Anda di halaman 1dari 14

PEREMPUAN

DI RUANG PUBLIK:
Mari Belajar dari Debora
(Bernego Dibawah pohon
Kurma)
By
Pdt. Nettina Samosir, S.Th., M.Psi
Isi Presentasi
• Tentang Debora (Hakim-hakim 4 dan 5):
 Nabi
 Isteri
 Hakim
 Pembebas
• Potret Perempuan di Ruang Publik di Indonesia
 Perempuan dalam Gereja
 Perempuan dan Masyarakat/Bangsa
• Memperkuat Peran Perempuan di Ruang Publik
• Pembelajaran dari Debora: Tugas Gereja untuk
Pemberdayaan Perempuan
Makna Nama Debora
• Deborah dalam bahasa Ibrani artinya lebah.
• Lebah memiliki rumah, hidup dalam
komunitas, taat pada pemimpin, menyukai
bunga, berbicara (mendengung), peduli
pada turunan, bersenjata/memiliki
sengatan.
• Deborah dihubungkan secara positif dengan
lebah: membawa kekuatan, sukacita,
pasukan yg mengalahkan musuh,
mengkoordinasi kehidupan rakyat ketika
berhadapan dengan bahaya dan ancaman.
Latar Belakang Hidup Debora: Patriarki
• Deborah hidup antara tahun 1200an-1000an
sebelum Kristus.
• Dalam budaya Yahudi, seorang perempuan
tidak berdiri dengan kekuatan mereka sendiri,
melainkan atas kekuatan suami mereka.
• Mereka dilihat melalui kacamata laki-laki,
dalam suatu dunia laki-laki (androsentrisme).
• Gambaran perempuan yang baik dalam
Perjanjian Lama: setia pada suami, pekerja
keras dalam rumah, bekerja di ladang,
memintal/membuat pakaian, mengatur rumah
tangga, mendatangkan keuntungan bagi suami
(Amsal 31:10-31).
Peran Debora:
1. Nabi
• Umumnya nabi-nabi dalam Alkitab
adalah laki2, kecuali: Debora (Hakim-
hakim 4 &5), Miriam (Kel. 15:20),
Hulda (2 Raja 22), Hana (Luk. 2:36)
• Fungsi Nabi:
 Juru bicara Allah: menyampaikan
kehendak Allah kepada umat.
 Tidak untuk meramalkan masa depan
secara rinci, melainkan utk menafsirkan
kehendak Allah dalam sejarah.
 Membina dan mendorong dan
menghibur mereka yang lemah dan
tertindas
 Debora: dekat dengan Tuhan dan Tuhan
memberinya hikmat untuk mengatur
strategi kelepasan bangsanya dari
penjajahan.
Peran Debora:
2. Perempuan dalam Keluarga (Isteri)
• Seperti perempuan penting lainnya dalam
Alkitab, dia menikah, namun suaminya
disebutkan sepintas saja (4:4).
• Paling utama adalah bahwa dia
mengarahkan, memimpin, dan
memobilisasi rakyatnya dalam situasi
darurat bangsanya.
• Dia menikah berarti dia punya rumah
tangga dan keluarga, namun dia juga
adalah perempuan yang perhatiannya
tidak hanya utk keluarganya. Dia peduli
terhadap seluruh masyarakatnya.
• Itu sebabnya dia disebut “ibu di Israel”
(Hak. 5: 7)
Peran Debora:
3. Hakim
• Pada masa awal zaman patriarkal,
kepala keluarga dan tua-tua
berperan sebagai hakim (band. Kej.
38:24)
• Di padang gurun, Musa mjd hakim,
sampai mertuanya menyuruh
untuk mengorganisir umat dalam
kelp2 dengan hakim2 yg
bertanggungjawab atas
kelompok2(1000 orang; 100 orang;
50 orang; 10 orang) (Kel. 18:13-27).
• Seseorang mjd hakim, jika memiliki
kebijaksanaan dan keberanian
untuk memutuskan perkara (4:5).
Peran Debora:
4. Pembebas
• Debora membebaskan bangsanya dari
penjajahan bangsa Kanaan yg sudah menindas
mereka selama 20 tahun.
• Dia bekerja sama dengan Barak sbg panglima
perang.
• Barak menghormati dia dan mengandalkan
kepemimpinan Deborah utk bertempur: “Kalau
kau tak pergi bersama denganku untuk
bertempur, aku tak pergi”.
• Debora tidak saja hanya membebaskan
bangsanya dari penjajahan bangsa Kanaan, dia
membebaskan mereka dari patriarki.
Menghargai Lapidoth
• Lapidot dikatakan suami dari Deborah.
• Lapidot harus dihargai karena
mendukung isterinya untuk berkarya di
ruang publik.
• Tidak banyak suami seperti Lapidoth
yang mendukung isteri mereka untuk
berkarya di ruang publik (band. Rasul
Paulus I Tim. 2:11-15)
• Mengasuh Lapidot-Lapidot masa kini:
pola pengasuhan dalam keluarga: anak-
anak belajar dari contoh suami/ayah
yang menghargai peran isteri mereka di
ruang publik.
Perempuan dalam Gereja di Indonesia
 Catatan Konsultasi2 PGI & Persetia (1983-2005) tentang Perempuan
dalam Gereja di Indonesia:
 Tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia dalam gereja dan
masyarakat:
 Tantangan budaya: patriarki (peminggiran dan diskriminasi terhadap perempuan)
 Tantangan praktis: domestifikasi perempuan, akibatnya beban ganda.
 Tantangan teologis: keengganan untuk menahbiskan perempuan.
 Agenda membangun kesadaran dan menciptakan kesempatan:
 Mendorong suatu pembaharuan pemahaman mengenai satus dan peran perempuan
dalam gereja2 di Indonesia.
 Mengembangkan pemimpin-pemimpin perempuan berpendidikan teologi di Indonesia.
 Perempuan Kristen Indonesia mengembangkan teologi mereka yang khas, yaitu suatu
teologi feminis Indonesia.
Perempuan dalam Masyarakat
• Akses perempuan Indonesia untuk berperan di ruang
publik makin terbuka.
• Terutama oleh kesempatan pendidikan
memungkinkan perempuan berperan dalam berbagai
sektor kehidupan.
• Meski demikian masih ada tantangan terkait aspek
sosial budaya: Patriarki dan Maskulinitas
menyebabkan ketidakadilan gender.
 Penomorduaan (sub-ordinasi)
 Peminggiran (marjinalisasi)
 Beban ganda
 Kekerasan (fisik, psikis, verbal, seksual)
 Pemberian label negatif
 Akibatnya: seringkali perempuan tidak
dipercaya & tidak percaya diri sebagai
pemimpin.
Peran Gereja untuk
Memperkuat Peran Perempuan di Ruang Publik
• Perlu pendasaran teologis yang kuat dalam naskah
ajaran gereja.
 Baik laki-laki maupun perempuan adalah gambar Allah (imago
Dei).
 Gereja menjadi tempat yang paling utama dan aktor utama
dalam mempromosikan kepenuhan kemanusiaan (full
humanity) bagi perempuan dan laki-laki.
• Aturan gereja dan tindakan afirmatif untuk selalu
memastikan kesempatan yang sama bagi perempuan
dan laki-laki dalam pelayanan dalam gereja (tak boleh
ada diskriminasi):
 kesertaan dalam persidangan gereja, keterlibatan dalam
kepengurusan/kepanitiaan
 Mendukung pengembangan diri perempuan
• Edukasi nilai-nilai kesetaraan gender dalam gereja,
sampai keluarga (kurikulum sekolah minggu,
katekisasi, pengajaran gereja).
• Mendukung peran perempuan dalam peran di
masyarakat.
Dorong Kepemimpinan Perempuan
• Jadilah gereja yang transformatif:
berubah dan mengubah = mendidik,
mengorganisir, dan menggerakkan
perubahan dalam masyarakat.
• Prioritaskan pendidikan yang baik
bagi anak laki2 maupun anak
perempuan.
• Upayakanlah kepemimpinan feminis,
tidak sekedar kepemimpinan (oleh)
perempuan.
• Kepemimpinan feminis dicirikan oleh:
 kesetaraan,
 hubungan timbal-balik,
 pemberdayaan,
 menciptakan ruang di mana orang2
muda (perempuan dan laki2) dapat
bertumbuh dalam semangat yang positif.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai