Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

“PERBANDINGAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANATARA


CIVIL DAN COMMON LAW”

Dosen Pembimbing:

YULI INDARSIH. S.H.,M.H

Disusun Oleh :
ROMUL AJI PAMUNGKAS
NPM : C1A20.0029
Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM
SEMESTER 7 KELAS REGULER
UNIVERSITAS SUBANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi saya kesempatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, juga pada keluarga dan para sahabatnya
serta kita sebagai umatnya. semoga kita semua tetap berada dalam lindungan Allah SWT.

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk menunaikan tugas mata kuliah Perbandingan
Hukum Pidana Semester 7 dengan judul “Perbandingan system peradilan pidana antara civil law
dan common law”. Saya berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak
manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.

Saya menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini mungki belum sempurna dan
tedapat banyak kesalahan dan penyusunannya, saya mohon untuk bimbingan dan kritik serta
saran yang bersifat membangun. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami memohon, semoga
usaha ini merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................

C. Tujuan Makalah ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Civil Law dan Common Law ...........................................................

B. Perkembangan dan Penyebaran Common Law System………………………………………...


C. Karakteristik Civil Law System dan Common Law System……………………………………..
D. Karakteristik Common Law System………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ...................................................................................................

b. Daftar Pustaka ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah produk politik, dimana dalam proses perundang-undangan,

baik pembuatan maupun penafsirannya tidak berlangsung dalam konteks yang bebas nilai atau
netral dari pengaruh-pengaruh moral, agama, dan kepentingan-kepentingan politik.1 Artinya
terdapat latar belakang politik dan idiologis dibalik setiap produk perundang-undangan yang
dikeluarkan. Hukum ketenagakerjaan bukanlah jenis hukum yang netral dan independen,
sehingga diperlukan keterlibatan pemerintah sebagai upaya perlindungan terhadap
pekerja/buruh yang lemah kedudukannya.

Dilihat dari tradisi hukum yang dianut oleh suatu negara, pada dasarnya terdapat dua
macam tradisi hukum, yaitu tradisi hukum Anglo Saxon (Common Law Tradition) dan Eropa
Continental (Civil Law Tradition). Dalam Common Law Tradition, sumber hukum yang utama
adalah kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat serta perjanjian-perjanjian yang telah
disepakati para pihak. Sedangkan dalam Civil Law Tradition, peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Pemerintah merupakan sumber hukum yang utama. Tradisi common law
muncul di Inggris selama Abad Pertengahan dan diterapkan dalam koloni Inggris di seluruh
benua.

Tradisi civil law dikembangkan di benua Eropa pada saat yang sama dan diterapkan di
koloni-koloni dari kekuatan imperial Eropa seperti Spanyol dan Portugal. Civil law juga
diadopsi pada abad kesembilan belas dan kedua puluh oleh negara-negara yang sebelumnya
memiliki tradisi hukum yang berbeda, seperti Rusia dan Jepang, yang berusaha untuk
mereformasi sistem hukum mereka dalam rangka untuk mendapatkan kekuatan ekonomi dan
politik dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Untuk Amerika yang akrab dengan
terminologi dan proses hukum yang didasarkan pada common law Inggris, tradisi civil law
terasa asing dan membingungkan. Meskipun Inggris telah memiliki banyak ikatan budaya yang
mendalam dengan seluruh negara Eropa pada Abad Pertengahan, tradisi hukum yang
dikembangkan berbeda dari yang lain untuk sejumlah alasan historis. Salah satu perbedaan yang
paling mendasar adalah keputusan pengadilan dijadikan sebagai dasar tradisi hukum dari
common law dan keputusan legislatif sebagai dasar tradisi hukum dari civil law.
Common law pada umumnya tidak dikodifikasi. Ini berarti bahwa tidak ada kompilasi
komprehensif aturan hukum dan undang-undang. Sementara common law tidak bergantung
pada beberapa undang-undang yang merupakan produk keputusan legislatif, sebagian besar
didasarkan pada preseden, artinya keputusan hukum yang telah dibuat dalam kasus serupa
sebelumnya. Preseden ini dipelihara dari waktu ke waktu melalui catatan sejarah pengadilan
serta didokumentasikan dalam koleksi hukum kasus yang dikenal sebagai buku tahunan dan
laporan. Preseden ini diterapkan dalam keputusan setiap kasus baru yang ditentukan oleh hakim
ketua. Akibatnya, hakim memiliki peran besar dalam membentuk hukum di Amerika dan
Inggris.

Civil Law , hukum yang dikodifikasikan. Negara-negara dengan sistem civil law yang
komprehensif, kodifikasi hukum terus diperbarui antara lain hukum acara di pengadilan,
prosedur yang berlaku, dan hukuman yang sesuai untuk tiap pelanggaran. Kodifikasi seperti itu
membedakan antara berbagai kategori hukum: menetapkan hukum substantif yang tunduk pada
tuntutan pidana atau perdata, hukum acara menetapkan bagaimana menentukan apakah suatu
tindakan tertentu merupakan tindak pidana, dan hukum pidana menetapkan hukuman yang
sesuai. Dalam sistem hukum perdata, peran hakim adalah untuk menetapkan fakta-fakta kasus
dan untuk menerapkan ketentuan dari undang undang yang berlaku. Meskipun hakim sering
membawa tuduhan resmi, menyelidiki masalah ini, dan memutuskan kasus ini, ia bekerja dalam
kerangka yang dibuat oleh satu set kodifikasi hukum yang komprehensif. Keputusan hakim ini
akibatnya kurang penting dalam membentuk hukum perdata daripada keputusan legislator dan
sarjana hukum yang menafsirkan undang-undang. Uraian berikut menjelaskan akar sejarah
perbedaan-perbedaan ini.

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,
dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi dari Negara
tersebut. Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan
nasional, khusunya asas demokrasi, asas adil, dan merata. Hal ini dilakukan karena
pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multi dimensi dan terkait dengan berbagai pihak,
yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Oleh karenanya pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Karakteristik Civil Law dan Common Law ?


2. Bagaimana pengaturan Sistem Hukum pada Negara Penganut Civil Law dan
Common Law ?

C. Tujuan Makalah

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar


belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik civil law dan common law
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan system hukum pada negara
penganut civil law dan common law

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Civil Law dan Common Law


Awal abad 13 setelah terjadi setelah perubahan situasi terjadi perubahan
kehidupan di negara Eropa Kontinental yang menyebabkan adanya perubahan Hukum
yakni Hukum Romawi yang merupakan hukum materil dan hukum Kanonik yang
merupakan hukum procedural Sementara di lnggeris yang semula juga menganut
sistem hukum Jerman yang feodal, terluput dari pengaruh infiltrasi Hukum Romawi
(Roman Law System), sehingga di lnggeris yang berlaku adalah hukum asli pribumi.
Sistem Hukum yang berakar dan bersumber dari Hukum Romawi inilah yang disebut
dengan Civil LawSystem. Penyebutan Civil Lawini berasal dari asal muasal sumber
Hukum Romawi itu sendiri. Sumber Hukum Romawi semula bersumber dari karya
agung Kaisar Justinianus "Corpus Juris Civilis". Jadi kata Civil diambil dari kata Civilis.
Namun demikian dalam perkembangannya sistem hukum ini dianut secara masif oleh
Negara Eropa Kontinental, sehingga disebut dengan sistem Eropa Kontinental. Dari
penamaannya " Civil Lawsystem" dapat diketahui merupakan rujukan yang berasal dari
Corpus juris civilis, kata "civil is". Corpus juris civil is sebagai Kitab Hukum terdapat
empat bagian pokok yang diaturnya, sebagai berikut :
1. The Institute
2. The Digest
3. The Code
4. The Novels.
Bagian The Institute secara substansial merupakan prolog atau pengantar dari
Kitab Hukum Corpus Juris Civilis. Bagian The Digest memuat kumpulan berbagai aturan
dan kaidah hukum bangsa Romawi. Bagian The Code memuat ketentuan-ketentuan
tentang badan pembuat undang undang (legislasi) bangsa Romawi. Bagian The Novels
memuat aturan-aturan tentang legislasi yang dibuat setelah selesainya pembuatan The
Digest dan The Code Sebenarnya bagian terpenting dari empat bagian Kitab Hukum
tersebut, adalah pada bagian The Digest dan The Code, oleh karena pada bagian inilah
secara lengkap dan sistematik diatur berbagai-bagai aturan dan kaidah hukum serta
bagaimana cara kerja dari badan pembuat undang-undang.
Pembentukan hukum yang baru di Eropa Kontinental telahmmelalaui
perjalanan proses yang panjang dan kompleks. Sejarah perkembangannya tidak dapat
dilepaskan dengan factor-faktor ekonomi, politik, dan intelektual Eropa Barat. Pada
akhir abad XI sampai dengan memasuki awal abad XIV, terjadi divergensi sistem Civil
Lawyang berkembang di Eropa Kontinental, sementara Common Lawberkembang di
lnggris.10 Civil Lawyang dikembangkan di Jerman dan Perancis, menandakan
kebangkitan kembali hukum Romawi atau the Roman law system yang tertuang dalam
kodifikasi Corpus Juris Civilis. Sedangkan sebaliknya yang terjadi di lnggeris, ialah Raja-
Raja lnggeris menciptakan dan memberlakukan suatu sistem peradilan untuk
melaksanakan hukum Kerajaan.
B. Perkembangan dan Penyebaran Common Law System
Terjadi invasi oleh bangsa Normandia Pada 1006, invasi ini dilakukan dengan
membawa sekelompok administrator yang cakap dalam menjalankan tugas yang
diberikan kepadanya oleh mereka yang berkuasa (memiliki kekuasaan politik)
berdasarkan dengan hak penaklukan Dalam tradisi Feodal yang demikian, Inggris
disebut dengan Fief maksudnya adalah negeri yang dapat diwarisi dari seorang tuan
tanah sebagai imbalan atau kompensasi atas pengabdian kepada tuan tanah. Dengan
keadaan tersebut Paera Raja berfikir untuk membentuk suatu badan yang dapat
mempertahankan kekuasaan-kekuasaan mereka dalam hal pemerintahan.
Salah satu badan yang paling penting untuk mempertahankan dan
memperkuat kelanggengan kekuasaan pusat pemerintahan yang dikendalikan oleh
Raja adalah Pengadilan Kerajaan. Hal ini dilakukan oleh Raja Wiiliem dan para
penggantinya. Sebelum akhir aad xii , Penagadilan Kerajaan bersama dengan
Pengadilan-Pengadilan local merupakan institusi politik yang paling kuat dan disegani
di lnggris.
Pada masa Kekuasaan Raja Masa kekuasaan Pemerintahan Raja Henry II lnggris
melakukan reformasi dan strukturisasi peradilan dan hukum proseduralnya. Reformasi
tersebut, melahirkan perubahan yang berarti di bidang peradilan, yakni diaturnya
dasar-dasar bagi hakim kerajaan dan kompetensinya dalam mengadili perkara-perkara.
Hakim kerajaan diberi kewenanangan (kompetensi) untuk mengadili pada tingkat
pertama di seluruh kerajaan pada sengketa-sengketa tanah tertentu dalam lingkup
kerajaan, dan dintrodusirnya jury untuk perkara-perkara pidana dan perdata sebagai
modus pembuktian yang standar pada suatu pengadilan.
Pengadilan-Pengadilan local yang sebelumnya bekerja tidak professional
dengan penuh keberpihakan, telah diganti dengan Pengadilan-Pengadilan Kerajaan
yang bekerja lebih professional, sehingga menarik perhatian pihak yang berperkara,
bahwa Pengadilan dan hakim kerajaan yang dibentuk oleh Raja adalah jawaban yang
dinantikan oleh warga lnggeris untuk memecahkan masalah hukumnya. Kaitannya
dengan tradisi sejarah pemberdayaan hakim dan Pengadilan Kerajaan di kala itu di
lnggeris, maka Pengadilan Kerajaan ramai menangani perkara yang diajukan
kepadanya, sehingga dengan penetapan dan putusan pengadilan dijadikan sebagai
hukum yang harus ditaati dan dijalankan17 Oleh karane itu pada Common Law,
kegiatan hukum sangat terpusat di Pengadilan, berbeda dengan Civil Lawyang basis
kegiatannya adalah berada di Parlemen.
Common Law berkembang hingga negera jajahan Inggris, yakni Amerika
Serikat. Hukum yang pertama kali dibawa oleh bangsa lnggeris ke Amerika, bukan
hukum yang diterapkan di Pengadilan-Pengadilan Kerajaan lnggeris, melainkan adalah
hukum local yaitu berupa kebiasaan-kebiasaan masyrakat lnggeris.
Kebiasaankebiasaan masyarakat lnggeris itu disebutnya sebagai Remembered folk-law.
Hukum local lnggeris.
Sistem Hukum Amerika pada zaman Kolonial, terbentuk dari tiga unsur :
a. Remembered folk law
b. Hukum baru yang ditetapkan karena kebutuhan
c. Hukum yang dibuat atas dasar ideology para migrant/ pendatang.

Perbedaan Anglo Amerika dengan Common LawSystem lnggeris, dapat


diinventarisir sebagai berikut :

1. Amerika Serikat mengenal Konstitusi yang bersifat tertulis, sehingga hukum


tertinggi di Amerika adalah Konstitusi. Sementara di lnggeris tidak mengenal
Konstitusi yang sifatnya tertulis. Praktek ketatanegaraan lnggeris didasarkan atas
Convention.
2. Konstitusi Amerika Serikat menjadi rujukan atas undangundang, sehingga
bilamana terdapat undang-undang bertentangan dengan Konstitusi, maka undang-
undang itu harus dikesampingkan dan dianggap tidak berlaku.
3. Pengadilan-Pengadilan di Amerika Serikat memiliki kewenangan judicial review.
Pengadilan dapat menyatakan bahwa suatu ketentuan undang-undang tidak sah
apabila dipandang bahwa undang-undang itu bertentangan dengan Konstitusi.
Sementara di lnggeris kewenangan seperti itu tidak ditemukan. Yang ada yaitu
supremasi Parlemen. Apayang telah ditetapkan oleh Parlemen sebagai wakil rakyat
merupakan produk hukum tertinggi.
4. Amerika Serikat tidak sepenuhnya tunduk pada Doktrin Stare decisis, meskipun
Amerika dan lnggeris dua-duanya menganut doktrin tersebut, akan tetapi
hakim·hakim Amerika lebih berani menyimpangi doktrin itu yang biasa disebut
Distinguish. Yaitu dengan alasan terjadinya perubahan filosofis atas reasoning yang
melandasi putusan itu. Sementara di lnggeris tidak demikian halnya.
5. Amerika Serikat telah mengembangkan sistem kodifikasi hukum untuk pemenuhan
kebutuhannya baik terhadap pusat maupun negara-negara bagian, sementara di
lnggeris tidak demikian.

C. Karakteristik Civil Law System dan Common Law System


1. Karakteristik Civil Law System
Civil Law System dapat dikemukakan karakterisknya sebagai berikut :
a. Adanya sistem kodifikasi
b. Hakim tidak terikat pada preseden atau doktrin stare decisis, sehingga undang-
undang menjadi rujukan hukumnya yang utama
c. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial.

Pada Civil Lawadanya sistem kodifikasi dimaksudkan sebagai pendukung kepentingan


politik lmperium Romawi, disamping kepentingan-kepentingan lainnya diluar itu. Diketahui
bahwa wilayah kekuasaan lmperium Romawi melintasi Eropa Barat dan Timur, sehingga
kodifikasi diperlukan untuk menciptakan keseragaman hukum dalam dan di tengah-tengah
keberagaman hukum di wilayah imperium Romawi. Misalnya Perancis, sebelum meletusnya
revolusi ditemukan perbedaan hukum yang berlaku antara wilayah selatan dan daerah wilayah
utara. Hukum yang berlaku di daerah selatan disebut "Pays de droit ecrit" sedangkan di daerah
utara disebut "Pays de coutumes". Pays de droit ecrit, adalah daerah wilayah selatan Perancis
yang berlaku hukum tertulis yang bersumber dari Hukum Romawi Kekaisaran Romawi Barat
pada Abad V. Sedangkan Pays de coutumes, adalah daerah utara Perancis yang berlaku hukum
kebiasaan local yang beragam dan berbeda satu sama lainnya Revolusi Perancis yang meletus
pada 14 Juli 1789 dengan semboyan "Libertee, fraternitee dan egalitee" telah meluuh
lantakkan struktur institusi-institusi lama di Kerajaan Perancis, khususnya Parlemen yang
lansung dibubarkan. Perkembangan lebih baik terjadi pada masa Pemerintahan Konsulat
Tahun 1799-1804. Napoleon Banaparte sebagai Konsulat I Perancis mempunyai kekuasaany
ang luas dan ambisi untuk dapat disebut sebagai pembuat hukum (made law). Hingga akhirnya
pada 1804 di Perancis, maka diundangkanlah sebanyak 36 undang-undang yang terpisah-pisah,
kemudian dihimpun menjadi satu ke dalam satu kitab undang-undang yang disebut dengan
"Code Civils des Francais" yang terdiri atas 2281 pasal. Perancis, setelah berhasil dengan
kodifikasi "Code Civils" pertama tersebut, kemudian menindaklanjuti dengan empat kodifikasi
berikutnya yaitu:
a. Code de Proceedure Civil (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata)
b. Code de Commerce (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
c. Code Peenal (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
d. Code d' Instruction Criminelle (Ki tab Un Undang-Undang PedomanP enangananP
erbuatan Pidana).

Hakim Tidak Terikat Pada Presedent

Hal ini melekat pada sistem Civil Law, dimaksudkan bahwa Civil Law tidak dapat
dilepaskan dengan ajaran pemisahan kekuasaan yang telah mengilhami terjadinya revolusi
Perancis. Paul Scholten mengatakan bahwa maksud pengorganisasian organ-organ negara
Belanda tentang adanya pemisahan antar kekuasaan membuat undang-undang, keuasaan
peradilan dan sistem kasasi serta kekuasaan eksekutif, dan tidak dimungkinkannya kekuasaan
yang satu mencampuri urusan kekuasaan yang lainnya, adalah dengan cara itu, maka
terbentuklah yurisprudensi. mengemukakan bahwa iudiciandum est, putusan Hoge Raad atas
suatu sengketa hukum perlu dihormati, akan tetapi tidak lebih dari sekedar dihormati. 22 Hal
tersebut menjadi salah satu aspek membedakan dengan Common LawSystem, dimana Civil
LawSystem tidak tunduk pada doktrin Stare Decisis, yang menganut paham presedent.

Peradilan Menganut sistem lnkuisitorial

Karakteristik yang ketiga pada Civil LawSystem yakni dianutnya sistem lnkuisitorial
oleh peradilan. Maksudnya adalah dalam sistem ini hakim mempunyai peranan yang besar
dalam mengarahkan dan memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan
fakta hukum dan cermat dalam menilai alat bukti. Bahwa hakim Civil Lawberusaha dengan
keras untuk dapat menggambarkan peristiwa dari awal. Profesionalisme dan kejujuran hakim
sangat dijunjung teguh dalam sistem ini.
D. Karakteristik Common Law System

Jika pada Civil LawSystem mempunyai tiga karakteristik, maka pada Common LawSystem
juga ditemukan mempunyai tiga karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Utama

2. Dianutnya Doktrin Stare Decisis/SistemPrecedent

3. Adversary System Dalam Proses Peradilan

Pada karakteristik pertama, yakni yurisprudensi sebagai sumber hukum utama dalam
Sistem Common Lawini merupakan produk hukum perkembangan hukum Inggris yang lupt
dari pengaruh Hukum Roman. Philip S.Jamet mengemukakan dua alasan mengapa
yurisprudense dianut dalam Common LawSystem

a. Alasan Psikologis, karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan perkara, ia
cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas putusannya dengan merujuk
kepada putusan yang telah ada sebelumnya daripada memikul tanggungjawab atas putusan
yang dibuatnya sendiri

b. Alasan praktis, diharapkan mengapa hadir putusan seragam karena hukum harus memiliki
kepastian daripada menonjolkan keadilan pada setiap kasus yang terjadi.

Common Law berpenadapat bahwasannya menempatkan suatu undang-undang sebagai


acuan utama merupakan suatu perbuatan yang berbahaya karena aturan undang-undang itu
merupakan hasil karya kaum teoretisi yang bukan tidak mungkin berbeda dengan kenyataan
dan tidak sinkron dengan kebutuhan. Lagi pula dengan berjalannya waktu, undang-undang itu
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada, sehingga memerlukan interpretasi
pengadilan.

Dianutnya Doktrin Stare Decisis/Precedent

Doktrin tersebut, secara substansial mengandung makna bahwa hakim terikat untuk
mengikuti dan atau menerapkan suatu putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat
sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa. Hakim Pengadilan lnggeris, dengan
menerapkan doktrin ini otoritas Pengadilan bersifat hirarki, yaitu pengadilan yang lebih
rendah harus mengikuti putusan pengadilan yang lebih tinggi untuk kasus yang serupa.

Adversary System dalam Proses Peradilan

Karakteristik yang ketiga pada Common Law, adalah adanya adversary system. Dalam
sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa masing-masing menggunakan lawyernya
berhadapan di depan hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi sedemikian rupa
dan mengemukakan dalil dan alat-alat bukti sebanyak-banyaknya di Pengadilan. Jadi yang
berperkara merupakan lawan antar satu dengan yang lainnya yang dipanglimai oleh
lawyersnya masing-masing

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Civil LawSystem adalah Sistem Hukum yang dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental yang didasarkan Pada Hukum Romawi. Negara penganut Civil
Lawmenempatkan Konstitusi tertulis pada urutan tertinggi dalam hierarki
perundang-undangan dan selanjutnya diikuti oleh peraturan lain yang berada
dibawahnya. Hal ini berbeda dengan negara penganut Common Lawdimana
sistem hukumnya menganut doktrin stare decisis yang berarti bahwa dalam
memutus putusannya seorang hakim haruslah memutus perkara berdasar pada
prinsip hukum yang sudah ada berdasarkan putusan hakim lain dalam perkara
sejenis yang sebelumnya (preseden). Sehingga dapat terlihat dalam Common
Lawmendasarkan pada pentingnya yurisprudensi sedangkan pada Civil
Lawmengutamakan perundang-undangan sebagai sumber hukumnya. .
Karakteristik Civil LawSystem Civil LawSystem dapat dikemukakan karakterisknya
sebagai berikut :
1 . Adanya sistem kodifikasi
2. Hakim tidak terikat pada preseden atau doktrin stare decisis, sehingga undang-
undang menjadi rujukan hukumnya yang utama
3. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial.

2. Sedangkan Pada Common Law memiliki karakteristik yang berbeda yakni


1. Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Utama
2. Dianutnya Doktrin Stare Decisis/SistemPrecedent
3. Adversary System Dalam Proses Peradilan
Pada Civil Law System, Hukum Dikodifikasi menjadi suatu Hukum
Tertulis serta terdapat pemisahan secara tegas antara Hukum Publik dengan
hukum privat. Hal ini berbeda dengan Common Lawsistem dimana sistem
hukumnya didominasi oleh hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan melalui
putusan hakim . Selain itu pada Common LawSystem, pemisahan secara tegas
antara huku publik dan Hukum Privat tidak dinyatakan secara tegas. Namun
demikian sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaaan, dan peraturan
tertulis) tidak tersusun sistematis dalam hierarki tertentu sebagaimana yang
berlaku pada sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam Sistem Hukum ini
“peranan” yang diberikan kepada seorang hakim “tidak hanya” sebagai pihak yang
bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturanperaturan hukum saja, tetapi
hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan dan
menciptakan prinsip hukum yang baru atau disebut dengan yurisprudensi.
Daftar Pustaka

BUKU Nurul Qamar. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan. Cetakan Pertama.
Makassar.Refleksi, 2010. Muladi. Demokrasi. Hak Asasi Manusi. Dan Reformasi Di
Indonesi. Habibie Center. Jakarta. Tahun 2002. Peter de cruz. Perbandingan
Sistem Hukum Commom Law. Civil Lawdan Socialist Law. Jakarta : Diadit Media,
2013. Roelof H. Heveman. 2002. The Legality of Adat Criminal Law in Modern
Indonesia. Jakarta: Tata Nusa. Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung:
Alumni. 1986. Sudarto. 1990, Hukum Pidana I. Cetakan ke-dua, semarang:
Yayasan Sudarto Fakultas Hukum UNDIP. JURNAL ELSAM. 2005. Asas Legalitas
KUHP Dalam Rancangan 2005. Posistion Paper Advokasi RUU KUHP Seri 1. Jakart
a. Jan Remmelink. 2003. Hukum Pidana: Komentar Atas PasalPasal Terpenting dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. INTERNET Iksan, Muhammad. Asas
Legalitas Dalam Hukum Pidana: Studi Komparatif Asas Legalitas Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Neliti.
https://media.neliti.com/media/publications/163598-ID-none.pdf, diakses pada 2
September 202. Part I : “Sejarah Asas Legalitas adalah Sejarah Perlawanan
terhadap Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hukum.
https://sthgarut.ac.id/blog/2019/10/03/part-i-sejarah-asas-legalitas-adalah-
sejarahperlawanan-terhadap-kesewenang-wenangan-dalam-penggunaan-hukum-
pidana/, diakses pada 25 September 2021. Sri Rahayu, Implikasi Asas Legalitas
Terhadap Penegakan Hukum dan
Keadilan.https://media.neliti.com/media/publications/43225-ID-implikasi-asas-
legalitas-terhadappenegakan-hukum-dan-keadilan.pdf. Diakses pada 26
September 2021.

Anda mungkin juga menyukai