Anda di halaman 1dari 1

Bilangan 12 : 1-16

Tema : Tugas Kenabian Perempuan dan tantangannya

Siapa Miryam :
Saudara Musa dan Harun (Bil 26:59).
Memimpin tarian di Laut Merah (Kel 15:20-21).
Kena kusta karena mengatai Musa (Bil 12:1-10).
Disembuhkan kembali (Bil 12:11-16).
Mati dan dikuburkan (Bil 20:1).
Miryam diingat orang sebagai pahlawan bangsa (Mi. 6:4)

Ada banyak tantangan untuk perempuan dapat mengambil bagian dalam karya pelayanan di luar rumah,
misalnya sebagai seorang Majelis. Tantangan itu dibagi 2 yaitu tantangan dari luar dan dari dalam.
Tantangan dari luar yang akan dibahas disini yaitu budaya. Menjadi perempuan itu tidak mudah dalam
masyarakat Patriakh yaitu masyarakat yang mengagungkan laki-laki. Banyak cap yang diberikan oleh
masyarakat kepada Perempuan yang mengekang perempuan untuk melakukan yang terbaik.
Perempuan lemah, lebih utamakan rasa dari otak ( perempuan tidak pintar ), perempuan yang baik yaitu
yang kerja di dalam rumah/ibu rumah tangga, perempuan harus tunduk pada laki-laki, sumur, dapur dan
kasur adalah tugas utama perempuan. Semua ini adalah persepsi yang dibentuk karena budaya Patriakhi
/ mengagungkan laki-laki. Pada akhirnya, perempuan sering ditempatkan pada posisi sulit jika harus
berdiri/berperan di luar rumah.
Bacaan ini akan menegur namun sekaligus mencerahkan perempuan tentang peran perempuan di
tengah masyarakat ataupun dalam jemaat.
1. Miryam dan Harun “mengatai” Musa. Kata mengatai ini bermakna negative. Miryam dan Harun
membandingkan diri mereka dengan Musa, dan merasa bahwa mereka sama, yaitu orang yang
dipilih Tuhan ( sebagai nabi/nabiah). Kata-kata ini mengandung perasaan cemburu sekaligus iri
hati yang membungkus di dalamnya. Kebiasaan ‘mengatai’ ini rasanya tidak asing bagi para
perempuan. Mengatai ini diartikan sebagai suka membicarakan/mempercakapkan kejelekan
orang lain/ menjelek-jelekan/mengumpat. Kebiasaan ini tidaklah perlu dibanggakan dan
dikembangkan. Kebiasaan ini salah dan harus ditinggalkan/dihapuskan. Cap perempuan tukang
gossip, suka fitnah, dll harusnya menjadi tantangan bagi perempuan untuk menuntukan
sebaliknya. Ini adalah tantangan berat yang berasal dari dalam diri perempuan yang harus
diatasi supaya tidak menghambat perempuan berdiri sebagai nabiah yang menyampaikan
kebenaran Allah. Bibir dan mulut perempuan haruslah dikekang dan dibersihkan dari kata-kata
maupun ucapan yang menghina, memaki, menjelekkan, menfitnah, dan digunakan untuk
menyampaikan kata-kata penghiburan, penguatan, pujian, berkat, pemberi motivasi, dll.
2. Hukuman diterima oleh Miryam, namun Harun tidak. Ada sanksi dari Allah untuk Miryam,
sedangkan Harun tidak mendapatkannya. Pertanyaannya, apakah Allah tidak adil ?? Allah Maha
adil, namun masyarakat berbudaya yang sering tidak adil. Alkitab ditulis dan dibentuk dalam
balutan budaya Patriakh sehingga banyak tulisan yang dipengaruhi dan terpengaruh oleh
budaya itu, seperti kisah perempuan yang berzina maupun kisah kita sekarang ini. Kisah Miryam
mendapatkan hukuman sedangkan Harun tidak dilihat dalam bingkai budaya Patriakh tersebut.
Ini merupakan tantangan dari luar yang sering menghambat perempuan untuk berkarya.
Tantangan ini harus dihilangkan dengan cara mengubah cara pandang dan cara berpikir, didalam
Tuhan, Perempuan dan laki-laki diciptakan sama dan mendapat tugas panggilan yang sama yaitu
menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan dan melakukan kebenaran. Perempuan harus
mengambil bagian dalam karya pemberitaan Firman di tengah dunia.
Beberapa pertanyaan Diskusi :
apakah masyarakat bersikap adil kepada para perempuan yang berkarya di luar rumah ??
bagaimana sikap sesama perempuan kepada para perempuan yang aktif di luar rumah ?? ( PA :
diskusi dan sharing )

Anda mungkin juga menyukai