Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM HUKUM

COMMON LAW

DISUSUN KELOMPOK:
-GIPANLI (2120102014)
-SITI ATTIAH SALSABILAH(2110102006)
-WANDA WULANSARI(2110102009)
-SELLA ARIFAH MUADDAH(2120102020)

Dosen pengampu: ARMASITO, S.Ag., MH

UIN RADEN FATAH PALEMBANG


Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No.Kel, Pahlawan, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan
30126

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
penulis mampu untuk menyelesaikan makalah tentang Perbandingan Sistem Hukum
Sholawat beserta salam selalu penulis ucapkan kepada baginda nabi muhammad SAW. yang
menjadi suri tauladan dan panutan untuk hidup, agar kehidupan yang kita jalankan bisa terarah
sesuai dengan tuntunan agama.

Penulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman-teman yang selalu
menyemangati penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Didalam penulisan makalah ini tentu
masih banyak kekurangan dan belum dikatakan sempurna maklum lah masih dalam tahap
belajar. Jika dikenan mohon maafkan penulis atas kesalahan tersebut. Penulis juga berharap
agar makalah yang penulis buat ini agar bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca

Palembang, Mei 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................... 1

A. Latar belakang masalah ............................................. 1


B. Rumusan masalah ..................................................... 1
C. Tujuan masalah ......................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................. 2


A. Pengertian Common Law ......................................... 2
B. Sumber Hukum Common Law .................................. 3
C. Negara-negara yang menganut Common Law .......... 5
D. Pengaruh Sistem Hukum Common Law
pada Indonesia .......................................................... 7
E, Kelebihan dan Kekurangan Common Law ................ 9

BAB 3 PENUTUP ......................................................... 11


kesimpulan...................................................................... 11
Saran ............................................................................... 12
Daftar Pustaka ................................................................ 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pada berbagai kasus perdebatan konsep atau sistem hukum yang akan
digunakan dalam penyelesaian suatu perkara, sering kali masyarakat umum dihadapkan
pada pilihan-pilihan penyelesaian sedcara adat, negara, ataukah berdasar norma-norma
agama. Menjadi menarik karena semua cara penyelesaian tersebut tidak jarang
digunakan antara satu dengan lainnya diwilayah dengan budaya yang berbeda, atau
bahkan diwilayah yang sama untuk kasus yang sama dengan waktu dan penduduk yang
berbeda generasi. Indonesia sebagai negara kepeluan dengan beragam kebudayaan,
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kenyataaan pengakuan hukum-hukum yang
hidup dimasyarakat selain hukum negara.

1.2 Rumusan masalah

A. Apa yang dimaksud dengan common law?


B. Apa sumber hukum dari common law?
C. Negara mana saja yang menganut common law?
D. Bagaimana pengaruh sistem hukum common law pada Indonesia?
E. Apa kelebihan dan kekurangan Sistem hukum Common Law?

1.3 Tujuan masalah

A. Mengetahui pengertian common law


B. Mengetahui sumber hukum dari common law
C. Mengetahui negara mana saja yang menganut common law
D. Mengetahui pengaruh sistem hukum common law pada Indonesia
E. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem hukum common law

ii
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Common Law
Istilah Common Law berasal dari bahasa perancis “commune-ley” yang
merujuk pada adat kebiasaan (custom) di inggris yang tidak tertulis dan yang
melalui keputusan-keputusan hakim dijadikan berkekuatan hukum. 1 common law
merupakan salah satu kejadian utama yang menyebabkan terjadinya hukum.
Common Law pada mulanya berasal dari kebiasaan alam dalam masyarakat di
inggris dan kemudian dikembangkan oleh keputusan-keputusan pengadilan dan
pertumbuhannya dimulai dari sekitar tahun 1066.2
Hukum common law dimulai dari tahun 1066 ketika sistem pemerintahan di
inggris bersifat feodalistis, dengan melakukan pembagian wilayah yang dikuasakan
ke tangan lord dan rakyat harus menyewanya kepada lord tersebut. Kekuasaan lord
yang semakin besar menyebabkan ia dapat membentuk pengadilan sendiri yang
dinamakan dengan minoral court. Pengadilan ini menjalankan tugasnya
berdasarkan hukum kebiasaan setempat dan hukum yang ditetapkan oleh lord
sendiri. Akibatnya muncul kesewanangan dan berbagai penyelewangan yang juga
melahirkan pemberontakan-pemberontakan hingga akhirnya tercium oleh Raja
Henry II (1154-1180). Kerajaan Inggris lantas berinisiatif mengambil beberapa
kebijaksanaan, yaitu: 3
1. Disusunnya suatu kitab yang memuat hukum Inggris pada waktu itu.
Agar mendapatkan kepastian hukum kitab tersebut ditulis dalam bahasa
latih oleh Glanvild chief justitior dari Henry II dengan judul Legibus
Angliae;
2. Diberlakukannya writ sytem, yakni surat perintah dari raja kepada
tergugat agar membuktikan bahwa hak-hak dari pengugat itu tidak
benar. Dengan demikian tergugat mendapat kesempatan untuk membela
diri;
3. Diadakannya sentralisasi pengadilan (Royal Court) yang tidak lagi
mendasarkan pada hukum kebiasaan setempat melainkan pada Common
Law, yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang sudah
diputus oleh hakim (yurispredensi). Hal ini menjadi langkah besar bagi
kemajuan hukum di inggris pada masa itu.

Akibat banyaknya perkara dan keterbatasan Royal Court dan sistem writ
dalam mengadili, maka penduduk inggris kemudian mencari keadilan kepada

1 Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H, Civil Law dan Common Law, Temukan Bedanya di Sini
(hukumonline.com), diakses pada tanggal 06/05/2023
2 Sulaiman, 2019, hal 211.
3 The common law and civil law tradition, 2010, The Robbins Collection (Educational Use Only) Oxford, h. 3-4
1
pimpinan gereja atau Lord of chancellor. Pengadilan yang dilakukan oleh
pimpinan gereja menurut sistem hukum inggris tidaklah bertentangan, karena
pada saat itu pengadilan Royal Court didasarkan pada common Law dan hakim-
hakimnya bertindak atas nama raja (fons iustitiae atau raja selaku sumber
keadilan dan kelayakan). Sedangkan pengadilan court of chancery didasarkan
pada hukum gereja atau hukum kanonik dan hakimnya adalah seorang
rohaniawan. Sistem penyelesaian perkara dipengadilan ini dikenal sebagai
sistem equity, yakni sistem penyelesaian perkara yang didasarkan pada hukum
alam (ketuhanan) atau keadilan.

Dengan semakin banyaknya minat dari masyarakat untuk mencari


keadilan kepada Lord of Chancellor menyebabkan terbentuknya pengadilan
tersendiri yaitu Court of Chancerry disamping Royal Court yang telah ada.
Untuk keselarasan, maka pengadilan Inggris melakukan reorganisasi
(judicature act) pada tahun 1873, yaitu meletakkan satu atap pengadilan Royal
Court dan Court of Chancerry. Penyelesaian-penyelesaian perkara yang tidak
berbeda, yakni perkara-perkara Common Law (cases at Common Law) maupun
perkara-perkara Equity (cases of Equity) sama-sama diajukan ke salah satu
pengadilan tersebut.4

b. Sumber hukum Common Law


Sumber hukum dalam sistem common law hanya yurisprudensi yang di Inggris
disebut dengan judge made law atau di Amerika serikat disebut dengan case law
dengan kata lain, sumber hukum Common Law bersumber pada keputusan-
keputusan hakim maupun putusan-putusan pengadilan yang biasa disebut sebagai
yurisprudensi. Dalam perkembangannya sumber hukum common law juga
termasuk undang- undang (statue law). Amerika serikat sendiri memiliki undang-
undang dasar dan undang-undang yang bersifat sektoral lainnya yang
kedudukannya sama penting dengan yurisprudensi. Berkaitan dengan hal sumber
hukum, terdapat perbedaan antara Inggris dan Amerika Serikat yakni:
1. pengadilan inggris wajib mengikuti rules yang dinyatakan dalam putusan
hakim sebelumnya. Berbeda dengan Mahkamah Agung As tidak pernah
terikat dengan putusan yang mereka buat sendiri.
2. Di Amerika Serikat, dikenal adanya judicial review, yakni pengadilan
dapat membatalkan produk undang-undang yang bertentangan dengan
konstitusi. Berbeda dengan inggris yang tidak mempunyai konstitusi
tertulis, selain itu Inggris dikenal adanya supremesi parlemen. 5

putusan-putusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi (keputusan


pengadilan). Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka
melalui putusan-putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum

4 Peter De Cruz, h. 142


5 Hasanah, 2022, Hal 113
2
dibentuk dan mengikat umum. Kebiasaan-kebiasan dan peraturan hukum
tertulis yang berupa undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui
juga, karena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis
tersebut bersumber dari putusan pengadilan. Putusan pengadilan, kebiasaan dan
peraturan hukum tertulis tersebut tidak tersusun secara sistematis dalam
kodifikasi sebagaimana pada sistem hukum eropa kontinental.

Peran hakim

Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan


dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar
dalam menciptakan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan
masyarakat.Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan
peraturan-peraturan hukum dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang
berguna sebagai pegangan bagi hakim-hakim lain dalam memutuskan perakara
sejenis.

Oleh karena itu, hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan
pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of
precedent) Namun, bila dalam putusan pengadilan terdahulu tidak ditemukan
prinsip hukum yang dicari, hakim berdasarkan prinsip kebenaran dan akal sehat
dapat memutuskan perkara dengan menggunakan metode penafsiran hukum,
Sistem hukum Anglo-Amerika sering disebut juga dengan istilah case law. ]

Penggolongannya

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal


pula pembagian “hukum publik dan hukum privat” .Pengertian yang diberikan
kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh
sistem eropa kontinental.Sementara bagi hukum privat pengertian yang
diberikan oleh sistem hukum Anglo Amerika (saxon) agar berbeda dengan
pengertian yang diberikan oleh sistem Eropa kontinental.

Dalam sistem hukum Eropa Kontinental “hukum privat lebih dimaksudkan


sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan
dalam kodifikasi kedua hukum itu”. Berbeda dengan itu, bagi sistem hukum
Anglo Amerika pengertian “hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah
hukum tentang

1. Hak milik (law of property)


2. Hukum tentang orang (law of persons)
3. Hukum perjanjian (law of contract) dan
4. Hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of part).
Seluruhnya tersebar didalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan
hakim dan kebiasaan.

3
Sistem Anglo berorientasi pada mazhab/aliran Freie Rectsbegung

Aliran ini berpandangan secara bertolak belakang dengan aliran


legisme. Aliran ini beranggapan bahwa didalam melaksanakan tugasnya
seorang hakim bebas untuk melakukan menurut UU atau tidak. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan hakim adalah melakukan penciptaan hukum.
Akibatnya adalah memahami yurisprudensi merupakan hal yang primer
didalam mempelajari hukum, sedangkan UU merupakan hal yang sekunder.

Pada aliran ini hakim benar-benar sebagai pencipta hukum (judge made
law) karena keputusan yang berdasar keyakinannya merupakan hukum dan
keputusan ini lebih dinamis dan up to date karena senantiasa memperlihatkan
keadaan dan perkembangan masyarakat. 6

c. Negara-Negara Yang Menganut Common Law


Sadar akan keunggulan tatanan hukum mereka, orang-orang inggris telah
membawa dan sedikit banyak dipaksakan kepada semua negara yang mereka kuasai
atau yang mereka jajah, dengan hasil yang berbeda-beda. Banyak wilayah yang
termasuk kerajaan inggris, tetap mengakui kekuasaan hukum inggris, kanada
misalnya sampai tahun 1949 dan beberapa negara-negara lain; selandia baru,
Hongkong, dan Singapura bahkan sampai sekarang menggangap majelis
pengadilan tertinggi yakni Judicial Commitee of the Privy Council, yang terdiri dari
3 sampai 5 anggota-anggota House of Lords. Secara teknis putusan-putusan instansi
ini bukanlah merupakan arrest-arrest, melainkan nasehat-nasehat bagi pemerintah.
Dinggris sendiri merka hanya mempunyai persuasive authority. Bagaimana
pun juga intitusi ini telah berhasil menyumbangkan jasa-jasanya dalam
mempertahankan semacam kesatuan hukum antara negara-negara Common law.
1. Amerika Serikat
Amerika serikat pun tergolong negara-negara common law. Namun
demikian belumlah lengkap untuk mengemukakakn bahwa para kolonis
Inggris telah membawa Common Law ini ke Amerika. Mereka memang
menuntut bahwa mereka mempunyai hak-hak yang sama seperti orang-
orang inggris, namun hukum Inggris tersebut mereka rasakan sebagai alat
penekanan yang mengakibatkan mereka harus mengungsi.
Berdasarkan alasan-alasan ini kaum kolonis dari bagian Timur laut
(New Englad), mengingkari kekuatan mengikat common law tersebut.
Sejumlah besar koloni mengakui hal itu sebagai prinsip, namun sebenarnya
mereka mempunyai kitab-kitan undang-undang yang terkadang sangat
lengkap dan tersusun dengan baik, sehingga common law hanya berfungsi
sebagai sebagai hukum pelengkap, hanya tiga buah koloni yang secara

6 Luhan Exo, sistem hukum common law, Makalah Sistem Hukum Common Law
(nadauntad2014.blogspot.com), diakses pada tanggal 08/05/23
4
resmi mengakui hukum Inggris ini selama berlangsungnya periode
kolonial.
Hukum Amerika Serikat ini telah meninggalkan banyak ciri-ciri khas
Arkhais (kuno) common law dan ia mengenal banyak proses evolusi yang
lebih cepat daripada hukum Inggris. Namun, betapapun juga tetap ada
kebinekaan yang relatif besar satu dan lain karena kelimapuluh negara
bagian tersebut memiliki hukum masing-masing. Oleh karena itu
sebenarnya tidak dijumpai hukum Amerika dala arti sebuah tatanan hukum
yang uniform, untuk diberlakukan di seluruh wilayah Amerika Serikat.

2. Kanada
Dikanada harus kita bedakan antara hukum publik yang untuk seluruh
federasi berasal dari inggris dan hukum privat. Menyangkut hukum yang
disebut terakhir terdapat perbedaan yang tajam antara provinsi-provinsi
“common law” Inggris dan propinsi Quibec yang sebagian besar
penduduknya berbahasa Perancis.
Sejak tahun 1949 preseden-preseden Inggris telah kehilangan
kekuasaanya mengikat di Kanada. Sebaliknya preseden-preseden Amerika
Serikat, sekalipun tidak mengikat, maka terutama sejak dasawarsa terakhir
ini telah merebut persuasive authority yang cukup besar.

3. Australia
Sebagaimana halnya Amerika serikat dan Kanada, Australia pun
merupakan sebuah federasi, berbasiskan sebuah undang-undang federal
dan konstitusi-konstitusi keenam negara-negara bagian. Badan-badan
legislatif federasi (commonwealth of Australi) dan negara-negara bagian
baru pada abad XX memperoleh kemerdekaan penuh dari parlemen.
Materi-materi hukum yang dilemparkan oleh Undang-undang dasar
federal kepada federasi adalah lebih luas daripada Amerika Serikat.
Jadi, dengan demikian hukum australia pada umumnya dan terutama
adalah hukum Inggris, bahwa Statute Law sekalipun, sepanjang hal ini
masing diterapkan di Australia, dari hukum perundang-undangan
federasi dan negara-negara bagian, dan dari case law, dimana preseden-
preseden Australia itu sendiri mempunyai kekuatan mengikat, sedangkan
pada negara-negara Common Law lainnya hanya bersifat Persuasive
authorty.
4. Selandia Baru
Berbeda dengan Amerika Serikat, Kanada dan Australia,
Selandia Baru merupakan sebuah negara kesatuan. Hukum Selandia baru
berbasiskan hukum Inggris, termasuk aturan-aturan yang dikembangkan
oleh peradilan Equity, dan perundang-undangan parlemen Selandia
Baru, yang sejak tahun 1947 telah berdiri sendiri sepenuhnya terlepas dari
parlemen Inggris. Sama halnya dengan di Inggris, di Selandia baru pun
tidak dijumpai kodifikasi dalam arti yang sebenarnya. Beberapa cabang
5
hukum, misalnya hukum pidana, hukum dagang dan hukum perseroan
memang diatur oleh undang-undang, akan tetapi perundang-undangan ini
merupakan penambahan atau pelengkap (aanvulling) common law yang
berlaku. Suatu keistimewaan dari Selandia Baru ialah bahwa di sini
dijumpai instansi-instansi hukum khusus untuk menyelesaikan
perselisihan-perselisihan tertentu, di mana penduduk asli Maori terlibat.
5. Afrika Selatan
Afrika Selatan bekas koloni Belanda yang pada awal abad XX
sepenuhnya menjadi bagian kerajaan inggris, memiliki apa yang dikenal
dengan tatanan hukum Anglo-Romawi, dala arti bahwa sebagai akibat
dominasi Inggris, yang untuk bagian wilayah telah berada di bawah
kekuasaan Inggris sejak awal abad XIX, pada hakekatnya termasuk
negara-negara common law, namun betapapun juga telah menganut dan
mempertahankan hukum Belanda-Romawi yakni tulisan-tulisan para
yuris masa lalu sejauh tulisan-tulisan ini diakui oleh peradilan.
Di luar sumber-sumber hukum “Eropa” maka berlaku pula
dalam jumlah besar hukum kebiasaan penduduk pribumi yang berkulit
hitam, sejauh tidak bertentangan dengan kepentingan umum dengan
ketentuan-ketentuan yang dipandang adil dan pantas oleh para pemimpin
politik
6. Bekas Koloni-koloni Inggris Lainnya
Bekas koloni-koloni Inggris di Afrika Tengah yang pada tahun
1960 memperoleh kemerdekaannya (Nigeria, Kenya, Uganda, Tanzania,
Zambia dan lain-lain) telah mempertahankan common law sebagai dasar
tatanan-tatanan hukum mereka, namun setelah mereka merdeka hal
tersebut telah ditambah dan dilengkapi pula dengan perundang-
undangan, sehingga sedikit banyak hal itu telah diubah dan disesuaikan.
Hal yang sama berlaku pula bagi bekas koloni-koloni Inggris di benua-
benua lainnya. Di Sri Langka, yang sampai dengan awal abad XIX adalah
koloni Belanda, maka seperti halnya di Afrika Selatan masih ditemukan
bekas-bekas kaki Roman-Dutch law, terutama dalam bidang hukum
benda. 7

d. Pengaruh Sistem Hukum Common Law Pada Indonesia


Berlakunya pranata hukum yang berasal dari sistem hukum Common
Law di Indonesia yang menganut sistem hukum Civil Law menunjukkan
adanya situasi percampuran sistem hukum (mixed jurisdiction), dimana di
Indonesia berlaku kaidah hukum sistem Common Law walaupun
mengutamakan sistem hukum Civil Law. Hal ini menunjukkan tren
perkembangan hukum positif di Indonesia.

7 I,bid. Makalah Sistem Hukum Common Law (nadauntad2014.blogspot.com), diakses pada tanggal 08/05/2023
6
Kecenderungan eksistensi sistem hukum Common Law dalam sistem
hukum Indonesia merupakan konsekuensi dari peran Amerika sebagai adidaya
ekonomi. Sejumlah pencangkokan dan pengenalan hukum Amerika telah
berjalan secara sistematis, disamping kenyataan bahwa para elit legal expert
dan ahli ekonomi Indonesia pada umumnya merupakan alumni Universitas di
Amerika, Inggris dan Australi.
Kebijakan Amerika dalam pembangunan hukum di Negara-negara
berkembang, sebagaimana diulas oleh Thomas Franck dalam tulisan “
Dapatkah Hukum Amerika dan Insitusi Hukumnya Membantu Negara
Berkembang” yang merujuk pada Foreign Assistance Act 1966, bahwa kongres
menyetujui Lembaga Pembangunan Internasional (AID) : To emphasize the
assurance of Maximum Participaton in the task of economic development on
the part of the people of the developing countries through the encourage went
of democratic private and local governmental institution. Sebagai implikasinya
telah dikirim peniliti, khususnya para pakar hukum ke negara-negara
berkembang di Asia dan Afrika.
Pengaruh sistem hukum Common Law ke dalam sistem hukum
Indonesia yang menganut sistem hukum Civil Law ditandai dengan masuknya
pranata ekonomi dan pranata hukum asing sebagai akibat pergaulan
perdagangan dunia. Sehingga mengakibatkan benturan tradisi hukum
Indonesia dengan tradisi hukum Anglo Saxon.Pengaruh sistem hukum
Common Law dengan sistem hukum Civil Law yang dianut Indonesia dalam
bidang hukum investasi dan pembiayaan juga masih menimbulkan benturan,
karena bidang hukum dimaksud tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law. 8
Apakah Indonesia menganut sistem hukum Common Law? Saat
menangani perkara, hakim akan mencari rujukan peraturan yang sesuai dan
bersifat aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti,
sehingga diperoleh gambaran lengkap dari perkara. Namun demikian, dalam
praktik dan perkembangannya, peradilan di Indonesia tidak lagi sepenuhnya
menerapkan sistem Civil Law karena telah memiliki dan menerapkan beberapa
karakteristik yang identik dengan sistem Common Law. Common Law System
(Anglo Saxon) khususnya di Indonesia, kedudukannya dapat ditelusuri dalam
sumber hukum di Indonesia, di antaranya yurisprudensi dan kebiasaan. Maksud
dari yurisprudensi ini, suatu keputusan yang diambil oleh hakim berdasarkan
pertimbangannya dalam memutuskan suatu perkara yang belum diatur dalam
undang-undang. Sedangkan kebiasaan merupakan kebiasaan-kebiasaan lokal
yang selama ini diakui dan hidup di masyarakat, dalam istilah Common Law
disebut “kaidah-kaidah lokal.
Sementara itu, menurut Prof. Mahfud dalam kuliah umum mengatakan,
negara Indonesia bukanlah sistem negara hukum Common Law (Anglo Saxon)
maupun Civil Law (Eropa Continental) tetapi negara hukum Prismatik, di mana

8 Dhaniswara, K. Harjono, Pengaruh sistem hukum Common Law terhadap Investasi dan pembiayaan DI
Indonesia, Lex Jurnalica Vol. 6 No.3 agustus 2009, Hal 187-188
7
negara yang berlandaskan pada cita (ide tentang hukum) hukum Indonesia.
Maka keberadaan dua sistem ini adalah sebagai “penyeimbang” dan
pengadopsiannya tidak bersifat mutlak, masih ada proses penyaringan (filter)
di dalamnya.Jadi, jika ditanya Indonesia menganut sistem hukum yang mana?
Jawabannya adalah Civil Law, namun dalam praktik dan perkembangannya,
penerapan atau pengadopsiannya tidak bersifat mutlak. 9

e. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Common Law


1. Kelebihan sistem hukum common law
a. Sistem hukum Anglo Saxon, penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat di negara-negara berkembang karena sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih
menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
b. Sumber-sumber hukum terdiri dari putusan-putusan hakim, kebiasaan-
kebiasaan,serta peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara, walaupun banyak landasan bagi
terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-
putusan dalam pengadilan. Sehingga, sumber hukum yang ada telah
teruji dalam menyelesaikan suatu perkara sebelumnya.
c. Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem pelaksanaan
peradilan di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri. Menurut
sistem ini dalam suatu persidangan perkara pidana para Juri- lah yang
menentukan apakah terdakwa atau tertuduh itu bersalah (guilty) atau
tidak bersalah (not guilty) setelah pemeriksaan selesai. Jika Juri
menentukan bersalah barulah Hakim (biasanya tunggal) berperan
menentukan berat ringannya pidana atau jenis pidananya. Bila Juri
menentukan tidak bersalah maka Hakim membebaskan terdakwa
(tertuduh).
d. Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil
yang mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam
sidang perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya
adalah orang-orang yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi
juri adalah orang awam yang tidak mengetahui sama sekali latar
belakang perkara yang disidangkan. Kedua pihak dalam perkara
kemudian diberi kesempatan untuk mewawancara dan menentukan juri
pilihannya. Sehingga kenetralan dan keadilan dapat lebih terlihat nyata.
e. Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh
tata kehidupan masyarakat. Karena hakim memiliki wewenang yang
sangat luas untuk menafisrkan peraturan hukum yang berlaku. Selain

9 Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H. civil law dan Common law, https://www.hukumonline.com/klinik/mitra/si-
pokrol-lt4b457ff0c3e1b/bernadetha-aurelia-oktavira--sh-lt5d537b77ab8d5, dikakses pada tanggal 08/05/2023
8
itu, menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi
pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang
sejenis.
f. Jika ada suatu putusan yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru
berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, akal sehat (common sense).
Sehingga putusan-putusan yang ada benar-benar sesuai kenyataan dan
menyusaikan perkembangan masyarakat.

2. Kekurangan sistem hukum common law

a. Tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan


untuk melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur
subjektifnya. Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas
dan rasa keadilan yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang
tingkat korupsinya tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang
tepat dianut.
b. Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan
hukuman. Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi. Karena
hakim juga manusia yang terkadang ada rasa sungkan dan juga ada
gejolak untuk melakukan tindakan-tindakan curang. Suatu contoh,
akhir-akhir ini ada berita yang mencuat mengenai hakim yang salah
membei putusan hukum mati pada terdakwa pada tahun 1991. Setelah
diselidiki lebih lanjut, kini terbukti terdakwa yang dihukum mati
tersebut tidak bersalah sama sekali. 10

10 Jejak berdaya, 10 kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem hukum, perbandingan hukum, hal 2-
4.
9
BAB 3

PENUTUP
Kesimpulan

1. Istilah Common Law berasal dari bahasa perancis “commune-ley” yang merujuk pada adat
kebiasaan (custom) di inggris yang tidak tertulis dan yang melalui keputusan-keputusan
hakim dijadikan berkekuatan hukum. common law merupakan salah satu kejadian utama
yang menyebabkan terjadinya hukum. Common Law pada mulanya berasal dari kebiasaan
alam dalam masyarakat di inggris dan kemudian dikembangkan oleh keputusan-keputusan
pengadilan dan pertumbuhannya dimulai dari sekitar tahun 1066.
2. Sumber hukum dalam sistem common law hanya yurisprudensi yang di Inggris disebut
dengan judge made law atau di Amerika serikat disebut dengan case law dengan kata lain,
sumber hukum Common Law bersumber pada keputusan-keputusan hakim maupun
putusan-putusan pengadilan yang biasa disebut sebagai yurisprudensi
3. Negara-negara yang menganut common law, Amerika serika, kanada, Australia, Selandia
Baru, Afrika Selatan, Bekas-Bekas koloni inggris dan sebagainya.
4. Berlakunya pranata hukum yang berasal dari sistem hukum Common Law di Indonesia
yang menganut sistem hukum Civil Law menunjukkan adanya situasi percampuran sistem
hukum (mixed jurisdiction), dimana di Indonesia berlaku kaidah hukum sistem Common
Law walaupun mengutamakan sistem hukum Civil Law. Hal ini menunjukkan tren
perkembangan hukum positif di Indonesia. Kecenderungan eksistensi sistem hukum
Common Law dalam sistem hukum Indonesia merupakan konsekuensi dari peran Amerika
sebagai adidaya ekonomi. Sejumlah pencangkokan dan pengenalan hukum Amerika telah
berjalan secara sistematis, disamping kenyataan bahwa para elit legal expert dan ahli
ekonomi Indonesia pada umumnya merupakan alumni Universitas di Amerika, Inggris dan
Australia.
5. Kelebihan sistem hukum common law:
a. Penerapannya lebih mudah.
b. Sumber hukum yang ada telah teruji dalam menyelesaikan suatu perkara
sebelumnya.
c. Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem pelaksanaan peradilan
di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri
d. Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil yang
mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam sidang perkara
e. Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan
masyarakat

Kekurangan sistem hukum common law

a. Tidak ada jaminan kepastian hukumnya.


b. Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan hukuman.
Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi.

10
Saran

Makalah ini dibuat dengan mengambil beberapa sumber yang menurut penyusun sudah cukup
baik untuk dipahami bagi para mahasiswa. Dengan demikian, penyusun sangat menyarankan
untuk mempergunakan makalah sebagai bahan ajar atau pemahaman mengenai Perbandingan
sistem hukum dengan materi "Common Law"

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

De Cruz, Peter. 1999. Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: Nusa Media

Dhaniswara, K. Harjono, Pengaruh sistem hukum Common Law terhadap


Investasi dan pembiayaan DI Indonesia, Lex Jurnalica Vol. 6 No.3 agustus 2009

Hasanah, A.N. (2022). Diktat ilmu hukum. Deli Serdang: UIN Sumatera Utara

Sulaiman, A. (2019). Pengantar ilmu hukum. Jakarta: UIN Jakarta & YPPSDM
Jakarta.

Tanpa Pengarang. 2010. The Common and Civil Law Tradition, Oxford: The
Robbins Collection (Educational use only).

Sumber internet

Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H. civil law dan Common law,


https://www.hukumonline.com/klinik/mitra/si-pokrol-
lt4b457ff0c3e1b/bernadetha-aurelia-oktavira--sh-lt5d537b77ab8d5

Luhan Exo, sistem hukum common law, Makalah Sistem Hukum Common Law
(nadauntad2014.blogspot.com)

Jejak berdaya, 10 kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem hukum,


perbandingan hukum.

12

Anda mungkin juga menyukai