Isip Kejang Demam
Isip Kejang Demam
Disusun oleh:
Gizela Yuanita
Pembimbing:
dr. Nahwa Arkhaesi, M.Si. Med., Sp.A
Kepala : mesosefal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera tidak ikterik,
pupil isokor 3 mm, reflek cahaya (+/+) (normal).
Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), krusta perdarahan (-)
Mulut : Lipatan nasolabial simetris (+), kering (-), sianosis (-), pucat
(-), lidah kotor (-),gusi berdarah (-)
Tenggorok : Tonsil T3-T3 hiperemis (+), kripte melebar (-), detritus (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)
Dada
Inspeksi : Simetris, tak ada bagian yang tertinggal saat bernafas, retraksi
(-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-), hantaran (-/-).
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Perkusi : Batas kiri : sulit dinilai
Batas atas : sulit dinilai
Batas kanan: sulit dinilai
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-),
bising (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kembali cepat, hepar/lien
tidak teraba, turgor baik.
Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Ekstremitas
superior inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill <2” <2”
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis -/- -/-
Tonus N/N N/N
Klonus -/- -/-
STATUS ANTROPOMETRI
Laki-laki
BB = 15 kg
TB = 95 cm
BMI = 15/(0,95 x 0,95)
= 16,62 kg/m2 → P75
Kesan status gizi pasien: Baik
Status Gizi
Berat badan terhadap usia = 0 (median) → Normal
Tinggi badan terhadap usia = dibawah -1 → Normal
Berat badan terhadap tinggi = 0 (median) → Normal
IMT terhadap usia = dibawah 1 → Normal
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM RS NASIONAL
DIPONEGORO
7 November 2018, pukul 23.00 WIB
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7 10,7 – 14,7 gr/dl
Lekosit 26,5 5,5 - 15,5 x 103/uL
Trombosit 402 217 – 497 x 103/uL
Hematokrit 42,2 31,0 – 43,0 %
Eritrosit 4,57 3,7 – 5,7 x 106/uL
INDEX ERITROSIT
MCV 92,3 72 – 88 fL
MCH 25,6 23 – 31 pg
MCHC 27,7 32 -36 g/dL
RDW-CV 19,3 11,5 – 14,5%
1.5 DIAGNOSIS
1. Obesevasi kejang demam dd/ kejang demam simpleks, kejang demam
kompleks
2. Observasi febris 1 hari dd/ tonsillitis akut
3. Diare akut dd/ diare disentriform
4. Hiponatremia
a) Infus RL 1440/60ml/15tpm
4.7 FOLLOW UP
S: Pasien sudah tidak demam, tidak kejang. BAB cair 3 kali sejak
O: KU = Compos mentis
HR = 104x/menit T= 36,70C
RR = 22x/menit
A: - Diare disentriform
- Hiponatremi
- Tonsillitis akut
8 November 2018
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Eosinofil 0 2–4%
Basophil 0 0–1%
Neutrofil batang 14 3–6%
Neutrofil segmen 60 25 – 60 %
Limfosit 24 25 – 50 %
Monosit 2 1–6%
HR = 119x/menit T= 36,80C
RR = 28x/menit
Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur
bulan sampai tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38 0C,
dengan metode pengukuran suhu apapun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial. Perlu diperhatikan bahwa demam harus terjadi mendahului kejang.
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan – 5 tahun, puncaknya pada
usia 14-18 bulan.1,2
Kejang disertai demam juga terjadi pada diagnosis diferensial lain yang
berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat (SSP). Oleh karena itu, diagnosis
selain kejang demam harus dipikirkan bila ditemukan:
Kecurigaan atau bukti proses intrakranial, baik infeksi, radang, massa, dan
proses lainnya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan
penunjang.
Terdapat gangguan elektrolit
Riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
Terjadi pada bayi <1 bulan
Bila terjadi pada anak <6 bulan atau >5 tahun perlu dipikirkan penyebab lain
yang lebih sering yaitu infeksi SSP
Secara klinis, klasifikasi kejang demam dibagi menjadi dua, yaitu kejang
demam simpleks/sederhana dan kompleks. Keduanya memiliki perbedaan
prognosis dan kemungkinan rekurensi.
Kejang demam sederhana (simple febrile seizure):
Kejang umum tonik, klonik, atau tonik-klonik, anak dapat terlihat mengantuk
setelah kejang
Berlangsung singkat <15 menit
Tidak berulang dalam 24 jam
Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
Kejang demam sederhana merupakan 80 diantara seluruh kejang demam.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti sendiri.1
Antikonvulsan Intermitten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada
kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.1
Antikonvulsan Rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek (level of
evidence 3, derajat rekomendasi D).
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Keterangan:
• Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,
BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.
• Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
fokus organik yang bersifat fokal. Keterangan:
• Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,
BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.
• Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
fokus organik yang bersifat fokal.
Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih dahulu, jika tidak
berhasil/orangtua khawatir dapat diberikan terapi antikonvulsan rumat.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (level of evidence 1, derajat rekomendasi
B). Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.
Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam
valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah
15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis.1
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Faktor resiko berulangnya kejang demam bila terdapat riwayat kejang demam
atau epilepsi dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, suhu tubuh kurang dari
390C saat kejang, interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan
terjadinya kejang, apabila kejang demam pertama adalah kejang demam
kompleks. Bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang
demam hanya 10-15%. Berdasarkan hasil analisa kasus pasien An. FAR memiliki
prognosis baik.1
Edukasi harus diberikan karena umumnya kejang merupakan hal yang
menakutkan bagi setiap orangtua, berupa hal yang harus dikerjakan saat anak
kejang seperti jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut, memiringkan anak
untuk mencegah aspirasi (bila muntah), longgarkan pakaian yang ketat, tetap
bersama anak selama dan sesudah kejang, serta tetap melakukan vaksinasi sesuai
usia anak.1
Daftar Pustaka
1. HD Pusponegoro, DP Widodo, S. Ismael, penyunting. Konsensus
penatalaksanaan kejang demam. Jakarta: IDAI; 2016.
2. Pudijadi AH, Latief A. Buku ajar pediatric gawat darurat. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2008.
3. Kim AH, Lee W, Kim M, Kim Y, Han K. White blood cell differential counts
in severely leucopenic samples: a comparative analysis of different solutions
available in modern laboratory hematology. Blood Res. 2014. 49 (2): 120.
4. Johnston MV, Seizures in childhood. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM,
Geme J, Schor N, Behrman RE. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
5. American Academy of Pediatrics. Committee on Quality Improvement,
Subcommittee on Febrile Seizures. Practice Parameter: Long-term Treatment
of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103 (6): 1307-9.