Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi masyarakat, baik

secara lisan maupun tulis. Merupakan suatu kenyataan bahwa manusia

mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital, karena bahasa merupakan

salah satu ciri pembeda antara manusia dengan mahluk hidup lainnya. Komunikasi

melalui bahasa memungkinkan setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Selain itu, bahasa juga merupakan alat

pertukaran informasi meskipun terkadang informasi yang dituturkan oleh lawan tutur

sulit untuk dipahami.

Suatu proses berbahasa dikatakan berjalan dengan baik apabila makna yang

disampaikan oleh penutur dapat dipahami oleh lawan tutur. Seseorang melakukan

tindak tutur yang baik dan benar, apabila tindak tutur itu tidak melukai lawan

bicaranya, maka proses berkomunikasi pun akan berjalan lancar. Tindak tutur yang

baik dan benar sangat berkaitan dengan konteks dalam situasi, karena situasi yang

berbeda dapat mempengaruhi makna sebuah tindak tutur yang sama. Bagaimana

suatu tuturan dan dengan siapa tuturan itu dilakukan merupakan suatu bagian dari

penilaian kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa berupa bagaimana

penggunaan dan pemilihan kata yang baik dengan memperhatikan dimana, kapan,

dan kepada siapa tuturan itu dilakukan. Kesantunan dalam berbahasa sangat

dibutuhkan karena akan berpengaruh dalam proses komunikasi. Begitu pula

kesantunan berbahasa dalam transaksi jual beli.

Salah satu ruang untuk bersosialisasi dan komunikasi dalam transaksi jual

beli yaitu dialer kendaraan, tempat dimana orang-orang biasanya melakukan suatu

transaksi jual beli kendaraan bermotor.

1
Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian tentang realisasi

kesantunan berbahasa dalam transaksi jual beli kendaraan bermotor. Penggunaan

bahasa yang sopan dan santun harus kita biasakan sesuai dengan konteksnya.

Robin T. Lakoff memberi teori tentang kesantunan berbahasa. Beliau

mengajukan teori kesantunan berbahasa menjadi tiga buah kaidah kesantunan

berbahasa yang harus dipatuhi. Ketiga kaidah kesantunan itu adalah (1) formalitas

(formality), (2) ketidak tegasan (hesitancy), (3) persamaan atau kesekawanan

(equality or camerderie).

B. Hasil dan Pembahasan

1. Prinsip Kesantunan Robin T.Lakoff


Prinsip kesantunan sendiri mempunyai beberapa pengertian menurut
Robin T. Lakoff bahwa dalam berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur,
tak terjadi pemahaman kehendak, serta adanya pilihan (give option), sehingga
pesan atau ide yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik
dan timbul kesantunan serta adanya rasa nyaman dan ramah. Lakoff (1972)
menyatakan tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya kesantunan di dalam
kegiatan bertutur Skala yang harus ditaati agar tuturan itu lebih santun.
Antara lain ;
a). Skala Formalitas
Skala formalitas berarti jangan memaksa atau jangan angkuh.
Konsekuensi Skala ini adalah bahwa tuturan yang memaksa dan angkuh
adalah tuturan yang tidak atau kurang santun.
Contoh:
 “Cepat bawa bukunya kemari, lama sekali!”
 “Maaf, pintunya dibuka saja agar udaranya dapat masuk!”
Tuturan yang pertama bukan merupakan Skala formalitas karena
tuturan tersebut tidak santun dan angkuh. Sedangkan tuturan yang kedua
merupakan Skala formalitas karena pada tuturan kedua penutur menuturkan

2
tuturan tersebut dengan santun dan menggunakan kata maaf pada saat
menuturkan tuturan tersebut.
b) Skala Ketidaktegasan
Skala ketidaktegasan berisi saran bahwa penutur hendaknya bertutur
sedemikian rupa sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan.
Contoh:
 “Jika Anda tidak keberatan dan tidak sibuk, saya harap Anda bisa datang
dalam acara peresmian gedung nanti sore!”
 “Jika ada waktu dan tidak mengganggu, pergilah ke kantor mengambil
surat yang tertinggal!”
Kedua tuturan di atas merupakan tuturan yang termasuk dalam Skala
ketidaktegasan karena tuturan di atas adalah tuturan yang santun dan
memberikan pilihan kepada mitra tuturnya untuk melakukannya atau tidak.
c) Skala Persamaan atau Kesekawanan
Makna Skala ini adalah bahwa penutur hendaknya bertindak seolah-
olah mitra tuturnya itu sama, atau dengan kata lain buatlah mitra tutur merasa
senang.
Contoh:
 “Tulisanmu rapi sekali, hampir sama seperti tulisanku.”
 “Tarianmu tadi sungguh memukau.”
 “Mengapa nilai sastramu tetap jelek?”
Tuturan pertama dan kedua di atas merupakan tuturan yang
memenuhi Skala persamaan atau kesekawanan karena dalam tuturannya,
penutur membuat mitra tutur merasa senang. Sedangkan, tuturan ketiga
sebaliknya karena membuat mitra tuturnya tidak merasa senang.

3
Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Transaksi Jual Beli Kendaraan
Bermotor (Kajian Teori Lakoff)
*Tempat: Yamaha Surya Prima A. Yani No.1 KM 2,8 Kota Banjarmasin.

Berikut adalah pembahasan sebuah rekaman transaksi jual beli kendaraan


bermotor yamaha di Surya prima yang berbentuk rekaman audio dan ditranskipkan
dalam bentuk teks:

Penjual: Ini baru dikirimi dari gudangnya, ketika barang habis langsung dikirimi. jika
kue masih panas-panasnya.

Pembeli: ini baru aja kah barangnya?

Penjual: sudah mulai akhir maret, ulun baru kehabisan. Ada berapa yoo dapat? ada
satu, ohh dua…..

Pembeli: yang ini enggak tabung ya.

Penjual: kalo tabung yang ini, yang R. klo ini kan 3 macam pilihannya...

Pembeli: klo harganya gimana?

Penjual: Terserah kamu aja, mau cash, kredit atau belajar kredit tanpa bunga.......

Penjual: dimana rumah kamu?

Pembeli: dekat aja, dipekauman

Penjual: saya orang pekauman

Pembeli: dimana kamu

Penjual: di Sartika. rumah susun dekat polsek, kamu dimananya

Pembeli: Dimutiaranya.......

Penjual: Jika kredit biasa uang mukanya 2,5 saja, bulanan 1,8 itu sekitar 3 tahunan,
mau uang muka 5 juta bisa juga, 1 juta saya potong. Jadi jika anda uang

4
mukanya 5 juta, maka anda bayar 4 juta saja, ada subsidi 1 juta dan
bulanannya juga ikut berkurang juga”......................
Pembeli: Persyaratannya apa saja jika ingin ngredit kendaraan ini.

Penjual: KTP suami istri, kartu keluarga.

Pembeli: KTP suami istri, maka belum nikah.

Penjual: Kalau ini, STNK atas nama siapa.

Pembeli: misalkan nama saya.

Penjual: Kerja dimna kamu

Pembeli: saya belum kerja.

Penjual: Kalau anda bu

Pembeli: saya masih kuliah

Penjual: oh kuliah, kamu gak kuliah

Pembeli: saya pengangguran saja

Penjual: Yang kerja ada

Pembeli: Ada, adik saya yang kakak dari dia, trus gimana

Penjual: Yang bayar siapa

Pembeli: Yang bayar saya, tapi gimna persyaratannya.

Penjual: anda sudah kerja atau belum

Pembeli: Saya sudah kerja, tapi sambil ngajar aja

Penjual: Ngajar di

Pembeli: Ngajar di sekolahan

Penjual: di Sekolahan mana ya

5
Pembeli: Cuma honorer aja, boleh tidak

Penjual: Boleh aja

Pembeli:Tapi kadang dapat transferan dari mama buat kami disini.

Penjual: KTP anda ada bawa lah, bisa saya lihat.

Pembeli: nah cuma ada kartu pelajar aja.

Bentuk realisasi kesantunan berbahasa yang ditemukan dalam transaksi jual

beli kendaraan bermotor dapat dilihat dari tuturan sebagai berikut:

1. Skala formalitas berarti jangan memaksa atau jangan angkuh. Konsekuensi dari

skala ini adalah bahwa tuturan yang memaksa dan angkuh adalah tuturan yang

tidak atau kurang santun.

Contoh sebagai berikut:

Pegawai: silakan masuk mas, mba, mau liat-liat motornya dulu? Kita juga

punya barang yang baru datang.

Tuturan di atas dapat dikatakan memenuhi skala formalitas karena tidak

ditemukan suatu paksaan maupun keangkuhan yang menyebabkan tuturan

tersebut kurang santun.

2. Skala ketidak tegasan berisi saran bahwa penutur hendaknya bertutur sedemikian

rupa sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan.

Contoh sebagai berikut:

Pegawai: maaf sebelumnya, mas nya mau kredit atau cash?

Pegawai: Jika kredit biasa uang mukanya 2,5 saja, bulanan 1,8 itu sekitar 3

tahunan, mau uang muka 5 juta bisa juga, 1 juta saya potong. Jadi jika anda

uang mukanya 5 juta, maka anda bayar 4juta saja, ada subsidi 1juta dan

6
bulanannya juga ikut berkurang juga, tapi terserah mas nya saja, mau kredit

atau cash.

Tuturan di atas dapat dikatakan memenuhi skala ketidak tegasan karena penutur

bertutur sedemikian rupa sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan.

3. Skala kesekawanan, makna skala ini adalah bahwa penutur hendaknya bertindak

seolah-olah mitra tuturnya itu sama, atau dengan kata lain buatlah mitra tutur

merasa senang.

Contoh sebagai berikut:

Pegawai: rumah mas nya dimana?

Pembeli: di Sartika

Pegawai: wah, rumah mas nya lumayan dekat dari rumah saya dong mas.

Tuturan di atas dapat dikatakan memenuhi skala ketidak tegasan karena

peutur bertindak seolah olah sama atau dengan kata lain penutur ingin mengakrabkan

diri kepada lawan tuturnya sehingga membuat lawan tutur merasa senang karena

terkesan dihargai.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada berbagai bentuk

kesantunan berbahasa yang ditemukan dalam transaksi jual beli kendaraan bermotor.

Pada dasarnya kesantunan dalam berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting

untuk diterapkan. Penerapan kesantunan berbahasa berdasarkan skala kesantunan

yang di kemukakakan oleh Robin T. Lakoff direalisasikan oleh pegawai dialer di

Yamaha Surya Prima A. Yani No.1 KM 2,8 Kota Banjarmasin, yaitu skala

formalitas, skala ketidak tegasan dan skala kesamaan atau kesekawanan.

7
C. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Yamaha Surya Prima A.

Yani No.1 KM 2,8 Kota Banjarmasin, dapat disimpulkan bahwa penjual sepeda

motor tersebut menggunakan ke tiga skala Robin T. Lakoff yaitu skala formalitas,

skala ketidak tegasan dan skala kesekawanan dalam realisasi jual beli sepeda motor.

Hal ini tentu dapat dilihat dari respon penjual yang sangat ramah dalam proses

transaksi jual beli tersebut. Saat transaksi jual beli tersebut penjual tidak pernah

terkesan memaksa kepada pembeli, melainkan selalu menyerahkan keputusan di

tangan pembeli. Penjual hanya memberikan sedikit saran yang dinilai baik kepada

pembeli.

D. Daftar Pustaka

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga

8
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TRANSAKSI

JUAL BELI KENDARAAN BERMOTOR (KAJIAN TEORI LAKOFF)

Mata Kuliah: Pragmatik

DosenPembimbing: Drs.H. Alimuddin A. Djawad, M.Hum.

DisusunOleh:

Nama NPM

Lia Hairil Bariah (3061511009)


Mawardi (3061511006)
Minawati dewi (3061511011)
Robiansyah (3061511143)
FitriaHandayani (3061511001)
Marianah (3061511008)
Tania (3061511I45)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2019

Anda mungkin juga menyukai