347418028-Buku-Struktur-Kayu-SRI-SUMARNI (Recovered) PDF
347418028-Buku-Struktur-Kayu-SRI-SUMARNI (Recovered) PDF
STRUKTUR KAYU
SriSumarni
Struktur Kayu . Cetakan 1 . Surakarta LPP UNS dan UNS Press. 2007
ix + 121 hal; 24,5em
STRUKTUR KAYU
Hak CiptaO Sri Sumarni
Code Publishing 4.12
Penulis
Sri Sumami, Sf., MT.
Editor
Prof. Dr. Kunardi Harjoprawiro, M.Pd.
Kundharu Saddhono, 5.5., M.Hum.
Drs. M. Sam
lIustrasi Sampul
CakraBooksSolo
Penerbit
Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan
UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)
fl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah
Indonesia 57126
ISBN 9'79-498-363-2
Penulis
v
DAFfARISI
Kata Pengantar v
Daftar lsi vii
vii
B. Perencanaan Keadaan Batas .. 50
C. Analisis Struktur . 51
D. Modulus Elastisitas Lentur................................. 51
E. Kekangan Ujung 51
F. Pembebanan [angka Panjang 52
G. Kondisi Batas Tahanan........................................ 52
H. Gaya Terfaktor 52
I. Tahanan Rencana................................................. 52
J. Keadaan Batas Kemampuan !..ayan 53
K. Struktur Yang Sudah Ada 54
L. Syarat-Syarat Perencanaan................................. 54
1. Luas bruto dan neto 54
2. Stabilitas 54
3. Pengekang lateral 54
4. Kondisi acuan...................................... 55
5. Tahanan terkoreksi........................................ 55
6. Faktor koreksi untuk masa layan ................ 55
7. Faktor koreksi tambahan untuk sam-
bungan Struktural.......................................... 56
viii
BAB VI Pengenalan Alat Sambung........................................ 77
A. Beberapa Hal Yang Menyebabkan Rendah
Kekuatan 78
B. Ciri-CiriAlat SambungYangBaik 49
C. [enis-jenis Alat Sambung.................................... 79
D. Alat Sambung Mekanik :...... 80
.IX
BABI
MATERIAL KAYU
A. Anatomi Kayu
Kayu sebagai bahan konstruksi sudah sejak dulu dikenal
orang. Dahulu menggunakan kayu sebagai bahan konstruksi
hanya didasarkan pada pengalaman dan intuisi. Berkat kemajuan
Ilmu pengetahuan, terutama dibidang matematik, mekanika tek-
nik dan juga ditemukan alat-alat penyambung modern, maka
dapat dibuat konstruksi yang berat.
Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberada-
annya selama hutan dikelola secara lestari dan berkesinambungan.
Bila dibandingkan dengan material struktur lain, material kayu
mempunyai berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya
dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan.
Sebagai bahan dari alam kayu dapat terurai secara sempurna
sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu (environ-
mentalfriendly).
Untuk mencukupi kebutuhan kayu sebagai bahan konstruksi
di Pulau jawa masih mendatangkan kayu dari Kalimantan,
dengan demikian harga kayu sampai di Pulau jawa akan menjadi
beberapa kali lipat, hal ini disebabkan pengangkutan yang sukar
dan tidak lancar.
Selain itu hendaknya penggunaan kayu jati harus dibatasi,
karena merupakan bahan export Untuk gantinya kita hams
menggunakan kayu - kayu jenis lain dan supaya kayu tahan lama
maka perlu adanya pengawetan.
Untuk rnengenal kayu sebagai bahan konstruksi maka
sebelumnya kita harus rnengetahui struktur dan sifat-sifat dari
kayu.
Struktur kayu
1. Kulit luar
2. Kulit dalam
3. Lapisan karnbium
4. Kayu muka
5. Kayu inti
6. Empelur (inti kayu)
7. Lingkaran tahun
8. [ari-jari empelur
2. Kulit Dalam
Bagian yang masih hidup dan merupakan jalan makanan
yang dibuat di daun dan disebar ke seluruh bagian batang
3. Lapisan kambium
Suatu lapisan yang sangat tipis dan terdiri dari sel-sel hidup
yang selalu membelah. Pembelahan sel dari satu menjadi dua, dua
menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya. Lapisan
kambium bagian luar membentuk sel-sel kulit dalam dan lapisan
kambium bagian dalam membentuk sel-sel kayu muda. Pembe-
lahan sel-sel kambium terjadi pada musim penghujan dan pada
waktu musim kemarau tidak terjadi pembelahan sel sarna sekali.
Dengan demikian terjadinya pembelahan sel-sel dari musim
penghujan-. yang satu ke musim penghujan yang lain, menim-
bulkan b~!~s-batas. Dan batas-batas ini disebut lingkaran tahun,
2
karena terjadinya setiap tahun. Pada keadaan musim yang teratur
maka lingkaran tahun dapat menunjukkan umur dari batang.
4. Kayumuda
Merupakan bagian yang masih hidup dan merupakan jalan
makanan dari akar ke seluruh bagian batang. Kayu muda dapat
terlihat jelas sekali pada kayu-kayu yang masih muda. Untuk
kayu yang sudah tua kayu muda sudah tidak terlihat lagi dan
sudah menjadi satu dengan kayu inti. Lapisan kayu muda tidak
begitu tebal dan biasanya lapisan kayu ini disebut gubal dari
kayu. Gubal dari kayu harus dibersihkan, karena kalau tidak
dibersihkan akan menjadi tempat berlindungnya dari hewan keeil
seperti sebangsa serangga.
7. Jari-jari empelur
Merupakan rongga-rongga atau ruang yang menghubungkan
bagian dalam kayu dengan luar kayu. Rongga-rongga tidak meru-
pakan bagian yang lurus tapi terputus-putus. Guna jan-jan empe-
lur untuk jalan penyebaran makanan ke seluruh bagian batang.
9. Sel Kayu
Batang terdiri dari sel-sel yang berlekatan satu sarna lain.:
Bentuk sel batang lonjong pipih dan pada ujung-ujungnya adalah
lancip. Dinding sel terdiri dari zat cellulose, dengan rurnus (C6
HI0 05)x dan bilangan x belum diketahui besamya karena
menurut penyelidikan besamya bilangan x berbeda-beda.
Hubungan antara sel yang satu dengan sel yang lain dihubungkan
oleh suatu zat perekat yang disebut lignin. Dalam susunan batang
arah memanjang sel adalah sejajar dengan sumbu batang. Karena
serat-serat kayu merupakan susunan dari sel-sel maka dalam
keadaan ini arah serat kayu adalah sejajar dengan arah sumbu
batang. Daya lekat sel-sel dapat menentukan tinggi rendahnya
geser sejajar arah seratnya. Selain itu kepadatan sel juga menen-
tukan kekokohan batang, karena semakin padat selnya berarti
semakin tinggi berat jenis (BJ)kayunya.
4
Fraksi karbohidrat (polisakarida) total disebut
holoselulosa antara 60 - 80 % yang terdiri dari :
selulose 40 - 50 % dan hemiselulose 15 ·18 % untuk
kayu jarum dan 22 - 35 % untuk kayu daun.
Lignin: 25 - 35 % dalam kayu jarum dan 17 - 25 %
dalam kayu daun.
2. Komponen Sekunder, komponen diluar dinding sel
terdapat dalarn rongga sel. Terdiri dari:
Zat Ekstraktif sekitar 1 - 10 %
Mineral
Disamping selulose hemiselulose dan lignin yang meru-
pakan bagian integral dinding sel, di dalam kayu juga terdapat
zat-zat yang mengisi rongga-rongga sel, mungkin juga rongga-
rongga mikro dalam dinding sel atau rongga interseluler, zat-
zat ini yang disebut ekstraktif.
.. Sifat-sifat Kayu
Sambungan kayu sebagai bahan konstruksi perlu ditinjau
sifat-sifatnya mengenai: sifat mekanis, sffat hygroskopis dan sifat
fisik
L Sifat Mekanis
Sifat-sifat mekanis atau kekuatan kayu untuk mengukur
kemarnpuan kayu dalam menahan gaya-gaya atau beban dari luar
yang mengenainya.
Batang kayu merupakan benda yang anisotrop artinya
kekuatannya untuk ke semua arah batang adalah tidak sama.
Untuk itu dibedakan atas arah sumbu: Longitudinal, radial dan
tangensial.
Pada ketiga sumbu arah tersebut tegangan atau kekuatan
tidak sarna. Tegangan-tegangan untuk sumbu radial dan tangen-
sial perbedaannya sangat keeil sekali atau boleh dikatakan hampir
sarna.
Dalam praktek diambil untuk arah tangensial dan radial ada-
lah sarna, sehingga kita hanya mengenal dua sumbu saja, yaitu
arah sumbu axial dan arah sumbu radial. Juga disebut untuk arah
sumbu axial = longitudinal ialah arah sejajar dengan arah serat
sedang untuk arah sumbu radial ialah arah tegak lurus arah seral
Perlu pula diingat bahwa kayu tidak mempunyai batas kenya]
5
yang nyatatapi rnernpunyai batas proporsional. Sehingga didalarn
praktek batas proporsional diambil batas sebagai batas kenyal dari
kayu.
6
Ada tiga mac am gaya yang dapat bekerja pada benda yang
disebut gaya primer :
Gaya tekan, apabila gaya ini memendekkan dan menge-
cilkan dimensi atau volume benda. Contoh benda yang
menahan gaya tekan seperti pada Gambar 4.
Gaya tarik, apabila gaya ini memperpanjang dimensi atau
volume benda. Contoh benda yang menahan gaya tarik
seperti pada Gambar 5.
Gaya geser, apabila gaya ini menyebabkan satu bagian
benda bergeser terhadap bidang yang lain dalam arah
sejajar bidang singgung kedua bagian itu.
Gaya lentur merupakan kombinasi dari ketiga gaya primer
tersebut yang menyebabkan adanya lengkungan pada benda. Aki-
batnya bagian atas (cekung) bekerja gaya tekan, bagian bawah
(cembung) beketja gay a tarik dan bagian tengah (netral) meng-
alami geser seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7.
7
Gambar 6. Perilaku kayu suat uji lentur
+ + +
8
MOE untuk tegangan tekan dan tarik disebut Modulus Young,
sedangkan MOE untuk tegangan lentur disimbulkan E.
Apabila sepotong kayu diberi beban secara berangsur- angsur
naik dan regangan yang timbul dicatat kemudian diplotkan dalam
grafik maka akan timbul kurva seperti Gambar 8 yang disebut
kurvateganganregangan.
Behan' ,
r
- - .mabimum--.....
'----
. ' I
•I
I
,
I
j J.o"i
•
Batas proporsi (BP) .)
j. 1-
I
I
Modulus cJasaisilU adaIah
i i
9
tegak garis elastis tersebut makin besar MOE atau makin kaku
kayunya.
Untuk setiap spesimen yang diberi beban, bagian yang lurus
dari kurva beban-deformasi. Akhirnya akan mencapai suatu titik
yang disebut batas proporsi beban dan deformasi tidak lagi seban-
ding lurus. Deformasi naik lebih cepat daripada beban dan kurva-
nya tidak lagi berupa garis lurus tetapi berupa garis lengkung.
Dengan demikian batas proposi dapat didefinisikan sebagai beban
per satuan luas dimana deformasi mulai naik lebih cepat daripada
beban. Batas proporsi ditentukan dari kurva beban-deforrnasi
yaitu titik dimana kurva yang lurus mulai melengkung. Tegangan
yang terjadi dalam spesimen kayu pada batas proporsi disebut
tegangan serat (fiber stress at proportional limit). lni merupakan
beban maksimum yang bekerja pada kayu tanpa mengalami peru-
bahan bentuk.
Diatas batas proporsi beban dan deforrnasi tidak lagi ber-
banding lurus dimana deformasi naik lebih cepat daripada beban,
sehingga kurva melengkung, disini terjadi perubahan bentuk per-
manen (beban tidak dapat kembali ke bentuk semula bila beban
dihilangkan).
Perubahan bentuk permanen ini disebabkan oleh defonnasi
plastis dari kayu yang ditunjuldcan oleh luas bidang antara lan-
jutan garis elastis sesudah batas proporsi dan kurva yang leng-
kung. Deformasi plastis ini naik dengan naiknya beban diatas
batas proporsi sampai kayunya retak (crack). Luas bidang dibawah
kurva tegangan regangan merupakan besamya energi yang diab-
sorbsi oleh kayu, selama deformasi juga menunjukkan keuletan
kayu. Kayu yang ulet adalah apabila proses melengkungnya
dalam waktu yang lama dan mengalami keretakan secara ber-
lahan-lahan. Sedangkan kayu yang patah secara tiba-tiba dan sedi-
kit melengkung disebut kayu getas.
Bentuk yang pennanen ini d.isebabkan oleh plastisitas benda.
Benda yang plastis sempuma tidak mempunyai elastisitas seperti
tanah lempung. Kayu sedikit banyak memiliki sifat plastis.
Plastisitas kayu naik jika dibasahi dan dipanasi.
Kayu mulai patah jika batas regangan telah tercapai seperti
terlihat pada batas atas kurva beban-deformasi pada Gambar 8.
Kuat tekan maksimum adalah kemampuan kayu untuk menahan
beban tekan sejajar serat sampai rusak. Dalam kuat lentur besar-
fO
· nya -beban yang butuhkan rungga crack disebut modulus patah
(Modulus of Rupture MOR). Bentuk kurva tegangan regangan getas
Iwrva akan berakhir secara mendadak, sedang bila kayunya ulet
kurva akan turun secara bertahap.
Kekuatan geser kayu hanya ditentukan dalam arah sejajar
Mah serat karena kayu dalam arah ini lemah dalam kekuatan
&eemya. Kuat geser kayu dalam arah melintang jauh lebih besar
dari pada dalam arah yang lain.
b. KuatTekan
Kuat tekan rneliputi kuat tekan sejajar dan tegak lurus
serat. Kuat tekan sejajar serat 15 kali kuat tekan tegak lurus
serat dan besamya antara 25 - 95 N/mm2, sedangkan kuat
tekan tegak lurus serat bervariasi antara 1 - 20 N/mm2. Kuat
tekan kayu kira-kira setengah kuat tarik kayu hal ini karena
11
struktur kayu. Dinding sel tersusun atas molekul-molekul
selulose yang sangat kuat menahan kekuatan tarik aksial,
Hemiselulosa, selulose dan lignin juga mendukung dalam
kekuatan tekan.
Kerusakan karena tekanan sejajar serat disebabkan oleh
rusaknya lapisan-lapisan interseluler, belah atau geser, terli-
patnya sel dan pecahnya dinding sel. Sebaliknya tekanan tegak
lurus serat menyebabkan perubahan bentuk penampang
melintang sel dan pengurangan besamya rongga sel.
Tekanan tegak lurus serat terjadi misalnya pada banta Ian
reI yang dilalui oleh reI kereta api, sedangkan tekanan sejajar
serat terjadi dalam tiang pendek(kolom).
c. Kuat Tarik
Kuat tarik kayu menunjukkan perbedaan yang besar apa-
bila menahan beban aksial (sejajar seratj -atau transversal
(tegak lurus serat). Kuat tank aksial jauh lebih tinggi daripada
kuat tarik transversal. Kuat tarik aksial kayu daerah iklim
sedang bervariasi dari 50-160 N/mm2 sedang kuat tarik trans-
versa11-7 Njmm2. Pada kayu-kayu tropikal kuat tarik tropika
mencapai 300 N/mm2.
d. Kuat Geser
Geser dapat terjadi pada bidang longitudinal atau trans-
versal. Tegangan geser longtudinal dapat terjadi apabila kayu
dibebani gaya lentur. Kekuatan kayu dalam geser aksial ber-
kisar bervariasi anrtara 5 - 20 N/ mm2
Kuat geser transversal adalah 3 - 4 kali lebih besar
daripada kuat geser aksial, tetapi sifat ini tidak begitu penting
karena kayu sudah rusak lebih dulu sebelum mengalami geser
transversal.
12
daripada beban statis. Pada gelagar beban dinamis yang dapat
dipikul 2 kali beban statis.
f. Elastisitas
Nilai MOE bervariasi antara 2500 - 17000 N/mm2 untuk
arab aksial. Kayu memiliki MOE yang lebih rendah daripada
bahan-bahan lain, namun bila dilihat dari berat jenisnya nilai
elastisitasnya sebanding dengan baja. MOE berbeda pada ken-
ga arab (aksial, tangensial, dan radial). Pada arah transversal
(tangensial dan radial) hanya sekitar 300- 600 N/nun2•
g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan kayu terhadap masuknya
benda asing ke dalam Massa kayu. Ketahanan ini lebih tinggi
dari arab akial (pad a penampang transversal) daripada dari
arab lateral (tangensial dan adial). Kekerasan berkaitan dengan
keausan, abrasi, goresan. Jenis kayu yang termasuk kayu keras
antara lain: kayu hitam, Kayu ulin, Kayu sawo, dll, Sedangkan
kayu lunak seperti kayu sengon.
h. Kuat Selah
Ketahanan kayu terhadap gaya helah adalah kemampuan
kayu terhadap gaya luar yang berbentuk baji. Karena struk-
turnya kayu mempunyai kuat belah yang rendah sejajar serat
(mudah helah).
13
MaR 5 % I Kekerasan 2 - 2.5 % I dan MOE 2 %. Perubahan
kadar air kayu dan pengaruhnya pada sifat mekanis kayu
dapat dilihat pada Gambar 9. Dari kurva ini tampak bahwa
makin tinggi kadar air kayu makin turun kekuatannya. Pada
titik jenuh serat dan diatasnya kekuatan kayu tidak berubah
lagi. Karena pengaruh kadar air dan agar hasilnya dapat
diperbandingkan maka sifat mekanis kayu dapat ditentukan
pada kadar air yang konstan yaitu 15 %.
,= :~-- _~~--~~-+--------1--------1
~
..
I
L
....
:.. '-
;.
s
..,.,,'
,;
.~
=
~tinp.tperubIIbIn 6"'1%
-- Pi....
_
,...., .....!.,
Vo'_ 01Mp.
1ooIt'-f
,.
21
21
~ I......... 21
:: -::loo.t-
: \'1";10 -"
-Ill
24
2.
+---------;~,--==~=;~
-------
rIM. ,... J.
!..-It 24
a:1Ch.,....... 71
_ ........ fI
s,n.c.. SiIIoo 71
L_".-" a
_.
~A:II=~!~:.:.~Z~~~~~~~~~
a
J ~ ~ » ~u,
bIwIif.pencD
Gu"b," 9. Pengmvh pmdMIra ...., IrIryu ,.. sifot-sifot mekanilmya
c. Kerapatan/Berat]enis
Kerapatan kayu merupakan indeks yang paling baik dan
paling sederhana dari kekuatan kayu bebas cacat. Oengan
demikian kerapatan, kekuatan kayu juga naik. lni disebabkan
karena kerapatan merupakan pengukur banyaknya zat kayu
yang ada dalam kayu segar. Kerapatan yang lebih tinggi
berasal dari proporsi yang lebih besar dari sel-sel dengan
dinding sel tebal dan rongga sel sempit. lni memberikan
kekuatan yang lebih besar pada kayu bebas cacat yang lebih
padat. Gambar 10 menunjukkan tiga sifat mekanis kayu yang
penting pada dua macam kadar air (basah dan kering angin)
dalam hubungannya dengan berat jenis.
to
•
i
I·
I
15.
I.
Gambar 10. Kuroa sifat melamis kayu
15
katkan dua kali, maka kuat tekan sejajar serat akan
meningkat dua kali lipat juga.
2) Hubungan berat jenis dengan modulus patah berpang-
kat 1,25yang berarti jika berat jenis dilipatkan dua,
modulus patah akan naik 45 kalinya.
3) Berat jenis dengan kekuatan tekan tegak lurus serat
berpangkat 2,25 yang berarti jika bj dilipatkan dua,
kuat tekan tegak lurus serat akan naik 4,5 kalinya.
Kekuatan yang efektif tergantung pada antara lain:
banyaknya zat dinding set, proporsi dinding sel yang ada
dalam kayu dan banyaknya zat ekstraktif dalam rongga .
sel.
d. Suhu
Suhu mempunyai dua pengaruh yang berbeda pada
kekuatan kayu yaitu:
1) Pengaruh langsung pada kekuatan kayu.
Makin tinggi suhu kayu, makin turun kekuatannya.
Hal ini hanya berlaku apabila lamanya suhu hanya
singkat. (gambar 11)
Dibawah titik jenuh serat hubungan antara
kekuatan dan suhu berupa garis lurus.
Makin tinggi berat jenis kayu, makin besar
penurunan kekuatan kayu pada suhu meningkat.
2) Pengaruh suhu dan ·waktu pada kekuatan kayu
Kayu pada sembarang kadar air jika terkena suhu
kurang dari 6SoC untuk waktu yang relatif pendek
kemudian dikembalikan pada suhu kamar normal,
tidak akan kehiJangan kekuatan atau sifat-sifat elastis-
nya. Sebal:iknya kayu yang dipanasi pada suhu 650C
dan titik bakar kayu (lk 275q untuk waktu yang
cukup lama, kemudian diuji pada suhu kamar, akan
kehilangan sebagian kekuatan dan elastisitasnya secara
permanen. Seperti Gambar 12.
16
Mo4lulul pmlabyu.j_
-,------.,.-------1
----------t-----'--- --;;"':':.!.
!
Us. s..,. b.blD .'1cs!es.. Jcayu.JIINIII
I
o 100
? • 'JJK1'J,_
200
.
100 1,000
I
1,200
_j
1,.coo
17
f. Lamanya pemberian beban pada kayu
Semakin pendek waktu pembebanan semak.in tinggi
tegangannya, oleh karena itu kayu merupakan bahan yang
paling baik untuk konstruksi yang menahan tegangan-tegang-
an yang timbul dalain waktu yang singkat atau dalam waktu
yang pendek. Seperti tegangan-tegangan yang ditimbulkan
oleh angin, salju, gempa bumi, dan gaya-gaya lain yang timbul
dalam waktu pendek.
Tegangan-tegangan yang diijinkan (J yang digunakan
dalam praktek diambil atau ditentukan berdasarkan pembe-
banan selama 50 tahun. Dengan dem.ikian bila konstruksi dibe-
bani oleh beban dalam waktu yang pendek, tegangan-tegang-
an boleh dinaikkan menurut peraturan-peraturan yang ada.
Kenaikkan berlaku untuk tegangan lentur, tank, tekan dan
geser, sedang untuk harga modulus elastisitas (E) besamya
tetap. Iadi harga R tidak dipengaruhi oleh sifat muatannya.
Lamanya pemberian beban pada sepotong kayu mempu-
nyai pengaruh yang penting pada besamya beban yang dapat
dipikul oleh kayu tersebul lni berlaku untuk semua bentuk
beban, tetapi sangat penting untuk kuat lentur. Kekuatan len-
tur maksimum atau modulus patah aJcan turun sebandmg
dengan lamanya pemberian beban pada kayu. Seperti pada
Gambut3.
UI
i.... ,
"
... ...
Ii _.
~
,~ ......
II .,
~ . .
"'""" .... ['..
r-,
• ..
_ i U '1
i s.....
18:
Penyebab dari sifat kayu tersebut dapat diterangkan
lMhwa beban yang bekerja pada kayu menimbulkan defor-
IIIiISi. Deformasi yang ditimbulkan akibat pembebanan meru-
pakan hasil dati dua komponen yang berbeda yang bekerja
secara simultan.
1) Deformasi elastis
Merupakan reaksi kayu secara langsung terhadap
beban yang mengenainya dan jika beban dihilangkan kayu
kembali ke bentuk semula. Perilaku elastis hasil dari ada-
nya selulose yang ada pada dinding sel.
2) Deformasi Plastis
Deformasi plastis sudah berlaku sejak kayu pertama
kali menerima beban dan meningkat dengan berjalannya
waktu. Pemulihan deformasi plastis sangat lambat dan
lcurang lebih separoh deformasi dapat dipulihkan sehingga
terjadi deformasi permanen, artinya bila beban dihilankan
kayu tidak kembali kebentuk semula. Perilaku ini
disebabkan adanya fraksi lignin pada dinding set.
Sifat plastis ini terlihat seperti pada melengkungnya
. gelagar karena mengalami pembebanan jangka panjang.
Dibawah beban tetap kayu akan mengalami deformasi
plastis yang akan berkorelasi langsung dengan lamanya
pemberian beban. Peristiwa ini yang disebut dengan rang-
kak (Creep).
Sifatplasts juga tampak bila kayu dipertahankan pada
deformasi yang konstan. Kayu ini akan berkurang ketahan-
an (tegangan dalam) terhadap deformasi itu dengan ber-
tambah lamanya waktu deformasi. Peristiwa berkurangnya
ketahanan tegangan akibat plastis dikenal dengan pens-
tiwa relaksllsi. Kayu dengan deformasi konstan akan
mengalami pengurangan tegangan dalam hingga lebih
kurang 70 % dari tegangan pada pennulaan defonnasi.
19
siklus pendek tanpa mengalami kerusakan disebut ketahanan
terhadap kelelahan (fatique resisten) yang tergantung dari lama-
nya waktu.
2. Sifal-sifat Hygroscopis
a. Kadar Jengas udara
Kadar lengas kayu dipengaruhi oleh kadar lengas udara .
Kadar lengas udara juga mempengaruhi kembang susut dari
kayu. Pada keadaan lengas kayu tinggi akibat kayu akan
mengembang. Demikian pula musim kemarau kadar lengas
udara rendah maka kadar lengas kayu turon, akibatnya kayu
akan menyusut dengan demikian perubahan kadar lengas
udara akan mempengaruhi kembang susut dari kayu. kadar
lengas kayu dalam keadaan pangkal kenyang ada diantara 25
- 30 % dan inipun tergantung dari jenis kayunya.
Pada kayu jati pangkal kayunya ada disekitar 23 %.
Turunnya kadar lengas kayu akan menambah kekokohan dari
kayu. Penentuan kadar lengas kayu untuk berbagai macam .
konstruksi sangat penting, misal untuk konstruksi-konstruksi
yang selalu basah kadar lengas kayu tinggi, sedang untuk kon-
20
struksi kuda-kuda dan konstruksi-konstruksi kebutuhan
perumahan membutuhkan kadar lengas yang rendah.
b. Kembang Susut
Kayu akan mengembang bila kadar lengas kayu naik dan
kayu menyusut bila kadar lengas kayu menurun. Mengem-
bang dan menyusutnya kayu pada arah tegak lurus serat dan
sejajar serat berbeda. Menyusut pada arab sejajar serat jauh
lebih kecil dari menyusut tegak lurus serat atau menyusut
tegak lurus serat lebih besar dari pada menyusut sejajar serat.
lni dapat dilihat ada sambungan-sambungan pelebaran dan
pmtu-pintu rumah. Selain kadar lengas udara, kembang susut
dipengaruhi juga oleh derajat panas dan kerapatan dari kayu.
Kembang susut kayu untuk semua jenis kayu untuk ke
semua arah rata-rata adalah sebagai berikut:
Kembang susut arah tangensial : 4 -14 %
Kembang susut arah radial : 2- 8%
Kembang susut arah axial : 0,1- 0,2 %
Kembang susut arah volumetrik : 7 - 21 %
Akibat dan kembang susut kayu yang begitu tinggi akan
timbul retak-retak halus pada permukaan-permukaan kayu
dan bila kayu berbentuk papan atau balok akan pecah-pecah
pada ujungnya.
3. SHat-sUat Fisik
a. Kandungan Air
Pada bagian batang kandungan air pada kayu guballebih
banyak daripada kayu teras. Air yang terdapat pada batang
kayu tersimpan daJam dua bentuk yaitu:
1) Air bebas (Free water) yang terletak diantara sel-sel
kayu
2) Air ikat (Bound water) yang terletak pada dinding sel.
Selama air bebas masih ada maka dinding sel kayu masih
tetap jenuh. Ketika batang kayu mulai diolah (ditebang dan
dibentuk) kandungan air pada batang berkisar 40% - 300%,
kandungan ini yang dinamakan kandungan air segar.
Suatu kondisi dimana air bebas yang terletak diantara sel-
sel sudah habis sedangkan air ikat pada dinding set masih
. 21
jenuh dinarnakan titik jenuh serat (fibre saturation point).
kandungan air ini berkisar 25 % - 30 %.
Kandungan air pada kayu dipengaruhi oleh kelernbaban
udara lingkungan, bila kelernbaban udara rneningkat kan-
dungan air pad a kayu meningkat pula dan sebaliknya.
Pada kondisi lingkungan yang mempunyai udara stabil
dan kandungan air kayu cenderung tetap disebut kadar air
imbang (equilibrium moisture content). Dapat dijelaskan pada
l,.". .''(,
Gambar14.
:--
-_ _ _-_ !
I~;I'~t1:t ~Wr;l;
y. ;-:~'(~: •
.:: r"d
:, ,'ilj :\ ;1' (1 (
:; 'I
I.~J
r i :
n '] I'ii''1' nI
I ~ I
! I~ l"j j!!! -'
~ ;. ! )I I1 i
! t\~ V.
i :-! r' .;
. yJ V.: .
1,/ \ ,;
I;
I' L
....'..
I' f 1 !!; !
II
H'~j'
1~'I':1
_._.!.~.......,~, I
.:: ;:; <
I ri ,:}-l..... •i! \l ~~;1
L.:~:.·</!i
! ; \J i
l tJ !...~::~
.. ..i
!..l.
b. Pengaruh temperatur
Temperatur rnempunyai pengaruh besar terhadap kadar
lengas kayu yang berarti pula berpengaruh terhadap kembang
susut. Berarti temperatur rendah .kadar lengas naik, kayu akan
mengembang dan ternperatur tinggi kadar lengas turun, kayu
akan menyusut dtunjukkan seperti pada Gambar 15. Selain itu
kayu mempunyai daya hantar panas yang kecil untuk pere-
daran panas. Baik sekali untuk dinding-dinding penahan
22
panas terhadap suhu udara juga untuk perabot rumah tangga
sebagai penahan panas.
c. Sifat-sifat Listrik
Mempunyai daya hantar panas yang jelek (isolator) terha-
dap aliran listrik. Oleh karena itu banyak digunakan sebagai
penyekat aliran listrik. Daya hantar listriknya, dipengaruhi
oleh kadar lengas kayunya, bila kadar lengasnya rendah,
semakin baik daya tahan terhadap aliran listrik. Semakin ting-
gi kadar lengas berarti semakin tinggi daya hantar listrik, lni
disebabkan aliran listriknya melalui butir-butir air yang ada
didalam kayunya
d. Kepadatan (density)
Kepadatan dinyatakan sebagai berat per unit volume.
Pengukuran kepadatan ditunjukan untuk mengetahui poro-
sitas dan prosentase rongga (void) pada kayu. Kepadatan dan
volume sangat bergantung pada kandungan air. Cara meng-
hitung kepadatan kayu dengan membandingkan antara berat
kering kayu dengan volume basah. Berat kering kayu dapat
diperoleh dengan cara menimbang spesimen kayu yang telah
disimpan dalam oven pada suhu lQ5oC. Selama 24 hingga 48
jam atau hingga berat spesimen kayu tetap.
e. Cacat-cacatKayu
Cacat kayu yang sering terjadi adalah retak (cracks), mala
kayu (knots) dan kemiringan serat (slope of grain). Retak pada
23'
kayu terjadi karena proses penyusutan akibat penurunan
kandungan air (pengeringan). Pada batang kayu yang tipis,
retak dapat teJjadi Iebih besar yang disebut dengan beIah atau
(split). Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang
merupakan bekas cabang kayo yang patah. Pada mata kayu ini
terjadi pembelokkan arab sera!, sehingga kekuatan kayu
menjadi berkurang. Untulc keperIuan konstruksi dihindari
penggunaan bataog kayu yang memiIiId mata ltayu. Kemi-
ringan serat menunjukkan sudut miring serat uyu.
Cacat daJam pembentubn anatomis
- Jarak rmgat berbeda keras.. Kayu ini menyusut tidak
teralur dan mudah pecah
- Satang memiIin arab matahari menurunkan mutu kayu
kaR!lla menyusut sehingga berubah bentuknya menjadi
baling-baling.
- Mata kayo dibedabn atas mata kayu seba~ mata kayu
Iepas, dan mata kayo yang rusak.
- Mala kayu yang Iepas alau busuk mengurangi keindah-
an kayu dan mempersuIit pengerjaamya.
24
Contoh cacat-cacat kayu dapat dilihat pada Gambar 16.
Batarr; ~~nG:~~k.
r
.;_.._-----1 J .
menurunkan mutu kayu oleh
serat-serat yang tidak sejajar
(tetapi bagus untuk finir).
- Batang bercabang menurunkan
r--c--==2 mutu kayu karena seratnya
tidak teratur.
25
- Mata kayu dibedakan atas:
mata kayu yang sehat,
I mata kayu yang Iepas,
mata kayu yang bur' 'k.
~~~~,pengaruh dart-tuar
'.1 ~ ..
" I
Pohon loa, kayu tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
- Retcai'::;:nginJpanebangan.
Retak yang melin'tang pada
seral kayu. Kayu tidak dapat
dimanfaatkan ,Iagi.
26
C Pengenalan Jenis Kayu
Metoda Pengenalan Jenis Kayu
Untuk mengenalj menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu
dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu
bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil
kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya
dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat
seperti penampakan kulit, wama kayu teras, arah serat, ada tidak-
nya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam- bentuk olahan (kayu
gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan
dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dili-
hat Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar
lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut
diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli
tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka
satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan
jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/ struk-
tumya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia,
dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih
lazirn dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan meme-
riksa sifat anatominya (sifat struktur).
Pada dasamya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat
dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga
sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat -struktur (disebut juga
sifat mik-roskopis). Secara .obyektif sifat struktur atau mikroskopis
lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis
dalam mengenal atau menentukan suatn jenis kayu. Namun
untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih
baik hila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama,
karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menen-
tukan jenis.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat
diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan peng-
lihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa mengguna-
kan alat bantu. Sifat-sifat .kayu yang tennasuk .dalam sifat kasar
antara .lain adalah:
a. Wama, umumnya yang digunakan adalah wama kayu
teras,
27
b. Tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang
lintang,
c. Arab serat, yaitu arab umum dari sel-sel pembentuk kayu,
d. Gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun
tangensial
e. Berat, umumnya dengan menggunakan herat jenis
f.' Kesan raba, yaitu kesanyang diperoleh saat meraba kayu,
g. Lingkaran tumbuh,
h. Ball. dan sebagainya.
28
beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara
lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing
(Diprerocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan seba-
gainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibeda-
kan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan
saluran interseluJer radial (arah sejajar jari-jari). Pada
bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada
umunmya saluran interseluler aksial terlihat sebagai
lubang-Iubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan
ukuran yang jauh lebih kecil.
e. Salman getah adalah saluran yang berada dalam batang
kayu, dan bentuknya seperti lensa. Salman getah ini tidak
selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat
pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang
bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang
tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pad a
setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seper-
ti kempas (Koompasia maJaccensis) dan sonokembang (Ptero-
carpus indicus).
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adaJah kulit yang berada
di antara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan
kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga
tidak sela1u ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu
yang sering memiliki getam tersisip adalah bras (AquiI.aria
spp), jati (Tecto1Ul grandis) dan api-api (Avicrnnill spp).
29
pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan
keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat
struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian
didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam
bentuk percabangan dua (sistem dikotom).
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu
(misalnya ukuran kartu pos). Disekeliling kartu tersebut dican-
tunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada bagian tengahnya
tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan diten-
tukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifat ter-
sebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang
kawat dan digoyang sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu
yang jatuh lebih dari satu kartu, dengan cara yang sarna kartu-
kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan hasil
pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya,
nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan
nama jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotont berarti percabangan, pembagian atau pengelom-
pokan dua-dua atas dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diama-
ti. Kayu yang akan ditentukan jenisnya diperiksa sifat-sifatnya,
dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom, dilakukan
penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diper-
olehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu
maupun dengan sistem dikotom, keduanya mempunyai kele-
mahan. Kesulitan tersebut adalah apabiJa kayu yang akan diten-
tukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun sistem
kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis
kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama
jenis kayu yang dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak
koleksi kayu yang dimiliki disertai dengan pengumpulan
mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem
dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis
kayu.
30
kayu [ati ditebang pada umur 30 sampai 40 tahun, yang kurang
dati itu penebangannya, menyebabkan dalam penggergajian
banyak bagian kayu yang terbuang. Kayu Jati di Pulau jawa itu
banyak tumbuh di daerah-daerah pegunungan kapur, oleh karena
itu dalam ruang-ruang antar selnya banyak terdapat butiran-
butiran kapur. Hal ini perlu diperhatikan karena akan merusak
alat-alat yang digunakan. Wama kayu jati yang telah tua, coklat
muda dan BJKayu antara 0,65sampai 0,70.
2. Kayu rasamala
Pohonnya sangat tinggi-tinggi, ada yang mencapai 60 meter
dan banyak tumbuh dilereng-lereng gunung didaerah jawa barat,
yaitu pada ketinggian kurang lebih 1000 sampai 1700 meter dati
permukaan laut,
Kayu berserat kokoh dan sukar dikerjakan karena seratnya
tidak teratur dan membelit. Dalam keadaan basah kayu yang
sangat berat dan lebih berat dati kayu jati, tetapi setelah kering
lebih ringan dari kayu jati. Pada keadaan berbentuk balok, per-
mukaanya terlihat adanya retak halus tetapi tidak ada masalah,
karena sudah menjadi sifat dari kayunya. Karena sifatnya yang
mudah berubah (membengkok) maka kayu kurang baik untuk
konstruksi pintu dan jendela; lebih baik untuk konstruksi rangka
atap atau gelagar-gelagar dati konstruksi jembatan. Berat jenis ada
diantara 0,6 sampai 0,8.. .
3. Kayu merkau
Kayu ini banyak terdapat dipuJau Sumatra bagian utara,
Sulawesi, dan Maluku. 5eratnya lurus dan kuat, mudah dikerjakan
dan berwama sawo matang kekuning-kuningan. Kejelekan dari
kayu bahwa bila dikombinasi dengan besi bisa berkarat. Karena
kadar air batang banyak mengandung asam. BJkayu antara 0,9-1.
4. Kayu bangkirai
5ering juga disebut jati kalimantan, Banyak terdapat di Kali-
mantan dan Sumatera. Kuat dan lurus, mudah dikerjakan dan
mudah didapat dalam ukuran yang panjang-panjang tanpa cacat.
BJkayu antara 0,8 -1,1.
31
5. Kayu berlian
Kayu banyak di Kalimantan dan Sumatera. Di kalimantan
disebut juga kayu besi. Seratnya kokoh dan sukar dikerjakan
karena kerasnya. BJ kayu ada diantara 0,9 -1,2. Kayu ini banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan air. Karena tanah terre-
nam dalam air untuk waktu yang sangat lama, untuk tiang listrik
dan bantalan rei kereta api.
6. Kayu mahoni
Di Indonesia banyak ditanam di tepi jalan sebagai pohon
pelindung dan sekitar daerah jepara kayu banyak digunakan seba-
gai bahan ukir-ukiran dan perabot rumah tangga seperti meubel
dan lain-lain. Dalam konstruksi bangurian sedikit sekali diguna-
kan, Berat jenisnya antara 0,56 -0,64. Kayu ini banyak dibuat
dalam bentuk papan yang tipis-tipis untuk keperluan perabot.
7. Kayu kruing
Banyak terdapat di Kalimantan dan Sumatera bagian utara,
mudah didapat dalam ukuran yang panjang dan besar. Dalam
penggunaannya sebaiknya kayu diawetkan terlebih dahulu dan
banyak digunakan dalam rangka atap. Heratjenisnya ada diantara
0,6 -0,9.
8. Kayu duren
Oapat tumbuh di seluruh Indonesia, tidak stabil dan mudah
dimakan rayap. Hanya digunakan sebagai bahan cetakan beton/
bekisting dan kotak pengepak barang, kadang-kadang digunakan
juga untuk bangunan yang bersifat sementara, misal untuk
dinding-dinding dari barak ataau pagar. Bj-nya0,. - 0,7.
9. Kayu bnfer
Kayu kanfer tidak tahan teIhadap serangan rayap, akan tetapi
agk tahan terhadap bubuk, maka kayu ini kurang baik biIa digu-
nakan sebagi bahan konstruksi bangunan yang tidak terlindung,
mudah dikerjakan, sifat mengembang dan menyusutnya kectl,
banyak digunakan sebagai bahan bangunan rumah, wama lcayu
sawo merah, an mempuyai berat jenis 0,7 - 0,9.
32
10. K&yu jinjing
Banyak terdapat diJawa Barat, terutama didaerah-daerah per-
kebunan teh. Di jawa tengan biasa disebut kayu sengon. Banyak
disebut papan benpaku. Kebaikan dari kayu ini tahan terhadap
rayap. Beratjenisnya antara 0,3- 0,5.
33
BABII
PENGUJIAN KEKUATAN KAYU
A Metode Pengujian
Pengujian kekuatan kayu dengan menggunakan spesimen
kecil tanpa eacat (small clear specimens) atau yang dikenal sebagai
laboratory test dengan standart A5TM dengan dimensi 2" x 2 " (5
em x 5 em) dan syarat fisik lainnya adalah kadar air, dimana kayu
pada kondisi kadar air standar yaitu kadar air kering udara,
kemudian arah serat digunakan serat yang lurus. Adapun peng-
ujian menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) dengan
kapasitas 5000 KN. Seperti gambar berikut :
3S
.' .' .... ~~
36
Dengan rumus :
MOR = (3PL)/ (2bb2)
c. Modulus Elastisitas (Modulus of elasticity: MOE) yang
menunjukkan kekakuan kayu.
Dengan rumus :
MOE = (PV)/ (4dbh3)
d. Defleksi
Rumus lendutan untuk berbagai pembebanan seperti
berikut:
(j = P/.",
4X El
L
37
Gambar 19. Type-tipe kerusakan pada spesimen pada uji lentur kayu
p
1. ASll( pua11d to .,.in comprqaion test tel\l.Cl.
39
Kuat tekan dihitung dengan rumus : P/ (2.b)
p
4. Kekerasan
Kekerasan ditentukan dengan Janka ball test. Uji ini terdiri
atas pengukuran beban yang diperlukan untuk memasukkan bola
baja berdiameter 0,444inci sedemikian ingga separoh diametemya
masuk dalam spesimen. Luas daerah tekanan 1 ems. Untuk men-
jamin ketelitian berapa dalam masuknya bola dalam kayu, maka
biasanya bola itu diganti dengan sebuah tongkat baja yang ujung-
nya membulat seperti Gambar 22.
~
.... ,.)0. ,,'"' -. (~~ .... IIw~ ...
lIf....,.,,.'j
Gambar 22. Pegujian kekerasan
40
5. Uji Kuat Tarik Tegak Iums sent (TmsiDn PnpauIU:IIIn to
GRIm)
Spesimen berukuran 2 x 2 inci. panjang 2.5 inci seperti pada
Gambar 23. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan kayu ted1.adap beban Iarik yang dikenakan berlahan-
laban tegak lUxus serat. Adapun arab serat yang diuji adalah
bidang radial dan bidang tangensial. .
Kekuatan tarik = P/ A
Dimana P = Behan maksimum
A = Luas penampang
P
.... ,.23. ASTIIs ......... -. ....
41
11·
I
C5 .. Itt
! ·1
t, P
,u1'll_.._--_~-
FIo-UO....
_ _ ...-u,u ~'.I'.1.S1lI........... .- .........
f
lIIoringi
pIIIl.
o • i.
;·1.........
':
,I '
I'
!~;
,. '-It IIIoc:II
.
• 110.
ft plet,
It
.......,.........
I'll- U6. ASnI lIIOoII ... -=
(c)
(tJ _.,..,...-. l')_ ..-. (cl
43
meter. Dari data beban dan lendutan maka nilai modulus elastisitas
lentur (MOE) yang merupakan kemiringan kurva beban-len-
dutan dapat diperoleh. Tegangan lainnya dapat diperoleh ber-
dasarkan persamaan empirik dan nilai MOEyang telah diperoleh.
Penggolongan kelas kuat secara masinal (grading machine)
pada kandungan air standar (15%) menurut SNI-5 (2002) dapat
dilihat pada Tabe12.1. Berdasarkan
44
2. Kuat acitan berdasarkan pemilahan secara visual .
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan
secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan
berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk
kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggu-
nakan langkah-langkah sebagai berikut
a. Kerapatan p (dengan satuan kg/m3) pada kondisi basah
(berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar
airnya lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengiku ti
prosedur baku.
p =W,.1 V"
dengan: Ws = berat kayu basalt
V g = volume basah kayu
m=~
'W
8
-w)rl xl 00%
W..
( 2.1)
45
e. Hitung beratjenis pada kadar air 15% (GIS) dengan rumus:
G - Gb (2.3)
1S- (1-0,133Gb)
46
Sedangkan modulus elastisitasnya adalah :
t; = 16.000Gl·7
= 16000X 0,680•7
= 12214,51Mpa
47
Tabel 2.2. Nilai rasio tahanan
KelasMutu Nilai Rasio Tahanan
A 0,80
B 0,63
C 0,50
Pingul 1/10 tebaI atau lebar 1/61ebal atau lebar V. tebal atau lebar
lcayu kayu kayu
48
BAB III
DASAR PERENCANAAN STRUKTUR
KAYU
A. Beban Dan Kombinasi Pembebanan
1. Beban nominal
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam Pedo-
man Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Beban
nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut:
a. Beban mati (Dead l.iJad:D)
Yang diakibatkan oleh berat konstruksi perrnanen, ter-
masuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga,
dan peralatan layan tetap
b. Behan hidup (Live load: L)
Yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk
pengaruh kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan
seperti angin, hujan, dan lain-lain
c. Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peraiatan, dan material, atau selama peng-
gunaan biasa oleh orang dan benda bergerak(LJ
d. Beban hujan (H), tidak terrnasuk yang diakibatkan oleh
genangan air
e. Beban angin (Wind : JI\? termasuk dengan memper-
hitungkan bentuk aerodinamika bangunan dan peninjauan
terhadap pengaruh angin topan, puyuh, dan tornado, bila
diperlukan
f. Behan gempa (Earthquake: E), yang ditentukan menurut
SNI03-1726-1989
49
2. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan untuk struktur, komponen struktur
dan sambungannya direneanakan dengan menggunakan persa-
maan berikut ini:
a. 1,4D (3.1)
b. 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (3.2)
e. 1,2D + 1,6 (La atau H) + (O,5Latau 0,8 J!V) (3.3)
d. 1,20 + 1,3W + O,5L+ 0,5 (La atau H) (3.4)
e. 1,2D ± l,OE + O,5L (3.5)
f. O,9D ± (l,3Watau 1,OE) (3-6)
3. Beban lainnya
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya termasuk
juga tetapi tidak terbatas pada berat dan tekanan tanah, pengaruh
temperatur, susut, kelembaban, rangkak dan beda penurunan
tanah, harus ditinjau di dalam perencanaan.
Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh
fluida (f), tanah (5), genagan air (P) dan temperatur (1) harus
ditinjau dalam perencanaan dengan menggunakan faktor beban:
1,3F;1,65; l,2P dan 1,2T.
so
C. Analisis Struktur
Pengaruh beban terhadap masing-masing komponen
struktur dan sambungannya ditentukan dengan metode
analisis struktur elastis. Analisis tersebut harus memper·
hitungkan keseimbangan, stabilitas, kompatibilitas geometris
dan sifat material jangka pendek maupun jangka panjang.
E. Kekangan Ujung
Perencanaan sambungan harus konsisten dengan asumsi
yang diambil dalam analisis struktur dan dengan jenis konstruksi
yang dipilih dalam gambar rencana. Dalam rangka sederhana
semua sambungan harus diasumsikan bersifat sendi kecuali bila
dapat ditunjukkan melalui eksperimen atau analisis bahwa sam-
bungan tersebut dapat mengekang rotasi. Pada kondisi beban ren-
cana, sambungan harus mempunyai kapasitas rotasi yang mema-
dai untuk menghindari elemen penyambung terbebani secara ber-
lebihan.
SI
F. Pembebanan Jangka Panjang
Analisis yang dilakukan pada struktur dan komponen struk-
tur yang mengalami deformasi akibat rangkak pada saat memikul
beban kerja, harus memperhitungkan terjadinya tambahan defor-
masi akibat rangkak dalam masa layannya apabila deformasi ter-
sebut mempengaruhi tahanan atau kemampuan layannya.
H. Gaya terfaktor
Gaya-gaya pada komponen struktur dan sambungannya (RII),
harus ditentukan dari kombinasi pembebanan sebagaimana diatur
dalam persamaan 3.2.
I. Tahanan rencana
Tahanan rencana dihitunguntuk setiap keadaan batas yang
berlaku sebagai basil kali antara tahanan terkoreksi (R), faktor
tahanan (;), dan faktor waktu (A. Tahanan rencana harus sarna
dengan atau melebihi beban terfaktor (RII):
(3.8)
52
TabeI3.1. Faktor tahanan (f)
L. Syarat-syarat perencanaan
1. Luas bruto dan netto
Luas brute (Ag) komponen struktur kayu dalam setiap
potongan adalah jumlah luas seluruh elemen penyusun
komponen struktur kayu yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
Luas netto (An) komponen struktur kayu diperoleh dari
luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu
yang hilang karena adanya lubang bor, baut, paku,
coakan, takik dan lain-lain.
2. Stabilitas
Stabilitas harus dipenuhi oleh sistem struktur secara
keseluruhan maupun oleh komponen struktur pada sistem
struktur tersebut. Perencanaan terhadap stabilitas dilaku-
kan dengan memperhitungkan pengaruh beban yang
ditimbulkan oleh perubahan bentuk struktur atau kom-
ponen struktur sistem pemikul beban lateral.
3. Pengekang lateral
Pada titik-titik tumpu balok, rangka dan komponen
struktur kayu lainnya, harus disediakan kekangan pada
rotasi terhadap sumbu longitudinalnya. Kecuali bila hal
54
· tersebut ternyata tidak diperlukan berdasarkan analisis
ataupun percobaan.
4. Kondisi acuan
Tahanan acuan (R) dan tahanan acuan sambungan (2)
ditetapkan berdasarkan kondisi acuan berikut ini:
a. Kondisi kering dengan kadar air setimbang maksimum
tidak melebihi 19%. untuk kayu masif dan 16% untuk
produk-pruduk kayu yang dilem, serta batas bawah
kadar air setimbang tahunan rerata adalah 6%.
b. Nilai tahanan acuan berlaku untuk kondisi terekspos
secara berkelanjutan pada temperatur hingga 38°C,
atau temperatur yang dapat mencapai 65°C pada
komponen struktur dan sambungan, atau temperatur
sesaat yang melebihi 93°C pad a panel struktural.
Komponen struktur kayu dan sambungannya tidak
diperkenankan untuk secara terus-menerus berada
pada temperatur di atas 65°C. Panel struktural tidak
diperkenankan berada pada temperatur di atas 93°C
kecuali untuk waktu yang sangat pendek. Untuk
kondisi temperatur di atas 38°C secara berkelanjutan
maka harus diberlakukan faktor koreksi temperatur.
c. Komponen struktur tunggal atau sambungan tanpa
pembagi beban (load sluuing) atau aksi komposit.
5. Tahanan terkoreksi
Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut:
R' = R CJ C2 ... C. (3.9)
55
daripada 19% untuk kayu masif dan 16% untuk
produk kayu yang dilem;
C, adalah faktor koreksi temperatur untuk memper-
hitungkan temperatur layan lebih tinggi daripada
38°C secara berkelanjutan;
Cpl adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk mem-
perhitungkan pengaruh pengawetan terhadap pro-
duk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor
koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok,
ketentuan, atau tata cara yang berlaku;
Cn adalah faktor koreksi tahan api, untuk memper-
hitungkan pengaruh perlakuan tahan api terhadap
produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor
koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok,
ketentuan, atau tata cara yang berlaku.
7. Faktor koreksi tambahan untulc sambungan struktural
Sebagai tambahan dari faktor-faktor koreksi untuk
sambungan antara lain :
Cdi adalah faktor koreksi diafragma, untuk memper-
hitungkan peningkatan tahanan paku-paku yang
digunakan pada struktur diafragma.
Cg adalah faktor koreksi aksi kelompok, untuk mem-
perhitungkan pembebanan yang tidak merata dari
baris alat pengencang majemuk
C.<I adalah faktor koreksi geometri, untuk memper-
hitungkan geometri sambungan yang tidak lazim
Cd adalah faktor koreksi penetrasi, untuk memper-
hitungkan reduksi penetrasi alat pengencang
Ceg adalah faktor koreksi serat-ujung, untuk memper-
hitungkan reduksi tahanan alat pengencang yang
dipasang pada serat-ujung
CSI adalah faktor koreksi pelat baja sisi, untuk sam-
bungan geser dengan pe1at baja sisi berukuran 100
mm
C'n adalah faktor koreksi paku-miring, untuk sambungan
paku
56
BABIV
PERENCANAAN BATANG TARIK
57
Pada konstruksi baja, dalam suatu percobaan terdapat
besamya harga crmax = 2,5 - 3 kali crtr rata-rata. crlr rata-rata ialah
besamya tegangan tarik rata-rata pada batang tanpa lubang. Oleh
karena itu perlemahan karena adanya lubang jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan perlemahan karena pengurangan luas tam-
pang batang.
Mengingat adanya perlemahan karena adanya lubang alat
penyambung, maka dalam menentukan ukuran balok/batang,
perlu diingat adanya perlema han-perlemahan yang disesuaikan
dengan alat penyambung yang digunakan. Dimana rumus yang
p
digunakan sebagai berikut: eta = --
F".tto
Daftar perlemahan batang dari jenis-jenis alat penyambung
antara lain:
1. Sambungan dengan paku :10-15 %
2. Sambungan dengan baut + gigi :20- 25 %
3. Sambungan dengan pelat kokot atau
pasak cincin :20%
4. Sambungan dengan pasak dari kayu :30%
5. Sambungan dengan perekat / Lim :0%
58
terkoreksi dengan luas penampang neto seperti pada persamaan
4-2:
T' = Ft'A" (4.2)
Dengan :
Fr' adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi
A" adalah luas penampang neto.
(4.3)
59
dapat menjamin terjadinya distribusi gaya tarik aksial di antara
elemen-elemen tersebut yang sebanding dengan luas masing-
masing· elemen. Pengaruh perlemahan akibat sambungan antar
elemen harus ditinjau dalam perencanaan.
Yzp p p p Yzp
4x2m
Pembebanan
• pada join 1, 5,6, 7, 8 menahan beban hidup (L) 40 I<N
• pada joint 1, 2, 3, 4, 5 terbebani beban plafon (P) 10 KN
Ketentuan lain :
• Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
• Asumsi faktor koreksi CM,Ct, Cpt.C" = 1
• Kombinasi Pembebanan 1,2D ± E + O,5L
• Alat sambung yang digunakan pada titik buhul adalah baut
60.
Penyelesaian :
.:. Menghitung gaya-gaya batang dengan metode titik (joint) .
--".l00kN
61
T' = Ft'An·
F,'= c.cc G: Crt FtAn
T'=lOxlOxlOxlOxlOx3.7px An
.:. Menghitung kebutuhan luas netto (An)
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan l,2D ± E
+ O,5L,maka nilai faktor waktu (A)=1,0, seperti pada
TabeI3.2.
• Faktor reduksi (CPt) untuk tarik= 0,8, seperti pada Tabel
3.1.
t; ~..t ¢r T'
100.000N ~ I,D . 0,8 . 3.7h.An
An ~ 1()()(xx)/ (1,0 . 0,8 . 3.7fj)
An ~ 3324,47mm2
.:. Menghitung Luas penampang brute (Ag)
Pengurangan luas penampang akibat penempatan alat
sambung baut kurang lebih 25 %, maka luas bruto yang
diperlukan adalah :
An == 1,25. 3324,47= 4155,59Ill1lt2
Dimensi batang tarik digunakan kayu ukuran 50/120,
dengan Ag = 6000 mm2
.:. Kontrol Tahanan Tarik Batang
Til ~ ..t ¢r Ft'An
Til ~ 1,0 . 0,8 . 37p.~6000
135360 N »100.000 N (OK)
62
• Ft' = 37,6 MPa
.:. Dimensi kayu dapat dihitung dari kuat tarik sejajar serat :
Til s A. ¢It T'
80.000 ~ 0,6 . 0,8 . '3lfj.An
An ~ 4432,624mm2
Ag ~ 1,25 . 4432,624~ 5540,780 mm2
(penampang kritis terjadi didaerah sambungan.
Pengurangan luas penampang akibat
penempatan alat sambung baut sekitar 25 %)
50 h ~ 5540,780 JIUn2
h ~110,8 mm
Dimensi batang 1 digunakan 50/120 dengan luas 6(XX) nun2
.:. Kontrol Tahanan Tarik
Til ~ A. ¢It FI'All
80.000 ~ 0,6 . 0,8 . "gfj. Q/58lD
80.000 ~ 81216 N
Kayu dengan dimensi 50/120 mampu menahan beban
sebesar 80 Ton
63
BABV
PERENCANAAN BATANG TEKAN
65
jauh lebih keeil daripada beban batas (ultimit load) kolom
pendek. Jika ditambah beban P yang bekerja pada sebuah
kolom panjang kita akan meneapai batas Per seeara tiba-tiba
menjadi tidak stabil dan melengkung ke arah lateral, peris-
tiwa ini yang disebut tekuk (bukling)
[ika sebuah kolom mengalami penekukan, maka kolom
itu tidak dapat lebih jauh memikul penambahan beban. Untuk
beban P > Perlkolom akan mengalami deformasi terus-mene-
rus hingga runtuh. Persamaan untuk beban kritis pada kolom
dengan ujung sendi telah ditemukan oleh ahli matematika
dari Swiss L. Euler (1783)
1(2 £1
P..r = --2-
t;
Per
, I
,,
I
, I
I
I
:
I
Ie
\
\
\
\
\
\
\
cr
Keterangan :
E = Modulus Elastisitas Bahan Kolom
I = Momen Inersia minimum dari penampang
Ie = Panjang Effektif kolom (Panjang Tekuk)
Dengan membagi Per dengan luas penampang kolom
maka didapat nilai tegangan kritis.
r; 1(2 E1
O'er = A atau O','r == -1-2-' -
eA
Perencanaan komponen struktur
Perencanaan batang tekan untuk komponen struktur yang
rnengalami gaya tekan aksial dan gaya tekan tumpu sesuai
standart SNI 2002seperti berikut:
66
A. Gaya Tekan Terfaktor
Komponen struktur tekan harus direncanakan sedemikian
sehingga:
(5.1)
Dengan:
pu = gaya tekan terfaktor
...t = faktor waktu (lihat Tabel3-1)
(k = 0,90 adalah faktor tahanan tekan sejajar serat
P' = tahanan terkoreksi.
61
Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, fak-
tor panjang tekuk, hams lebih besar daripada satu dan ditentukan
berdasarkan analisis mekanika dengan memperhitungkan kondisi
kekangan ujung kolom.
Nilai K~ untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan
untuk keadaan dengan goyangan serta tanpa goyangan dapat
ditentukan menggunakan hubungan pada Gambar 27.
.t.: I ~.,.i
~I, I~ I
•
..,
,
I I
,, .IIJ(
,, •
••t•, I ..\ ,: I
efttft1IOIIaI.-.uul..
,,,,,ttl. ••,••
•I ,, ,••
...,_ II..... ,,
•
,
,•
•,
•
(
I , 1
I
1
• I I ,,
'.
'j
I
.", ... ~r •:
..~ ~r •
....,................
MW ...,_~
WIll
__
GAS o. U 1.8 2.10 2.0
.,..
,
T
~ ...... T ItndI
Roll tIinpa putnn ,1.KtI.Il
f IJ)Ung .......
2. Kelangsingan kolom
Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang
efektif kolom pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi
penampang kolom pada arah itu, atau:
Ke1
Kelangsingan ~ - (5.2)
r
68
Jari-jari girasi dihitung berdasarkan Iuas p enampang bruto
dan menggunakan penampang transformasi jika digunakan
penampang komposit.
KI
Nilai kelangsingan kolom (_e_),tidak boleh melebihi 175.
r
r= H;
;::b -
12
= O,2887b (b < d)
= c,..Po'
Faktor kestabilan kolom (c,,) dihitung sebagai berikut:
69
(5.5)
2 • 2 •
P = 7r EosI = 7r EosA (5.6)
e (KJt (K.;)'
dimana:
A adalah luas penampang bruto (mms)
Fc* adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah
dikalikan semua faktor koreksi kecuali, Cp) (N)
£05' adalah nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil ke lima, (MPa)
P, adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau, (N)
Po' adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat
pada kelangsingan kolom sama dengan noI, (N)
c = 0,80 untuk batang masif
= 0,85 untuk tiang dan pancang bundar
= 0,90 untuk gIuIam (kayu laminasi struktural) dan
kayu komposit struktural
¢' adalah faktor tahanan tekan = 0,90
iPs adalah faktor tahanan stabilitas = 0,85
sedangkan,
K VE adalah nilai banding antara standar deviasi/
penyimpangan . dengan nilai rata-rata dalam
70
pengujian modulus elastisitas lentur. Dari hasil
pengujian untuk beberapa jenis kayu (Hoyle, 1978),
nilai KVE diperoleh sebesar 0,2. Apabila nilai KVE
sebesar 0,2 disubstitusi pada Persamaan 5.7, maka
EIlS'= 0,69 Ew'.
4x2m
Pembebanan
pada join 1, 5, 6, 7, 8 menahan beban hidup (L) 40 KN
pada joint I, 2, 3, 4, 5 terbebani beban plafon (P) 10 KN
Ketentuan lain :
Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
Asumsi faktor koreksi CM,Ct, Cpt.Ct, = 1
Kombinasi Pembebanan 1,2D ± E + O,5L
Alat sambung yang digunakan pada buhul adalah baut
71
12SKN
-- ..... 100KN
C = I + ac _ (I + ac)2 _ ac
p 2c 2c c
dimana:
72
• tahanan tekan terkoreksi (po')
Po' =F/.A
= CMCc;" G: Fe-A
= 1,0 x 1,Ox1,0x 1,0 x 32 x (SOx 120)
=192(xx) N
• Modulus elastisitas ·lentur yang telah dikalikan dengan
faktorkoreksi(Ew')
Ew' = CMC <;., G: .Ew
= 1,0 x 1,()x1,0 x 1,0 x 16000
:al6000MPa
• Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima (Eos')
E05' - 0,69. Ew'
::::0,69 . 16000
-11040 MPa
• Tahanan tekuk bitis (Euler) (Pe)
2 ' 2 • 2 .
P. = 1r £ojl = 1C EosA _ 1r 11040.6000 = 21;73 7
< (K.J'f (K<;r 173,19'· '
C = 1+ a (1 + a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c
73
.:. Kontrol tekanan tekan terfaktor
r, s A. cjIcP'
125000 N s 1,0 x 0,9 x 20094,3
s 18084,9 N (NOT OK)
Dicoba dengan kayu ukuran 80/200
.:. Ukuran penampang batang
• Panjang batang 1 (tekan) (L) = (20()2+ 1,52)0,5= 250 nun
• [ari-jari girasi (r) = 0,2887 , b = 0,2887 , 50 = 23,096mm
• Kelangsingan = (KeL/r) = (1 , 250)/14,435 = 108,244 <
175 (ketentuan SI<SNI)OK
.:. Menghitung Fe dan Ew
Fe = 0,8 X 40 = 32 MPa
Ew = 0,8 X 20000 = 16000 Mpa
.:. Menghitung faktor kestabilan kolom (Cp)
C = 1+a (1 +a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c
dimana:
• tahanan tekan terkoreksi (Po')
Po' = F,·,A
= C'MGc Q Fe, A
= 1,0 X l,Ox 1,0 X 1,0 X 32 X (SO X 200)
= 512000N
• Modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan dengan
faktor koreksi (£w')
Ew' = C'MCc;" Q. Ew
= 1,0 X I,Ox 1,0 X 1,0 X 16000
=l6000MPa
• Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima (E05')
E05' = 0,69. Ew'
= 0,69 , 16000
= 11040 Mpa
74
• Tahanan tekuk kritis (Euler) (Pe)
2 ' 2 '
P = 7t E051 = 7t EosA 148642 N
e (Kif' (K,H
a, = ¢.p~. 0.27419
A¢rPo
l+a .. = 1+0,1071 =0,79637
2c 2.0,8
C = 1+ a (1 + a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c
75
• Mutu kayu E21, maka dari Tabel 2.1., didapat kuat
acuhan Fell = 40 Mpa dan modulus elastisitas Ew =
20000MPa
• Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
dapat dilihat pada Tabe12.2.
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,40 I
76
BABVI
PENGENALAN ALAT SAMBUNG
77
dikarenakan paku secara teknis dan ekonomis paku lebih baik dan
menguntungkan.
Pada konstruksi baja titik-titik sambungannya adalah kaku,
tapi pada konstruksi kayu perlu diperhatikan adanya deformasi
atau pergeseran (penyesaran) pada titik-titik sambungannya.
Dengan demikian konstruksi kayu yang perlu diperhatikan bukan
saja adanya beban patah, tapi perlu diperhatikan adanya penye-
saran. [adi kekuatan sambungan ditentukan adanya 1/3 dari
beban patah dan penyesaranya tidak lebih dari 1,5 nun. Penye-
sarannya perlu dibatasi untuk mengantisipai adanya tegangan-
tegangan sekunder pada konstruksinya.
78
kan dengan kuat ultimit kayu yang di sambungnya. Sebagai
contoh, sebuah batang kayu dengan ukuran b/h memiliki kuat
tarik ultimit 10 ton, pad a bagian sambungan digunakan
alat sambung A dan kekuatan tarik sambungan adalah 2,5
ton. Maka efektifitas alat sambung A adalah 25%
(2,5ton/l0ton)
C. Jenis-jenis sambungan
Sambung dapat dibedakan menjadi sambungan satu irisan
(menyambungkan dua batang kayu), dua irisan (menyam-
bungkan tiga batangkayu), dan seterusnya seperti pada Gambar 28.
e,.. r=-::=:!'r==1
-
Gambar 28. Sambungan Ialyu sam irisan dan dua irisan
Menurut sifat gaya yang "bekerja pada sambungan, sam-
bungan juga dapat dibedakan menjadi sambungan desak, sam-
bungan tarik, dan sambungan momen. Pada sambungan desak atau
tank, apabilapusat kelompokalat sambung tidak terletakpada garis ker-
ja gaya maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial eli dalam
pemasangannya
79
D. AIat Sambung Mekanik (Mechanical Connector)
1. Alat sambung Lem
A1at sambung lern umumnya digunakan pada struktur balok
susun, atau produk kayu laminasi (glue-laminated timber).
2. Alat sambung paku
A1atsambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, Iantai
dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang
bermacam-rnacam seperti pada Gambar 29.
,
"
II
11
,,
Gambar 29. Alat samlmng paku
80
[ika dilihat dari diagram tegangannya, maka yang bertam-
pang beralur lurus merupakan perbaikan dari yang bertam-
pang persegi. Jika (dibandingkan dengan yang bertampang
bulat, maka perbaikannya ialah 20 a 35% (-dalam hal
kekuatannya). Ini disebabkan karena gesekan (W) dari paku
beralur lurus adalah lebih besar. Penggunaan paku di Iuar
negeri adalah lebih intensif dan eli Indoensia, Bila kekuatan
paku dibandingkan dengan kekuatan baut, maka perban-
dingannya ialah : bahwa kekuatan paku 3 - 4 kali dati kekuat-
an baut untuk jumlah kuat yang sarna, misal dalam 1 kg.
3. Baut
Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak
(mild steel) dengan kepala berbentuk hexagonal, square, dome,
atau flat seperti pada Gambar 6.3. Diameter baut berkisar
antara 1/4" sampai dengan 1,25". Untuk kemudahan pema-
sangan, lubang baut diberi kelonggaran 1 mm. Alat sambung
baut biasanya digunakan pada sambungan dua irisan dengan
tebal minimumkayu samping adaIah 30mm dan kayu tengah adalah
40 mmdan ditengkapi ciR:inperutup.
Flat
4. Timber Connectors
Walaupun nama alat sambung ini adalah timber connectors,
hampir semua alat sambung terbuat dan besi (metal). [enis alat
sambung Timber con~ yang terbuat dari kayu hanyalah
pasak kayu Koubler. Alat sambung timber connectors berkem-
bang di Eropa pada tahun 1916sampai 1922..
Pasak kayu Koubler berasal dari Jerman. Pasak Koubler
merupakan pasak yang terbuat dari kayu yang sangat keras,
berbentuk silinder dengan diameter bagian tengah lebih
81
besar (lihat Gambar 31). Diameter pasak lcayu Koubler relatif
besar sekitar 10em dan tebaInya seki1ar 5 em
82
BABVII
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
(8.1)
Dimana :
Zu = tahanan perlu sambungan
A. = faktor waktu sesuai Tabel32.
(faktor waktu, untuk tahanan tarik alat pengencang
A. -1,0)
+z - faktor tahanan sambungan= 0,65 (sesuai Tabe13.1.)
Z' :z tahanan terkoreksi sambungan.
83
A. Tahanan Lateral Acuan
Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang meng-
gunakan paku baja satu irisan yang dibebani secara tegak lurus
terhadap sumbu alat pengencang dan dipasang tegak lurus
sumbu komponen struktur, diambil sebagainiIai terkecil dari niJai-
nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada Tabel
B.l. dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang (nf).Untuk
sambungan yang terdiri atas tiga komponen sambungan dengan
dua irisan, tahanan lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan
lateral acuan satu irisan yang terkecil.
I.
Z = 3,3Dt,Fe,
KD
z= 3.3kJDPF'em
KD(I+2Re)
III..
( ) 2Fyb(l + 2Re)D2
dengan: kl = (-1)+, 21+Re + 2
3Femp
Z = 3.3k2DI,F'e,;,
KD(2+ Re)
III.
+ Re) + 2Fyb(1 + 2Re)D2
dengan: k2 = (-1)+, 2(} s, 3Femt;
Z _ 3.3D2 2FemFyb
IV
- KD , 3(1+ Re)
84
Catatan:
Re = Ftm/ t:
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang
pada komponen pemegang (lihat Gambar 32)
KD = 2,2 untuk D ~ 4,3 nun,
= 0,38 D + 0,56 untuk 4,3 mm < D < 6,4 nun
= 3,0 untuk D ~ 6,4 mm ..· .
D = diameter paku
Fe = Kuat tumpu kayu
= 114,45 GUM MPa (G: beratjenis kering oven)
Fyb = Kuat lentur paku
B. Kuat Tumpu Kayu
Nilai kuat tumpu kayu beberapa nilai berat jenis dapat
dilihat seperti Tabel S.2. semakin besar nilai berat jenis
kayu, maka semakin besar nilai kuat tumpunya. Umumnya
alat sambung paku digunakan pada kayu yang mempunyai
berat jenis tidak tinggi, hal ini karena mdahnya paku untuk
tekuk (buckling).Tekuk pada paku juga terjadi karena faktor
angka kelangsingan. Kelangsingan menjadi ciri khas alat
sambung paku.
85
Tabel 8.3. Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku
D. Ukuran Paku
Dimensi paku meliputi diameter, panjang, dan angka kelang-
singan dapat dilihat pada Tabe18.4.
86
" ..:-.' : '; ~ _jW
.
~
:
:,
,t. • •
:
·:
• ·
+t b -r+
···
:
: c
Q ;
LJ
spasi daIam atu bins
·
•
:
.87
d. J arak tepi.
[arak minimum dari tepi komponen struktur ke pusat
alat pengencang terdekat diambil sebesar:
• 5 D pada tepi yang tidak dibebani
• 10 D pada tepi yang dibebani.
(a)
(b)
Gambar 32. Sambungan paku: (a). Dua irisan, (b). Satu irisan
88
b. Serat ujung; .
Tahanan lateral acuan hams dikalikan dengan faktor serat
uiung, Ceg = 0,67, untuk alat pengencang yang ditanamkan
ke dalam serat ujung lcayu.
p-\ I
III
Gambar 33. Samlnlnp paku padIl serai ujung kayu
d. Sambungan diafragma
Faktor korensi inihanya berlaku untuk sambungan rangka
kayu untuk plyood seperti pada struktur diafragma dan
shear wall (dinding geser). Nilai faktor koreksi ini umum-
nya lebih besar 1,00. .
Paku harus dipasang dengan cara dipukul. Paku
miring hams dipasang dengan membentuk sudut ± 300 ter-
hadap komponen struktur dan dimulai pada lokasi seper-
tiga panjang pa1cu diukur dari tepi komponen struktur
yangdisambung.
Diameter lubang penuntun untuk paku tidak boleh
melebihi: 0.90 D untuk G > 0,60 dan 0,75 0 untuk G ~ 0,60 I
89
Tampakatas
Penyelesaian
.:. Menghitung tahanan lateral acuhan satu paku (Z)
• Paku dipakai 3" BWG 10 dengan kriteria : diameter (D) 3,4
mm, panjang 76 mm
• Kuat lentur paku (Fyb) = 689 Mpa
• Kuat tumpu kayu samping dan kayu utama dengan bj 0,6 ,
Fes - Fem = 44,73 Mpa, maka R = Fem/Fe a:: 1
• Tebal kayu samping (ts) = 30 mm
• Ko - 2,2 , untuk 0 < 4,3 mm
• Tahanan lateral acuhan :
1. Mode kelelahan Is
Z = 3,3Dt..F e.'r = 3,3.3,4.30.44,73.6849 N
K1) 2,2
2. Mode kelelahan IIIM
90
k = (-1)+ 2(1+ 1) + 2.689(1 + 2.1)3.42 = 1 096
2 1 3.44,73.302 I
KD(2+RJ 2,2(2+1)
4. Mode keIeIahan IV
Z= 3.30'tF,.F .. =l751,58N
KD 3(1+~)
Tahanan lateral acuan aniak dua irisan Z = 2 x 1757,581757,58
= 3515, 017 N
<. Menghitung tahanan ~ acuhan termksi (Z')
Penetrasi pada Iwmpouen pemegang (P) - 76-30 = 46 mm,
60 = 6 x 3,4 =20,4
12D -Ux3,t-..
60 < P=46<t2DmabC.-l
Z' = Ct Z ('1c.. tidak diperbitungkan)
= 3515, 017N
.:. Menghitung tahan IaIeIal ijinsam paku (Zu)
Zu = X+zZ'
Zu = 0,8 . 0,65. 351S,ot7
= 1827,80923N
.:. Menghitung jumIah paku yang dibutuhkan dan penempatan
nr = P/Zu = 1(01)/1827.80923 = 5,4
digunakan paku 6 buah
.:. Penempatan paku
Spasi dalam satu baris (a) = 100 = 34 ~ 40 mm
[arak antar baris (b) = 50 = 17 ~ 40 nun
Jaraktepidengandibebani(d) =150 = 51 ~60mm
Jaraktepi tanpa beban (e) = 50 = 17 ~ 20 mm
91
.- --- SA12
... -----1-
....
Tampak atas
...
:---+. ---+--~
•
:2x3/12 : ·•: 60
: :· ·: 40
· · 20 \
92
BABVllI
ANALISIS SAMBUNGAN BAUT
93
(8.1)
dimana:
Zu ::::tahanan periu sambungan
/.. ""faktor waktu sesuai Tabe13.2.
(faktor waktu, untuk tahanan tarik alat pengencang /..= 1,0)
cj>z "" faktor tahanan sambungan= 0,65 (sesuai Tabe13.1.)
Z' ""tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dan hasil
perkalian antara tahanan aeuan sambungan dengan
faktor-faktor koreksi
Mode
Persamaan yang berlaku
l<elelahan
1m Z = O,83Dt",F.",
K,
I, Z = O,83Dt,Fu
K,
11 Z = O.93k1DFes
KO .
94
,
dengan:
Ie _ ~~+2~{1+R,+·R,2}+R,2~ -~(1+R,)
1- (1 + Re)
mm Z = 1.04k2Dt.Fem-
(1+2Re)K8
dengan:
2F b(1+2Re)D2
12 =(-1)+l2(1+Re)+ y 2
3Femtm
III. Z =·1.0413Dt~Fe..
(2+Re)K8
dengan:
() 2(1+ Re) 2Fyb(2+ Re)D2
1)= -I + +
l s, 3Fem l;
IV
Z _ ( 1.04D2 2F...Fy6
- K8 ~ 3(1+Re)
95
Tabel 8.2 Tahanan lateral acuan untuk baut (2) untuk satu baut
dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen
(tampang dual
Mode Persamaan yang berlaku
Kelelahan
1m Z = 0,S3DtmFem
Ko
Is Z = 1,66Dt,F:s
Ko
Ills Z = 2,OSk4Dt,Fem
(2+RJKo
() 2(1+R) Fyh(2+R,JD2
dengan: k4 = -1 +J e + 2
s, 3Femts
IV
Z ~ ( 2,08D') 2F_F"
s, J~3(1 + RJ
Catatan: Re = Fern / t;
Ko = 1+0,25(8/900)
96
Tabel S.3.a.Kuat Tumpu kayu (Fe)(Mpa)untuk baut ]/2 "
97
pengujian tarik baut, pada umumnya kuat lentur baut
sebesar 320 Mpa.
98
Jarak antar baris alat pengencang:
1",/0 ~2 2,5 0 (lihat Catatan 3)
2 < 1",/0 < 6 (5 t; + 10 0) /8 (lihat Catatan 3)
1",/0> 6 5 0 (lihat Catatan 3)
Catatan:
1. L« adalah panjang pasak pada komponen utama pada suatu
sambungan atau panjang total pasak pada komponen sekun-
der pada suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang
menggunakan ring.
3. Untuk alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus arah
serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu sambungan
tidak boleh melebihi 127 rom, kecuali bila digunakan pelat
penyambung khusus atau bila ada ketentuan mengenai peru-
bahan dimensi kayu.
TO 0 0 0
r--'"
.1.0'0 o o
.....................
Gambar 34.Geometri samlnmgan baut
99
F. Faktor Koreksi Sambungan Paku
a. Faktor aksi kelompok
BHa suatu sambungan terdiri dari satu baris alat pengencang
baut, maka tahanan sambungan acuan harus dikoreksi dengan Cg,
untuk memperhitungkan ketakseragaman gaya yang bekerja pada
baut, Karena ada kecenderungan masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sarna hal ini disebabkan karena :
• [arak antar alat sambung baut yang kurang panjang
sehingga menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi
secara maksimal,
• Terjadi distribusi gaya yang tidak merata (non uniform load
distribution) antar alat sambung baut.Baut yang paling
ujung dalam satu kelompok akan mendukung gaya yang
lebih besar daripada baut yang letaknya di tengah, serta
akan mencapai plastis defoemation lebih dulu. Sehingga
kemungkinan baut paling ujung akan gagal lebih dulu
sebelum baut ditengan mencapai piastis deformation.
Faktor faktor yang mempengaruhi nilai Cg adalah :
kemiringan kurva beban dan sesaran baut (slip modulus),
jumlah baut, spasi alat sambung dalam satu baris, plastis
deformation, dan perilaku rangkak (creep).
Nilai faktor aksi kelompok diperoleh dengan persa-
maan:
(8.2)
dimana
nf = jumlah total alat pengencang dalam sambungan
n, = jumlah baris alat pengencang dalam sambungan
ai = jumlah alat pengencang efektif pada baris alat
pengencang i akibat ketakseragaman gaya yang
bekerja pada suatu baris alat pengencang, ber-
variasi dari 1 hingga n,
nj = jumlah alat pengencang dengan spasi yang sera-
gam pad a baris ke i.
100
• (8.3)
101
bans yang gasal digunakan kombinasi pasangan-pasanagn
baris yang menghasilkan nilai terkecil. Seperti pada
gambar35.
• Bila jarak antar baris alat pengencang lebih besar daripada
seperempat spasi dalam baris alat pengencang pada baris-
baris yang berdekatan, maka jumlah baut pada setiap baris,
ni, adalah jumlah baut dalam baris tersebut. Seperti pada
gambar35.
• • • • a
(b) • • • a
• •
b b
102
Menil.!lrut lNi'aif:i'Onnl D-esign :SIPl'fciffiirOa{t!jt@in (ONJJS» IUZ..S, Nilai
fak't(.i)fImre"ksi Gg dapat dilihat _pcrdla'1f;abei '8:5.,\Unta:k 'Sam1>1l1F\gan
yang w:eroaIirdiFI.:gam luas pena~pan'gka:YM samping ,terlirad.a;p 'kayu
utama wemila-i il .atau Y2.
r I
,J!..sf,A!m' I ,As Junfuili fbaut'idilam~satu ;t,-allis I
"<>.
f~in~) 2 .3
1
I ·ll I .$ f{, I '!1
, 18
I :5
]12
0,98
0,99
0,92
0;%
I I(i)f~
((!)[9"2
I
I,
1017.$
(0;87
II
I
(0[68 I
10{8il I (tl;~6
®I6i1
II iOfg~ I,
I
:
I
10,$$ i
,('),'i!{) \
10;5 20 0,99 '0,98 10;9$ ((!)!9i.l le)87 :e~8 I
I
10[97 I
';28 1,0 0;99 10;98 I 10~ 1(i);9! i
I f0{8:9 I
\
I 'iW 1,0 1,0 10,99
i
10;98 I (0~96 {(:);94 II '0i92 I
I (M 1,0 1,0 (0;99 I [0;98 I f(!);97 '(i);% I rG,'9$ j
4x2m
2.5/)2
S/12
2,5/12
Penyelesaian
-0- -Menghitung gaya-gaya batang dengan metode titik (joint)
Hittmgan gaya se1engkapnya seperti contoh hitungan pada
batang tank
F3
Keseimbangan arab horisontal
Fl =F4
F 4= JOOKN
F4=l00KN
104
• lKmat bampU byu samping dimbym adamiI deogan bj 0"8,,
Fe;¥# = Fam## = 61,,8 Mpa., mil!b.lR = lFmml/Fa =].
• TebiID.byu sau .."i;"g (Is) = 25 rom
• Tebal byu sampiug (1m) = 5O:mm
• Sudut sunbongan = 0»
• Tahanm lateral arnban :
•
Km = 1-!{J.25(BI9If') = 1
Z = O)ill)r_F_ = Q,83.12,,1.50.61$ mn,7 lNI
K. 1
=1.3um
2,,08.1.) 1.12"1..25i.61,,S= 11822N
(2+1)
lOS
4. Mode .......hhan IV
106
-t:::::: ::::::Jil
~----------~----------
I
:R,,' · • .30
25 so 25
60 60 60 60 60 90 (mm.) II II
I I I I I I I I
• "=I+T;(~). +(~).)
60( 1 J)
u = 1+11133-2 ~20.10• )+~20.106). . = 1,00s57
• -D.
,
=[ ~ + R~~ Ii+.)-J + lrl+R£4]
-4-~)
J1 I-m
.",m;
UJ1
Karena a>aapt, maka C\ =1,00
• Spasi daIam baris aJat per-gen:ar:tg (5)
Spada gambar - 60 mm
Saw- = 50,8 karena s >&apt mab. ~ =1,00
.) Chek kembali tahanan lateral Zu setelah dikalikan dengan
faktor koreksi
z; :III A. ., Z" Cs ~ l\f
z, - 0,8.0,65.
1?822. 1,11939.1,00.12
- 103.739 N > gaya batang .. = 100.000 N (Perenc anun
Aman)
108
BABIX
.ANALISIS SAMIJUNGAN GJIG}!
(TAKIKAN)
l!J~--~-""'~=-~"_"'---
~---,
Gambar :3.@•. if<onstniksi llGuda-lkuda
Gambtzr 37. DellliI Kuda-lcudll pad« Joint A
110
SAUl MIN Ol2MM
III
_._ - ..... -.....
.. ".0, .
. ./",."
~/ ".
1("'- .':
,. ,.'
"
}
i!
....<>0
'&,
.,
.,
&,
J\ i
ct\
...
H\
.J i
1/,
...
......: ',.
13
...
I .1 v
r
I
!
I
112
Tahanan geser pada begian kayu muka dapat dibitung
dengan persamaan seba.gaiberikut :
113
I·_._._._.
2
I
t
.. _
.. _M--
J
J
Tahanan geser pada bagian kayu muka yang pertama
dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(10.3)
dimana:
Nu adalah gaya tebn ter£aktor,
a adalah sudut anlara komponen stntktur diagonal
terhadap kompooen struktur mendatar,
¢Iv adalah faktor tahanan
it adalah faktor waktu
1.. adalah pallfulg kayu muka rerata,
Iml adalah paujaug kayu muka yang pertama,
Ina adalah paIJjcwgbyu muka yang kedua,
em adalah ebentr:isita:s rerata pada penampang neto
akibat adanya coakansambungan.
e.l adalah ekseibisitas bagian kayu muka pertama pada
penampang neto akibat adanya coakan sambungan,
f"'l adalah Iuas bidang tumpu bagian kayu yang pertama,
Frazadalah Iuas bidang tumpu bagian kayu yang kedua,
b ada1ab Iebar komponen struktur mendatar,
Ftf' adaJah kuat geser Sejajar serat terkoreksi.
115
---I lOOKN
.....
PeayeiMej'!I
... K.lyu yang digunabndenpt.kelenb&an ;
• om kombinui pembebman yang ~ 1,21) i E
+ 0,51..m.ab niW. £U:tor wKtu (1.) -1,0. seperti pack
Tabe13.l.
• Faktot redubi (.. ) untuk per .. 0.75. aepeiti pada
T~3.l .
.. 'Dimalsi byu pada. coadllh hilo",p'"
d1gDnaba 1IIoamn PIJ/1m mm
be., Iebn
• ~py ..s-~--(F.)
Dari keleDb&an by1a cIipnabn muIR E21dmi t.bel2.1.
F.-S.9Mpa.
F: - 5,9 x 1.0 (ARansi. faktDr k.onI:a _laywt 1,0')
.. Mel:tenll'tanaa.;~(~
t..S 1/3 h -1/3:.91 - 66..7 ru,1I! ' e, a_
e. - 0..3 (b-t.J + 0..3to.
-100_
-1J.5 ~ +0,5.60
.:. Menentukan panjang kayu muka (lm)
1,5 h < 1m <200 mm , maka 1m diambil200 mm
.:. Menghitung gaya tekan (Nu)
'Ao
N u cosa ~ "'Yv 1mbF~
I
70 KN
1+ 0,25zn.
98,995KN
117
·200" (!.)~2t1J/.~ +
-)9t,421 mm
45 !D."
I.. - O~(l..r+'-z.)
• MenpIunc'" tumpu (f..)
FlO!· b.t.J/OO54S-8030/005405 - ~11
F.a -b.t.od/OO54S- 8O~ICOtI405 - 56S6.BS
F ..I 3394.11/(3394,11 + S656.8S)
'"'
F., +F",
• Menghitung glyaIIekan tmulllr
Tahanangaer pada blpn kayu mub yang pertaana
l.2SN. ~a F.1 ~ 1;.. l~lbF.
F..J+F.2 1+0.25/.1
~_1
N
Nu '"'98995 N s 1-'2402 N (OK)
Tilbanan se-- pIIda ~ byu &nab yang kedua
I _1.1/
N.CD6aS~ .z=y
1+0»'·
"'F-' .............
C. ...Pu!ll._'..... t.I·--'~SIP-.tJP:
Ada tip presil'4 rpa' tao J*la Me'" ..... riP:
De"P' ~
L blat dar! di, L: IIIIiaiaIwn 19ut
tidak boktllebih Ioedl y, •
2. Denpn ~ beFf ; tIfW bepI i' - S _
dMiebar.. an.
lUI
3. Dercgat. _un ..... pdIIl."."..byQ. tebal2.5 emdan
Iebu 10 CDl cI.Il peIIt dipUm denpn ~
~ pdIIlyqmp.bn daft papan byu)ali.
119
DAFfAR PUSTAKA
121
Material Kayu mcrupalcan salah satu bahan kanstruksi YUI:;
mempunyai berat jenis ringan dan proses pengerjaannya dallai
dilakukan dengan mudah dan peralatan yang sederhana. Sebasa
bahan dari "lam. kayu dapat tcrurai seeara sempumasehlngga ti&l"
ada istilah limbah pada konstruksi kayu. Untuk mengc!ahui kualit&
lcayu seeara :I_;sua!sudah sejak lama dipergunakan oIeh masy""';,,,
kita, Beberapa parameter visual yang dapat diamati pads ka}11dan
berhubungan erat dengan kekuatan adalah lebar cincin tahunan.
kemiringan serat, mata kayu. keberadaan jamur atau serangga
perusak kayu. dan "'tak. Apabila si pengamal tidak mempunya:
keahlian dan pengalaman, maka pemi1ahan kelas kuat kayu akan
lama dan hasilnya pun menjadi tidak reliable (mengandung ban}"K
keraguan) untuk itu dilakukan pemilahan dengan menggunaJain
pengujian sifal mekanik untuk mengetabui ke1matan lentur.
kekuatan tarik, dan kekuatan tekan, Adapun Dasar Pereneanaan Konstruksi Ka}11dalam b,,;.-;:
ini didasarkan dengan Standart l'-'1-52002 yaitu tentang Tata Can Perencanaan KoJJStnl](sj
Kayu. Dalam perencanaan itu meliputi, Pereneanaan batang Tarik, Perencanaan batanc
tekan, PengenaJan alai sambung kayo. Analisis sambungan paku, Analisis sambungan b31Jt
dan Analisis sambungan talcikan. Semoga buku ini dapal menjadi pegangan dan referens;
mahasiswa, dosen danfllgincrdalam menyusun perancangan konstruksi kayu.