Tugas 1
Tugas 1
Konsep pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari Economi, Ekologi, dan
Sosial. Ketiga pilar ini sangat mempengaruhi satu sama lainnya dalam sebuah sistem dan tidak
berdiri sendiri. Dunia Arsitektur erat sekali hubungannya dengan dibidang konstruksi. Pada saat
ini pola perancangan Arsitektur yang mengaku modern ternyata banyak menimbulkan dampak
lingkungan dan merusak biodiversity. Dalam kegiatan konstruksi banyak sekali prosesnya yang
menggunakan material-material dari alam. Bidang konstruksi adalah menyumbang kerusakan
alam terbesar di muka bumi.
Kurangnya insentif
Keterbatasan riset dan eksperimen
Kurangnya kebersamaan visi untuk menyelamatkan lingkungan
Keterbatasan sumber daya manusia
Keterikatan pada budaya “paling murah”
Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya
sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang
biasa kita dengar yaitu global warming.
Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada
bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini kita
harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan Sustainable
architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk meminimalisasi
kerusakan lingkungan.
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan
dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur
potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet,
sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat
eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga
lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan
manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini.
Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan alam
akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global,
sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk
mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari keadaan
sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah mendapatkan
perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas sosial sehingga
terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain itu,
dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit seperti
yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya.
Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan kualitasnya, serta
Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti
ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan
Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota
Denpasar. “Learning For A Sustainable Future”, jargon ini merupakan satu nilai utama yang
mengusung keberhasilan karya arsitektur dengan fungsi Green School ini. Sebuah karya
bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam memperkenalkan
“sustainability within education”.
Isu tentang pemanasan global dan segala dampak pengrusakan bumi, rupanya menjadi
perhatian utama yang mendunia dan mengundang aneka upaya memperbaiki cara hidup.
Banyak kaum pemerhati kelas dunia yang mulai menghimbau agar kesadaran menyelamatkan
bumi mampu menjadi gaya hidup era puluhan tahun ke depan. Sustainability adalah satu
konten yang memiliki arti adanya “keberlanjutan”. Artinya, sebisa mungkin apa yang kita
Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan
melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang
biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah
unik yang satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput
gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan
material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting
sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut.
CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur dari
Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi tolak
utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi
arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School
Bali ini adalah :
Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara
sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan
edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik. Banyaknya elemen distraksi / pengalih
perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan
detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan
mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir
angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan
Secara umum, selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali
ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali
sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.
Membuat bangunan bambu, selain dapat membangun suasana baru, kesan atau citra
alam, bambu juga merupakan bahan pendukung arsitektur berkelanjutan, karena bambu
merupakan salah satu material ramah ekologis, dapat mengefisiensikan energi, dan dapat
menyesuaikan/adaptasi iklim setempat. Hal tersebut sudah dibuktikan dengan adanya potensi
arsitektur nusantara dengan bangunan vernakular/tradisional yang salah satunya menggunakan
material bambu yang terbukti mampu menghasilkan karya arsitektur yang berkelanjutan.
Bambu dapat mendukung arsitektur yang memerlukan pemikiran baru dan mempunyai
inovasi perancangan tinggi, selain itu menuntut pemahaman nilainilai ekologis dan etika
arsitektur akan permasalahan ’kontekstual’. Seiring dengan perubahan dan tuntutan globalisasi
yang tidak hanya menekankan pada permasalahan Fungsional, Teknologi, dan Estetika yang
berlaku secara global Tetapi juga perlu ada pemahaman nilai-nilai ke’lokal’annya.
Kontruksi
Material
Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari 3 m,
dan tiap lantainya tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat dibongkar dan
dengan mudah dialihfungsikan untuk kebutuhan yang lain.
Ekonomi
Lingkungan
Mematikan AC secara otomatis pada jam istirahat dan pada jam 16.00
Pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan alami pada jam – jam kerja,
lampu hanya dinyalakan saat kondisi cuaca ekstrem, misalnya mendung.
Dari sisi penghematan air, dilakukan efisiensi system plumbing yang dipusatkan dalam
satu area core plumbing.
Dampak yang signifikan dari penghematan energi ini adalah running cost bias ditekan
sampai 40% jika dibandingkan bangunan – bangunan lain yang berskala hampir sama.
Graha Wonokoyo, Surabaya, yang hanya menggunakan 88 kWh/m2/tahun di bawah
standar ACE sebesar 200 kWh/m2/tahun.
3. Gampong Lubuk Sukun Aceh Besar, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Sosial
Gampong Lubuk Sukon Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar adalah salah satu
permukiman tradisional. Secara geografis Gampong ini terletak di dataran rendah, dekat
dengan pegunungan. Bentukbentuk hunian masyarakat sebagian besar adalah rumah
tradisional Aceh. Gampong Lubuk Sukun telah ditetapkan sebagai desa wisata tradisional
Pada tanggal 15 Oktober 2012 oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata
1. Kemasyarakatan
Hubungan bertetangga pada masyarakat lubuk sangat baik. Sistem kekerabatan dalam
pola pemukiman juga membentuk kondisi ini. Penduduk Gampong Lubuk Sukon, seperti halnya
masyarakat di wilayah Aceh Besar, menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral,
memperhitungkan hubungan kekerabatan baik pada pihak laki-laki maupun pihak perempuan.
Penilaian terhadap bagian luar rumah difokuskan pada tempat umum, taman dan
halaman rumah dan penambahan bangunan. Tempat Umum tersedia cukup untuk berbagai
tujuan rekreasi, berkebun, tumbuh makanan dan rempah – rempah, penghijauan, dan taman
bermain anak. Lingkungan lubuk sukun memang masih seperti lingkungan desa yang jauh dari
polusi kendaraan.
Rata – rata semua rumah di gampung ini memiliki halaman yang luas yang dapat
digunakan untuk kegiatan seperti berkebun, bermain anak. Halaman rumah ditata rapi sehingga
membuat lingkungan rumah terlihat sangat asri. Banyak pepohonan yang ditanam seperti
pohon jambu, mangga, rambutan dll.
Komponen penilaian pada Bagian dalam Rumah adalah Ruang Dalam, Pencahayaan,
Penghawaan, Polusi Kebisingan, Air dan jaringan dan Fasilitas air dan Listrik. Pembagian
ruang dalam memperlihatkan adanya pembedaan antara zona laki-laki dan zona perempuan.
Pencahayaan alami yang masuk ke dalam rumah cukup untuk kegiatan yang berlangsung
didalamnya, tidak perlu menggunakan lampu pada siang hari. Lampu hanya di gunakan pada
waktu menjelang gelap. Penghawaan buatan memang digunakan pada tiap – tiap rumah yang
kami kunjungi. Kipas angin dan AC memang menjadi pilihan utama penghuni rumah untuk
mendinginkan rumah. Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, terutama pada area dapur
(upaya mengurangi polusi udara pada ruangan, solusi permanen. Posisi dapur memang terletak
pada bagian belakang rumah, dan dengan adanya pembagian ruang pada bagian rumah
pangggung dan permanent, jarak yang tercipta akan lebih baik.
5. Material
Pada saat ini material bangunan di Gampong Lubuk Sukun cenderung menggunakan
material-material untuk bangunan modern pada semua komponen pondasi, dinding, Rangka
bangunan dan Atap. Penggunaanmaterial Kayu hanya dilakukan untuk memperbaiki rumah
tradisional Aceh yang rusak. Pemukiman yang hamper 60% hunian berupa Rumah Tradisional
Aceh telah menggantikan material atap daun rumbia dengan material seng.
6. Sumber
Sumber energi yang didistribusikan ke seluruh rumah masih sangat bergantung pada
PLN. Penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui memberikan nilai yang sangat rendah
dalam komponen penilaian Arsitektur berkelanjutan pada kawasan Gampong Lubuk Sukun.
Kebutuhan akan sumber air bersih dan air minum, masih sangat konvensional yaitu
menggunakan sumber air tanah berupa sumur yang dimiliki oleh setiap warga. Meskipun
kawasan ini di lalui oleh sungai Krueng Aceh, masyarakat dan pemerintah setempat belum
memikirkan pengolahan air bersih yang bersumber dari sungai.
7. Limbah
Komponen penilaian Limbah didasarkan pada Limbah Air Kotor, Limbah Rumah Tangga,
Pembuangan Sampah dan Bahan Pembersih. Masyarakat Gampong Lubuk Sukun belum
8. Masalah Biaya
Pembiayaan bangunan, sertifikasi bangunan, biaya energy dan rumah sebagai unit
produksi merupakan komponen yang digunakan dalam menilai sebuah lingkungan binaan
berkelanjutan. Dalam pengelolaan biaya Masyarakat Gampong Lubuk Sukun dilakukan secara
individual. Meskipun sudah ditetapkan sebagai desa wisata, masing-masing rumah belum
memiliki usaha yang dapat dikembangkan untuk mensinergikan kegiatan wisata yang ada.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan
arsitektur berkelanjutan adalah sebagai berikut :
Titisari, Ema Yunita. Konsep Ekologis pada Arsitektur di Desa Bendosari. Jurnal Ruas.
http://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/view/109 (6 Mar. 2019)