Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 1


PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4
A. PANDANGAN MENGENAI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN .......................................... 4
B. PARADIGMA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN ............................................................... 5
C. ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN (STUDI
KASUS) .................................................................................................................................. 9
1. Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekologi .............................. 9
2. Graha Wonokoyo Surabaya, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekonomi ............12
3. Gampong Lubuk Sukun Aceh Besar, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Sosial ...13
KESIMPULAN ...........................................................................................................................18
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................19

Arsitektur Berkelanjutan Page 1


PENDAHULUAN
Kerusakan lingkungan menjadi masalah yang kian memprihatinkan. Arsitektur menjadi
salah satu bidang ilmu yang dijustifikasi ikut memberi andil bagi kerusakan lingkungan. Konsep
sustainable architecture menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam


bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan
sumberdaya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian,
industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Dengan prinsip-prinsip dasar pengelolaan
lingkungan hidup dalam mengelola sumberdaya alam serta rekayasa desain dan teknologi
dalam merancang arsitektur diharapkan dapat arsitek dapat bijaksana dalam memanfaatkan
sumberdaya alam sebagai penunjang kebutuhan material-nya.

Pembangunan Berkelanjutan atau suistainable development sebenarnya bukanlah suatu


hal yang baru baik lihat secara global maupun nasional. Namun dalam pelaksanaannya masih
belum dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih menunjukkan banyak kerancuan pada
tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak gejala pada tatanan implementasi
atau pelaksana.

Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang berkelanjutan yang mengandung


pengertian sebagai pembangunan yang memperhatikan dan mempertimbangkan dimensi
lingkungan hidup dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik pembicaraan dalam konferensi
Stockholm (UN Conference on the Human Environment) tahun 1972 yang menganjurkan agar
pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan (Soerjani, 1977: 66),
menurut Sundari Rangkuti Konferensi Stocholm membahas masalah lingkungan serta jalan
keluarnya, agar pembangunan dapat terlaksana dengan memperhitungkan daya dukung
lingkungan (eco-development) (Rangkuti,2000:27)

Konsep pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari Economi, Ekologi, dan
Sosial. Ketiga pilar ini sangat mempengaruhi satu sama lainnya dalam sebuah sistem dan tidak
berdiri sendiri. Dunia Arsitektur erat sekali hubungannya dengan dibidang konstruksi. Pada saat
ini pola perancangan Arsitektur yang mengaku modern ternyata banyak menimbulkan dampak
lingkungan dan merusak biodiversity. Dalam kegiatan konstruksi banyak sekali prosesnya yang
menggunakan material-material dari alam. Bidang konstruksi adalah menyumbang kerusakan
alam terbesar di muka bumi.

Arsitektur Berkelanjutan Page 2


Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan
sumberdaya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian,
industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya
alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan
semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai
eksploitasi terhadap alam tersebut.

Berdasarkan tantangan tersebut di atas maka Pembangunan dan Perencanaan berbasis


Arsitektur berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia perlu dilakukan
secara terpadu dalam rencana tindak peningkatan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui strategi peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sumberdaya pendukungnya.

Arsitektur Berkelanjutan Page 3


PEMBAHASAN

A. PANDANGAN MENGENAI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN


Menurut Ahmad Tardiyana, permasalahan konstruksi berkelanjutan di Indonesia
diantaranya:

 Kekuatan market dalam profesi arsitektur sangat dominan


 Sebagian arsitek masih mementingkan “look” daripada “essence”
 Belum ada kebijakan atau peraturan pemerintah yang mengikat
 Rendahnya kesadaran pengembang atau pembangun untuk menerapkan konsep
sustainable
 Minimnya pengenalan isu sustainable architecture dalam dunia pendidikan

Eko Prawoto memiliki pemikiran mengenai sustainability sebagai berikut:

 Bukan tren sesaat yang tengah digemari


 Bukan sekedar upaya penghematan ekonomi
 Sustainability terjadi bukan hanya dengan perwujudan artefaknya, namun lebih pada
adanya kepercayaan atas nilai-nilai yang mendasarinya, yaitu penghargaan dan
pemahaman untuk menjaga keselarasan alam

Tantangan implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia menurut Jimmy


Priatman:

 Kurangnya insentif
 Keterbatasan riset dan eksperimen
 Kurangnya kebersamaan visi untuk menyelamatkan lingkungan
 Keterbatasan sumber daya manusia
 Keterikatan pada budaya “paling murah”

Menurut James Steele, Suistainable Architecture adalah ”Arsitektur yang memenuhi


kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.”

Arsitektur Berkelanjutan Page 4


B. PARADIGMA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya.
Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara
membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari
bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka
panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada
lingkungan itu sendiri.

Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya
sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang
biasa kita dengar yaitu global warming.

Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada
bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini kita
harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan Sustainable
architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk meminimalisasi
kerusakan lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak. Beberapa


diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable Architecture
adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan
generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari
satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila
ditentukan oleh masyarakat terkait. ”

Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan
dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur
potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet,
sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat
eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga
lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan
manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

Arsitektur Berkelanjutan Page 5


Gambar 1 Prinsip Arsitektur Berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini.
Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:

1. Environmental Sustainability:
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan
lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan alam
akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global,
sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk
mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

2. Social Sustainability:
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari keadaan
sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah mendapatkan
perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas sosial sehingga
terbentuk budaya yang kondusif.

3. Economical Sustainability:

Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain itu,
dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit seperti
yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya.
Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan kualitasnya, serta

Arsitektur Berkelanjutan Page 6


memberikan peluang kerja dan keuntungan lainnya untuk individu kelas menengah dan
bawah.

Penerapan arsitektur berkelanjutan diantaranya:

1. Dalam efisiensi penggunaan energi:


a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada
siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air
conditioner).
c. Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif
lainnya.
d. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah
air hujan untuk keperluan domestik.
e. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami
merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2. Dalam efisiensi penggunaan lahan:
a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan
bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang
ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien,
kompak dan terpadu.
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan
berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman
gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar
tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada
dinding ,dan sebagainya.
c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang
pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi
dengan bangunan.
d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan
fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk
mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang
lebih besar.
e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak
ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan

Arsitektur Berkelanjutan Page 7


banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan
bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan
pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan
penghawaan alami yang dapat digunakan?
3. Dalam efisiensi penggunaan material :
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga
tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain
bangunan.
b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa
digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan
sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
4. Dalam penggunaan teknologi dan material baru :
a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan
air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan
lain secara independen.
b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,
murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
5. Dalam manajemen limbah :
a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah
organik agar terurai secara alami dalam lahan, membuat benda-benda yang biasa
menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang
atau dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang


pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada
faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan
yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar
pembangunan ekonomi dan sosial.

Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti
ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan

Arsitektur Berkelanjutan Page 8


aspek lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan, bangunan,
lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi keselamatan,
kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran faktor manusia
dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma yang juga sudah berubah dan
mengalami perkembangan yang awalnya sebagai paradigma pertumbuhan ekonomi, kemudian
bergeser ke paradigma kesejahteraan. Di era reformasi dan demokratisasi politik di Indonesia,
mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered development paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen internasional.

C. ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN (STUDI KASUS)

1. Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekologi

Gambar 2 Green School Bali

Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota
Denpasar. “Learning For A Sustainable Future”, jargon ini merupakan satu nilai utama yang
mengusung keberhasilan karya arsitektur dengan fungsi Green School ini. Sebuah karya
bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam memperkenalkan
“sustainability within education”.

Isu tentang pemanasan global dan segala dampak pengrusakan bumi, rupanya menjadi
perhatian utama yang mendunia dan mengundang aneka upaya memperbaiki cara hidup.
Banyak kaum pemerhati kelas dunia yang mulai menghimbau agar kesadaran menyelamatkan
bumi mampu menjadi gaya hidup era puluhan tahun ke depan. Sustainability adalah satu
konten yang memiliki arti adanya “keberlanjutan”. Artinya, sebisa mungkin apa yang kita

Arsitektur Berkelanjutan Page 9


perbuat dan produksi di atas muka bumi ini, dapat menjadi kontinuitas yang baik untuk
diturunkan kepada generasi penerus kita di masa depan.

Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan
melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang
biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah
unik yang satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput
gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan
material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting
sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut.

Gambar 3 Green School Bali

CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur dari
Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi tolak
utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi
arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School
Bali ini adalah :

Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara
sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan
edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik. Banyaknya elemen distraksi / pengalih
perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan
detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan
mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran.

Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir
angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan

Arsitektur Berkelanjutan Page 10


yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan. Tenaga listrik berasal dari biogas yang
memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya. Tenaga listrik lainnya juga
dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber
energi elektrikal. Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber
energy alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar.

Gambar 4 Green School Bali

Secara umum, selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali
ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali
sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.

Membuat bangunan bambu, selain dapat membangun suasana baru, kesan atau citra
alam, bambu juga merupakan bahan pendukung arsitektur berkelanjutan, karena bambu
merupakan salah satu material ramah ekologis, dapat mengefisiensikan energi, dan dapat
menyesuaikan/adaptasi iklim setempat. Hal tersebut sudah dibuktikan dengan adanya potensi
arsitektur nusantara dengan bangunan vernakular/tradisional yang salah satunya menggunakan
material bambu yang terbukti mampu menghasilkan karya arsitektur yang berkelanjutan.

Bambu dapat mendukung arsitektur yang memerlukan pemikiran baru dan mempunyai
inovasi perancangan tinggi, selain itu menuntut pemahaman nilainilai ekologis dan etika
arsitektur akan permasalahan ’kontekstual’. Seiring dengan perubahan dan tuntutan globalisasi
yang tidak hanya menekankan pada permasalahan Fungsional, Teknologi, dan Estetika yang
berlaku secara global Tetapi juga perlu ada pemahaman nilai-nilai ke’lokal’annya.

Arsitektur Berkelanjutan Page 11


Proses Keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai
dari pengadaan material, proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
bangunan. Proses tersebut sudah dapat terakomodasi oleh bamboo sebagai pendukung
ekspresi berkelanjutan yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan estetika.

2. Graha Wonokoyo Surabaya, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekonomi

Gambar 5 Graha Wonokoyo

Aspek – aspek sustainable :

Kontruksi

 Kenyamanan pengguna benar – benar diperhatikan dengan menciptakan bukaan –


bukaan yang tinggi (3,75 m) sehingga hanya 1 m area lantai kantor yang tidak terkena
cahaya matahari.
 Pencahayaan alami terbukti meningkatkan tingkat produktivitas kerja. Selain itu, lokasi
bangunan berada di daerah strategis sehingga memudahkan pencapaian ke gedung ini
dengan transportasi publik.

Material

 Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari 3 m,
dan tiap lantainya tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat dibongkar dan
dengan mudah dialihfungsikan untuk kebutuhan yang lain.

Ekonomi

Arsitektur Berkelanjutan Page 12


 Pemilik grha ini melibatkan kontraktor dan arsitek lokal dalam pembangunannya, serta
sebagian besar komponen dan material menggunakan produk lokal.
 Efisiensi bangunan ditunjukkan melalui tingkat hunian yang tinggi yaitu mencapai 85%,
dengan jam operasional 8 jam sehari.
 Efisiensi berinteraksi juga dipertimbangkan dengan mengalokasikan satu lantai untuk
satu divisi.
 Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari 3 m,
dan tiap lantainya tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat dibongkar dan
dengan mudah dialihfungsikan untuk kebutuhan yang lain.

Lingkungan

 Mematikan AC secara otomatis pada jam istirahat dan pada jam 16.00
 Pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan alami pada jam – jam kerja,
lampu hanya dinyalakan saat kondisi cuaca ekstrem, misalnya mendung.
 Dari sisi penghematan air, dilakukan efisiensi system plumbing yang dipusatkan dalam
satu area core plumbing.
 Dampak yang signifikan dari penghematan energi ini adalah running cost bias ditekan
sampai 40% jika dibandingkan bangunan – bangunan lain yang berskala hampir sama.
 Graha Wonokoyo, Surabaya, yang hanya menggunakan 88 kWh/m2/tahun di bawah
standar ACE sebesar 200 kWh/m2/tahun.

3. Gampong Lubuk Sukun Aceh Besar, Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Sosial
Gampong Lubuk Sukon Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar adalah salah satu
permukiman tradisional. Secara geografis Gampong ini terletak di dataran rendah, dekat
dengan pegunungan. Bentukbentuk hunian masyarakat sebagian besar adalah rumah
tradisional Aceh. Gampong Lubuk Sukun telah ditetapkan sebagai desa wisata tradisional
Pada tanggal 15 Oktober 2012 oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata

Konsep-konsep tradisional yang masih dipegang teguh menunjukkan upaya pengelolaan


lingkungan secara selaras dengan tatanan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek aspek
sosial, budaya, ekonomi, lingkungan alam (ekologi) dan sumber daya alam. Penjelasan
mengenai konsep-konsep lokal dalam proses terbentuknya permukiman tradisional menjadi
sangat penting. Kemampuan Masyarakat Gampong Lubuk Sukun menjaga identitas arsitektur

Arsitektur Berkelanjutan Page 13


lokal yang sangat tanggap terhadap iklim menjadi dasar penting dalam mewujudkan sebuah
permukiman yang berkelanjutan.

Nilai-nilai Arsitektur Berkelanjutan di Gampong Lubuk Sukun pada konsep Lingkungan


Berkelanjutan:

1. Kemasyarakatan

Hubungan bertetangga pada masyarakat lubuk sangat baik. Sistem kekerabatan dalam
pola pemukiman juga membentuk kondisi ini. Penduduk Gampong Lubuk Sukon, seperti halnya
masyarakat di wilayah Aceh Besar, menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral,
memperhitungkan hubungan kekerabatan baik pada pihak laki-laki maupun pihak perempuan.

Gambar 6 Gambar Lingkungan Gampong Lubuk Sukun

2. Bagian Luar Rumah

Penilaian terhadap bagian luar rumah difokuskan pada tempat umum, taman dan
halaman rumah dan penambahan bangunan. Tempat Umum tersedia cukup untuk berbagai
tujuan rekreasi, berkebun, tumbuh makanan dan rempah – rempah, penghijauan, dan taman
bermain anak. Lingkungan lubuk sukun memang masih seperti lingkungan desa yang jauh dari
polusi kendaraan.

Rata – rata semua rumah di gampung ini memiliki halaman yang luas yang dapat
digunakan untuk kegiatan seperti berkebun, bermain anak. Halaman rumah ditata rapi sehingga
membuat lingkungan rumah terlihat sangat asri. Banyak pepohonan yang ditanam seperti
pohon jambu, mangga, rambutan dll.

Arsitektur Berkelanjutan Page 14


Gambar 7 Bagian Luar Rumah

3. Bagian Dalam Rumah

Komponen penilaian pada Bagian dalam Rumah adalah Ruang Dalam, Pencahayaan,
Penghawaan, Polusi Kebisingan, Air dan jaringan dan Fasilitas air dan Listrik. Pembagian
ruang dalam memperlihatkan adanya pembedaan antara zona laki-laki dan zona perempuan.

Pencahayaan alami yang masuk ke dalam rumah cukup untuk kegiatan yang berlangsung
didalamnya, tidak perlu menggunakan lampu pada siang hari. Lampu hanya di gunakan pada
waktu menjelang gelap. Penghawaan buatan memang digunakan pada tiap – tiap rumah yang
kami kunjungi. Kipas angin dan AC memang menjadi pilihan utama penghuni rumah untuk
mendinginkan rumah. Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, terutama pada area dapur
(upaya mengurangi polusi udara pada ruangan, solusi permanen. Posisi dapur memang terletak
pada bagian belakang rumah, dan dengan adanya pembagian ruang pada bagian rumah
pangggung dan permanent, jarak yang tercipta akan lebih baik.

Gambar 8 Ruang Dalam Rumah

Arsitektur Berkelanjutan Page 15


4. Komponen Bangunan

Penilaian komponen bangunan didasarkan pada Proses Pembangunan Rumah, Standar


Ukuran Bangunan, daya tahan dan pemeliharaan, pre-fabrikasi. Kawasan Gampong Lubuk
Sukun merupakan kawasan pemukiman tradisional yang dalam proses pembangunan rumah
dilakukan dengan cara-cara tradisional. Aktifitas yang dilakukan dalam proses pembangunan
dilakukan secara gotong royong yang melibatkan masyarakat dan seorang tukang (utoeh).
Dalam kondisi kekinian proses pembangunan dilakukan secara mandiri. Pemeliharaan hanya
dilakukan pada saat terjadi kerusakan atau pengecatan ulang yang dilakukan pada saat hari-
hari besar islam seperti idul fitri. Penggunaan material kayu dan beton masih sangat dominan.

5. Material

Pada saat ini material bangunan di Gampong Lubuk Sukun cenderung menggunakan
material-material untuk bangunan modern pada semua komponen pondasi, dinding, Rangka
bangunan dan Atap. Penggunaanmaterial Kayu hanya dilakukan untuk memperbaiki rumah
tradisional Aceh yang rusak. Pemukiman yang hamper 60% hunian berupa Rumah Tradisional
Aceh telah menggantikan material atap daun rumbia dengan material seng.

6. Sumber

Komponen-komponen penilaian Sumber berdasarkan sumber material bangunan, sumber


energy, sumber air bersih dan sumber air minum. Sumber material bangunan yang dilakukan
dalam proses pembangunan berasal dari sumber-sumber local atau setempat, seperti batu
untuk pondasi, bata, semen, kayu dan material bangunan lainnya.

Sumber energi yang didistribusikan ke seluruh rumah masih sangat bergantung pada
PLN. Penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui memberikan nilai yang sangat rendah
dalam komponen penilaian Arsitektur berkelanjutan pada kawasan Gampong Lubuk Sukun.
Kebutuhan akan sumber air bersih dan air minum, masih sangat konvensional yaitu
menggunakan sumber air tanah berupa sumur yang dimiliki oleh setiap warga. Meskipun
kawasan ini di lalui oleh sungai Krueng Aceh, masyarakat dan pemerintah setempat belum
memikirkan pengolahan air bersih yang bersumber dari sungai.

7. Limbah

Komponen penilaian Limbah didasarkan pada Limbah Air Kotor, Limbah Rumah Tangga,
Pembuangan Sampah dan Bahan Pembersih. Masyarakat Gampong Lubuk Sukun belum

Arsitektur Berkelanjutan Page 16


memiliki pengolahan limbah yang baik. Belum tersedianya saluran buangan dari masingmasing
rumah ke drainase pemukiman yang memberikan nilai rendah dalam penilaian kawasan
arsitektur berkelanjutan di Gampong Lubuk Sukun. Pengolahan sampah dikelola oleh masing-
masing rumah tangga dan setiap rumah memiliki pengolahan sampah masing-masing.

8. Masalah Biaya

Pembiayaan bangunan, sertifikasi bangunan, biaya energy dan rumah sebagai unit
produksi merupakan komponen yang digunakan dalam menilai sebuah lingkungan binaan
berkelanjutan. Dalam pengelolaan biaya Masyarakat Gampong Lubuk Sukun dilakukan secara
individual. Meskipun sudah ditetapkan sebagai desa wisata, masing-masing rumah belum
memiliki usaha yang dapat dikembangkan untuk mensinergikan kegiatan wisata yang ada.

Arsitektur Berkelanjutan Page 17


KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan
arsitektur berkelanjutan adalah sebagai berikut :

 Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam


bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumberdaya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan
umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem
iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur.
 Menurut James Steele, Suistainable Architecture adalah ”Arsitektur yang memenuhi
kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh
masyarakat terkait.”
 Prinsip dari arsitektur berkelanjutan terdiri atas 3 yaitu : Environmental Sustainability,
Social Sustainability, dan Economical Sustainability.
 Penerapan arsitektur berkelanjutan diantaranya yaitu : Dalam efisiensi penggunaan
energy, Dalam efisiensi penggunaan lahan, Dalam efisiensi penggunaan material,
Dalam penggunaan teknologi dan material baru, dan Dalam manajemen limbah
 Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekologi (Green School Bali). Pada studi
kasus ini memberi penekanan tentang pemanasan global dan segala dampak
pengrusakan bumi, menjadi perhatian utama yang mendunia dan mengundang aneka
upaya memperbaiki cara hidup.”. Maka dari itu diterapkanlah proses Keberlanjutan
arsitektur yang meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari pengadaan
material, proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
bangunan.
 Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekonomi (Graha Wonokoyo Surabaya).
Pada studi kasus ini menerapkan aspek-aspke sustainable dari segi : Kontruksi,
Material, Ekonomi, dan Lingkungan.
 Arsitektur Berkelanjutan Dengan Prinsip Sosial (Gampong Lubuk Sukun Aceh
Besar). Studi kasus ini ditekankan pada kemampuan masyarakat Gampong Lubuk
Sukun menjaga identitas arsitektur lokal yang sangat tanggap terhadap iklim menjadi
dasar penting dalam mewujudkan sebuah permukiman yang berkelanjutan.

Arsitektur Berkelanjutan Page 18


Daftar Pustaka

Kurniasih, Sri. 2013. Evaluasi Tentang Penerapan Prinsip ArsitekturBerkelanjutan


(Sustainable Architecture ). E-Jurnal. Jurusan Arsitektur, Universitas Budi Luhur.

Kusumaningtyas, Widyarin. Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan di Indonesia. Wie


Design Arch. http://wiedesignarch.blogspot.com/2011/05/green-school-bali-arsitektur.html (6 Mar.
2019).
Prayoga, Iwan. 2013. Desain Berkelanjutan (Sustainable Design). E-Jurnal. Jurusan
Arsitektur, Universitas Pandanaran.

Titisari, Ema Yunita. Konsep Ekologis pada Arsitektur di Desa Bendosari. Jurnal Ruas.
http://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/view/109 (6 Mar. 2019)

Arsitektur Berkelanjutan Page 19

Anda mungkin juga menyukai