Anda di halaman 1dari 12

BAB VIII

PERBANDINGAN STRUKTUR SISTEM HUKUM INGGRIS DENGAN SISTEM


HUKUM ROMAWI JERMAN

STRUKTUR HUKUM INGGRIS

A. PENDAHULUAN

1. Untuk lebih mengenal isi dan sifat Common Law pada umumnya, maka
terlebih dahulu kita mendalami hukum England dan Wales, sebab hukum
itulah yang dijadikan model bagi perkembangan hukum Common Law dalam
lingkungan keluarga Common Law.

2. Usaha mendalami hukum inggris itu berarti meneliti struktur, konsepsi serta
sumber hukum dari hukum Inggris tersebut.

3. Unsur-unsur hukum tersebut merupakan ciri-ciri khusus dari sistem hukum


Inggris yang memperlihatkan perbedaan principal dengan sistem keluarga
hukum Romawi Germania ?

4. Untuk mengenal serta mengartikan suatu sistem hukum tertentu, apakah itu
menyangkut sistem hukum Romawi Germania atau sistem hukum Common
Law, maka memang perlu kita mendalami struktur dan konsepsi hukumnya
yang semuanya merupakan sendi-sendi dari suatu sistem hukum tertentu.

5. Atau kalau kita meneliti pada hukum Inggris, maka kita akan menjumpai
struktur hukum Perancis dan Belanda atau negara lain dalam keluarga
hukum Romawi Germania.

6. Dalam keluarga hukum Romawi Germania kita mengenal pembidangan


hukum dalam bidang hukum Publik ini dibagi lagi dalam bidang hukum
Privat. Dan bidang hukum Publik ini dibagi lagi dalam bidang hukum Tata
Negara, Hukum Administrasi Negara. Sedang hukum Privat mengenal
bidang hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Acara Perdata.

7. Hukum Inggris dan juga hukum Common Law tidak mengenal pembagian
hukum seperti demikian.

8. Sarjana hukum Inggris tidak mengenal pengertian seperti kekuasaan orang


tua, pengakuan anak luar kawin, keadaan-keadaan memaksa, sebagai
pengertian-pengertian sebagaimana dianut oleh perundang-undangan dalam
lingkungan hukum keluarga Romawi Germania.

9. Pengertian kontrak dalam hukum Inggris adalah berbeda dengan pengertian


kontrak dalam hukum Perancis. Selain dari pada itu juga konsepsi
hukumnyapun berlainan.

10. Hukum Inggris begitu juga hukum Common Law nya merumuskan norma-
norma hukumnya dengan rumusan-rumusan yang terperinci seperti halnya
Hakim merumuskan norma penyelesaiannya hukumnya pada suatu perkara
in kongkreto karena titik berat dari fungsi hukum diletakan pada fungsi
menyelesaikan perselisihan. Juga hukum Inggris tidak mengenal pembedaan
antara hukum yang bersifat memaksa dan hukum yang bersifat mengatur,
dalam rangka merumuskan norma-norma hukumya.

11. Sebab dari pembedaan struktur antara kedua lingkungan hukum tersebut
terletak pada perbedaan pertumbuhan sitem-sistem hukum tersebut.sistem
hukum Romawi Germania merupakan hasil pemikiran dan pengolahan
secara rasonal dan logis sistematis dari para sarjana hukum.

12. Sebagai contoh dapat kita kemukakan pengertian equality menurut tradisi.

13. Pengertian kontrak berarti persetujuan yang dilindungi dengan upaya hukum
yang disebut assumption yang upaya hukum ini tidak tidak dapat
diperlakukan terhadap Trust yang dilindungi dengan sanksi – sanksi lain.
14. Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa pembidangan hukum serta
konsepsi-konsepsi hukumnya selalu dihubungkan dengan sanksi hukum
tertentu yang bertujuan melindunginya.

B. PERAN UNIVERSITAS

1. Yang dimkasud penanan universitas adalah peranannya terhadap


perkembangan hukum Ingrris, yang ternyata berbeda sekali dengan pengaruh
universitas dalam hukum Romawi Germania.

2. Kita telah mengetahui bahwa perkembangan hukum Romawi Germania


adalah berkat kerja sma dan usaha para ahli hukum dari universitas di
Jerman bersama ahli – ahli hukum Romawi sehingga sebagai tanda
penghargaan sistem hukumnya dinamakan sistem hukum Romawi-
Germania.

3. Terhadap perkembangan hukum Inggris Universitas tidak berperan sama


sekali. Sistem hukum Inggris berkembang karena peradilan. Praktik hukum
di Inggris tidak kenal dan tidak dipengaruhi hukum Romawi.

4. Akibat dari tidak adanya pengaruh hukum Romawi tersebut, maka


pengertian-pengertian serta asas-asas hukum Inggris secara principal berbeda
dengan pengertian hukum negara-negara yang termasuk hukum Romawi-
Germania yang asa-asas hukumnya sebagian besar dipengaruhii oleh hukum
Romawi.

C. HUBUNGAN ANTARA COMMON LAW DAN EQUITY

1. Seperti halnya hukum Romawi – Germania yang dibagi dalam dua kelompok
yaitu hukum privat maupun hukum public, maka hukum Inggris juga
memiliki pembidangan hukum ialah hukum Common Law dan hukum
Equity.
2. Selanjutnya seberapa jauh hubungan antara hukum Common Law dan hukum
Equity baru dapat diketahui apabila sudah diadakan pembahasan lebih lanjut
tentang hukum Common Law dan Equity.

D. PENGERTIAN TENTANG EQUITY

Equity adalah suatu kumpulan norma-norma hukum yang berkembang pada


abad ke- 13 dan diterapkan oleh badan pengadilan yang dinamakan Court of
Chancery.

Ditinjau dari sejarahnya, maka apabila dihubungkan dengan Common


Law , maka fungsi Equity adalah :

a. Melengkapi kekurangan-kekurangan Common Law dan

b. Mengadakan koreksi terhadap Common Law.

E. TERBENTUKNYA EQUITY

Equity timbul karena Common Law memberikan putusannya tidak dapat memuaskan
para pencari keadilan, bahkan dalam banyak hal tidak dapat mengadilinya.

1. Karena begitu banyaknya pencari keadilan maka Lord Chancellor


membentuk keadilan yang dinamakankan Court of Chancelary. Berdasarkan
Natural Justice bersama hukum Kanonik, Court of Chancelary menciptakan
Right Equity.

2. Court of Chancelary tidak bermaksud menciptakan hukum baru atau


mengubah hukum Common Law melainkan :

a. Semata-mata bermaksud memperbaiki kondisi masyarakat, dimana


hukum dan keadilan harus ditegakan.
b. Court of Chancelary tidak bermaksud menciptakan hukum baru guna
memperbaiki Common Law, akan tetapi mengikuti Common Law.

Dalam hal Common Law tidak mampu memberikan suatu keadilan dalam suatu
sengketa, Equity mempunyai kewajiban campur tangan untuk mengatasi kelemahan
Common Law dengan memberi penyelesaian atas masalah yang tak terselesaikan
F. PENERAPAN HUKUM EQUITY

Mengenai penerapan hukum Equity ini dapat diketahui dengan jelas dari
contoh kasus berikut :

1. Dalam suatau Wanprestasi

A dan B mengadakan perjanjian. A sebagai kreditur dan B


sebagai debitur. Dan oleh pengadilan Common Law diputuskan
pemberian ganti rugi kepada A. dalam hal ini A merasa dirugikan
menuntut pelaksanaan prestasi yang diperjanjikan, sedangkankan
pelaksanaan prestasi hukumnya tidak tersedia pada pengadilan Common
Law.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut A dapat mengajukan


perkara tersebut kepada Pengadilan Equity untuk memperoleh putusan
yang memuat perintah pelaksanaan prestasi yang diperjanjikan

2. Common Law Menganggap Paksaan Dalam Arti Fisik

Hal tersebut berarti bahwa paksaan batin tidak mempemgaruhi suatu perjanjian. Dalam
hal ini Chancellor dapat mengadakan campur tangan dengan mengeluarkan suatu
putusan yang melarang orang yang menyalahgunakan kedudukannya dengan melakukan
tuntutan agar perjanjian dilaksanakan secara paksa.

1. Hati Nurani Manusia Dasar dari Equity

Dari uraian dan contoh-contoh dimuka, jelaslah bahwa pada


dasarnya Equity tidak bertentangan dengan Common Law.
2. Sifat dan Sanksi Equity

Agar keputusan Court of Chancelary dapat terlaksana maka Chancellor mengeluarkan


perintah-perintah dan larangan-larangan yang ditujukan terhadap pribadi-pribadi pihak
yang bersangkutan untuk melaksanakan sebagaimana dituntut oleh moral.

3. Prosedur dan Proses dalam Peradilan Equity

prosedur Peradilan Equity berlaainan sekali daripada peradilan


Common Law ialah :

a. Proses peradilan equity diselenggarakan secara tertulis,


inquisitive dan dijiwai oleh hukum Kanonik (gereja)

b. Badan peradilan yuri tidak dikenal

c. Profesi sebagai pengacata (barrister) dalam peradilan Equity


dipandang dari sudut tugas praktik berbeda dengan profesi
pengacara dalam Common Law.

d. Pengadilan Equity juga berwenang mengadili perkara –


pperkara yang bersifat kontradiktator misalnya mengenai
permohonan memberi persetujuan pada Trustee dalam
melaksanakan tugasnya mengenai harta yang dipercayakan
kepadanya, memberi persetujian atas permohonan mengambil
tindakan (yang dipandang perlu) bagi kepentingan anak yang
dibawah umur.

4. Selanjutnya dengan adanya Judiciature ACT (1874).

Maka dalam badan – badan peradilan di Inggris diadakan


reorganisasi, pengadilan Common Law dan Equity dijadikan satu.
Semenjak itu perkara – perkara Common Law (cases at Common Law )
dan perkara – perkara Equity tidak lagi diadili dipengadilan terpisah.
Common Law dan Equity tetap merupakan permbedaan yang
principal hanya dasarnya yang berubah yaitu :

a. Semula pembedaan tersebut didasarkan atas perbedaan upaya


hukum yang harus ditempuh oleh pencari keadilan.

b. Sekarang pembedaan tersebut didasarkan kepada Judiciature


Act yang didasarkan atas pertimbangan rasional yaitu
didasarkan atas perkara yang diajukan. Perkara yang
tergolong dalam kewenangan Common Law masuk bidang
Common Law, sedangkan perkara yang termasuk kewenangan
Equity diajukan kepada pengadilan Equity ialah :

- Masalah pidana, perjanjian dan perbuatan melawan hukum (Law of


Contract and Torts), Estates masuk Common Law.

- Masalah kebendaan, Law of Property Trust, partnership, companies


and bankruptcy, (wasiat, estates, masuk pengadilan Equity).

G. ORGANISASI BADAN PERADILAN HUKUM DI INGGRIS

Judiaciature Act 1873.

1. Judiciature Act 1873 yang mulai efektif baru pada tahun 1875 adalah
Undang – undang Pengadilan 1873 – 1875. Undang – undang ini melakukan
reorganisasi dalam pengadilan – pengadilan Superior Courts ke dalam
Supreme Court yang meliputi Court of Appeal dan High Court of Justice.
Pada hakikatnya Judiciature Act 1873 tersebut mengakhiri dualism hukum di
Inggris yang di mulai dari adanya hukum Equity. Dengan adanya
perkembangan tersebut, maka di Inggis terdapat dua macam hukum acara
yaitu yang satu berlaku bagi hukum Common Law dan yang lainnya berlaku
bagi hukum Equity, Dengan adanya reorganisasi badan – badan peradilan
oleh Judiciature Act 1873 - 1875, maka organisasi badan peradilan di
Inggris menjadi sebagai berikut :

I. Supreme Court dan

II. Houde of Lord

ad. I. Supreme Court terdiri dari 2 tingkatan yaitu :

1. High Court of Justice yang terdiri dari 3 bagian. Pada dasarnya tiap
bagian berwenang mengadili segala perkara.

Court of Appeal yang di adili oleh Majlis Hakim terdiri dari 2 atau 3
anggota. Tiap anggota menyatakan pendapatnya mengenai perkara yang
diperiksa dsn keputusannya diambil dengan suara terbanyak. Para Hakim
diangkat dari para pengacara.

ad. II. House of Lord

Keputusan Court of Appeal dapat dimintakan dapat dimintakan banding


kepada House of Lord dengan izin pengadilan yang bersangkutan.

STRUKTUR HUKUM ROMAWI GERMANIA

A. PENDAHULUAN

1. Kalau kita bicara tentang suatu keluarga hukum, berarti didalam keluarga
hukum itu terdapat ciri – ciri khusus dari sistem hukum yang termasuk
dalam lingkungan keluarga hukum yang bersangkutan, dalam hal ini
keluarga hukum Romawi – Germania.

2. Salah satu ciri-ciri atau karakteristik norma- norma hukumdari sistem hukum
yang termasuk dalam keluarga Romawi – Germania adalah adanya
kesamaan mengenai strukturnya yang terdiri dari kesamaan dalam :

a. Pembagian dalam dua kelompok hukum.


b. Pembagian dalam bidang – bidang.

c. Unifikasi hukum.

d. Kodifikasi hukum

e. Kesamaan dalam struktur hukum privat

f. Kesamaan dalam struktur hukum public.

B. PEMBAGIAN DALAM DUA KELOMPOK HUKUM

1. Semua sistem hukum nasional yang termasuk dalam keluarganhukum


Romawi – Germania adalah pembagian dalam dua kelompok hukum, yakni
kelompok hukum privat dan kelompok hukum public.

2. Adanya pembagian di dalam dua kelompok huku tersebut berasal


darikeluarga hukum Romawi .

a. Pendapat dari Apeldoorn, Thon dan Beereling.

Mereka berperdapat bahwa pembagian dalam hukum public dan hukum


privat merupakan pembagian yang bersifat fundamental dan asasi yang
didasari pada :

- Ukuran kepentingan

- Cara mempertahankan peraturan hukum,

- Sifat – sifat hukum.

b. Pendapat Meyers,

Yang merupakan kebalikan dari pendapat Apeldoorn cs, yaitu bahwa


pembagian sistem keluarga hukum Romawi – Germania dalam hukum
public dan privat tidak merupakan pembagian yang bersifat principal /
asasi. Segala sesuatunya adalah tergantung dari besar kecilnya
kepentingan yang hendak diatur. (Sunaryati 1986 : 79).
c. Hans Kelsen.

Hans Kelsen meninggalkan sama sekali adanya pembagian sistem


keluarga hukum Romawi – Germania dalam bidang hukum public dan
hukum privat sebagai pencipta Stufen Teori, ia menyatakan bahwa segala
kaidah hukum berasal dari satu norma yaitu dasar atau ground norm
(Sunaryati, 1986 : 80).

C. PEMBAGIAN HUKUM DALAM BERBAGAI BIDANG

1. Sistem sistem hukum nasional yang termasuk dalam keluarga hukum


Romawi – Germania selalu mempunyai pembagian.

2. Cara pembagian tersebut berasal dari satu sumber yaitu hukum Romawi.

D. UNIFIKASI HUKUM PERDATA DAN HUKUM DAGANG

1. Penyatuan tersebut merupakan salah satu ciri daripada sistem keluarga


hukum Romawi – Germania, sehingga semua hukum nasional yang
termasuk dalam sistem keluarga hukum tersebut selalui mempunyai unifikasi
yang sama.

 Code of Obligation sistem hukumini di Swiss menyatukan hukum perdata


dengan hukum dagangnya dalam bentuk Undang- undang Federal yang
dinamakan Code of Obligation.

 Di Itali juga diadakan penggabungan antara hukum perdata dab hukum


dagang.

 Di Jerman juga menyatukan hukum perdata dan hukum dagang.

 Di negara Belanda dengan BW barunya yang disusun oleh Prof. Meyers


memuat peraturan – peraturan BW dan hukum dagang dan Undang –
undang tahun 1885
2. Unifffikasi tersebut berasal dari hukum Romawi, tidak membuat perbedaan
antara hukum perdata dan hukum dagang.

E. TEKNIK KODIFIKASI

1. Keluarga hukum Romawi – Germania, kekhususannya terletak pada


dimuatnya bagian umum.
2. Cara dan teknik penyusunan tersebut adalah akibat dari pengaruh aliran
hukum Romawi (kaum pandektis).

F. CIRI – CIRI KESAMAAN DARI KELOMPOK HUKUM PRIVAT DAN


KELOMPOK HUKUM PUBLIK.

Kesamaan struktur hukum privat dalam keluarga hukum Romawi –


Germania.

1. Mengenai Code Civil Perancis.

2. Burgelijk Wetboek ( BW )

3. Hukum Nasional

Anda mungkin juga menyukai