Askep Perioperatif Stroke 3 PDF
Askep Perioperatif Stroke 3 PDF
N DENGAN DIAGNOSA
MEDIS STROKE INTRACEREBRAL HEMORRHAGE DENGAN TINDAKAN
CRANIOTOMY DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
KHOERUR ROSID AL ISLAM
A11501038
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat
ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh
dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan
kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut
(Junaidi, 2011)
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke
sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu,
diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah
dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam
peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit
vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme
glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24
tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
laki (7,1%).dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,
prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%).
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,
prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0
per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi
kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di
Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke
antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), stroke dibedakan menjadi stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah
tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun 2011 (0,03%).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana Melakukan Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Ny.N Dengan Kasus Stroke Intracerebral Hemorrhage Di Ruang IBS
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”?
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan laporan askep ini hanya akan membahas asuhan keperawatan
perioperatif pada Ny.N dengan kasus Stroke Intracerebral Hemorrhage
D. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Stroke
Intracerebral Hemorrhage
b. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pasien dengan
Stroke Intracerebral Hemorrhage
2. Mampu menyiapkan instrumen pada tindakan craniotomy
3. Mampu menyiapkan linen dan disposible material pada tindakan craniotomy
4. Mampu menjelaskan untuk menjadi instrumentator pada tindakan craniotomy
5. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi dengan kasus
Stroke Intracerebral Hemorrhage
E. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Individu
Dapat mengetahui teori dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek dirumah sakit di ruang IBS terkait Stroke Intracerebral Hemorrhage
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang keperawatan
perioperatif Stroke Intracerebral Hemorrhage
c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
➢ Susunan Saraf pusat
1. Medula Spinalis
a. Otak besar
b. Otak kecil
2. Otak
3. Batang otak
➢ Susunan saraf perifer
1. Susunan saraf somatic
Susunan saraf yang mempunyai
peranan spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat
lintang.
2. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peranan penting memengaruhi pekerjaan otot
involunter (otot polos) seperti jantung, hati, pancreas, jalan pencernaan, kelenjar
dan lain-lain.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
➢ Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus.
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
➢ Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako-
oksipitalis.
3. Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus
oksipitalis.
4. Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:
1. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian
tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu juga korteks
sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan
yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan daya yang lain. Bagian
anterior lobus temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut
psikokorteks.
3. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral
B. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2008).
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah disfungsi neurologi
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak sesuai
dengan tanda dan gejala daerah lokal pada otak yang terganggu. Stroke Hemoragik
adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam otak yang memicu perdarahan di sekitar
organ tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau terputus. Tanpa
pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat cepat mati sehingga fungsi otak
dapat terganggu secara permanen.
C. TANDA GEJALA
Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain :
1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada sesi otak
yang berlawanan,hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
2. Kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif
atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya).
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual
spasial,kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5. Disfungsi kandung kemih.
Asosiasi pemulihan stroke di New South Wales tampil dengan suatu akronim
untuk membuat orang tahu bila mereka dalam bahaya akan terkena serangan stroke, atau
telah mengalaminya tanpa menyadarinya yaitu DANGER (Henderson,2002:10)
a. Dizziness or unsteadiness (rasa pening atau rasa tidak tetap pada tangan atau pada
tangan dan atau pandangan mata).
b. A change in mental abilities (suatu perubahan dalam kemampuan-kemampuan
mental).
c. Numbness,weakness,or paralisys in the face,arm or leg on one side of the body (mati
rasa, rasa lemah,atau lumpuh wajah, atau tungkai pada satu sisi tubuh).
d. Garbled speech or inability to speak (bicaranya kacau, atau kata katanya terbolak-
balik,atau ketidakmampuan untuk berbicara).
e. Eye problem (masalah-masalah mata) penglihatan suram yang tiba-tiba pada satu
mata atau terjadi penglihatan ganda.
f. Report to your doctor immediately (laporkan pada dokter dengan segera) karena
gejala-gejala ini pulih dengan cepat dan barangkali tidak akan ada peringatan kedua.
D. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis
dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih
tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
➢ Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti
thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, sub kortikal,
nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme paling sering
didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat
dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan ventrikel otak, ataupun di
dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke
ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan inta kranial yang
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan tekanan intra kranial yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso
spasme pembuluh darah serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang
setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso spasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan
oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi
kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme
otak, tidak boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga
bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses
metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. (Price &
Wilson, 2006).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT scan Pada kasus stroke
CT scan dapat membedakan stroke infark dan stroke hemoragik. Pemeriksaan CT
scan kepala merupakan gold standar untuk menegakan diagnosis stroke. (Rahmawati,
2009).
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum pemeriksaan Magnetic Res onance Imaging (MRI) lebih sensitive
dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu melihat adanya iskemik
pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke non hemoragik. MRI
juga digunakan pada kelainan medulla spinalis. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat
mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur.
Kelemahan lainnya adalah tidak bisa memeriksa pasien yang menggunakan protese
logam dalam tubuhnya, preosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta
harga pemeriksaan yang lebih mahal (Notosiswoyo, 2004).
c. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
d. Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke.
e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
f. Elektro Encephalografi (EEG) mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
➢ Pemeriksaan Laboratorium
1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur
turun kembali.
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
F. THERAPI
1. MEDIS
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
• Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
• Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler.
• Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
2. KEPERAWATAN
a. Phase Akut :
• Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
• Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
• Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat
tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.
b. Post phase akut :
• Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik, Program fisiotherapi,
Penanganan masalah psikososial
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien kesadaran somnolen. Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
✓ Pengkajian Pre Operasi
I. PENGKAJIAN
Hari : Jum’at
Tanggal : 07 Desember 2018
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jam :16.00 WIB
Metode : Wawancara dan observasi
Sumber : Keluarga pasien
Oleh : Khoerur Rosid Al Islam
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 66 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bantul, Yogyakarta
Pekerjaan : Swasta
Status : Kawin
Diagnosa : Stroke Hemoragik
No.RM : 13-44-xx
Tgl.Masuk : 07 Desember 2018
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 49 Tahun
Alamat : Bantul, Yogyakarta
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh pusing
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari RS PKU Muhammadiyah Gamping datang ke RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan Stroke Intracerebral Hemorrhage,dan di
pindahkan ke ICU, Pasien ke IBS di lakukan craniotomy pada tanggal 07 Desember
2018 jam 16.00 wib.
3. Riwayat dahulu:
Keluarga Pasien mengatakan pasien mengalami hipertensi sudah sejak lama sekitar
10 tahun yang lalu..
4. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien
D. Pola Fungsi Virginia Henderson
a) Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat bernafas dengan normal
tanpa bantuan alat.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat bernafas dengan normal
menggunakan alat bantu nafas. RR : 20 x/mnt.
b) Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan 2-3 x/hr, dengan lauk
pauk seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air
putih.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan menggunakan sonde sesuai
dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 10.00 WIB
pada tanggal 07 Desember 2018.
c) Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien BAK 5/6 x/hr, dengan warna
kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna
kekuningan, berbau khas.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1x/hr, BAK 300 cc kali
perhari di tempat penampungan/urinebag dengan warna kuning, berbau khas Pasien
terpasang Down Cateter ukuran 16.
d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mampu beraktivitas tanpa
bantuan orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur
karena kesadaran menurun GCS: E : 1, V: 3, M : 5
e) Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat tidur dengan nyenyak
tanpa gangguan orang lain,
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidur berkurang sering gelisah dan
kesadaran menurun
f) Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat mengenakan pakaiannya
sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dibantu perawat ketika mengenakan
pakaian
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien ketika dingin mengenakan jaket
ketika panas mengenakan kaos.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien ketika dingin mengenakan selimut,
ketika panas tidak memakai selimut. Suhu : 37º C.
h) Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : keluaarga pasien mengatakan pasien mandi 2 kali sehari, keramas 1
kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya diseka oleh perawat
i) Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien merasakan nyaman ketika
berada dilingkungan rumahnya.
saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya terdiam di tempat tidur karena
kesadaran menurun.
j) Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada gangguan dalam
berkomunikasi kepada orang lain.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien terdapat gangguan dalam
komunikasinya karena penyakit stroke yang di alaminya
k) Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat melaksanakan ibadah
sholat 5 waktu.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya di bisikin untuk sholat dan
istighfar dalam hati.
l) Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : keluarga pasienmengatakan pasien bekerja sebagai Swasta
Saat dikaji : keluraga pasien mengatakan pasien tidak bisa bekerja karena penyakit
yang di alami sekarang
m) Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien lebih sering menonton telivisi
bersama keluarga
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa menonton telivisi karena
kesadran menurun
n) Keb. Belajar
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mendapat informasi dari
televisei dan tetangga
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mendapat informasi kesehatan
terkait penyakitnya dari dokter dan perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 37º C
Nadi : 100 x/menit
TD : 223/115 mmHg
RR : 20x/menit
BB : 80 kg
TB : 160 cm
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Buruk
Kesadaran : Somnolen, GCS: E : 1, V: 3, M : 5
Cepalo- Caudal:
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Ekspresi :Non Ekspresif
Simetris wajah :Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut :Putih,distribusi merata, panjang 1 mm.
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra :Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :Normal
Konjungtiva :Ananemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya
miosis pada mata kanan dan kiri 2mm.
3) Telinga
Bentuk :Normotia
Liang telinga :Lapang
Serumen :Tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga
kanan maupun kiri
Nyeri auricular :Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan
maupun kiri
4) Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, pucat, tidak sianosis
Gigi : Hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Lidah : Normoglosia, tremor, kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher
Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan,
Trakea : Di tengah, fungsi menelan baik.
7) Thorax
PARU-PARU
Inspeksi :Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat
statis dan dinamis
Palpasi :Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua
hemithorax
Perkusi :Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada
sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada
sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing
JANTUNG
Inspkesi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi :Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea
midklavikularis sinistra
Perkusi :
5 1
5 1
G. Pemeriksaan penunjang
2 Basofil 0 % 0-1
3 Eosinofil 1 % 1-3
4 Neutrofil 91 % 50-70
5 Limfosit% 8 % 20-40
6 Monosit% 0 % 2-8
9 Hematrokit 42 % 39-52
H.THERAPY
a. ALAT
Set Basik Instrument
NO NAMA JUMLAH
1 Masker 4
2 Povidon iodin 1
3 Alcohol 1
4 Sarung Tangan No 7,5 1
5 Sarung Tanganm No 7 3
6 Sarung Tangan Tidak steril 1
7 Kassa 20 Lembar
8 Bisturi No. 11, 23 1
9 Softsilk 3.0 1
10 Safil 2.0 1
11 Filapev 2.0 1
12 Hypafik 30 cm
13 Aqua injeksi 25 ml 1
14 Spuit 10cc 1
15 NaCl 500 ml 1
16 Underpet 1
17 Sikat 4
18 Bone wax 1
19 sufratul 1
20 ETT 20 1
21 Lyostip 1
22 TT No 7 1
23 Daryantul 1
24 Softban 1
25 Hs gamex, AMS, Biogel 3
26 Kasa lipat 3
27 Infuse set 1
c. Linen
NO NAMA JUMLAH
1 Jas operasi 4
2 Duk besar 2
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2
LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN
A. INSTRUMENT
NO TINDAKAN ALAT
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem
ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Canul suction, selang section
5 Pemasangan bipolar Set Alat bipolar
6 Sayat area frontal siap bisturi 23, dan kasa
8 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , bipolar.
9 Menghentikan perdarahan klemarteri, kassa steril, pinset,
bipolar, suction
10 Insisi selaput cranium bisturi 11
12 Mengamankan kulit kepala dan selaput Kasa basah 2 lembar, klem
dendy
craniu
13 Cek perdarahan Kasa, pinset anatomis, bipolar
14 Bor cranium Bor , mata bor cranio
15 Melepas cranium frontalis Handle gigli, gigli
16 Mengamankan cranium Kom besar, Nacl
17 Membuka Bisturi no.11, pinset cirugis
duramater,arachnoid,piamater
18 Cek perdarahan Kasa, pinset anatomis, bipolar
19 Irigasi Nacl dan Suction perdarahan di Canul saction, nacl
otak
20 Draping perdarahan Daryantul, lyostip, Bone wax
21 Membersihkan area Nacl
22 Membuat irigasi Infuse set, klem, bisturi 11
23 Menyipan cranium kasa
24 Penutupan selaput cranium Softsilk 3.0, needle
holder,pinset cirugis, gunting
benang
25 Penutupan skin frontalis Safil 3.0 needle holder,pinset
cirugis, gunting benang
26 Cek perdarahan Kasa, pinset anatomis
SIGN IN
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai identitas, V
lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan
2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai V
3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap V
4 Apakah pulse oksimetri berfungsi V
5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi V
6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi V
7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada anak- V
Anak)
TIME OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama dan tugas V
2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi diinsisi V
3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan dalam 60 V
menit sebelumnya
4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan diambil V
5 Berapa lama akan dikerjakan V
6 Apa antisipasi kehilangan darah V
7 Apa ada pertimbangan kusus pasien V
8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi V
9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus V
10 Apakah foto perlu ditampilkan V
SIGH OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi perawat secara verbal:
Nama prosedur V
Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap V
Berikan label pada spesismen V
Apakah ada permasalahan di pertalatan V
2 Apa perhatian untuk recovery room dan manajemen V
pasien
I. ASKEP PRE OPERASI
a. Data focus
Data Subjektif
• -
Data obyektif
• Tampak cemas, gelisah
• TTV: TD: 223/115 N: 100x/mnt RR: 20x/mnt
• Ekstermitas atas bawah kiri lemah, motorik = 1
b. Analisa Data Dan Pre Operasi
S : 37o C
Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan Stroke
Intracerebral Hemorrhage Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila proses
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan dengan Stroke Intracerebral Hemorrhage
didapatkan bahwa pasien kesadaran menurun dan ekstermitas kiri atas dan bawah
motorik =1 dan di lakukan tindakan craniotomy untuk mengurangi TIK, perawat
memberikan dukungan moral kepada keluarga pasien agar operasi berjalan dengan
lamcar. Sebelum dilakukan pembedahan pasien sudah di puasakan selama 6-8 jam dan
sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah satunya adalah antibiotic profilaksis.
Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda vital nya hal tersebut untuk
mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul selama
proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1) Pre operasi
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan Hipertensi
2) Intra Operasi
Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan
3) Post operasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang
di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi
sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan
dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan
pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi
cemas. Selain itu,perawat membisikan kepada pasien agar tetap berdoa supaya operasi
berjalan dengan lancer, perawat juga melakukan Pendidikan mengenai prosedur tindakan
juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan kepada keluarga pasien.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi pasien
juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan
yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan
yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap
dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal tersebut
dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi regional.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi
dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu ICU/bangsal..
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan komunikasi,
persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses pembedahan dapat
berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatan
perioperatif yaitu Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan Hipertensi,
Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur invasif dan insisi pembedahan, Risiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan pasien
dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan dengan baik
sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi, dan etika dalam keperawatan dapat di terapkan sesuai SPO.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006
Herdman, T heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA.2012-2014.Jakarta : EGC
Nanda International.2011. Nursing Diagnoses : definition dan classification Oswari, E.
2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta
Prince,sylfia A. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Vol. 2, Edisi
6. Jakarta: EGC
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan