EKONOMI PARIWISATA
SOTO AYAM LAMONGAN
DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini
kami panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Soto Ayam Lamongan.
Adapun makalah Soto Ayam Lamongan ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya terbuka untuk menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa
melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar. Akhirnya
penyusun mengharapkan manfaat dari makalah Ekonomi Pariwisata tentang Soto Ayam
Lamongan, sehingga dapat memberikan manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
pra kata...............................................................................................................................i
daftar tabel........................................................................................................................iii
daftar gambar....................................................................................................................iv
bab 1. pendahuluan...........................................................................................................1
1.1 Profil Produk.............................................................................................................1
1.2 Sejarah dan budaya..................................................................................................1
1.3 Standar Resep Pembuatan.......................................................................................1
bab 2. analisis produk........................................................................................................3
2.1 model dan kurva permintaan...................................................................................3
2.2 model dan kurva penawaran....................................................................................4
2.3 keseimbangan pasar.................................................................................................4
2.4 nilai elastisitas..........................................................................................................5
2.5 konsep produksi.......................................................................................................6
2.6 analisis pasar............................................................................................................9
bab 3. kesimpulan............................................................................................................10
daftar pustaka..................................................................................................................11
daftar tabe
Tabel 1. Data Permintaan dan Penawaran Penjualan Lontong Kari...................................3
Tabel 2. Data Komponen Biaya Tetap................................................................................7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Permintaan Penjualan Lontong kari.......................................................4
Gambar 2. Kurva Penawaran Penjualan Lontong Kari........................................................4
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Menurut Dennys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya mengungkapkan
bahwa, Soto adalah makanan cina bernama caudo yang pertama kali dipopulerkan di Semarang.
Lambat laun istilah caudo berubah menjadi Soto. Sedangkan, dalam logat Makassar berubah
menjadi Coto dan orang Pengkalongan menyebutnya Tauto bahkan di berbagai daerah
menyebutnya Sauto. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ary Budiyanto dan Intan Kusuma
Wardhani dengan judul Menyantap Soto Melacak Jao To menemukan bahwa soto berasal dari
makanan China dalam dialek Hokkian yang bernama cau do. Arti dari cau do sendiri adalah
rerumputan jeroan atau jeroan berempah. Menurut Antropolog dari Universitas Gadjah Mada,
Dr. Lono Simatupang mengemukakan bahwa Soto merupakan campuran dari berbagai macam
tradisi. Di dalamnya terdapat pengaruh lokal dan budaya lain. mi atau soun misalnya berasal dari
tradisi Cina karena hanya Cina yang memiliki teknologi membuat mi atau soun. Ada pula yang
mengungkapkan bahwa kemungkinan soto juga mendapat pengaruh oleh bangsa India misalnya
penggunaan kunyit dalam pembuatan soto seperti pembuatan kari dari India.
Konon orang Cina memiliki aturan dalam makan, seperti larangan memakan daging kerbau,
dan menyisahkan makan terutama nasi. Selain itu, di wilayah Kudus dan sekitarnya memiliki
larangan untuk memakan daging sapi karena pengaruh budaya Hindu. Dalam budaya tersebut
menganggap bahwa sapi adalah hewan suci. Warisan Hindu di Indonesia disimbolkan dengan
pilihan daging ayam dan kerbau. Oleh karena itu, soto terkenal dengan campuran daging ayam.
Selain itu juga penyajian nasi yang dicampur atau dipisah sesuai selera. Masyarakat Jawa sendiri
selalu menyajikan nasi sebagai makanan pokok dan mencampurnya dengan soto dengan
menambahkan serbuk koya. Serbuk koya tersebut merupakan budaya kuliner Tionghoa
peranakan yang banyak mendiami berbagai daerah di Indonesia, termasuk juga daerah
Lamongan.
Dalam proses penyebaran soto di berbagai daerah dipengaruhi oleh penyebaran manusia dan
melalui proses industri yang diikuti oleh upaya lokalitas.
Soto Lamongan adalah makanan khas dari kota Lamongan, Jawa Timur. Soto Lamongan
sangat istimewa dibanding dengan soto daerah lain, dikenal dengan kuah kuning yang gurih.
Citarasa tersebut diperoleh dari bubuk koya yang terbuat dari kerupuk udang dan bawang putih
goreng yang ditumbuk halus hingga menjadi bubuk. Bisa juga dengan menambahkan taburan
selendri cincang. Ciri utama dari Soto Lamongan juga tidak jauh berbeda dengan soto dari
daerah lain yaitu menggunakan kunyit sehingga soto disebut dengan makanan kuah kuning
namun Soto Lamongan memiliki kuah dengan menambahkan kaldu gurih dari daging ayam, baik
ayam negeri maupun ayam kampung. Selain daging ayam yang disuir-suir, isi dalam mangkuk
Soto Lamongan meliputi irisan kol, irisan tomat, irisan telor rebus, dan soun yang sudah direbus.
Soun lebih dikenal dengan bihun. Soto Lamongan juga tidak hanya menggunakan bagian daging
saja, namun juga bagian kulit, cakar ayam, dan sayap ayam. Selain itu juga bisa memesan bagian
punggung dan rongkong.
1.3 Standar Resep Pembuatan
Resep Soto Lamongan
Bahan – bahan :
• 1 ekor ayam kampung segar ukuran sedang
2
• 3 batang serai yang dimemarkan
• 5 lembar daun salam
• 3 batang daun bawang segar. Cuci bersih kemudian potong sepanjang kurang lebih 1 sampai
1,5 cm
• 1 ruas jari orang dewasa lengkuas yang dimemarkan
• 5 lembar daun jeruk
• 1 sdm gula pasir
• 2 1/2 sdm garam
• 3,5 liter air bersih secukupnya
• Minyak secukupnya untuk menumis bumbu halus
3
• 8 buah kerupuk udang yang sudah digoreng
• 6 siung bawang putih ukuran sedang
Langkah – langkah
1. Pertama goreng kerupuk udang dan bawang putihnya.
2. Tumbuk atau haluskan semua bahan tadi sampai berbentuk bubuk.
Langkah – langkah
1. Rebus buah cabainya.
2. Uleg cabai dengan bawang putih dan beri sedikit garam dapur lalu sajikan.
4
5
BAB 2. ANALISIS PRODUK
Berdasarkan data pada tabel 1, diperoleh data bahwa harga dari satu buah porsi
lontong kari yang dijual yaitu Rp23.000 dengan permintaan setiap harinya bahkan
mencapai 100 unit, dan kuantitas produk yang ditawarkan kepada pembeli
biasanya 80 unit. Jika terjadi suatu hal seperti kenaikan harga bahan baku, maka
harga satu porsi dinaikkan menjadi Rp25.000 dan permintaan per harinya pun
menurun menjadi 60 unit, sedangkan sebagai produsen menawarkan produk
kepada konsumen meningkat dan mencapai 100 unit.
Dari data tabel 1, dapat diperoleh model atau fungsi dari persamaan
permintaan (demand), sebagai berikut :
P1 = Rp23.000 Q1= 100
P2 = Rp25.000 Q2= 60
P−P1 Q−Q 1
=
P 2−P1 Q 2−Q 1
P−23.000 Q−100
=
25.000−23.000 60−100
p−23.000 Q−100
=
2.000 −40
(P-23.000)(-40) = (Q-100)(2.000)
-40P + 920.000 = 2.000Q – 200.000
2.000Q = -40P + 920.000 + 200.000
2.000Q = -40P + 1.120.000
−40 P+1.120 .000
Q=
2.000
Q = -0,02 + 560
Model atau Fungsi Permintaannya Qd = -0,02P + 560 atau Qd = 560 – 0,02P
6
7
23.000
25.000
P
60
100
Gambar 1. Kurva Permintaan Penjualan Lontong kari
Q
2.2 model dan kurva penawaran
Berdasarkan data pada tabel 1, dapat diperoleh data untuk menentukan
model atau fungsi dari penawaran penjualan lontong kari, sebagai berikut :
P1= Rp23.000 Q1= 80
P2= Rp25.000 Q2= 100
P−P1 Q−Q 1
=
P 2−P1 Q 2−Q 1
P−23.000 Q−80
=
25.000−23.000 100−80
P−23.000 Q−80
=
2.000 20
(P-23.000)(20) = (Q-80)(2.000)
20P – 460.000 = 2.000Q – 160.000
2.000Q = 20P – 460.000 + 160.000
2.000Q = 20P – 300.000
20 P−300.000
Q=
2.000
Q = 0,01P – 150
Model atau Fungsi Penawarannya, Qs = 0,01P-150 atau Qs = -150 + 0,01P
23.0
25.0
00
00
P
0
8
10
0
Qd = -0,02P + 560
Qs = 0,01P - 150
Qd = Qs
-0,02P + 560 = 0,01P – 150
560 + 150 = 0,01P + 0,02P
710 = 0,03P
710
P=
0,03
P = 23.666,67
Q = -0,02P + 560
= -0,02(23.666,67) + 560
-473,3 + 560
86,7
Atau
Q = 0,01P – 150
= 0,01(23.666,67) – 150
236,67 – 150
86,7
Maka, untuk mencapai keseimbangan pasar pada penjualan lontong kari, Harga
yang diperoleh yaitu Rp23.666,67 dan kuantitas barangnya 86,7 atau dapat
dibulatkan menjadi 87 unit.
40 25.000
Ed= ×
−2.000 60
40
Ed= × 416,7
−2.000
Elastisitas Penawaran
9
ΔQ P
Ed= ×
ΔP Q
Lontong kari mula-mula dijual dengan harga Rp23.000 dan jumlah
penawarannya adalah 80. Lalu, terjadi kenaikan harga bahan baku sehingga harga
satu porsi lontong kari dinaikkan menjadi Rp25.000 dengan jumlah penawarannya
yaitu 100. Berikut ini merupakan perhitungan elastisitas penawarannya :
25.000−23.000 23.000
Es= ×
100−80 80
2.000 23.000
Es= ×
20 80
Es=100× 287,5
Elastisitas silang
Apabila permintaan beras perbulan 5 kg pada saat harga lontong kari satu
porsi Rp23.000. Maka pada saat harga satu porsi lontong kari Rp25.000,
permintaan beras turun menjadi 2 kg per bulan.
Δ Qx Py
Exy= ×
Δ Py Qx
2−5 23.000
Exy= ×
25.000−23.000 5
−3 23.000
Exy= ×
2.000 5
−69.000
Exy=
10.000
Exy = -6,9 (Exy < 0)
Beras dan Lontong Kari merupakan barang komplementer
Biaya Variabel
Biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap
peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap
penurunan aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung,
biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas
yang menimbulkan biaya. [ CITATION Dan16 \l 1057 ]
Berikut ini merupakan perhitungan biaya variabel terhadap pemjualan
lontong kari per 1 bulan :
1. Ayam kampung : Rp50.000 x 30 = Rp1.500.000
2. Jintan : Rp6.500 x 30 = Rp195.000
3. Santan Kelapa : Rp8.000 x 30 = Rp240.000
4. Garam : Rp1.500 x 30 = Rp 45.000
5. Serai : Rp1.500 x 30 = Rp45.000
6. Ketumbar : Rp2.500 x 30 = Rp75.000
7. Kayu Manis : Rp5.500 x 30 = Rp165.000
8. Minyak Goreng : Rp15.000 x 30 = Rp450.000
9. Kunyit : Rp1.000 x 30 = Rp30.000
10. Kemiri : Rp2.000 x 30 = Rp60.000
11. Jahe : Rp1.000 x 30 = Rp30.000
12. Cabai Merah : Rp8.000 x 30 = Rp240.000
13. Bawang Putih : Rp8.500 x 30 = Rp255.000
14. Bawang Merah : Rp9.000 x 30 = Rp270.000
15. Biaya Air dan Listrik : Rp15.000 x 30 = Rp450.000
Total Biaya Variabel per 1 bulan : Rp4.050.000,00
Profit
Omzet per bulan :
100 porsi x Rp23.000 = Rp2.300.000
12
2.300.000 x 30 = Rp69.000.000
Pengeluaran
Total Biaya Operasional = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel
Total Biaya Operasional : Rp3.448.853 + Rp4.050.000 = Rp7.498.853
13
DAFTAR PUSTAKA
(t.thn.).
Analia, D. (2020, Januari 6). Pengertian dan Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna. Diambil
kembali dari Jurnal.id: https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-ciri-ciri-
pasar-persaingan-sempurna/
Ardee. (2020, April 15). Lontong Kari, Sarapan Gurih dari Parahyangan. Diambil kembali
dari Indonesiakaya: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-
indonesia/detail/lontong-kari-sarapan-gurih-dari-parahyangan
Dekirty, X. (2019, Juni 28). Resep Lontong Kari Ayam Bandung yang Dapat Menggugah
Selera. Diambil kembali dari IDNTimes:
https://www.idntimes.com/food/recipe/xehi-dekirty/resep-lontong-kari-ayam-
bandung-exp-c1c2/3
Hambali, M. (2014, Juli 25). Asal Usul Lontong Kari. Diambil kembali dari NyonyaMelly:
https://www.nyonyamelly.com/blogs/news/14931793-asal-usul-lontong-kari
14