empowerment.
6. Berikan kesimpulan yang memukau

Kiat tersebut berdasarkan pengalam kami. Pada akhirnya setiap


konferensi memiliki kriteria abstrak masing-masing

4. Kenapa kita perlu mengikuti konferensi?

Karena kita akan jadi manusia yang lebih kece. Hehe


Bayangin deh kita ke luar negeri membawa nama kampus bahkan
nama Indonesia. Lalu mengatakan pada dunia internasioanal “My
name is …. From …(Nama Univ kamu), Indonesia” wuihhh merinding
lohh rasanya. Kita presentasi di depan mahasiswa antar kampus di
dunia, bahkan bukan hanya mahasiswa tetapi juga ada dosen maupun
peneliti. Tenang saja saat kita presentasi di luar negeri jangan khawatir

89
dengan bahasa atau takut dalam sesi tanya jawab. Percaya deh
pribahasa padi, semakin berisi maka semakin merunduk itu diterapkan
sekali disana. Mereka akan sangat menghargai jawaban dan bahasa
inggris kita walau secara tata bahasa belum baik. Heyy kita sedang
berada di ruang intelektual, salah itu biasa, yang tidak boleh itu
berbohong.
Selain dapat kenalan dan pengalaman, kalian juga akan dapat
proceeding, semacam buku kumpulan abstrak dari seluruh peserta.
Selain itu tentunya kalian juga akan mendapat sertifikat berkelas
internasional. Awalnya kami mengira itu hanya kami gunakan untuk
nambah list di CV tetapi ternyata itu besar banget faedahnya untuk
kampus. Ternyata sertifikat itu berguna sekali untuk membantu
akreditasi jurusan, fakultas, bahkan mungkin kampus. Wah bahagia
sekali pasti rasanya jika kalian dapat memberikan sesuatu untuk
universitas atau sekolah kalian.
Oh iya jangan lupakan bonus luar biasa jalan-jalan gratisnya.
Sebuah karunia jika kita dapat menginjakan kaki di belahan dunia lain
dengan ilmu yang kita miliki.

5. Kenapa Profesor, Dosen, dan lain-lain mau mengikuti


konferensi?
Karena mereka perlu wadah untuk bertukar infromasi. Mengikuti
konferensi Internasional itu syarat kalau seseorang akan sidang thesis.
Tapi mungkin ini hanya berlaku di beberapa universitas saja.

6. Setelah ikut konferensi lalu apa yang kita lakukan?


Jika saat konferensi kita belum mengumpulkan full paper maka
setelah kembali dari konferensi kita harus melanjutkan penelitian dan
mengrimkannya untuk dijadikan sebuah jurnal.
90
Lalu jika kalian menggunakan uang sponsor tentunya harus
membuat laporan pertanggung jawaban yang berisi uang yang
diberikan digunakan untuk apa saja.
Selanjutnya tetaplah rendah hati dan buatlah kawan-kawan kalian
merasakannya juga, jangan sungkan berbagi cerita dan tips supaya
kawan kalian dapat merasakannya juga.

Fakta menarik tentang Paris:


1. Disana jarang banget ada eskalator. Bahkan di bandara sebesar
dan semewah Charles de Gaulle aja eskalatornya dikit banget. Kalau
anak tangga? Jangan ditanya, banyak banget!

2. Kalau kita naik eskalator, tapi lagi nggak buru-buru, berdirilah di


sisi kanan, baik lagi sepi ataupun rame, karena jalur kiri hanya untuk
mereka yang ingin mendahului. Beda lagi sama eskalator di Jepang, di
sana kebalikannya, kanan untuk mendahului.

3. Orang Paris sopan sekali, ramah turis asing, dan tidak segan
membantu orang lain untuk membaca peta metro (semacam kereta
bawah tanah yang jadi transportasi utama disana).

4. Orang Paris senang membantu, kalau kamu sudah lewat pintu


sortié (keluar) di stasiun metro yang berbahan besi dan agak berat itu,
maka kamu harus menahan pintu tersebut tetap terbuka untuk orang
setelahmu, tidak main asal tinggal saja dan menganggap membuka
pintu adalah tugas orang berikutnya, kecuali memang kamu orang
terakhir di antrian.

91
5. Kota nya bersih, tertata rapi, cantik sekali. Sulit untuk
menemukan sampah berserakan di pinggir jalan. Udaranya segar,
polusi udara nya sedikit.

6. Tidak ada pajak dan harga sama di berbagai tempat. Jadi kalau
kita berbelanja di salah satu merk terkenal dengan harga €9.99, maka
harga tersebut sudah fix dan tetap akan kembali 1 sen jika membayar
dengan uang €10. Harga barang-barang disana juga tidak berbeda,
baik dijual di toko pinggir jalan (semacam pasar), di atas menara Eiffel,
atau di dalam bandara, semua harga nya sama.

7. Kalau berbelanja di franprix (semacam alfamart), masukkan sendiri


barang belanjaanmu ke dalam kantong plastik. Mungkin ini juga
berlaku di beberapa tempat belanja lain di Paris.

8. Orang Paris senang berdiri dan jalan kaki. Metro sebagai alat
transportasi utama penduduk Paris membuat orang orang disana
senang berjalan kaki (dan naik turun tangga untuk mencapai stasiun
metro yang ada di bawah tanah). Bahkan, kursi sebagai fasilitas yang
disediakan untuk menunggu metro datang, jarang dimanfaatkan,
mereka lebih senang menunggu sambil berdiri. Metro yg terlihat sesak
dari luar pun, saat pintu metro terbuka dan kamu masuk, percayalah
selalu ada kursi kosong di dalamnya. Prinsip mereka, selama masih
kuat berdiri, mengapa harus duduk.

9. Bukan pecandu gawai. Baik di metro, taman, keramaian, dsb,


orang-orang Paris jarang sekali menggunakan gawai, mereka lebih
sering membaca koran, buku, atau bahkan menulis catatan. Bagi
mereka, waktu adalah uang. Jadi kalau bisa mengisi waktu luang
dengan pengetahuan, mengapa harus terbuang sia-sia.

92
10. Jarang sekali orang yang bisa berbahasa inggris, mereka sangat
mencintai bahasanya. Maka sebagai pendatang baru, setidaknya
perlu mengetahui beberapa kosakata penting, seperti oui (yes), non
(no), oú (where), pardon (sorry), excusez-moi (excuse me), vous parlez
anglais (can you speak english), pakai kata-kata tersebut, dannn akan
ada keajaiban.

11. Di (beberapa) hotel tidak ada lift. Bahkan hotel yang punya 5
lantai pun hanya menyediakan tangga.

12. Mandiri. Hotel dengan 5 lantai tadi sepertinya hanya


mempekerjakan dua orang. Keduanya sudah terbilang lanjut usia.
Satu, untuk mengurus administrasi semacam resepsionis hotel, kedua,
yang bertugas merapikan dan membersihkan kamar hotel.

13. Tidak ada ac dan kipas, melainkan penghangat ruangan (hampir


seluruh bangunan di Paris). Jadi kalau summer tiba, bersiaplah.

14. Gedung tinggi sama rata. Ini jawaban kenapa kota di eropa
khususnya Paris terlihat rapi dan indah. Karena tidak ada gedung yang
lebih tinggi dari gedung lainnya. Sekalipun berbeda, maksimal satu
sampai dua lantai. Alasannya, agar estetikanya sempurna, selain itu
juga untuk mengurangi kecemburuan sosial. Sedih kan, kalau di lokasi
yang sederhana, tiba-tiba berdiri gedung pencakar langit.

15. Pendidikan dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Tidak


boleh membawa atribut agama ke dalam lokasi pendidikan (beberapa
tempat/institusi saja, tidak semua).

16. Setiap kota di Prancis masing-masing memiliki 1 universitas dan 1


politeknik. Kalau di tanya universitas mana yang paling bagus, mereka
93
tak punya jawabannya. Setiap institusi pendidikan memiliki tingkat
kehebatan yang sama. Jadi mereka tidak mengenal istilah kampus
favorit.

17. Quadriga Arc de Triomphe du Carrousel yang menjadi salah satu


icon Paris ini berlatar belakang horizon garis lurus Axe Historique yang
membelah kota Paris. Napoleon membuat garis imajiner ini
sepulangnya dari ekspedisi Mesir, searah kiblat menghadap ka‟bah.

18. Le Grande Mosquee de Paris, Masjid Agung Paris di pusat kota


Paris. Masjid ini pernah menyelamatkan puluhan warga Yahudi dari
kejaran tentara Nazi Jerman.

19. Tidak akan terdengar adzan di sepanjang penjuru Paris,


bahkan dari masjid satu ini pun tidak. Hal ini dilakukan demi
menghormati keberagaman. Jadi kalau dilihat dari luar atau dari sekitar
masjid, seolah tidak ada aktivitas di gedung berkubah tersebut, karena
suara adzan hanya bisa didengar oleh mereka yang berada di dalam
masjid. Di dalamnya juga ada yang menjual kitab dan buku-buku
islami.

20. Hampir seluruh tempat wisata di Paris berpagar tinggi.

21. Muslim memang minoritas, tapi karena itulah sesama muslim


saling melempar senyum dan salam ketika berjumpa, sekalipun tidak
saling mengenal.

22. Orang Paris memiliki cita rasa seni yang tinggi. Bangunan di
tata sebaik mungkin. Tidak ada tower kecuali eiffel, gedung
perkantoran pun maksimal 5 lantai, apartemen juga demikian, kalau

94
ada yang butuh lahan lebih tinggi mereka membangun gedung bawah
tanah.

23. Rumput hijau di Paris dingin. Bukan untuk bergaya ala model
tiduran di rumput syalala syalili, tetapi karena saat summer, tiduran di
atas rumput memang jadi satu kegiatan yang menyenangkan.

24. Tingkat kejahatan di Paris termasuk rendah, seperti membunuh,


merampok, menculik, sekalipun bir, alkohol, dan narkoba dijual secara
legal. Mereka paham bahwa hal itu merusak, namun mereka tidak
mengajak lebih banyak orang untuk sama-sama rusak. Mereka rusak
untuk diri sendiri, dan sadar betul itu adalah kerusakan.

25. Orang Paris sangat menghargai pendapat orang lain, mereka


senang mempelajari hal baru, karena itu status Pelajar atau
Mahasiswa sangat dijunjung tinggi. Sebagai mahasiswa, kamu akan
mendapat banyak potongan harga kalau berbelanja, karena bagi
mereka, orang-orang yang berilmu sangat tinggi derajatnya.

26. Tidak ada seragam sekolah untuk tingkat pendidikan di Paris,


mereka boleh memakai pakaian apapun sesuka hati.

27. Tidak ada soal pilihan ganda saat ujian, semua soal ujian tertulis
dijawab dengan esai, mulai dari tingkat sekolah dasar, sampai
perguruan tinggi.

28. Orang paris bukanlah orang-orang dengan orientasi nilai, mereka


melakukan dan berusaha semampu mereka, sekalipun pada akhirnya
hasilnya buruk, setidaknya itu lebih berharga daripada hasil
mencontek. Sekalipun tidak berorientasi pada nilai, mereka orang-
orang yang sangat detail.
95
29. Pusat mode dunia. (Mungkin, hampir) Semua penduduknya
memiliki nilai seni yang tinggi, terlihat sekali dari gaya berpakaian.
Jarang atau bisa jadi tidak ada orang Paris yang gaya berpakaiannya
terlihat tidak rapi, kadang ada pemuda yang lalu lalang dengan skate
board nya sambil memakai head phone, sepatu sneakers, coat winter,
dan bergaya trendy sekali, dan yang seperti ini tidak hanya satu dua.

30. Mc Donald's di Paris punya mesin pemesanan tersendiri, jadi


orang-orang tidak memesan di depan kasir atau seperti yang terjadi di
Indonesia, melainkan di mesin layar sentuh tersebut. Setelah memilih
menu dan cara pembayaran (mau dengan kartu atau tunai), akan
keluar struk yang menyatakan pesanan yang dipilih, harga yang harus
dibayar, dan nomor antrian kita. Setelah itu baru mengantri seperti
biasa, tapi harus dibelakang garis, tidak boleh berdiri menempel
dengan meja kasir kecuali untuk bayar dan mengambil pesanan. Oia,
menunya hanya ada burger dan kentang goreng yang kemudian di
variasikan menjadi berbagai macam pilihan.

96
Tips Menjaga Kesehatan

Perjalananan dalam rangka konferensi merupakan sebuah


perjalanan singkat. Biasanya karena waktu yang sebentar, itulah yang
membuat kita harus ciamik mengelola waktu agar tempat wisata di
negara tujuan konferensi dapat dikunjungi. Nahh karena terlalu
bersemangat biasanya kita jadi lupa dengan kondisi tubuh. Ini pula
yang kami rasakan.

A. Fifi sempat pingsan di Paris.


Kami sampai di paris sekitar pukul 06.00 pagi. Setelah itu kami
langsung bergegas mencari hotel, pergi ke KBRI paris, pergi ke
galleries laffyate dan menikmati malam di eifel. Setelah mengunjungi
eifel Fifi dan Fya pergi makan malam di daerah Pyramid bersama
beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah di Paris. Waktu telah
menunjukan pkul 21.00 waktu paris. Tiba-tiba fifi berjalan melambat
dan dingin semakin melekat. Akhirnya Fifi dan Fya memutuskan
untuk istirahat di salah satu halte.

Setelah duduk di halte Fifi seakan tidak sadarkan diri.


Menurut keterangan Fya dan beberapa teman yang mengantar
saat itu mereka sudah mencoba membangunkan tetapi tidak
merespon. Seperti orang yang tertidur. Mereka panik dan akhirnya
memutuskan memesan uber untuk mengantar kami ke hotel. Kondisi
tersebut terjadi karena setelah sampai di paris Fifi dan
Fya belum istirahat sama sekali. Kami terlalu asyiik menikmati paris
sehingga lupa jika kami baru saja melakukan perjalanan 26 jam.
Ditambah lagi suhu kota Paris saat malam itu mecapai -2 derajat.

97
Tentu kondisi tubuh tidak dapat diajak berdamai. So, tetap jaga
kesehatan saat berpergian yaaa.

B. Dehidrasi di Eiffel

Kami pergi saat musim dingin atau “winter” sehingga selain dingin
saat itu cuaca kota Paris juga sedang berangin. Saat memutuskan naik
ke atas eifel ternyata angin berhembus cukup kencang sehingga
membuat kami semakin dingin. Saat itu kami baru memakan kebab roti
satu berdua dan kurang minum. Maklum harga air mineral disana
setidaknya 1 euro, ya artinya sekitar 15 rb satu botol. Lumayan banget
kan. Niat hati ingin irit namun malah berdampak pada kondisi
kesehatan kami.
Saat sampai di atas menara eifel kami tidak kuat. Kami
mencoba utuk mengahangatkan badan dengan manggunakan sarung
tangan, topi, syal, dan pakaian tempur musim dingin lainnya. Tangan
sudah kaku bahkan tidak bisa lagi untuk menyentuh handphon kami.
Padahal di kondisi dingin tersebut penting untuk memenuhi kebutuhan
cairan tubuh. Jadi saat berpergian kita pasti akan banyak berjalan jadi
jangan lupa cukupi kebutuhan air tubuh kalian yaaa. Sebenarnya
tinggal bawa botol dan mengisi dari keran air yang ada di hotel, gratis,
tetapi kami lupa melakukannya.

98
Oke jadi jangan lupa yaa dalam berpergian tetap jaga kesehatan

1. Cukup minum
2. Cukup istirahat
3. Minum vitamin untuk menjaga kesehatan tubuh

4. Perhatikan kondisi cuaca negara tujuan dan sesuaikan dengan


pakaian yang akan dikenakan
5. Bawa pelembab jika dirasa perlu

99
Kesan Pesan

Kenalin cewek strong Paris, Venia Dhilla Winanda namanya.


Biasa disapa Venia, dan kalau liat dia ketawa rasanya ikut bahagia.
Sedang menyelesaikan studi di Université de Rouen jurusan Teknik.
Mengapa kuliah di Prancis? karena menurutnya dengan
menuntut ilmu di Eropa, bukan hanyak pendidikan 'formal' aja yang
bisa kita dapetin, pendidikan 'informal' nya yang menyangkut dengan
aspek kehidupan sehari-hari dan perbedaan kebudayaan juga akan
berubah.
60 Fifi dan Fya itu, Hebat! Bisa ya
Kesan pesan Venia ketemu
meraih mimpi dengan segala cara halal yang ada. Ga ada kata
menyerah. Salut banget sama kalian.
Nah, ada satu lagi. Nama cewe satu ini Meilia Arifani Utami,
biasa disapa Mei. Lahir di Bekasi, tanggal 31 di bulan yang sama
dengan nama panggilannya, Mei. Tahun pertamanya di Prancis, ia
tinggal di Le Havre, tapi sebentar lagi, di tahun kedua ini dia bakalan
pndah ke Rouen. Kuliah di Jurusan Informatika, Universite de Rouen
Normandie.
Menurut Mei, yang jelas kuliah di luar negeri tuh bangga. Yah
walaupun biaya sendiri sih. Bagian kebangaan ini yg paling susah nge
handle nya menurut gue, tricky. Some people judging me "dih sombong
lu kuliah diluar negeri" malah ada yang langsung bilang "norak anjir
orkay baru liburan diluar negeri pake update location" karena saat itu
gue post something dan location gue ga sengaja nyala. Ada juga yang
tiba-tiba deketin, baik secara teman, atau lebih dari teman, sampe
cuma yang sekedar tanya-tanya semenjak gue tinggal di luar negeri
ini.Bisa jadi pesan buat yang mau kuliah di luar negeri sih, pasti lo
semua akan mengalami apa yang gue alami hahaha.
Jadi tahun 2017 ini tahun kedua gue di luar negeri. Gue ga
pernah pulang ke indonesia (Alhamdulillahnya gue se prinsip sama
keluarga) pantang pulang sebelum reach something. at least gue
punya sertifikat lah yang bisa gue bawa ke Indo. Kangen pasti, tapi gue
terlalu malu untuk pulang tanpa "bawa" apa-apa. Tahun pertama itu
menurut gue tahun yang paling berat buat gue. Pertama dateng dari
Indonesia ke Prancis itu pas musim dingin, menghadapi cuaca dingin,
jam dan lingkungan kampus yang super asing. Butuh fisik dan mental
yang baja pastinya. Oiya, sebelumnya pas tahun pertama, gue kuliah
di IUT du Havre. Jurusan bisnis manajemen. Gue satu-satunya orang
Indonesia sekampus dan satu-satunya yg pake hijab se angkatan (jadi
kalo cabut atau bolos gampang ketauan haha). Alhamdulillahnya gue
punya temen-temen (baik di kampus maupun temen-temen Indo yang
ada disini), mereka super friendly dan helpful. Bantu kapanpun gue
butuh.
Kunci utama untuk adik-adik yang ingin kuliah di luar negeri dan
akan jadi minoritas seperti gue: PERCAYA DIRI. Le plus important!
SKSD itu harus. Kalau lo ga berani bertanya, mendekati mereka dan
sksd, lo akan stuck ditempat. Mereka terbuka kok sama stranger,
sangat menghargai perbedaan dan asik sih, seru juga mereka suka
bercanda dan konyol gitu. Oh yaa, karna lo akan kuliah dengan bahasa
asing, jadi gue sangat menganjurkan untuk mempersiapkan bahasa yg
akan lo pakai. Gue kuliah di prancis. masyarakat dan kampus
mewajibkan gue untuk bisa bahasa prancis. Ga cuma bisa, fasih. Lo
akan strugling kalau hanya sekedar bisa. Yang membedakan
mahasiswa dan turis adalah kemampuan bahasa sih menurut gue.
Kalo cuma bisa mah ya turis juga bisa bilang "oui non pardon bonjour".
Siapin pendengaran ekstra karena telinga lo akan mendengar bahasa
yang berbeda. Di tahun pertama lo mungkin akan sulit dengar mereka
ngomong. Lo butuh mereka mengulang apa yang mereka omongin,
tapi seiring waktu lo akan terbiasa kok. Btw kalo di kampus ga
paham/ga denger apa yang guru omongin, sering-sering pinjem
catetan temen aja. Bisa juga rekam apa yang guru omongin. Biasanya
gue ngerekam pas kelas besar (kelas besar ini termasuk matkul wajib
dan di absen tapi lo akan di gabung sama kelas lain di ruangan yang
sama).
Sekarang alasan kenapa gue kuliah di prancis yah. Sebenernya
gue enoughhhhh banget ditanyain ini. Rasanya sejuta umat yang
nanya hahaha dari yang bilang "Kok bisa sih kuliah di luar negeri? Gila
gue ga nyangka.." sampe yang bilang terus terang : "Lo bayar berapa
buat kuliah disana? Beasiswa apa mandiri?" rasanya gue pengen bikin
template biar kalo ada yang nanya bisa gue copaste aja haha.
Okeh fokeus. Jadi kenapa gue kuliah di luar negeri: KARENA
GUE GA PERNAH KEPIKIRAN UNTUK SERIUS KULIAH DI INDO
haha. Bukan mau sombong atau klasik tapi peran orang tua tuh amat
berpengaruh. and i'm so thankful for that. Jadi nyokap gue tuh kerja di
perusahaan Jerman, dari gue kecil beliau selalu cerita "anak2nya bos
mama kuliah di Jerman pulang ke Indo sukses loh" dan bokap gue
bukan org yang berpendidikan tinggi tapi selalu bisa motivasi gue
"anak bapak harus sekolah lebih dari bapak". Mereka ga pernah paksa
gue untuk kuliah dimana jurusan apa. Mereka kasih saran, kritik,
biayain, dan dukung. Jadi, terimakasih, mamah dan bapak.
Jadi gitulah, gue semacam di motivasi untuk kuliah di luar
negeri. Lalu ketika lulus smp, demi memuluskan cita-cita untuk kuliah
diluar negeri (waktu itu gue pengen ke Jerman) akhirnya gue masuk
SMK. Kelas 2 smk semester awal sempet kepikiran untuk kuliah di ITB.
Secara gitu, anak SMK, Teknik. PTN pulau jawa kiblatnya kalo ga ITB,
ITS kan, tapi ga pernah gue seriusin. Cuma kepikiran sekilas aja. Akhir
semester 2 SMK, saat teman-teman udah mulai pada bimbel persiapan
UN dan masuk PTN, gue cari-cari agen/fasilitator yang bisa bantu gue
kuliah di luar negeri.. lulus SMK barulah gue tau, ijazah gue ga diterima
untuk PTN di Jerman.
Gue masih pengen kuliah di luar negeri, akhirnya gue pilihlah
Prancis. Kenapa Prancis dari sekian banyak negara eropa? Well,
Prancis negara powerful dunia, semua orang tau, punya kualitas
pendidikan yang ga perlu dipertanyakan lagi, gue pernah belajar
bahasanya dan yang paling penting, biaya hidup kejangkau.
Setelah dihitung-hitung, biaya hidup dan kuliah gue disini sama
aja kayak biaya hidup anak kuliahan yang hedon tiap pulang ngampus
bercengkrama ria di starbucks atau yang tiap ga ada dosen cabut
ngemall haha dengan biaya hidup yang setara, gue bisa dapetin gelar,
bikin ortu bangga dan dapet kualitas hidup dan pendidikan yang lebih
baik, jadi kenapa engga?
Kesan perjalanan sama Fifi dan Fya itu ga pernah kepikiran,
Allah mempertemukan gue sama kalian. Waktu itu gue lagi main
dirumah Venia (di Rouen) dan Venia bilang "Mei, besok temenin aku
jemput temenku yuk.", kami lagi libur jadi berangkatlah kami jemput
kalian. Ambil kendaraan paling pagi (jam 5/4 lupa, sekitaran segitu
pokoknya langit masih gelap dan jalanan masih sepi) karena pesawat
kalian landing pagi kan ya waktu itu. Dari malem gue dan Venia udah
mempersiapkan kalian akan kemana aja, apa aja yang harus dihubungi
(kayak hotel dll) dan apa aja yang akan kalian butuhin (kartu transport,
kartu telp, dll). Hingga akhirnya ketemu kalian di bandara. Gue dan
Venia sama sama "WOW. Gila ini 2 cewek hebat abis keluar negeri
gratis.. malu euy kami masih pake uang ortu." hahaha all the day that
we spend with you guys was really fun! ga nyangka karena entah dunia
yang sempit atau memang Allah sudah menakdirkan, kok ya bisaaa aja
kami kenal kalian, dan gue kenal kalian lewat Venia. I hope I can spend
more time with you guys. Terlalu sebentar kita ketemu dan masih
banyak tempat wonderful lainnya di Prancis yang bisa banget kalian
datengin!
Kuliah di luar negeri BUKAN tentang JALAN JALAN doang!
haha kadang kesel sama yang komen "ENAK YAAA JALAN JALAN
TERUSSS MENTANG MENTANG DILUAR NEGERI" lo pikir kita ga
ngiri sama kalian yang bisa starbucks kapan aja, pulang kerumah ortu
kapan aja, telpon tanpa hitung perbedaan jam dan terus gue kudu post
pas gue lagi ngebabu dirumah gitu? Haruskah gue kudu post gimana
pusing dan ribetnya gue urus semua sendiri? visa, bank, listrik, rumah,
air, uang bantuan pemerintah prancis yang tak kunjung turun, dan uang
bulanan dari ortu yang udah abis tapi belum dikirim, belanja bulanan
dan sederet ujian kampus yang di depan mata. Semua pasti pengen
liat yg indah-indah aja kan.. jalan jalan itu buat gue cuma "reward" atas
semua lelah yang gue alamin. Gue yakin kalo gue ngepost gimana
pahit yang gue alamin disini kalian akan menghujat gue, entah secara
langsung/tidak "YAELAH NGELUH MULU HIDUP LO, BERSYUKUR
AJA SIH KULIAH DILUAR NEGERI" DA AING KUDU KUMAHA
JELEMA SADAYANAAA??? ngepost indah di katain, ngepost lagi
pahit dihujat hahaha ga akan ada abisnya nanggepin/ngikutin mau
orang-orang. Jadi mari kembali ke prinsip utama: CUEK!
Oh yaa buat yang akan kuliah di luar negeri, buang deh tuh jauh-

jauh pikiran parno dan takut. Tebel tebelin rasa cuek. Lo akan butuh
banget itu untuk bertahan hidup haha kalo gue sih mikirnya selalu "ah
gw kan uda kuliah diluar negeri, masa masih mikir dan ngeladenin yang
kayak gitu, ga penting banget ngabisin waktu gue. Apa bedanya dong
gw sama yang kuliah di Indo? ih ga banget haha" (gapapa sombong
ke diri sendiri haha) dan terakhir, ADA banyak banget bagian pahit
yang akan kalian alami kalau kalian kuliah di luar negeri, tapi
percayalah, selembar ijazah, rasa bangga, dan kenyamanan hidup di
luar negeri ga akan kalian temukan di indonesia!
One day
I will Go
To
Write Your Dream Here :

Negara yang akan dikunjungi sebelum habis masa paspor

No Nama Negara
Write Your Story Here
“Kamu lebih hebat dan kuat daripada apa yang kamu kira”
We don‟t need more time, we just need to decided. Sejatinya kita
tidak menyerah. Kita berjuang sampai lelah.
Tidak ada perjuangan yang sederhana. Pun tidak ada yang sia-
sia. Kita berjuang dengan cara yang tidak sama, tetapi kita
sama-sama berjuang.
Selamat dan Semangat Melanjutkan Perjuangan
Profil Penulis

Musfiah Saidah atau biasa disapa Fifi, lahir


di Jakarta, 4 Desember 1995. Saat ini ia baru saja
merampungkan studi S1 nya di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan
komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat masih
kuliah ia aktif menulis di beberapa koran lokal
maupun nasional seperti koran Sindo, Kabar
banten, Radar Banten dan Tangsel Pos. Ia juga
tergabung dalam organisasi Forum Lingkar Pena cabang ciputat.
Bersama tim kecil bernama motion ia telah menerbitkan buku berjudul
jurus edan menaklukan mandiri uin, ayo nikah, dan bukan sekadar
mahasiswa.
Wanita yang memiliki hobi travelling ini senantiasa percaya dengan
kekuatan impian. Melalui perantara menulis ia telah berkeliling indonesia
dr Aceh hingga Lombok secara gratis. Beberapa prestasi telah diukir
seperti menjadi juara ketiga dalam lomba karya tulis ilmiah alquran
tingkat nasional, juara dua lomba makalah ilmiah tingkat provinsi, juara
lomba essay se Jabodetabek dan banten serta sederet prestasi lainnya.
Akhir tahun 2016 ia berkesempatan terbang menjemput impiannya ke
eropa secara gratis melalui konferensi internasional. Musfiah percaya
jika dalam hidup tidak ada yang tidak mungkin selama kita berdoa,
percaya dan mau berusaha.
Alifya Zahra atau biasa dipanggil Fya,
lahir di Jakarta, 24 Februari 1998. Saat ini ia
tengah melanjutkan studi S1 Teknik Industri
di UPN “Veteran” Jakarta. Menurutnya
goresan pena selalu menyenangkan, mampu
mengantarkan pembaca sampai ke berbagai
belahan dunia bahkan tanpa perlu berpindah
tempat. Hobinya menikmati ice cream dan potongan coklat.
Selama kuliah ia tergabung di HMTI (Himpunan Mahasiswa Teknik
Industri) UPN Jakarta, KOMMUN (Komunitas Muda Nuklir Nasional)
Jakarta, dan aktivitas kerelawanan di The Street Store Indonesia.
Dengan opini yang dituangkannya menjadi tulisan, Ia berkesempatan
untuk berjumpa dengan orang-orang hebat milik Indonesia, seperti Pak
Boediono, Pak Rhenald Kasali, Ibu Meutia Hatta, berkunjung ke kantor
KPK, dsb. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya Juara
ketiga Lomba Esai tingkat Nasional pada Hari Konsumen Nasional, Juara
pertama karya tulis bidang sosial tingkat Jabodetabek, Juara dua karya
tulis bidang sains Jabodetabek, dan beberapa karya lain. Menurutnya
semua masalah selalu punya penyelesaian, tinggal bagaimana kita
menguraikan agar terlihat lebih ringan. Bermimpi dan berusahalah,
karena harapan dan impian kita, masih terlalu sederhana untuk
diwujudkan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai