Anda di halaman 1dari 11

KETIKA SAINS [AKUNTANSI] BERTASBIH SPIRIT CINTA

Rahayu Indriasari

Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta, Palu


Surel: indriasari398@gmail.com

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.08.6025

Abstrak: Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta. Artikel ini


bertujuan untuk mengaji bahwa ilmu pengetahuan [akuntansi] harus
dapat memberi manfaat kepada kehidupan di alam semesta. Melalui
proses perenungan, pemikiran, dan pengalaman, ilmu pengetahuan
[akuntansi] sejatinya dibangun dengan tidak hanya tunduk pada dogma-
dogma yang terlanjur mapan, akan tetapi lebih mengindahkan realitas
disekitarnya. Hal menarik dari artikel ini adalah bahwa membangun
ilmu pengetahuan [akuntansi] melalui proses perenungan, pemikiran,
dan pengetahuan dengan energi cinta mampu memberi pemahaman
atas realitas dunia akuntansi. Melalui energi cinta pula akuntansi dapat
me­nemukan kembali keindahan dan keikhlasannya, sehingga para
Jurnal Akuntansi Multiparadigma pelaku [akuntan] dapat menuai kasih dan sayang serta keberkahan.
JAMAL
Volume 6
Nomor 2
Abstrak: When Science of [Accounting] glorify Spirit of Love. This
Halaman 175-340 article aims to examine that science [accounting] should provide benefits
Malang, Agustus 2015 to life in the universe. Through a process of reflection, thought, and experi-
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
ence, knowledge [accounting] actually built with not only subject to the dog-
mas which have already been established as the theories that are known
Tanggal Masuk: in the idea of positivism, but more heed to the reality around it. Another
15 Februari 2015
interesting thing of this article is science [accounting] that build through
Tanggal Revisi:
a process of reflection, thought, and experience through the energi of love
18 Juni 2015
is able to provide an understanding of the realities of the world of sci-
Tanggal Diterima:
8 Juli 2015
ence [accounting]. Through the energi of love, accounting can rediscover its
beauty and sincerity, so that the perpetrators [accountants] can reap love
and blessings.

Kata Kunci: Ilmu Pengetahuan, Akuntansi, Cinta

Cukup lama sains (baca: ilmu penge- multidimensi, dimana ilmu pengetahuan
tahuan dan teknologi/iptek) dibuat cong- seringkali dibangun dengan tunduk pada
kak dan sombong oleh manusia (Syakrani dogma, rasional, empirikal dan objektivitas
2010:53). Kalimat pendek namun terkesan hingga sering melupakan hal-hal yang bersi-
provokatif dari Syakari tersebut bisa me­ fat realitas. Maka yang terjadi adalah ilmu
nimbulkan efek stimulus bagi kita untuk pengetahuan [akuntansi] tidak lebih dari
bertasbih dalam berpengetahuan [akun- sekedar “kebenaran” relatif. Bisa jadi per-
tansi]. Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan nyataan Triyuwono (2013) yang menyatakan
(akuntansi) telah berkembang dengan pesat bahwa akuntansi sering mendewakan ra-
memang tidak dapat dipungkiri. Aakan teta- sionalitas benar adanya. Pelibatan men-
pi masih banyak ditemui kekurangan atau dalam pada proses kehidupan, termasuk di
celah yang dapat mengakibatkan terjadinya dalamnya pelibatan proses pemikiran, ma-
“pembenaran” dari sudut pandang manu- kin tersingkir oleh segala hal yang sifatnya
sia atau paham-paham tertentu. Mengapa praktis, teknis, dan bersifat seketika dan
demikian?. Jawabannya adalah karena saat membuat orang kian malas untuk berpikir.
ini telah terjadi krisis yang kompleks dan Karena kehidupan memang tidak dipahami

316
Indriasari, Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta 317

sebagai proses terus-menerus sebagai upaya menjawab berjuta pertanyaan dan keingin-
pemuliaan diri, namun hanya disebut se­ tahuan manusia. Pencarian jawaban atas
bagai sukses secara sederhana. berbagai pertanyaan-pertanyaan manusia
Berangkat dari keyakinan bahwa se- tersebut tidak perlu dilakukan jauh-jauh.
bagai manusia yang memiliki kemampuan Seluruh jawaban dapat diperoleh dalam
untuk menghasilkan maha karya dan keya- diri masing-masing. Membentengi manusia
kinan bahwa ilmu pengetahuan tidak hidup dengan sikap, pikiran, dan perilaku mulia
dengan sendirinya, sejatinya ilmu penge- dalam ilmu pengetahuan [akuntansi] adalah
tahuan [akuntansi] yang terbangun harus bentuk tanggung jawab profesional kita, se-
mempunyai manfaat kepada kehidupan di bagaimana Capra (1999) berpendapat bah-
alam semesta. Kodrat yang diberikan oleh wa sejatinya ilmu pengetahuan dibangun
Tuhan kepada manusia berupa jasad dalam dengan tidak melupakan unsur intelektual,
bentuk sebaik-baiknya, ruh, akal, nafsu, moral dan spiritual agar berdampak pada
dan qalbu harus dapat melakukan kebaji- seluruh aspek kehidupan.
kan di dunia dan akhirat. Kesadaran untuk Artikel ini bertujuan untuk mengkaji
berpengetahuan [akuntansi] dan mengem- secara lebih mendalam tentang perlunya
bangkannya menjadi kebutuhan absolut membangun ilmu pengetahuan [akuntansi]
bagi manusia. Sebab ilmu pengetahuan melalui proses Perenungan (contempla-
[akuntansi] membutuhkan kesadaran ma- tion), pemikiran dan pengalaman (experi-
nusia kepada hal-hal yang baik. Sebagaima- ences). Pembahasan dimulai dengan kekuat­
na yang diungkapkan oleh Halim (2014) an e­ nergi cinta untuk ilmu pengetahuan
bahwa ilmu pe­ ngetahuan harus menemu- [akuntansi]. Kemudian dilanjutkan dengan
kan cinta sejatinya. Sementara Agung (2012) penjabaran makna cinta. Bagian akhir dari
menyatakan bahwa kita harus menemukan tulisan ini adalah upaya membangun ilmu
sosok “akuntansi yang sebenarnya”. Seba­ pengetahuan [akuntansi] dengan hati baru
gai wujud kesadaran akan eksistensi diri melalui prose perenungan, pemikiran, dan
dan untuk eksistensi orang lain, saya ber- pengalaman.
keyakinan bahwa mengembangkan ilmu pe­
ngetahuan baik yang bersentuhan dengan
alam maupun sosial harus dibangun dengan PEMBAHASAN
kerja dan karya yang bernilai kebajikan. Il- Refleksi diri melalui proses pemikir­
mu pengetahuan (akuntansi) tersebut dapat an, pengalaman, dan perenungan. Tulisan
terbangun melalui proses Perenungan (con- yang akan disajikan dalam artikel ini meru-
templation), pemikiran (reflection) dan pe­ pakan hasil dari refleksi diri melalui proses
ngalaman (experiences). pemikiran, pengalaman, dan perenungan.
Mengapa dengan perenungan?, ja­- Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
wab­ an­
nya adalah dengan perenungan ses- definisi pemikiran sebagai sebuah proses,
ungguhnya telah terjadi sebuah proses ber- cara atau perbuatan memikirkan sebuah
fikir manusia (thinking process). Bagamana problem yang memerlukan pemecahan. Pe­
de­ngan pemikiran?, saya berkeyakinan bah- ngalaman didefinisikan sebagai sesuatu
wa ilmu pengetahuan manusia dihasilkan yang pernah dialami, dijalani, atau dira-
dari “proses berpikir” untuk menjawab ke- sakan, sedangkan perenungan didevinisikan
ingintahuan manusia tentang berbagai hal sebagai sebuah proses, cara, atau perbuat­
dalam kehidupan. Lalu bagaimana pula de­ an untuk merenung. Sebagai makhluk yang
ngan pengalaman?, dari pengalaman diper- diciptakan oleh Tuhan dengan bentuk yang
oleh penemuan, percobaan, dan pengamatan sempurna, manusia diberi organ berupa otak
yang dilakukan, dan bukankah pengalaman yang digunakan untuk bekerja dan berfikir.
adalah guru yang baik?. Ketika proses fase Dalam ilmu kedokteran, otak dibagi dalam
kehidupan kita jalani dengan tidak melalui empat bagian yaitu, cerebrum (otak besar),
jalan pintas, tidak dengan Bim Salabim Abra cerebellum (otak kecil), brainstem (batang
Kadraba seperti yang sering diungkapkan otak), dan limbic system (sistem limbik). Ke-
oleh para pesulap, maka disitulah sejatinya empat bagian tersebut masing-masing me-
ilmu pengetahuan [akuntansi] itu berkem- miliki fungsi dimana otak besar digunakan
bang. Diperlukan kearifan manusia untuk manusia untuk berfikir, menganalisa, ber-
memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan logika, berkesadaran, berencana, menyim-
seiring dengan berkembangnya zaman agar pan memori, dan kemampuan visual, dan
ilmu pengetahuan yang terbangun mampu kualitas cerebrum seseorang menunjukkan
318 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 316-326

kualitas IQ orang tersebut. Otak kecil mem- hirnya artikel ini saya sajikan sebagai hasil
punyai fungsi sebagai pengontrol sikap sese­ refleksi yang merupakan bauran dari proses
orang. Batang otak mengatur fungsi dasar pemikir­an, pengalaman, dan perenungan.
dalam diri seseorang, sedangkan sistem lim- Energi Cinta. Cinta adalah fitrah ma-
bik berfungsi memutuskan mana yang perlu nusia dan setiap manusia dianugerahi rasa
mendapat perhatian dan mana yang tidak. Cinta. Cinta adalah energi. Energi yang
Keempat bagian otak tersebut bekerja mampu memberi warna kehidupan. Ia bisa
bersama yang secara kognitif melakukan menggerakkan, menghidupkan dan mem-
proses berfikir dengan cara mentransfor- beri semangat. Cinta seperti layaknya manu-
masi berbagai informasi yang diterimanya. sia juga ciptaan Tuhan. Sama seperti manu-
Menarik untuk disimak bahwa satu bagian sia yang keberadaanya dimuka bumi akibat
dari fungsi otak yaitu sistem limbik dapat Adam dan Hawa melanggar perintah Allah
me­nyimpan banyak informasi yang tidak SWT, Cintapun turun kebumi tatkala ia usai
tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim diciptakan oleh Tuhan.
disebut sebagai otak emosi atau tempat ber- Konon dikisahkan dalam sebuah cerita
semayamnya rasa cinta dan kejujuran yang saat cinta tiba di bumi, dimulailah episode
oleh Jung sebagaimana dikutip oleh Nai- pengembaraan Cinta. Ia berjalan sejauh
saban (2003) disebut sebagai alam bawah mungkin dan bertanya tentang siapakah
sadar. Jika demikian sejatinya Tuhan me- sebenarnya dirinya pada siapa saja yang ia
nyediakan tempat bermuaranya cinta pada temui dalam perjalanan pengembaraanya.
manusia termasuk kita sebagai pelaku Pada alam semesta, pada bumi yang dipi-
akuntansi. Proses berfikir dengan cinta jaknya, pada air dilautan samudera, pada
dapat melahirkan banyak inspirasi untuk pohon yang kokoh berdiri, pada gunung yang
berkembangnya ilmu pengetahuan terma- tinggi menjulang, pada lebatnya hutan rim-
suk akuntansi. Sifat manusia yang selalu ba, pada angin yang bertiup kencang, pada
ingin tahu (curiousity) adalah hakikat manu- api yang panas membara, pada langit biru
sia akan dirinya. Demikianlah, dari proses yang indah dipandang, hingga ia bertemu
berfikir dengan cinta akan menghasilkan matahari yang terik menyengat tubuh, lalu
ide-ide gemilang sebagai sebuah karya ma- ia bertanya pada matahari, dan matahari
nusia. Dalam proses ini pula manusia mem- menjawab, “Cinta adalah hidup untuk mem-
peroleh pengalamannya. Sesuatu yang per- beri energi kehidupan dan cahaya harapan,
nah dialami, dirasakan, atau dijalani adalah ia takkan lelah memberi sampai ia padam
pengetahuan yang dapat kita bagikan baik dan mati. Sampai disini Cintapun merasa
bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. telah mengenal siapa dirinya.
Akhirnya dari berfikir dan pengalaman kita Dalam pengembaraan lainya ia berte-
bisa melakukan proses permenungan se- mu dengan manusia, dan manusia bertanya
bagai refleksi atas apa yang kita lihat, kita pada Cinta, wahai Cinta apakah sebenarnya
rasakan, kita jalani ataupun kita alami. Na- arti dirimu?. Cintapun menjawab, Cinta
mun demikian saya tidak ingin mengatakan adalah engkau patuh kepada-Nya, meski
bahwa ketiga proses tersebut ada yang sa­ kau tak melihatnya, meski engkau tak men-
ling mendahului, bisa jadi dari sebuah pere- ciumnya atau merabanya, tapi engkau patuh
nungan kita bisa menghasilkan pemikiran, karena engkau merasa akan hadir-Nya. Se-
atau dari pengalaman kita bisa berfikir dan bab Cinta bukanlah indera tapi ia adalah
melakukan permenungan. rasa. Manusia kemudian bertanya lagi pada
Berdasarkan penjelasan di atas, artikel Cinta, bisakah aku merasakan?, Cinta men-
ini ditulis dengan gaya cerita atau narasi. jawab “Selama engkau mengetahui hakekat
Cerita akan diawali dengan kekuatan cinta penciptamu dan bersyukur dengan apa yang
dalam proses berfikir, namun demikian di- Dia beri, maka itu semua akan kau rasakan,
dalamnya juga terdapat proses perenungan percayalah padaku”. Manusia pun berte-
dan secuil pengalamannya yang dapat ter­­ - riak “Wahai Kau Sang Maha Pecinta, teri-
ingat oleh saya. Kemudian cerita dilanjutkan malah cintaku yang sederhana ini, izinkan
dengan paradigma pelangi yang mengajar- aku merasakan Cinta-Mu yang Maha Indah,
kan pada kita akan keindahan warna warni (Soebachman 2011:11).
sebagai penggambaran paradigma dalam Dari kisah Cinta diatas menyiratkan
berilmu pengetahuan [akuntansi]. Tentu betapa Cinta adalah sebuah emosi yang lem-
saja hal ini juga sebagai buah pikir dan but, ia begitu sulit untuk definisikan, begitu
proses perenungan yang saya lakukan. Ak­ sulit untuk dijelaskan dengan rangkaian
Indriasari, Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta 319

kata indah sekalipun, namun ia memberi bisa menimbulkan efek ketenangan bathin,
energi yang dahsyat bagi siapa saja yang menyejukkan mata dan itulah keindahan
merasakannya. Energi Cinta yang dibang- yang tak ternilai harganya.
kitkan dengan menghadirkan Cinta di de-
nyut nadi jantung kita pun bersifat lembut. Masih jelas teringat oleh saya, dulu saat
Karena sifatnya yang lembut ini, sering kali saya masih duduk dibangku SMEA (Seko-
kita lupa akan kekuatan energi Cinta. Se­ lah Menengah Ekonomi Atas) yang secara
bagai anugerah Ilahi, Cinta (dengan huruf kebetulan tata buku (sekarang akuntansi)
“C” besar) mempunyai potensi dan energi adalah jurusan yang saya pilih. Guru Pe­
mengendalikan hati untuk memperjuangkan ngantar Akuntansi memberi penjelasan bah-
kebenaran dan prinsip moral (truth and mo- wa akuntansi adalah sebuah seni mencatat,
rality principle). mengelompokkan, meringkas dan melapor-
Cinta secara universal tidak saja dile- kan transaksi-transaksi yang terjadi dalam
katkan pada mahkluk hidup tapi ia ada suatu perusahaan. Sebuah definisi yang
disemua lini kehidupan alam semesta bah- saat ini baru saya sadari tak memberi “ni-
kan pada benda mati sekalipun. Cinta ha- lai” apa-apa. Seni yang dimaksud tak lebih
rus dibangun antara manusia dengan Sang dari proses mencatat dari bukti transaksi
Pencipta sebagai cinta yang abadi, manusia hingga menghasilkan laporaan keuangan.
dengan manusia, manusia dengan mahkluk Harusnya seni bisa memberi arti yang lebih
hidup atau mati. Demikian pula cinta harus dari sekedar mencatat sebab seni itu sendiri
tumbuh dan hidup dalam ilmu pengetahuan berkonotasi indah.
(akuntansi) agar ilmu pengetahuan (akun- Namun itulah akuntansi dalam paham
tansi) tersebut lebih bermanfaat dan ber- materialitas, tidak bermakna indah hingga
makna disemua aspek kehidupan di alam se- membuat orang-orang yang terlibat didalam-
mesta. Jika demikian bagaimana seharusnya nya tidak merasakan “sesuatu” yang indah
akuntansi tumbuh dan bekerja?. Kamayanti untuk dinikmati. Mungkin ada benarnya
(2012) mengingatkan kita bahwa ilmu pe­ juga doktrin senior-senior kami sewaktu
ngetahuan atau akuntan[si] harus tumbuh kami mengikuti kegiatan pekan orientasi
dan bekerja dengan “kesadaran”. Bentuk mahasiswa, kegiatan yang wajib diikuti
kesa­ daran akan Tuhan, kesadaran spiritu- oleh setiap mahasiswa baru (Maba). Setiap
alitas, dan kesadaran etis yang dinternalisasi maba jurusan Akuntansi (kebetulan saat
de­ngan cinta dapat membentuk kesadaran itu saya menjadi mahasiswa di Universitas
yang utuh bagi akuntan[si]. Dengan cinta Hasanuddin) diberi pertanyaan, “Mengapa
semua akan menjadi nyata. Akuntan[si] jika pilih jurusan Akuntansi, lalu apa itu Akun-
dibangun tanpa cinta ibarat “kendaraan” tansi?”. Beragam jawaban dari para Maba,
yang hanya berperan sebagai driver yang siap tentunya. Ada yang menjawab, memilih ju-
mengantar kemana saja tapi dengan prinsip rusan akuntansi karena prospek masa de-
yang penting sampai ketempat tujuan, tak pannya cerah, mudah mendapat pekerjaan,
peduli jalan yang ia lalui. Akuntansi yang dan sebagainya, dan sebagainya. Sedangkan
demikian tidak akan membawa manfaat apa itu akuntansi, secara umum menjawab
disemua aspek kehidupan, ia tak lebih dari bahwa, “Akuntansi adalah seni pencatatan,
sekedar theorema belaka, ia tak lebih dari pengelompokkan, …(dan seterusnya)”. Tapi,
lembaran kertas berisi taburan angka yang apapun jawaban para Maba, tidak ada yang
memperlihatkan sisi materialistik manusia. benar dan tidak pula salah. Tentu kami,
Lalu pertanyaannya adalah mengapa harus Maba sudah mahfum akan hal itu. Karena
dengan cinta?. ketika kami menjadi Maba, maka hak asasi
Cinta adalah keindahan. Manusia kami telah dicabut (secara sepihak tentu-
senantiasa memerlukan keindahan, dan Tu- nya) oleh para penguasa –senior-senior. Dan
han pun menciptakan bumi beserta isinya aturan yang berlaku hanya dua pasal. Pasal
dengan segala keindahannya. Keindahan pertama, “Senior selalu benar”, dan pasal
yang bisa memiliki wujud dan bentuk namun kedua, “Jika senior salah, maka kembali ke
disisi lain keindahan tak memiliki keduanya pasal satu”. “Jadi, akuntansi itu adalah Ilmu
ia hanya ada dalam hati yang mendatangkan seni bela diri”, lanjut salah seorang senior.
rasa kagum, senang, bahagia yang tak ter- “kok kayak Karate atau Taekwondo ya?”,
ungkap dengan tersurat namun ia ada de­ bisik salah seorang teman dengan muka
ngan tersirat. Indah bukan hanya persoalan keheranan. Doktrin itu terasa berlebihan,
enak dipandang tapi ia melebihi itu, indah tentunya menurut pikiran kami. “Mana ada
320 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 316-326

definisi seperti itu”, pikir saya ketika itu. Ibarat stigma “gangguan jiwa”, maka “Opini
Namun, setelah kuliah minggu pertama, ke­ tidak wajar ” misalnya, hanya dapat diucap-
dua, ketiga dan….banyak semester, rasanya kan oleh seorang akuntan yang menguasai
definisi itu ada benarnya dan tidak sepenuh- akuntansi (pengetahuan) yang diperolehnya
nya salah. Bagaimana tidak, jejalan tugas di fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi (in-
yang bertubi-tubi, yang tidak bisa disele- stitusi). Apa artinya?, Gahral 2011:6 me­
saikan seorang diri, sistem mata kuliah yang ngutip Zizek (2008) mengungkapkan bahwa
bersyarat (dengan syarat yang sangat pan- realitas yang kita hidupi ditentukan oleh
jang tentunya), literatur dan textbook tidak satu rejim diskursif yang bersumbu pada pe­
ada yang ‘tipis’, dan pastinya dengan para ngetahuan dan kekuasaan. Rejim diskursif
dosen yang ‘cakep’ dan “super”, cakep tapi adalah rejim yang menentukan seperangkat
saklek, saklek tapi cakep. Semua itu, antara aturan tentang apa yang dapat dan harus
lain membuat kami para mahasiswi khusus- dikatakan dari posisi tertentu dalam realitas
nya, menjadi tidak punya waktu untuk dan- sosial.
dan atau tampil modis seperti teman-teman Akuntan hanya melihat “diri” nya sen­
di jurusan manajemen, bahkan mungkin, diri tanpa mau tahu apa dampak dan efek
“No time for Love”. “Mana ada peragawati di yang bisa ditimbulkan oleh hasil keahlian-
Akuntansi, yang ada hanya Pendekar”, itu- nya sebagai suatu “kebenaran”. Tanpa mau
lah yang biasa diucapkan teman-teman co- menyadari bahwa tanggung jawab akuntan
wok dari jurusan lain. tidak hanya sekedar atau sebatas itu tapi
Disadari atau tidak, suka atau tidak, ada tanggung jawab (akuntabilitas) yang
ada benarnya atau tidak ada salahnya, apa lebih luas. Pertanyaan selanjutnya adalah,
yang kita rasakan mempengaruhi pikiran, apakah keterkungkungan akuntan (subjek)
karakter dan perilaku kita. Bahwa, akun- di dalam rejim diskursif menyisakan pe­
tansi itu “keras” sehingga harus dihadapi luang emansipasi?. Walaupun tidak secara
dengan dengan kelihaian, kewaspadaan, tegas Foucault menjawabnya, bahwa subjek
kecurigaan namun tetap dengan kebang- memang terkungkung namun keterkung-
gaan. Bangga kita (akuntan) bisa menata kungan tersebut dapat diretas secara radi-
(setting) laporan keuangan agar kewajiban kal ketika si subjek melakukan dis-identifi-
pajak bisa di atur dengan bahasa memanaj kasi dengan rejim diskursif dominan (Gahral
pajak –bukan tidak membayar pajak tapi 2011:11).
hanya mengaturnya. Bukan memanipulasi Dalam pikiran dan bahasa yang
cuma merekayasa, dan seribu satu alasan sederhana, menurut saya, kita harus mau
dengan logika (standar) pembenaran yang berubah, dimulai dengan mengenali diri kita
dilakukan. Maka, menjadi benar adanya jika sendiri dan menemukan energi dalam diri
Ludigdo (2008) menyatakan bahwa etika kita. Mungkin, sulit dibayangkan berubah
menjadi sering terlupakan oleh akuntan ke- untuk mendapatkan sesuatu yang tidak
tika menjalankan profesinya. Ibarat anekdot pasti dan meninggalkan kemapanan –status
Nashruddin, jika ditanya “Apakah akuntan quo, yang sudah pasti. Rasa takut merupa­
adalah orang yang adil atau orang yang kan pagar tertinggi, tapi jika yang pasti itu
lalim?”. Maka jawabannya mungkin adalah, adalah ketidakpastian itu sendiri, kenapa
“Akuntan bukan orang yang adil dan bukan harus takut. Berubah memang tidak semu-
pula orang bejat yang lalim –tidak adil dan dah membalikkan tangan atau sejago power
tidak lalim. Karena yang lalim adalah orang ranger berubah menjadi pahlawan pembela
yang bejat, lalu apakah akuntan orang yang kebenaran. Namun juga tidak berarti sulit
bejat?. atau tidak mungkin. Setidaknya mulai dari
Opini akuntan publik atas tingkat ke- diri dan sekarang. Now and Here.
wajaran suatu laporan keuangan, dimana Sampai disini harus diakui bahwa
akuntan “hanya” bertanggung jawab atas akuntansi sejatinya harus indah, dan ia ha-
opininya, sedangkan laporan keuangan rus menampilkan dirinya dengan keindahan,
merupakan tanggung jawab manajemen. Pa- tidak hanya sekedar selembar kertas berisi
dahal, opini yang dihasilkan sebagian besar ribuan atau bahkan jutaan angka yang ha­
merupakan hasil judgment dengan segala nya bisa membuat orang yang melihat tidak
kerelatifannya. Betapa besarnya power dan tergerak sedikitpun untuk membacanya.
arogansi yang hendak kita tunjukkan. Ini Lalu bagaimana akuntansi yang indah itu?.
batasan wilayah saya. Saya hanya bertang- Menurut saya akuntansi harus memperli-
gung jawab atas ini dan tidak untuk itu. hatkan keindahan cinta didalamnya. Indah
Indriasari, Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta 321

dalam definisinya, indah dalam prakteknya Keihklasan harusnya ada dalam segala
dan indah pula dalam implementasinya. Ka- aspek kehidupan, bahkan dalam akuntansi
lau akuntansi hanya dibangun dengan pa- sekalipun. Akuntansi yang dijalani de­ ngan
ham debet dan kredit saja dan dengan oposisi keihklasan oleh para pelakunya sungguh
binernya, kalau tidak di debet yah di kredit, merupakan sebuah keindahan cinta dalam
begitu pula sebaliknya. Maka keindah­ an ilmu pengetahuan. Ihklas disini lebih di-
yang adapun hanya sebatas catatan dan tekankan pada pelaku akuntansi dan semua
lembaran kertas dengan warna hitam pu- yang terlibat atau yang berkentingan di-
tih, yang tidak memberi rasa bahagia, tidak dalamnya dengan harapan akuntansi meng-
memberi rasa nyaman, tidak memberi rasa hasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
aman, tidak memberi rasa tenang dan tidak semua pihak.
pula memberi rasa tentram. Menabur Cinta Menuai Kasih Sayang.
Keindahan akuntansi sejatinya bisa Masih teringat jelas dalam ingatan saya ke-
dibangun dengan tidak melupakan Sang Pe- tika Taman Kanak-kanak kita sudah diajar-
milik Akuntansi (Tuhan). Maka indah rasa­ kan meruntutkan suatu peristiwa dengan
nya kalau akuntansi berisi “nilai lain” sebab menggunakan gambar. Misalnya saja, ketika
bukankah akuntansi adalah sarat dengan akan berangkat sekolah maka kegiatan-ke­
nilai?. Akuntansi harusnya tidak melupakan giatan apa saja yang akan dilakukan secara
agama, tidak melupakan etika tidak pula runtut; bangun-mandi-berpakaian-sarapan-
melupakan realitas social (Mulawarman dan berangkat sekolah. Atau kegiatan; menanam
Ludigdo 2010, Mulawarman 2010, Horomnea biji-tumbuh tunas-tumbuh bunga/buah-
dan Pascu 2012, Triyuwono 2013, Williams dan saatnya memetik (panen). Sederhana,
dan Adam 2013). Kalau saat ini akuntansi tapi tentunya ada tujuan atau filosofi dari
yang terbangun hanya berisi paham materi- pengajaran tersebut. Saya, mungkin saat itu
alitas dengan mengesampingkan nilai-nilai tidak ingat apa yang terpikirkan oleh pikiran
spiritualitas, etika dan realitas sosial maka saya yang kala itu masih anak-anak. Tapi,
sudah saatnya akuntansi terbangun dengan saya cukup yakin jika saat itu saat menger-
keindahan cinta Sang Pencipta. Maka ba­ jakannya secara tidak beruntut, tentunya
ngunlah akuntansi dengan cinta, sebab cinta itu salah (padahal belum tentu salah) dan
adalah sebuah keindahan. Allah pun menyu- akan dipandu oleh ibu guru TK saya yang
kai keindahan dan Tuhan pun adalah Cinta. “sangat sabar” untuk melakukannya de­
Cinta adalah Keihklasan. Ihklas ngan benar. Bahwa, sebelum tumbuh daun,
seringkali diartikan sebagai melakukan se­ maka harus kita menanam bijinya terlebih
suatu dengan rela tanpa paksaan, karena dulu, tidak lupa kita harus merawatnya de­
Allah atau sesuai dengan kata hati. Pema- ngan baik memberi pupuk dan menyiram,
haman akan keihklasan seringkali disalah agar tanama­n itu bisa tumbuh dan berbuah.
artikan hanya dengan “rela hati”. Namun be­ “Nah, kalau buahnya sudah ada, senang ti-
tulkah hati kita benar-benar rela?, seberapa dak?”, tanya ibu guru. Saya merasa senang,
besar kerelaan kita?, rasanya sungguh sulit tentunya. Seolah-olah, buah itu nyata. Saya
untuk menjawabnya. Kerelaan tidak bisa kita bahkan sudah membayangkan buah itu
ukur, tak bisa pula kita hitung seberapa be- adalah buah Apel dengan warna hijau ke-
sar ia. Ia hanya mampu bersemayam dalam merah-merahan, segar, dan rasanya pasti
hati dan tidak bisa tergambar dalam bentuk manis. Buah itu te­rasa sangat nyata bahkan
apapun, tidak bisa diukur dengan deretan mungkin lebih nyata dari aslinya. Dan itu
angka dan tidak bisa pula diungkap dengan terasa menyenangkan. Jika mengingatnya
untaian kata. Ihklas adalah seberapa besar sekarang, saya berpikir, banyak hal yang
kita mampu untuk melepaskan segala se­ saya pelajari saat itu walaupun belum saya
suatu yang mengikat dan menghalangi kita pahami saat itu. Namun, yang pasti ketika
untuk berbuat kebajikan. Kalau boleh saya saat ini, dimana saya sudah pada kondisi
meminjam kalimat dari guru saya pak Iwan yang bisa memahami, maka pelajaran terse-
(kebetulan saat itu beliau sebagai dosen pe­ but bisa saya pahami dan maknai tanpa ha-
rus menjust “salah-benar”. Seiring bertam-
ngampu mata kuliah Filsafat Ilmu dan Spiri-
bahnya pengetahuan, saya juga mengetahui
tualitas pada Program Doktor Ilmu Akuntan-
bahwa tumbuhan itu tumbuh tidak hanya
si, Universitas Brawijaya), ihklas adalah hari
berasal dari biji yang kita tanam. Selain biji,
ini, bukan karena hari kemarin, dan bukan
ada juga yang berasal dari tunas, batang,
pula untuk hari esok.
spora, dan sebagainya. Bahkan dengan ber-
322 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 316-326

tambah canggihnya ilmu pengetahuan, khu- butuh suatu proses. Proses itu bisa dimulai
susnya teknologi pertanian, maka tumbuhan sejak dini. Semakin dini proses tersebut di­
bisa langsung tumbuh besar dan cepat ber- mulai tentunya akan lebih baik. Namun,
buah, antara lain melalui cara stek, okulasi, tidak berarti ketika proses itu baru dimulai
dan sebagainya. di S2 (program magister) atau S3 (program
Apakah pelajaran dari ibu guru saya doktor) akan menjadi sia-sia. Karena tidak
sewaktu di TK itu salah?, tentu tidak. Karena ada kata terlambat untuk melakukan hal-hal
salah satu cara tumbuhan untuk tumbuh yang baik.
adalah dengan biji, itu benar. Namun, ada Sejatinya proses itu bisa berjalan jika
berbagai cara tumbuhan untuk tumbuh itu kita bekerja, karena kerja adalah cinta dalam
juga benar adanya. Artinya, ada berbagai bentuk yang nyata. Tidak perlu melakukan
cara agar tumbuhan itu bisa tumbuh. sesuatu yang besar untuk menjadi orang
Saya mencoba merefleksikannya de­ yang luar biasa, atau melakukan sesuatu
ngan adanya berbagai paradigma (pandang­ yang luar biasa untuk menjadi orang yang
an) yang saat ini melingkupi dunia akun- besar. Tetapi, mulailah pada titik dimana
tansi. Apakah dengan adanya berbagai (lebih kita berada dengan berani berbicara kepada
dari satu tentunya) paradigma membuat diri kita sendiri tentang siapa diri kita. Insya
akuntansi menjadi menjadi salah? Atau Allah, ketika kita menabur benih cinta, tentu
menjadi kacau balau?. Jika tanpa biji, tum- kita akan menuai kasih dan sayang. Saatnya
buhan juga bisa tumbuh, dan itu berarti untuk start to live again.
tumbuhan bisa tumbuh tanpa harus mena- Menabur rahmat menuai berkah. Ke-
nam biji terlebih dahulu itu juga benar. Ma- tika saya ditanya untuk apa kita hidup atau
ka, tentunya akuntansi dengan paradigma apa yang kita cari di kehidupan ini. Maka,
interpretif, kritis, posmodern, spiritualitas tentu saya dan mungkin secara umum ki-
atau mungkin paradigma apapun itu bahkan ta akan mengatakan, untuk mencari dan
tanpa paradigma, juga bisa membuat akun- mendapatkan kebahagiaan. Maka tentu
tansi itu “Hidup”, tanpa menegasikan akun- kita akan selalu berusaha untuk mencari
tansi positivism (tumbuhan dengan biji) yang bahkan mengejar kebahagiaan. Namun
telah ada. Tidak menegasikan sesuatu tidak kita sering kecewa karena tidak pernah me­
berarti mengkultuskannya, tetapi meletak- nemukan dan merasakan kebahagiaan itu.
kan pada tempatnya. Mungkin ini yang di- Materi (harta), jabatan, kepopuleran atau
maksud oleh Mulawarman (2008), mencoba apapun yang kita miliki tidak pernah cukup
“melanggamkan” akuntansi dan menggali membuat kita menjadi bahagia, selalu tera-
lebih dalam langgam itu untuk melepaskan sa kurang. Kalaupun kita menunjukkan diri
diri dari hegemoni akuntansi yang kapitalis, kita bahagia, maka kebahagiaan yang kita
egoistik, dan sekuler. tunjukkan terasa hampa dan semu. Semua
Mencoba memahami, jika sewaktu TK itu karena kita bukan mencari kebahagiaan,
dulu, ibu guru saya coba mengajarkan adalah namun yang kita lakukan hanyalah mencari
bagaimana menggungah rasa saya. Meng- alasan untuk menjadi bahagia. Kita bukan
gungah imajinasi saya. Bukankan, anak ke- mencari kebahagiaan namun mengikuti
cil paling kaya dengan imajinasi. Mungkin itu nafsu kita. Dengan memiliki satu mobil kita
yang coba lebih dikembangkan oleh guru TK merasa cukup dan bahagia, namun pikiran
saya saat itu. Betapa saya bisa merasakan kita mengatakan kalau dengan satu mobil
segarnya buah (yang mungkin sampai saat bisa membuat kita bahagia, tentu dengan
ini saya belum pernah melihat ada yang me- dua mobil akan membuat kita lebih baha-
nyamai segarnya buah apel dalam imajinasi gia dan begitu seterusnya. Takaran keba-
saya). Selain itu, pelajaran yang saya dapati hagiaan kita diukur dengan nilai material
adalah kita akan memperoleh hasil jika ada yang kita miliki dan itu tidak pernah cukup.
upaya dan apa yang kita tanam itulah yang Kita merasa capek raga dan lelah batin. Dan
akan kita petik. Tentu pada saat itu saya ketika tidak ada kebahagiaan yang kita ra-
belum tahu dan belum memahami. Tapi itu sakan, maka kita mencari-cari penyebab-
tidak menjadi masalah, karena sejak dini diri nya. Keluarga kita salahkan, teman kita
kita telah diperkenalkan dengan hal-hal yang musuhi bahkan Tuhan pun kita salahkan.
baik, sudah terekam dalam memori kita se- Kita merasa Tuhan tidak menyayangi kita.
hingga ketika pada saatnya kita bisa mema- Kadang, saya merenung, mengapa harus
haminya dengan baik. Artinya, bahwa untuk mencari kebahagiaan kemana-mana, ia toh
menjadikan dunia akuntansi lebih baik tentu tidak pergi kemana-mana, karena kebaha-
Indriasari, Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta 323

giaan itu ada dan bersemayam di diri kita bayi untuk segera berjalan. Begitu pula,
sendiri. Kita hanya “cukup” merasa bahagia kita tidak bisa memaksa akuntan(si) untuk
saja –no more no less. menjadi “identitas” yang baru. Namun, kita
Mencoba merefleksikan salah satu juga harus menyadari bahwa ketika hidup
ajar­an Nietzche untuk mencintai kehidup­an hanya sebuah keberulangan tanpa makna
ini bukan karena terbiasa hidup melainkan dari hari kemarin, maka sebenarnya manu-
karena terbiasa mencintai (Audifax 2010:33). sia telah mati (Audifax, 2010). “Baru” tidak
Maka, jika harus membangun akuntan- selalu berarti menganti secara fisik “wujud”
si, ibaratnya kuntum mawar di pagi hari yang lama dengan yang baru. Karena “baru”
yang gemetar menanggung tetes embun di juga bisa berarti adanya pemaknaan dan
kelopaknya, walaupun begitu berat, namun pemahaman yang baru atas suatu realitas
peran itu tetap kita jalani dengan CINTA. se­perti halnya pemahaman atas realitas du-
Membangun akuntansi dan memikirkan- nia akuntansi.
nya dengan RASA CINTA. Walau, mungkin Akuntansi, -siklus atau sistem akun-
tidak sedikit yang mencemooh atau menen- tansi-, hanyalah sebuah siklus atau suatu
tangnya. Jika dengan cinta, maka tak akan sistem. Toh, manusialah yang menjalankan-
terasa berat. Dengan cinta maka energi kita nya. Bahkan pakar sistem yang paling cang-
berlimpah untuk memberi, walau sejatinya gihpun mengakui, bahwa sebaik-baiknya
kita selalu menerima. Karena sejatinya kita suatu sistem, manusialah yang menentu-
selalu menerima apa yang telah ada dan kannya. Suatu siklus, sistem, dan akun-
diberikan oleh Sang Pencipta. Apa yang tansi, hanya akan berjalan, bergerak, ketika
kita miliki, bukan karena kita mencari dan kita menjalankan atau menggerakkannya. Ia
mene­mukannya, tetapi ia memang telah ada. menjadi “hidup” karena kitalah yang meng-
Begitu pula dengan cinta, kita telah meneri- hidupkannya. Terserah pada kita, seberapa
manya sebagai bagian dari ruh yang telah di- cepat kita mau bergerak. Tapi, kita juga
tiupkan oleh Tuhan pada diri kita, ia ada dan punya pilihan untuk memperlambat tempo
bersemayam dalam diri kita. Cinta adalah bahkan untuk berhenti sekalipun. Kadang,
Tuhan kecil dalam diri. Memberi, dalam arti kita perlu memperlambat tempo dan berhen-
membagi kepada yang lain, hanyalah wujud ti sejenak untuk merenung agar mendapat
syukur diri kita terhadap Tuhan, yang telah arah “hidup” yang lebih baik.
memberi limpahan rahmat dan anugerah Sejatinya saya sebagai pelaku akun-
pada diri kita. Alhamdulillah…Terima kasih tansi harus lebih bisa melihat dunia (ilmu)
Tuhan atas Cinta yang Kau berikan padaku. akuntansi berdasarkan pada pemahaman.
Semoga dengan menabur rahmat-Mu, kami Kita mencoba melihat realitas berdasarkan
akan memperoleh keberkahan-Mu. pada pengalaman dan pengamatan kita di
Hati baru: pelangi dan proses peruba- masa lalu. Menyusun dan melaporkan lapo­
han dengan perenunngan, pemikiran dan r­an keuangan berdasarkan data masa lalu
pengalaman. Ketika duduk di dalam sebuah (historical cost) untuk pengambilan kepu-
perahu yang, Mengarungi sungai deras, tusan di masa yang akan datang. Namun,
pohon-pohon di sisi, Sungai tampak berlalu apakah makna laporan keuangan tersebut?.
dengan cepat, Apa yang tampak berubah di Boleh jadi laporan tersebut tidak bermakna
sekeliling kita, Hanyalah gambaran betapa apa-apa, tapi itulah maknanya.
cepat bahtera hidup kita, Meninggalkan du- Ketika kita melihat realitas ibarat meli-
nia ini,-Rumi- (Jamal 2007:187). hat dunia dalam selubung kaca dalam pan-
Banyak yang bisa kita pahami, ketika dangan positivism, maka realitas tersebut
mencoba meresapi filosofi Rumi di atas. sepertinya terlihat namun tak tersentuh.
Bahwa, ketika sedang menaiki sebuah pera- Namun boleh jadi realitas tersebut terbias-
hu, mengarungi sungai, maka kita dan pera- kan oleh kaca. Dengan pandangan tersebut,
hulah yang berlalu. Pohon-pohon dan se- membuat jarak antara subjek (diri) dengan
gala yang kita lewati masih tetap berada di obyek. Ketika kaca (jarak) tersebut dihilang­
tempatnya. Artinya, kitalah yang bergerak. kan, maka tentu kita bisa menyentuh dan
Segalanya berubah karena diri kitalah yang merasakannya. Ketika kita menyentuh,
berubah. Dan perubahan itu adalah suatu maka kita bisa mendeskripsikan –interpre-
proses. Kita tentu tidak bisa memaksa se- tif, apa yang kita sentuh, dan ketika kita
butir benih atau biji untuk segera berbuah, merasakannya maka kita mungkin bisa tahu
kita tidak bisa memaksa sekuntum bunga sesuatu yang lain atau yang berbeda dari
untuk segera mekar atau memaksa seorang apa yang kita lihat –kritis, dan mungkin saja
324 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 316-326

merubah pemahaman atau realitas dengan merahan. Kalau demikian harusnya ia ada
sesuatu yang lain atau berbeda -postmoderm dalam warna pelangi, namun yang terjadi
. Dengan tiada keberjarakan antara subyek adalah ia tak teridentifikasi keberadaannya
(diri) dengan obyek yang diamati, membuat oleh karena kita tak mampu untuk mengi-
kita menyadari ada lebih banyak hal dari dentifikasi hasil pertemuan warna-warna
sekedar apa yang dapat dilihat oleh mata tersebut.
(fisik) kita. Betapa terbatasnya mata fisik Jika demikian kita harus menyadari
kita, tidak ubahnya CCTV yang hanya bisa bahwa sebagai manusia kita punya keter-
melihat dari satu sisi. Dengan menyadari batasan mata yang lahiriah untuk meman-
keterbatasan tersebut, untuk apa kemudian dang. Namun setidaknya kita bisa mereflek-
kita memutlakkan pikiran sebagai sesuatu sikan bahwa pelangi itu ada namun ia hanya
yang “tunggal”. bisa terlihat dengan mata lahiriah karena
Semua itu menunjukkan, bahwa reali- keterbatasan luas, jangkauan dan kemam-
tas seharusnya bisa dipahami secara holis- puan mata (fisik) kita. Ketika ada matahari
tik. Dan pemahaman secara holistik dapat (se­suatu yang lebih besar) maka mata (fisik)
dilakukan dengan menggunakan mata batin kita tidak mampu, tentunya kita membutuh-
hati, kita. Pikiran kadang memenjarakan kan sesuatu yang mata [mind] yang lebih be-
diri kita. Jangan biarkan Sirosis (kanker sar untuk melihatnya. Ibarat sebuah kenda-
hati) pikiran, menyerang hati kita. Kita ha- raan, maka mata (fisik) kita hanyalah “alat”
rus menjaga “hati” kita dengan selalu men- yang mengantarkan diri kita hanya sampai
jaganya. Bukan saja fungsi dan wujudnya, dipelataran parkir. Kita tidak bisa membawa
tetapi juga menjaga dari segi yang lainnya, kendaraan itu masuk kedalam ruangan. Ia
yaitu “wataknya”. Mulawarman dan Ludigdo hanya kita gunakan sebagai “alat” kendaraan
(2010) menulis, akuntansi professional yang saja untuk kemudian “diri” inilah yang akan
seutuhnya adalah mereka yang mampu masuk. Tidak berarti kendaraan (pikiran)
mengembangkan gagasan, teori, konsep, itu menjadi tidak perlu atau tidak penting.
maupun aplikasi akuntansi sesuai dengan Hal ini juga memberi kita suatu pemahaman
realitas dan tetap beorientasi pada empati bahwa ketika suatu hal, apapun itu- tidak
akuntabilitas pada stakeholder, shareholder, dapat dijelaskan dengan pikiran (logika ber-
creditor, social, dan lingkungan yang beru- pikir) tidak berarti tidak ilmiah. Jika pikiran
jung pada ketundukan Illahi. Be the light itu hanyalah alat atau cara, berarti ia tidak
that you are. harus dikultuskan. Tetapi bagaimana ia di-
Pelangi. Akhinya saya ingin menggu- gunakan untuk menuju ke yang hakiki, La
nakan pelangi sebagai simbol bagaimana Haula Wala Quata Illa Billah.
kita berfikir dan berparadigma. “Pelangi” Pelangi mengajarkan kita bahwa warna
yang tidak hanya hitam putih, ia bisa dili- itu tidak sekedar hitam-putih, jika warna-
hat saat hujan membasahi bumi, ia bisa warni itu bisa menjadi indah biarlah warna-
menginspirasi lagu, dongeng dan legenda, warni itu ada dengan keindahannya masing-
ia hadir dengan keindahan warnanya dan masing. Jika warna merah itu lebih dominan
mampu memberi ketenangan bathin bagi dari warna ungu, itu bukan masalah, tidak
siapa saja yang memandangnya bahkan berarti menegasikan warna yang lain. Toh,
orang buta sekalipun yang tidak mampu me- apapun itu mereka hanyalah sesuatu yang
lihat matahari dengan “mata”nya. Mejiku­ kita labelkan sebagai “warna”, no more no
hibiniu; Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, less. Dari pelangi pula kita bisa merasakan
Nila, Ungu itulah warna yang dihadirkan bahwa sesuatu itu tidak hanya tampak se-
oleh pelangi. Namun yang masih menggeli- cara fisik dengan mata lahiriah kita. Pelangi
tik hati saya adalah apakah sesungguhnya menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar
hanya itu warna yang diha­ dirkan pelangi? warna-warni, sesuatu yang indah yang ha­
Bagimana dengan pertemuan warna antara nya bisa kita rasakan dengan mata batin
merah dengan jingga, jingga dengan kuning, kita. Pelangi memberi pelajaran bagi saya,
kuning dengan hijau dan seterusnya, tidak- untuk melihat (menjudge) sesuatu tidak se-
kah ia menghasilkan sebuah warna pula?, cara hitam-putih dengan nalar pikiran kita.
kalau ia menghasilkan sebuah warna lalu Kalo ada warna yang lain dari warna kita,
dengan simbol warna apa kita beri kepada­ bukan berarti itu salah. Bukan berarti men-
nya?. Mungkin saja pertemuan antara warna jadi lawan kita. Pelangi pula yang memberi
merah dengan jingga akan menghasilkan se- pemahaman bahwa jika ada pikiran yang
buah warna baru misalnya jingga kemerah- lain dan berlawanan dengan pikiran kita
Indriasari, Ketika Sains [Akuntansi] Bertasbih Spirit Cinta 325

itu bukanlah soal salah atau benar. Karena Gahral, D. A. 2011. Setelah Marxisme: Sejum-
kadang dari arah yang berlawanan kita bisa lah Teori Ideologi Kontemporer. Penerbit
melihat keindahan itu, seperti halnya kita Koekoesan. Jakarta.
melihat keindahan pelangi. Dan jika pelangi Hasan. 2010. “Sparitualitas Dalam Perilaku
bisa memberi “ruang” bagi semua warna, Organisasi”. Jurnal Dinamika Ekonomi
mengapa kita tidak memberi ruang bagi dan Bisnis. Vol 7. No.1. hlm. 81-92
“diri” kita. Pelangi telah mengajarkan pada Halim, M. 2014. “Eling: Sebagai Epistimologi
“diri” ini untuk berdamai. Erotik Untuk Mengkonstruksi Pengeta-
Pelangi mengajarkan siapa saja yang huan Akuntansi”. Jurnal Ilmiah Akun-
mau melihat dunia tidak dari satu sisi, tidak tansi dan Humanika. Vol. 3, No.2, hlm.
pula hanya dengan mata fisik. Jika boleh sa- 1193-1207
ya berpendapat hidup ini terlampau penuh Horomnea, E. dan A. M. Pascu. 2012. “Ethi-
dusta hanya dengan teori-teori hasil pemut- cal and Morality in Accounting Episti-
lakan manusia. Mari membangun ilmu pe­ mological Approach”. Journal of East-
ngetahuan [AKUNTANSI] dengan melibatkan ern Europa Research in Business &
Tuhan, Manusia dan Alam. Artinya bahwa Economics. Vol. 2012, hlm. 1-11
segala sesuatu kita memulainya dengan Bis- Jamal, A. 2007. Corporate Sufi: Menjadikan
millah Hirrohmanirrohim, berjalan dengan Bisnis Lebih Bermakna dan Tangguh.
Laa haula Walaakuata Illah Billah, dan ber­ Penerbit Hikmah. Bandung.
akhir dengan Innalillahi WainnaIlaihi Rojiun Kamayanti, A. 2012. “Cinta: Tindakan Berke-
(ALLAH SWT). Ibarat pepatah Sufi, bahwa sadaran Akuntan (Pendekatan Dialogis
Tuhan jauh lebih agung daripada jagad raya, dalam Pendidikan Akuntansi)”. Maka-
namun DIA bisa ditemukan di hati orang- lah Simposium Nasional, hlm. 1-23
orang beriman. Semoga saya, kita semua Ludigdo, U. 2008. “Makna Uang dalam
termasuk dalam golongan orang-orang yang Konstruksi Kesadaran Etis Akuntan”.
beriman. Terima kasih Tuhan atas kesem- TEMA. Vol. 8, No. 1, hlm. 39-52.
purnaan yang Kau berikan pada kami. Mulawarman, A. D. 2008. “Pendidikan
Akuntansi Berbasis Cinta: Lepas dari
SIMPULAN Hegemoni Korporasi Menuju Pendidi-
Dari proses pemikiran, pengalaman, kan yang Memberdayakan dan Kon-
dan perenungan memunculkan banyak ke- sepsi Pembelajaran yang Melampaui”.
sadaran pada kita bahwa ilmu pengetahuan Ekuitas, Vol. 12, No. 2, hlm. 142 – 158
(akuntansi) harus terus tumbuh dan berkem- Mulawarman, A. D. dan U. Ludigdo. 2010.
bang berdasar pada realitas yang ada. Cinta “Metamorfosis Kesadaran Etis Holistik
dapat memberikan kekuatan yang maha Mahasiswa Akuntansi Implementasi
dahsyat untuk menumbuhkan akuntansi
Pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi
sebagai ilmu pengetahuan yang seharus-
nya tidak dipahami sesuai pakemnya. Cinta Berbasis Integrasi IESQ”. Jurnal Akun-
akan menjadi penyeimbang bagi ilmu penge- tansi Multiparadigma. Vol. 1, No. 3,
tahuan (akuntansi) yang lebih humanis dan hlm. 421-436.
berketuhanan. Selanjutnya Pelangi menga- Mulawarman, A. D. 2010. “Integrasi Paradig-
jarkan keberagaman pada kita, sebagaimana ma Akuntansi: Refleksi Atas Pendeka-
keberagaman dalam berilmu pengetahuan tan Sosiologi dalam Ilmu Akuntansi”.
(akuntansi) tersebut harusnya dipahami. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. Vol.
Dari keseluruhan proses ini semoga kita se- 1. No. 1, hlm. 155-171
bagai pelaku akuntansi memperoleh banyak Naisaban, L. 2003. Psikologi Jung: Tipe Ke-
keberkahan dan kedamaian. pribadian Manusia dan Rahasia Sukses
Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung).
DAFTAR RUJUKAN PT Gramedia. Jakarta.
Agung. B. S. 2012. “Membangun kebenaran Syakrani. 2010. RE-Spiritualizing Gover-
Relatif Dalam Disiplin Ilmu Akuntansi nance: Melebur Kesucian Spiritual Men-
(Tafsir dan Kritik Atas Kuasa Relativi- jadi kemuliaan Profesional di Tempat
tas Kebenaran”. El-Muhasaba. Vol. 3,
Kerja Berdasarkan Teologi Bekerja di
No. 1, hlm 1-18
Audifax, 2010. Self Transformation: Sastra Surga. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogya-
Jendra, Energi Minimal dan Citra Ilahi karta.
Dalam Diri. Masmedia Buana Pustaka. Soebachman, A. 2011. Energi Cinta Dunia
Sidoarjo. Akhirat: Kekuatan-Kekuatan Cinta Yang
326 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 316-326

Menciptakan Keajaiban Dunia Dan Ak­ Triyuwono, I. 2013. “So, What Is Sharia Ac-
hirat. Syura Media Utama. Bandung. counting?”. Jurnal Ekonomi Manajemen,
Triyuwono, I. 2008. “The Spirituality of Vic- dan Akuntansi Islam. Vo.1, No. 1, hlm
tory, Virgin, and Light (VVL): An Ap- 1-74
proach towards a New Paradigm of Williams, J. dan C. A. Adams. 2013. “Mor-
Accounting Research”. The Third In- al Accounting? Employee Disclusures
ternational Postgraduate Consortium From Stokeholder Accountability Per-
on Accounting, Brawijaya University of spective”. Accounting, Auditing & Ac-
Malang, 8-9 Mei 2008. countability Journal. Vol. 26, No.3, hlm.
449-495

Anda mungkin juga menyukai