Anda di halaman 1dari 128

STRUKTUR KAYU

Sanksi Pelanggaran Passl 72


Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 TaIuI1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 TaIuI1982
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Passl 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana per1ara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danl
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang slapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan
atau menjual kepada umum suatu ciplaan atau bsrang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak lerkait sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paing lama 5 Oima} tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 Oima ratus juts
rupiah).
Sri Sumarni

STRUKTUR KAYU

Diterbitkan atas Ke~a Sarna


Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan
UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

SriSumarni
Struktur Kayu . Cetakan 1 . Surakarta LPP UNS dan UNS Press. 2007
ix + 121 hal; 24,5em

STRUKTUR KAYU
Hak CiptaO Sri Sumarni
Code Publishing 4.12

Penulis
Sri Sumami, Sf., MT.

Editor
Prof. Dr. Kunardi Harjoprawiro, M.Pd.
Kundharu Saddhono, 5.5., M.Hum.
Drs. M. Sam

lIustrasi Sampul
CakraBooksSolo

Penerbit
Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan
UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)
fl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah
Indonesia 57126

Cetakan 1, Juni 2007


Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Right Reserved

ISBN 9'79-498-363-2

Buku ini dipilih sebagai buku tab bermutu oleh


Program Penerbitan Buku Teks - Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Sebela. Maret (UNS) melalui proses seleksi penlaian yang kompetitif dan selektif.
KATA PENGANTAR

Perkembangan konstruksi bangunan gedung dewasa ini


sangat maju pesat. Dalarn perancangan dan perhitungan harus
teliti sesuai dengan pedoman yang ada, sehingga terpenuhi
keamanan dan kenyamanannya. Dalarn hal ini kayu berperan
sebagai bahan konstruksi seperti pada kuda-kuda, daun pintu dan
jendela, kusen dan lain-lain. Oleh karena itu penulis mencoba
menulis buku ini untuk mempermudah perancangan konstruksi
dengan bahan kayu.
Buku ini didasarkan pada bahan-bahan yang penulis berikan
dalarn kuliah struktur kayu dan konstruksi kayu pada Program
Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret.
Adapun materinya meliputi : Material Kayu, Tegangan Bahan
Kayu, Dasar Perencanaan dengan SNI-S 2002 (Tata Cara Peren-
canaan Konstruksi Kayu), Perencanaan Batang Tarik, Perencanaan
Batang Tekan, Pengenalan alat sarnbung kayu, Analisis sarnbung-
an paku, Analisis sarnbungan baut, Analisis sarnbungan takikan.
Diharapkan buku ini dapat menjadi referensi bagi para maha-
siswa khususnya program konstruksi serta dapat menjadi dasar
perencanaan bagi praktisi dilapangan.

Penulis

v
DAFfARISI

Kata Pengantar v
Daftar lsi vii

BAB 1 Material Kayu 1


A. Anatomi kayu....................................................... 1
B. Sifat-sifat kayu...................................................... 5
C. Pengenalan jenis-jenis kayu .. 27
D. [enis- jenis kayu yang ada dipasaran................ 30

BAB II Pengujian Kekuatan.. 35


A. Metode Pengujian 35
1. Uji kuat lentur 36
2. Uji kuat tekan sejajar serat 38
3. Uji tekan tegak lurus serat............................ 39
4. Kekerasan... 40
5. Uji kuat tarik tegak lurus serat (Tension
Perpendiculer to Grain).................................... 41
6. Uji tarik sejajar serat (Tension Paralel to
Grain) 41
7. Uji kuat geser sejajar serat (Shear paralel to
grain) 42
B. Sistern Pemilahan (Grading) 43
1. Kuat acuan atas pemilahan secara meka-
nis 44
2. Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara
visual................................................................ 45

BAB III Dasar Perencanaan Struktur Kayu 49


A. Beban Dan Kombinasi Pembebanan 49
1. Beban nominal............................................... 49
2. Kombinasi pernbebanan 50
3. Beban lainnya 50

vii
B. Perencanaan Keadaan Batas .. 50
C. Analisis Struktur . 51
D. Modulus Elastisitas Lentur................................. 51
E. Kekangan Ujung 51
F. Pembebanan [angka Panjang 52
G. Kondisi Batas Tahanan........................................ 52
H. Gaya Terfaktor 52
I. Tahanan Rencana................................................. 52
J. Keadaan Batas Kemampuan !..ayan 53
K. Struktur Yang Sudah Ada 54
L. Syarat-Syarat Perencanaan................................. 54
1. Luas bruto dan neto 54
2. Stabilitas 54
3. Pengekang lateral 54
4. Kondisi acuan...................................... 55
5. Tahanan terkoreksi........................................ 55
6. Faktor koreksi untuk masa layan ................ 55
7. Faktor koreksi tambahan untuk sam-
bungan Struktural.......................................... 56

BAB IV Perencanaan Batang Tarik 57


A. Gaya Tarik Terfaktor 58
B. Tahanan Tarik Terkoreksi 58
C. Kuat Tarik Terkoreksi 59
D. Batang Tarik Tersusun 59
E. Contoh Perencanaan Satang Tarik.................... 60

BABV Perencanaan BatangTekan....................................... 65


A. Gaya Tekan Terfaktor 67
B. Panjang Efektif dan Kelangsingan 67
1. Panjang efektif kolom 67
2. Kelangsingan kolom................... 68
3. Tahanan kolom masif yang memikul gaya
tekan konsentris 69
..C. Contoh Perencanaan Batang Tekan 71

viii
BAB VI Pengenalan Alat Sambung........................................ 77
A. Beberapa Hal Yang Menyebabkan Rendah
Kekuatan 78
B. Ciri-CiriAlat SambungYangBaik 49
C. [enis-jenis Alat Sambung.................................... 79
D. Alat Sambung Mekanik :...... 80

BAB VII Analisis Sambungan Paku 93


A. Tahanan Lateral Acuan 93
B. Kuat Tumpu Kayu 94
C. Kuat Lentur Paku 85
D. Ukuran Paku............................................... 86
E. Geometrik Sambungan Paku...................... 86
F. Faktor Koreksi Sambungan Paku............... 88

BAB VIII Analisis Sambungan Baut...... 83


A. Tahanan Lateral 93
B. Tahanan Lateral Acuan....................................... 94
C. Kuat Tumpu Kayu 96
D. Kuat Lentur Baut.................................................. 97
E. Geometrik Sambungan Baut 98
F. Faktor Koreksi Sambungan Paku...................... 100

BAB IX Analisis Sambungan Gigi Takikan 109


A. Jenis-Jenis Sambungan Gigi 111
1. Pada sambungan gigi tunggal....... 111
2. Pada sambungan gigi majemuk 113
B. Contoh Perencanaan Sambungan Dengan
Takikan 115

DAFTAR PUSTAKA 121

.IX
BABI
MATERIAL KAYU
A. Anatomi Kayu
Kayu sebagai bahan konstruksi sudah sejak dulu dikenal
orang. Dahulu menggunakan kayu sebagai bahan konstruksi
hanya didasarkan pada pengalaman dan intuisi. Berkat kemajuan
Ilmu pengetahuan, terutama dibidang matematik, mekanika tek-
nik dan juga ditemukan alat-alat penyambung modern, maka
dapat dibuat konstruksi yang berat.
Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberada-
annya selama hutan dikelola secara lestari dan berkesinambungan.
Bila dibandingkan dengan material struktur lain, material kayu
mempunyai berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya
dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan.
Sebagai bahan dari alam kayu dapat terurai secara sempurna
sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu (environ-
mentalfriendly).
Untuk mencukupi kebutuhan kayu sebagai bahan konstruksi
di Pulau jawa masih mendatangkan kayu dari Kalimantan,
dengan demikian harga kayu sampai di Pulau jawa akan menjadi
beberapa kali lipat, hal ini disebabkan pengangkutan yang sukar
dan tidak lancar.
Selain itu hendaknya penggunaan kayu jati harus dibatasi,
karena merupakan bahan export Untuk gantinya kita hams
menggunakan kayu - kayu jenis lain dan supaya kayu tahan lama
maka perlu adanya pengawetan.
Untuk rnengenal kayu sebagai bahan konstruksi maka
sebelumnya kita harus rnengetahui struktur dan sifat-sifat dari
kayu.
Struktur kayu

1. Kulit luar
2. Kulit dalam
3. Lapisan karnbium
4. Kayu muka
5. Kayu inti
6. Empelur (inti kayu)
7. Lingkaran tahun
8. [ari-jari empelur

Gambar 1. Penampang Melintang pada Kayu.

Penampang melintang dari batang kayu terdiri dari :


1. Kulit luar
Merupakan bagian terluar dari batang dan terdiri dari sel-sel
yang sudah mati dan tidak dapat membelah lagi. Fungsi dari kulit
luar: melindungi bagian dalam dari kerusakkan, mencegah terjadi-
nya penguapan batang yang begitu besar.

2. Kulit Dalam
Bagian yang masih hidup dan merupakan jalan makanan
yang dibuat di daun dan disebar ke seluruh bagian batang

3. Lapisan kambium
Suatu lapisan yang sangat tipis dan terdiri dari sel-sel hidup
yang selalu membelah. Pembelahan sel dari satu menjadi dua, dua
menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya. Lapisan
kambium bagian luar membentuk sel-sel kulit dalam dan lapisan
kambium bagian dalam membentuk sel-sel kayu muda. Pembe-
lahan sel-sel kambium terjadi pada musim penghujan dan pada
waktu musim kemarau tidak terjadi pembelahan sel sarna sekali.
Dengan demikian terjadinya pembelahan sel-sel dari musim
penghujan-. yang satu ke musim penghujan yang lain, menim-
bulkan b~!~s-batas. Dan batas-batas ini disebut lingkaran tahun,

2
karena terjadinya setiap tahun. Pada keadaan musim yang teratur
maka lingkaran tahun dapat menunjukkan umur dari batang.

4. Kayumuda
Merupakan bagian yang masih hidup dan merupakan jalan
makanan dari akar ke seluruh bagian batang. Kayu muda dapat
terlihat jelas sekali pada kayu-kayu yang masih muda. Untuk
kayu yang sudah tua kayu muda sudah tidak terlihat lagi dan
sudah menjadi satu dengan kayu inti. Lapisan kayu muda tidak
begitu tebal dan biasanya lapisan kayu ini disebut gubal dari
kayu. Gubal dari kayu harus dibersihkan, karena kalau tidak
dibersihkan akan menjadi tempat berlindungnya dari hewan keeil
seperti sebangsa serangga.

5. Kayu Inti (kayu teras)


Merupakan bagian terpenting dari batang karena bagian
inilah yang dapat digunakaan sebagai bahan konstruksi. Kayu inti .
terdiri atas sel-sel yang sudah mali, tetapi hubungan antara sel
yang satu dengan sel yang lain itu sangat kuat sekali. Kayu inti
berfungsi untuk mengokohkan berdirinya pohon.

6. Empelur (inti kayu)


Merupakan bagian kayu yang ditengah dan terdiri dari
elemen-elemen yang sudah mati. Ada beberapa jenis kayu empe-
lumya merupakan gabus dan inti tampak jelas apabila kayu masih
muda. Pada beberapa jenis kayu yang sudah sangat tua empelur-
nya sangat keras dan biasanya disebut galih.

7. Jari-jari empelur
Merupakan rongga-rongga atau ruang yang menghubungkan
bagian dalam kayu dengan luar kayu. Rongga-rongga tidak meru-
pakan bagian yang lurus tapi terputus-putus. Guna jan-jan empe-
lur untuk jalan penyebaran makanan ke seluruh bagian batang.

8. Lingkaran tahun (Annual Ring)


Pohon kayu yang mengalami pertumbuhan cepat akan menu-
liki cincin tahunan yang lebih lebar bila dibandingkan dengan
pohon kayu yang pertumbuhannya lambat. Annual Ring dapat
menennikan kualitas dari kayu. Menurut penyelidikan pada
batang-batang yang lapis an lingkaran tahunnya tipis mempunyai
kualitas lebih baik dari pada batang yang lapisan lingkaran tahun
lebih tebal, karena semakin tipis lingkaran tahunnya berarti pori-
pori semakin rap at dan hal ini biasanya terjadi pada musim
kemarau. Tampang lngkaran tahun dapat dilihat pad a Gambar 2.

Gambar 2. Garis Annual Ring pada penampang kayu

9. Sel Kayu
Batang terdiri dari sel-sel yang berlekatan satu sarna lain.:
Bentuk sel batang lonjong pipih dan pada ujung-ujungnya adalah
lancip. Dinding sel terdiri dari zat cellulose, dengan rurnus (C6
HI0 05)x dan bilangan x belum diketahui besamya karena
menurut penyelidikan besamya bilangan x berbeda-beda.
Hubungan antara sel yang satu dengan sel yang lain dihubungkan
oleh suatu zat perekat yang disebut lignin. Dalam susunan batang
arah memanjang sel adalah sejajar dengan sumbu batang. Karena
serat-serat kayu merupakan susunan dari sel-sel maka dalam
keadaan ini arah serat kayu adalah sejajar dengan arah sumbu
batang. Daya lekat sel-sel dapat menentukan tinggi rendahnya
geser sejajar arah seratnya. Selain itu kepadatan sel juga menen-
tukan kekokohan batang, karena semakin padat selnya berarti
semakin tinggi berat jenis (BJ)kayunya.

Komponen/Senyawa utama penyusun kayu


1. Komponen Primer, yaitu penyusun dinding sel dan
cadangan makanan dalam sel-sel tumbuhan. terdiri dari :

4
Fraksi karbohidrat (polisakarida) total disebut
holoselulosa antara 60 - 80 % yang terdiri dari :
selulose 40 - 50 % dan hemiselulose 15 ·18 % untuk
kayu jarum dan 22 - 35 % untuk kayu daun.
Lignin: 25 - 35 % dalam kayu jarum dan 17 - 25 %
dalam kayu daun.
2. Komponen Sekunder, komponen diluar dinding sel
terdapat dalarn rongga sel. Terdiri dari:
Zat Ekstraktif sekitar 1 - 10 %
Mineral
Disamping selulose hemiselulose dan lignin yang meru-
pakan bagian integral dinding sel, di dalam kayu juga terdapat
zat-zat yang mengisi rongga-rongga sel, mungkin juga rongga-
rongga mikro dalam dinding sel atau rongga interseluler, zat-
zat ini yang disebut ekstraktif.

.. Sifat-sifat Kayu
Sambungan kayu sebagai bahan konstruksi perlu ditinjau
sifat-sifatnya mengenai: sifat mekanis, sffat hygroskopis dan sifat
fisik
L Sifat Mekanis
Sifat-sifat mekanis atau kekuatan kayu untuk mengukur
kemarnpuan kayu dalam menahan gaya-gaya atau beban dari luar
yang mengenainya.
Batang kayu merupakan benda yang anisotrop artinya
kekuatannya untuk ke semua arah batang adalah tidak sama.
Untuk itu dibedakan atas arah sumbu: Longitudinal, radial dan
tangensial.
Pada ketiga sumbu arah tersebut tegangan atau kekuatan
tidak sarna. Tegangan-tegangan untuk sumbu radial dan tangen-
sial perbedaannya sangat keeil sekali atau boleh dikatakan hampir
sarna.
Dalam praktek diambil untuk arah tangensial dan radial ada-
lah sarna, sehingga kita hanya mengenal dua sumbu saja, yaitu
arah sumbu axial dan arah sumbu radial. Juga disebut untuk arah
sumbu axial = longitudinal ialah arah sejajar dengan arah serat
sedang untuk arah sumbu radial ialah arah tegak lurus arah seral
Perlu pula diingat bahwa kayu tidak mempunyai batas kenya]

5
yang nyatatapi rnernpunyai batas proporsional. Sehingga didalarn
praktek batas proporsional diambil batas sebagai batas kenyal dari
kayu.

Gambar 3. Arah Sumbu Kayu

Sifat-sifat rnekanis kayu yang sering dibahas rneliputi :


a. Kuat tarik
b. Kuat tekan
c. Kuat geser
d. Kuat lentur
e. Kekakuan
f. Kekerasan
g. Kuatbelah
Adapun konsep-konsep dasar rnengenai rnekanika bahan
dalarn mendukung sifat rnekanis kayu akan dibicarakan lebih
dahulu. Gaya adalah setiap usaha yang cenderung untuk rneng-
gerakan benda yang diarn atau mengubah bentuk, ukuran, arah
kecepatan, benda yang bergerak. Dibawah pengaruh gaya luar
yang akan rnengubah bentuk dan ukurannya benda yang diarn
akan rnernberikan perlawanan, perlawanan ini yang disebut
dengan tegangan (Stress: CJ). Tegangan ini akan sarna dengan gaya
luar apabila benda ada dalam kesetimbangan. Tegangan juga ber-
arti gaya luar persatuan luas. Dengan dernikian ada kesarnaan arti
antara gaya luar, beban dan tegangan sehingga dalarn peng-
gunaannya sering dipertukarkan tergantung pada konteknya.

6
Ada tiga mac am gaya yang dapat bekerja pada benda yang
disebut gaya primer :
Gaya tekan, apabila gaya ini memendekkan dan menge-
cilkan dimensi atau volume benda. Contoh benda yang
menahan gaya tekan seperti pada Gambar 4.
Gaya tarik, apabila gaya ini memperpanjang dimensi atau
volume benda. Contoh benda yang menahan gaya tarik
seperti pada Gambar 5.
Gaya geser, apabila gaya ini menyebabkan satu bagian
benda bergeser terhadap bidang yang lain dalam arah
sejajar bidang singgung kedua bagian itu.
Gaya lentur merupakan kombinasi dari ketiga gaya primer
tersebut yang menyebabkan adanya lengkungan pada benda. Aki-
batnya bagian atas (cekung) bekerja gaya tekan, bagian bawah
(cembung) beketja gay a tarik dan bagian tengah (netral) meng-
alami geser seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 4. Perilaku kayu saat uji tekan

Gambar 5. Perilaku kayu saat uji tarik

7
Gambar 6. Perilaku kayu suat uji lentur

+ + +

Gambar 7. Tegangan pada gelagaT yang diberi beban P.

Ketahanan kayu terhadap beban yang bekerja dinamakan


kekuatan kayu, sehingga kekuatan kayu bisa berupa kekuatan
tekan, kekuatan tarik, kekuatan geser dan kekuatan lentur terma-
suk juga kekakuan, ketahanan kejut, kekerasan dan kuat belah.
Gaya yang bekerja pada suatu benda akan menimbulkan
perubahan bentuk dan ukuran, perubahan bentuk ini yang disebut
regangan atau deformasi (strain: E). Regangan dinyatakan dalam
deformasi per satuan luas.
Regangan yang timbul pada sepotong kayu sebanding
dengan tegangan yang diberikan bila tegangan ini kecil, Regangan
ini dapat kembali ke bentuk semula apabila lamanya pemberian
tegangan hanya singkat dan regangannya tetap keeil. Perilaku
kayu seperti ini diuraikan oleh Robert Hooke pada tahun 1678dan
hubungan antara tegangan dan regangan dinyatakan dalam per-
samaan (J = k.s , dimana k adalah konstantan kesebandingan yang
disebut dengan modulus elastisitas (ModUlus of Elasticin) ; MOE).

8
MOE untuk tegangan tekan dan tarik disebut Modulus Young,
sedangkan MOE untuk tegangan lentur disimbulkan E.
Apabila sepotong kayu diberi beban secara berangsur- angsur
naik dan regangan yang timbul dicatat kemudian diplotkan dalam
grafik maka akan timbul kurva seperti Gambar 8 yang disebut
kurvateganganregangan.

Behan' ,
r
- - .mabimum--.....
'----
. ' I
•I
I
,
I

j J.o"i

Batas proporsi (BP) .)
j. 1-
I
I
Modulus cJasaisilU adaIah
i i

-s l k=DiriDaan gariI eluds


I
I
I
(!.
I
Daerab di bIwah buva
t- sampai BP adalab usaha
I yang dapat dipulihlaln
au resilicasi
I
I
t
I

Regangan (It) atall saIUIIl de!ormasi.


Gamba,8. Disgram Tegangan-regimgan (Beban-Deformasi)

Bagian yang lurus dari kurva menunjukkan bahwa beban


dalam keadaan sebanding dengan deformasi yang ditimbulkan.
Jika beban itu dihilangkan maka kayu akan kembali ke bentuk
semula. Jadi sepanjang garis lurus ini kayu bersifat elastis dan kur-
va yang lurus itu disebut garis elastis. Luas bagian dibawah garis
lurus dan sumbu x menunjukkan energi potensial atau besamya
usaha yang dipulihkan, Tegangan potensial ini digunakan benda
untuk kembali ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.
Kemiringan garis elastis ini menunjukkan besarriya MOE. Makin

9
tegak garis elastis tersebut makin besar MOE atau makin kaku
kayunya.
Untuk setiap spesimen yang diberi beban, bagian yang lurus
dari kurva beban-deformasi. Akhirnya akan mencapai suatu titik
yang disebut batas proporsi beban dan deformasi tidak lagi seban-
ding lurus. Deformasi naik lebih cepat daripada beban dan kurva-
nya tidak lagi berupa garis lurus tetapi berupa garis lengkung.
Dengan demikian batas proposi dapat didefinisikan sebagai beban
per satuan luas dimana deformasi mulai naik lebih cepat daripada
beban. Batas proporsi ditentukan dari kurva beban-deforrnasi
yaitu titik dimana kurva yang lurus mulai melengkung. Tegangan
yang terjadi dalam spesimen kayu pada batas proporsi disebut
tegangan serat (fiber stress at proportional limit). lni merupakan
beban maksimum yang bekerja pada kayu tanpa mengalami peru-
bahan bentuk.
Diatas batas proporsi beban dan deforrnasi tidak lagi ber-
banding lurus dimana deformasi naik lebih cepat daripada beban,
sehingga kurva melengkung, disini terjadi perubahan bentuk per-
manen (beban tidak dapat kembali ke bentuk semula bila beban
dihilangkan).
Perubahan bentuk permanen ini disebabkan oleh defonnasi
plastis dari kayu yang ditunjuldcan oleh luas bidang antara lan-
jutan garis elastis sesudah batas proporsi dan kurva yang leng-
kung. Deformasi plastis ini naik dengan naiknya beban diatas
batas proporsi sampai kayunya retak (crack). Luas bidang dibawah
kurva tegangan regangan merupakan besamya energi yang diab-
sorbsi oleh kayu, selama deformasi juga menunjukkan keuletan
kayu. Kayu yang ulet adalah apabila proses melengkungnya
dalam waktu yang lama dan mengalami keretakan secara ber-
lahan-lahan. Sedangkan kayu yang patah secara tiba-tiba dan sedi-
kit melengkung disebut kayu getas.
Bentuk yang pennanen ini d.isebabkan oleh plastisitas benda.
Benda yang plastis sempuma tidak mempunyai elastisitas seperti
tanah lempung. Kayu sedikit banyak memiliki sifat plastis.
Plastisitas kayu naik jika dibasahi dan dipanasi.
Kayu mulai patah jika batas regangan telah tercapai seperti
terlihat pada batas atas kurva beban-deformasi pada Gambar 8.
Kuat tekan maksimum adalah kemampuan kayu untuk menahan
beban tekan sejajar serat sampai rusak. Dalam kuat lentur besar-

fO
· nya -beban yang butuhkan rungga crack disebut modulus patah
(Modulus of Rupture MOR). Bentuk kurva tegangan regangan getas
Iwrva akan berakhir secara mendadak, sedang bila kayunya ulet
kurva akan turun secara bertahap.
Kekuatan geser kayu hanya ditentukan dalam arah sejajar
Mah serat karena kayu dalam arah ini lemah dalam kekuatan
&eemya. Kuat geser kayu dalam arah melintang jauh lebih besar
dari pada dalam arah yang lain.

Sifat- Sifat Mekanis yang diuji


a. Kekuatan Lentur
Kekuatan lentur statis adalah suatu kekuatan kayu yang
sangat penting karena kebanyakan struktur kayu mengalami
beban lentur. Contoh pada gelagar kayu, dengan gaya luar
yang mengenainya dalam arah tegak lurus serat dengan gaya
ini terjadi tiga tegangan yaitu tegangan tarik, tegangan tekan
dan tegangan geser. Seperti Gambar 7. Tegangan-tegangan ini
adalah aksial. Tegangan tank terbesar terletak pada permu-
kaan bawah, tegangan tekan terbesar terletak pada permukan
atas, kemudian secara berangsur-angsur masing-masing
menurun kearah tengah dan menjadi nol dibidang netral atau
tengah gelagar. Sedangkan tegangan geser terbesar dibidang
netral ditengah gelagar dan nol dipennukaan. Pembagian
tegangan sepanjang batang gelagar tergantung pada cara pem-
bebanan (tengah, sepertiga panjang atau seragam).
Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan dalam
Modulus retak (Modulus of Rupture: MOR) yang merupakan
tegangan tertinggi dibagian serat paling luar kayu ketika gela-
gar retak/ patah karena beban yang dikenakan secara ber-
angsur-angsur selama beberapa menit. MOR bervariasi antara
55 -160 N/mrn2 dan ini menunjukkan bahwa tegangan lentur
sarna dengan tegangan tarik sejajar serat.

b. KuatTekan
Kuat tekan rneliputi kuat tekan sejajar dan tegak lurus
serat. Kuat tekan sejajar serat 15 kali kuat tekan tegak lurus
serat dan besamya antara 25 - 95 N/mm2, sedangkan kuat
tekan tegak lurus serat bervariasi antara 1 - 20 N/mm2. Kuat
tekan kayu kira-kira setengah kuat tarik kayu hal ini karena

11
struktur kayu. Dinding sel tersusun atas molekul-molekul
selulose yang sangat kuat menahan kekuatan tarik aksial,
Hemiselulosa, selulose dan lignin juga mendukung dalam
kekuatan tekan.
Kerusakan karena tekanan sejajar serat disebabkan oleh
rusaknya lapisan-lapisan interseluler, belah atau geser, terli-
patnya sel dan pecahnya dinding sel. Sebaliknya tekanan tegak
lurus serat menyebabkan perubahan bentuk penampang
melintang sel dan pengurangan besamya rongga sel.
Tekanan tegak lurus serat terjadi misalnya pada banta Ian
reI yang dilalui oleh reI kereta api, sedangkan tekanan sejajar
serat terjadi dalam tiang pendek(kolom).

c. Kuat Tarik
Kuat tarik kayu menunjukkan perbedaan yang besar apa-
bila menahan beban aksial (sejajar seratj -atau transversal
(tegak lurus serat). Kuat tank aksial jauh lebih tinggi daripada
kuat tarik transversal. Kuat tarik aksial kayu daerah iklim
sedang bervariasi dari 50-160 N/mm2 sedang kuat tarik trans-
versa11-7 Njmm2. Pada kayu-kayu tropikal kuat tarik tropika
mencapai 300 N/mm2.

d. Kuat Geser
Geser dapat terjadi pada bidang longitudinal atau trans-
versal. Tegangan geser longtudinal dapat terjadi apabila kayu
dibebani gaya lentur. Kekuatan kayu dalam geser aksial ber-
kisar bervariasi anrtara 5 - 20 N/ mm2
Kuat geser transversal adalah 3 - 4 kali lebih besar
daripada kuat geser aksial, tetapi sifat ini tidak begitu penting
karena kayu sudah rusak lebih dulu sebelum mengalami geser
transversal.

e. Keuletan (Keteguhan pukuI)


Keuletan atau energi dalam lentur dinamis adalah keta-
hanan kayu terhadap beban kejut (tiba-tiba) yang bertentangan
dengan lentur statis dimana beban naik berangsur-angsur.
Energi yang diabsorpsi oleh kayu lebih besar pada beban kejut

12
daripada beban statis. Pada gelagar beban dinamis yang dapat
dipikul 2 kali beban statis.

f. Elastisitas
Nilai MOE bervariasi antara 2500 - 17000 N/mm2 untuk
arab aksial. Kayu memiliki MOE yang lebih rendah daripada
bahan-bahan lain, namun bila dilihat dari berat jenisnya nilai
elastisitasnya sebanding dengan baja. MOE berbeda pada ken-
ga arab (aksial, tangensial, dan radial). Pada arah transversal
(tangensial dan radial) hanya sekitar 300- 600 N/nun2•

g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan kayu terhadap masuknya
benda asing ke dalam Massa kayu. Ketahanan ini lebih tinggi
dari arab akial (pad a penampang transversal) daripada dari
arab lateral (tangensial dan adial). Kekerasan berkaitan dengan
keausan, abrasi, goresan. Jenis kayu yang termasuk kayu keras
antara lain: kayu hitam, Kayu ulin, Kayu sawo, dll, Sedangkan
kayu lunak seperti kayu sengon.

h. Kuat Selah
Ketahanan kayu terhadap gaya helah adalah kemampuan
kayu terhadap gaya luar yang berbentuk baji. Karena struk-
turnya kayu mempunyai kuat belah yang rendah sejajar serat
(mudah helah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbadap sHat mekanis


byu:
a. Kadar Air
Kadar air berpengaruh terhadap sifat mekanis kayu apa-
bila kadar air ini berubah dibawah titik jenuh serat. Jika kadar
air kayu turun kekuatan akan naik. Ini disebabkan karena
perubahan-perubahan dalam dinding sel yang menjadi lebih
padat. Juga dipengarui oleh penyusutan, dengan hilangnya air
dari dinding set Massa zat kayu per satuan volume naik.
Besarnya pengaruh kadar air berbeda untuk berbagai
kekuatan yang berbeda. Menurut penelitian perubahan 1 per-
sen dalam kadar air merubah kekuatan tekan sebesar 6 % I

13
MaR 5 % I Kekerasan 2 - 2.5 % I dan MOE 2 %. Perubahan
kadar air kayu dan pengaruhnya pada sifat mekanis kayu
dapat dilihat pada Gambar 9. Dari kurva ini tampak bahwa
makin tinggi kadar air kayu makin turun kekuatannya. Pada
titik jenuh serat dan diatasnya kekuatan kayu tidak berubah
lagi. Karena pengaruh kadar air dan agar hasilnya dapat
diperbandingkan maka sifat mekanis kayu dapat ditentukan
pada kadar air yang konstan yaitu 15 %.

,= :~-- _~~--~~-+--------1--------1
~
..
I
L

....
:.. '-
;.

s
..,.,,'
,;

.~
=

~tinp.tperubIIbIn 6"'1%
-- Pi....
_
,...., .....!.,
Vo'_ 01Mp.

1ooIt'-f
,.
21
21
~ I......... 21

:: -::loo.t-
: \'1";10 -"
-Ill
24
2.
+---------;~,--==~=;~
-------
rIM. ,... J.
!..-It 24
a:1Ch.,....... 71
_ ........ fI
s,n.c.. SiIIoo 71
L_".-" a
_.
~A:II=~!~:.:.~Z~~~~~~~~~
a
J ~ ~ » ~u,
bIwIif.pencD
Gu"b," 9. Pengmvh pmdMIra ...., IrIryu ,.. sifot-sifot mekanilmya

b. Kadar Lengas Kayu


Kadar lengas kayu mempunyai pengaruh yang besar
.terhadap tegangan-tegangan yang searah serat maupun yang
tegak lurus serat, Kadar lengas kayu ialah jumlah prosentase
air yang ada diantara ruang-ruang antar sel dari kayu. Pada
kayu yang baru ditebang kadar lengas kayunya tinggi Oleh
karena itu kayu yang baru ditebang kurang baik untuk
konstruksi.

c. Kerapatan/Berat]enis
Kerapatan kayu merupakan indeks yang paling baik dan
paling sederhana dari kekuatan kayu bebas cacat. Oengan
demikian kerapatan, kekuatan kayu juga naik. lni disebabkan
karena kerapatan merupakan pengukur banyaknya zat kayu
yang ada dalam kayu segar. Kerapatan yang lebih tinggi
berasal dari proporsi yang lebih besar dari sel-sel dengan
dinding sel tebal dan rongga sel sempit. lni memberikan
kekuatan yang lebih besar pada kayu bebas cacat yang lebih
padat. Gambar 10 menunjukkan tiga sifat mekanis kayu yang
penting pada dua macam kadar air (basah dan kering angin)
dalam hubungannya dengan berat jenis.

to


i

I
15.

I.
Gambar 10. Kuroa sifat melamis kayu

Dari kurva-kurva itu dijelaskan bahwa :


1) Kuat tekan sejajar serat bervariasi dengan hubungan
linier dengan berat jenis artinya jika berat jenis diting-

15
katkan dua kali, maka kuat tekan sejajar serat akan
meningkat dua kali lipat juga.
2) Hubungan berat jenis dengan modulus patah berpang-
kat 1,25yang berarti jika berat jenis dilipatkan dua,
modulus patah akan naik 45 kalinya.
3) Berat jenis dengan kekuatan tekan tegak lurus serat
berpangkat 2,25 yang berarti jika bj dilipatkan dua,
kuat tekan tegak lurus serat akan naik 4,5 kalinya.
Kekuatan yang efektif tergantung pada antara lain:
banyaknya zat dinding set, proporsi dinding sel yang ada
dalam kayu dan banyaknya zat ekstraktif dalam rongga .
sel.

d. Suhu
Suhu mempunyai dua pengaruh yang berbeda pada
kekuatan kayu yaitu:
1) Pengaruh langsung pada kekuatan kayu.
Makin tinggi suhu kayu, makin turun kekuatannya.
Hal ini hanya berlaku apabila lamanya suhu hanya
singkat. (gambar 11)
Dibawah titik jenuh serat hubungan antara
kekuatan dan suhu berupa garis lurus.
Makin tinggi berat jenis kayu, makin besar
penurunan kekuatan kayu pada suhu meningkat.
2) Pengaruh suhu dan ·waktu pada kekuatan kayu
Kayu pada sembarang kadar air jika terkena suhu
kurang dari 6SoC untuk waktu yang relatif pendek
kemudian dikembalikan pada suhu kamar normal,
tidak akan kehiJangan kekuatan atau sifat-sifat elastis-
nya. Sebal:iknya kayu yang dipanasi pada suhu 650C
dan titik bakar kayu (lk 275q untuk waktu yang
cukup lama, kemudian diuji pada suhu kamar, akan
kehilangan sebagian kekuatan dan elastisitasnya secara
permanen. Seperti Gambar 12.

16
Mo4lulul pmlabyu.j_
-,------.,.-------1

----------t-----'--- --;;"':':.!.

!
Us. s..,. b.blD .'1cs!es.. Jcayu.JIINIII
I

o 100
? • 'JJK1'J,_

Gambar 11. Pengaruh pemanasan dalam air ptU1a suhu 2000F

200
.
100 1,000
I
1,200
_j
1,.coo

fJmur Icyu. 1Bhun

Gambar 12. Hubungan kekuatan kayu dingan waktu

e. Perilaku kayu Anisotropik


Suatu bahan yang memiliki sifat-sifat fisika yang berbeda
dalam berbagai sumbu struktural (arah) disebut anistrotroik.
Kayu memiliki sifat anisotropik dalam tiga arah.

17
f. Lamanya pemberian beban pada kayu
Semakin pendek waktu pembebanan semak.in tinggi
tegangannya, oleh karena itu kayu merupakan bahan yang
paling baik untuk konstruksi yang menahan tegangan-tegang-
an yang timbul dalain waktu yang singkat atau dalam waktu
yang pendek. Seperti tegangan-tegangan yang ditimbulkan
oleh angin, salju, gempa bumi, dan gaya-gaya lain yang timbul
dalam waktu pendek.
Tegangan-tegangan yang diijinkan (J yang digunakan
dalam praktek diambil atau ditentukan berdasarkan pembe-
banan selama 50 tahun. Dengan dem.ikian bila konstruksi dibe-
bani oleh beban dalam waktu yang pendek, tegangan-tegang-
an boleh dinaikkan menurut peraturan-peraturan yang ada.
Kenaikkan berlaku untuk tegangan lentur, tank, tekan dan
geser, sedang untuk harga modulus elastisitas (E) besamya
tetap. Iadi harga R tidak dipengaruhi oleh sifat muatannya.
Lamanya pemberian beban pada sepotong kayu mempu-
nyai pengaruh yang penting pada besamya beban yang dapat
dipikul oleh kayu tersebul lni berlaku untuk semua bentuk
beban, tetapi sangat penting untuk kuat lentur. Kekuatan len-
tur maksimum atau modulus patah aJcan turun sebandmg
dengan lamanya pemberian beban pada kayu. Seperti pada
Gambut3.

UI

i.... ,
"
... ...

Ii _.
~
,~ ......

II .,
~ . .
"'""" .... ['..
r-,
• ..
_ i U '1
i s.....

{jJmfbar 13. Hubungtm


.........
-a f! !! ••
I I !

Modullls of ntpture dnrgfm lamanYIl


ptmbmsn btbM

18:
Penyebab dari sifat kayu tersebut dapat diterangkan
lMhwa beban yang bekerja pada kayu menimbulkan defor-
IIIiISi. Deformasi yang ditimbulkan akibat pembebanan meru-
pakan hasil dati dua komponen yang berbeda yang bekerja
secara simultan.
1) Deformasi elastis
Merupakan reaksi kayu secara langsung terhadap
beban yang mengenainya dan jika beban dihilangkan kayu
kembali ke bentuk semula. Perilaku elastis hasil dari ada-
nya selulose yang ada pada dinding sel.

2) Deformasi Plastis
Deformasi plastis sudah berlaku sejak kayu pertama
kali menerima beban dan meningkat dengan berjalannya
waktu. Pemulihan deformasi plastis sangat lambat dan
lcurang lebih separoh deformasi dapat dipulihkan sehingga
terjadi deformasi permanen, artinya bila beban dihilankan
kayu tidak kembali kebentuk semula. Perilaku ini
disebabkan adanya fraksi lignin pada dinding set.
Sifat plastis ini terlihat seperti pada melengkungnya
. gelagar karena mengalami pembebanan jangka panjang.
Dibawah beban tetap kayu akan mengalami deformasi
plastis yang akan berkorelasi langsung dengan lamanya
pemberian beban. Peristiwa ini yang disebut dengan rang-
kak (Creep).
Sifatplasts juga tampak bila kayu dipertahankan pada
deformasi yang konstan. Kayu ini akan berkurang ketahan-
an (tegangan dalam) terhadap deformasi itu dengan ber-
tambah lamanya waktu deformasi. Peristiwa berkurangnya
ketahanan tegangan akibat plastis dikenal dengan pens-
tiwa relaksllsi. Kayu dengan deformasi konstan akan
mengalami pengurangan tegangan dalam hingga lebih
kurang 70 % dari tegangan pada pennulaan defonnasi.

g. Kelelahan kayu (Fatique)


Kelelahan adalah pengaruh beban yang berulang-ulang
dengan jumlah siklus yang besar pada suatu bahan. Kemam-
puan kayu untuk menahan beban yang berulang-ulang ber-

19
siklus pendek tanpa mengalami kerusakan disebut ketahanan
terhadap kelelahan (fatique resisten) yang tergantung dari lama-
nya waktu.

h. Pengaruh mata kayu


Pengaruh mata kayu terhadap kekuatan tergantung pada
letak mata kayunya. Pada daerah tertarik mata kayu lebih
berbahaya bila dibandingkan dengan membuat lubang sebesar
mata kayunya. lni disebabkan karena adanya mata kayu
tersebut, serat-serat disekitar mata kayu tidak teratur, sehingga
mengakibatkan penurunan dari tegangaan-tegangannya. Pada
daaerah tertekan dan garis netral pengaruh mata kayu tidak
begitu besar.

i. Sifat melekuk dari batang tertekan


Batang yang pada kedua ujungnya bersendikan kemung-
kinan batang akan melekuk, melekuknya batang tergantung
dari panjangnya batang. Jib tegangan-tegangan yang bekerja
pada batang masih dibawah <JE atau ap, lebih jelas akan dije-
laskan pada bab perencanaan batang tekan.

2. Sifal-sifat Hygroscopis
a. Kadar Jengas udara
Kadar lengas kayu dipengaruhi oleh kadar lengas udara .
Kadar lengas udara juga mempengaruhi kembang susut dari
kayu. Pada keadaan lengas kayu tinggi akibat kayu akan
mengembang. Demikian pula musim kemarau kadar lengas
udara rendah maka kadar lengas kayu turon, akibatnya kayu
akan menyusut dengan demikian perubahan kadar lengas
udara akan mempengaruhi kembang susut dari kayu. kadar
lengas kayu dalam keadaan pangkal kenyang ada diantara 25
- 30 % dan inipun tergantung dari jenis kayunya.
Pada kayu jati pangkal kayunya ada disekitar 23 %.
Turunnya kadar lengas kayu akan menambah kekokohan dari
kayu. Penentuan kadar lengas kayu untuk berbagai macam .
konstruksi sangat penting, misal untuk konstruksi-konstruksi
yang selalu basah kadar lengas kayu tinggi, sedang untuk kon-

20
struksi kuda-kuda dan konstruksi-konstruksi kebutuhan
perumahan membutuhkan kadar lengas yang rendah.

b. Kembang Susut
Kayu akan mengembang bila kadar lengas kayu naik dan
kayu menyusut bila kadar lengas kayu menurun. Mengem-
bang dan menyusutnya kayu pada arah tegak lurus serat dan
sejajar serat berbeda. Menyusut pada arab sejajar serat jauh
lebih kecil dari menyusut tegak lurus serat atau menyusut
tegak lurus serat lebih besar dari pada menyusut sejajar serat.
lni dapat dilihat ada sambungan-sambungan pelebaran dan
pmtu-pintu rumah. Selain kadar lengas udara, kembang susut
dipengaruhi juga oleh derajat panas dan kerapatan dari kayu.
Kembang susut kayu untuk semua jenis kayu untuk ke
semua arah rata-rata adalah sebagai berikut:
Kembang susut arah tangensial : 4 -14 %
Kembang susut arah radial : 2- 8%
Kembang susut arah axial : 0,1- 0,2 %
Kembang susut arah volumetrik : 7 - 21 %
Akibat dan kembang susut kayu yang begitu tinggi akan
timbul retak-retak halus pada permukaan-permukaan kayu
dan bila kayu berbentuk papan atau balok akan pecah-pecah
pada ujungnya.

3. SHat-sUat Fisik
a. Kandungan Air
Pada bagian batang kandungan air pada kayu guballebih
banyak daripada kayu teras. Air yang terdapat pada batang
kayu tersimpan daJam dua bentuk yaitu:
1) Air bebas (Free water) yang terletak diantara sel-sel
kayu
2) Air ikat (Bound water) yang terletak pada dinding sel.
Selama air bebas masih ada maka dinding sel kayu masih
tetap jenuh. Ketika batang kayu mulai diolah (ditebang dan
dibentuk) kandungan air pada batang berkisar 40% - 300%,
kandungan ini yang dinamakan kandungan air segar.
Suatu kondisi dimana air bebas yang terletak diantara sel-
sel sudah habis sedangkan air ikat pada dinding set masih

. 21
jenuh dinarnakan titik jenuh serat (fibre saturation point).
kandungan air ini berkisar 25 % - 30 %.
Kandungan air pada kayu dipengaruhi oleh kelernbaban
udara lingkungan, bila kelernbaban udara rneningkat kan-
dungan air pad a kayu meningkat pula dan sebaliknya.
Pada kondisi lingkungan yang mempunyai udara stabil
dan kandungan air kayu cenderung tetap disebut kadar air
imbang (equilibrium moisture content). Dapat dijelaskan pada

l,.". .''(,
Gambar14.
:--
-_ _ _-_ !

iiCi (1'1'""U ." ::':


"1·..~;·: ~.) 1 j~)
II
;:)'jI<:l1t)l'" d'l.: ,1
I I:
I L:-cz~I' ! U
I r.
f
,. u
v:1
:1
t).... ~..:.
,·.J:.A.
I f 'jIL
I.'!'
1i)
. ~l' . I
i :
Ii ; ;
iI
~;t; '1 ~~;
~;r., ))
I
i r:
':nl JI'n!
I I

I~;I'~t1:t ~Wr;l;
y. ;-:~'(~: •
.:: r"d
:, ,'ilj :\ ;1' (1 (
:; 'I
I.~J
r i :

n '] I'ii''1' nI
I ~ I
! I~ l"j j!!! -'
~ ;. ! )I I1 i
! t\~ V.
i :-! r' .;
. yJ V.: .
1,/ \ ,;
I;
I' L
....'..
I' f 1 !!; !
II
H'~j'
1~'I':1

_._.!.~.......,~, I
.:: ;:; <
I ri ,:}-l..... •i! \l ~~;1
L.:~:.·</!i
! ; \J i
l tJ !...~::~
.. ..i
!..l.

Gombar 14. Kadar air yang mempengaruhi penyusutan kayu.


Keterangan :
a = adalah kadar air dari pohon hidup
b = adalah kadar air dengan air bebas dan air terikat
c = adalah kadar air yang mencapai titik jenuh serat (30
%)
d = adalah kayu yang kering udara dengan kadar air
mencapai antara 0% dan 30 %
e = adalah kayu yang kering tanur dengan kadar air
mencapai 0 %

b. Pengaruh temperatur
Temperatur rnempunyai pengaruh besar terhadap kadar
lengas kayu yang berarti pula berpengaruh terhadap kembang
susut. Berarti temperatur rendah .kadar lengas naik, kayu akan
mengembang dan ternperatur tinggi kadar lengas turun, kayu
akan menyusut dtunjukkan seperti pada Gambar 15. Selain itu
kayu mempunyai daya hantar panas yang kecil untuk pere-
daran panas. Baik sekali untuk dinding-dinding penahan

22
panas terhadap suhu udara juga untuk perabot rumah tangga
sebagai penahan panas.

Gombar 15. Kembang susut bahan material kayu akibat temperaiur.

c. Sifat-sifat Listrik
Mempunyai daya hantar panas yang jelek (isolator) terha-
dap aliran listrik. Oleh karena itu banyak digunakan sebagai
penyekat aliran listrik. Daya hantar listriknya, dipengaruhi
oleh kadar lengas kayunya, bila kadar lengasnya rendah,
semakin baik daya tahan terhadap aliran listrik. Semakin ting-
gi kadar lengas berarti semakin tinggi daya hantar listrik, lni
disebabkan aliran listriknya melalui butir-butir air yang ada
didalam kayunya

d. Kepadatan (density)
Kepadatan dinyatakan sebagai berat per unit volume.
Pengukuran kepadatan ditunjukan untuk mengetahui poro-
sitas dan prosentase rongga (void) pada kayu. Kepadatan dan
volume sangat bergantung pada kandungan air. Cara meng-
hitung kepadatan kayu dengan membandingkan antara berat
kering kayu dengan volume basah. Berat kering kayu dapat
diperoleh dengan cara menimbang spesimen kayu yang telah
disimpan dalam oven pada suhu lQ5oC. Selama 24 hingga 48
jam atau hingga berat spesimen kayu tetap.

e. Cacat-cacatKayu
Cacat kayu yang sering terjadi adalah retak (cracks), mala
kayu (knots) dan kemiringan serat (slope of grain). Retak pada

23'
kayu terjadi karena proses penyusutan akibat penurunan
kandungan air (pengeringan). Pada batang kayu yang tipis,
retak dapat teJjadi Iebih besar yang disebut dengan beIah atau
(split). Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang
merupakan bekas cabang kayo yang patah. Pada mata kayu ini
terjadi pembelokkan arab sera!, sehingga kekuatan kayu
menjadi berkurang. Untulc keperIuan konstruksi dihindari
penggunaan bataog kayu yang memiIiId mata ltayu. Kemi-
ringan serat menunjukkan sudut miring serat uyu.
Cacat daJam pembentubn anatomis
- Jarak rmgat berbeda keras.. Kayu ini menyusut tidak
teralur dan mudah pecah
- Satang memiIin arab matahari menurunkan mutu kayu
kaR!lla menyusut sehingga berubah bentuknya menjadi
baling-baling.
- Mata kayo dibedabn atas mata kayu seba~ mata kayu
Iepas, dan mata kayo yang rusak.
- Mala kayu yang Iepas alau busuk mengurangi keindah-
an kayu dan mempersuIit pengerjaamya.

Cacat penguuh dari Iuar


- Retak pengeringan akibid penyimpangan batang kayu
tidak 'eriindulIg dari sinar matahari. Memberi peluang
llama berteIur
- Hati/inti kayo ran membusuk. Pohon tua, kayu tidak
dapat dimanfaatbn Iagi.
- Retak angiD/ peneblngcaL Retak yang melintang pada
serat kayu. Kayu tidadapat dimanfaatkan lagi.
- Kerusabn mebniIc dBebabkan oleh paku, peluru,
pengukiran kuIit. bunmg pelatuk dan sebagainya.

24
Contoh cacat-cacat kayu dapat dilihat pada Gambar 16.

cacat dalam :pembentukan ..bat?ng


- Babng yang lorus dan tanpa
.L.- ~ __ _.Jl cacat, batanq yang ideal nan
yang dikehendaki.

Batarr; ~~nG:~~k.

- Batang bengkok-puntir rnenqha-


silkan kayu yang sedikit dan
yang m~1ahlengkung.

- Batang kerucut terpancung

r
.;_.._-----1 J .
menurunkan mutu kayu oleh
serat-serat yang tidak sejajar
(tetapi bagus untuk finir).
- Batang bercabang menurunkan
r--c--==2 mutu kayu karena seratnya
tidak teratur.

Cacaf"aalam pembentukan anatomis

- Jarak renggat berbeda keras.


Kayu ini menyusut tidak teratur
dan mudah pecah.

.J - Batang memilin aran matahari


menurunkan mutu kayu karena
menyusut sehingga berubah
bentuknya menjadi baling-baling

25
- Mata kayu dibedakan atas:
mata kayu yang sehat,
I mata kayu yang Iepas,
mata kayu yang bur' 'k.

- Mata kayu yang lep.. s atau bu-


suk-mengurangi keindahan ka-
yu dan mempersulit penge~a-
annya.

~~~~,pengaruh dart-tuar

- B.e~kpengerin~(I akibat pe-


nYimpanan batang kayu tidak
terlindling dari sinar matahari.
Memberi peluang hama berteiur.

- Hatilinti kayu yang membusuk.

'.1 ~ ..
" I
Pohon loa, kayu tidak dapat
dimanfaatkan lagi.

- Retcai'::;:nginJpanebangan.
Retak yang melin'tang pada
seral kayu. Kayu tidak dapat
dimanfaatkan ,Iagi.

- Kerusakan mekanik disebabkan


oren paku, peiuru, penqukiran
kulit, burung petatuk, dan S('h-:l_
gainya.

Gambar 16. Cacat-cacatKayu.

26
C Pengenalan Jenis Kayu
Metoda Pengenalan Jenis Kayu
Untuk mengenalj menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu
dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu
bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil
kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya
dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat
seperti penampakan kulit, wama kayu teras, arah serat, ada tidak-
nya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam- bentuk olahan (kayu
gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan
dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dili-
hat Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar
lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut
diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli
tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka
satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan
jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/ struk-
tumya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia,
dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih
lazirn dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan meme-
riksa sifat anatominya (sifat struktur).
Pada dasamya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat
dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga
sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat -struktur (disebut juga
sifat mik-roskopis). Secara .obyektif sifat struktur atau mikroskopis
lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis
dalam mengenal atau menentukan suatn jenis kayu. Namun
untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih
baik hila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama,
karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menen-
tukan jenis.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat
diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan peng-
lihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa mengguna-
kan alat bantu. Sifat-sifat .kayu yang tennasuk .dalam sifat kasar
antara .lain adalah:
a. Wama, umumnya yang digunakan adalah wama kayu
teras,

27
b. Tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang
lintang,
c. Arab serat, yaitu arab umum dari sel-sel pembentuk kayu,
d. Gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun
tangensial
e. Berat, umumnya dengan menggunakan herat jenis
f.' Kesan raba, yaitu kesanyang diperoleh saat meraba kayu,
g. Lingkaran tumbuh,
h. Ball. dan sebagainya.

Sifat sbuktur I mikToskDpis adaIah sifat yang dapat kita ketahui


dengan mempelgUl1akan aJat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe)
dengan pembesaran 10 kaIi. Sifat sbuktur yang diamati ada1ah:
a. Pori (uessel) adalah seI yang belbentuk pembuluh dengan
arab longitudinal. IlengM mempergunakan loupe, pada
bidang Iintang, pori tedIat sebagai lubang-lubang ber-
aturan maupun ~ abnn kecil maupun besar. Pori
dapat dibedakan benIasarbn penyebaran, susunan, is~
ukuran, jumJah dan biding perforaSl1.
b. Parenkim (PIImIdryra) adaIah sel yang berdinding tipis
dengan bentuk batu bata dengan arab longitudinal'
Dengan mempergunabn IouJJer pada bidang Iintang,
p~ (;aringan panDam) tertihat mempunyai wama
yang-Iebih cerah dibanding dengan wama set sekeliling-
nya. PaJ8\kim dapat dibedabn berdasarkan atas hubung-
annya dengan pori. yaitu pm!Ilkim parlltraketd (berhubung-
an dengan pon") dan .,.,1Irn"al (tidak berhubungan
dengan pori).
c. Jari-jari (Rllys) adalah pm!Ilkim dengan arah horizontal.
Dengan mempergunabn Ioupe. pada bidang Iintang, jari-
jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan wama
yang lebih cerah dbInding warna sekelilingnya. Jari-jari
dapat dibedakan berdasarbn ukuran lebamya dan kese-
ragaman ukurannya.
d. Saluran interseluler adalah saJuran yang berada di antara
sel-sel kayu yang berfunpi sebagai saluran khusus. Salur-
an intErseluler ini tidak seIaIu ada pada setiap jenis kayu,
tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu. misalnya

28
beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara
lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing
(Diprerocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan seba-
gainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibeda-
kan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan
saluran interseluJer radial (arah sejajar jari-jari). Pada
bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada
umunmya saluran interseluler aksial terlihat sebagai
lubang-Iubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan
ukuran yang jauh lebih kecil.
e. Salman getah adalah saluran yang berada dalam batang
kayu, dan bentuknya seperti lensa. Salman getah ini tidak
selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat
pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang
bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang
tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pad a
setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seper-
ti kempas (Koompasia maJaccensis) dan sonokembang (Ptero-
carpus indicus).
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adaJah kulit yang berada
di antara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan
kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga
tidak sela1u ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu
yang sering memiliki getam tersisip adalah bras (AquiI.aria
spp), jati (Tecto1Ul grandis) dan api-api (Avicrnnill spp).

Terda pat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu


daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun
jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu
daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama
yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan
memeriksa sifat kasamya. Apabila dengan cara tersebut belum
dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut
dilakukan pemeriksaan sifat struktumya dengan mempergunakan
Ioupe.
Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu,
kita dapat mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu, Kunci

29
pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan
keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat
struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian
didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam
bentuk percabangan dua (sistem dikotom).
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu
(misalnya ukuran kartu pos). Disekeliling kartu tersebut dican-
tunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada bagian tengahnya
tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan diten-
tukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifat ter-
sebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang
kawat dan digoyang sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu
yang jatuh lebih dari satu kartu, dengan cara yang sarna kartu-
kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan hasil
pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya,
nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan
nama jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotont berarti percabangan, pembagian atau pengelom-
pokan dua-dua atas dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diama-
ti. Kayu yang akan ditentukan jenisnya diperiksa sifat-sifatnya,
dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom, dilakukan
penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diper-
olehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu
maupun dengan sistem dikotom, keduanya mempunyai kele-
mahan. Kesulitan tersebut adalah apabiJa kayu yang akan diten-
tukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun sistem
kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis
kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama
jenis kayu yang dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak
koleksi kayu yang dimiliki disertai dengan pengumpulan
mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem
dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis
kayu.

D. Jenis- Jenis Kayu Yang Ada Dipasaran


1. Kayujati
Banyak terdapat di Indonesia antara lain pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Kebanyakan

30
kayu [ati ditebang pada umur 30 sampai 40 tahun, yang kurang
dati itu penebangannya, menyebabkan dalam penggergajian
banyak bagian kayu yang terbuang. Kayu Jati di Pulau jawa itu
banyak tumbuh di daerah-daerah pegunungan kapur, oleh karena
itu dalam ruang-ruang antar selnya banyak terdapat butiran-
butiran kapur. Hal ini perlu diperhatikan karena akan merusak
alat-alat yang digunakan. Wama kayu jati yang telah tua, coklat
muda dan BJKayu antara 0,65sampai 0,70.

2. Kayu rasamala
Pohonnya sangat tinggi-tinggi, ada yang mencapai 60 meter
dan banyak tumbuh dilereng-lereng gunung didaerah jawa barat,
yaitu pada ketinggian kurang lebih 1000 sampai 1700 meter dati
permukaan laut,
Kayu berserat kokoh dan sukar dikerjakan karena seratnya
tidak teratur dan membelit. Dalam keadaan basah kayu yang
sangat berat dan lebih berat dati kayu jati, tetapi setelah kering
lebih ringan dari kayu jati. Pada keadaan berbentuk balok, per-
mukaanya terlihat adanya retak halus tetapi tidak ada masalah,
karena sudah menjadi sifat dari kayunya. Karena sifatnya yang
mudah berubah (membengkok) maka kayu kurang baik untuk
konstruksi pintu dan jendela; lebih baik untuk konstruksi rangka
atap atau gelagar-gelagar dati konstruksi jembatan. Berat jenis ada
diantara 0,6 sampai 0,8.. .

3. Kayu merkau
Kayu ini banyak terdapat dipuJau Sumatra bagian utara,
Sulawesi, dan Maluku. 5eratnya lurus dan kuat, mudah dikerjakan
dan berwama sawo matang kekuning-kuningan. Kejelekan dari
kayu bahwa bila dikombinasi dengan besi bisa berkarat. Karena
kadar air batang banyak mengandung asam. BJkayu antara 0,9-1.

4. Kayu bangkirai
5ering juga disebut jati kalimantan, Banyak terdapat di Kali-
mantan dan Sumatera. Kuat dan lurus, mudah dikerjakan dan
mudah didapat dalam ukuran yang panjang-panjang tanpa cacat.
BJkayu antara 0,8 -1,1.

31
5. Kayu berlian
Kayu banyak di Kalimantan dan Sumatera. Di kalimantan
disebut juga kayu besi. Seratnya kokoh dan sukar dikerjakan
karena kerasnya. BJ kayu ada diantara 0,9 -1,2. Kayu ini banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan air. Karena tanah terre-
nam dalam air untuk waktu yang sangat lama, untuk tiang listrik
dan bantalan rei kereta api.

6. Kayu mahoni
Di Indonesia banyak ditanam di tepi jalan sebagai pohon
pelindung dan sekitar daerah jepara kayu banyak digunakan seba-
gai bahan ukir-ukiran dan perabot rumah tangga seperti meubel
dan lain-lain. Dalam konstruksi bangurian sedikit sekali diguna-
kan, Berat jenisnya antara 0,56 -0,64. Kayu ini banyak dibuat
dalam bentuk papan yang tipis-tipis untuk keperluan perabot.

7. Kayu kruing
Banyak terdapat di Kalimantan dan Sumatera bagian utara,
mudah didapat dalam ukuran yang panjang dan besar. Dalam
penggunaannya sebaiknya kayu diawetkan terlebih dahulu dan
banyak digunakan dalam rangka atap. Heratjenisnya ada diantara
0,6 -0,9.

8. Kayu duren
Oapat tumbuh di seluruh Indonesia, tidak stabil dan mudah
dimakan rayap. Hanya digunakan sebagai bahan cetakan beton/
bekisting dan kotak pengepak barang, kadang-kadang digunakan
juga untuk bangunan yang bersifat sementara, misal untuk
dinding-dinding dari barak ataau pagar. Bj-nya0,. - 0,7.

9. Kayu bnfer
Kayu kanfer tidak tahan teIhadap serangan rayap, akan tetapi
agk tahan terhadap bubuk, maka kayu ini kurang baik biIa digu-
nakan sebagi bahan konstruksi bangunan yang tidak terlindung,
mudah dikerjakan, sifat mengembang dan menyusutnya kectl,
banyak digunakan sebagai bahan bangunan rumah, wama lcayu
sawo merah, an mempuyai berat jenis 0,7 - 0,9.

32
10. K&yu jinjing
Banyak terdapat diJawa Barat, terutama didaerah-daerah per-
kebunan teh. Di jawa tengan biasa disebut kayu sengon. Banyak
disebut papan benpaku. Kebaikan dari kayu ini tahan terhadap
rayap. Beratjenisnya antara 0,3- 0,5.

33
BABII
PENGUJIAN KEKUATAN KAYU

Prosedur untuk menguji kekuatan mekanis kayu telah distan-


darisasikan diseluruh dunia seperti A5TM (American Sociehj Jor
Testing and Material), Brintish Standart, India Standart, dll.
Pengetahuan tentang sifat-sifat mekanis kayu diperoleh
dengan pengujian seperti :
a. Service Test, penggunaan kayu seperti penggunaan yang
nyata dalam praktek.
b. Laboratory Test, penggunaan di laboratorium dengan
menggunakan alat uji.

A Metode Pengujian
Pengujian kekuatan kayu dengan menggunakan spesimen
kecil tanpa eacat (small clear specimens) atau yang dikenal sebagai
laboratory test dengan standart A5TM dengan dimensi 2" x 2 " (5
em x 5 em) dan syarat fisik lainnya adalah kadar air, dimana kayu
pada kondisi kadar air standar yaitu kadar air kering udara,
kemudian arah serat digunakan serat yang lurus. Adapun peng-
ujian menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) dengan
kapasitas 5000 KN. Seperti gambar berikut :

3S
.' .' .... ~~

Gambar 17. alat UTM (Universal Testing Machine)

1. Vji Kuat lentur


Uji lentur digunakan untuk menentukan ketahanan kayu ter-
h~dap gaya-gaya yang dibebankan pada gelagar.
Ukuran spesimen untuk pengujian ini seperti gambar dengan
ukuran panjang 30 inci, penampang melintang 2" x 2". Spesimen
ini di kedua ujungnya ditopang dengan suatu penyangga yang
berjarak masing-masing 1 inci dari ujung sehingga terdapat
bentangan bebas sepanjang 28 inci Alat penyangga dilengkapi
dengan alat anti geseran untuk mencegah perlawanan terhadap
spesimen selama pengujian. Spesimen diletakkan diatas penyang-
ga dan beban diberikan pada sisi radial atau tangensial dengan
kecepatan turunnya mesin kepala mesin penguji 0,1 " tiap menit.
Defleksi (deformasi) diukur dengan alat deflektometer seperti
Gambar 18. Pengujian ini dilakukan hingga mencapai beban
maksimum, atau sampai mencapai spesimen patah untuk menge-
tahui keuletan kayu. Adapun tipe kerusakan spesimen dapat
dilihat pada Gambar 19.
Kuat lentur statis ditunjukkan oleh:
a. Tegangan serat pada batas proporsi (Fiber stress at
. proporsional Limit).
Dengan rumus :
opl = (3PL)/ (2bh2)
b. Tegangan serat pada beban maksimum (Fiber stress at
maximum Load). Atau yang lazim disebut Modulus patah
(Modulus of Rupture: MOR)

36
Dengan rumus :
MOR = (3PL)/ (2bb2)
c. Modulus Elastisitas (Modulus of elasticity: MOE) yang
menunjukkan kekakuan kayu.
Dengan rumus :
MOE = (PV)/ (4dbh3)
d. Defleksi
Rumus lendutan untuk berbagai pembebanan seperti
berikut:

(j = P/.",
4X El
L

Faa. 9.21. ASTMltatic belidiq lest.

Gambar 18. Uji leniur statis paa gelagar kedl

Type-tipe kerusakan spesimen setelah pengujian :


1) Rusak tekan (Compression Failure)
2) Rusak Horisontal (Tension Failure)
3) Geser Horisontal

37
Gambar 19. Type-tipe kerusakan pada spesimen pada uji lentur kayu

2. Uji Kuat Tekan sejajar serat (Compression parallel to grain)


Uji tekan sejajar serat dilakukan untuk menentukan kekuatan
kayu terhadap beban aksial jika kayu digunakan sebagai kolom
(tiang) pendek. Spesimen uji berukuran 8x2x2 inci, seperti Garn-
bar 2Q. Diuji dengan tekanan diujung. Spesimen dipasang pada
suatu alat penjepit yang menjepit spesimen 1" dari tiap ujung
sehingga bentangan bebas (;,.inci, Vntuk menghindari tekanan
yang eksentris terhadap spesimen, permukaan ujung harus benar-
benar tegak lurus sumbu panjang spesimen. Selain itu spesimen
disangga dengan blok setengah bulatan sehingga beban terbagi
merata diseluruh perrnukaan ujung spesimen.
Pemberian beban tekanan pada spesimen dilakukan dengan
ke.cepatan turunnya kepala mesin uji sebesar 0,024 inci tiap detik
dan defleksi specimen diukur dengan alat kompresormeter sam-
pai @,O(%H.". Pembacaan beban dan defleksi dicatat map kenaikkan
beban 100.0-2000Ibs hingga beban maksimum dilampaui,
Kuat tekan maximum dihitung dengan rumus
o= PI A
dengan: o : Kuat Tekan
P :beban maksimum
A : Luas tampang spesimen
Bentuk-bentuktampang
a. [ika tampang segi empat b. [ika tampang lingkaran

p
1. ASll( pua11d to .,.in comprqaion test tel\l.Cl.

Gambar 20. Pegujian kuat tekan sejajar serat

3. Uji tekan tegak lurus serat


Pegujian ini bertujuan untuk menentukan ketahan kayu
terhadap tekanan sisi seperti halnya kalau berat reI dipikul oleh
bantalan. Spesimen berukuran 2x2x6 inci. Seluru.h panjangnya
disangga oleh meja mesin penguji. Beban diberikan pada kayu
melalui suatu plat baja lebar 2 inci yang ditempatkan melintang
panjang spesimen ditengah-tengah sehingga menutup panjang
spesimen tepat ditengah-tengah.SepertiGambar 21.

39
Kuat tekan dihitung dengan rumus : P/ (2.b)
p

Fill. 9.18. ASTM perpcndicU1arto pain comprealon test.

Gambar 21. Pegujian kuat tekan tegak lurus serat

4. Kekerasan
Kekerasan ditentukan dengan Janka ball test. Uji ini terdiri
atas pengukuran beban yang diperlukan untuk memasukkan bola
baja berdiameter 0,444inci sedemikian ingga separoh diametemya
masuk dalam spesimen. Luas daerah tekanan 1 ems. Untuk men-
jamin ketelitian berapa dalam masuknya bola dalam kayu, maka
biasanya bola itu diganti dengan sebuah tongkat baja yang ujung-
nya membulat seperti Gambar 22.

~
.... ,.)0. ,,'"' -. (~~ .... IIw~ ...
lIf....,.,,.'j
Gambar 22. Pegujian kekerasan

Karena kekerasan kayu berbeda-beda menurut arah masuk-


nya beban terhadap arah serat, maka perlu mengukur kekerasan
pada permukaan tangensial dan radial, dan ujung spesimen. Kece-
patan turunnya kepala mesin 0,25inci/ menit. Kekerasan langsung
dibaca pada skala beban.

40
5. Uji Kuat Tarik Tegak Iums sent (TmsiDn PnpauIU:IIIn to
GRIm)
Spesimen berukuran 2 x 2 inci. panjang 2.5 inci seperti pada
Gambar 23. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan kayu ted1.adap beban Iarik yang dikenakan berlahan-
laban tegak lUxus serat. Adapun arab serat yang diuji adalah
bidang radial dan bidang tangensial. .
Kekuatan tarik = P/ A
Dimana P = Behan maksimum
A = Luas penampang

P
.... ,.23. ASTIIs ......... -. ....

Gambar 23. 5pesirrrmotuk uji tmik trgak lurus semi

6. Uji Tarik Sejajar Selat (Tmsion Pllndd to GftIiII)


Yaitu ketahanan kayu terhadap beban yang meregang dan
menarik kayu daIam arab serat. Dimensi spesimen panjang 30'"
dengan tampang lintang 2x2 irri seperti pada Gambar 24. Dalam
pengujian ini menggunakan mesin ujikuat lentur yang dilengkapi
alat khusus yang memegang tiap ujung spesimen sampai ke
pundak dengan kecepatan tarikan 0,25 inci/ menit. I<ekuatan tank
sejajar serat = P/ A, dimana P = Beban maksimllm_ dan A adalah
Luas penampang bagian yang sempit dibagian tengah.

41
11·
I
C5 .. Itt
! ·1

t, P

,u1'll_.._--_~-
FIo-UO....
_ _ ...-u,u ~'.I'.1.S1lI........... .- .........

GambaT 24. Spesimen dan alat uji tarik sejajar serat

7. Uji Kuat Geser sejajar serat (Shearparalel to grain)


Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kuat kayu
terhadap gaya yang berusaha menggeser satu bagian dari kayu
sepanjang suatu bidang yang sumbunya sejajar seral Sumbu ini
letaknya radial atau tangensial terhadap lingkaran tahun
Spesimen untuk pengujian ini panjangnya 2,5 inci, penam-
pang melintang 2x2 inci. bentuk spesimen harus sedemikian
sehingga dua permukaan betul-betul tangensial dan dua per-
mukaan yang lain betul-betul radial. Dari satu sisi spesimen itu
dipotong suatu segmen seperti Gambar 25.
(11 (II)

f
lIIoringi
pIIIl.
o • i.
;·1.........
':
,I '
I'
!~;
,. '-It IIIoc:II
.
• 110.
ft plet,

It

.......,.........
I'll- U6. ASnI lIIOoII ... -=
(c)
(tJ _.,..,...-. l')_ ..-. (cl

Gambar 25. Spesimen _alat uji geser.

B. Sistem pemilahan (Grading)


secara visual sudah sejalc lama dipergunakan oleh masya-
rakat kita. Beberapa parameter visual yang dapat diamati pada
kayu dan berhubungan erat dengan kekuatan adalah: lebar cincin
tahunan, kemiringan serat, mata kayu, keberadaan jamur atau
serangga perusak kayu, dan retak. Apabila si pengamat tidak
mempunyai keahlian dan pengalaman, maka pemiIahan kelas kuat
kayu akan lama dan hasilnya pun menjadi tidalc reliable (mengan-
dung banyak keraguan).
. Pemilahan dengan menggunakan grading machine sudah
mulai dilakukan di beberapa negara termasuk negara kita.
Prinsip pengujian dengan grading machine adalah pengujian len-
tur statik. Batang kayu yang telah dibentuk menjadi ukuran
struktur ataupun yang masih utuh (kayu log) dibebani beban
terpusat dan kemudian dicatat besarnya lendutan tepat di
bawah beban bekerja. Pengujian lentur statik ini dilakukan
.pada setiap jarak tertent,u pada batang kayu sebagai contoh satu

43
meter. Dari data beban dan lendutan maka nilai modulus elastisitas
lentur (MOE) yang merupakan kemiringan kurva beban-len-
dutan dapat diperoleh. Tegangan lainnya dapat diperoleh ber-
dasarkan persamaan empirik dan nilai MOEyang telah diperoleh.
Penggolongan kelas kuat secara masinal (grading machine)
pada kandungan air standar (15%) menurut SNI-5 (2002) dapat
dilihat pada Tabe12.1. Berdasarkan

1. Kuat acuan berdasarkan atas pemilahan secara mekanis


Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elas-
tisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemi-
lahan mekanis yang baku. Berdasarkan modulus elastisitas lentur
yang diperoleh secara mekanis, kuat aruan lainnya dapat diambil
mengikuti Tabel 2.1. Kuat acuan yang berbeda dapat digunakan
apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
standar-standar eksperimen yang baku.

Tabel 2.1. Nilai kuat aruan (MPa) berdasarkan atas pemilahan


secara mekanis pada kadar air 15%

Modulus Kualtarik Kuallekan


Kuat Kuatlekan
Kode Elastisi tas sejajar KuatGeser Tegak lurus
Lentur sejajar seral
mutll Lentur sent F. Seral
f. Fe
E. t, Fe,
E26 25000 66 60 46 6.6 24
E25 24000 62 51 45 6.5 23
E24 23000 59 56 45 6.4 22
ED 2DXl 56 53 43 6.2 21
Ell 21000 ~ 50 41 6.1 20
Ell 2OXlO 56 C 40 5.9 19
E20 19000 41 .... 39 5.8 18
£19 18000 44 42 37 5.6 17
Et8 17(XX) 42 39 3S 5.4 16
E17 16000 38 36 34 5.4 15
El6 15000 35 33 33 5.2 14
El5 14000 32 31 31 5.1 13
E14 13000 30 21 30 4.9 12
El3 12000 Zl 25 28 4.8 11
E12 11000 23 22 Zl 4.6 11
Ell lCDlO 20 19 25 4.5 10
EIO 9000 18 17 2C 4.3 9

44
2. Kuat acitan berdasarkan pemilahan secara visual .
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan
secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan
berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk
kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggu-
nakan langkah-langkah sebagai berikut
a. Kerapatan p (dengan satuan kg/m3) pada kondisi basah
(berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar
airnya lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengiku ti
prosedur baku.

p =W,.1 V"
dengan: Ws = berat kayu basalt
V g = volume basah kayu

b. Kadar air, m% (m < 30%), diukur dengan prosedur baku.

m=~
'W
8
-w)rl xl 00%
W..

Wg dan Wd masing-masing adalah berat kayu basah dan


berat kayu kering oven.
c. Hitung berat jenis pada m% (G.) dengan rumus:

( 2.1)

d. Hitung berat jenis dasar (G!) dengan rumus:


G (30-m)
G" = .. ; dengan a = . (2.2)
[1+ 0,265 a G.] 30

45
e. Hitung beratjenis pada kadar air 15% (GIS) dengan rumus:

G - Gb (2.3)
1S- (1-0,133Gb)

f. Hitung estirnasi kuat acuan Modulus Elastisitas Lenon,


dengan rumus dengan rumus seperti berikut :

t; (MPa) = 16.000(}I.7 (2.4)


Dengan G = G15
Dimana: G adalah beratjenis kayu pada kadar air 15%
Contoh penentuan berat jenis kayu
Dari basil pemeriksaan sampel kayu di laboratorium didapat
berat basah dan berat kering berturut-turut 1,6 gr dan 1,3 gr,
maka berat jenis kayu pada kadar air 15 % adalah:

5ampeI kayu untuk penguJIan berat jenls

• Kadarairsampel kayu (~)

"'. O.6-I,3)dOO% "23"


1.3
• NIIaI kenlpatan (p)
_ 1.6 10-3.tg 800"'_l ~
p- - ..m
2 10-6",3
• Bend:jenls pada leader air IIt'KJ(G.)
100
. G.- 5.0000+23/1(0» -0."
• Beratjenlsdaser (G.)
•• ~ _ 0"33 Goo 0,"
30 .. • O+O,26S.ril.233.aO,6S)-0.625
• Beratjenls pacIa kadar air 151M.(G)
G= Gk _ G.62S -061
(J-O.13JGk) 6-0.133.aO.625) •

46
Sedangkan modulus elastisitasnya adalah :
t; = 16.000Gl·7
= 16000X 0,680•7
= 12214,51Mpa

Analisis kode mutu dari beberapa jenis kayu yang sering


digunakan untuk keperluan konstruksi dapat dilihat pada
Tabel .....
Tbl
a e Kd o emu tud anibeberapa kayu per d agangan.
NamaKayu Kadar airJ~/.l Ew(Mpa) Kodemutu
12 13000 E13
1. Kapur
15 12854
U 18500 E18
2. Kempas
15 17526
U 14300 E14
3. Keruing
15 13616

4. Merbau 15 15400 E16


U 15700 E14
5. Mersawa
15 13490
U 15000 E14
6.Ramin
15 12983
12 15000 E14
7. Balau
15 12983
12 12200 E12
8. Meranti merah
15 11940

Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan atau mempu-


nyai cacat kayu, estimasi ni1ai modulus elastisitas lentur acuan
dari Tabel 2.2 harus direduksi dengan mengikuti ketentuan
pada SNI 03-3527-1994 UOC 691.11 tentang "Mutu Kayu
Bangunan", yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus
elastisitas lentur acuan dari Persamaan 2.4 tersebut dengan
nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 2.2. yang bergantung
pada Kelas Mutu kayu. Kelas Mutu ditetapkan dengan
mengacu pada Tabel 2.3.

47
Tabel 2.2. Nilai rasio tahanan
KelasMutu Nilai Rasio Tahanan
A 0,80
B 0,63
C 0,50

Tabel 2.3. Cacat maksimum untuk seti~ kelas mutu kayu


MacamCacat KelasMutuA KelasMutu B Kelas Mutue
Mata lcayu:
• Terletak di 1/6lebar kayu V.lebar lcayu Ih lebar kayu
muka lebar
• Terletak di 1/8 lebar kayu 1/6lebar kayu V.lebar kayu
mukasempit

Retak lIS tebal kayu 1/61eballcayu y, tebal kayu

Pingul 1/10 tebaI atau lebar 1/61ebal atau lebar V. tebal atau lebar
lcayu kayu kayu

Arah seral 1 : 13 1 :9 1:6

SaIuran damar lIS teballcayu 2/5 ktIal kayu y, teba! kayu


ebudasi tidak
diperkenanlcan
Cubal Diperkenanlcan Diperltenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenanlcan asaI Diperkenankan asal Diperkenanlca.n
terpencar dan ukuran terpencar dan asal terpencar
dibatasi dan tidak ada ukuran dibatasi dan danukuran
tanda·tanda serangga tidak ada tanda· dibatasi dan tidak
hidup tanda serangp ada tanda-tanda
hidup serangga hidup

Cacat lain (lapuk. Tidak diperkenanlcan Tidak Tidak


hati rapuh, retak diperkenankan diperkenankan
melintang)

48
BAB III
DASAR PERENCANAAN STRUKTUR
KAYU
A. Beban Dan Kombinasi Pembebanan
1. Beban nominal
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam Pedo-
man Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Beban
nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut:
a. Beban mati (Dead l.iJad:D)
Yang diakibatkan oleh berat konstruksi perrnanen, ter-
masuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga,
dan peralatan layan tetap
b. Behan hidup (Live load: L)
Yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk
pengaruh kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan
seperti angin, hujan, dan lain-lain
c. Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peraiatan, dan material, atau selama peng-
gunaan biasa oleh orang dan benda bergerak(LJ
d. Beban hujan (H), tidak terrnasuk yang diakibatkan oleh
genangan air
e. Beban angin (Wind : JI\? termasuk dengan memper-
hitungkan bentuk aerodinamika bangunan dan peninjauan
terhadap pengaruh angin topan, puyuh, dan tornado, bila
diperlukan
f. Behan gempa (Earthquake: E), yang ditentukan menurut
SNI03-1726-1989

49
2. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan untuk struktur, komponen struktur
dan sambungannya direneanakan dengan menggunakan persa-
maan berikut ini:
a. 1,4D (3.1)
b. 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (3.2)
e. 1,2D + 1,6 (La atau H) + (O,5Latau 0,8 J!V) (3.3)
d. 1,20 + 1,3W + O,5L+ 0,5 (La atau H) (3.4)
e. 1,2D ± l,OE + O,5L (3.5)
f. O,9D ± (l,3Watau 1,OE) (3-6)

Khusus faktor beban untuk L di d.a1am kombinasi beban pada


persamaan (3·3), (3-4) dan (~5) harus sama dengan 1,0 untuk
garasi parkir, daerah yang digq_nakan untuk pertemuan umum
dan semua daerah dimana beban bidup lebih besar daripada 5
kPa.

3. Beban lainnya
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya termasuk
juga tetapi tidak terbatas pada berat dan tekanan tanah, pengaruh
temperatur, susut, kelembaban, rangkak dan beda penurunan
tanah, harus ditinjau di dalam perencanaan.
Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh
fluida (f), tanah (5), genagan air (P) dan temperatur (1) harus
ditinjau dalam perencanaan dengan menggunakan faktor beban:
1,3F;1,65; l,2P dan 1,2T.

B. Perencanaan Keadaan Batas


Komponen struktur beserta sambungannya harus direnca-
nakan sedemikian sehingga tidak ada keadaan batas yang terlam-
paui pada saat struktur tersebut memikul beban reneana yang
bekerja.
Keadaan batas tahanan meliputi setiap tahanan yang diper-
lukan (gaya atau tegangan) yang ditinjau pada setiap sistem struk-
tur, komponen struktur, dan sambungannya.

so
C. Analisis Struktur
Pengaruh beban terhadap masing-masing komponen
struktur dan sambungannya ditentukan dengan metode
analisis struktur elastis. Analisis tersebut harus memper·
hitungkan keseimbangan, stabilitas, kompatibilitas geometris
dan sifat material jangka pendek maupun jangka panjang.

D. Modulus Elastisitas Lentur


Untuk menentukan distribusi beban di dalam struktur statis
tak tentu dan untuk perhitungan lendutan dan keadaan layan
lainnya, harus digunakan nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew'), yang digunakan dalam perencanaan, bergantung
pada penggunaannya. Dalam kasus perencanaan di mana tahanan
struktural atau stabilitas ditentukan berdasarkan .perhitungan
maka harus digunakan nilai persentil ke lima terkoreksi (E05'),
yang ditetapkan sebagai berikut

Eos' = 1,03Ew' {1-1,645(KV£)} (3.7)

dengan 1,03 adalah faktor koreksi dari nilai Ew yang


ditabelkan kepada nilai Ew bebas-geser, K V E = ; £, adalah
w
koefisien variasi nilai Ew, yaitu penyimpangan deviasi standar Eu>
dibagi dengan nilai rerata Ew.
Khusus Untuk glulam (kayu laminasi struktural), faktor
penyesuaian tersebut adalah 1,OS.Modulus elastisitas lentur tidak
perlu dikoreksi terhadap faktor waktu (A).

E. Kekangan Ujung
Perencanaan sambungan harus konsisten dengan asumsi
yang diambil dalam analisis struktur dan dengan jenis konstruksi
yang dipilih dalam gambar rencana. Dalam rangka sederhana
semua sambungan harus diasumsikan bersifat sendi kecuali bila
dapat ditunjukkan melalui eksperimen atau analisis bahwa sam-
bungan tersebut dapat mengekang rotasi. Pada kondisi beban ren-
cana, sambungan harus mempunyai kapasitas rotasi yang mema-
dai untuk menghindari elemen penyambung terbebani secara ber-
lebihan.

SI
F. Pembebanan Jangka Panjang
Analisis yang dilakukan pada struktur dan komponen struk-
tur yang mengalami deformasi akibat rangkak pada saat memikul
beban kerja, harus memperhitungkan terjadinya tambahan defor-
masi akibat rangkak dalam masa layannya apabila deformasi ter-
sebut mempengaruhi tahanan atau kemampuan layannya.

G. Kondisi Batas Tahanan


Perencanaan sistem struktur, komponen struktur, dan sam-
bungannya harus menjamin bahwa tahanan rencana di semua
bagian di semua sistem komponen, dan sambungan struktur sarna
dengan atau melebihi gaya terfaktor (R.).

H. Gaya terfaktor
Gaya-gaya pada komponen struktur dan sambungannya (RII),
harus ditentukan dari kombinasi pembebanan sebagaimana diatur
dalam persamaan 3.2.

I. Tahanan rencana
Tahanan rencana dihitunguntuk setiap keadaan batas yang
berlaku sebagai basil kali antara tahanan terkoreksi (R), faktor
tahanan (;), dan faktor waktu (A. Tahanan rencana harus sarna
dengan atau melebihi beban terfaktor (RII):

(3.8)

Dengan R' adalah tahanan terkoreksi untuk komponen


struktur, elemen, atau sambungan. seperti tahanan lentur
terkoreksi (M), tahanan geser terkoreksi (V), dan lain-lain.
Begitu pula RII diganti dengan Mil, VII' dan sebagainya untuk
gaya-gaya pada komponen struktur atau sambungan.
Tahanan terkoreksi, harus meliputi pengaruh semua faktor
koreksi yang berasal dari keadaan masa !ayan dan faktor-faktor
koreksi lainnya yang berlaku. Faktor tahanan(;), yang digunakan
dalam tata cara ini dirangkum dalam Tabel 3-1.
Faktor waktu yang digunakan dalam kombinasi pembebanan
pada persamaan 3.2 harus sesuai dengan yang tercantum di dalam
Tabe13.2.

52
TabeI3.1. Faktor tahanan (f)

Ienis Simbol Nilai


Tekan (Jc 0,90
Lentur ~ 0,85
Stabilitas ¢Is 0,85
Tarik ;, 0,80
Geser/ punter ¢V 0,75
Sambungan ¢Jz 0,65
SNI-5 -2002: Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

Tabel3.2. Faktor waktu (A.)

Kombinasi pembebanan Faktor waktu (A.)


1,4D 0,6
1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) 0,7jika L dari gudang
0,8 jika L dari ruangan
umum
1,25jika L dari kejut"
1,2D + 1,6 (La atau H) + (O,5Latau 0,8
0,8~
1,2D + 1,3W + O,5L+ 0,5 (1..atau H) 1,0

1,2D :!: t,OE + 0,5L 1,0

0,9D:!: (l,3Watau 1,0E) 1,0

Catatan: Untuk sambungan, A. = 1,0 jika L dan kejut.


SNI-5 ·2002: Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

J. Keadaan batas kemampuan layan


Sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan
dengan memperhatikan batas-batas deformasi, simpangan lateral,
getaran, rangkak, atau deformasi lainnya yang dapat mempe-
ngaruhi kemampuan layan gedung atau struktur kayu yang
bersangkutan.
Perencana harus melakukan peninjauan terhadap keadaan
batas lay an yang meliputi a ntara lain lendutan j angka pe ndek,
getaran, rangkak, perubahan dimensi dan pengaruh waktu lain-
nya. Lendutan akibat beban-beban harus dibatasi sedemikian
sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada elemen-elemen
struktural atau non-struktural yang terkait.

K. Struktur yang sudah ada


Ketentuan perencanaan dalam tata cara ini dapat diterapkan
untuk mengevaluasi struktur yang sudah ada. Apabila gedung
atau struktur kayu diubah fungsi atau bentuknya maka harus
dilakukan tinjauan terhadap kemungkinan pengaruh-pengaruh
akibat kerusaka n atau perlemahan yang disebabkan perubahan
itu.

L. Syarat-syarat perencanaan
1. Luas bruto dan netto
Luas brute (Ag) komponen struktur kayu dalam setiap
potongan adalah jumlah luas seluruh elemen penyusun
komponen struktur kayu yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
Luas netto (An) komponen struktur kayu diperoleh dari
luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu
yang hilang karena adanya lubang bor, baut, paku,
coakan, takik dan lain-lain.
2. Stabilitas
Stabilitas harus dipenuhi oleh sistem struktur secara
keseluruhan maupun oleh komponen struktur pada sistem
struktur tersebut. Perencanaan terhadap stabilitas dilaku-
kan dengan memperhitungkan pengaruh beban yang
ditimbulkan oleh perubahan bentuk struktur atau kom-
ponen struktur sistem pemikul beban lateral.
3. Pengekang lateral
Pada titik-titik tumpu balok, rangka dan komponen
struktur kayu lainnya, harus disediakan kekangan pada
rotasi terhadap sumbu longitudinalnya. Kecuali bila hal

54
· tersebut ternyata tidak diperlukan berdasarkan analisis
ataupun percobaan.
4. Kondisi acuan
Tahanan acuan (R) dan tahanan acuan sambungan (2)
ditetapkan berdasarkan kondisi acuan berikut ini:
a. Kondisi kering dengan kadar air setimbang maksimum
tidak melebihi 19%. untuk kayu masif dan 16% untuk
produk-pruduk kayu yang dilem, serta batas bawah
kadar air setimbang tahunan rerata adalah 6%.
b. Nilai tahanan acuan berlaku untuk kondisi terekspos
secara berkelanjutan pada temperatur hingga 38°C,
atau temperatur yang dapat mencapai 65°C pada
komponen struktur dan sambungan, atau temperatur
sesaat yang melebihi 93°C pad a panel struktural.
Komponen struktur kayu dan sambungannya tidak
diperkenankan untuk secara terus-menerus berada
pada temperatur di atas 65°C. Panel struktural tidak
diperkenankan berada pada temperatur di atas 93°C
kecuali untuk waktu yang sangat pendek. Untuk
kondisi temperatur di atas 38°C secara berkelanjutan
maka harus diberlakukan faktor koreksi temperatur.
c. Komponen struktur tunggal atau sambungan tanpa
pembagi beban (load sluuing) atau aksi komposit.
5. Tahanan terkoreksi
Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut:
R' = R CJ C2 ... C. (3.9)

Dengan R' adalah tahanan terkoreksi, R adalah


tahanan acuan, C; adalah faktor-faktor terkoreksi.
6. Faktor koreksi untuk masa layan
Merupakan hasil perkalian dari beberapa factor koreksi
seperti pada persamaan 3-10
nCj = C",C,C"C" .... (3.10)

Faktor koreksi untuk tahanan meliputi :


em adalah faktor koreksi layan basah, untuk memper-
hitungkan kadar· air masa layan yang lebih tinggi

55
daripada 19% untuk kayu masif dan 16% untuk
produk kayu yang dilem;
C, adalah faktor koreksi temperatur untuk memper-
hitungkan temperatur layan lebih tinggi daripada
38°C secara berkelanjutan;
Cpl adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk mem-
perhitungkan pengaruh pengawetan terhadap pro-
duk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor
koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok,
ketentuan, atau tata cara yang berlaku;
Cn adalah faktor koreksi tahan api, untuk memper-
hitungkan pengaruh perlakuan tahan api terhadap
produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor
koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok,
ketentuan, atau tata cara yang berlaku.
7. Faktor koreksi tambahan untulc sambungan struktural
Sebagai tambahan dari faktor-faktor koreksi untuk
sambungan antara lain :
Cdi adalah faktor koreksi diafragma, untuk memper-
hitungkan peningkatan tahanan paku-paku yang
digunakan pada struktur diafragma.
Cg adalah faktor koreksi aksi kelompok, untuk mem-
perhitungkan pembebanan yang tidak merata dari
baris alat pengencang majemuk
C.<I adalah faktor koreksi geometri, untuk memper-
hitungkan geometri sambungan yang tidak lazim
Cd adalah faktor koreksi penetrasi, untuk memper-
hitungkan reduksi penetrasi alat pengencang
Ceg adalah faktor koreksi serat-ujung, untuk memper-
hitungkan reduksi tahanan alat pengencang yang
dipasang pada serat-ujung
CSI adalah faktor koreksi pelat baja sisi, untuk sam-
bungan geser dengan pe1at baja sisi berukuran 100
mm
C'n adalah faktor koreksi paku-miring, untuk sambungan
paku

56
BABIV
PERENCANAAN BATANG TARIK

Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik


maupun desak sering elijumpai pada struktur rangka kuda-kuda.
Gaya aksial tarik ataupun desak memiliki garis kerja gaya yang
sejajar dan berhimpit dengan sumbu panjang batang. Secara
umum, perencanaan komponen struktur tarik bertujuan untuk
mengetahui luas penampang batang minimum yang diperlu-
kan. Apabila dimensi komponen struktur tarik telah ditetapkan,
maka analisis berupa check terhadap luas tampang yang telah
dipilih dapat dilakukan.
Pada penentuan ukuran batang tarik harus diperhatikan ada-
nya perle mahan, karena adanya alat penyambung, seperti paku,
baut, pelat kokot dan lain sebagainya. Dengan eligunakan alat-alat
penyambung tersebut, akan mengurangi adanya luas tampang
dari batang, yaitu akibat adanya lubang ditempat alat penyam-
bung tersebut. Akibat adanya lubang, tegangan pada kayu tidak
merata lagi, tetapi akan timbul pemusatan tegangan disekitar
lubang tersebut. .
Bila dilihat dati diagramnya, tegangan disekitar lubang jauh
lebih besar dati tegangan elitepi batang.

Gambar 26 Konsentrasi tegangan pada batang tarik berlubang


(Pytel dkk, 1987)

57
Pada konstruksi baja, dalam suatu percobaan terdapat
besamya harga crmax = 2,5 - 3 kali crtr rata-rata. crlr rata-rata ialah
besamya tegangan tarik rata-rata pada batang tanpa lubang. Oleh
karena itu perlemahan karena adanya lubang jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan perlemahan karena pengurangan luas tam-
pang batang.
Mengingat adanya perlemahan karena adanya lubang alat
penyambung, maka dalam menentukan ukuran balok/batang,
perlu diingat adanya perlema han-perlemahan yang disesuaikan
dengan alat penyambung yang digunakan. Dimana rumus yang
p
digunakan sebagai berikut: eta = --
F".tto
Daftar perlemahan batang dari jenis-jenis alat penyambung
antara lain:
1. Sambungan dengan paku :10-15 %
2. Sambungan dengan baut + gigi :20- 25 %
3. Sambungan dengan pelat kokot atau
pasak cincin :20%
4. Sambungan dengan pasak dari kayu :30%
5. Sambungan dengan perekat / Lim :0%

Perencanaan komponen struktur tank


A. Gaya tarik terfaktor
Komponen struktur tarik harus direncanakan dengan meme-
nuhi ketentuan sebagai berikut:
r,~;t ¢t T' (4.1)

dengan Tu' adalah gaya tarik terfaktor, ;t adalah faktor waktu


dapat dilihat pada Tabel3--1, ¢t adalah faktor tahanan tarik sejajar
serat = 0,80 (seperti pada Tabel 3-2), dan T' adalah tahanan tarik
terkoreksi.

B. Tahanan Tarik Terkoreksi


1. Sejajar seral
Tahanan tarik terkoreksi pada komponen struktur tarik kon-
sentris, T', ditentukan pada penampang tarik kritis. Tahanan tarik
terkoreksi adalah hasil dari perkalian kuat tarik sejajar serat

58
terkoreksi dengan luas penampang neto seperti pada persamaan
4-2:
T' = Ft'A" (4.2)

Dengan :
Fr' adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi
A" adalah luas penampang neto.

2. Tegak lurus serat


Apabila gagal tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka
perkuatan mekanis harus diadakan agar mampu memikul gaya tarik
yangterjadi.

c. Kuat Tarik Terkoreksi


Kuat tarik sejajar serat terkoreksi diperoleh dengan cara
mengalikan kuat tarik sejajar serat acuan dengan nilai faktor
koreksi massa layan seperti pada persamaan dibawah ini.

(4.3)

Adapun faktor-faktor koreksi diuraikan pada BAB 3 yaitu pada


persamaan 3-10.

D. Batang Tarik Tersusun


Mengenai batang tarik, baik tunggal maupun ganda, kekuat-
annya sarna saja, yang penting dalam konstruksi untuk batang
tarik ialah luas tampangnya. Untuk batang tarik ganda dengan
ukuran panjang, maka dalam penyatuan batang-batangnya digu-
nakan perangkai (kloss). Pengunaan kloss dimaksudkan supaya
batang yang menahan beban tarik bekerja lebih baik, bila ada
beban-beban sekunder pada batang tersebut.
Komponen struktur tersusun, termasuk batang majemuk
rangka atap, batang diafragma, batang penyokong, dan kom-
ponen struktur serupa, adalah komponen struktur yang terdiri dari
dua atau lebih elemen sejajaryang digabungkan dari bahan dengan
tahanan dan kekakuan yang sarna. Tahanan komponen struktur
tersusun tersebut hams ditentukan sebagai jumlah dati tahan-
an elemen masing-masing selama tahanan sambungannya juga

59
dapat menjamin terjadinya distribusi gaya tarik aksial di antara
elemen-elemen tersebut yang sebanding dengan luas masing-
masing· elemen. Pengaruh perlemahan akibat sambungan antar
elemen harus ditinjau dalam perencanaan.

E. Contoh Perencanaan Batang Tarik


1. Struktur Kuda-kuda seperti gambar
L

Yzp p p p Yzp
4x2m

Pembebanan
• pada join 1, 5,6, 7, 8 menahan beban hidup (L) 40 I<N
• pada joint 1, 2, 3, 4, 5 terbebani beban plafon (P) 10 KN

Ketentuan lain :
• Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
• Asumsi faktor koreksi CM,Ct, Cpt.C" = 1
• Kombinasi Pembebanan 1,2D ± E + O,5L
• Alat sambung yang digunakan pada titik buhul adalah baut

Rencanakan batang tarik pada batang tarik [Q dengan


menggunakan standar SKSNI·2002 yaitu perencanaan konstruksi
kayu Indonesia.

60.
Penyelesaian :
.:. Menghitung gaya-gaya batang dengan metode titik (joint) .

[arak horizontal =1,5m


[arak vertikal =2,Om
F2
[arak miring =2,5m
Sin a = 1,5/ 2,5 =0,6
!fa P =5 KN COS a = 2,0/2,5 = 0,-8

• Besar Tahanan RA = 100 KN


• Keseimbangan arab vertikal
RA-Y2P=¥2L-F2y
100-5 =20-F2y
. ~~
..
F2y = 20 - 100 + 5 = -75 KN
F2 = F2y/ sin a = -15/ (0,6) = -125 KN
F2x = cos a. F2 = 0,8. (-125) = -100 I<N
• Keseimbangan arab horisontal
-F1-F2x =0
PI = -F2x = 100 ~
125kN

--".l00kN

.:. Menghitung kuat tarik sejajar serat acuhan (FI)


Kayu yang digunakan dengan ketentuan :
• Mutu kayu F21, maka dari Tabe12.1., didapat kuat
acuhan FI/ / = 47 Mpa
• Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Ft ::;; FI x rasio tahanan kayu
Pt = 47 . 0,8 = 37,6 Mpa
.:. Menghitung tahanan tarik terkoreksi (T')

61
T' = Ft'An·
F,'= c.cc G: Crt FtAn
T'=lOxlOxlOxlOxlOx3.7px An
.:. Menghitung kebutuhan luas netto (An)
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan l,2D ± E
+ O,5L,maka nilai faktor waktu (A)=1,0, seperti pada
TabeI3.2.
• Faktor reduksi (CPt) untuk tarik= 0,8, seperti pada Tabel
3.1.
t; ~..t ¢r T'
100.000N ~ I,D . 0,8 . 3.7h.An
An ~ 1()()(xx)/ (1,0 . 0,8 . 3.7fj)
An ~ 3324,47mm2
.:. Menghitung Luas penampang brute (Ag)
Pengurangan luas penampang akibat penempatan alat
sambung baut kurang lebih 25 %, maka luas bruto yang
diperlukan adalah :
An == 1,25. 3324,47= 4155,59Ill1lt2
Dimensi batang tarik digunakan kayu ukuran 50/120,
dengan Ag = 6000 mm2
.:. Kontrol Tahanan Tarik Batang
Til ~ ..t ¢r Ft'An
Til ~ 1,0 . 0,8 . 37p.~6000
135360 N »100.000 N (OK)

2. Bila pada batang GJgambar diatas, menahan beban 8 Ton


dari kombinasi pembebanan 1,4 0, sebagai alat sambung
digunakan baut, direncanakan kayu dengan dimensi b = 50
mm, Rencanakan tinggi batang kayu yang digunakan.
Penyelesaian:
.:. Dari ketentuan diketahui :
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,40,
maka nilai faktor waktu (A)=0,6 seperti ada Tabel 3.2.
• Faktor reduksi (cpl) untuk tarik= 0,8, seperti ada Tabel
3.1.
• Gaya tarik terfaktor Tu =80Ton = 80 KN = 80.000N

62
• Ft' = 37,6 MPa
.:. Dimensi kayu dapat dihitung dari kuat tarik sejajar serat :
Til s A. ¢It T'
80.000 ~ 0,6 . 0,8 . '3lfj.An
An ~ 4432,624mm2
Ag ~ 1,25 . 4432,624~ 5540,780 mm2
(penampang kritis terjadi didaerah sambungan.
Pengurangan luas penampang akibat
penempatan alat sambung baut sekitar 25 %)
50 h ~ 5540,780 JIUn2
h ~110,8 mm
Dimensi batang 1 digunakan 50/120 dengan luas 6(XX) nun2
.:. Kontrol Tahanan Tarik
Til ~ A. ¢It FI'All
80.000 ~ 0,6 . 0,8 . "gfj. Q/58lD
80.000 ~ 81216 N
Kayu dengan dimensi 50/120 mampu menahan beban
sebesar 80 Ton

63
BABV
PERENCANAAN BATANG TEKAN

Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban


tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada
struktur truss sering dijumpai pada kuda-kuda kayu, sedang
struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama
kolom.
Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit dari pada
pereneanaan batang tarik, karena perilaku tekuk lateral menye-
babkan timbulnya momen sekunder (secondary moment) selain
gaya aksial tekan. Perilaku tekuk ini dipengaruhi oleh nilai
kelangsingan kolom yaitu nilai banding antara panjang efektif
kolom dengan jari-jari girasi penampang kolom. Apabila nilai
kelangsingan sangat keeil (kolom pendek/ short column), maka
serat-serat kayu pada penampang kolorn akan gagal tekan
(crushing failure). Tetapi bila angka kelangsingan kolom sangat
tinggi (kolom langsing/ long column), maka kolom akan meng-
alami kegagalan tekuk dan serat-seratkayu belum meneapai kuat
tekannya atau bahkan masih ada pada kondisi elastik (lateral
buckling failure), Kebanyakan kolom memiliki nilai kelangsingan
diantara kedua nilai ekstrim tersebut yang disebut intermediate
column.
Ketahanan sebuah kolom tergantung pada perbandingan
panjang dibagi ukuran penampang melintang. Kapasitas
beban batas/limit dari sebuah kolom pendek tergantung
hanya pada kekuatan bahan yang dipakai dan hanya pada
kekuatan melintangnya.
Sebuah kolom panjang dapat runtuh akibat beban yang

65
jauh lebih keeil daripada beban batas (ultimit load) kolom
pendek. Jika ditambah beban P yang bekerja pada sebuah
kolom panjang kita akan meneapai batas Per seeara tiba-tiba
menjadi tidak stabil dan melengkung ke arah lateral, peris-
tiwa ini yang disebut tekuk (bukling)
[ika sebuah kolom mengalami penekukan, maka kolom
itu tidak dapat lebih jauh memikul penambahan beban. Untuk
beban P > Perlkolom akan mengalami deformasi terus-mene-
rus hingga runtuh. Persamaan untuk beban kritis pada kolom
dengan ujung sendi telah ditemukan oleh ahli matematika
dari Swiss L. Euler (1783)
1(2 £1
P..r = --2-
t;
Per
, I

,,
I
, I

I
I

:
I
Ie
\
\
\
\
\
\
\

cr

Keterangan :
E = Modulus Elastisitas Bahan Kolom
I = Momen Inersia minimum dari penampang
Ie = Panjang Effektif kolom (Panjang Tekuk)
Dengan membagi Per dengan luas penampang kolom
maka didapat nilai tegangan kritis.
r; 1(2 E1
O'er = A atau O','r == -1-2-' -
eA
Perencanaan komponen struktur
Perencanaan batang tekan untuk komponen struktur yang
rnengalami gaya tekan aksial dan gaya tekan tumpu sesuai
standart SNI 2002seperti berikut:

66
A. Gaya Tekan Terfaktor
Komponen struktur tekan harus direncanakan sedemikian
sehingga:
(5.1)

Dengan:
pu = gaya tekan terfaktor
...t = faktor waktu (lihat Tabel3-1)
(k = 0,90 adalah faktor tahanan tekan sejajar serat
P' = tahanan terkoreksi.

Tahanan koreksi adalah basil dari perkalian tahanan acuan


dengan faktor-faktor koreksi.
Komponen struktur yang memikul gaya-gaya aksial setempat
harus mendapatkan pendetailan tahanan dan kestabilan yang
cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut. Begitu pula,
komponen struktur harus memiIiki tahanan rencana lokal dan
stabilitas pelat badan yang cukup pada tumpuan balok dan pada
lokasi gaya-gaya transversal yang bekerja.

B. Panjang Efektif Dan Kelangsingan


1. Panjang efektif kolom
Panjang kolom tidak terkekang atau panjang bagian kolorn
tidak terkekang (1), harus diambil sebagai jarak pusat ke pusat
pengekang lateral. Panjang kolom tak terkekang harus ditentukan
baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari
kolorn tersebut. Panjang efektif kolom (It)
Pada arab yang ditinjau harus diambil sebagai ~l, dimana K,
adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan, K,
tergantung pada kondisi ujung kolom dan ada atau tidak adanya
goyangan.
Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor
panjang tekuk(~), harus diarnbil sarna dengan satu kecuali jika
analisis memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom
memungkinkan digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih
kecil daripada satu.

61
Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, fak-
tor panjang tekuk, hams lebih besar daripada satu dan ditentukan
berdasarkan analisis mekanika dengan memperhitungkan kondisi
kekangan ujung kolom.
Nilai K~ untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan
untuk keadaan dengan goyangan serta tanpa goyangan dapat
ditentukan menggunakan hubungan pada Gambar 27.

M (b) (t) (d) (.) (I)

.t.: I ~.,.i
~I, I~ I

..,
,
I I
,, .IIJ(
,, •
••t•, I ..\ ,: I
efttft1IOIIaI.-.uul..
,,,,,ttl. ••,••
•I ,, ,••
...,_ II..... ,,

,
,•
•,

(

I , 1
I
1
• I I ,,
'.
'j
I

.", ... ~r •:
..~ ~r •

HIIII .. ~ 0.5 0.7 1.D 1.0 2..0 2.0

....,................
MW ...,_~

WIll
__
GAS o. U 1.8 2.10 2.0

.,..
,
T
~ ...... T ItndI
Roll tIinpa putnn ,1.KtI.Il

f IJ)Ung .......

Gambar 27. Nilai Kt untuk kolom-kDlomdengan'bebempRjenis kekanglln


ujung

2. Kelangsingan kolom
Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang
efektif kolom pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi
penampang kolom pada arah itu, atau:
Ke1
Kelangsingan ~ - (5.2)
r

68
Jari-jari girasi dihitung berdasarkan Iuas p enampang bruto
dan menggunakan penampang transformasi jika digunakan
penampang komposit.
KI
Nilai kelangsingan kolom (_e_),tidak boleh melebihi 175.
r

Jari jari girasi penampang persegi:

r= H;
;::b -
12
= O,2887b (b < d)

Jari jari girasi penampang bulat r= 0,25 D


dimana : b -lebar tampang
d = tinggi tampang
D = diameter tampang
3. Tahanan kolom masif yang memikul gaya tekan konsentris
a. Nilai bahan rencana dan futor-faktor rencana
Modulus elastisitas Jentur yang digunakan dalam persa-
maan-persamaan adalah nilai persentil ke lima terkoreksi,
Eas', seperti yang ditentukan untuk digunakan dalam per-
hitungan tahanan.
b. Tahanan kolom prismatis
Tahanan tekan kolom ditentukan berdasarkan kelang-
singan penampang kolom pada arah yang paling kritis.
Tahanan tekan kolom terkoreksi ditetapkan sebagai
berikut
(5.3)

= c,..Po'
Faktor kestabilan kolom (c,,) dihitung sebagai berikut:

c = l+ac _ (1+ac )2 _ ac (5.4)


p 2c 2c c
dengan:

69
(5.5)

2 • 2 •
P = 7r EosI = 7r EosA (5.6)
e (KJt (K.;)'
dimana:
A adalah luas penampang bruto (mms)
Fc* adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah
dikalikan semua faktor koreksi kecuali, Cp) (N)
£05' adalah nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil ke lima, (MPa)
P, adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau, (N)
Po' adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat
pada kelangsingan kolom sama dengan noI, (N)
c = 0,80 untuk batang masif
= 0,85 untuk tiang dan pancang bundar
= 0,90 untuk gIuIam (kayu laminasi struktural) dan
kayu komposit struktural
¢' adalah faktor tahanan tekan = 0,90
iPs adalah faktor tahanan stabilitas = 0,85

Nilai modulus elastisitas Ientur terkoreksi pada


persentil kelima (£05') untuk balok masif dihitung
berdasarkan Persamaanberikut :

e; = 1,03E'", [1-l,645(KV H )] (5.7)

Ew' adalah modulus elastisitaslentur yang telah dikaJikan


dengan faktor koreksi eM/I, CIII Cptll, dan eF//
1

sedangkan,
K VE adalah nilai banding antara standar deviasi/
penyimpangan . dengan nilai rata-rata dalam

70
pengujian modulus elastisitas lentur. Dari hasil
pengujian untuk beberapa jenis kayu (Hoyle, 1978),
nilai KVE diperoleh sebesar 0,2. Apabila nilai KVE
sebesar 0,2 disubstitusi pada Persamaan 5.7, maka
EIlS'= 0,69 Ew'.

C. Contoh Perencanaan Batang Tekan


1. Struktur Kuda-kuda seperti gambar

4x2m
Pembebanan
pada join 1, 5, 6, 7, 8 menahan beban hidup (L) 40 KN
pada joint I, 2, 3, 4, 5 terbebani beban plafon (P) 10 KN

Ketentuan lain :
Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
Asumsi faktor koreksi CM,Ct, Cpt.Ct, = 1
Kombinasi Pembebanan 1,2D ± E + O,5L
Alat sambung yang digunakan pada buhul adalah baut

Rencanakan batang tekan pada batang tekan0 dengan


menggunakan standar SI<SNI2002 yaitu perencanaan konstruksi
kayu Indonesia.
Penyelesaian :
.:. Menghitung gaya-gaya batang
Perhitungan gaya batang selengkapnya seperti contoh
batang tarik

71
12SKN

-- ..... 100KN

Dari perhitungan gaya didapat Pu batang 2 = 125KN


.:. Dari Ketentuan soal diketahui :
• Mutu kayu E21, maka dari Tabe12.1., didapat kuat
acuhan Fc// = 40 Mpa dan modulus elastisitas Ew ::
20000MPa
• Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan :: 0,8
dapat dilihat pada Tabel2.2.
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,2D ± E
+ O,5L,maka nilai faktor waktu (A.) =1,0, seperti pada
Tabe13.2.
• Faktor reduksi (eM untuk tekan= 0,9, seperti pada Tabel
3.1.
•:. Ukuran penampang batang
Pada perhitungan batang 1 yaitu batang tarik telah
direncanakan dengan mengambil kayu dengan dimensi
50/120 ( b = 50 mm, h = 120nun)
• Panjang batang 1 (tekan) (L) :: (2()()2 + 1,52)0,5 :: 250mm
• [ari-jari girasi (r) :: 0,2887. b:: 0,2887. 50:: 14,435nun
• Kelangsingan= (KeL/r) = (1.250)/14,435:: 173,19< 175
(ketentuan SKSNI) OK
.:. Menghitung kuat tekan sejajar serat acuhan '(Fe) dan
modulus elastisitas lentur acuhan (Ew) rasio tahanan mutu
kayuA =0,8
Fc= 0,8 X40:: 32 MPa
Ew :: 0,8 x 20000:: 16000Mpa
.:. Menghitung faktor kestabilan kolom (Cp)

C = I + ac _ (I + ac)2 _ ac
p 2c 2c c
dimana:

72
• tahanan tekan terkoreksi (po')
Po' =F/.A
= CMCc;" G: Fe-A
= 1,0 x 1,Ox1,0x 1,0 x 32 x (SOx 120)
=192(xx) N
• Modulus elastisitas ·lentur yang telah dikalikan dengan
faktorkoreksi(Ew')
Ew' = CMC <;., G: .Ew
= 1,0 x 1,()x1,0 x 1,0 x 16000
:al6000MPa
• Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima (Eos')
E05' - 0,69. Ew'
::::0,69 . 16000
-11040 MPa
• Tahanan tekuk bitis (Euler) (Pe)
2 ' 2 • 2 .
P. = 1r £ojl = 1C EosA _ 1r 11040.6000 = 21;73 7
< (K.J'f (K<;r 173,19'· '

ar = ;sp,. _ 0,85.21773,7 = 0,1071


l;{'Po I,O.0~.192()()()
l+ar = 1+0,1071 =0,69194
2c 2.0,8

C = 1+ a (1 + a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c

c = 1+0,1071_ (1+0,1071)2 _ 0,1071 =010466


p . 2.0,8 2.0,8 0,8'
+ Tahanan tekan terkoreksi
p' - C,.Po'
.. 0,10466 x 192000
-20094,3N

73
.:. Kontrol tekanan tekan terfaktor
r, s A. cjIcP'
125000 N s 1,0 x 0,9 x 20094,3
s 18084,9 N (NOT OK)
Dicoba dengan kayu ukuran 80/200
.:. Ukuran penampang batang
• Panjang batang 1 (tekan) (L) = (20()2+ 1,52)0,5= 250 nun
• [ari-jari girasi (r) = 0,2887 , b = 0,2887 , 50 = 23,096mm
• Kelangsingan = (KeL/r) = (1 , 250)/14,435 = 108,244 <
175 (ketentuan SI<SNI)OK
.:. Menghitung Fe dan Ew
Fe = 0,8 X 40 = 32 MPa
Ew = 0,8 X 20000 = 16000 Mpa
.:. Menghitung faktor kestabilan kolom (Cp)

C = 1+a (1 +a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c
dimana:
• tahanan tekan terkoreksi (Po')
Po' = F,·,A
= C'MGc Q Fe, A
= 1,0 X l,Ox 1,0 X 1,0 X 32 X (SO X 200)
= 512000N
• Modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan dengan
faktor koreksi (£w')
Ew' = C'MCc;" Q. Ew
= 1,0 X I,Ox 1,0 X 1,0 X 16000
=l6000MPa
• Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima (E05')
E05' = 0,69. Ew'
= 0,69 , 16000
= 11040 Mpa

74
• Tahanan tekuk kritis (Euler) (Pe)
2 ' 2 '
P = 7t E051 = 7t EosA 148642 N
e (Kif' (K,H
a, = ¢.p~. 0.27419
A¢rPo
l+a .. = 1+0,1071 =0,79637
2c 2.0,8

C = 1+ a (1 + a )2 _ a
c_ c c
p 2c 2c c

c = 1+ 0,1071_ (1 + 0,1071)2 _ 0,1071 = 0 25649


p 2.0,8 2.0,8 0,8 '
.:. Tahanan tekan terkoreksi
p' = Cp.Po'
= 131324N
.:. Kontrol tekanan tekan te:rfaktor
r, ~A+CP"
125.000 N < 1,0 x 0..9x 131324

~ 118191N (NOT OK)

Karena kuat tekan terfaktor belum memenuhi syarat


maka perencanaan dimensi tampang kayu harus diperbesar
atau guakan kayu rangkap.

2. Bila pada gambar kuda-kuda maw batang 2 mampu menahan


beban 10 Ton dari kombinasi pembebanan 1,4 D. Dimensi
batang digunakan dengan ukuran lebar (b) = 50 mm, Asumsi
faktor ksatabilan Cp = 0,99
Hitung tinggi batang tekan yang akan digunakan.
Penyelesaian :
.:. Dari Ketentuan soaIdiketahui :

75
• Mutu kayu E21, maka dari Tabel 2.1., didapat kuat
acuhan Fell = 40 Mpa dan modulus elastisitas Ew =
20000MPa
• Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
dapat dilihat pada Tabe12.2.
• Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,40 I

maka nilai faktor waktu (A)=0,6 seperti pada TabeI3.2.


• Faktor reduksi (1M untuk tekan= 0,9, seperti pada Tabel
3.1.
•:. Tahanan tekan terkoreksi
P' = CpFc*A
= Cp.F.(. G.tCc"r CF.A
= 0,99 x~O,8x 40) x A
=31,68 A

.:. Menghitung Dimensi kayu


r, s A cllcP'
100.000N ~ 0,6 . 0,9 . 31.68 (b x h)
SOh ~ 5845,5 mm2
h ~116,90mm
digunakan dimensi batang 50/120
.:. Kontrol tekanan tekan terfaktor
r, ~AcllcP'
100000N s 0,6 x 0,9 x 31,67x (50 x 120)
s 102643,2N
(OK)
Hasil perancangan batang dengan dimensi 50/120 mampu
menahan beban tekan sebesar 10 Ton.

76
BABVI
PENGENALAN ALAT SAMBUNG

!<arena alasan geometrik. pada konstruksi kayu serlng diperlukan


sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang
kayu (Ol'fTiapping connection) atau menggabungkan beberapa
batang kayu pada satu buhul/joint. Kegagalan pada sambungan
dapat berupa: pecahnya kayu diantara dua alat sambung, beng-
koknya alat sambung itu sendiri, atau lendutannya (efek kumu-
latif d ari s esaran alat sambung) sudah melampaui nilai tole-
ransi. Yang perlu mendapat perhatian dalam konstruksi kayu
ialah tempat-tempat sambungan.. karena ditempat-tempat tersebut
merupakan titik yang terlemah. Pada zaman dahulu perihal sam-
bungan membuat orang tidak dapat membuat konstruksi yang
besar. Tetapi berkat kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam
bidang teknik kayu dan mekanika teknik ditemukannya alat
sambung modem seperti Buldog, Geka, Alligator dan Pasak
einein, maka dapat dibuat konstruksi yang berat-berat. Misalnya
konstruksi kuda-kuda untuk gudang, gedung pertunjukkan
dengan bentang sampai 50 meter.
Di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan alat
penyambung dari baut dan mur, yang sebenamya secara teknik
kurang baik. Di negara-negara barat seperti Norwegia, Denmark,
jerman banyak menggunakan alat sambung kokot Buldog, kokot
Aligator, kokot Geka dan pasak cinein. Yang paling banyak digu-
nakan adalah plat kokot bulldog.
Sekarang karena mudah dalam pelaksanaan alat sambung
paku banyak digunakan untuk konstruksi-konstruksi berat,
"
, .

77
dikarenakan paku secara teknis dan ekonomis paku lebih baik dan
menguntungkan.
Pada konstruksi baja titik-titik sambungannya adalah kaku,
tapi pada konstruksi kayu perlu diperhatikan adanya deformasi
atau pergeseran (penyesaran) pada titik-titik sambungannya.
Dengan demikian konstruksi kayu yang perlu diperhatikan bukan
saja adanya beban patah, tapi perlu diperhatikan adanya penye-
saran. [adi kekuatan sambungan ditentukan adanya 1/3 dari
beban patah dan penyesaranya tidak lebih dari 1,5 nun. Penye-
sarannya perlu dibatasi untuk mengantisipai adanya tegangan-
tegangan sekunder pada konstruksinya.

A. Beberapa Hal Yang Menyebablcan Rendalmya Kekuatan


Sambungan Pacla Konstruksi Kayu Menurut Awaludin (2002)
Adalah Sebagai Berikut
1. Terjadinyapengurangan luas tampang
Pemasangan alat sambung seperti baut, pasak, dan gigi,
menyebabkan berkurangnya luas efektif penampang kayu yang
disambung sehingga kuat dukung batangnya menjadi lebih
rendah bila dibandingkan dengan batang yang berpenam-
pangutuh
2 Terjadinya penyimpangan arah serat
Pada buhul seringkali terdapat gaya yang sejajarserat pada
satu batang, tetapi tidak sejajar serat dengan batang yang
lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih
kedl dari pada yang sejajar serat, maka kekuatan sam-
bungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang tidak
sejajar serat (kekuatan yang terkecil).
3. Terbatasnya luas sambungan
I<ayu memiliki kuat geser sejajarserat yang kecil sehingga
mudah pecah apabila beberapa alat sambung dipasang ber-
dekatan. Oleh karena itu, dalam penempatan alat sambung
disyaratkan jarak minimal antar alat sambung agar kayu
terhindar dari kemungkinan pecah. Dengan adanya keten-
tuan jarak tersebut, maka luas efektif sambungan (luas yang dapat
digunakan untuk penempatan alat sambung) menjadi ber-
kurang dengan sendirinya.
Efektifitas suatu alat sambung dapat diukur berdasar-
kan kuat dukung yang disumbangkan o1eh sambungan dibanding-

78
kan dengan kuat ultimit kayu yang di sambungnya. Sebagai
contoh, sebuah batang kayu dengan ukuran b/h memiliki kuat
tarik ultimit 10 ton, pad a bagian sambungan digunakan
alat sambung A dan kekuatan tarik sambungan adalah 2,5
ton. Maka efektifitas alat sambung A adalah 25%
(2,5ton/l0ton)

B. Ciri-Ciri Alat Sambung Yang Baik


1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk
menempatkan alat sambung re1atif kecilatau bahkan nol.
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan
dengan kuat ultimit batang yang disambung tinggi.
3. Menunjukkan peri1aku pelelehan sebelum mencapai
keruntuhan (daktaiI)
4. Memiliki angka penyebaran panas (thermal conductivity)
yangrendah
5. Murah dan mudah digwWcan

C. Jenis-jenis sambungan
Sambung dapat dibedakan menjadi sambungan satu irisan
(menyambungkan dua batang kayu), dua irisan (menyam-
bungkan tiga batangkayu), dan seterusnya seperti pada Gambar 28.

e,.. r=-::=:!'r==1
-
Gambar 28. Sambungan Ialyu sam irisan dan dua irisan
Menurut sifat gaya yang "bekerja pada sambungan, sam-
bungan juga dapat dibedakan menjadi sambungan desak, sam-
bungan tarik, dan sambungan momen. Pada sambungan desak atau
tank, apabilapusat kelompokalat sambung tidak terletakpada garis ker-
ja gaya maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial eli dalam
pemasangannya

79
D. AIat Sambung Mekanik (Mechanical Connector)
1. Alat sambung Lem
A1at sambung lern umumnya digunakan pada struktur balok
susun, atau produk kayu laminasi (glue-laminated timber).
2. Alat sambung paku
A1atsambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, Iantai
dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang
bermacam-rnacam seperti pada Gambar 29.

,
"
II
11
,,
Gambar 29. Alat samlmng paku

Paku bulat merupakan jenis paku yang mudah diperoleh


meskipun kuat dukungnya re1atif Jebih rendah bita dibandingkan
dengan paku ulir (deform nail). Umumnya diameter paku
berkisar antara 475 nun sampai 8 mm dan panjangnyaantara 40 mm
sampai dengan 200 mm. Angka keJangsingan paku adalah nilai
banding antara panjang terhadap diameter sangat tinggi
menyebabkan mudahnya paku untuk membengkok saat dipukul
Keuntungan dan kebaikan dari sambungan dengan paku:
a. Harga paku lebih murah, rnaka konstruksi seluruhnya
jadi lebih murah, menurut perbandingan setiap kg.
b. Konstruksi lebih kaku, berarti lebih baik, karena penge-
sarannya di dalam sambungan adalah lebih keeil.
c. Di dalam pembuatan konstruksi sambungannya tidak
diperlukan tenaga ahli, cukup dikerjakan oleh tukang-
tukang atau pekerja-pekerja biasa. Sedang alat-alat
yang digunakan/ diperlukan sangat sederhana ialah
paku dan gergaji.
d. Pekerjaan dapat dikerjakan dengan cepat.
e. Perlemahan kayu oleh paku-paku sangat keeil.

80
[ika dilihat dari diagram tegangannya, maka yang bertam-
pang beralur lurus merupakan perbaikan dari yang bertam-
pang persegi. Jika (dibandingkan dengan yang bertampang
bulat, maka perbaikannya ialah 20 a 35% (-dalam hal
kekuatannya). Ini disebabkan karena gesekan (W) dari paku
beralur lurus adalah lebih besar. Penggunaan paku di Iuar
negeri adalah lebih intensif dan eli Indoensia, Bila kekuatan
paku dibandingkan dengan kekuatan baut, maka perban-
dingannya ialah : bahwa kekuatan paku 3 - 4 kali dati kekuat-
an baut untuk jumlah kuat yang sarna, misal dalam 1 kg.
3. Baut
Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak
(mild steel) dengan kepala berbentuk hexagonal, square, dome,
atau flat seperti pada Gambar 6.3. Diameter baut berkisar
antara 1/4" sampai dengan 1,25". Untuk kemudahan pema-
sangan, lubang baut diberi kelonggaran 1 mm. Alat sambung
baut biasanya digunakan pada sambungan dua irisan dengan
tebal minimumkayu samping adaIah 30mm dan kayu tengah adalah
40 mmdan ditengkapi ciR:inperutup.

Flat

Gambar 30. Bentulc--bmtuk Baut (ASCE, 1997)

4. Timber Connectors
Walaupun nama alat sambung ini adalah timber connectors,
hampir semua alat sambung terbuat dan besi (metal). [enis alat
sambung Timber con~ yang terbuat dari kayu hanyalah
pasak kayu Koubler. Alat sambung timber connectors berkem-
bang di Eropa pada tahun 1916sampai 1922..
Pasak kayu Koubler berasal dari Jerman. Pasak Koubler
merupakan pasak yang terbuat dari kayu yang sangat keras,
berbentuk silinder dengan diameter bagian tengah lebih

81
besar (lihat Gambar 31). Diameter pasak lcayu Koubler relatif
besar sekitar 10em dan tebaInya seki1ar 5 em

Gambar 31. Alat sambung pasak kayu koub1er (Hoyle, 1978)

82
BABVII
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur


atap, dinding atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu
yang disambung biasanya tidak tertalu tebal berkisar antara 20
mm sampai dengan 40 mm. Paku bulat merupakan jenis paku
yang lebih mudah diperoleh dari pada paku ulir (deformed nail)
memiliki koefisien gesekan yang Iebih besar dari pada paku bulat
sehingga tahanan cabutnya Iebih tinggi.
Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihi-
tung berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-S
Tata cara perencanaan konstruksi kayu (2002).
Sambungan harus direncanaka,n dengan persamaan:

(8.1)

Dimana :
Zu = tahanan perlu sambungan
A. = faktor waktu sesuai Tabel32.
(faktor waktu, untuk tahanan tarik alat pengencang
A. -1,0)
+z - faktor tahanan sambungan= 0,65 (sesuai Tabe13.1.)
Z' :z tahanan terkoreksi sambungan.

Tahanan terkoreksi sambungan diperoleh dari hasil perkalian


antara tahanan acuan sambungan dengan faktor-faktor koreksi.

83
A. Tahanan Lateral Acuan
Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang meng-
gunakan paku baja satu irisan yang dibebani secara tegak lurus
terhadap sumbu alat pengencang dan dipasang tegak lurus
sumbu komponen struktur, diambil sebagainiIai terkecil dari niJai-
nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada Tabel
B.l. dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang (nf).Untuk
sambungan yang terdiri atas tiga komponen sambungan dengan
dua irisan, tahanan lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan
lateral acuan satu irisan yang terkecil.

Tabel B.l.Tahanan lateral acuan paku (2) untuk satu alat


pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen

Moda Persamaan yang berlaku


Kelelehan

I.
Z = 3,3Dt,Fe,
KD
z= 3.3kJDPF'em
KD(I+2Re)
III..
( ) 2Fyb(l + 2Re)D2
dengan: kl = (-1)+, 21+Re + 2
3Femp
Z = 3.3k2DI,F'e,;,
KD(2+ Re)
III.
+ Re) + 2Fyb(1 + 2Re)D2
dengan: k2 = (-1)+, 2(} s, 3Femt;

Z _ 3.3D2 2FemFyb
IV
- KD , 3(1+ Re)

84
Catatan:
Re = Ftm/ t:
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang
pada komponen pemegang (lihat Gambar 32)
KD = 2,2 untuk D ~ 4,3 nun,
= 0,38 D + 0,56 untuk 4,3 mm < D < 6,4 nun
= 3,0 untuk D ~ 6,4 mm ..· .
D = diameter paku
Fe = Kuat tumpu kayu
= 114,45 GUM MPa (G: beratjenis kering oven)
Fyb = Kuat lentur paku
B. Kuat Tumpu Kayu
Nilai kuat tumpu kayu beberapa nilai berat jenis dapat
dilihat seperti Tabel S.2. semakin besar nilai berat jenis
kayu, maka semakin besar nilai kuat tumpunya. Umumnya
alat sambung paku digunakan pada kayu yang mempunyai
berat jenis tidak tinggi, hal ini karena mdahnya paku untuk
tekuk (buckling).Tekuk pada paku juga terjadi karena faktor
angka kelangsingan. Kelangsingan menjadi ciri khas alat
sambung paku.

Tabel S.2.Kuat Tumpu Puu (Fe)

C. Kuat Lentur Paku


Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau
distributor paku, Pengujian kuat lentur paku dilakukan
dengan metode three point bending test seperti pada ASTM
F 1575-03. Untuk jenis paku bulat paa umumnya, kuat lentur
paku dapat dilihat pada Tabel S.3. (ASeE, 1997). Kuat lentur
paku menu run dengan semakin meningkatnya diameter
paku.

85
Tabel 8.3. Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku

Diameter Paku Kuat Lentur Paku (Fyb)


(mm) (N/mm2)
n s 3,6 689
3,6 <DS4,7 620
4,7 <DS 5,9 552
5,9 <Os 7,1 483
7,1 <OS 8,3 414
D > 8,3 310

D. Ukuran Paku
Dimensi paku meliputi diameter, panjang, dan angka kelang-
singan dapat dilihat pada Tabe18.4.

Tabel 8.4. Berbagai dimensi paku

NamaPaku Diameter Paku Panjang Paku "A.*


(m) (mm)
2"BWGI2 2,8 51 18
2,5"BWG11 3,1 63 20
3"BWGI0 3,4 76 22
3,5" BWG9 3,8 89 23
4"BWGB 4,2 102 24
4,5" BWG6 5,2 114 22

E. Geometrik Sambungan Paku


Spasi minimum untuk paku pada suatu sambungan tunggal
diatur sebagai berikut:

86
" ..:-.' : '; ~ _jW

. s.mbunganHaasontal- ·:"'banIim Vemkal

.
~
:
:,
,t. • •
:
·:
• ·
+t b -r+
···
:
: c

Q ;
LJ
spasi daIam atu bins
·

:

b : spMl ."tar bar1s


c : jwak ujUlli
d: jar. teP' denpn ....
, : jank Upi ~ bebIn

a. Spasi dalam satu baris.


Pada semua arab garis kerja beban lateral terhadap arab
serat kayu, spasi minimum antar alat pengencang dalam
suatu baris diambil :
• 10 D bi1a digunakan pelat sisi dari kayu
• minimal 7 0 untuk pelat sisi dari baja.
b. Spasi antar baris.
Pada semua arab garis keJja beban lateral terhadap arah
serat kayu, spasi minimum antar bans adaIah 5 D.
c. Jarak ujung.
Jarak minimum dari ujung komponen struktur ke pusat
alat pengencang terdebt diambil sebeaar:
• Untuk beban tarik lateral:
150 untuk pelat sisi dati kayu,
10 D W\tuk pelat sUddari baja.
• Untuk beban tekan lateral:
10 0 untuk pelat sisi dari byu,
5 0 untuk pelat sisi dari baja.

.87
d. J arak tepi.
[arak minimum dari tepi komponen struktur ke pusat
alat pengencang terdekat diambil sebesar:
• 5 D pada tepi yang tidak dibebani
• 10 D pada tepi yang dibebani.

F. Faktor Koreksi Sambungan Paku


a. Kedalaman penetrasi:
Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman
penetrasi (Ca). Adapun nilai Koefisien penetrasi ditentukan
dari kedalaman (p) seperti gambar 32.

(a)

(b)

Gambar 32. Sambungan paku: (a). Dua irisan, (b). Satu irisan

Ketentuan untuk koefisien penetrasi sebagaimana dinyata-


kan berikut ini.
• Penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang p
~60.Ct=0
• Untuk 6 D ~ P < 12 0, C. =p/12D
• Untuk p ~ 12 0, Ct = 1,0.

88
b. Serat ujung; .
Tahanan lateral acuan hams dikalikan dengan faktor serat
uiung, Ceg = 0,67, untuk alat pengencang yang ditanamkan
ke dalam serat ujung lcayu.

p-\ I

III
Gambar 33. Samlnlnp paku padIl serai ujung kayu

c. Sambungan paku miring:


Tahanan lateral acuan hams diIcalikan dengan faktor
paku miring, c.. z:: 0,,83.

d. Sambungan diafragma
Faktor korensi inihanya berlaku untuk sambungan rangka
kayu untuk plyood seperti pada struktur diafragma dan
shear wall (dinding geser). Nilai faktor koreksi ini umum-
nya lebih besar 1,00. .
Paku harus dipasang dengan cara dipukul. Paku
miring hams dipasang dengan membentuk sudut ± 300 ter-
hadap komponen struktur dan dimulai pada lokasi seper-
tiga panjang pa1cu diukur dari tepi komponen struktur
yangdisambung.
Diameter lubang penuntun untuk paku tidak boleh
melebihi: 0.90 D untuk G > 0,60 dan 0,75 0 untuk G ~ 0,60 I

dengan G adalah berat jenis dan D adalah diameter batang


paku.

Contoh Perencanaan Sambungan dengan alat sambung paku


1. Rencanakan sambwtgan buhul dibawah ini yang tersusun dari
kayu dengan herat jenis 0,6 dan digunakan paku 3" BWG10,
Asumsi nilai faklQr waktu 1,0.

89
Tampakatas

Penyelesaian
.:. Menghitung tahanan lateral acuhan satu paku (Z)
• Paku dipakai 3" BWG 10 dengan kriteria : diameter (D) 3,4
mm, panjang 76 mm
• Kuat lentur paku (Fyb) = 689 Mpa
• Kuat tumpu kayu samping dan kayu utama dengan bj 0,6 ,
Fes - Fem = 44,73 Mpa, maka R = Fem/Fe a:: 1
• Tebal kayu samping (ts) = 30 mm
• Ko - 2,2 , untuk 0 < 4,3 mm
• Tahanan lateral acuhan :
1. Mode kelelahan Is
Z = 3,3Dt..F e.'r = 3,3.3,4.30.44,73.6849 N
K1) 2,2
2. Mode kelelahan IIIM

k. = (-1)+ 2(1 + 1)+ 2.689(1 + 2.l~,42 = 1.0416


. 3.44,73.46
Z = 3,3k.DpF_ = 3,3.1,0416.3,4.46.44,73 = 3643,55N
K/)(1+ 2R..) 2.2(1 + 2.1)
3. Mode kelelahan Ills

2(1 + Re) + 2Fyb(1 + 2Re)D2


k2 = ()-1 + I__;_-----~
Re 3 Feml:

90
k = (-1)+ 2(1+ 1) + 2.689(1 + 2.1)3.42 = 1 096
2 1 3.44,73.302 I

Z = 3,3k2Dt F_ = 3,3.1.06.3,4.30.44,73= 2501,58 N


ll

KD(2+RJ 2,2(2+1)
4. Mode keIeIahan IV

Z= 3.30'tF,.F .. =l751,58N
KD 3(1+~)
Tahanan lateral acuan aniak dua irisan Z = 2 x 1757,581757,58
= 3515, 017 N
<. Menghitung tahanan ~ acuhan termksi (Z')
Penetrasi pada Iwmpouen pemegang (P) - 76-30 = 46 mm,
60 = 6 x 3,4 =20,4
12D -Ux3,t-..
60 < P=46<t2DmabC.-l
Z' = Ct Z ('1c.. tidak diperbitungkan)
= 3515, 017N
.:. Menghitung tahan IaIeIal ijinsam paku (Zu)
Zu = X+zZ'
Zu = 0,8 . 0,65. 351S,ot7
= 1827,80923N
.:. Menghitung jumIah paku yang dibutuhkan dan penempatan
nr = P/Zu = 1(01)/1827.80923 = 5,4
digunakan paku 6 buah
.:. Penempatan paku
Spasi dalam satu baris (a) = 100 = 34 ~ 40 mm
[arak antar baris (b) = 50 = 17 ~ 40 nun
Jaraktepidengandibebani(d) =150 = 51 ~60mm
Jaraktepi tanpa beban (e) = 50 = 17 ~ 20 mm

91
.- --- SA12
... -----1-
....
Tampak atas

...
:---+. ---+--~

:2x3/12 : ·•: 60
: :· ·: 40
· · 20 \

92
BABVllI
ANALISIS SAMBUNGAN BAUT

Alat sambung haut UDIWI&lya difungsikan untuk mendukung


beban tegak lurus sumba ..... agnya. I<ekuatan sambungan baut
ditentukan oleh bat bnnpa byu. tegangan Ientur baut, dan
angka keJangsingan (niIai ..... ardara par;mg baut pada kayu
utama dengan diameter baut). BiJa kelangsingan keeil, baut sangat
kaku dan distribusi tegaDpn tumpu nyu di bawah baut akan
terjadi secara merata. Semakin iiIai angka kelangsingan baut. maka
baut mulai mengalami tekuk dan tegangan tumpu kayu .terdis-
tribusi seeara tidak melala. Tegangan tumpu kayu maksimum
terjadi pada bagian sauapiug byu utama. Ditunjukkan seperti pada
Gambar9.1.

Gambar 33. Distri1usi legangan tumpu kayu palla sambungan bau:

Pereneanaan sambungan baut berdasarkan SNI-S (2002)


dengan urutan seperti berikut :
Ii. Tahanan Lateral
Tahanan lateral sambwigan dengan alat sambung baut
dihitung dengan persamaan :

93
(8.1)
dimana:
Zu ::::tahanan periu sambungan
/.. ""faktor waktu sesuai Tabe13.2.
(faktor waktu, untuk tahanan tarik alat pengencang /..= 1,0)
cj>z "" faktor tahanan sambungan= 0,65 (sesuai Tabe13.1.)
Z' ""tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dan hasil
perkalian antara tahanan aeuan sambungan dengan
faktor-faktor koreksi

B. Tahanan Lateral Acuan


Tahanan lateral acuan dan sambungan yang menggunakan
baut satu irisan dengan beban tegak lurus terhadap sumbu alat
pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen
struktur, diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-niIai yang dihitung
menggunakan semua persamaan pada Tabel 8.1. yaitu nilai
tahanan lateral untuk sambungan yang terdiri atas dua kom-
ponen sambungan dengan satu irisan sedangkan Tabel 8.2, untuk
sambungan tiga komponen dua irisan,
Tahanan lateral acuan diambil ni1ai tahanan lateral aeuan yang
terkecil.
Tabe18.1. Tahanan lateral acuan baut (Z) untuk satu alat pengen-
cang dengan satu irisan yang menyambung dua kom-
ponen (tampang satu) .

Mode
Persamaan yang berlaku
l<elelahan
1m Z = O,83Dt",F.",
K,
I, Z = O,83Dt,Fu
K,
11 Z = O.93k1DFes
KO .

94
,
dengan:
Ie _ ~~+2~{1+R,+·R,2}+R,2~ -~(1+R,)
1- (1 + Re)

mm Z = 1.04k2Dt.Fem-
(1+2Re)K8

dengan:
2F b(1+2Re)D2
12 =(-1)+l2(1+Re)+ y 2
3Femtm
III. Z =·1.0413Dt~Fe..
(2+Re)K8

dengan:
() 2(1+ Re) 2Fyb(2+ Re)D2
1)= -I + +
l s, 3Fem l;
IV
Z _ ( 1.04D2 2F...Fy6
- K8 ~ 3(1+Re)

Catatan: Rt = t./ls ~::::; Fm/Fn K,= 1 + 0,25 (O/9()O)


D == diameter paku

95
Tabel 8.2 Tahanan lateral acuan untuk baut (2) untuk satu baut
dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen
(tampang dual
Mode Persamaan yang berlaku
Kelelahan
1m Z = 0,S3DtmFem
Ko
Is Z = 1,66Dt,F:s
Ko
Ills Z = 2,OSk4Dt,Fem
(2+RJKo
() 2(1+R) Fyh(2+R,JD2
dengan: k4 = -1 +J e + 2
s, 3Femts
IV
Z ~ ( 2,08D') 2F_F"
s, J~3(1 + RJ
Catatan: Re = Fern / t;
Ko = 1+0,25(8/900)

C. Kuat Tumpu Kayu


Kuat tumpu untuk beberapa diameter (D) dan berat
jenis kayu (G) serta sudut terbesar dari arah gaya terhadap
serat kayu (tm: tebal kayu utama, ts: tebal kayu samping)
dapat dilihat seperti Tabel 8.3.a,b,c.
Fem dan Fes adalah kuat tumpu kayu utama dan kayu
samping dengan satuan Mpa.
• Sejajar arah sejajar
Fell =77,25 G
• Tegak lurus serat
FH = 212Gl,450-O.S
• Untuk sudut terhadap serat (Fee)
F = F£/IFeJ.
eO Fell SIn
. 2 () + FeJ. COS2 ()

96
Tabel S.3.a.Kuat Tumpu kayu (Fe)(Mpa)untuk baut ]/2 "

Tabel S.3.b. Kuat Tumpu kayu (Fe)(Mpa) untuk baut 5/8"

TabeIS.3.c. Kuat Tumpu kayu (Fe)(Mpa) untuk baut 3/4"

D. Kuat Lentur Baul


National Design Specification (NDS) U.S untuk konstruksi
kayu (2001) mendefisinikan kuat Ientur baut (Fyb)yaitu nilai
rerata antara tegangan leleh dan tegangan tarik ultimit pada

97
pengujian tarik baut, pada umumnya kuat lentur baut
sebesar 320 Mpa.

E. Geometrik Sambungan Baut


Untuk baut jarak tepi baut yang diperlukan, jarak ujung, dan
spasi alat pengencang yang diperlukan untuk mengembangkan
tahanan acuan harus sesuai dengan nilai minimum pada TabeI8.4.
Spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang terluar
dalam suatu sambungan tidakboleh lebih besar daripada 127 nun
kecuaH bila ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.

Tabe18.4. [arak tepi, jarak ujung, dan persyaratan spasi untuk


sambungan dengan baut

. Beban Sejajar Arah Serat Ketentuan Dimensi Minimum


[arak Tepi (bop,)
1m/0 .:5 6 (lihat Catatan 1) 1,5 D
/",/0> 6 yang terbesar dari 1,50 atau 112
jarak antar baris alat pengencang
tegak Iurus serat
Jarak Ujung (ao,,)
Komponen Tarik
Komponen Tekan 7D
40
Spasi (S"",)
Spasi dalam baris alat pengencang
[arak antar baris a1atpengencang 40
1,5D < 127mm (lihat Catatan 2 &
3)
Beban Tegak Lurus Arah Serat Ketentuan Dimensi Minimum
Jarak Tepi (bop,)
Tepi yang dibebani 4D
Tepi yang tidak dibebani 1,50

[arak Ujung (aop,) 40


Spasi (sopt)
Spasi dalam baris a1atpengencang Lihat Catatan 3

98
Jarak antar baris alat pengencang:
1",/0 ~2 2,5 0 (lihat Catatan 3)
2 < 1",/0 < 6 (5 t; + 10 0) /8 (lihat Catatan 3)
1",/0> 6 5 0 (lihat Catatan 3)
Catatan:
1. L« adalah panjang pasak pada komponen utama pada suatu
sambungan atau panjang total pasak pada komponen sekun-
der pada suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang
menggunakan ring.
3. Untuk alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus arah
serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu sambungan
tidak boleh melebihi 127 rom, kecuali bila digunakan pelat
penyambung khusus atau bila ada ketentuan mengenai peru-
bahan dimensi kayu.

TO 0 0 0
r--'"
.1.0'0 o o

.....................
Gambar 34.Geometri samlnmgan baut

99
F. Faktor Koreksi Sambungan Paku
a. Faktor aksi kelompok
BHa suatu sambungan terdiri dari satu baris alat pengencang
baut, maka tahanan sambungan acuan harus dikoreksi dengan Cg,
untuk memperhitungkan ketakseragaman gaya yang bekerja pada
baut, Karena ada kecenderungan masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sarna hal ini disebabkan karena :
• [arak antar alat sambung baut yang kurang panjang
sehingga menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi
secara maksimal,
• Terjadi distribusi gaya yang tidak merata (non uniform load
distribution) antar alat sambung baut.Baut yang paling
ujung dalam satu kelompok akan mendukung gaya yang
lebih besar daripada baut yang letaknya di tengah, serta
akan mencapai plastis defoemation lebih dulu. Sehingga
kemungkinan baut paling ujung akan gagal lebih dulu
sebelum baut ditengan mencapai piastis deformation.
Faktor faktor yang mempengaruhi nilai Cg adalah :
kemiringan kurva beban dan sesaran baut (slip modulus),
jumlah baut, spasi alat sambung dalam satu baris, plastis
deformation, dan perilaku rangkak (creep).
Nilai faktor aksi kelompok diperoleh dengan persa-
maan:

(8.2)

dimana
nf = jumlah total alat pengencang dalam sambungan
n, = jumlah baris alat pengencang dalam sambungan
ai = jumlah alat pengencang efektif pada baris alat
pengencang i akibat ketakseragaman gaya yang
bekerja pada suatu baris alat pengencang, ber-
variasi dari 1 hingga n,
nj = jumlah alat pengencang dengan spasi yang sera-
gam pad a baris ke i.

100
• (8.3)

m=u-[,;Ci, "=I+r;((~)m + (~)J


REA = (EA)min / (EA)maxl
dimana:
r = modulus beban untuk satu baut. r = 0,246 D1,5
kN/mm
5 = spasi dalam bans alat pengencang, jarak pusat-
ke-pusat antar alat pengencang di dalam satu
baris.
(EA),. = kekakuanaksial, modulus elastisitas lentur rera-
ta komponen struktur utama dikalikan dengan
luas brute penampang utama sebelum dilu-
bangi atau dicoak.
(EA)s = kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur rera-
ta komponen struktur utama dikalikan dengan
1uas bruto penampang utama sebelum dilu-
bangi atau dicoak.
(EA)min= ni1ai yang lebih kecil di antara (EA),. dan (EA)s,
(EA)max = niIai yang 1ebih besar di antara (fA),. dan (EA)s.

[ika baut pada baris-baris yang berdekatan dipasang secara


berselang seling; maka C, harus dihitung berdasarkan spasi dalam
baris alat pengencang pada baris-baris yang berdekatan dan [arak
antar baris alat pengencang. Hal-hal berikut ini harus diper-
hitungkan:
• Bila jarak antar baris alat pengencang lebih kecil daripada
atau sama dengan seperempat spasi dalam baris alat
pengencang dari baris-baris yang berdekatan, maka baris-
baris yang berdekatan dianggap sebagai satu baris dengan
jumlah baut, Nil sama dengan jumlah baut pada kedua
baris tersebut. Untuk kelompok alat pengencang yang
mempunyai jumlah baris yang genap, prinsip ini diguna-
kan untuk setiap pasang baris, sedangkan untuk jumlah

101
bans yang gasal digunakan kombinasi pasangan-pasanagn
baris yang menghasilkan nilai terkecil. Seperti pada
gambar35.
• Bila jarak antar baris alat pengencang lebih besar daripada
seperempat spasi dalam baris alat pengencang pada baris-
baris yang berdekatan, maka jumlah baut pada setiap baris,
ni, adalah jumlah baut dalam baris tersebut. Seperti pada
gambar35.

• • • • a
(b) • • • a
• •
b b

a : spasi dalam baris antar baut


b : jarak antar baris antar baut

Gambar 35. Faktor aksi kelompok sambungan baut

102
Menil.!lrut lNi'aif:i'Onnl D-esign :SIPl'fciffiirOa{t!jt@in (ONJJS» IUZ..S, Nilai
fak't(.i)fImre"ksi Gg dapat dilihat _pcrdla'1f;abei '8:5.,\Unta:k 'Sam1>1l1F\gan
yang w:eroaIirdiFI.:gam luas pena~pan'gka:YM samping ,terlirad.a;p 'kayu
utama wemila-i il .atau Y2.

r I
,J!..sf,A!m' I ,As Junfuili fbaut'idilam~satu ;t,-allis I
"<>.
f~in~) 2 .3
1
I ·ll I .$ f{, I '!1
, 18

I :5
]12
0,98
0,99
0,92
0;%
I I(i)f~
((!)[9"2
I
I,
1017.$

(0;87
II
I
(0[68 I
10{8il I (tl;~6
®I6i1

II iOfg~ I,
I
:
I
10,$$ i
,('),'i!{) \
10;5 20 0,99 '0,98 10;9$ ((!)!9i.l le)87 :e~8 I
I

42B 1,00 0,98 I ((i);% I, r0;9~ ,I


®:90 J ((i)j817 I l(!)18~!

, i ~ 1,00 0;99 0;97 l0;9i , [0;9~ [(!)Ml I 16187 I

I 1 (64 1,00 0,99 (0,98


\I
((!);9t7 \ (0;95 (0;93
,I i 10j9il j
I
:(inI) '2 3 ·4 :5 I 16 ',7 1 <8 I
.5 1,0 0,97 f0%il I 'O}SS I ,(i)i7i8 II '(i);~ I (016t i
12 '1,0 0,.99 (0;% (i);93 (0%8 I (0)84 I 10;r:9 I
,
'0;92 i :0%9
I
1l.j(!) ;20 1,0 '0,99 ((i)i98 I '(:))'j$ I I
l(!li86 I

10[97 I
';28 1,0 0;99 10;98 I 10~ 1(i);9! i
I f0{8:9 I
\
I 'iW 1,0 1,0 10,99
i
10;98 I (0~96 {(:);94 II '0i92 I
I (M 1,0 1,0 (0;99 I [0;98 I f(!);97 '(i);% I rG,'9$ j

lb.. )f.a:~tfi)rkorelcsi geometii


Fai}QtGTgeometri (CA) adalah uai fter!keoi~'<tan fatktor-;fa~tGr.
jaf<a1< uij~g ataQ spRsi data.
~cmg dipersyarafkan un:~K
:ge(lJIl1l'e'.tni
baris~Rt. .
•. lJua1c -ujung:
B~a jarak ujung y-arrgdluku£ dari jpasa1t balilt tti)11 lebili besar
atau.sarna dengannqp't patia "ifif'bcl. 8.:4,·ma.ka ll:= l}l)' e
Hila fQopJ / 2~ a'< l1apt mnaka C..a ::: lal'Q((fIt

,. Spasi dalam baris ala't p'el\gerrcang:


Bita spasi dalam ibarist$~..l}'-ebilibesar alaiU.saima d~gan Sqp't
pada Tabel9 ..4,:ma\ka C.2I= lvi(i)..
iBirta:3'D ~ S < 'Sqpt maika Ie.:!! = '5/ Sqpt
Contoh Perancangan :
Struktur Kuda-kuda dengan pembebanan seperti contoh pada
perencanaan batang tekan dan batang tarik.

4x2m

Bila pada batang (elemen) 4 terdapat sambungan perpanjang,


rencanakan sambungan tersebut dengan alat sambung haul
Penampang kayu :

2.5/)2

S/12

2,5/12
Penyelesaian
-0- -Menghitung gaya-gaya batang dengan metode titik (joint)
Hittmgan gaya se1engkapnya seperti contoh hitungan pada
batang tank
F3
Keseimbangan arab horisontal
Fl =F4
F 4= JOOKN
F4=l00KN

-0- Menghitung tahanan lateral acuhan satu haul (Z)


• Baut dipakai diameter (0) 12,7mm
• Kuat lentur paku (Fyb)= 320 Mpa

104
• lKmat bampU byu samping dimbym adamiI deogan bj 0"8,,
Fe;¥# = Fam## = 61,,8 Mpa., mil!b.lR = lFmml/Fa =].
• TebiID.byu sau .."i;"g (Is) = 25 rom
• Tebal byu sampiug (1m) = 5O:mm
• Sudut sunbongan = 0»
• Tahanm lateral arnban :

Km = 1-!{J.25(BI9If') = 1
Z = O)ill)r_F_ = Q,83.12,,1.50.61$ mn,7 lNI
K. 1

=1.3um
2,,08.1.) 1.12"1..25i.61,,S= 11822N
(2+1)

lOS
4. Mode .......hhan IV

Z= (2.fWJJ 2 IF_F,. _(2,08.12.12 2.6IJt320


=
K. 3(t+RJ - 1 3(1+1)
21238.3

Tahanim lateral acuan 1IDIDkdua irisan Z = :::17822 N

• MenghiIung tabanan IaIeraI acuhan tnkrebi (Z')


KaJeJIa fakfDI' abi keIompok dan faktor seraI: ujung beJum bisa
direncanakan ...aka Cg dan C4 dianggap 1
Z· -CsC4Z
=11822N
• Menghitang Cahan lateral ijinsatu baut (2.) Seperti persaman
8.1
Z. .. ).~Z'
Z. = 0..8 • 0...65.17822
= 9267.MN
~ MengbitungjmnIah haut yang dibatuhkan dan penempatan
l'\f I: PIZu = 100.000/9261M :0:: 10,71
digunabn baut 12 buah
~ Penempatan baut
Jank tepi (bu,t) -1,5 D - 19,os
-30mm
Jarak ujung (a.»konipOlBltank =70 =88,9
-90mm
Spasi {Sa,t) -ID -50,7-60
mm
Jarak anfar baris alat pengencang - 1,5D -19,5 - 60
mm

106
-t:::::: ::::::Jil
~----------~----------
I
:R,,' · • .30
25 so 25
60 60 60 60 60 90 (mm.) II II
I I I I I I I I

.:- Menghitung fakIor aksi keIompok .menmut SNI 5 (2002)


setBah pere....... bB:
• Jarak spasi (5) =60 DIID
• Ukruan byu utaua 5/12, malta Eam = 20000x50x12O =
12O.ltl'
• Ubmm kayo ."'I.ing 2.5/12~ mab. Ea, =
2tXWx2x25x12O =120..10&
• -y ""0.246(12..1)1.5= 11,133KN/mm. = 11133N/mm

• "=I+T;(~). +(~).)
60( 1 J)
u = 1+11133-2 ~20.10• )+~20.106). . = 1,00s57

• ", = 11- ~ .l-I = 0..89991


R&, = (£A).-I (£A)- = 12O.l06/l7Al()6 :: 1

• -D.
,
=[ ~ + R~~ Ii+.)-J + lrl+R£4]
-4-~)
J1 I-m
.",m;

apabiJa i = 1 (bais bmt ke-l), maka rl}. = 6 dan ill =5..59694


pada baris mat ke-2 (i=2), Q2 = 6 dan ib = 5)j9694
I .,
• Cg =-~Il;
lIl;={
• Cz :: 1/12(~+ 8;2) = 1/12 (5.,!i9694+5~ =~-93182
.t) Mengbitung faktor- korebi geometri (C~
• Jarak ujang
)vak ujun pada gambar (a) :: ~ nun
Jamk u;ung optimum '{aop.} =7D == 88,"'9 mm

UJ1
Karena a>aapt, maka C\ =1,00
• Spasi daIam baris aJat per-gen:ar:tg (5)
Spada gambar - 60 mm
Saw- = 50,8 karena s >&apt mab. ~ =1,00
.) Chek kembali tahanan lateral Zu setelah dikalikan dengan
faktor koreksi
z; :III A. ., Z" Cs ~ l\f
z, - 0,8.0,65.
1?822. 1,11939.1,00.12
- 103.739 N > gaya batang .. = 100.000 N (Perenc anun
Aman)

108
BABIX
.ANALISIS SAMIJUNGAN GJIG}!
(TAKIKAN)

Sambungan gigi banyak dijumpai dcilam konstnuksi lkayu,


,},<ait1!1
Itenalama untnk meneruskan gqa tekan lFada $am'bnngam-
sambuagan ,yang :memhentuk sudut Q« 9:{i)0~lRada konstraksi
kuda-kuda saniliungan gigi banyak dijuII'\pa~,sepelifi 'pada 19ammar
3:6, dimana paCia joint A dan joint 1B.mewakili cu!iaIil.¥a sal'l'l'@:umgan
gigi..5eltfurgga pada pertemuan batang-batsng terselmt .ada 'Sln~:ut
\Q dan besarnya sudnt u dalam iP~ak.te'k tel'lletak utal'a 2(90 - <6IDo.
Sambungan g'jgi banyak digunakan lkarena (diCialam prelakscmaan
sangat ml!ldah.

l!J~--~-""'~=-~"_"'---
~---,
Gambar :3.@•. if<onstniksi llGuda-lkuda
Gambtzr 37. DellliI Kuda-lcudll pad« Joint A

110
SAUl MIN Ol2MM

Glmbar 38. Detail Krula-kuda padn Joint B

A. Jenis-jenis sambungan gigi


Ada dua macamsambungan gigi diaritaranya:
1. Pada sambungan gigi trmggal, dalamnya gigi, t.., tidak
boleh melebihi sesuatu batas, yaitu (lihat Gambar 39) t.. !:
1/3 h, yang mana h adalah tinggi komponen struktur
mendatar, Panjang byu muka I. harus memenuhi I. ? 1.5
71, tetapi juga I.? 200 mm.

III
_._ - ..... -.....

.. ".0, .
. ./",."
~/ ".
1("'- .':
,. ,.'
"
}
i!
....<>0
'&,
.,
.,
&,

J\ i
ct\
...
H\

.J i
1/,
...
......: ',.
13

...
I .1 v
r
I
!
I

112
Tahanan geser pada begian kayu muka dapat dibitung
dengan persamaan seba.gaiberikut :

Nu cosa -< ""'v


1.01 I."bF~
f (10.1)
1+ 0,2S ..!!!.
em
dimana:
N. adaJah gaya b!bn lerfalctor,
a adaIah sudut antara komponen st:ruktur diagonal
~hadap komponen stluktur mendatar,
;. ad.aJah futor tahanan
~ adalah faktor waktu
I.. adalah panjang byu muka,
b adalah lebar komponen 5lruktur mendatar.
F; adalah kuat,~ sejajar serat terkoreksi,
e. adaJah ebentrisilas pad" penampang neto aktbat
&dany. coa1cansambungan,

2, PilcIA_t..tpA aiIi mal_uk. tmiapat due gigi dan


dua panjang muka yang DWing-masmg diatur sebagai
berikut:
dalamnya gigi pmama, 1.1 2: 30 mm
da1amnya gip kedua, 1.1 + 20avn ~t..,~ 1/3h
panjang kayu muka perbiDlA.t.1 ~ 200mm dan 1.1~ 4 tool
yang mMIIIlr adaJah tinggI komponen struktur meruial3lr.
Sambompn gigi majemuk dianjurkan digunakan bila a ~
450

113
I·_._._._.
2
I
t

.. _
.. _M--

J
J
Tahanan geser pada bagian kayu muka yang pertama
dihitung dengan persamaan sebagai berikut

l).5NII cos a FJII) S MPv ImlbFi (lO.2)


Fa) +F1Il2 1+ 0 ,25 mal
eml

Tahanan geser pada bagian kayu muka yang kedua


dihitung dengan per.samaansebagai berikut #

(10.3)

dimana:
Nu adalah gaya tebn ter£aktor,
a adalah sudut anlara komponen stntktur diagonal
terhadap kompooen struktur mendatar,
¢Iv adalah faktor tahanan
it adalah faktor waktu
1.. adalah pallfulg kayu muka rerata,
Iml adalah paujaug kayu muka yang pertama,
Ina adalah paIJjcwgbyu muka yang kedua,
em adalah ebentr:isita:s rerata pada penampang neto
akibat adanya coakansambungan.
e.l adalah ekseibisitas bagian kayu muka pertama pada
penampang neto akibat adanya coakan sambungan,
f"'l adalah Iuas bidang tumpu bagian kayu yang pertama,
Frazadalah Iuas bidang tumpu bagian kayu yang kedua,
b ada1ab Iebar komponen struktur mendatar,
Ftf' adaJah kuat geser Sejajar serat terkoreksi.

B. ContohpaPi., aNan sambungan deDgan taldbo:


Struktur kuda-kuda seperti gambar sebelumnya dengan gaya
gaya seperti dibawah ini. Rencanabn sambungan pada buhul 1
dengan takikan..

115
---I lOOKN
.....

PeayeiMej'!I
... K.lyu yang digunabndenpt.kelenb&an ;
• om kombinui pembebman yang ~ 1,21) i E
+ 0,51..m.ab niW. £U:tor wKtu (1.) -1,0. seperti pack
Tabe13.l.
• Faktot redubi (.. ) untuk per .. 0.75. aepeiti pada
T~3.l .
.. 'Dimalsi byu pada. coadllh hilo",p'"
d1gDnaba 1IIoamn PIJ/1m mm
be., Iebn

• ~py ..s-~--(F.)
Dari keleDb&an by1a cIipnabn muIR E21dmi t.bel2.1.
F.-S.9Mpa.
F: - 5,9 x 1.0 (ARansi. faktDr k.onI:a _laywt 1,0')
.. Mel:tenll'tanaa.;~(~
t..S 1/3 h -1/3:.91 - 66..7 ru,1I! ' e, a_
e. - 0..3 (b-t.J + 0..3to.

-100_
-1J.5 ~ +0,5.60
.:. Menentukan panjang kayu muka (lm)
1,5 h < 1m <200 mm , maka 1m diambil200 mm
.:. Menghitung gaya tekan (Nu)

'Ao
N u cosa ~ "'Yv 1mbF~
I
70 KN

1+ 0,25zn.

N u' 0 ,8 -< 1.,.0 75 200.200.5,9


200
1+0,25-
100

Nu = F2 =12&OJ N 2: 75857,1 N (belum aman)

Perencanaan sambungan gigi tunggal tidak mampu, maka


direncanakan sambungan majemuk.
Perencanaan sambangan gigi majemuk dianjurkan digunakan
a~ 45°, maka da1am sudut·batang 2 dan batang 1 diubah
menjadi4S0 /

98,995KN

.:. Mengitrmg panjang kayu muka (t.)


Pada gigi pertama, t.l ~ 30 mm diambil30 mm
Pada gigi kedaa" t.l + 20mm ~tral ~ 1/3 b, tral diambil
SOmm
.:. Menghittmg eksentrisitas (ea.)
e.t - 0,5(b- t.l)+O,5 t.l a0,5(200-30)+0,5.30 - 100 mm
e.2 - 0,5(h- tra2)+O,5t,.z - 0,5(200-50)+0,5.50 -100 mm
em - 0,5(e.a+~) - .100 mm
(+ Menghitung panjang kayu muka (I.)
Syarat panjang kayu muka pertama, 1.1~ 200 mm dan
l.l~4 t.l
1.1diambil200 mm
lral = 1.1+(O,5h/ sin a)+ t.z.tga

117
·200" (!.)~2t1J/.~ +
-)9t,421 mm
45 !D."
I.. - O~(l..r+'-z.)
• MenpIunc'" tumpu (f..)
FlO!· b.t.J/OO54S-8030/005405 - ~11
F.a -b.t.od/OO54S- 8O~ICOtI405 - 56S6.BS
F ..I 3394.11/(3394,11 + S656.8S)
'"'
F., +F",
• Menghitung glyaIIekan tmulllr
Tahanangaer pada blpn kayu mub yang pertaana
l.2SN. ~a F.1 ~ 1;.. l~lbF.
F..J+F.2 1+0.25/.1
~_1

N
Nu '"'98995 N s 1-'2402 N (OK)
Tilbanan se-- pIIda ~ byu &nab yang kedua
I _1.1/
N.CD6aS~ .z=y
1+0»'·

Nu • CJ8995 N s 112666 N (Of()

"'F-' .............
C. ...Pu!ll._'..... t.I·--'~SIP-.tJP:
Ada tip presil'4 rpa' tao J*la Me'" ..... riP:
De"P' ~
L blat dar! di, L: IIIIiaiaIwn 19ut
tidak boktllebih Ioedl y, •
2. Denpn ~ beFf ; tIfW bepI i' - S _
dMiebar.. an.

lUI
3. Dercgat. _un ..... pdIIl."."..byQ. tebal2.5 emdan
Iebu 10 CDl cI.Il peIIt dipUm denpn ~
~ pdIIlyqmp.bn daft papan byu)ali.

Sa.mbouIpn ban '" V dan wW"8 8; bla"CI urd:o.It


.....
III!mpIt ~ ,...• i:' Dab bagUIn bawah boIeh <litJqt
aii&M)lp dan .1",
",1Ibe. yare dipedtitungbn diJ ng
dw.pn. 1&seI>ut..Seknc pesleugbpan di1&iip.tbn pada
hubunpn ba... B ct.a. 'I $ '''8 v. Hubunpn batang D dan
batang B QiI!Icgw: , •• " .......... gigi brena batang D meru-
pabn ba,... net ..... dipIb ~ butang V 3ebagai per-
luaIan.
Apabila Irmtebubi ~ un1Uk konstrubi lruda-Iruda
perumahan. _1Iiuga t.ak boIeIl mehoujol bagian bawah,. mab
hubungaNlya de. , - ES .... _.abn peIat begeL
Ukuraa 5/100 IIIIIL IheIM , bablng'Vl!rlkal dengan begel
menapabn dua bIi bertBmpeng saw. dan beAr serta
jumlah but clipehilQi.pan. Hubo.npn begel dens- balok
horizontal dtttgat b.ut: I ' ....,,,VI"
PacIa konstndr.si .. Jchii. batang diagcnal D menapabn
batang Iarik dan b.tutg V _u."kan batang tlebn. Hubungan
batang D del ... behmg 8 ...... gigi !*Ia Ido&enya dan sam-
bungan merupebn w ....'P' bertampang dua. Batang D dan
batang Bdibaut doenpn b.ut: peImgbp 0mIn VI ", Karena l;al:ang
V merupakan batang lBan cv.kap diganabn pen sedaIam 2. 3
em dan untult pesl_.ail cukup dipaka dengan bailing D.
U~ unbd: IMI1p.IiIiIi huga tv le.rlehl besar sehingga
tak IIImIeIIUhi syant IitgL ApabOa daIam sambwlgm hargaa tv
tBlalu bear. ~
Icukan nNW
1. DeupI.~
L. Iak IIII!:InenUhi syant liisi mab ciapat diJa..
wperti beribt :
zi.gi rangbp
2. Dengan a_q>eilebu batmg-batang byu (1,4 h)
3. Dengan ~ggi betang-bateng byu (1,4 bapm
saja)
•. Dengan ~ peIat kokot pada bdang-Odang
lilkikaerny..

119
DAFfAR PUSTAKA

A_rika Sosidy of Ci!1il £xgin«ring (ASCE). 1996. Mechanical


ConraedioJl in I'\b:Jd Structures. ASCE annual and Report on
Engiliiee illg l"ractise No. 80, New York.
Awaludin. A. 2005. Sambungan Kayu. Biro Penerbit I<MTS
Jurusan Teknik Sipil FT UGM. Yogyakarta.
AwaiudinA 6: ~ti.1. N., D!i. Konstru.ksi l<ayu. Biro Penerbit
J<MT5 }Ulusau Teb1ikSip:il FTUGM,Yogyabrta.
Balian ~ Nasional (II6N), 2002. rata cars perencanaan
konstrabi byv. 5NJ..S, JUarta.
Hansen H.J., 1968. ~ TiIIRr r::np. f'etli!libit John Willey,
NewYodUSA.
lr, KH. Fellix y~, 19M.. ~ Kayu. Penerbit Bina cipta,
Bandlutg.
)(arsen, G.Gv 1967.~ SbM:Curn. Mir Pub!ishel'$, Moscow.
Prawiroha~ s.. 2001. Sifat-sifat Fisika Kayu. P_.bit
FakW.. Kei"'tal ..... UGM. yogyabrbl.
Prawirohatooljo. s.. 3IOl. Sifat-sifat J<imia Kayu. Penelbit
Fakultas Kefwli&an UGM. yogyabtta.
PrawiroN1,,-"iIjo, s.. 200L Sifat-sUat Mekanib Kayu. PenedJit
FakuJlasKehaIanin UGM. y~
Satir, M•. 19... _ Sbaktar Kayu. UNS Pres&. Swabrta.
Thimoshenko, 5.Pv dan C.aodler, J.N. 1951. Thoery u Elasticity.
(EdiIIi kM). NtGraww-HiII. New Yorlt.

121
Material Kayu mcrupalcan salah satu bahan kanstruksi YUI:;
mempunyai berat jenis ringan dan proses pengerjaannya dallai
dilakukan dengan mudah dan peralatan yang sederhana. Sebasa
bahan dari "lam. kayu dapat tcrurai seeara sempumasehlngga ti&l"
ada istilah limbah pada konstruksi kayu. Untuk mengc!ahui kualit&
lcayu seeara :I_;sua!sudah sejak lama dipergunakan oIeh masy""';,,,
kita, Beberapa parameter visual yang dapat diamati pads ka}11dan
berhubungan erat dengan kekuatan adalah lebar cincin tahunan.
kemiringan serat, mata kayu. keberadaan jamur atau serangga
perusak kayu. dan "'tak. Apabila si pengamal tidak mempunya:
keahlian dan pengalaman, maka pemi1ahan kelas kuat kayu akan
lama dan hasilnya pun menjadi tidak reliable (mengandung ban}"K
keraguan) untuk itu dilakukan pemilahan dengan menggunaJain
pengujian sifal mekanik untuk mengetabui ke1matan lentur.
kekuatan tarik, dan kekuatan tekan, Adapun Dasar Pereneanaan Konstruksi Ka}11dalam b,,;.-;:
ini didasarkan dengan Standart l'-'1-52002 yaitu tentang Tata Can Perencanaan KoJJStnl](sj
Kayu. Dalam perencanaan itu meliputi, Pereneanaan batang Tarik, Perencanaan batanc
tekan, PengenaJan alai sambung kayo. Analisis sambungan paku, Analisis sambungan b31Jt
dan Analisis sambungan talcikan. Semoga buku ini dapal menjadi pegangan dan referens;
mahasiswa, dosen danfllgincrdalam menyusun perancangan konstruksi kayu.

Sri Sumarni, ST. :-'IT.• dl1ahirkan di Sukoharjo pada tanggal 21 Juli


1979. Menyelcsaikan program sarjana Jurusan Teknik SipiJ
Universitas Gadjab Ma.da Yogyakarta pada tahun 2002 kemudian
pada tahun 2004 melanjutkan studi S2 di Program Studi Tekn:k
Sipi! Jurusan lImu-i1mu Teknik Universitas Gadjab Mada
Ydgynknna dan mendapat gelar Master Teknik pad. tabun 20<>6.
Penulis aktlf melakukan penelitian antara lain: Perencanaan Lap's
Ulang Jalan dengon Menggunakan Bengkelman Beam (20001,
Nlall.ls Teblli Lapis Keras dengen Metode Analise Komponea,
AASH1'O 197'~ dan CDR (20021.Studi Dampak Hambatan Samping
terhadap Kinerja Jalan (lI0o.;), Penggnilaan Pasir Desi dan Sarli
untuk Beton Beratsebagai Perisai RadiasiSjnar Gamma(2006). dan
Penentuan Prosentase Luns Netto pada Satang Tank Kayu Akibat
Adunya Alai Snmbung (2007). Sejak tabun 2003 hingga saar iri
penulis bekerja sebagoi dosen Progrum Tcknik Bangonan .Jl'TI( FKIP Universitas Scbe115
Maret Surakortadengan mengnmpu mala kuliah Strul<tur Ka}11dan KDnstruksi Kayu Lanjut-

lEMBAGA PENGEMBANGAN PENDlDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
JI.lr. Su1ami36A Surakarta,lncfonesla 57126
IJIilllillirul

Anda mungkin juga menyukai