Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
ROMUL AJI PAMUNGKAS
NPM : C1A20.0029
Program Studi : Ilmu Hukum
FAKULTAS HUKUM
SEMESTER 7 KELAS REGULER
UNIVERSITAS SUBANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi saya kesempatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, juga pada keluarga dan para sahabatnya
serta kita sebagai umatnya. semoga kita semua tetap berada dalam lindungan Allah SWT.
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk menunaikan tugas mata kuliah Perbandingan
Hukum Pidana Semester 7 dengan judul “Perbandingan system peradilan pidana antara civil law
dan common law”. Saya berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak
manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Saya menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini mungki belum sempurna dan
tedapat banyak kesalahan dan penyusunannya, saya mohon untuk bimbingan dan kritik serta
saran yang bersifat membangun. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami memohon, semoga
usaha ini merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan ...................................................................................................
A. Latar Belakang
baik pembuatan maupun penafsirannya tidak berlangsung dalam konteks yang bebas nilai atau
netral dari pengaruh-pengaruh moral, agama, dan kepentingan-kepentingan politik.1 Artinya
terdapat latar belakang politik dan idiologis dibalik setiap produk perundang-undangan yang
dikeluarkan. Hukum ketenagakerjaan bukanlah jenis hukum yang netral dan independen,
sehingga diperlukan keterlibatan pemerintah sebagai upaya perlindungan terhadap
pekerja/buruh yang lemah kedudukannya.
Dilihat dari tradisi hukum yang dianut oleh suatu negara, pada dasarnya terdapat dua
macam tradisi hukum, yaitu tradisi hukum Anglo Saxon (Common Law Tradition) dan Eropa
Continental (Civil Law Tradition). Dalam Common Law Tradition, sumber hukum yang utama
adalah kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat serta perjanjian-perjanjian yang telah
disepakati para pihak. Sedangkan dalam Civil Law Tradition, peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Pemerintah merupakan sumber hukum yang utama. Tradisi common law
muncul di Inggris selama Abad Pertengahan dan diterapkan dalam koloni Inggris di seluruh
benua.
Tradisi civil law dikembangkan di benua Eropa pada saat yang sama dan diterapkan di
koloni-koloni dari kekuatan imperial Eropa seperti Spanyol dan Portugal. Civil law juga
diadopsi pada abad kesembilan belas dan kedua puluh oleh negara-negara yang sebelumnya
memiliki tradisi hukum yang berbeda, seperti Rusia dan Jepang, yang berusaha untuk
mereformasi sistem hukum mereka dalam rangka untuk mendapatkan kekuatan ekonomi dan
politik dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Untuk Amerika yang akrab dengan
terminologi dan proses hukum yang didasarkan pada common law Inggris, tradisi civil law
terasa asing dan membingungkan. Meskipun Inggris telah memiliki banyak ikatan budaya yang
mendalam dengan seluruh negara Eropa pada Abad Pertengahan, tradisi hukum yang
dikembangkan berbeda dari yang lain untuk sejumlah alasan historis. Salah satu perbedaan yang
paling mendasar adalah keputusan pengadilan dijadikan sebagai dasar tradisi hukum dari
common law dan keputusan legislatif sebagai dasar tradisi hukum dari civil law.
Common law pada umumnya tidak dikodifikasi. Ini berarti bahwa tidak ada kompilasi
komprehensif aturan hukum dan undang-undang. Sementara common law tidak bergantung
pada beberapa undang-undang yang merupakan produk keputusan legislatif, sebagian besar
didasarkan pada preseden, artinya keputusan hukum yang telah dibuat dalam kasus serupa
sebelumnya. Preseden ini dipelihara dari waktu ke waktu melalui catatan sejarah pengadilan
serta didokumentasikan dalam koleksi hukum kasus yang dikenal sebagai buku tahunan dan
laporan. Preseden ini diterapkan dalam keputusan setiap kasus baru yang ditentukan oleh hakim
ketua. Akibatnya, hakim memiliki peran besar dalam membentuk hukum di Amerika dan
Inggris.
Civil Law , hukum yang dikodifikasikan. Negara-negara dengan sistem civil law yang
komprehensif, kodifikasi hukum terus diperbarui antara lain hukum acara di pengadilan,
prosedur yang berlaku, dan hukuman yang sesuai untuk tiap pelanggaran. Kodifikasi seperti itu
membedakan antara berbagai kategori hukum: menetapkan hukum substantif yang tunduk pada
tuntutan pidana atau perdata, hukum acara menetapkan bagaimana menentukan apakah suatu
tindakan tertentu merupakan tindak pidana, dan hukum pidana menetapkan hukuman yang
sesuai. Dalam sistem hukum perdata, peran hakim adalah untuk menetapkan fakta-fakta kasus
dan untuk menerapkan ketentuan dari undang undang yang berlaku. Meskipun hakim sering
membawa tuduhan resmi, menyelidiki masalah ini, dan memutuskan kasus ini, ia bekerja dalam
kerangka yang dibuat oleh satu set kodifikasi hukum yang komprehensif. Keputusan hakim ini
akibatnya kurang penting dalam membentuk hukum perdata daripada keputusan legislator dan
sarjana hukum yang menafsirkan undang-undang. Uraian berikut menjelaskan akar sejarah
perbedaan-perbedaan ini.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,
dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi dari Negara
tersebut. Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan
nasional, khusunya asas demokrasi, asas adil, dan merata. Hal ini dilakukan karena
pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multi dimensi dan terkait dengan berbagai pihak,
yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Oleh karenanya pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
Hal ini melekat pada sistem Civil Law, dimaksudkan bahwa Civil Law tidak dapat
dilepaskan dengan ajaran pemisahan kekuasaan yang telah mengilhami terjadinya revolusi
Perancis. Paul Scholten mengatakan bahwa maksud pengorganisasian organ-organ negara
Belanda tentang adanya pemisahan antar kekuasaan membuat undang-undang, keuasaan
peradilan dan sistem kasasi serta kekuasaan eksekutif, dan tidak dimungkinkannya kekuasaan
yang satu mencampuri urusan kekuasaan yang lainnya, adalah dengan cara itu, maka
terbentuklah yurisprudensi. mengemukakan bahwa iudiciandum est, putusan Hoge Raad atas
suatu sengketa hukum perlu dihormati, akan tetapi tidak lebih dari sekedar dihormati. 22 Hal
tersebut menjadi salah satu aspek membedakan dengan Common LawSystem, dimana Civil
LawSystem tidak tunduk pada doktrin Stare Decisis, yang menganut paham presedent.
Karakteristik yang ketiga pada Civil LawSystem yakni dianutnya sistem lnkuisitorial
oleh peradilan. Maksudnya adalah dalam sistem ini hakim mempunyai peranan yang besar
dalam mengarahkan dan memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan
fakta hukum dan cermat dalam menilai alat bukti. Bahwa hakim Civil Lawberusaha dengan
keras untuk dapat menggambarkan peristiwa dari awal. Profesionalisme dan kejujuran hakim
sangat dijunjung teguh dalam sistem ini.
D. Karakteristik Common Law System
Jika pada Civil LawSystem mempunyai tiga karakteristik, maka pada Common LawSystem
juga ditemukan mempunyai tiga karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pada karakteristik pertama, yakni yurisprudensi sebagai sumber hukum utama dalam
Sistem Common Lawini merupakan produk hukum perkembangan hukum Inggris yang lupt
dari pengaruh Hukum Roman. Philip S.Jamet mengemukakan dua alasan mengapa
yurisprudense dianut dalam Common LawSystem
a. Alasan Psikologis, karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan perkara, ia
cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas putusannya dengan merujuk
kepada putusan yang telah ada sebelumnya daripada memikul tanggungjawab atas putusan
yang dibuatnya sendiri
b. Alasan praktis, diharapkan mengapa hadir putusan seragam karena hukum harus memiliki
kepastian daripada menonjolkan keadilan pada setiap kasus yang terjadi.
Doktrin tersebut, secara substansial mengandung makna bahwa hakim terikat untuk
mengikuti dan atau menerapkan suatu putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat
sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa. Hakim Pengadilan lnggeris, dengan
menerapkan doktrin ini otoritas Pengadilan bersifat hirarki, yaitu pengadilan yang lebih
rendah harus mengikuti putusan pengadilan yang lebih tinggi untuk kasus yang serupa.
Karakteristik yang ketiga pada Common Law, adalah adanya adversary system. Dalam
sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa masing-masing menggunakan lawyernya
berhadapan di depan hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi sedemikian rupa
dan mengemukakan dalil dan alat-alat bukti sebanyak-banyaknya di Pengadilan. Jadi yang
berperkara merupakan lawan antar satu dengan yang lainnya yang dipanglimai oleh
lawyersnya masing-masing
A. Kesimpulan
1. Civil LawSystem adalah Sistem Hukum yang dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental yang didasarkan Pada Hukum Romawi. Negara penganut Civil
Lawmenempatkan Konstitusi tertulis pada urutan tertinggi dalam hierarki
perundang-undangan dan selanjutnya diikuti oleh peraturan lain yang berada
dibawahnya. Hal ini berbeda dengan negara penganut Common Lawdimana
sistem hukumnya menganut doktrin stare decisis yang berarti bahwa dalam
memutus putusannya seorang hakim haruslah memutus perkara berdasar pada
prinsip hukum yang sudah ada berdasarkan putusan hakim lain dalam perkara
sejenis yang sebelumnya (preseden). Sehingga dapat terlihat dalam Common
Lawmendasarkan pada pentingnya yurisprudensi sedangkan pada Civil
Lawmengutamakan perundang-undangan sebagai sumber hukumnya. .
Karakteristik Civil LawSystem Civil LawSystem dapat dikemukakan karakterisknya
sebagai berikut :
1 . Adanya sistem kodifikasi
2. Hakim tidak terikat pada preseden atau doktrin stare decisis, sehingga undang-
undang menjadi rujukan hukumnya yang utama
3. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial.
BUKU Nurul Qamar. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan. Cetakan Pertama.
Makassar.Refleksi, 2010. Muladi. Demokrasi. Hak Asasi Manusi. Dan Reformasi Di
Indonesi. Habibie Center. Jakarta. Tahun 2002. Peter de cruz. Perbandingan
Sistem Hukum Commom Law. Civil Lawdan Socialist Law. Jakarta : Diadit Media,
2013. Roelof H. Heveman. 2002. The Legality of Adat Criminal Law in Modern
Indonesia. Jakarta: Tata Nusa. Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung:
Alumni. 1986. Sudarto. 1990, Hukum Pidana I. Cetakan ke-dua, semarang:
Yayasan Sudarto Fakultas Hukum UNDIP. JURNAL ELSAM. 2005. Asas Legalitas
KUHP Dalam Rancangan 2005. Posistion Paper Advokasi RUU KUHP Seri 1. Jakart
a. Jan Remmelink. 2003. Hukum Pidana: Komentar Atas PasalPasal Terpenting dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. INTERNET Iksan, Muhammad. Asas
Legalitas Dalam Hukum Pidana: Studi Komparatif Asas Legalitas Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Neliti.
https://media.neliti.com/media/publications/163598-ID-none.pdf, diakses pada 2
September 202. Part I : “Sejarah Asas Legalitas adalah Sejarah Perlawanan
terhadap Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hukum.
https://sthgarut.ac.id/blog/2019/10/03/part-i-sejarah-asas-legalitas-adalah-
sejarahperlawanan-terhadap-kesewenang-wenangan-dalam-penggunaan-hukum-
pidana/, diakses pada 25 September 2021. Sri Rahayu, Implikasi Asas Legalitas
Terhadap Penegakan Hukum dan
Keadilan.https://media.neliti.com/media/publications/43225-ID-implikasi-asas-
legalitas-terhadappenegakan-hukum-dan-keadilan.pdf. Diakses pada 26
September 2021.