Anda di halaman 1dari 11

FENOMENA ...................................................

TERHADAP
PELAKU USAHA SOTO LAMONGAN DALAM
MEMPERKENALKAN ICON KULINER KHAS LAMONGAN DI
INDONESIA

Disusun Oleh Dhea Ayuning Kraton

SMA NEGERI 1 LAMONGAN


LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal karya ilmiah berjudul
“Fenomena........... Terhadap Pelaku Usaha Soto Lamongan Dalam
Memperkenalkan Icon Kuliner Khas Lamongan Di Indonesia” telah selesai
disusun.
Maksud penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan
memperkenalkan kuliner khas Lamongan di masyarakat Indonesia dengan
memanfaatkan pedagang soto di luar wilayah Lamongan. Oleh karena itulah,
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. H. Kiswanto S.Pd. M.Pd. selaku kepala SMA Negeri 1 LAMONGAN
yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.
2. Dra. Retno Suprih Jatiningsih, M.Pd. selaku guru pembimbing yang telah
banyak membantu peneliti dan melaksanakan penelitian.
3. Para karyawan perpustakaan yang telah memberi kemudahan untuk
peminjaman buku.
Akhirnya kritik dan saran sangat peneliti butuhkan. Hal ini tentunya demi
penyempurnaan langkah peneliti pada masa datang.

Lamongan, April 2019

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lamongan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur
yang memiliki banyak wisata kuliner, salah satunya adalah Soto
Lamongan. Soto Lamongan ini merupakan makanan tradisonal khas
Lamongan yang memiliki keunikan dibandingkan dengan soto lainnya
yaitu terletak pada serbuk krupuk udang yang sering disebut poya. Dengan
campuran poya tersebut, semakin menambah kenikmatan rasa yang
mengunggah selera para pecinta kuliner. Sehingga Soto Lamongan ini
sangat terkenal dan menjadi icon kota Lamongan. Soto Lamongan ini
sudah menyebar di berbagai tempat di Indonesia khususnya di seluruh
wilayah Jawa Timur.

Menurut Dennys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang


Budaya mengungkapkan bahwa, Soto adalah makanan cina bernama
caudo yang pertama kali dipopulerkan di Semarang. Lambat laun istilah
caudo berubah menjadi Soto. Sedangkan, dalam logat Makassar berubah
menjadi Coto dan orang Pengkalongan menyebutnya Tauto bahkan di
berbagai daerah menyebutnya Sauto. Hasil penelitian lain yang dilakukan
oleh Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani dengan
judul Menyantap Soto Melacak Jao To menemukan bahwa soto berasal
dari makanan China dalam dialek Hokkian yang bernama cau do. Arti
dari cau do sendiri adalah rerumputan jeroan atau jeroan berempah.
Menurut Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Lono
Simatupang mengemukakan bahwa Soto merupakan campuran dari
berbagai macam tradisi. Di dalamnya terdapat pengaruh lokal dan budaya
lain. mi atau soun misalnya berasal dari tradisi Cina karena hanya Cina
yang memiliki teknologi membuat mi atau soun. Ada pula yang
mengungkapkan bahwa kemungkinan soto juga mendapat pengaruh oleh
bangsa India misalnya penggunaan kunyit dalam pembuatan soto seperti
pembuatan kari dari India.

Konon orang Cina memiliki aturan dalam makan, seperti larangan


memakan daging kerbau, dan menyisahkan makan terutama nasi. Selain
itu, di wilayah Kudus dan sekitarnya memiliki larangan untuk memakan
daging sapi karena pengaruh budaya Hindu. Dalam budaya tersebut
menganggap bahwa sapi adalah hewan suci. Warisan Hindu di Indonesia
disimbolkan dengan pilihan daging ayam dan kerbau. Oleh karena itu,
soto terkenal dengan campuran daging ayam. Selain itu juga penyajian
nasi yang dicampur atau dipisah sesuai selera. Masyarakat Jawa sendiri
selalu menyajikan nasi sebagai makanan pokok dan mencampurnya
dengan soto dengan menambahkan serbuk koya. Serbuk koya tersebut
merupakan budaya kuliner Tionghoa peranakan yang banyak mendiami
berbagai daerah di Indonesia, termasuk juga daerah Lamongan.

Dalam proses penyebaran soto di berbagai daerah dipengaruhi oleh


penyebaran manusia dan melalui proses industri yang diikuti oleh upaya
lokalitas. Penyebaran Soto Lamongan sendiri tidak lepas dari pengaruh
penyebaran penduduknya, misalnya masyarakat Lamongan yang
memperkenalkan Soto Lamongan dengan berdagang masakan Soto
Lamongan di Surabaya atau Jakarta sehingga semakin banyak masyarakat
di daerah lain yang mengenal cita rasa masakan kuah kuning tersebut dan
semakin bertambah juga pengemar Soto Lamongan selain masyarakat
Lamongan sendiri. Selain itu juga berdampak baik pada kondisi ekonomi
mereka karena di kota besar seperti Surabaya dan Jakarta menjanjikan
keuntungan yang lebih besar daripada di Lamongan.
Menurut data dari website kompas.dom mengungkapkan bahwa
salah satu perkampungan arek Lamongan di Jakarta cukup besar tepatnya
di sekitar Pasar Kebayoran Lama yaitu sekitar 99,9% dari 400 warga
berasal dari Lamongan. Menurut hasil kajian sederhana Forum Silaturahmi
Putra Lamongan memperlihatkan bahwa tanah rantau generasi Lamongan
selain Jakarta adalah Kalimantan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta sekitar
40,9% dan Bali, Bangka Belitung, Jawa Barat, Riau, Sidoarjo, dan
Tangerang sekitar 9,1% sedangkan untuk wilayah lainnya hanya sekitar
4,6%. Selain itu, menurut data Forum Anak Lamongan mengungkapkan
bahwa pada tahun 2014, sekitar 3.000 orang yang mengikuti halal bihalal
di Jakarta, sebagian besar adalah pedagang Soto Lamongan. Hal tersebut
menunjukan pengaruh besar pedagang Soto Lamongan dalam penyebaran
kuliner Lamongan hingga melebihi jumlah pedagang Soto Lamongan di
wilayah Lamongan.
Oleh karena itu, Penelitian ini bermaksud untuk menganalisa
beberapa faktor yang terlibat dalam penyebaran Soto Lamongan di luar
wilayah Lamongan dengan membandingkan jumlah pedagang Soto
Lamongan di wilayah Lamongan.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa banyak pedagang Soto Lamongan yang berdagang di luar
wilayah Lamongan?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat apabila Soto Lamongan
menjadi kuliner andalan Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan alasan banyak pedagang Soto Lamongan
yang berdagang di luar wilayah Lamongan.
2. Untuk mendeskripsikan tanggapan masyarakat apabila Soto
Lamongan menjadi kuliner andalan Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui
proses penyebaran Soto Lamongan di luar wilayah Lamongan.
Secara praktis, hasil penelitian ini akan menjadikan pengaruh positif
dalam perkembangan ekonomi masyarakat Lamongan dan
pengembangan Soto Lamongan di seluruh daerah di Indonesia.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Soto Lamongan
Soto Lamongan adalah makanan khas
dari kota Lamongan, Jawa Timur. Soto
Lamongan sangat istimewah dibanding
dengan soto daerah lain, dikenal
dengan kuah kuning yang gurih. Cita
rasa tersebut diperoleh dari bubuk poya
yang terbuat dari kerupuk udang dan bawang putih goreng yang ditumbuk
halus hingga menjadi bubuk. Bisa juga dengan menambahkan taburan
selendri cincang. Ciri utama dari Soto Lamongan juga tidak jauh berbeda
dengan soto dari daerah lain yaitu menggunakan kunyit sehingga soto
disebut dengan makanan kuah kuning namun Soto Lamongan memiliki
kuah dengan menambahkan kaldu gurih dari daging ayam, baik ayam
negeri maupun ayam kampung. Selain daging ayam yang disuir-suir, isi
dalam mangkuk Soto Lamongan meliputi irisan kol, irisan tomat, irisan
telor rebus, dan suun yang sudah direbus. Suun lebih dikenal dengan soun
ataupun bihun. Soto Lamongan juga tidak hanya menggunakan bagian
daging saja, namun juga bagian kulit, cakar ayam, dan sayap ayam. Selain
itu juga bisa memesan bagian punggung dan rongkong.

B. Pedagang Soto Lamongan


Bisnis Soto Lamongan bisa menjadi
langkah awal dalam meningkatkan kondisi
ekonomi. Strategi yang tepat dan efisien
dapat dilakukan melalui promosi dari
mulut ke mulut karena kuliner khas
Lamongan ini memiliki banyak penggemar dari berbagai daerah, baik
kalangan remaja, anak-anak, ataupun dewasa. Selain itu, menjadi
Pedagang Soto Lamongan tidak terlalu membutuhkan banyak modal.
Sehingga semua orang dapat mencoba untuk memulai bisnis ini.
Umumnya Pedagang Soto Lamongan tersebar di berbagai daerah di
Indonesia sehingga Soto Lamongan begitu dikenal oleh masyarakat. Selain
itu, Soto Lamongan banyak disukai oleh Masyarakat sebagai menu
makanan favorit. Alasan yang paling mendasar adalah rasa Soto
Lamongan yang enak dan nikmat. Bumbu yang digunakan tidak mahal dan
juga mudah sekali untuk dibuat. Oleh Karena itu, Bisnis Kuliner satu ini
sangat dianjurkan.
Kunci sukses menjadi pedagang Soto Lamongan, selain pada rasa enaknya
juga perlu diperhatikan pada pelayanannya. Biasanya konsumen tidak suka
jika harus menunggu makanannya terlalu lama dan juga kebersihan tempat
makan. Cita rasa Soto Lamongan yang enak dengan pelayanan yang baik
akan dapat menjadi daya tarik konsumen membeli makanan.
Menurut data dari www.tokomesin.com memperkirakan bahwa pedagang
Soto Lamongan dapat memperoleh keuntungan Rp. 319.000,- per hari,
hanya dengan menjual 29 porsi dengan total investasi Rp. 5.382.000,- pada
tiga bulan pertama. Data tersebut diperoleh dengan menyesuaikan modal
dan biaya lainnya. Sehingga peluang bisnis Soto Lamongan ini sangat
menguntungkan.
C. ...........................
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tanggal : 7 Januari 2019 – 23 Januari 2019
Tempat : Perpustakaan Umum Kabupaten Lamongan
Keperluan : Pengumpulan literatur atau informasi, sumber dari
buku dan internet.
2. Tanggal : 24 Januari 2019 – 2 April 2019
Tempat : Pedagang Kaki Lima dan Pasar Lamongan
Keperluan : Melakukan Observasi
3. Tanggal : 3 April 2019 – 20 April 2019
Tempat : Ruang Perpustakaan SMA Negeri 1 Lamongan
Keperluan : Penyusunan makalah
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, Peneliti akan menggunakan Metode Literatur,
Metode Observasi , Metode Wawancara, dan Metode Angket.
1. Metode Literatur
Metode Literatur adalah metode yang digunakan peneliti untuk
mencari informasi mengenai judul penelitian. Dalam metode ini,
peneliti mencari informasi dengan media buku dan internet.
2. Metode Observasi
Dalam metode ini, peneliti akan melihat dan mengamati secara
langsung para pedagang Soto Lamongan baik di dalam wilayah
Lamongan maupun di luar wilayah Lamongan, serta tanggapan
masyarakat mengenai Soto Lamongan. Teknik Observasi yang
dilakukan peneliti ini adalah observasi partisipan yang berarti peneliti
terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
3. Metode Wawancara
Dalam metode ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
pedagang Soto Lamongan baik dengan PKL (Pedagang Kaki Lima)
ataupun depot, serta beberapa masyarakat setempat. Teknik wawancara
ini akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
mengenai Pengembangan Soto Lamongan sebagai icon kuliner khas
Lamongan.
4. Metode Angket
Dalam metode ini, peneliti akan memberikan angket kepada beberapa
responder yang terdiri dari dua tipe responder yaitu responder
penikmat Soto Lamongan dan responder pedagang Soto Lamongan.
Pada tipe pertama, responder terdiri dari Pelajar SMA Negeri 1
Lamongan, kalangan Mahasiswa, dan dari kelangan umum sedangkan
pada tipe kedua, responder terdiri dari pedagang Soto Lamongan di
wilayah Jawa Timur. Teknik angket ini digunakan peneliti untuk
menjawab rumusan masalah di penelitian ini. Di bawah ini akan
dibahas bentuk angket penelitian

ANGKET PENELITIAN
ANGKET PENIKMAT SOTO LAMONGAN
DI WILAYAH JAWA TIMUR

Nama Responder :
Alamat Responder :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status responder : Pelajar Mahasiswa Umum
PERTANYAAN:
1. Apakah anda menyukai Soto Lamongan?
Ya Tidak
2. Apa yang membuat anda menyukai atau tidak menyukai soto lamongan?
Harga Rasa Kualitas Lainnya
3. Pernahkah kamu menyicipi Soto Lamongan di wilayah Lamongan?
4. Pernahkah kamu menyicipi Soto Lamongan di luar wilayah Lamongan?
5. Menurutmu, manakah yang paling enak?
Di luar wilayah Lamongan Di dalam wilayah Lamongan
6. Setujukah anda jika Soto Lamongan menjadi kuliner andalan Indonesia?
Ya Tidak
Alasan:..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
ANGKET PENELITIAN
ANGKET PELAKU USAHA SOTO LAMONGAN
DI WILAYAH JAWA TIMUR
Nama Responder :
Alamat Responder :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia Responder : 20-29 tahun 30-40 tahun Lebih dari 40 tahun
PERTANYAAN:
1. Tahun berapa anda mulai bekerja sebagai pedagang Soto Lamongan?
.............................................................................................................................
2. Sudah berapa lama anda menjadi pedagang Soto Lamongan?
lebih dari lima tahun kurang dari 5 tahun
3. Mengapa anda memilih berjualan Soto Lamongan daripada menjual kuliner
Lamongan lainnya, seperti nasi boran?
Cepat Laku Modal terjangkau Mudah dibuat Lainnya (.................)
4. Mengapa anda memilih untuk berjualan Soto Lamongan di daerah ini?
Cepat laku Dekat dari rumah Lainnya (......................)
5. Bagaimana Pendapatan anda selama berjualan Soto Lamongan?
Lebih dari 3 juta/bulan Kurang dari 3 juta/bulan
6. Setujukah jika Soto Lamongan menjadi kuliner andalan Indonesia?
Ya Tidak
Alasan : ......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
https://phinemo.com/sejarah-soto-di-indonesia/ (diakses pada tanggal 15 April
2019, pukul 22:00)
http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-
penyebarannya-memang.html (diakses pada tanggal 15 April 2019, pukul
22:05)
https://travel.kompas.com/read/2014/02/17/1608582/lamongan.menyerbu.ind
onesia (diakses pada tanggal 15 April 2019, pukul 22:37)

http://www.tokomesin.com/peluang-usaha-soto-ayam-lamongan-dan-analisa-
usahanya.html (diakses pada tanggal 18 April 2019, pukul 22:09)

Anda mungkin juga menyukai