Ssmel
Buku
Putih
Sanitasi
Kabupaten Mukomuko
Provinsi Bengkulu
Disiapkan oleh
Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko
Dokumen Buku Putih Sanitasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Kelompok Kerja (POKJA) Sanitasi Kabupaten Mukomuko 0
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat serta Hidayah-
Nya saat ini telah tersusun Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Mukomuko. Buku ini disusun
dalam rangka mempersiapkan pembangunan sanitasi permukiman di Kabupaten Mukomuko agar
penanganan sanitasi dapat dilakukan secara lebih terencana, terukur, terintegrasi dan sistematis.
Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mukomuko ini dilakukan atas inisiatif jajaran Pemerintah
Kabupaten Mukomuko yang tergabung dalam Kelompok Kerja Sanitasi dengan difasilitasi oleh City
Fasilitator Kabupaten Mukomuko.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mukomuko merupakan potret kondisi sanitasi saat ini yang
menggambarkan tingkat layanan, potensi dan permasalahan sektor sanitasi di Kabupaten Mukomuko.
Sektor sanitasi yang tertuang di buku ini mencakup sub sektor air limbah domestik, limbah padat
(persampahan), dan drainase serta sepintas mengenai kondisi layanan penyediaan air bersih.
Pemerintah Kabupaten Mukomuko sangat menyadari bahwa Sanitasi merupakan salah satu aspek
pembangunan yang memiliki fungsi menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan
erat dengan derajat kesehatan, pola hidup, kondisi permukiman dan lingkungan.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
berkontribusi terhadap penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mukomuko ini. Besar harapan
kami akan adanya respon positif dari para pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas masyarakat di Kabupaten Mukomuko.
Semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan kekuatan agar kita dapat memberikan
kontribusi dan manfaat yang sebaik-baiknya bagi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Mukomuko secara keseluruhan.
Bupati Mukomuko
H. Ichwan Yunus
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 2
Daftar Tabel 4
Daftar Peta 8
Daftar Gambar 8
Daftar Grafik 9
Daftar Istilah 10
BAB I Pendahuluan 16
1.1. Latar Belakang 16
1.2. Landasan Gerak 17
1.3. Maksud Dan Tujuan 18
1.4. Metodologi 19
1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain 20
Grafik 3.1. umber Informasi Masyarakat Diluar Media Massa, Studi Komunikasi dan
Media Mukomuko 73
Grafik 3.2. Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi yang Pernah dihadiri Masyarakat ,
Studi Komunikasi dan Media Mukomuko 74
Grafik 3.3. Penyampaian pesan Informasi Masyarakat, Studi Komunikasi dan Media
Mukomuko 74
Grafik 3.4. ebiasaan CTPS pada 5 waktu penting Anggota Keluarga 75
Grafik 3.5. Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABs 76
Grafik 3.6. Akses Terhadap air Bersih 77
Grafik 3.7. Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah 78
Grafik 3.8. Grafik Pencemaran karena SPAL 78
Grafik 3.9. Grafik Tempat penyaluran akhir tinja 96
Grafik 3.10. Prosentase Keluarga yang Menggunakan Tangki Septik Suspek Aman dan
Tidak Aman
Grafik 3.11. Pengelolaan Sampah pada Rumah Tangga 118
Grafik 3.12. Praktek Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga 119
Grafik 3.13. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin 136
Grafik 3.14. Akses Terhadap air Bersih 148
Sampah spesifik
Adalah sampah yang meliputi:
Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun
Sampah yang timbul akibat bencana
Puing bongkaran bangunan
Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau
Sampah yang timbul secara tidak periodik
Kompos
Produk lumpur atau material lain yang teroksidasi secara thermophilic dan biologis
Komposter windrow
Metode pengomposan dengan pengudaraan menggunakan terowongan angin yang terbuat dari
bamboo
Landfill
Lahan pembuangan sampah yang menggunakan teknologi pembuangan sampah. Gunanya
untuk meminimalkan dampak lingkungan dan melindungi kualitas air (baik air permukaan
maupun bawah permukaan)
Leachate (Lindi)
Bagian cairan yang terpisahkan dari zat padat dari campuran sampah yang mengalir secara
gravitasi atau filtrasi
Open dumping
Sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup
Pengelolaan sampah
Kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
Komitmen untuk mewujudkan masyarakat Mukomuko sehat yang mandiri dan berkeadilan
merupakan visi pembangunan yang telah dinyatakan secara tegas oleh Pemerintah Kabupaten
Mukomuko dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Mukomuko 2011–2015. Kesungguhan komitmen ini sedang diwujudnyatakan dengan upaya untuk
memperbaiki kondisi layanan sanitasi yang dipandang sebagai titik awal strategis dalam upaya
menyehatkan dan memandirikan masyarakat Mukomuko, serta memperbaiki kondisi penyehatan
lingkungan di wilayah Mukomuko mulai tahun 2013 ini. Komitmen perbaikan sanitasi ini muncul
dengan dasar pemahaman bahwa sanitasi merupakan salah satu aspek pembangunan yang memiliki
fungsi yang sangat penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan
dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain pemahaman tersebut, upaya perbaikan sanitasi Kabupaten Mukomuko juga
dilakukan dalam rangka upaya berkontribusi pada capaian target pembangunan sanitasi nasional
yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014.
Saat ini masih terdapat gambaran fakta bahwa masyarakat di Kabupaten Mukomuko masih
kurang peduli terhadap arti penting hidup bersih dan sehat, serta peranan penyehatan lingkungan
dalam memperbaiki kualitas hidup mereka sendiri. Hal ini tercermin dari masih banyaknya
masyarakat yang menjalankan praktik buang air besar sembarangan (BABS) seperti di sungai
ataupun di kebun. Dalam kondisi ini masyarakat Mukomuko membutuhkan arahan strategis dari
pemerintah untuk dapat memperbaiki kondisi yang ada saat ini. Praktik-praktik pengelolaan sanitasi
yang ada saat ini tentulah diyakini sebagai kondisi yang berseberangan dengan upaya Pemerintah
Kabupaten Mukomuko untuk mencapai visi pembangunan yang ada di dalam RPJMD. Sehubungan
dengan itu, maka Pemerintah Kabupaten Mukomuko mengambil langkah kebijakan yang lebih konkrit
untuk menyusun rencana strategis pembangunan sanitasi yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan
bagi berbagai pihak untuk memperbaiki kondisi pengelolaan sanitasi di Kabupaten Mukomuko.
Upaya penyusunan rencana strategis ini diarahkan untuk dilakukan secara sistematis. Upaya
ini akan didahului dengan langkah pemetaan kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Mukomuko saat
ini yang real, komprehensif, dan akurat. Pemetaan pengelolaan sanitasi diyakini oleh Pemerintah
Kabupaten Mukomuko sebagai pemetaan yang komprehensif, yakni sebuah proses pemetaan yang
bukan hanya memperlihat sisi teknis pengelolaan sanitasi, melainkan juga sisi non-teknis lainnya
yang juga penting untuk dipertimbangkan dalam rangka perbaikan kondisi pengelolaan sanitasi di
Kabupaten Mukomuko. Selain itu upaya pemetaan akan diarahkan untuk dapat mendeskripsikan pola
pengelolaan yang dilakukan oleh seluruh pihak, baik Pemerintah Kabupaten, dan juga masyarakat di
Kabupaten Mukomuko. Proses ini diharapkan akan mampu menghasilkan informasi berupa profil
Pada saat ini Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Pemerintahan Kabupaten Mukomuko
telah terbentuk melalui SK Bupati Mukomuko No. 233 tertanggal 24 April 2013 yang berfungsi
sebagai unit koordinasi pembentukan dokumen Buku Putih Sanitasi. Adapun Empat Karakteristik
utama penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) meliputi :
1. Dari, oleh dan untuk kabupaten/kota
2. berskala kabupaten/kota
3. berdasarkan data empiris (aktual)
4. terintegrasi dan multisektor
Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah (sullage) dan
limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di
rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat.
Dengan wilayah Kabupaten Mukomuko seluas 4.036,7 km2, maka berdasarkan hasil Sensun
Penduduk Tahun 2010, kepadatan penduduk Kabupaten Mukumuko adalah 58,18 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di setiap kecamatan di Kabupaten Mukomuko sangat bervariasi.
Adapun Wilayah kajian dijelaskan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Mukomuko yang
meliputi 15 Kecamatan dan 151 Kelurahan/desa. Sedangkan kajian EHRA dilakukan melalui
Pembangunan yang telah dilaksanakan selama lima (5) tahun sebelumnya (periode 2006-
2010) telah menghasilkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat dan telah meletakkan landasan
yang kuat bagi Kabupaten Mukomuko untuk melanjutkan pembangunan yang akan datang.
Berdasarkan capaian yang telah diraih pada periode pembangunan sebelumnya, Pemerintah
Kabupaten Mukomuko mengupayakan terwujudnya pembangunan daerah yang dapat membawa
Kabupaten Mukomuko menjadi daerah yang tidak lagi tertinggal, dan sekaligus mampu membangun
landasan ekonomi yang kokoh bagi pembangunan ke depan.
Itikad peningkatan pembangunan ini dituangkan dalam Visi Kabupaten Mukomuko yang
tertuang dalam dokumen RPJMD 2011-2015, yaitu “Terbebasnya Kabupaten Mukomuko dari
Ketertinggalan Pada Tahun 2015 Menuju Terwujudnya Masyarakat yang Sejahtera”. Visi ini
dijabarkan ke dalam empat (4) hal pokok sebagai berikut:
1. Membangun Kabupaten Mukomuko sehingga tidak lagi merupakan salah satu daerah tertinggal
2. Mempersiapkan landasan pembangunan Kabupaten Mukomuko menyongsong pembangunan
jangka panjang
3. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui pengentasan kemiskinan dan pemerataan
pembangunan
4. Mewujudkan Kabupaten Mukomuko Hijau.
Adapun upaya untuk mewujudkan visi tersebut, diterjemahkan ke dalam Misi Kabupaten
Mukomuko sebagai berikut:
1. Melanjutkan Pembangunan ekonomi kerakyatan untuk pengentasan kemiskinan
2. Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi,
pembangunan ketahanan pangan, pengembangan industry dan pariwisata
3. Melanjutkan pembangunan sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan pendidikan dan IPTEK, kesehatan, social budaya, pemberdayaan perempuan,
pemuda dan olah raga serta pengelolaan kependudukan.
4. Melanjutkan pemanfaatan dan pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup untuk
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara optimal, dengan tetap
mengedepankan azas kelestarian dan berkelanjutan.
5. Memperkuat penegakan hukum dan tata kelola kepemerintahan untuk mendukung terciptanya
pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Maksud penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mukomuko adalah agar
Pemerintah Daerah mempunyai kerangka berpikir dan kerangka tindak yang strategis dalam
melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi secara komprehensif dan
berkelanjutan.
Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana bagi penentuan zona-zona
sanitasi yang akan dilakukan di tingkat kabupaten. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul
kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala
kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan rencana anggaran
perbaikan maupun peningkatan sanitasi di lingkungan Kabupaten Mukomuko. Pada masa mendatang
penerapan strategi serta pelaksanaannya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan.
Tujuan dari penyusunan dokumen Dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :
1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada dalam pengelolaan sanitasi di
Kabupaten Mukomuko
2. Menyediakan data dasar (baseline) yang akurat bagi penyusunan rencana strategis
pembangunan sanitasi serta kebijakan-kebijakan daerah terkait sanitasi yang akan disusun
kemudian di Kabupaten Mukomuko
1.4. Metodologi
Dalam penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi ini, dilakukan berbagai langkah kerja yang
berupaya mempertemukan pola pendekatan dari bawah (bottom up approach) dan juga dari atas (top
down approach). Langkah-langkah pendekatan dari bawah (bottom-up approach) yang dilakukan
dalam proses pengumpulan, analisis, serta finalisasi dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Mukomuko adalah sebagai berikut:
1) Penyamaan persepsi melalui pertemuan anggota pokja secara berkala dalam bentuk Focus
Group Discussion (FGD)
2) pengumpulan data dari berbagai SKPD Pemerintah Kabupaten Mukomuko, serta dialog dan
pertemuan dengan kelompok masyarakat yang sangat terkait dengan pengelolaan sanitasi
3) observasi langsung ke lapangan untuk meninjau tempat-tempat yang menjadi obyek survey
teknis, studi Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survey peran media dalam
pengelolaan sanitasi, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, serta survey
peran serta masyarakat, aspek jender dan kemiskinan dalam pengelolaan sanitasi.
Adapun metode pendekatan yang bersifat top down dalam proses ini dilakukan pada saat
pembahasan dan penentuan wilayah survey EHRA, serta penetapan area berisiko sanitasi.
Implementasi pendekatan ini mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Pertimbangan kebijakan RTRW Kabupaten Mukomuko yang telah disepakati di tingkat
Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan
dalam penentuan area survey EHRA.
Pertimbangan para kepala SKPD yang sangat terkait dalam pengelolaan sanitasii dijadikan
sebagai salah satu variabel dalam menentukan area berisiko sanitasi yang dituangkan di dalam
Profil Kondisi Sanitasi Kabupaten Mukomuko.
Sumber data dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banyuasin Meliputi
a. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penyusunan buku ini berasal dari hasil kajian studi antara
lain:
Environmental Health Risk Assessment (EHRA)
Survey Pemberdayaan Masyarakat, Jender & Kemiskinan (PMJK), Promosi Higiene
dan Sanitasi Sekolah
Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
Studi Komunikasi dan Pemetaan Media, dan
b.Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penyusunan buku putih ini antara lain meliputi
aspek profil umum dan data profil sanitasi yaitu antara lain :
Data profil Umum antara lain:
Geografis, Administratif & Geohidrologis
Demografis
Keuangan dan Perekonomian Daaerah
Sosial & Budaya
Tata Ruang Wilayah
Kelembagaan Daerah
Data Profil Sanitasi meliputi antara lain :
Data Teknis : Air Limbah, Persampahan dan Drainase Lingkungan)
Data Non Teknis :Aspek-aspek kelembagaan dan kebijakan, Keuangan,)
Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mukomuko yang akan digunakan sebagai dasar
bagi penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Mukomuko mengacu pada
RPJM Daerah Kabupaten Mukomuko dengan memperhatikan RPJM Nasional serta RPJMD Propinsi Bengkulu
Undang-Undang:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
5. Undang – Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
6. Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kedudukan Geografis Kabupaten Mukomuko terletak membujur dan sejajar di antara pantai
barat Sumatera di sebelah Barat dan gugusan Bukit Barisan di sebelah timur. Secara Astronomis
Kabupaten Mukomuko terletak pada koordinat 02016’32” sampai 03007’46” Lintang Selatan (LS) dan
101001’15,1” sampai 101051’29,6” Bujur Timur (BT).
Dari segi kewilayahan Kabupaten Mukomuko memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat.
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi, serta Kabupaten Rejang Lebong
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara.
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sungai-sungai tersebut mempunyai arti penting bagi masyarakat sebagai sumber air kebutuhan
domestik dan pengairan irigasi sawah, dan perikanan. Sumber irigasi yang terbesar berasal dari bendungan
yang cukup terkenal di Kabupaten Mukomuko, yaitu Bendungan Air Manjuto yang beroperasi sejak tahun
1989. Selain itu sungai-sungai tersebut secara ekologi berperan penting untuk pemeliharaan hidrologi rawa
dan lahan basah, dan sebagai sarana transportasi nelayan yang berada lebih dalam dari pesisir, serta tempat
berlabuh kapal atau perahu nelayan. Dari sungai-sungai besar tersebut semuanya mengalir ke arah Barat
Daya dan bermuara di Samudera Hindia.
2.1.2. Adminstratif
Luas wilayah Kabupaten Mukomuko adalah 403.670 Ha atau 4.036,7 km 2 dan luas wilayah
laut sepanjang pesisir pantai Barat Sumatera, dengan panjang pantai sekitar ± 98,2 Km, adalah
72.760 Ha atau 727,60 km2 (dihitung sejauh 4 Mil dari garis pantai).
Pada awal terbentuknya Kabupaten Mukomuko terdiri dari 5 Kecamatan, 84 Desa dan 1
Kelurahan. Sesuai dengan dinamika pembangunan Kabupaten Mukomuko, berdasarkan Perda
Kabupaten Mukomuko Nomor 8 Tahun 2005, telah terbentuk 10 Kecamatan baru dan penetapan
letak ibu kota kecamatan, sehingga menjadi 15 Kecamatan.
Pada tahun 2006, berdasarkan Perda Kabupaten Mukomuko Nomor 17, 18, 19, 20 dan 21
Tahun 2006 juga telah dibentuk 22 desa dan 2 kelurahan dan terakhir dengan Perda Kabupaten
Mukomuko Nomor 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, dan 24 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan Desa-desa dalam wilayah Kabupaten Mukomuko sehingga wilayah Kabupaten
Mukomuko per-31 Desember 2009 terdiri dari 15 Kecamatan, 148 Desa dan 3 Kelurahan.
Nama-nama Kecamatan, jumlah Desa/Kelurahan Luas wilayah, dan kedudukan ibu kota
kecamatan masing-masing ditunjukkan dalam Tabel sebagai berikut:
Wilayah adminitrasi Kabupatan Mukomuko dan cakupan wilayah kajian dipetakan pada peta di bawah
ini.
A. Topografis
Berdasarkan ketinggian tempat diatas permukaan laut, maka wilayah Kabupaten Mukomuko
mempunyai ketinggian dibawah 500 meter diatas permukaan laut sekitar 83,12%, hanya sekitar
16,88% yang memiliki ketinggian di atas 500 meter diatas permukaan laut.
B. Klimatologi
Keadan iklim Kabupaten Mukomuko umumnya seragam dengan curah hujan tinggi. Iklim di
Kabupaten Mukomuko tidak dapat dipisahkan dengan iklim di wilayah Provinsi Bengkulu secara
keseluruhan. Berdasarkan tipe iklim menurut kriteria Schmid dan Ferguson, Oldeman serta tipe iklim
menurut Koppen, iklim di Kabupaten Mukomuko adalah sebagai berikut :
a. Menurut Schmidt dan Ferguson, Kabupaten Mukomuko mempunyai tipe iklim A (sangat
basah)
b. Menurut Oldeman, Kabupaten Mukomuko mempunyai tipe iklim B
c. Menurut Koppen, Kabupaten Mukomuko mempunyai tipe iklim A dan B1
Iklim terbentuk dari unsur-unsur cuaca yaitu curah hujan (CH), hari hujan (HH), radiasi surya
(RS), penyinaran matahari (PM), suhu udara (SU), kelembaban relatif (KR) dan kecepatan angin (KA).
Curah hujan di Kabupaten Mukomuko selama periode tahun 1998 sampai tahun 2003
tercatat rata-rata 2.915 mm per tahun. Rata-rata hari hujannya adalah 126 hari dalam setahun atau
rata-rata 13,5 hari/bulan. Kelembaban udara berkisar antara 84%-90%, dan suhu udara berkisar
antara 24,30C–26,80C.
400
350
300
Skala unit satuan
CH
250
HH
200
RS
150 PM
100 SU
50 KR
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BULAN
2.2. Demografi
a) Jumlah dan Penyebaran Penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk Tahun 2010 Biro Pusat Statistik Kabupaten
Mukomuko, jumlah penduduk Kabupaten Mukomuko sementara tercatat sebesar 156.312 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 58,18 jiwa per km2. Komposisi Penduduk Mukomuko
tahun 2012 menurut jenis kelamin adalah sebesar 81.508 jiwa (52,14%) laki-laki dan 74.804 jiwa
(47’86%) perempuan, berarti perimbangan jenis kelamin (seks rasio) penduduk laki-laki dengan
perempuan di Kabupaten Mukomuko adalah sebesar 109. Hal ini mengambarkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih besar dari pada penduduk perempuan.
Dengan wilayah Kabupaten Mukomuko seluas 4.036,7 km2, maka berdasarkan hasil Sensus
Penduduk Tahun 2010, kepadatan penduduk Kabupaten Mukomuko adalah 58,18 jiwa/km 2.
Kepadatan penduduk di setiap kecamatan di Kabupaten Mukomuko sangat bervariasi, yang tertinggi
terdapat di Kecamatan XIV Koto yaitu 144,14 jiwa/km2 sedangkan terendah di Kecamatan Malin
Deman dengan kepadatan sebesar 5,57 jiwa/km2.
50 - 54 LAKI_LAKI
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
05 -09
0 - 04
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Mukomuko per tahun selama delapan tahun terakhir
yakni dari tahun 2009-2011 mengalami fluktuatif, dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya
sebesar 2,9%. Kondisi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu tersebut
diperlihatkan dalam tabel.
Dengan data kependudukan dan pertambahan penduduk tersebut diatas, maka dapat
dihitung rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu
tersebut, yaitu sebesar 2,9 persen. Dengan menggunakan angka rata-rata pertumbuhan sebesar itu,
maka proyeksi pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan dapat
diproyeksikan sebagai diperlihatkan pada tabel.
Air Rami 11.140 11.463 11.795 11.858 11.921 2.785 2.866 2.949 2.964 2.980 1.84 1.89 1.95 1.96 1.97 56.23 57.87 59.54 59.86 60.18
Malin Deman 6.934 7.135 7.342 7.381 7.420 1.734 1.784 1.836 1.845 1.855 1.14 1.18 1.21 1.22 1.22 35.00 36.02 37.06 37.26 37.46
Pondok Suguh 12.013 12.362 12.720 12.788 12.855 3.003 3.091 3.180 3.197 3.214 1.98 2.04 2.10 2.11 2.12 60.64 62.40 64.21 64.55 64.89
Sungai Rumbai 7.161 7.368 7.582 7.622 7.663 1.790 1.842 1.896 1.906 1.916 1.18 1.22 1.25 1.26 1.26 36.15 37.19 38.27 38.48 38.68
Teramang Jaya 10.757 11.069 11.390 11.450 11.511 2.689 2.767 2.848 2.863 2.878 1.77 1.83 1.88 1.89 1.90 54.30 55.88 57.50 57.80 58.11
Teras Terunjam 7.516 7.734 7.958 8.000 8.043 1.879 1.934 1.990 2.000 2.011 1.24 1.28 1.31 1.32 1.33 37.94 39.04 40.17 40.39 40.60
Penarik 22.356 23.005 23.672 23.798 23.924 5.589 5.751 5.918 5.949 5.981 3.69 3.80 3.91 3.93 3.95 112.85 116.13 119.50 120.13 120.77
Selagan Raya 9.076 9.339 9.610 9.661 9.712 2.269 2.335 2.403 2.415 2.428 1.50 1.54 1.59 1.59 1.60 45.82 47.14 48.51 48.77 49.03
Kota Mukomuko 16.381 16.856 17.345 17.437 17.530 4.095 4.214 4.336 4.359 4.382 2.70 2.78 2.86 2.88 2.89 82.69 85.09 87.56 88.02 88.49
Air Dikit 6.118 6.295 6.478 6.512 6.547 1.530 1.574 1.620 1.628 1.637 1.01 1.04 1.07 1.07 1.08 30.88 31.78 32.70 32.87 33.05
XIV Koto 12.110 12.462 12.823 12.891 12.960 3.028 3.116 3.206 3.223 3.240 2.00 2.06 2.12 2.13 2.14 61.13 62.91 64.73 65.07 65.42
Lubuk Pinang 13.693 14.091 14.499 14.576 14.653 3.423 3.523 3.625 3.644 3.663 2.26 2.33 2.39 2.41 2.42 69.12 71.13 73.19 73.58 73.97
Air Manjunto 9.689 9.970 10.259 10.313 10.368 2.422 2.493 2.565 2.578 2.592 1.60 1.65 1.69 1.70 1.71 48.91 50.33 51.79 52.06 52.34
V Koto 7.567 7.786 8.012 8.055 8.097 1.892 1.947 2.003 2.014 2.024 1.25 1.28 1.32 1.33 1.34 38.20 39.30 40.44 40.66 40.88
Berdasarkan hasi Pendataan Keluarga BKKB dan PP Kabupaten Mukomuko Tahun 2010, jumlah
keluarga yang tinggal di Kabupaten Mukomuko sebanyak 38.497 KK. Ditinjau dari segi tingkat
kesejahteraanya, paling banyak berada di posisi KS II yaitu 10.495 KK, sedangkan untuk tingkatan
kesejahteraan paling tinggi yaitu KS III Plus jumlahnya paling sedikit yaitu 807 KK.
Kondisi tingkat pendidikan dari setiap kepala keluarga yang ada di Kabupaten Mukomuko di
dominasi oleh tamatan SD-SMP yaitu sebanyak 23.227 KK, sedangkan tingkat pendidikan yang
jumlahnya paling rendah adalah tamatan Akademi maupun Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 1.630
KK. Dengan membandingkan data tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan, tampak bahwa
meskipun tingkat pendidikan di dominasi oleh tamatan SD-SMP namun tingkat kesejahteraanya bisa
mencapai tingkat KS II dan KS III dan bahkan mungkin KS III Plus.
Kehidupan dan kesejahteraan berkaitan dengan masalah kemampuan ekonomi. Berdasarkan hasil
pendataan keluarga tahun 2010 diperoleh informasi bahwa dari total jumlah 38.497 KK masih
terdapat kepala keluarga yang tidak punya pekerjaan atau tidak bekerja, yaitu sebanyak 1.582 KK.
Dari data diperoleh pula gambaran bahwa sebanyak 2.865 KK diperankan oleh para perempuan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku selama Tahun 2007-2009
menunjukkan kontribusi terbesar dari sembilan sektor tersebut berada pada sektor pertanian, disusul
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, kemudian sektor jasa, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor bangunan, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, sektor industri
pengolahan dan pada nomor urut terakhir adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Apabila dilihat
berdasarkan pertumbuhannya tidak selaras dengan besarnya kontribusi pada masing-masing sektor.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar namun sektor ini
Produk Domestik Regional Brutto (PRDB) Kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu 2005-
2009 mengalami kenaikan. Namun peningkatan PDRB ini berada pada kecenderungan (trend) yang
menurun. PDRB atas`harga berlaku naik dengan rata-rata kenaikan sebesar 10,68 persen/tahun.
Sementara PDRB atas dasar harga konstan meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 5,82
persen/tahun. Peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku relatif tinggi. Sementara peningkatan
PDRB atas dasar harga konstan berada pada tingkat moderat. Perkembangan PDRB atas dasar
harga berlaku diperlihatkan pada grafik dibawah ini.
Sementara itu, Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mukomuko dalam kurun tahun 2005
- 2009 mencapai rata-rata 5,07 %. Tingkat pertumbuhan ini berada di bawah pertumbuhan ekonomi
nasional yang tumbuh rata-rata sebesar 6 persen pada kurun waktu 2005-2008, tetapi berada di atas
pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2009 yang diperkirakan tumbuh hanya sebesar 4,3 persen.
Tingkat pertumbuhan yang relatif moderat ini perlu mendapat perhatian yang seksama karena masih
berada pada kecenderungan yang fluktuatif pada kisaran 4,5 - 5,6 persen serta berada dibawah
target pertumbuhan ekonomi nasional pada RPJM nasional 2010-2015 nanti, yakni sebesar 6,3-6,8
persen. Sementara itu, rata-rata penurunan inflasi di Kabupaten Mukomuko sebesar 25,97 %.
Di Kabupaten Mukomuko, empat sektor memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan yang cukup
tinggi antara 6 hingga 7,5 persen, yakni 1) Jasa sebesar 7,53 persen; 2) Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan sebesar 7,51 persen; 3) Bangunan sebesar 6,53 persen; dan sektor Pengangkutan
dan 4) Komunikasi sebesar 6,18 persen. Selanjutnya, tiga Sektor memiliki rata-rata tingkat
pertumbuhan antara 4 hingga 6 persen, yakni secara berturut-turut sektor 1) Industri pengolahan
sebesar 5,88 persen; 2) Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,82 persen; dan 3) sektor
pertanian sebesar 4,64 persen. Sementara sektor pertambangan; dan sektor Listrik, Gas dan Air
bersih memiliki tingkat pertumbuhan kurang dari 4 persen, yakni masing-masing 3,66 persen dan 3,13
persen.
Indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten Mukomuko selama empat tahun terakhir,
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 IPM Kabupaten Mukomuko adalah 68,56 maka pada
tahun 2007 sebesar 69,19. Untuk tahun 2008 IPM Kabupaten Mukomuko adalah sebesar 69,62,
sedangkan untuk tahun 2009 meningkat menjadi 70,11.
Komponen Pajak Daerah di kabupaten Mukomuko terdiri dari 6 jenis pajak. Dimana yang
memiliki kontribusi paling besar adalah pajak bahan galian C, pajak penerangan jalan, dan pajak
reklame. Sedangkan untuk retribusi daerah, Kaabupaten Mukomuko memiliki 3 jenis retribusi yaitu
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Dari ketiga jenis retribusi
tersebut, retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu yang paling banyak mendapatkan
pemasukan.
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah. Pembangunan tersebut harus
dilaksanakan secara serasi dan terpadu baik antar lembaga maupun antar sektor dengan perencanaan
pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif.
Pembiayaan pembangunan daerah dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dana untuk pembiayaan pembangunan daerah terutama digali dari sumber kemampuan sendiri
dengan prinsip peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah
daerah dipacu untuk meningkatkan kemampuan seoptimal mungkin di dalam membelanjai urusan rumah
tangga sendiri dengan cara menggali segala sumber dana yang potensial di daerah tersebut.
Sumber penerimaan daerah dapat berasal dari berbagai macam penerimaan namun demikian secara
garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Dari ketiga sumber penting penerimaan tersebut,
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting
bagi daerah karena pendapatan ini seluruhnya digali dan berasal dari daerah sendiri, oleh karena itu daerah
mempunyai wewenang penuh untuk memanfaatkan PAD ini sesuai kebutuhan prioritas daerah. Daerah yang
Dari tahun ke tahun Kabupaten Mukomuko yang terkenal dengan sebutan “Kapuang Sakti Ratau
Batuah” ini makin meningkatkan akselerasi pembangunan daerahnya. Hal ini tentunya harus didukung oleh
pembiayaan pembangunan yang memadai. Dimana program unggulan daerah selalu jadi tolak ukur dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian antara potensi penerimaan
dan alokasi pembiayaan pembangunan haruslah dapat dioptimalkan dan disinergikan, sehingga pada akhirnya
tujuan mensejahterakan rakyat dapat tercapai.
Realisasi pendapatan daerah dalam APBD tahun 2010 mencapai 397, 65 miliar Rupiah. Dari APBD
tersebut, komponen pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan (DAU, DAK serta bagi hasil pajak)
yang mencapai 79,02 persen atau 314,24 milyar rupiah. Sedangkan bagian penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah serta
pendapatan lain-lain yang sah adalah sebesar 9,03 milyar rupiah atau 2,27 persen. Sedangkan lain-lain
pendapatan daerah yang sah sebesar 74,37 milyar Rupiah atau sekitar 18,70 persen. Sementara untuk total
realisasi belanja APBD Kabupaten Mukomuko tahun 2010 mencapai 348,70 milyar rupiah. Pengeluaran
terbesar terjadi pada pos belanja tidak langsung yang meliputi: belanja pegawai, belanja bantuan sosial,
belanja tidak terduga, dan lainnya sebesar 185,01 milyar rupiah atau 53,05 persen dari total realisasi
pengeluaran, kemudian disusul oleh pos belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta
belanja modal) sebesar 163,69 milyar rupiah atau 46,95 persen dari total realisasi pengeluaran.
Komponen lain dari PAD, yaitu hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, di Kabupaten
Mukomuko, hanya merupakan pembagian dividen atas kepemilikan saham pemda di Bank Bengkulu.
Sedangkan komponen PAD yang terakhir yaitu berupa lain-lain PAD yang sah, di kabupaten
Mukomuko yang berupa pendapatan jasa giro, pendapatan denda dari pekerjaan bidang PU,
sumbangan pihak ketiga serta pendapatan lain-lain.
Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) di Kabupaten Mukomuko
Tahun 2008 - 2013 (Juta Rupiah)
Tahun
No. Realisasi Anggaran Rata2
2008 2009 2010 2011 2012 2013
I. PENDAPATAN
1. Pendapatan Asli Daerah 6.670 8.973 9.034 9.342 12.727 2.357 8.18
a. Pendapatan Pajak daerah 1.288 1.981 1.884 2.820 3.277 2.357 2.27
4. Dana Bagi Hasil Pajak dr. Provinsi dan 5.704 6.868 8.659 10.213 14.693 0 7.69
Pemda Lainnya
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau 0 0 0 0 0 0 0
Pemda Lainnya
Jumlah Pendapatan 333.602 384.100 397.650 365.732 477.982 402.946 393.67
II. BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung 198.517 227.339 261.268 57.597 227.173 186.781 193.11
a. Belanja Pegawai 125.141 150.317 183.502 210.361 195.485 169.062 172.31
b. Belanja Barang 33.212 44.361 38.766 57.597 71.959 49.467 49.23
c. Belanja Bunga 13.628 10.437 5.923 440 395.037 1.997 71.243
d. Belanja Hibah 500 5.659 10.561 4.983 3.530 1.728 4.490
e. Belanja Bantuan Sosial 7.060 5.563 2.987 5.034 4.256 31.500 9.400
f. Belanja bantuan Keuangan kepada
Prov./Kab./Kota dan Pem. Desa 16.126 9.619 18.419 16.415 22.837 12.027 15.91
g. Belanja Tidak Terduga 2.850 1.443 1.110 557 669 1.934 1.427
2. Belanja Langsung 92.271 154.152 86.720 1.066.855 233.333
a. Belanja Tanah 1.196 163 123.418 20.796
b. Belanja Peralatan dan Mesin 22.699 22.175 158.030 33.817
c. Belanja Bangunan dan Gedung 51.787 11.175 335.059 66.336
d. Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 63.032 47.158 418.702 88.148
e. Belanja Aset Tetap Lainnya 15.439 6.050 31.646 7.948
f.. Belanja Aset Lainnya 0 0
Jumlah Belanja 382.306 348.703 57.597 1.294.028 186.781 378.235
III. Surplus/(Defisit) 1.794 48.947 1.848 8.76
IV PEMBIAYAAN DAERAH
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 0 0 0 0
2. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan 20.643 562 22.548 7.292
Anggaran sebelumnya (SiLPA)
Jumlah penerimaan pembiayaan 20.643 562 22.548 7.292
V. Pengeluaran pembiayaan daerah
1. Penyertaan modal (Investasi) Pemerintah 0 2.000 4.000 1
daerah
2. Pembayaran pokok Utang 21.875 41.796 1.224 10.815
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 21.875 43.796 5.224 11.815
VI. Pembiayaan Netto (1.232) (43.234) (23.294) 34.039 (5.620)
Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja SKPD di Kabupaten Mukomuko Tahun 2009 - 2013 (Juta
Rupiah)
Rata2
Tahun
SKPD pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013
PU-CK 3.869 203 1.013 1.019 1.747 1.570
Investasi 3.869 203 1.013 1.019 1.747 1.570
Operasional/pemeliharaan (OM) 0 0 0 0 0 0
DisKes 1.570 94 25 76 150 125
Investasi 278 94 25 76 150 125
Operasional/pemeliharaan (OM) 0 0 0 0 0 0
KLH 823 651 1.106 1.804 659 1.008
Investasi 823 651 1.106 1.804 659 1.008
Operasional/pemeliharaan (OM) 0 0 0 0 0
BELANJA SANITASI (1+2+3) 5.355 1.261 2.144 2.899 2.556 2.87
Pendanaan investasi total
(1a+2a+3a) 5.355 1.261 2.144 2.899 2.556 2.87
Pendanaan OM (1b+2b+3b) 0 0 0 0 0 0
BELANJA Langsung 240.711 163.699 176.787 189.891 202.987 194.815
Proporsi belanja Sanitasi –
Belanja Langsung 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01
Proporsi investasi Sanitasi –
Total belanja Sanitasi 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Proporsi OM Sanitasi – Proporsi
Belanja Sanitasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber . Realisasi APBD, diolah
Dari data Besaran Perhitungan pendanaan sanitasi per kapita yang didapat, apabila
besarnya biaya pembangunan sanitasi Tahun 2010 adalah sebesar Rp.1,261 milyar. Bila kita hendak
menghitung biaya pembangunan sanitasi per kapita, maka kita harus memasukkan variable jumlah
penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Mukomuko yang diketahui dengan pasti jumlahnya adalah
jumlah penduduk tahun 2009 yaitu sejumlah 145.530 jiwa, sedangkan jumlah penduduk tahun 2010
dengan asumsi pertumbuhan penduduk 2,47% maka jumlah penduduk 149.125 jiwa. Dengan asumsi
Tabel 2.7. Belanja sanitasi Perkapita Kabupaten Mukomuko tahun 2008 - 2013
Tahun
Deskripsi Rata2
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Belanja Sanitasi
5.506 5.355 1.261 2.144 2.899 2.556 3.29
(p.Juta)
Jumlah Penduduk
142.047 145.550 149.125* 158.164 162.07 166.07 128.98
(jiwa)
Belanja Sanitasi
Perkapita 38.762 36.791 8.456 13.556 17.887 15.391 7.81
(Rp./Org/Thn)
Belanja Sanitasi Ideal
Perkapita Pertahun 52,00
52,000 52,000 52,000 52,000 52,000 52,000
(Rp.)**)
Belanja” Ideal” Sanitasi
7.386.444 7.568.600 7.754.500 7.946.036 8.142.303 8.343.418 7.856.883
Kab. (Rp.1.000);
*) Asumsi, dengan peningkatan 2,47% dari tahun 2009
**) Standar pembangunan sanitasi di negara berkembang menurut Bank Dunia
Jasa-
Lainnya, Jasa
19% ,
19% Industri
Pertanian,
12% Pengolahan,
14%
Hotel dan
Keuangan
Restoran , Bangunan ,
dan Sewa ,
12% 12%
. 13%
Tahun
Deskripsi
2008 2009 2010 2011 2012 2013
PDRB harga berlaku 1.129.618,5 1.228.879,4 1.401.941,7 1.588.623,4 1.758.288,4 1.946.073,6
PDRB harga
514.681,30 543.385,79 574.553,80 610.071,76 645.577.94 683.150.57
konstan
Pertumbuhan
5,44 5,58 5.74 6.18 6.49 6.82
Ekonomi (%)
Sumber : Kab. Mukomuko dalam angka 2012
Peta berikut (Peta 2.3) menyajikan informasi mengenai rencana pengembangan layanan
infrastuktur di Kabupaten Mukomuko.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Mukomuko dapat dikelompokkan menjadi dua (2) yakni:
1. Kawasan berfungsi Lindung
a. Kawasan hutan lindung
Kawasan hutan lindung didasarkan pada pertimbangan dan analisis dari Kepres nomor 32
tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung dan juga RTRW Provinsi Bengkulu.
b. Kawasan sempadan sungai
c. Kawasan sempadan pantai
d. Kawasan sempadan Danau
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan perkotaan
Renncana pemanfaatan kawasan pperkotaan diarahkan di lokasi Lubuk Pinang, Penarik dan
Ipuh. Kawasan ini difungsikan sebagai kegiatan utama non pertanian dengan memperhatikan
potensi rawan bencana, keamanan, kelancaran, kebersihan, dan ketertiban tanpa
mengkesampingkan kelengkapan perkotaan seperti ruang terbuka hijau, pos pelayanan
keamanan, drainase, jaringan jalan dan rambu-rambu lalu lintas, system persampahan, listrik
dan air bersih.
b. Kawasan pedesaan
c. Kawasan hutan produksi dan tanaman industri
Peta rencana pola ruang wilayah ini dapat dilihat dalam Peta 2.4 berikut ini.
Untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan antar kawasan/sub wilayah pembangunan yang ada di
Kabupaten Mukomuko, maka perlu ada suatu usaha pengembangan pusat-pusat yang dapat menjadi simbol
perkembangan daerah belakangnya. Pengembangan tersebut terarah untuk :
a. Mengusahakan agar simpul (pusat-pusat pelayanan) yang telah ditentukan sebagai pusat
pengembangan/pusat pelayanan dapat berfungsi sebagai penggerak kegiatan ekonomi
dan sosial dari tiap sub wilayah pembangunan.
b. Sejalan dengan pembangunan pusat-pusat pengembangan tersebut perlu diusahakan
adanya suatu keserasian perkembangan antar daerah perkotaan dan daerah pedesaan.
Jangkauan tiap pusat pelayanan diuraikan berdasarkan pendekatan fungsi kegiatan selama ini dan orientasi
pusat-pusat tersebut didasarkan pada pola pergerakan internal (antar wilayah di Kabupaten Mukomuko) dan
eksternal (antar wilayah kabupaten dalam Bengkulu).
Penentuan orientasi dan jangkauan pusat pelayanan juga didasarkan pada sistem hirarki kota yang terbentuk
serta berbagai kebijakan pembangunan yang kemungkinan membawa perubahan dinamika ruang, seperti:
Rencana pembangunan jembatan Air Selagan di pusat pengembangan perkotaan
Mukomuko
Kebijakan pengembangan Lubuk Pinang – Penarik – Ipuh sebagai Jantung Ekonomi
Mukomuko di masa yang akan datang
Rencana pengembangan pariwisata di Mukomuko
Pembangunan terminal C di Mukomuko
Secara umum, jangkauan pusat-pusat pelayanan dan orientasi pelayanan disajikan berikut
Kondisi ketersediaan guru di setiap sekolah sudah mendekati ideal dan proporsional, namun
ada mata pelajaran tertentu yang masih kekurangan tenaga pengajar, antara lain; BP/BK, Olahraga,
TIK, Fisika (IPA terpadu).
Khusus untuk sarana dan prasarana (fisik) sanitasi di lingkungan sekolah masih sangat
kekurangan. Secara umum perbandingan 40 siswa/kelas memerlukan satu unit WC. Dari tabel di
bawah ini, tampak perbandingan jumlah siswa dan jumlah toilet terlalu jauh di lingkungan Sekolah
Dasar (SD), namun perbandingan ini, di tingkat SMP dan SMA agak lebih baik. Kondisi peling berat
untuk tingkat pendidikan SD adalah masih ditemukan sekolah dasar yang belum memiliki sarana WC.
2.5.2 Budaya
Masyarakat Kabupaten Mukomuko secara historis merupakan komunitas beragam suku yang berasal dari
berbagai pelosok Nusantara. Adanya homogenitas tradisional Pagaruyung telah mengakibatkan bahasa
dan budaya masyarakat Mukomuko didominasi oleh Minangkabau. Melalui suatu proses akulturasi dan
asimilasi, bahasa dan budaya masyarakat Kabupaten Mukomuko pada akhirnya melahirkan keunikan
tersendiri yang mungkin menarik minat pemerhati budaya dan bahasa. Bahasa Mukomuko merupakan
variasi bahasa Minangkabau yang termasuk bahasa Melayu Kuno dengan campuran bahasa Inggris dan
Arab. Variasi bahasa ini semakin ke Selatan yakni dari Kecamatan Pondok Suguh sampai ke Kecamatan
Mukomuko Selatan serta Kecamatan Ketahun memiliki sedikit perbedaan logat, karena dipengaruhi oleh
bahasa Rejang dan rumpun ini dikenal dengan bahasa Pekal.
Dalam pola pewarisan, masyarakat Mukomuko mengikuti adat Minangkabau, yaitu dikenal
dengan garis Matriliniel walaupun pada prakteknya mengalami sedikit perubahan seiring dengan
pekembangan jaman. Pada umumnya penduduk Kota Mukomuko mempunyai adat istiadat yang tidak
mengikat dan sifatnya tidak menghambat pembangunan. Masyarakat Kota Mukomuko ini masih
berpegang pada kelompok kaum yang intinya mengatur aktivitas keagamaan dan pengaturan adat
istiadat.
Banyaknya penduduk pendatang dengan latar belakang adat istiadat yang berbeda (c.q.
permukiman transmigrasi) sedikit banyak telah mempengaruhi sikap penduduk Mukomuko,
diantaranya cenderung berkembang dalam bentuk masyarakat dengan pola percampuran sosial,
yakni dengan terbentuknya klas-klas sosial (kaum) dalam masyarakat, namun tetap dapat hidup
rukun secara bersama-sama.
2.5.3. Agama
Kerukunan umat beragama di Kabupaten Mukomuko sampai saat ini terjaga dengan baik.
Struktur penduduk menurut agama berdasarkan data dari Profil Kabupaten Mukomuko 2008-2009
menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Mukomuko adalah pemeluk agama Islam, yaitu
142.166.orang. Pemeluk agama Kristen (Protestan dan Katolik) menempati urutan kedua terbanyak
yaitu 6.633 orang. Selanjutnya pemeluk agama Hindu dengan jumlah 1.175 orang dan pada urutan
terakhir penganut agama Budha sebanyak 503 orang.
Islam,
142,166 ,
95%
Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Mukomuko terdiri dari 236 bangunan mesjid, 228 bangunan
mushola/langgar, 18 bangunan gereja, dan 3 vihara
Jumlah
keluarga
No. Kecamatan KPS Tidak Bekerja Jumlah KK
miskin
(KK)
1 Malin Deman 491 46 481 1.327
2 Penarik 1.299 128 766 5.100
3 Ipuh 404 - 1.422 4.280
4 Pondok Suguh 477 110 541 2.847
5 Sungai Rumbai 592 224 804 1.884
6 Kota Mukomuko 133 90 948 3.445
7 Air Dikit 356 46 233 1.375
8 XIV Koto 843 68 1.032 2.632
9 Teras Terunjam 140 57 655 1.593
10 Lubuk Pinang 364 97 665 3.222
11 Air Manjuto 909 43 749 2.373
12 Air Rami 940 84 583 2.700
13 Teramang Jaya 409 107 312 2.242
14 V Koto 719 - 583 1.454
15 Selagan Raya 342 82 507 2.023
Jumlah 8.418 1.182 10.281 38.497
Persen 22 3 27 100
Sumber : BKBPP dan Lampiran II SK Bupti Mukomuko No. 259 (diolah)
Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi rumah, hasilnya sebanyak 34,68 %
dinyatakan sebagai rumah sehat. Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Mukomuko sebagian
besar rumah kondisinya tidak memenuhi syarat kesehatan antara lain tidak memiliki jamban, saluran
pembuangan air limbah, tidak memiliki tempat pembuangan sampah, serta mengkonsumsi air yang
belum memenuhi syarat kesehatan. Selain itu belum memiliki ventilasi udara dan pencahayaan yang
cukup sehingga sirkulasi udara cukup untuk membuat rumah menjadi sehat untuk dihuni.
Selengkapnya data Prosentase rumah sehat berdasarkan kecamatan Kabupaten Mukomuko tahun
2010 dapat dilihat pada table berikut:
SEKRETARIAT DAERAH
SEKRETARIAT DPRD
Berdasarkan beberapa Peraturan Bupati Mukomuko Nomor 3 Tahun 2010 tentang Uraian
Tugas Dinas Daerah, dan Peraturan Bupati Mukomuko Nomor 4 tahun 2010 tentang Uraian Tugas
Lembaga Teknis Daerah, serta praktik lembaga non-pemerintah di Kabupaten Mukomuko,
penyelenggaraan urusan sektor sanitasi dan PHBS saat ini merupakan urusan yang diselenggarakan
oleh beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Secara lebih jelas peta penyelenggaraan
urusan sektor sanitasi dan PHBS di Kabupaten Mukomuko tergambar di bawah ini.
BADAN KOORDINASI
BADAN PERENCANAAN BADAN PEMBERDAYAAN
KELUARGA BERENCANA DINAS KANTOR LINGKUNGAN
DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DAN DINAS KESEHATAN
DAN PEMBERDAYAAN PEKERJAAN UMUM HIDUP
DAERAH PEMERINTAHAN DESA
PEREMPUAN
Bidang Pemberantasan
Bidang Cipta Karya Penyakit dan Penyehatan Seksi Hukum,
Bidang Perencanaan Bidang Sumber Daya Alam Bidang Penggerak Bidang Pertamanan Lingkungan Pengawasan, dan
Fisik dan Prasarana dan Teknologi Tepat Guna Masyarakat Bidang Farmasi dan Pemantauan Lingkungan
dan Kebersihan
Sumber Daya Kesehatan
Catatan:
Pada bagan di atas terlihat bahwa penanganan sanitasi di Kabupaten Mukomuko dikelola oleh 6
(enam) SKPD, yang terdiri dari:
5 (lima) unit SKPD dengan tingkatan organisasi eselon II, yaitu Bappeda, Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Koordinasi Keluarga Berencana, dan
Pemberdayaan Perempuan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan.
1 (satu) unit SKPD dengan tingkatan organisasi eselon III, yaitu Kantor Lingkungan Hidup.
Gambaran organisasi masing-masing SKPD yang terlibat dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten
Mukomuko, dapat tersaji dalam bagan-bagan struktur organisasi di bawah ini.
KEPALA BADAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
Subbidi Anggaran Subbid Perencanaan Subbid Perencanaan Subbid Penelitian dan Subbid Pengolahan
dan Perbendaharaan Fisik Ekonomi Pengembangan Data elektronik
UPT
Kondisi jumlah Bidang yang ada dalam struktur Bappeda saat ini masih belum sesuai
dengan ketentuan pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Saat ini Bappeda Kabupaten Mukomuko memiliki 5 (lima) unit Bidang.
Kondisi tersebut saat ini belum sesuai dengan ketentuan pasal 30 yang menyatakan bahwa
batasan jumlah maksimal unit Bidang yang dapat dibentuk dalam Bappeda sebagai lembaga
teknis daerah adalah 4 (empat) Bidang.
Sehubungan dengan fokus tugas Seksi ini yang tidak terbagi dengan penanganan urusan
lainnya, maka Seksi ini dapat menjalankan upaya pengelolaan sampah secara cukup lengkap.
Bahkan dalam rincian tupoksi yang ada Seksi ini juga memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi. Hal positif yang telah ada dengan penyerahan urusan sampah pada Seksi yang khusus
menanganan kebersihan ini adalah adanya potensi perancangan program dan anggaran yang
lebih luas untuk pengelolaan sampah di Kabupaten Mukomuko.
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
Seksi Permukiman,
Seksi Anggaran dan Seksi Sungai, Danau, Penataan Bangunan, dan
Seksi Jalan Seksi Pertamanan Seksi Energi
Perbendaharaan dan Pantai Jalan Lingkungan
UPT
Secara umum dalam hal penataan struktur Bidang, kondisi jumlah Bidang yang ada
dalam struktur Dinas Pekerjaan Umum saat ini belum sesuai dengan ketentuan pasal 29
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Saat ini Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Mukomuko memiliki 6 (enam) unit Bidang. Kondisi tersebut saat ini
belum sesuai dengan ketentuan pasal 29 yang menyatakan bahwa batasan jumlah maksimal
unit Bidang yang dapat dibentuk dalam Dinas Pekerjaan Umum sebagai dinas daerah adalah 4
(empat) Bidang.
3. Dinas Kesehatan
Dalam penanganan sanitasi, Dinas Kesehatan berperan dalam penanganan penyehatan
lingkungan, serta pembinaan pada masyarakat dalam rangka mengupayakan pola perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), serta pola penanganan sarana sanitasi yang sehat dan baik. Dalam
Dinas ini, penanganan tugas tersebut dilakukan oleh Seksi Kesehatan Lingkungan, Bidang
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, serta Seksi Promosi dan Peran Serta
Masyarakat, Bidang Farmasi, dan Sumber Daya Kesehatan.
Peran Seksi Kesehatan Lingkungan dalam hal mengupayakan pola PHBS, dan
penanganan sarana sanitasi yang sehat dan baik adalah sebagai berikut:
menyiapkan kebijakan, bimbingan, pembinaan, serta petunjuk teknis dalam hal penyehatan
lingkungan permukiman (termasuk di dalamnya pola penanganan individu dan keluarga dalam
hal pengelolaan limbah cair, sampah, dan drainase lingkungan)
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi kegiatan penyehatan
lingkungan permukiman.
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
BIDANG PEMBERANTASAN
BIDANG FARMASI, SUMBER
BIDANG KEUANGAN BIDANG YANKESMAS PENYAKIT DAN
DAYA KESEHATAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
Seksi Anggaran dan Seksi Pelayanan Seksi Pemberantasan Seksi Farmasi dan Obat
Perbendaharaan Dasar Penyakit Makanan dan Kosmetika
UPT
Keterkaitan SKPD ini dalam penanganan sanitasi tampak dalam pelaksanaan kerja Seksi
Sarana dan Prasarana tentang Pedesaan dan Kerjasama tentang Pedesaan. Bentuk nyata dari
keterlibatan kerja Seksi ini dalam penanganan sanitasi adalah dalam upaya pengenalan
teknologi pengelolaan sanitasi yang dapat dan perlu dikelola secara mandiri oleh masyarakat di
wilayah pedesaan, serta pada saat pembentukan dan pembinaan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang memang sangat dibutuhkan guna memastikan operasionalisasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi dapat berjalan secara berkesinambungan di
wilayah pedesaan Kabupaten Mukomuko
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
UPT
Keterlibatan Subbid ini dalam upaya mendorong kinerja pengelolaan sanitasi di wilayah
Kabupaten Mukomuko dijalankan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pembinaan
pada kelompok-kelompok keluarga berencana yang ada di wilayah pedesaan maupun
perkotaan, yang mayoritas adalah perempuan, dalam rangka:
meningkatkan kesadaran tentang pola pengelolaan sarana sanitasi yang aman bagi
kesehatan kaum perempuan
meningkatkan kesadaran perempuan untuk mampu terlibat dalam proses perencanaan
pembangunan, serta pemeliharaan sarana sanitasi di wilayah mereka, agar sarana yang
terbangun benar-benar dapat diakses oleh mereka.
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
UPT
Dengan posisi eselon demikian, maka dalam praktik institusi ini masih mengalami
kesulitan dalam upaya untuk mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, serta
mengendalikan upaya pengelolaan lingkungan (termasuk pengelolaan sanitasi) yang dilakukan
oleh SKPD lain yang berada dalam posisi eselon yang lebih tinggi (Dinas dan atau Badan), yaitu
eselon II. Selain itu, hasil temuan pengawasan yang dilakukan oleh institusi ini menjadi kurang
KEPALA KANTOR
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
UPT
B Tim Teknis
a. Bidang Teknis
- Kabid Fispra Bappeda Anggota Tim Teknis 1
- Kabid Cipta Karya Dinas PU Anggota Tim Teknis 1
C Tim Sekretariat
- Bappeda 1
- Bappeda 1
Sumber : BPS kabupaten Mukomuko, 2011
2 Tim Teknis
a. Bidang Teknis
- Kabid Fispra
Bappeda
- Kabid Cipta Karya
Dinas PU
- Kabid Pertamanan
dan Kebersihan
Dinas PU
- Kasi sanitasi, Air
Bersih dan drainase
Dinas PU
- Kasi Permukiman,
Penataan bangunan
3 Tim Sekretariat
- Bappeda
Sumber : BPS kabupaten Mukomuko, 2011
Berdasarkan studi data sekunder, dapat digambarkan kondisi umum sanitasi Kabupaten
Mukomuko sebagai berikut :
1) Sebanyak 45.426 jiwa atau 29% dari 156.132 jiwa penduduk kabupaten Mukomuko belum
memiliki akses terhadap Air Minum, Sanitasi Dasar dan Stop Buang Air Besar Sembarangan
(BABS).
2) Baru 58 desa dari 152 desa di Kabupaten Mukomuko, ikut program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dan telah dinyatakan Stop BABS.
3) Sebanyak 71% atau 110.886 jiwa yang memiliki akses sanitasi dasar, seluruhnya, atau
18.481 KK, memakai jenis jamban keluarga leher angsa. Dari jumlah tersebut baru 47,1%
keluarga yang telah memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
4) Hasil kegiatan penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU) berupa Hotel, sarana sekolah dan
saranan pelayanan kesehatan, dari 215 TTU yang ada di Kabupaten Mukomuko, terdapat
214 atau 99,5% memenuhi syarat kesehatan.
5) Data yang terhimpun dari laporan pengamatan oleh pengelola program kesehatan lingkungan
terhadap 39.247 KK yang diamati di 16 Puskesmas se-Kabupaten Mukomuko, terdapat
3.244 KK (8,27%) telah mengakses air bersih yang berasal dari ledeng, 186 KK (0,47%)
mengakses sumur pompa tangan (SPT), dan 23.020 KK (58.65%) memanfaatkan air bersih
dari sumur gali (SGL), 1.333 KK (3.4%) menggunakan sarana penampungan air hujan
(PAH), 10.816 KK (27.56%) menggunakan sarana lainnya.
6) Prosentase jumlah keluarga yang memiliki Rumah Sehat sebesar 34,68%.
7) Dari pola 10 penyakit terbanyak berbasis Puskesmas penyakit ISPA menduduki peringkat
terbanyak sebanyak 11.819 kasus atau 31% dari seluruh kasus, disusul peringkat kedua
diare 4.303 kasus atau 11% dari seluruh kasus.
8) Angka Kematian Bayi di Kabupaten Mukomuko berdasarkan data dari laporan Puskesmas
pada tahun 2010 tercatat sebesar 5.9 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan AKB tahun 2009 yaitu sebesar 11.8 perseribu kelahiran
hidup. Angka ini dibawah estimasi BPS sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.
9) Angka Kematian Ibu Melahirkan pada tahun 2010 di Kabupaten Mukomuko tercatat sebanyak
1 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup 3.397 maka jumlah Angka
Kematian Ibu Melahirkan sebesar 0,29 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 3 orang.
10) Volume sampah yang dihasilkan di kota Mukomuko pada tahun 2011 sebanyak 30 m 3/hari.
Dari volume sampah sebanyak itu, sekitar 75% diangkut ke TPS yang berada di Kelurahan
Tabel 3.1. Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Mukomuko, Tahun 2007-2013
(Rp. juta)
No Belanja Sanitasi (Rp. Juta) Rata-rata
Uraian Pertumbu
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 han
1 BELANJA SANITASI
0 0 0 0 0 329 400 104
(1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4)
1.1 Air Limbah Domestik 0 0 0 0 0 0 0
1.2 Sampah rumah tangga 0 0 0 0 0 329 0 47
1.3 Drainase lingkungan 0 0 0 0 0 0 400 57
1.4 PHBS 0 0 0 0 0 0 0
2 Dana Alokasi Khusus 14.310 5.506 5.355 1.261 2.144 2.899 2.556 4.862
2.1 Dinas Kesehatan 301 978 278 94 25 76 150 272
2.2 1.282 531 1.208* 964 1.106 1.804 659 1.079
Kantor Lingkungan Hidup
2.3 12.727 3.997 3.869 203 1.013 1.019 1.747 3.511
Dinas PU
3 Pinjaman/Hibah utk
0 0 0 0 0 0 0 0
Sanitasi
4 Bantuan Keuangan
- - - - - - - -
Provinsi untuk Sanitasi
Belanja APBD murni untuk
14.310 5.506 5.355 1.261 2.144 3.228 2.956 4.966
Sanitasi
Total Belanja Langsung 353.764 163.811 241.287 163.699 176.787 189.891 202.987 213.175
Belanja sanitasi sempat mencapai angka diatas 4% pada tahun 2007, dimana hal ini karena
pemda banyak membangun jaringan drainase pada tahun anggaran tersebut, kemudian belanja
Pendapatan dari retribusi daerah di Kabupaten Mukomuko pada tahun 2009 dari yang
ditargetkan sebesar Rp. 10,3 miliar, realisasinya hampir mencapai Rp.2,7 miliar, namun demikian
pendapatan yang berasal dari sektor sanitasi (persampahan, analisis sampel air limbah, dan
pembuangan limbah cair, padat dan B3) dimana ditargetkan sebesar Rp. 460 juta, realisasinya masih
nihil.
Sementara itu pada tahun 2010 target pendapatan dari retribusi daerah targetnya dinaikkan
oleh Pemda menjadi sebesar Rp. 11,7 miliar,sedangkan target retribusi yang berkaitan dengan
sanitasi adalah sebesar Rp 420 juta. Namun demikian, dalam realisasinya, pendapatan retribusi
terkait sanitasi, walaupun lebih baik dari tahun sebelumnya, namun masih belum menggembirakan
karena hanya terealisasi Rp. 14 juta. Pendapatan retribusi terkait sanitasi tersebut berasal dari
Retribusi pembuangan limbah Ke Air atau badan air. Sementara retribusi pelayanan persampahan,
dan retribusi pengujian limbah cair, belum menghasilkan pendapatan sama sekali.
Potensi pendapatan dari retribusi terkait sanitasi tersebut sebetulnya cukup besar, mengingat ada
sekitar lebih dari 10 pabrik indutri pengolahan CPO dan industri pengolahan lainnya yang berpotensi
membuang limbah ke badan air. Potensi retribusi dari jasa sedot tinja dimasa mendatang, dengan
semakin padatnya jumlah penduduk di ibukota Kabupaten Mukomuko juga memiliki potensi untuk
dijalankan.
Komitmen keseriusan Pemerintah Kabupaten Mukomuko dalam hal pengelolaan limbah cair secara
efektif, dan aman bagi lingkungan hidup Kabupaten Mukomuko, telah tertuang secara legal dalam
beberapa peraturan daerah di bawah ini:
1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Mukomuko. Dalam RPJMD ini
telah secara tegas dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kapasitas infrastruktur dasar
dalam menunjang perekonomian daerah dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, maka
Survei Cepat PMJK dan promosi higiene dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dengan
cepat program/proyek/layanan apa yang sudah dilakukan terkait sanitasi dan promosi higiene dengan
pelibatan jender dan kemiskinan, oleh (a) dinas-dinas, program dan layanan yang ada, (b) LSM lokal,
(c) kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat (misalnya kegiatan atas inisiatif masyarakat
sendiri) dan (d) sektor swasta baik formal maupun informal. Sementara itu, hasil yang diharapkan
dari studi PMJK adalah:
1. Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, baik laki-laki dan perempuan
mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan.
Grafik 3.1. Sumber Informasi Masyarakat Diluar Media Massa, Studi Komunikasi dan Media
Mukomuko
Lainnya 4.2%
Grafik 3.2. Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi yang Pernah dihadiri Masyarakat , Studi
Komunikasi dan Media Mukomuko
Lainnya 5.5%
Televisi 86.3%
Radio 25.1%
Grafik 3.3. Penyampaian pesan Informasi Masyarakat, Studi Komunikasi dan Media Mukomuko
Kebiasaan CTPS oleh Ibu/pengasuh yang memiliki Balita, pada Error! Reference source not found.
berikut terlihat hanya 5% saja yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun
sebelum menyuapi anak, 11,2% setelah menceboki bayi/anak..
Berdasarkan hasil Study EHRA jumlah keluarga yang memilliki jamban di Kabupaten
Mukomuko 81 %, dengan rincian jamban pribadi 78 % dan MCK/WC Umum 3 %. Ternyata
kalau berdasarkan data hasil Study EHRA, jumlah keluarga yang memilliki jamban jauh
melebih rata-rata nasional. Hasil lengkap berdasarkan kluster dapat dilihat pada
Tidak Ya
Prilaku BABs
81.875 %
Akses masyarakat terhadap air minum dapat dilihat dari tabel 3.6. Dari tabel tersebut
terlihat bahwa sebesar 58,65% masyarakat memperoleh air bersih dari sumur gali dan 0,47
% mendapatkannya dari Sumur Pompa tangan.
Berdasarkan Studi EHRA bahwa sebagian besar responden mendapatkan air bersih
dari sumur sebanyak 81% dengan rincian 42% sumur gali terlindungi dan 39% sumur gali tak
terlindungi. Sedangkan layanan PDAM baru menjangkau 4% penduduk, dan 4% dari sumur
bor/pompa tangan.
sumur Lainnya
bor/pompa 11% air ledeng
tangan PDAM
4% 4%
sumur gali
sumur gali
terlindungi
tidak
42%
terlindungi
39%
Penanganan sampah yang aman adalah sampah dari rumah tanggga mendapat layanan
pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi resiko kesehatan lingkungan,
rincian cara pembuangan kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua katagori
besar, yakni;
Lainnya 0.3%
Dibakar 79.2%
Di Kabupaten Mukomuko 58 % rumah memiliki SPAL, 39% berupa parit, 12% berupa
sumur resapan dan 7% dalam bentuk lain. Dari jumlah tersebut ada 49% nya air tidak dapat
40%
30%
Kondisi perimbangan jumlah sekolah, rombongan belajar (Rombel) dan jumlah siswa
di Kabupaten Mukomuko sudah mendekati keadaan ideal. Dengan demikian diharapkan tidak
ada lagi siswa yang masuk belajar dimulai pada siang hari secara bergiliran lagi. Kondisi
perimabangan aspek-aspek tersebut untuk setiap tingka pendidikan ditunjukkan dalam daftar
berikut
L = laki-laki; P = perempuan
S = selalu tersedia air; K = kadang-kadang; T = tidak ada persediaan air
Y = ya; T = tidak
SPT = Sumur pompa tangan; SGL = Sumur gali
Tempat pembuangan air kotor sebutkan kemana salurannya:
Toilet : Septik Tank, Cubluk, sungai, kolam, dll
Talang : Saluran Pembuangan Air Limbah, Drainase Lingkungan, Halaman, Sungai, dll
Dari Kamar Mandi : Saluran Pembuangan Air Limbah, halaman, sungai, dll
Air Hujan : Saluran Pembuangan Air Kotor, Drainase lingkungan, halaman, dll
Tabel 3.5. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah di tingkat sekolah SD/MI (pengelolaan sampah dan
hygiene dan sanitasi
Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Apakah ada
Cara Pengelolaan Sampah
Sanitasi diberikan dana utk air
bersih / Kapan Tangki Kondisi Rencana
Nama Sekolah Ya, saat Ya, saat mata sanitasi / Septik Higiene perbaikan
pertemuan / pelajaran Tidak pend. higiene Dikumpu Dipisah Dibuat Dikosongkan Sekolah sanitasi
penyuluhan PenJas di pernah lkan kan kompos sekolah
tertentu kelas Ya Tidak
SDN 01-07
√ - √ - -
Lubuk Pinang
SDN 01-06 V
√ - √ - -
Koto
SDN 01-07 XIV
√ - √ - -
Koto
SDN 01- - - -
11,SDLB √ √
Mukomuko
SDN 01-14
√ - √ - -
Penarik
SDN 01-06
√ - √ - -
Teras Terujam
SDN 01-10
√ - √ - -
Teramang Jaya
SDN 01-06
√ - √ - -
Sungai Rumbai
SDN 01-05
√ - √ - -
Pondok Sunguh
SDN 01-08
√ - √ - -
Selagan Raya
SDN 01-06 Air
√ - √ - -
Manjuto
SDN 01-04 Air
√ - √ - -
Dilit
Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air
limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu
atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber,
seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Sistem pengolahan
limbah setempat ini lebih sesuai untuk Kabupaten Mukomuko karena umumnya topografinya yang
relatif landai dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif masih rendah.
Berdasarkan jumlah penduduk per kecamatan dan rata-rata kebutuhan buangan limbah cair
untuk daerah pedesaan yang sebesar 0,096 m3/orang/hari maka potensi buangan limbah cair di
kabupaten Mukomuko sebanyak 15.006 M³/hari . Lebih lengkapnya data kebutuhan buangan limbah
cair per kecamatan di kabupaten Mukomuko dapat dilihat dibawah ini:
Kebutuhan Buangan Limbah Cair per Hari per Kecamatan Tahun 2010
156,312
Total Kab. Mukomuko 15,006
Sumber : Diolah dari data kependudukan Kabupaten Mukomuko
Sebanyak, 4,4 % responden mengaku masih ada balita dilingkungan tempat tinggalnya yang
sangat sering BABS, 18,3 % kadang-kadang, 33,9% tidak ada, dan 43,4% menyatakan tidak tahu
pasti.
Dari 640 orang responden, seluruhnya memiliki anak-anak usia 0-5 tahun, 21,2 % nya
mengaku mencebokkan anak dengan air, 13,8% dengan air dan sabun, 0,6 % dengan kain tissue,
0,2% dengan lainnya seperti kain basah dan lain sebagainya.
Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah sebanyak 49% yang terdiri
dari 10% sumur resapan dan 39% berupa parit. Sementara sebanyak 42% tidak memiliki
SPAL dan hanya 6% saja dalam bentuk lainnya.
3.2.1. Kelembagaan
Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Mukomuko dijalankan berdasarkan
mandat hukum dan kebijakan nasional, dan peraturan daerah Kabupaten Mukomuko;
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air.
Dengan rentang tugas pokok sebagaimana dinyatakan di atas, maka Seksi Sanitasi,
Air Bersih, dan Drainase Kota merupakan lembaga operator Pemerintah Kabupaten Mukomuko
dalam layanan pengelolaan air limbah domestik.
Urusan pengelolaan air limbah domestik saat ini bukan merupakan satu-satunya
urusan yang ditangani oleh Seksi Sanitasi, Air Bersih, dan Drainase Kota. Selain tugas layanan
pengelolaan air limbah, tuntutan tupoksi menugaskan Seksi Sanitasi, Air Bersih, dan Drainase
Kota untuk memberikan layanan yang juga proporsional untuk subsektor lainnya yaitu air bersih
dan drainase kota. Dalam kondisi demikian, maka secara faktual bentuk organisasi operator
yang menjalankan fungsi pengelolaan air limbah domestik dalam organisasi Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Kabupaten Mukomuko adalah unit sub-seksi. Secara diagramatis, posisi
operator pengelolaan air limbah domestik dalam struktur Dinas Pekerjaan Umum dijelaskan
sebagai berikut :
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
Seksi Permukiman,
Seksi Anggaran dan Seksi Sungai, Danau, Penataan Bangunan, dan
Seksi Jalan Seksi Pertamanan Seksi Energi
Perbendaharaan dan Pantai Jalan Lingkungan
UPT
Tabel 3.6. Pemangku Kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan Air Limbah Domestik
Fungsi Pemangku Kepentingan
Pemerintah Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
· Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Dinas KLH - -
· Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka Dinas KLH dan - -
pencapaian target Dinas PU
· Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam Dinas KLH dan - -
rangka pencapaian target Dinas PU
PENGADAAN SARANA
· Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic Dinas KLH dan √ √
Dinas PU
· Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Dinas PU √ √
Septik)
· Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT - - -
(truk tinja)
· Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber - - -
ke IPAL (pipa kolektor)
· Membangun sarana IPLT dan atau IPAL - - -
PENGELOLAAN
· Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja - - -
· Mengelola IPLT dan atau IPAL - - -
· Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja - - -
· Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan Dinas KLH - -
atau penyedotan air limbah
· Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan Dinas KLH - -
(tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam
pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
· Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik Dinas KLH - -
(pengangkutan, personil, peralatan, dll)
· Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal Dinas KLH - -
pengelolaan air limbah domestic
· Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah Dinas KLH - -
domestic
MONITORING DAN EVALUASI
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target Dinas KLH dan - -
pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Dinas PU
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas Dinas KLH dan √ √
infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestic Dinas PU
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan Dinas KLH dan - -
air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola Dinas PU
keluhan atas layanan air limbah domestic
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air Dinas KLH dan - -
limbah domestic Dinas
Kesehatan
Saat ini Pemerintah Kabupaten Mukomuko belum memiliki Perda dasar dan pendukung
yang lengkap dan memadai untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik pemerintah,
masyarakat maupun swasta terhadap pola pengelolaan sanitasi yang memadai benar. Apabila
Tabel 3.7. Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik di Kabupaten Mukomuko
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan ada Tidak Efektif Belum efektif Tidak efektif Ket.
(sebutkan) ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian Mengacu
pelayanan pengolahan pada RAD
√ √
air limbah domestik di MDGs
kabupaten
Kewajiban dan sanksi √ √
bagi pemerintahan
kabupaten dalam
penyediaan layanan
pengolahan air limbah
domestik
Peluang keterlibatan
swasta dalam
pengelolahan air limbah √ √
domestik
Kewajiban dan Sanksi √ √
bagi
swasta dalam
pengolahan air limbah
domestik
Layanan pemerintah
kab/kota bagi
masyarakat yang tidak √
√
mampu dalam
pengolahan air limbah
domestik
Tingkat risiko kesehatan lingkungan terkait dengan kualitas tangki septic yang dimiliki
dapat diketahui dari prosentase keluarga yang menggunakan tangki septik suspek aman dan
tidak aman. Secara umum kondisi keluarga yang menggunakan jamban berdasarkan Studi
EHRA dengan suspek aman sekitar 75 %, dan masih ada sekitar 24 % dengan suspeck
tidak aman. Artinya walaupun telah menggunakan jamban septik tetapi secara kualitas belum
menjamin kondisinya aman atau tidak mencemari lingkungan. Ada sekitar 1 % tidak dapat
diketahui apakah menggunakan tangki septik aman atau tidak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebagian besar tangki septik yang dimiliki keluarga di Kabupaten
Mukomuko memiliki indikasi aman.
Grafik 3.10. Prosentase Keluarga yang Menggunakan Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Zona 3:
Zona 1: Kec. Penarik
Kec. Kota Mukomuko
Zona 5:
Kec. lainnya
LEGENDA
Sistem komunal
(ct. Sanimas)
Sistem Individual
(tangki septik SNI) Zona 2:
Kec. Ipuh
Pendekatan
STBM
ya
2. Mengetahui
pandangan
media massa
terhadap isu-
isu sanitasi
yang akan
diangkat oleh
pemda dan
peluang-
peluang
kerjasama
dengan media
massa
3. Mengetahui
pola pencarian
informasi
rumah tangga
terkait dengan
isu-isu
kesehatan dan
isu sosial
lainnya
4. Mendapatkan
informasi
mengenai
konsumsi dan
preferensi
media dan
kegiatan-
kegiatan
kemasyarakata
n khalayak
yang potensial
menjadi
saluran
komunikasi
isu-isu sanitasi.
Tabel 3.14. Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen Air Limbah Domistik
Isu yang
Jenis Media Khalayak Pendanaan Pesan kunci Efektifitas
diangkat
2. Media lain
(Spanduk,
Poster, Leaflet, Dinas Terkait
Stiker,
Kalender, Dll)
Tabel 3.15. Penyedia layanan pengelolaan limbah domistik yang ada di Kabupaten Mukomuko.
Jenis
Nama Provider/Mitra Tahun mulai Kegiatan Potensi
No
Potensial operasi/Berkontribusi Terhadap Kerjasama
Sanitasi
a b c d e
Komponen : Limbah Domestik
1. - - - -
2. - - - -
Catatan : Tidak ada aktifitas/kegiatan
Dalam prakteknya, Dinas yang menganggarkan pengelolaan air limbah adalah Dinas
Lingkungan Hidup, dimana sejak tahun 2007, nomenklaturnya adalah peningkatan sarana dan
prasarana air limbah, dimana rata-rata pertahun alokasi anggarannya sebesar Rp. 918 juta.
Rp Juta
1,400 1,270
1,200
929
1,000 823
800 651
600
400
200
0
2007 2008 2009 2010
Sumber : APBD, Diolah
Kelembagaan pengelolaan air limbah belum optimal Upaya penanganan oleh dua (2) SKPD, yaitu:
Dinas Pekerjaan Umum, Seksi Sanitasi, Air Bersih,
dan Drainase Kota
Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai Dari 81% responden yang memiliki jamban pribadi
aspek sanitasi dan memakai WC/MCK umum, 53% mengaku
tempat penyaluran akhir tinja ditangki septik,
44,2% diantaranya tangki septic-nya dibangun 1-5
tahun lalu, 26,8% nya dibangun 5-10 tahun lalu,
dan yang dibangun lebiih dari 10 tahun sebanyak
11,8%. Namun 74% dari jumlah seluruh tangki
septic tersebut diakui tidakn pernah dikosongkan
Lahan TPS Kotojaya seluas 0,5 Ha sudah menjadi milik Pemda Kabupaten Mukomuko. Saat
ini Pemda Kabupaten Mukomuko sedang mengupaya penyelasaian lahan untuk lokasi calon TPST
Sarana pengelolaan kompos, instalasi daur ulang maupun instalasi pembakaran sampah
belum tersedia di Kabupaten Mukomuko. Praktek 3 R (Reduce-Reuse-Recycle) di Kabupaten
Mukomuko Semestinya dapat dilakukan mulai dari sumbernya mengingat sebagian besar masyarakat
melakukan pengelolaan sampahnya sendiri meski dengan pembakaran yg dapat mencari udara.
Upaya sosialisasi terhadap masyarakat mengenai cara pemanfaatan kembali dan pengurangan
sampah dilakukan secara sporadis.
3.3.1 Kelembagaan
Upaya kebijakan yang saat ini telah diarahkan untuk mendorong layanan
pengelolaan sampah yang efektif, dan aman bagi lingkungan hidup Kabupaten Mukomuko,
telah tertuang secara legal dalam beberapa peraturan berikut ini:
Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 5 Tahun 2010 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dalam Wilayah Kabupaten Mukomuko. Dalam
perda ini telah dinyatakan bahwa:
a. Obyek retribusi pelayanan persampahan/kebersihan yang dikenakan oleh
Pemerintah Daerah, meliputi upaya pengumpulan sampah dari sumber hingga ke
lokasi pemusnahan akhir sampah, serta penyediaan lokasi pemusnahan akhir
sampah.
b. Obyek retribusi dikecualikan untuk pelayanan kebersihan di jalan umum, taman,
tempat ibadah, dan tempat sosial, serta tempat yang dapat digunakan masyarakat
umum dan dikelola oleh Pemda
c. kewajiban pengemasan sampah di sekitar tempat tinggal, serta struktur dan
besarnya tarif retribusi.
Dalam peraturan daerah ini masih terdapat lubang pengaturan yang menyatakan
pencabutan terhadap pemberlakukan Perda Kabupaten Mukomuko No. 26 Tahun 2005
tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
Peraturan Bupati Mukomuko Nomor… (yang merupakan pengganti dari Peraturan Bupati
No. 3 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan).
Dengan rincian tugas pokok tersebut, maka Seksi Kebersihan Kota merupakan
lembaga operator Pemerintah Kabupaten Mukomuko, yang memiliki fokus tanggungjawab
secara khusus untuk mengelola layanan persampahan. Secara diagramatis, posisi operator
pengelolaan persampahan dalam struktur Dinas Pekerjaan Umum dijelaskan dalam berikut ini:
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
Seksi Permukiman,
Seksi Anggaran dan Seksi Sungai, Danau, Penataan Bangunan, dan
Seksi Jalan Seksi Pertamanan Seksi Energi
Perbendaharaan dan Pantai Jalan Lingkungan
UPT
Bagan Posisi Operator Pengelolaan Persampahan dalam Struktur Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kabupaten Mukomuko
Meskipun Seksi Kebersihan Kota memiliki mandat tugas yang fokus pada
pengelolaan layanan persampahan, namun layanan tersebut saat ini baru diarahkan pada
skope layanan di wilayah perkotaan Kabupaten Mukomuko. Adapun kegiatan pengelolaan
persampahan di wilayah perdesaan, dilakukan oleh masyarakat sendiri. Skope layanan
persampahan yang langsung diberikan di wilayah perkotaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.20. Peraturan Daerah yang terkait dengan Sanitasi di Kabupaten Mukomuko
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan ada Tidak Efektif Belum efektif Tidak efektif Ket.
(sebutkan) ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
PERSAMPAHAN
Target capaian pelayanan Mengacu
pengelolaan pada UU
persampahan di Kab/Kota √ √
No.
ini 18/2008
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah
Kab/Kota dalam
√ √
menyediakan layanan
pengelolaan sampah
Kerjasama pemerintah √ √
kab/kota dengan
swasta atau pihak lain
dalam
pengelolaan sampah
Saat ini Pemerintah Kabupaten Mukomuko belum memiliki Perda dasar dan
pendukung yang lengkap dan memadai untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik
Berhubung kapasitas SDM serta prasarana dan sarana yang masih terbatas,
cakupan pelayanan masih terbatas di Kecamatan Mukomuko Utara (20,6%). Sarana
penanganan sampah yang dimiliki Kabupaten Mukomuko saat ini adalah:
Penanganan sampah yang aman adalah apabila sampah dari rumah tangga mendapat
layanan pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan
lingkungan, rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua
kategori besar, yakni 1) penerima layanan sampah dan 2) non penerima layanan sampah.
Dari Studi EHRA menggambarkan bahwa baru 4 % total rumah tangga yang mendapat
layanan tukang sampah untuk diangkut ke TPS dan sebagian besar belum mendapatkan layanan
pengangkutan. Selebihnya sampah dikubur, dibakar, dibuang ke sungai dan dibuang ke lahan
kosong.
Warga Kabupaten Mukomuko yang cenderung memiliki kebiasaan membakar sampah sekitar
80%, diikuti kebiasaan memilah sampah sebanyak 30% dengan menyisihkan sampah organik,
plastik, gelas atau kaca, kertas, besi/logam dan lainnya. Kondisi per klaster untuk pemilahan sampah
diperlihatkan pada Grafik .
Zona 3:
Kec. Penarik
Zona 1:
Kec. Kota Mukomuko
Zona 5:
Kec. lainnya
LEGENDA
Minimal cakupan
layanan 70%, 3R,
dan penyapuan jalan
Minimal cakupan
layanan 70%, dan 3R
Cakupan seperlunya
dan pengelolaan Zona 2:
sampah individual
Kec. Ipuh
LEGENDA
Minimal cakupan
layanan 70%, 3R,
dan penyapuan jalan
Minimal cakupan
layanan 70%, dan 3R
Cakupan seperlunya
dan pengelolaan
sampah individual
Rumah Tangga Tempat sampah Gerobak Bak sampah - Truk - Organik Komposting Sampah A1
dua warna sampah sampah (Banjaran)
Rumah Tangga Keranjang Gerobak Bak sampah TPS Dump Truk TPA tidak resmi Sampah A5
sampah sampah
Dalam praktik pengelolaan sampah di Kabupaten Mukomuko, hingga saat ini belum
terdapat lembaga non-pemerintah, baik dalam bentuk swasta maupun masyarakat, yang
memiliki kegiatan usaha pengelolaan sampah yang melembaga. Peran serta masyarakat saat
ini telah ditunjukkan dalam bentuk keterlibatan individu masyarakat dalam mengolah sampah di
kawasan rumah tinggal.
Dikelola oleh
Dikelola oleh Dikelola oleh
Sektor Formal di Dikelola Pihak Swasta
Jenis Kegiatan Kabupaten Masyarakat
Tingkat
L P L P L P L P
Pengumpulan sampah dari rumah - - - - - - - -
Pemilahan sampah di TPS - - - - - - - -
Pengangkutan Sampah ke TPS 17 - - - - - - -
Pengangkutan sampah ke TPA - - - - - - - -
Pemilahan sampah di TPA - - - - - - - -
Para Penyapu Jalan - 11 - - - - - -
Sumber : Data PU Bidang Kebersihan dan Pertamanan
Konsultan
Isu yang
Jenis Media Khalayak Pendanaan Pesan kunci Efektifitas
diangkat
Belum ada partisipasi wasta (dunia usaha) yang berarti dalam pengolahan sampah.
Meskipun demikian sudah ada beberapa warga yang melakukan kegiatan usaha pengumpulan
dan penjualan barang-barang bekas dan sampah inorganic (plastic, logam dll).
Jenis
Nama Provider/Mitra Tahun mulai Kegiatan Potensi
No
Potensial operasi/Berkontribusi Terhadap Kerjasama
Sanitasi
a b c d e
Komponen : Persampahan
1. Pengepul - Kurangi Bersih
pencemaran Lingkungan
2. -
Dalam realisasinya, Pemda Kabupaten Mukomuko, melalui, kantor Lingkungan Hidup adalah
Dinas yang memiliki alokasi anggaran untuk subsektor persampahan. Dimana dalam periode
2007 hingga 2010, rata-rata realisasi anggaran persampahan per tahunnya mencapai Rp.
317 juta.
Anggaran biaya operasi dan pemeliharaan sarana persampahan - Kantor Lingkungan Hidup
s(Rp.Juta)
Rp Juta 386
400
350 317 313
300 250
250
200
150
100
50
0
2007 2008 2009 2010
Sumber : APBD, Diolah
Lainnya 15.7%
Topografi Kabupaten Mukomuko merupakan daerah dataran rendah disamping itu terdapat
beberapa Daerah Aliran Sungai, lahan gambut dan rawa-rawa sehingga pada saat curah hujan tinggi
desa-desa yang berada di hilir sungai menjadi terendam dan tergenang untuk beberapa saat.
Genangan umumnya terjadi karena terjadi penyempitan dan pendangkalan sungai.
Dari penilaian klastering yang dilakukan 15 kecamatan di Mukomuko, dari 151 kelurahan/
desa, terdapat 30 desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir.
Kecamatan dengan kelurahan yang diindentifikasi paling banyak daerah banjir adalah
Kecamatan V Koto dengan 8 kelurahan dari 10 kelurahan yang ada, disusul kemudian Kecamatan
Terawang Jaya dengan 7 kelurahan dari 13 kelurahan yang ada selanjutnya dapat dilihat dibawah ini
Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 10 % rumah tangga sementara,
sebagian besar atau 90% tidak secara rutin mengalami .
40%
35%
30%
25% Bila Banjir:
28% tidak terjadi
20% secara rutin
15% Bila Banjir:
26% 17% terjadi secara
10% rutin
5% 13%
7% 6%
4%
0% 0% 0% 0%
Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4
Di Kabupaten Mukomuko 58 % rumah memiliki SPAL, 39% berupa parit, 12% berupa sumur
resapan dan 7% dalam bentuk lain. Dari jumlah tersebut ada 49% nya air tidak dapat mengalir artinya
ada penyumbatan, biasanya oleh sampah. Sebanyak 51 % kondisinya terpelihara dengan baik,
karena airnya mengalir atau tidak ada air.
40%
30%
3.4.2 Kelembagaan
PENGELOLAAN
Membersihkan saluran drainase lingkungan Dinas PU - -
Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Dinas PU - -
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan
Dinas PU - -
(saluran drainase lingkungan)
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan
permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah Dinas PU - -
yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder)
Dinas PU - -
dengan sistem drainase sekunder dan primer
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal
√ √ √
pengelolaan drainase lingkungan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase
√ - -
lingkungan
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target
Dinas PU - -
pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas
Dinas PU - -
infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan
drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola Dinas PU - -
keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan
Dalam Peraturan Bupati No. 3 tahun 2011, dan Peraturan Bupati No. 4 tahun 2011
belum ada pengaturan mandat bagi unit SKPD untuk melaksanakan aktivitas pengelolaan
drainase lingkungan di Kabupaten Mukomuko. Berdasarkan kedua Peraturan Bupati ini, hal
yang dapat dijamin dan dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Mukomuko adalah:
Tabel 3.33. Peraturan Daerah yang terkait dengan Sanitasi di Kabupaten Mukomuko
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan ada Tidak Efektif Belum efektif Tidak efektif Ket.
(sebutkan) ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
DRAINASE LINGKUNGAN
Target capaian pelayanan
pengelolaan
drainase lingkungan di √ √
Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah
Kab/Kota dalam menyediakan
drainase √ √
lingkungan
Bagan Posisi Regulator Pengelolaan Drainase Lingkungan Dalam Struktur Dinas Pekerjaan Umum
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
Seksi Permukiman,
Seksi Anggaran dan Seksi Sungai, Danau, Penataan Bangunan, dan
Seksi Jalan Seksi Pertamanan Seksi Energi
Perbendaharaan dan Pantai Jalan Lingkungan
UPT
Pemda kabupaten Mukomuko memiliki anggaran terbesar dalam APBD nya, yaitu
untuk pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan , dan perencanaan subsektor drainase,
namun drainasenya sebagian besar masih meliputi drainase utama, dan sebagian kecil
drainase lingkungan.
Berdasarkan hasil Studi EHRA ditemukan bahwa sebagian besar rumah tangga 91 %
tidak mengalami banjir secara rutin dalam kurun waktu tertentu. Hanya sebagian kecil sebesar
4% rumah tangga saja yang mengalami banjir dalam kurun waktu tertentu secara rutin.
Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini:
35%
30% 1%
0% 1%
2%
25% 1% Tidak tahu
0%
20%
Pernah terjadi banjir
15% 30% 28%
23%
10% Tidak pernah terjadi
0% banjir
5% 2%
0%
4% 6%
0%
Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4
Grafik 3.13. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data
digunakan Sekunder
a b C d e
User interface Atap rumah Unit rumah unit rumah Dinas Kesehatan
Jalan M2 Dinas PU
Pembangunan drainase lingkungan di Kabupaten Mukomuko baru dimulai tahun 2009 melalui
program PNPM. Pembangunan pu baru dilaksanakan di beberapa lokasi saja antara lain Kelurahan
Bandar Ratu, Desa Pondok Baru, Kecamatan Teramang Jaya, Kecamatan XIV Koto, Kecamatan V
Koto dan Kecamatan Malin Deman. Di lokasi yang dibangunkan drainase dibentuk Kelompok
Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) sarana, dimana anggotanya masih mayoritas laki-laki yaitu 75% dan
perempuan 25%. Akan tetapi mereka belum secara rutin membersihkan saluran drainase tersebut.
Kelompok ini mempunyai potensi untuk dilibatkan sebagai pengelola sarana-sarana komunal lainnya
bilamana akan dibuatkan sarana komunal di lokasi-lokasi tersebut.
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Tabel 3.39. Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen Drainase Lingkungan
Isu yang
Jenis Media Khalayak Pendanaan Pesan kunci Efektifitas
diangkat
Tabel 3.40. Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Mukomuko.
Jenis
Nama Provider/Mitra Tahun mulai Kegiatan Potensi
No
Potensial operasi/Berkontribusi Terhadap Kerjasama
Sanitasi
a b c d e
Komponen : Drainase Lingkungan
1. - - - -
2. - - - -
Sumber :Data Dinas PU Bid. CK Kabupaten Mukomuko (tidak ada kegiatan/aktifitas)
Pemda kabupaten Mukomuko memiliki anggaran terbesar dalam APBD nya, yaitu
untuk pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan , dan perencanaan subsektor drainase,
namun drainasenya sebagian besar masih meliputi drainase utama, dan sebagian kecil
drainase lingkungan.
Dalam upaya untuk menjamin pengelolaan drainase lingkungan yang aman dan
terintegrasi dengan drainase kota, terdapat beberapa masalah kelembagaan yang muncul
dalam praktik:
Terbatasnya peluang optimalisasi program dan anggaran untuk pemicuan dan
pengintegrasian drainase lingkungan dan drainase kota sehubungan dengan kondisi
faktual mandat Seksi Sanitasi, Air Bersih, dan Drainase Kota yang diarahkan bukan
hanya untuk menjadi regulator dalam pengelolaan drainase lingkungan, melainkan juga
harus menjadi operator untuk pengelolaan subsektor air bersih, dan limbah cair.
Belum ada peraturan daerah yang mengatur secara tegas tentang pola pembagian
(sharing) peran antara pemerintah kabupaten, dan masyarakat dalam hal pengelolaan
drainase lingkungan. Mengingat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang saat ini
masih terbatas, serta keterbatasan kapasitas Seksi Sanitasi, Air Bersih, dan Drainase
Kota untuk mengkondisikan pengelolaan drainase lingkungan yang terintegrasi secara
baik terutama di wilayah perkotaan, maka kondisi ini mengakibatkan banyaknya sarana
drainase lingkungan di wilayah perkotaan Kabupaten Mukomuko yang tidak terpelihara
dengan baik.
Pemahaman terhadap peraturan terkait pengelolaan drainase lingkungan yang masih
terbatas di kalangan masyarakat.
Keterbatasan dana untuk memproduksi petunjuk-petunjuk teknis perencanaan,
pembangunan, serta pemeliharaan drainase lingkungan yang mudah dipahami oleh
masyarakat Kabupaten Mukomuko.
Keterbatasan dana untuk melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat
Kabupaten Mukomuko tentang pengelolaan drainase lingkungan yang sehat.
Pada dasarnya pengelolaan infrastruktur drainase lingkungan merupakan aktivitas
yang tidak menghasilkan pendapatan operasional sehingga menjadi kewajiban layanan publik
(public service obligation). Dengan demikian merupakan sebuah kewajaran apabila tidak ada
sektor swasta yang berpartisipasi dalam pengelolaan infrastruktur drainase lingkungan ini.
35%
30%
25%
18%
20% 22% Tidak tahu
15% 19% Tidak aman
Aman
10%
8%
5% 7%
5% 3% 6%
5% 3%
0% 1%
0% 2% 0%
Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4
Sarana dan Prasarana Drainase Belum Optimal Saluran Drainase yang belum memadai (Dimensi
Saluran Prmer)
Masih adanya wilayah genangan
Diidentifikasi dari study EHRA, ada 5 kecamatan
yang sering mengalami banjir, walaupun bukan
banjir rutin
Belum Optimalnya Pendanaan terkait Drainase Alokasi anggaran terkaita sub bidang drainase
yang masih kurang
Pelayanan penyedian air bersih perpipaan di Kota Mukomuko dilakukan oleh PDAM
Tirta Selagan. Saat ini, sumber air bakunya bersumber dari sungai Setagan di Desa Pondok
Batu. Sehubungan dengan kondisi lingkungan atau tingkat pencemaran yang sangat tinggi
yaitu; pada musim penghujan tercemar dengan air rawa (gambut) dan pada musim kemarau
tercemar dengan air taut (asin); sehingga dengan kondisi yang tersebut di atas PDAM Tirta
Setagan Kabupaten Mukomuko mengusulkan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
baru pada Hulu Sungai Selagan di bendungan Selagan Desa Sungai Ipuh dengan rencana
kapasitas 60 - 80 l/dt pada ketinggian 88 m diatas permukaan laut. Detailed Engineering
Design (DED) untuk sistem ini saat ini sudah tersedia. Pengaliran direncanakan dilakukan
menggunakan sistem gravitasi yang terhubung ke sub-sistem sungai Rengas Pondok Kopi.
Dengan sendirinya IPA yang ada di Desa Teras Terunjam, sungai Rengas Pondok Kopi dan
IPA di Kota Mukomuko tidak dipakai lagi dan dapat di pindahkan ke kecamatan lain yang
membutuhkan. Pemindahan IPA memungkinkan karena konstruksi IPA yang ada terbuat dari
baja.
Menurut data PDAM kabupaten Mukomuko, cakupan pelayanan pelanggan air minum
yang diberikan oleh PDAM Tirta Selagan Kabupaten Mukomuko sebanyak 15 Kecamatan
dengan jumlah penduduk yang dapat dilayani sebanyak 16.954 orang atau hanya 37,04% yang
baru dapat di layani PDAM Kabupaten Mukomuko. Sumber air baku yang digunakan pada saat
ini sangatlah buruk / jelek, sebab sudah banyak terkontaminasi dengan berbagai macam
limbah, antara lain limbah CPO dan diperparah lagi dengan limbah Drainase
pengurasan/saluran air perkembangan lahan gambut. Air gambut ini diprediksi sangat sulit
untuk diolah karena menggunakan bahan kimia yang tidak sedikit.
Pompa Intake yang digunakan pada saat ini kondisinya sangat memprihatinkan sebab
pompa yang terpasang merupakan pompa terdahulu, dalam arti kata pompa tersebut belu
pernah diganti dan diremajakanm mungkin kapasitas terpasang sudah banya mengalami
penyusutan atau sudah melemah diperparah lagi kita tidak punya pompa pompa cadangan
padahal pompa cadangan sangat dibutuhkan sekali apabila mengalami gangguan / tribel, bisa
dibayangkan apabila terjadi tribel pada pompa maka operasional terpaksa dihentikan selama
perbaikan pompa dimaksud, keadaan ini sangat sering terjadi baik dip DAM Pusat Mukomuko
maupun di PDAM Cabang ataupun PDAM Unit. Kejadian ini mempunyai efek yang sangat
signifikan dan sangat berpengaruh sekali terhadap pendapat / penerimaan Rekening Air. Hal
ini menyebabkan penerimaan PDAM Tirta Selagan menjadi menurun.
Kondisi pipa transmisi dan pipa distribusi di PDAM Pusat Mukomuko , PDAM Cabang
dan PDAM Unit dari segi umur maupun dari segi tata system perpompaan sangat jauh sekali
dari Kwantitas system.
sumur Lainnya
bor/pompa 11% air ledeng
tangan PDAM
4% 4%
sumur gali
terlindungi
sumur gali 42%
tidak
terlindungi
39%
Terkait dengan sumber air minum dan untuk memasak, hasil analisis data EHRA
menunjukkan bahwa mayoritas rumah tangga di Kabupaten Mukomuko memakai sumber air
yang relatif aman.
Untuk minum sekitar 54,4% dari air isi ulang, 39,3% dari air sumur gali terlindungi,
airbotol kemasan dan air sumur pompa tanga masing-masing sebesar 2,4% sedangkan air
ledeng dari PDAM hanya 1,5% .
Untuk memasak, air sumur gali terlindungi digunakan oleh mayoritas rumah tangga di
Kabupaten Mukomuko dengan 78,5%, disusul kemudian air isi ulang sebesar 8,6%, air ledeng
PDAM 7% dan air sumur pompa tangan 4,8%. Lebih jelasnya diperlihatkan pada Grafik
dibawah ini:
Di Kecamatan XIV Koto belum tersedia Air Minum PDAM terdiri dari Desa :
1. Desa Rawa Mulya
2. Dusun Baru Pelokan
3. Desa Lubuk sanai
4. Desa Pauh Terenja
5. Desa Tanjung Mulya
6. Desa Rawa Bangun
Di Kecamatan Lubuk Pinang yang belum terlayani Air Minum PDAM terdiri dari Desa :
1. Dusun Jarang
2. Desa Arah Tiga
3. Desa Lubuk Gedang
4. Desa Tanjung Alai
5. Desa Pasar Belakang
6. Desa Pasar Gedang
Di Kecamatan Teramng jaya yang belum terlayani Air Minum PDAM terdiri dari Desa :
1. Desa Teramang Jaya
2. Deas Bandar Jaya
3. Desa Sido Makmur
4. Desa Lubuk Selandak
5. Desa Bunga Tanjung
Di Kecamatan Pondok Suguh yang belum terlayani Air Minum PDAM terdiri dari Desa :
1. Dusun Tunggang
2. Desa Pondok Kandang
3. Desa Bumi Mekar Jaya
4. Desa Lubuk Bento
5. Desa Sinar laut
Di Kecamatan Medan Jaya yeng belum terlayani Air minum PDAM terdiri dari Desa :
1. Desa Pulau Baru
2. Desa Semundam
Di Kecamatan Teras Terunajm yang belum dapat dilayani Air Minum PDAM akibat gangguan
peralatan Pompa dan mesin pengerak utama rusak terdiri dari Desa :
1. Desa Teras Terunjam
2. Desa Suka Budi
3. Desa Pondok Kopi
4. Desa Tunggal Jaya
5. Desa Mekar Jaya
6. Desa karang jaya
7. Dasa Terutung
8. Desa Talang Kuning
Di Kecamatan Manjuto Jaya yang belum terjangkau pelayanan Air Minum terdiri dari Desa :
1. Desa Agung jaya
2. Desa Pondok Makmur
3. Desa Manjuto Jaya
4. Desa Tirta Makmur
5. Desa Tirta Mulya
6. Desa Koto Praja
7. Desa Sinar Jaya
8. Desa Sido Makmur
Realisasi Anggaran Sarpras Air Minum Pada Dinas Pekerjaan Umum (Rp.Juta)
Kec. Ipuh
Jumlah Kapasitas 20 L/Det
Jumlah Pelanggan 662 KK ( Aktif )
Produksi Aktif
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan % 37.04
3
Kapasitas Produksi Lt/detik 42.5
4 42.5 Beroperasi
Kapasitas Terpasang Lt/detik 60 Belum
beroperasi
5
Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 2.322
6
Jumlah Kran Air Unit 4.644
7 Kehilangan Air (UFW) % 40
8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) KII
0 – 10 M3 Rp 1.000.-
11 – 20 M3 Rp 1.250.-
21 – dst M3 Rp 1.500.-
9 Jumlah pelangan per kecamatan
i. Mukomuko Pelangan 702
ii. Ipuh Pelangan 642
iii. Pondok Suguh Pelangan 336
iv. Selagan Raya Pelangan 280
v. Lubuk Pinang Pelangan 362
Sumber : PDAM TIRTA SELAGAN 2013
Limbah medis di Kabupaten Mukomuko berasal dari Rumah Sakit, Puskesmas serta
layanan kesehatan lainnya. Limbah Medis ini terbagi atas limbah infeksius dan limbah non
infeksius. Limbah infeksius berasal dari pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik
seperti : laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, rehabilitasi medik, radiologi, instalasi
pencuci hama, instalasi pemeliharaan sarana, instalasi pemulasaraan jenazah dan pelayanan
terpadu, sedangkan limbah non medis bersumber dari pelayanan administrasi dan dapur.
Limbah Medis ini belum ada penanganan yang spesifik ataupun keseriusan dibidangnya
dikarenakan upaya penanganan oleh tenaga ataupun subtansi dibidangnya yang belum jelas
akan tugas dan fungsinya.
Tabel 4.1: Rencana Program dan Kegiatan Promosi Higienis dan Sanitasi tahun 2014
2
Sumber data: Review Program Investasi Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2014-2018
Untuk mencapai dua (2) sasaran tersebut di atas, berbagai upaya penanganan telah dilakukan maupun
sedang direncanakan. Upaya penanganan ini ditangani oleh dua (2) SKPD, yaitu:
3. Dinas Pekerjaan Umum, Seksi Sanitasi, Air Bersih, dan Drainase Kota, melalui
Program penyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana air baku dan air limbah.
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah.
Selain kedua program tersebut, Dinas Pekerjaan Umum juga menjalankan kegiatan
pengelolaan air limbah yang didukung dengan pendanaan dari Dana Alokasi khusus (DAK),
yaitu Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) yang baru dimulai pada tahun 2011.
4. Dan Kantor Lingkungan Hidup, Seksi Hukum, Pengawasan, dan Pemantauan Lingkungan
Kegiatan pemantauan kualitas air limbah
Pemantauan izin pembuangan air limbah ke sumber air, dan izin pemanfaatan air limbah untuk
aplikasi pada tanah.
Selain kegiatan pengelolaan air limbah yang didanai dengan dana APBD, saat ini KLH juga
tengah menjalankan kegiatan pendukung pengelolaan air limbah yang didanai dari DAK.
Kegiatan tersebut adalah penyediaan alat uji laboratorium untuk pemantauan air limbah
Tabel 4.3: Rencana Program dan Kegiatan Pengolahan Air Limbah Domistik tahun 2014
Tabel 4.5: Rencana Program dan Kegiatan Pengolahan Persampahan tahun 2013
Tabel 4.7: Rencana Program dan Kegiatan Pengolahan Drainase Lingkungan tahun 2013
Tabel 4.8: Program dan Kegiatan Pengolahan Drainase Lingkungan yang sedang berjalan
Upaya program dan kegiatan yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Mukomuko untuk
pemicuan PHBS adalah:
1. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, yang dijalankan melalui kegiatan
pembinaan desa siaga tingkat kecamatan
2. Pelatihan tenaga pendamping kelompok bina keluarga di kecamatan
3. Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SD, SMP dan SMA
4. Pembinaan dan penyuluhan social pada organisasi karang taruna
5. Pemberdayaan lembaga dan organisasi masyarakat perdesaan dalam rangka penyusunan profil
kesehatan
6. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
7. Penyuluhan rutin Posyandu yang difasilitasi oleh petugas Promkes di Puskesmas dengan dibantu
oleh 1046 kader Posyandu. Substansi penyuluhan kesehatan berdasarkan diarahkan pada lima
tatanan PHBS yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di institusi kesehatan, PHBS
di tempat-tempat umum dan PHBS di tempat kerja.
8. Penyebaran infomasi promosi kesehatan melalui media masa local dan pemasangan baliho.
9. Kampanye kesehatan dalam rangka hari CTPS sedunia
10. Kampanye kesehatan dalam rangka HUT Kabupaten Mukomuko melalui pawai pembangunan dan
pameran, lomba desa, rumah sehat dan perkantoran sehat.
Tabel 4.9: Rencana Program dan Kegiatan Pengolahan Terkait Sanitasi tahun 2013
Tabel 4.10: Program dan Kegiatan Pengolahan Terkait Sanitasi yang sedang berjalan
Ada 3 cara dalam menetapkan area beresiko akibat sanitasi buruk, yaitu:
1. Berdasarkan data sekunder,
2. Berdasarkan persepsi SKPD, dan
3. Berdasarkan hasil studi EHRA.
Ketiga metoda tersebut di atas menggunakan penilaian area beresiko dalam 4 skala, yaitu :
- Nilai 1 = area beresiko rendah
- Nilai 2 = area beresiko sedang
- Nilai 3 = area beresiko tinggi
- Nilai 4 = area beresiko sangat tinggi
Penghitungan nilai tingkat risiko sesuai dengan data dasar yang telah disusun. Masing-
masing indikator dilihat % max dan % minimal, dibuat ke dalam 4 group, sesuai dengan
tingkatan area beresiko (4, Sangat beresiko, 3 resiko tinggi, 2 resiko rendah, 1 resiko sangat
rendah). Misalnya untuk kepadatan : di beri score 4 untuk tingkat kepadatan paling tinggi,
sedangkan untuk layanan akan di beri score rendah untuk % layanan (Air minum, jamban) yang
sudah tinggi.
Dari sheet ini dapat ditentukan masing-masing score untuk tiap kecamatan sesuai
datanya. Demikian seterusnya, penghitungan total score dilakukan dengan menjumlahkan
masing-masing score dikalikan bobot nya masing-masing. Terakhir dibuat interval masing-
masing score max dan minimal. Berdasarkan score interval tersebut hitung total score akhir.
Penetapan area beresiko berdasarkan persepsi SKPD dilakukan pada skala klaster.
Papameter yang dijadikan bahan pertimbangan bagi SKPD untuk memberikan nilai berdasarkan 5
pilar STBM. Klaster dinilai berisiko tinggi bila:
1. Sumber air
a. Sumber air tercemar
b. Adanya Kelangkaan air
2. Air limbah domestik.
a. Tangki septik dicurigai tidak aman (tidak kedap air)
b. Air limbah non tinja di jamban tidak tersalurkan dengan baik
3. Persampahan.
a. Tidak ada Pengelolaan sampah (dibuang sembarangan)
b. Frekuensi pengangkutan sampah tidak teratur dan cenderung jarang atau tidak diangkut
c. Tidak ada pengolahan setempat (pemilahan dan pembuatan kompos)
4. Adanya genangan air disekitar permukiman.
5. Perilaku hidup bersih sehat: rendahnya praktek CTPS di lima waktu penting dan/ atau masih
adanya praktek BABS
Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan hasil studi EHRA juga
berdasarkan 5 pilar STBM: sumber air, air limbah domestik, persampahan, drainase, dan PHBS.
Hasil penilaian berdasarkan hasil studi EHRA dapat dilihat pada Error! Reference source not
found..
Index Risiko Maksimum 380, Index Risiko Minimum 319 dan Interval 15,17 maka diperoleh
katagori risiko tiap Klaster.
Hasil akhir penetapan area beresiko terdiri atas dua jenis hasil pendekatan di atas yang
saling melengkapi, yaitu hasil berdasarkan data sekunder untuk skala analisis tingkat kecamatan
dan gabungan dari hasil berdasarkan studi EHRA dan persepsi SKDP. Penetapan area beresiko
persepsi SKDP menunjukkan kondisi yang netral dan moderat, sehingga bisa dianggap sejalan
dengan apa yang diperoleh dari hasil berdasarkan studi EHRA. Keduanya dilakukan pada skala
klaster.
Mengingat peta Kabupaten Mukomuko yang ada tidak memperlihatkan batas wilayah
sampai dengan tingkat desa/ kelurahan, maka hasil penilaian berdasarkan studi EHRA cukup
disajikan dalam sebuah table referensi. Pada proses klastering dalam studi EHRA, desa/ kelurahan
lain di luar area studi dianggap identik dengan desa/ kelurahan yang menjadi area studi selama ada
pada klaster yang sama. Untuk selanjutnya dijadikan referensi klaster untuk melihat pada level risiko
mana sebuah desa/ kelurahan yang tidak menjadi area studi EHRA.
Klaster yang mempunyai resiko rendah terdapat di Klaster 0 yang terdiri dari 5 desa/
kelurahan. Sebagian besar desa/ kelurahan di Kabupaten Mukomuko berada di klaster 1,2 dan3
dengan kategori beresiko sedang. Klaster 4 merupakan klaster beresiko sangat tinggi meliputi 4
desa yaitu Lubuk Pinang, Sumber Makmur, Tanjung Alai, dan Air Buluh.
Permasalahan utama sanitasi di area beresiko secara umum di seluruh klaster Kabupaten
Mukomuko adalah sebagai berikut:
1. Sumber air: permasalahan sumber air pada klaster beresiko sangat tinggi adalah masih
terdapat penduduk yang menggunakan sumber air yang tidak terlindungi dan masih terdapat
beberapa tempat yang mengalami kelangkaan air.
2. Air limbah domestik : pembuangan air limbah domestik masih belum memenuhi syarat teknis
dan kesehatan lingkungan, dimana tangki septik suspek tidak aman dan masih terjadi
pencemaran karena SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah), dan pencemaran karena
pembuangan isi tangki septik.
3. Persampahan: pengelolaan sampah di klaster yang beresiko sangat tinggi masih belum baik,
dimana masyarakat masih membuang sampah tidak pada tempatnya dan belum mengolah
sampah.
4. Genangan air: masih terdapat genangan air di depan rumah dan sekitarnya pada beberapa titik.
5. Perilaku hidup bersih dan sehat: sebagian besar masyarakat di desa-desa beresiko sangat
tinggi masih belum menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh
masyarakat belum melaksanakan indikator PHBS cuci tangan pakai sabun pada lima waktu
penting.
Pada tahap ini, sudah diidentifikasi isu-isu strategis dan kemungkinan hambatan, serta berhasil
merumuskan arah pengembangan sektor sanitasi kota/kabupaten. Pada bab ini akan dirumuskan strategi
pembangunan sanitasi yang mencakup semua subsektor dan seluruh aspek. Strategi yang dirumuskan ini
akan menjadi salah satu dasar identifikasi untuk merumuskan program dan kegiatan.
Strategi sanitasi bisa dirumuskan dengan menganalisis SWOT isu-isu strategis dan kemungkinan
hambatan tersebut, yakni dengan analisis S-O, S-T, W-O, dan W-T. Selanjutnya, hasilnya menjadi strategi
sanitasi kota/kabupaten yang mencakup semua sub sektor (teknis) dan seluruh aspek non teknis
(kelembagaan, keuangan, partisipasi masyarakat, komunikasi, peran swasta). Jika perumusan dengan
analisis SWOT masih dipandang kurang, maka dapat ditambahkan rumusan strategi lain dengan merujuk
pada sasaran sanitasi.
Seperti telah di jelaskan di atas, untuk merumuskan strategi aspek non teknis, akan dipergunakan
analisis SWOT. Analisis SWOT (strong, weakness, opportunity, threat) adalah sebuah bentuk analisa
situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis SWOT dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut, yaitu :
- Penentuan faktor internal dan eksternal
- Penentuan bobot dan nilai dari faktor internal dan eksternal
- Penggunaan analisis SWOT matriks untuk menghasilkan alternative strategi (S-O, S-T, W-O dan
W-T)
b. Lingkungan Eksternal:
Peluang (opportunity) ,adalah potensi dari faktor-faktor determinan yang mempengaruhi
pengembangan sanitasi di kota/kabupaten, seperti adanya program dana hibah sanitasi,
adanya peningkatan anggaran sanitasi dalam APBN, adanya program sanitasi dari Negara
donor (Amerika dan Australia) dan sebagainya
Tantangan (threat), permasalahan dari faktor-faktor determinan yang mempengaruhi
pengembangan sanitasi di kota/kabupaten, seperti ; kondisi fisik wilayah kabupaten,
perkembangan dan kepadatan penduduk dn sebagainya.
Sedangkan nilai ditetapkan dari angka 1 sampai 4, dimana 1 merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh yang minimum, sedangkan nilai 4 mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
kondisi pengembangan sanitasi. Untuk fator kekuatan (streng) 1 berarti kekuatannya kurang
berpengaruh, sedangkan 4 kekuatnnya sangat berpengaruh, untuk faktor ancaman (threats) nilai 1
berarti ancaman eksternal berpengaruh minimum, sedangkan 4 berarti ancaman sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan sanitasi.
Kemudian bobot dikalikan dengan nilai, skor ini menunjukan bagaimana pembangunan
sanitasi bereaksi terhadap faktor eksternal dan internalnya.
C. SWOT Matriks
SWOT matriks adalah merupakan matriks yang disusun dengan menggunakan variable
berupa faktor peluang (O), faktor ancaman (T), faktor kekuatan (S) dan faktor kelemahan (W). matriks
ini akan menghasilkan 4 set kemungkinan alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi
W-O dan strategi W-T dengan penjelasan sebagai berikut (Lihat Gambar 3.2):
Gambar 3.2
SWOT matrix
- Strategi S-T
Strategi ini dibuat dengan cara menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi
ancaman
- Strategi W-O
Strategi ini diterapkan dengan tujuan agar dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
- Strategi W-T
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat sangat defensive, dengan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
Melalui matriks ini, strategi dalam bentuk detail dapat ditentukan dengan melakukan pilihan
yang paling tepat terhadap alternative-alternatif strategi yang ada. Pada prinsipnya masing-masing
strategi tersebut memiliki karakteristik tersendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, namun
juga dapat digunakan secara bersama-sama untuk saling mendukung. Keputusan menggunakan
kemungkinan-kemungkinan alternative strategi yang dimaksud, disesuaikan dengan posisi dan profil
dari daerah yang bersangkutan dan prioritas yang hendak dicapai.
Berikut ini proses perumusan strategi, menggunakan analisis SWOT untuk setiap sub-sektor sanitasi
Air Limbah
Faktor Internal
Faktor Kekuatan (strong) Bobot Nilai Bobot x
Nilai
1 Kesungguhan upaya Pemerintah Kabupaten Mukomuko untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah secara optimal
dilakukan dengan mengikuti PPSP dan membentuk sebuah
lembaga koordinasi ad-hoc Pokja Sanitasi Kabupaten 0,16 4 0.64
Mukomuko (SK Bupati Mukomuko No. 107 Tahun 2011)
Faktor Eksternal
Faktor Peluang (opportunity) Bobot Nilai Bobot x
Nilai
1 Pemerintah pusat berencana menganggarkan hingga Rp14
trilun untuk keperluan sanitasi yang terprogram hingga lima
tahun ke depan (2010-2015), naik lima kali daripada 0.25 4 1.00
sebelumnya. (Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum, Budi Yuwono)
2 adanya dana dari negara donor untuk pengembangan sanitasi
antara lain : program IUWASH (indonesia urban water, 0.15 3 0.45
sanitation and hygiene) dari USAID
3 Pemerintah Australia melalui AusAID akan memberikan dana
hibah total sekitar AUD 40 juta atau Rp 10 Miliar per
kota/kabupaten yang berminat dalam Program Percepatan
0.18 3 0.54
Hibah Pembangunan Sanitasi tahun 2012-2014 dalam
program Australia Indonesia Infrastructure Grants for
Sanitation (AIIGS) (Direktur Bina Program Antonius Budiono)
4 adanya program dari pembiayaan APBN-PHLN AusAID
berupa percepatan pembangunan sanitasi (P2S/IEG) untuk
sektor persampahan dan air limbah dan program hibah air 0.16 3 0.48
limbah terpusat/WSI
5 Sudah ada program Corporate Social Responsibility (CSR)
dari beberapa perusahaan di Kabupaten Mukomuko namun
belum terkoordinasi dengan baik khususnya dalam sektor 0.08 2 0.16
sanitasi.
Setelah diketahui posisi pengembangan air limbah di Kabupaten Mukomuko, maka tahapan
selanjutnya menggunakan SWOT matriks (lihat Gambar 3.2), dengan analisis ini akan menghasilkan 4 set
kemungkinan alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O dan strategi W-T dengan
penjelasan dapat dilihat pada Gambar 3.3
telah ada lembaga yang mengelola (operator) air hingga saat ini belum terdapat lembaga non-
limbah, yaitu seksi sanitasi, air minum dan drainase pemerintah, baik dalam bentuk perusahaan swasta
kota di Dinas pekerjaan umum maupun BUMD yang memiliki kegiatan usaha
pengelolaan air limbah domestik
Pemerintah Kabupaten telah memisahkan fungsi belum ada perencanaan untuk pengelolaan air
regulator dan operator untuk pengelolaan air limbah, seperti masterplan, outlineplan, DED untuk
ESFAS limbah, yang ditujukan untuk mengoptimalkan
layanan air limbah bagi masyarakat Kabupaten
pengembangan on site system komunal (sanimas dll)
dan off site system, maupun IPAL dan IPLT
Mukomuko
adanya program dari pembiayaan APBN-PHLN Dengan adanya berabagai program dari pemerintah
AusAID berupa percepatan pembangunan sanitasi mengikuti program dari pembiayaan APBN-PHLN pusat dan negara donor, maka akan mendorong
(P2S/IEG) untuk sektor persampahan dan air limbah AusAID berupa percepatan pembangunan sanitasi pihak swasta untuk berperan dalam pengelolaan air
dan program hibah air limbah terpusat/WSI (P2S/IEG) untuk sektor persampahan dan air limbah limbah
dan program hibah air limbah terpusat/WSI
Kuadran IV Kuadran I
Prosesnya pada analisis SWOT untuk sub sektor sampah sama seperti diatas. Total skor faktor
strategic internal untuk pengembangan sub sektor sampah di Kabupaten Mukomuko sebesar 2,85 Dan
skor faktor strategic eksternal sebesar 3,01. Berdasarkan Gambar 4.1 internal-eksternal matriks di atas,
dapat diketahui posisi pengembangan sanitasi sub sektor sampah di Kabupaten Muko-muko berada di sel
2 pada sel tersebut berarti tumbuh (growth) dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal artinya strategi
mengarah kepada usaha konsolidasi di kelembagaan yang mengelola sampah. (table bobot dan nilai sub
sektor persampahan dapat dilihat di Lampiran)
Selanjutnya menggunakan SWOT matriks dengan analisis ini akan menghasilkan 4 set
kemungkinan alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O dan strategi W-T dengan
penjelasan dapat dilihat pada Gambar 3.4
telah ada lembaga yang mengelola (operator) masih rendahnya SDM (pengetahuan dan
persampahan, yaitu seksi kebersihan kota drainase keterampilan) dalam pengelolaan persampahan
di Dinas pekerjaan umum baik di lembaga pengelola (seksi kebersihan kota
dinas PU) maupun POKJA sanitasi
Pemerintah Kabupaten telah memisahkan fungsi belum ada perencanaan untuk pengelolaan sampah,
regulator (KLH) dan operator (kasi kebersihan kota) seperti masterplan, outlineplan, DED
untuk pengelolaan sampah, yang ditujukan untuk
ESFAS mengoptimalkan layanan sampah bagi masyarakat
Kabupaten Mukomuko
ESFAS
Faktor Peluang (oportunity)- 0 Strategi S-O Strategi W-O
Pemerintah pusat berencana menganggarkan hingga mengikuti program sanitasi yang ditetapkan oleh Untuk menyongsong program-program dari
Rp14 trilun untuk keperluan sanitasi yang terprogram pemerintah pusat untuk tahun 2010-2015 pemerintah dan negara donor, maka lembaga
hingga lima tahun ke depan (2010-2015), naik lima pengelola sampah perlu ditingkatkan, sehingga
kali daripada sebelumnya. (Direktur Jenderal Cipta dapat menjadi dapat menjadi bagian atau bahkan
Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Budi Yuwono) UPTD dari dinas pekerjaan umum
mengikuti program IUWASH (indonesia urban water, Untuk menyongsong program-program dari
adanya dana dari negara donor untuk pengembangan sanitation and hygiene) dari USAAID pemerintah dan negara donor, maka perlu adanya
sanitasi antara lain : program IUWASH (indonesia peningkatan SDM dari lembaga pengelola sampah
urban water, sanitation and hygiene) dari USAAID dan POKJA
mengikuti program dana hibah dari AusAID, Untuk menyongsong program-program dari
Pemerintah Australia melalui AusAID akan sehingga dapat dana hibah sebesar Rp. 10 milyar pemerintah dan negara donor, dan dalam rangka
memberikan dana hibah total sekitar AUD 40 juta dalam program percepatan hibah pembangunan menunjukan kesiapan (readiness), maka
atau Rp 10 Miliar per kota/kabupaten yang berminat sanitasi tahun 2012-2014 perencanaan yang terkait dengan pengembangan
dalam Program Percepatan Hibah Pembangunan sampah dilakukan seperti, penyusunan masterplan,
Sanitasi tahun 2012-2014 dalam program Australia DED dll.
Indonesia Infrastructure Grants for Sanitation (sAIIG)
(Direktur Bina Program Antonius Budiono)
Dengan adanya berabagai program dari pemerintah
adanya program dari pembiayaan APBN-PHLN mengikuti program dari pembiayaan APBN-PHLN pusat dan negara donor, maka akan mendorong
AusAID berupa percepatan pembangunan sanitasi AusAID berupa percepatan pembangunan sanitasi pihak swasta untuk berperan dalam pengelolaan
(P2S/IEG) untuk sektor persampahan dan air limbah (P2S/IEG) untuk sektor persampahan dan air limbah sampah,
dan program hibah air limbah terpusat/WSI dan program hibah air limbah terpusat/WSI
Kuadran IV Kuadran II
Prosesnya sama seperti diatas, pada analisis SWOT untuk sub sektor drainase. Total skor faktor
strategic internal untuk pengembangan sub sektor drainase di Kabupaten Mukomuko sebesar 2,88 Dan
skor faktor strategic eksternal sebesar 3,11. Berdasarkan Gambar 4.1 internal-eksternal matriks di atas,
dapat diketahui posisi pengembangan sanitasi sub sektor drainase di Kabupaten Muko-muko berada di
sel 2 pada sel tersebut berarti tumbuh (growth) dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal artinya
strategi mengarah kepada usaha konsolidasi di kelembagaan yang mengelola drainase. (table bobot dan
nilai sub sektor persampahan dapat dilihat di Lampiran)
Selanjutnya menggunakan SWOT matriks dengan analisis ini akan menghasilkan 4 set kemungkinan
alternative strategi yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O dan strategi W-T dengan penjelasan dapat
dilihat pada Gambar 3.5
meningkatkan belanja sanitasi dari Rp.8.456 per mengundang pihak swasta/CSR dannegara donor
belanja sanitasi per kapita/tahun di kabupaten orang/tahun mendekati atau melebihi dari angka untuk pembangunan sarana dan prasarana drainase
Mukomuko tahun 2010 hanya Rp. 8.456 atau (16,3 %) ideal sebesar Rp. 52.000 per orang/tahun terutama yang investasinya besar (drainase primer,
dari standar ideal belanja sanitasi menurut Bank pond dll)
Dunia sebesar Rp.52.000 per kapita/tahun
Kuadran IV Kuadran II
Gambar 5.4 Posisi pengelolaan sanitasi saat ini komponen promosi higiene sanitasi (Prohisan)
tatanan rumah tangga
Kuadran IV Kuadran II